Affan Safana Nuha 21040117130100 Kelas A Model Pengembangan Wilayah dari Atas dan Dari Bawah Landoala (2013) menjelaskan bahwa keberadaan konsep atau teori pengembangan wilayah bertujuan agar dapat mengurangi kesenjangan dan ketimpangan yang terjadi antar wilayah. Jadi, meskipun berbeda-beda namun setiap konsep pengembangan memiliki satu garis benang merah yang sama, yaitu merupakan sebuah bentuk upaya dalam memanfaatkan SDM (Masyarakat terutama Stakeholder) dan SDA yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut. Pada dasarnya, teori pengembangan tidak dapat dipisahkan dengan strategi pembangunan karena kedua hal tersebut merupakan hal yang berkaitan erat. Strategi pembangunan itu sendiri mencakup perubahan struktur ekonomi dan sosial yang diusahakan agar mendapatkan pemecahan masalah yang sedang dialami. Sehingga pada penerapannya, strategi pengembangan kebanyakan akan menggunakan aspek ekonomi sebagai objek dalam perencanaan. Teori pengembangan wilayah dari atas dan dari bawah merupakan dua model yang sering kali dipakai sebagai strategi dalam pengembangan dan pembangunan wilayah. A. Pengertian Teori Pengembangan dari atas (Development From Above) dan Teori Pengembangan dari Bawah (Development From Below) Teori pengembangan dari atas melihat konsep pengembangan wilayah dari inti pertmbuhan dan mulai merambat (Trickling down) ke periferi atau hinterland. Teori pengembangan dari atas mengambil teori ekonomi neoklasik sebagai sumber atau acuan dengan aktualisasi keruangan dalam bentuk pusat pertumbuhan. Tujuan utama dari strategi ini adalah untuk memfokuskan pembangunan pada sektor-sektor utama pada lokasi tertentu dengan harapan dapat membuat wilayah sekitarnya juga ikut Affan Safana Nuha 21040117130100 Kelas A maju. Konsep ini dapat dikatakan konsep pengembangan yang banyak diterapkan secara ekonomis maupun praktis. Adapun 5 teori yang berkaitan erat dengan strategi pengembangan dari atas adalah sebagai berikut. a) Polarization and Trickling Down Effect (Hirschman) Merupakan berkembang dan meluasnya distribusi pendapatan. Teori ini biasanya diaplikasikan di daerah-daerah miskin di negara berkembang yang masih mengalami masalah kemiskinan dan ketimpangan pendapatan. b) Backwash effect dan spread effect (Gunnar Mydral, 1957) Contoh dari Backwash effect adalah permintaan atau demand masyarakat yang semakin meningkat di suatu wilayah atas hasil dari masyarkat miskin, contohnya adalah komoditas pokok seperti beras yang didapatkan dari hasil pertanian masyarakat miskin. Sementara itu, contoh dari spread effect adalah kualitas pertanian penduduk miskin yang semakin buruk karena polusi yang ditimbulkan oleh penduduk kaya. c) Konsep kutub pertumbuhan (growth pole ; Perroux, 1955) Konsep ini pertama kali di munculkan oleh Francois Ferroux, seorang Regional planner asal perancis. Ferroux berpendapat bahwa pertumbuhan dan perkembangan hanyak terjadi di tempat-tempat tertentu, bukan di seluruh tempat. Ferroux juga menambahkan bahwa pertumbuhan tersebut tidak terjadi secara bersamaan, melainkan dengan masing-masing frekuensi yang tidak sama, lalu d) Konsep pusat pertumbuhan (growth centre : Boudeville) Teori ini lebih fokus pada pembuatan hirarki dengan tujuan memberikan kemudahan dalam pengembangan kerangka pembangunan dengan asumsi Affan Safana Nuha 21040117130100 Kelas A keberadaan pusat pertumbuhan akan dapat membuat pembangunan semakin terencana dengan baik. e) Konsep integrasi ruang ekonomi (centre – periphery : J. Friedman, 1966) Adapun teori development from above memiliki prinsip sebagai berikut. a) Pengembangan wilayah terjadi ketika terdapat pengaruh dari pasar ekspor, investor dan migrasi dari luar wilayah; b) Faktor-faktor produksi dalam pengembangan wilayah ditempatkan pada lokasi dengan prospek keuntungan yang paling tinggi (misal: lokasi dengan gaji buruh yang lebih murah); Model Development-from-above meliputi pendekatan: a) Price equilibrium b) Dynamic disequilibrium Sementara itu, pengembangan wilayah dari bawah merupakan kebalikannya, dimana strategi ini lebih bersifat komprehensif dimana menjangkau dan memberikan kesempatan bagi semua pihak untuk berusaha bersama-sama mencari keuntungan dalam bidang ekonomi. Teori ini muncul sebagai bentuk ketidakpuasan Development From Above. Selain itu, teori atau strategi ini juga muncul sebagai alat kontrol Backwash Effect yang ditimbulkan dari Development from above. Tipe pengembangan ini berbeda pada masing-masing wilayah, karena dalam penerapannya tipe ini disesuaikan atau dicocokan dengan karakter dari masingmasing wilayah. Beberapa teori yang upaya pendekatan teori ini adalah sebagai berikut. a) Territorial development Affan Safana Nuha 21040117130100 Kelas A Berfungsi sebagai peningkat interaksi yang terjadi antara pusat dan wilayah di sekitarnya. b) Functional development Befungsi untuk mengoptimalkan sumber daya, baik Sumber Daya Manusia (SDM) maupun Sumber Daya Alam (SDA) di wilayah tersebut. c) Agropolitan development Pengembangan ini berfokus pada pengembangan ekonomi dan sosial di wilayah masing-masing. B. Kelebihan dan Kekurangan Development From Above dan Development From Below a) Kelebihan Development From Above: Perluasan kutub pertumbuhan (growth pole) ke daerah hinterland-nya (penyebaran industri atau pemukiman); Adanya integrasi akses sumberdaya dari daerah terbelakang (lagging regions) ke daerah yang lebih maju (leading regions) b) Kekurangan Development From Above Terjadi backwash effect (tenaga kerja terlatih-terdidik dan modal memusat di wilayah maju (leading regions) Mematikan daya saing industri di daerah terbelakang (lagging regions), karena hasil produksi dari daerah maju (leading regions) yang dijual di daerah terbelakang memiliki harga jual lebih murah Kebijakan development-from-above dapat menjadi tidak efektif bagi setiap daerah Affan Safana Nuha 21040117130100 Kelas A c) Kelebihan Development From Below Kelebihannya setiap wilayah dapat mengembangkan potensi yang mereka miliki. Alokasi pembangunan dapat diatur sendiri oleh wilayah tersebut dan disesuaikan dengan kebutuhan. d) Kekurangan Development From Below Aksesibilitas akan terhubung ke sesama daerah terbelakang, dan kurang orientasi akses terhadap daerah maju sebagai pasar utama (major market menimbulkan pengawasan yang kurang dari pusat karena wilayah mengurus dirinya sendiri serta pengembangan dari bawah cenderung pada kota-kota kecil saja C. Penerapan Strategi Pengembangan Wilayah di Negara Berkembang Penerapan strategi pengembangan di wilayah negara berkembang berujung pada keberhasilan dan kegagalan. Beberapa contoh hasil dari penerapan strategi pengembangan wilayah di beberapa negara berkembang adalah sebagai berikut. a) Brazil Contoh kegagalan adalah seperti kasus penerapan kebijakan pembangunan di Brazil. Aglomerasi ekonomi dan sumber daya manusia yang pesat menyebabkan Wilayah Brazil Utara berkembang dengan cukup pesat sebagai pusat kegiatan, namun hal ini menyebabkan wilayah Brazil Selatan menjadi semakin terbelakang dalam pembangunan, yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya kesenjangan dan ketimpangan baik dalam aspek sosial maupun ekonomi antara Brazil Utara dan Brazil selatan yang sampai saat ini masih terjadi. b) India Affan Safana Nuha 21040117130100 Kelas A India merupakan negara yang dapat dikatakan berhasil dan pembangunan daerahnya. Hal yang menyumbang dalam keberhasilan tersebut adalah dominasi bantuan dari pusat ke daerah sekitarnya. Hal ini kemudian cenderung mengalokasikan investasi pemerintah dan subsidi ke wilayah-wilayah terbelakang yang kemudian dapat memajukan pertumbuhan dan perkembangan wilayah salah satunya dengan menambah pemasukkan masyarakat di wilayah tersebut. D. Penerapan Pengembangan Strategi Pengembangan Wilayah di Indonesia Konsep yang diterapkan pada pengembangan wilayah di Indonesia terbentuk dari gabungan pemahaman dari berbagai maupun model yang selalu berkembang kemudian dibentuk ulang menyesuaikan kebutuhan dan karakter pembangunan di Indonesia itu sendiri