MAKALAH ERGONOMI “KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DALAM PENGANGKUTAN KAYU” Oleh : Rio Rusandi 1106121095 JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan Makalah Ergonomi yang berjudul “Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dalam Pengangkutan Kayu”. Dalam Penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangankekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah Ergonomi ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amin. Pekanbaru, November 2013 Penulis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor kehutanan merupakan salah satu sektor industri yang kegiatannya memiliki resiko kecelakaan yang tinggi, terutama pada kegiatan pengangkutan kayu yang merupakan bagian dari kegiatan pemanenan hutan, karena lokasi kerja (hutan) biasanya relatif terisolasi, terbatas aksesnya terhadap sarana kesehatan. Selain itu iklim tropis di Indonesia dengan suhu dan kelembaban yang tinggi dapat memberikan beban kerja yang lebih tinggi bagi tubuh dan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan dan stamina pekerja pada saat melakukan pekerjaanpekerjaan fisik yang berat. Kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Oleh karena itu kesehatan dan keselamatan kerja pada saat ini bukan sekedar kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pekerja, akan tetapi juga harus dipenuhi oleh sebuah sistem pekerjaan. Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai di area kerja khususnya berhubungan dengan kekuatan dan ketahanan manusia dalam melakuan pekerjaanya adalah musculoskeletal disorder. Masalah ini sering dialami oleh para pekerja yang melakukan gerakan yang sama dan berulang secara terus-menerus. Studi tentang musculoskeletal disorder pada berbagai jenis industri banyak dilakukan dan hasilnya menunjukkan bahwa keluhan otot skeletal yang paling banyak dialami pekerja adalah otot bagian pinggang (low back poin) dan bahu. Setiap perusahaan dituntut untuk memperhatikan pekerjanya karena pekerja merupakan aset perusahaan yang harus memberikan kinerja terbaiknya bagi perusahaan. Jika manusia bekerja dalam kondisi yang ergonomis, secara langsung akan meningkatkan kinerjanya yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas perusahaan dan mengurangi biaya perusahaan. Sebaliknya jika manusia bekerja dalam kondisi yang tidak ergonomis, akan dapat menurunkan produktivitas perusahaan. Pengelolaan hutan khususnya kegiatan pengangkutan kayu merupakan kegiatan yang beresiko tinggi. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam kegiatan ini merupakan hak bagi pekerja. Meskipun peran pengusaha terhadap perlindungan K3 sangat dibutuhkan, tetapi masih ada pengusaha yang belum menerapkan peraturan K3 bagi pekerja sehingga berpengaruh terhadap kurangnya pemahaman pekerja tentang arti pentingnya K3. Kondisi ini diduga karena adanya pengaruh aspek kompetensi pada pengusaha dan pekerja. Kayu yang ada di hutan akan memiliki nilai financial jika kayu tersebut telah sampai di tempat konsumen. Keberadaan kayu yang semakin jauh dari konsumen, mengakibatkan kayu harus diangkut melalui suatu rute yang panjang. Kegiatan pengangkutan dipandang sebagai salah satu indicator berjalan tidaknya kegiatan produksi. Kajian mengenai kegiatan pengangkutan cukup menarik mengingat biaya yang keluarkan untuk kegiatan pengangkutan sangat besar yaitu sekitar 70 % dari seluruh biaya pemungutan hasil hutan (Oka et al, 1972). Mengingat pentingnya kegiatan pengangkutan kayu pada perusahaan pengusahaan hutan, maka disiapkan sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung kelancaran kegiatan tersebut. Dalam penyiapan sarana dan prasarana, dibuat jalan hutan yang mampu menjangkau seluruh areal hutan untuk dapat mengeluarkan kayu. Selain itu dibuat kebijakan manajerial yang baik dalam bidang produksi agar pengusahaan hutan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. 1.2. Tujuan - Mengetahui penerapan K3 pada sistem pengangkutan kayu - Mengevaluasi kondisi fisik dan mental dari para pekerja pengangkutan kayu dilihat dari gejala kelelahan yang diderita pekerja. - Bagaimana menentukan postur kerja yang ergonomis pada pengangkutan kayu sehingga produktivitas akan meningkat dan target akan tercapai. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengangkutan Kayu Menurut brown (1958), pengangkutan kayu di bagi menjadi dua tahap yaitu minor transportation yang berarti membawa kayu dari tunggak ke tempat pengumpulan kayu dan mayor transportation yang berarti membawa kayu dari tempat pengumpulan kayu ke tempat penimbunan kayu, tempat pengolahan atau pemasaran. Pengangkuatan kayu merupakan salah satu proyek atau kegiatan dalam pemanenan hasil hutan dimana untuk mencapai hasil yang diinginkan, diperlukan manajemen yang baik. Menurut MHP (1998), secara umum di Indonesia dikenal empat system pengangkutan kayu hasil tebangan, yaitu : 1. Pengangkutan melalui jalan darat, baik dengan truk maupun secara manual dan alat angkut sederhana seperti gerobak. 2. Pengangkutan melalui jalan rel 3. Pengangkutan melalui jalan air, baik dengan kapal/tongkang maupun dengan rakit 4. Pengangkutan dengan system kuda-kuda, yaitu kayu diluncurkan di atas landasan kayu yang berfungsi sebagai rel, biasanya digunakan di hutan rawa. Menurut Juta (1954), pengangkuatn kayu dilakukan setelah penyaradan dan dimulai pada saat kayu-kayu itu dimuat di tempat pengumpulan kayu untuk dibawa ke tempat penimbunan kayu atau langsung ke industry pengolahan kayu. Kegiatan pengangkutan kayu merupakan bagian dari kegiatan produksi hasil hutan yang pelaksanaannya dilakukan oleh seksi pengangkutan kayu di bawah koordinasi bagian produksi. Dalam pelaksanaan kegiatan, kepala seksi pengangkuatn kayu mempunyai system manajerial mulai dari perencanaan, pengawasan, penyusunan tenaga kerja, cara menggerakkan karyawan, system pengawasan dan cara-cara evaluasi kegiatan. Faktor-faktor yang menentukan cara pengangkutan adalah : biaya, ukuran panjang dan berat kayu, ketersediaan tenaga kerja, jarak ke pabrik pengolahan kayu, besarnya operasi, topografi, iklim, milai tegakan dan permintaan pabrik setiap tahun, serta peralatan yang digunakan (Brown, 1958). 2.2. Ergonomi Manusia hidup pasti bergerak, termasuk ketika sedang melakukan aktivitas yang memperhitungkan kemampuan tubuh manusia dengan tugas kerja termasuk penggunaan alat dan kondisi lingkungan, hal ini disebut ergonomi. Jadi dalam aktivitas gerak apapun sebaiknya dilakukan dengan gerakan yang alamiah, agar tidak menimbulkan accident atau incident. Namun, justru tujuan ergonomis adalah dalam aktivitas gerak apapun dapat lebih nyaman, aman, tidak melelahkan, produktivitas kerja meningkat secara optimal (Santoso, 2004). Pendekatan ergonomis mengusahakan semua alat dan peralatan disesuaikan dengan kemampuan manusia, bukan manusia disesuaikan alat atau peralatan. Oleh karena itu, segala produk dari hasil suatu produksi harus memperhitungkan ergonomis. Saat ini di bidang manufacture telah banyak didesain atau redesain segala hasil produksi dengan memperhitungkan ergonomis, karena segala yang diperbuat terutama bertujuan bagi kesehatan dan keselamatan kerja (Santoso, 2004). Gani (1990), menyatakan ergonomi, memiliki tujuan untuk penyesuaian persyaratan kerja bagi manusia serta menyusun petunjuk umum yang dapat diterapkan untuk penyelenggaraan kerja. Lebih lanjut Gani (1990) menjelaskan tujuan dari pengukuran ergonomi adalah untuk menentukan kemampuan puncak ketegangan jasmani yang disebabkan oleh berbagai kegiatan pada berbagai keadaan. BAB III PEMBAHASAN 3.1. Penerapan K3 Dalam Pengangkutan Kayu Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja sangat diperlukan terhadap pekerjaan yang memiliki resiko kecelakaan kerja yang tinggi seperti pengangkutan kayu. Akivitas manual material handling merupakan sebuah aktivitas memindahkan beban oleh tubuh secara manual dalam rentang waktu tertentu. Berbeda dengan pendapat di atas menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA) mengklasifikasikan kegiatan manual material handling menjadi lima yaitu : 1. Mengangkat/Menurunkan (Lifting/Lowering) Mengangkat adalah kegiatan memindahkan barang ke tempat yang lebih tinggi yang masih dapat dijangkau oleh tangan. Kegiatan lainnya adalah menurunkan barang. 2. Mendorong/Menarik (Push/Pull) Kegiatan mendorong adalah kegiatan menekan berlawanan arah tubuh dengan usaha yang bertujuan untuk memindahkan obyek. Kegiatan menarik kebalikan dengan itu. 3. Memutar (Twisting) Kegiatan memutar merupakan kegiatan MMH yang merupakan gerakan memutar tubuh bagian atas ke satu atau dua sisi, sementara tubuh bagian bawah berada dalam posisi tetap. Kegiatan memutar ini dapat dilakukan dalam keadaan tubuh yang diam. 4. Membawa (Carrying) Kegiatan membawa merupakan kegiatan memegang atau mengambil barang dan memindahkannya. Berat benda menjadi berat total pekerja. 5. Menahan (Holding) Memegang obyek saat tubuh berada dalam posisi diam (statis). Dari kelima kegiatan manual material handling tersebut sangat erat kaitanya dengan kegiatan pengkutan untuk itu diperlukan teknik atau cara yang benar dalam melakukannya agar resiko kecelakaan saat pengangkutan kayu dapat di minimalisir. 3.2. Batasan Beban yang Boleh Diangkat Dalam Bekerja Dalam rangka untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan sehat maka perlu adanya suatu batasan angkat untuk operator. Berikut ini dijelaskan beberapa batasan angkat secara legal dari berbagai negara bagian benua Australia yang dipakai untuk industri. Batasan angkat ini dipakai sebagai batasan angkat secara internasional. Batasan angkat tersebut, yaitu: 1) Pria dibawah usia 16 tahun, maksimum angkat adalah 14 kg. 2) Pria usia 16 – 18 tahun, maksimum angkat 18 kg 3) Pria usia lebih dari 18 tahun, tidak ada batasan angkat. 4) Wanita usia 16 – 18 tahun, maksimum angkat 11 kg 5) Wanita usia lebih dari 18 tahun, maksimum angkat 16 kg Batasan angkat ini dapat membantu untuk mengurangi rasa nyeri, ngilu pada tulang belakang bagi para wanita (back injuries incidence to women). Disamping itu akan mengurangi ketidaknyamanan kerja pada tulang belakang, terutama bagi operator untuk pekerjaan berat. Kerja hutan adalah kegiatan kehutanan yang berat, disebabkan kondisi lingkungan kerja dan kondisi teknologi tinggi. Kerja hutan salah satunya meliputi proses dengan teknologi pada kegiatan produksi yang melibatkan sumberdaya hutan sejak manusia mengenal kerja untuk kenyamanan hidup dan kehidupannya. Keterkaitan sumberdaya manusia dengan sumberdaya hutan menyebabkan perhatian tidak saja ditujukan pada kegiatannya saja, akan tetapi juga kepada kondisi lingkungannya (Gani, 1990). 3.3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi MMH Dalam Pengangkutan Semua aktivitas manual handling melibatkan faktor-faktor sebagai berikut: 1. Karakteristik Pekerja Karakteristik pekerja masing-masing berbeda dan mempengaruhi jenis dan jumlah pekerjaan yang dapat dilakukan. Karakteristik pekerja terdiri dari: a. Fisik, yang meliputi ukuran pekerja secara umum seperti usia, jenis kelamin, antropometri, dan postur tubuh. b. Kemampuan sensorik, ukuran kemampuan sensorik pekerja yang meliputi penglihatan, pendengaran, kinestetik, sistem keseimbangan dan proprioceptive. c. Motorik, ukuran kemampuan motorik/gerak pekerja yang meliputi kekuatan, ketahanan, jangkauan, dan karakter kinematis. d. Psikomotorik, mengukur kemampuan pekerja menghadapi proses mental dan gerak seperti memproses informasi, waktu respon, dan koordinasi e. Personal, ukuran nilai dan kepuasan pekerja dengan melihat tingkah laku, penerimaan resiko, persepsi kebutuhan ekonomi, dll f. Training/pelatihan, ukuran kemampuan pendidikan pekerja dalam training formal atau keterampilan dalam menangani instruksi MMH. g. Status kesehatan h. Aktivitas dalam waktu luang. 1. Karakteritik Material Karakteristik material atau bahan, meliputi: a. Beban, ukuran berat benda, usaha yang dibutuhkan untuk mengangkat, maupun momen inersia benda. b. Dimensi, atau ukuran benda seperti lebar, panjang, tebal, dan bentuk benda baik itu kotak, silinder, dll. c. Distribusi beban, ukuran letak unit CG dengan reaksi pekerja untuk membawa dengan satu atau dua tangan. d. Kopling, cara membawa benda oleh pekerja berkaitan dengan tekstur, permukaan, atau letak. e. Stabilitas beban Dalam kegiatan pengangkutan salah contoh kegiatannya adalah penyaradan kayu yang termasuk dalam pengangkutan minor (minor transportation) dalam kegiatan penyaradan kayu khususnya yang menggunakan tenaga manusia penerapan konsep ergonomic serta kesehatan dan keselamatan kerja (K3), sangat perlu diperhatikan oleh pekerja yang melakukan kegiatan tersebut karena kegiatan penyaradan memerlukan tenaga fisik yang relative besar dan memiliki resiko kecelakaan kerja yang tinggi. Untuk itu diperlukannya pengawasan dan penerapan ergonomi dalam kegiatan penyaradan tersebut. Penyaradan kayu adalah kegiatan memindahkan kayu dari tempat tebangan ke tempat pengumpulan kayu (TPn) atau ke pinggir jalan angkutan. Kegiatan ini merupakan kegiatan pengangkutan jarak pendek. Untuk mengurangi kerusakan lingkungan (tanah maupun tegakan tinggal) yang ditimbun oleh kegiatan penyaradan kayu, penyardan seharusnya dilakukan sesuai dengan rute penyaradan yang sudah direncanakan di atas peta kerja, selain itu juga dimaksudkan agar prestasi kerja yang dihasilkan cukup tinggi. Metode penyaradan dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain : 1. Secara manual 2. Menggunakan hewan 3. Memanfaatkan gaya gravitasi 4. Skidding atau yarding 5. Menggunakan kabel, pesawat atau helikopter. Secara umum sistem penyaradan kayu dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Tenaga Manusia (Manual) Penyaradan kayu dengan tenaga manusia dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, antar lain : - Pemikulan Pemikulan kayu dapat dilekukan secara perorangan atau beregu tergantung pada ukuran kayu yang disarad. Umumnya 1 regu terdiri dari 2 – 10 orang. Cara seperti ini masih dapat dijumpai pada kegiatan pemanenan di Jawa. Di Jawa Barat cara ini digunakan pada kegiatan pemanenan di hutan rasamala atau agathis. - Menggulingkan Cara ini merupakan cara yang paling tua, sederhana dan murah. Cara ini dilakukan di lapangan yang miring dengan jarak sarad bervariasi antara 400 – 700 m. Panjang kayu maksimum 6 m. Pada penyaradan dengan cara ini kayu tidak dikupas kulitnya. Alat yang dapat digunakan untuk menggulingkan kayu disebut Nglebek, alat ini sampai saat ini masih digunakan untuk menyarad kayu di Jawa Tengah. - Sistem kuda-kuda. Penyaradan dengan sistem kuda-kuda digunakan pada penyaradan di hutan rawa, pada daerah yang tanahnya lembek dan berair. Alat yang digunakan disebut dengan kudakuda atau ongkak. Penyaradan dengan sistem kuda-kuda memerlukan jalur lintasan kudakuda yang lebarnya 3 – 4 m. Dalam kegiatan-kegiatan diatas tentunya dalam praktek kegiatan tersebut memerlukan tenaga yang ekstra karena beban yang diangkut pastilah melebih kemampuan angkut dari manusia/pekerja untuk itu penerapan ergonomi dan K3 sangat perlu diterapkan agar pekerja dapat bekerja secara maksimal dan dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan dalam bekerja. 3.4. Manfaat Penerapan K3 Dalam Pengangkutan Kayu Keterkaitan antara K3 dengan pekerjaan sangat erat kaitannya khususnya dalam kegiatan pengangkutan kayu dalam hal ini kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara/metode kerja, proses kerja dan kondisi yang bertujuan untuk : 1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun kesejahteraan sosialnya. 2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh keadaan/ kondisi lingkungan kerjanya. 3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatan. 4. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya. Dalam kegiatan pengangkutan kayu penerapan K3 dapat berupa penggunaan alat pelindung diri (APD) karena dalam kegiatan pengangkutan sangat beresiko bagi pekerja mengalami kecelakaan saat bekerja seperti tertimpa, terjepit dan nyeri pada bagian bahu dan persendian untuk itu perlu adanya APD dalam mendukung produktivitas dalam pengangkutan. Pengendalian ini sesuai dengan UU No. 1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1 huruf a tentang Syarat-syarat Keselamatan Kerja yaitu mencegah dan mengurangi kecelakaan dan huruf f yaitu memberi alat-alat perlindungan diri pada para tenaga kerja. Selain itu penggunaan APD, perlu adanya pemeriksaan kesehatan. Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. Per. 02/ MEN/ 1980 pasal 2 yang menyebutkan bahwa “semua perusahaan harus mengadakan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja” serta pasal 3 yang menyebutkan bahwa pemeriksaan kesehatan berkala bagi tenaga kerja sekurang-kurangnya satu tahun sekali, kecuali ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan Tenaga Kerja dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 03/MEN/1982 pasal 2 poin f mengenai tugas pokok pelayanan kesehatan kerja yang salah satu diantaranya adalah berupa pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit akibat kerja. BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Dari penulisan makalah tentang penerapan ergonomic dalam pengangkutan kayu ini maka penulis dapat menyimpulkan bahwa : 1. Masalah ergonomi dan K3 yang sering dijumpai di area kerja khususnya berhubungan dengan kekuatan dan ketahanan manusia dalam melakuan pekerjaan khususnya pengangkutan kayu adalah musculoskeletal disorder. Masalah ini sering dialami oleh para pekerja yang melakukan gerakan yang sama dan berulang secara terus-menerus. 2. Faktor-faktor yang menentukan cara pengangkutan adalah : biaya, ukuran panjang dan berat kayu, ketersediaan tenaga kerja, jarak ke pabrik pengolahan kayu, besarnya operasi, topografi, iklim, milai tegakan dan permintaan pabrik setiap tahun, serta peralatan yang digunakan. 3. Ergonomi dan K3 memiliki tujuan untuk penyesuaian persyaratan kerja bagi manusia serta menyusun petunjuk umum yang dapat diterapkan untuk penyelenggaraan kerja. 4. Faktor – faktor yang mempengaruhi MMH dalam pengangkutan antara lain : (1) Karakteristik Pekerja (Fisik, kemampuan sensorik, Motorik, psikomotorik, Personal, Training, Status kesehatan, dan aktivitas dalam waktu luang). (2) Karakteritik Material (Beban, Dimensi, Distribusi beban, Kopling dan Stabilitas beban). 5. Dalam kegiatan pengangkutan kayu dihutan salah satu kegiatannya adalah penyaradan kayu (minor transportation), yang mana dalam kegiatan penyaradan salah satu tekniknya adalah secara manual menggunakan tenaga manusia yang dapat dilakukan dengan Pemikulan, penggelindingan dan system kuda-kuda. 6. Manfaat penerapan K3 dalam pengangkutan kayu antara lain : Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja, Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja, Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya dan Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya. 4.2. Saran Dalam upaya peningkatan produktivitas dalam pengangkutan kayu diperlukan penerapan ergonomic dalam hal ini yaitu penerapan kesehatan dan keselamatan kerja (K3), suatu perusahaan perlu memperhatikan tenaga kerjanya salah satunya adalah dengan menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan jenis dan potensi bahaya yang ada di tempat kerja. DAFTAR PUSTAKA Aspriansyah. 2002. Evaluasi Gejala Kelelahan Pekerja Penyaradan Sistem Kuda-kuda. Bogor : Fakultas Kehutanan. IPB Daulay, ZS. 2001. Sistem Pengangkutan Kayu Di Hutan Tanaman Industri. Bogor : Fakultas kehutanan. IPB International Labour Organization.1998. Kode Praktis ILO Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Kehutanan. International Labour Office Geneva Muhdi. 2005. Sistem Penganngkutan Kayu Dengan Sistem Rakit. Medan : Fakultas Pertanian. USU Rendyanto, K. 2010. Magang Tentang Keselaman Dan Kesehatan Kerja Di PT. INKA (PERSERO).Surakarta : Fakultas Kedokteran. Universitas Sebelas Maret Suhadri, B. 2008. Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Industri. Direktorat Pembinaan SMK. Departemen Pendidikan Nasional Kesadaran terhadap bahaya keselamatan kerja di pabrik kayu atau pusat pengolahan kayu memang paling sulit mendapatkan perhatian dari para pekerja. Namun demikian itu adalah tanggung jawab setiap orang untuk bekerja dengan benar dan aman. Akan ada baiknya apabila petunjuk umum berikut bisa anda berikan kepada setiap operator mesin yang baru bergabung dan belum berpengalaman maupun yang sudah berpengalaman. Sebelum anda menggunakan mesin kayu, sangat penting untuk memperhatikan hal-hal berikut ini demi keselamatan kerja dan kualitas hasil kerja anda: - Gunakanlah HANYA mesin yang pernah anda pelajari cara penggunaannya. - Baca dengan cermat buku petunjuk penggunaan mesin beserta standar keselamatannya. - Pastikan bahwa anda benar-benar memahami petunjuk tersebut. Apabila masih terdapat keraguan, jangan segan untuk bertanya kepada senior atau orang yang lebih berpengalaman menggunakan mesin tersebut. Standar Prosedur Penggunaan Mesin 1. Gunakan selalu pelindung mata atau google 2. Gunakan masker untuk melindungi pernafasan anda jika perlu. Khususnya pada operator mesin amplas dan bor. 3. Periksalah tingkat kebisingan mesin yang akan anda gunakan dan pilihlah earplug atau pelindung telinga dari kebisingan yang sesuai. 4. Apabila anda bekerja di mesin besar seperti bandsaw di sawmill atau ripsaw, gunakanlah sarung tangan. Akan tetapi tetap berhati-hati agar tidak terlalu dekat dengan bagian mesin yang berputar. 5. Pastikan bahwa semua alat keselataman mesin telah terpasang dan bekerja dengan baik. Misalnya penutup pisau, pelindung lemparan balik dan sebagainya. 6. Mesin dan meja kerja mesin harus bebas dari alat-alat bantu yang digunakan pada saat penyetelan mesin. 7. Gunakan alat bantu pendorong apabila benda kerja terlalu kecil atau apabila benda kerja tidak memungkinkan untuk dipegang secara langsung. Hal ini untuk menghindari kecelakaan kerja pada jari tangan. 8. Anda bisa menggunakan clamp/alat pengikat lainnya untuk menjaga benda kerja dari getaran. Misalnya pada saat pengeboran atau pembuatan lubang alur. 9. Bersihkan lingkungan sekitar mesin yang akan digunakan dari serpihan-serpihan atau benda lainnya yang bisa mengganggu keselamatan kerja. Tindakan Preventif - Lepaskan semua pernik-pernik pada tangan atau bagian tubuh lainnya (cincin, jam tangan atau kalung). Semua pernik tersebut berpotensi menimbulkan bahaya bagi anda. - Usahakan untuk memiliki potongan rambut pendek atau ikat rambut anda sedemikian rupa sehingga tidak tergerai. - Jangan membersihkan debu atau tatal mesin langsung dengan tangan anda, terutama pada saat mesin berjalan. Gunakanlah alat bantu lain seperti sebatang kayu atau sapu. - Jangan gunakan pistol angin (udara bertekanan) untuk membersihkan debu dari badan anda atau mesin. Mengapa? Dorongan angin hanya akan membuat debu beterbangan tidak beraturan dan ini membahayakan mata dan pernafasan anda dan operator mesin yang lain. Lebih baik anda menggunakan penyedot debu (dust collector) - JANGAN PERNAH meninggalkan mesin yang sedang berjalan tanpa pengawasan! - Hindari berbicara atau berinteraksi dengan operator yang sedang menjalankan mesin kayu. Artikel terkait: Daftar Umum Pemeriksaan Mesin ref: CCOHS - See more at: http://www.tentangkayu.com/2008/05/standar-keselamatanmenggunakan-mesin.html#sthash.S7jYYI3d.dpuf download artikel