GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERPEN BIDADARI YANG MENGEMBARA KARYA A.S. LAKSANA SKRIPSI Oleh SARIYANTI DAPPA 1504080098 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG 2019 Sariyanti Dappa, Endang Werdiningsih, Khoirul Efendiy Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerpen Bidadari yang Mengembara Karya A.S.Laksana LANGUAGE STYLE IN SHORT STORY COLLECTION BIDADARI YANG MENGEMBARA BY A.S.LAKSANA Program of Indonesia Languange and Literature Education studies, Faculty of Education, Wisnuwardhana University Email: ABSTRACT The typical style of an author in his work is called the use of language in his work. The style that has been mentioned, can also be interpreted as a style of language. Researchers are interested in analyzing language styles in short stories because the learning of intrinsic elements in a literary work is included in the material that must be taught to children in school. The purpose of this study is to describe the style of language in a collection of short stories of Bidadari yang Mengembara by A.S. Laksana and describe the meaning of language style in a collection of short stories of Bidadari yang Mengembara by A.S. Laksana. The research to be carried out is qualitative research. The data source used is a collection of Bidadari yang Mengembara by A.S. Laksana. In this study, researchers will only take 3 short stories to be analyzed based on the style of language, namely Menggambar Bapak, Bidadari yang Mengembara and Seekor Ular di dalam Kepala. The data will be analyzed based on the formulation of the problems raised in the study. Data collection in this study uses reading and note taking techniques. Based on the results of this research, it can be seen, the form of language style in the collection of short stories Menggambar Bapak is 13 forms, the shape of the style of the simile language is 3 forms, the style of personification language is 13 forms, the style of hyperbole language in the short story of Menggambar Bapak is 4 forms. The forms of metaphorical style in the Bidadari yang Mengembara short story are 13 forms, the form of the Simile language style is 5 forms, the personification of style language is 4 forms, and the hyperbole language style in the Bidadari yang Mengembara short story is 5 forms. Based on the results of the study, the shape of the metaphorical style in the story of a Seekor Ular di dalam Kepala is 14 forms. Simile language style is 4 forms, personification language style is 1 form, and hyperbole language style in the short story Seekor Ular di dalam Kepala is 3 forms. Keywords: language style, short story Perpustakaan Universitas Wisnuwardhana Malang 2 Sariyanti Dappa, Endang Werdiningsih, Khoirul Efendiy Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerpen Bidadari yang Mengembara Karya A.S.Laksana GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERPEN BIDADARI YANG MENGEMBARA KARYA A.S.LAKSANA Program Studi Pendidikan Bahasa dan Satra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Wisnuwardhana Malang ABSTRAK Gaya khas seorang pengarang dalam karyanya disebut dengan penggunaan bahasa di dalam karyanya. Gaya yang telah disebutkan, dapat pula diartikan sebagai gaya bahasa. Peneliti tertarik untuk menganalisis gaya bahasa di dalam cerpen karena pembelajaran unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra termasuk dalam materi yang mesti diajarkan kepada anak di sekolah. Tujuan dalam penelitian ini adalah Mendeskripsikan gaya bahasa dalam Kumpulan Cerpen Bidadari yang Mengembara Karya A.S. Laksana dan Mendeskipsikan makna gaya bahasa dalam Kumpulan Cerpen Bidadari yang Mengembara Karya A.S. Laksana. Penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah Kumpulan Cerpen Bidadari yang Mengembara Karya A.S. Laksana. Pada penelitian ini peneliti hanya akan mengambil 3 cerpen untuk dianalisis berdasarkan gaya bahasanya, yaitu Menggambar Bapak, Bidadari yang Mengembara dan Seekor Ular di dalam Kepala. Data tersebut akan dianalisis berdasarkan rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik baca dan teknik catat. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diketahui, bentuk gaya bahasa dalam kumpulan cerpen Menggambar Bapak adalah 13 bentuk, bentuk gaya bahasa simile adalah 3 bentuk, gaya bahasa personifikasi 13 bentuk, gaya bahasa hiperbola dalam cerpen Menggambar Bapak adalah 4 bentuk. Bentuk gaya bahasa metafora dalam cerpen Bidadari yang Mengembara adalah 13 bentuk, bentuk gaya bahasa simile adalah 5 bentuk, gaya bahasa personifikasi adalah 4 bentuk, dan gaya bahasa hiperbola dalam cerpen Bidadari yang Mengembara adalah 5 bentuk. Berdasarkan hasil penelitian, bentuk gaya bahasa metafora dalam cerpen Seekor Ular di dalam Kepala adalah 14 bentuk. Gaya bahasa simile adalah 4 bentuk, bentuk gaya bahasa personifikasi adalah 1 bentuk, dan gaya bahasa hiperbola dalam cerpen Seekor Ular di dalam Kepala adalah 3 bentuk. .Kata Kunci: Gaya Bahasa. Cerpen PENDAHULUAN Salah satu karya fiksi yang populer adalah cerpen. Menurut Priyatni (2010:126) cerita pendek adalah salah satu bentuk karya fiksi. Cerita pendek sesuai dengan Perpustakaan Universitas Wisnuwardhana Malang namanya, memperlihatkan sifat yang serba pendek, baik peristiwa yang diungkapkan, isi cerita, jumlah pelaku, dan jumlah kata yang digunakan. Perbandingan ini jika dikaitkan dengan bentuk prosa yang 3 Sariyanti Dappa, Endang Werdiningsih, Khoirul Efendiy Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerpen Bidadari yang Mengembara Karya A.S.Laksana lain, misalnya novel. Sesuai dengan namanya, cerita pendek dapat diartikan sebagai cerita berbentuk prosa yang pendek (Suyanto, 2012:46). Ukuran pendek di sisni bersifat relatif. Menurut Edgar Allan Poe (Suyanto, 2012:46), sastrawan kenamaan Amerika, ukuran pendek di sini adalah selesai dibaca dalam sekali duduk, yakni kira-kira kurang dari satu jam. Unsur-unsur pembangun cerpen yang kemudian secara bersama membentuk sebuah totalitas disamping unsur formal yaitu bahasa, masih banyak lagi macamnya. Namun secara garis besar berbagai macam unsur tersebut secara tradisional dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri (Nurgiyantoro, 2015:23). Untuk mengetahui gaya khas seorang pengarang, perlu membaca dan menelaah penggunaan bahasa di dalam karyanya. Gaya yang telah disebutkan, dapat pula diartikan sebagai gaya bahasa. Gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Gaya bahasa merupakan ungkapan dari isi hati pengarang untuk menimbulkan perasaan tertentu pada hati pembaca. Gaya bahasa adalah susunan perkataan yang terjadi karena Perpustakaan Universitas Wisnuwardhana Malang perasaan yang timbul atau hidup pada hati penulis, yang menimbulkan perasaan tertentu pada hati pembaca (Pradopo, 2012:93). Peneliti tertarik untuk menganalisis gaya bahasa di dalam cerpen karena pembelajaran unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra termasuk dalam materi yang mesti diajarkan kepada anak di sekolah. Siswa remaja pada hari ini sangat banyak mendapatkan contoh gaya bahasa dari tontonan yang cukup jauh dari unsur dan norma estetika. Tontonan pada hari ini sangat cenderung pada unsur lawakan, unsur cinta anak gaul, unsur konflik yang tidak berkesudahan, unsur “keren” atau “modern” dengan bahasa yang slank bahkan sampai pada pilihan kata-kata kotor, menghina, merendahkan, membully, dan lainnya yang mendapat perhatian dan minat dari siswa remaja. Hal ini dapat berakibat buruk pada kecendrungan pilihan gaya bahasa yang digunakan siswa. Pada penelitian ini, cerpen yang digunakan berasal dari kumpulan cerpen Bidadari yang Mengembara karya A.S Laksana. Buku ini terdiri atas 12 cerita pendek yang bertajuk Menggambar Ayah, Bidadari yang Mengembara, Seorang Ibu yang Menunggu atau Sangkuriang, Burung di Langit dan Sekaleng Lem, Seekor Ular di dalam Kepala, Telepon dari Ibu, Buldoser, Seto Menjadi Kupukupu, Bangkai Anjing, Rumah Unggas, Peristiwa Pagi 4 Sariyanti Dappa, Endang Werdiningsih, Khoirul Efendiy Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerpen Bidadari yang Mengembara Karya A.S.Laksana Hari, dan Cerita tentang Ibu yang Dikerat. Dari keseluruhan judul buku ini, Bidadari yang Mengembara-lah yang menjadi judul utama. Pada penelitian ini peneliti hanya akan mengambil 3 cerpen untuk dianalisis berdasarkan gaya bahasanya, yaitu Menggambar Bapak, Bidadari yang Mengembara dan Seekor Ular di dalam Kepala. Peneliti akan menganalisis cerpen berdasarkan gaya bahasa yang digunakannya. Menurut Keraf (2010:115) gaya bahasa dapat ditinjau dari bermacam-macam sudut pandang. Gaya bahasa perbandingan adalah gaya bahasa yang membandingkan sesuatu dengan hal yang lain, dan mencoba menemukan ciri-ciri yang menunjukkan kesamaan antara kedua hal tersebut. Gaya bahasa pertentangan adalah gaya bahasa yang menunjukkan pertentangan antara satu hal degan lainnya, gaya bahasa pertentangan menunjukkan ciri-ciri yang bertentangan. Bentuk gaya bahasa yang dianalisis dalam penelitian, yaitu a) gaya bahasa perbandingan: hiperbola, simile, metafora, dan personifikasi, b) gaya Pertentangan, yaitu yaitu: paradoks, klimaks, sinisme, sarkasme. Penelitian tentang gaya bahasa dalam cerpen telah beberapa kali dilaksanakan. Salah satunya adalah penelitian oleh Andriyanto (2017) berjudul, Analisis gaya bahasa dalam kumpulan cerpen Saat Cinta Datang Belum Pada Waktunya karya Ari Pusparini. Metode penelitian yang digunakan Perpustakaan Universitas Wisnuwardhana Malang adalah deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data ini menggunakan teknik studi pustaka, teknik dokumentasi, dan teknik analisis. Teknik pengolahan data yakni membaca, mengkaji, dan menemukan kesesuaian kumpulan cerpen Saat Cinta Datang Belum pada Waktunya dengan kriteria pemilihan bahan ajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya bahasa kumpulan cerpen Saat Cinta Datang Belum pada Waktunya karya Ari Pusparini memiliki nilai estetis yang tinggi dan mempu melejitkan makna. Hal ini ditunjukan dengan penggunaan gaya bahasa yang cukup variatif, karena di dalamnya terdapat gaya bahasa perbandingan, pertentangan, pertautan, dan perulangan. Gaya bahasa perbandingan dalam kumpulan cerpen Saat Cinta Datang Belum pada Waktunya karya Ari Pusparini cukup mendominasi sebesar 62,50%. Gaya bahasa pertentangan tidak mendominasi, karena diketahui hanya 37,50%. Gaya bahasa pertautan tidak mendominasi, hal tersebut dibuktikan dengan 12,50%, sedangkan gaya bahasa perulangan tidak mendominasi, hal tersebut dibuktikan dengan 25,00%. Jika dirata-ratakan dari keseluruhan, maka jatuh pada persentase 57,89% artinya gaya bahasa kumpulan cerpen Saat Cinta Datang Belum pada Waktunya karya Ari Pusparini berada pada kategori cukup mendominasi. 5 Sariyanti Dappa, Endang Werdiningsih, Khoirul Efendiy Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerpen Bidadari yang Mengembara Karya A.S.Laksana Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis berusaha mengulas tentang gaya bahasa yang terdapat pada cerpen. Judul yang diajukan dalam penelitian ini adalah, “Gaya Bahasa Dalam Kumpulan Cerpen Bidadari yang Mengembara Karya A.S. Laksana.” Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah bentuk gaya bahasa dalam Kumpulan Cerpen Bidadari yang Mengembara Karya A.S. Laksana? 2. Bagaimanakah makna gaya bahasa dalam Kumpulan Cerpen Bidadari yang Mengembara Karya A.S. Laksana? METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif sering diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan atau angka-angka (Sugiyono, 2012:8). Pendekatan kualitatif dilaksanakan dengan cara deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. a. Sumber data yang primer dalam penelitian ini adalah gaya Perpustakaan Universitas Wisnuwardhana Malang bahasa Kumpulan Cerpen Bidadari yang Mengembara Karya A.S Laksana, khususnya 3 cerpen untuk dianalisis berdasarkan gaya bahasanya, yaitu Menggambar Bapak, Bidadari yang Mengembara dan Seekor Ular di dalam Kepala b. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah kajian literatur seperti buku dan jurnal penelitian serta internet. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik baca dan teknik catat. Teknik catat ini yaitu mencatat peristiwaperistiwa atau keteranganketerangan sebagaian atau seluruh elemen populasi yang akan menunjang atau mendukung penelitian (Hasan, 2002: 83). HASIL PENELITIAN Bentuk gaya bahasa dalam penelitian ini di ambil dari tiga cerpen yang ada dalam Kumpulan Cerpen Bidadari yang Mengembara Karya A.S. Laksana. Cerpen yang dianalisis adalah Menggambar Ayah, Bidadari yang Mengembara dan Seekor Ular di dalam Kepala. Bentuk gaya bahasa yang di analisis adalah metafora, personifikasi, simile dan hiperbola. 1. Menggambar Ayah Pada cerpen Menggambar Ayah, makna metafora adalah: 1) Perseteruanku dengan ibu sudah dimulai bahkan ketika usiaku baru 6 Sariyanti Dappa, Endang Werdiningsih, Khoirul Efendiy Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerpen Bidadari yang Mengembara Karya A.S.Laksana empat bulan dalam kandungannya (MA/RM1/1/1/2014) Berdasarkan data di atas, makna Makna metafora di sini adalah fakta bahwa si ibu telah membenci si anak sejak berada dalam kandungan. Si ibu sangat membenci anaknya karena hanya akan membawa malu sebab ibu belum memiliki suami. 2) Kini aku suka bercakap-cakap dengan puncak gunung yang tampak dari jendela kamarku. Di sana ada ibuku (MA/RM1/2/11/2014) Berdasarkan kutipan di atas, dapat diketahui metafora adalah puncak gunung. Si anak merasa dapat berbincang dengan ibunya. Si anak yang ditinggal kabur oleh ibunya menganggap bahwa ibunya itu kabur ke atas gunung seperti cerita nabi Nuh yang meninggalkan anak-anaknya yang tidak patuh untuk mati ditelan air bah. 3) Perempuan itu mendapatkanmu dari jalanan (MA/RM1/3/1/2014) Berdasarkan kutipan di atas, dapat diketahui bahwa gaya bahasa yang digunakan adalah metafora yaitu membandingkan jalanan untuk menyebut sebuah tempat yang tidak jelas asal-usulnya. Si ibu tidak mengetahui siapa Ayah sebenarnya dari si anak yang dikandungnya. Berdasarkan hasil penelitian, bentuk gaya bahasa metafora dalam cerpen Menggambar Ayah adalah 15 bentuk. Makna metafora dalam cerpen Menggambar Ayah adalah manifestasi perasaan si anak yang merasa tidak disayangi oleh ibunya. Perpustakaan Universitas Wisnuwardhana Malang Sejak di dalam kandungan ibunya sama-sekali tidak mencintainya sebab si anak tidak mempunyai asalusul yang jelas. Pada cerpen Menggambar Ayah, simile yang digunakan oleh penulis adalah: 1) Aku membayangkan beribu ribu laki-laki menggelepar di semaksemak, bagai ular yang sedang mengintip mangsa(MA/ RM3/68/4/2014) Pada kutipan di atas, simile yang digunakan adalah kata bagai ular yang merujuk pada perbandingan antara ular dan lelaki. Si tokoh aku menganggap Ayahnya bagai ular yang memiliki lidah bercabang dan sifat licik yang suka membujuk untuk melakukan dosa. Sifat licik ular yang suka menipu ini adalah manifestasi dari kisah penyebab di usirnya Adam dan Hawa dari surga yang dikarenakan mengikuti bujukan iblis yang merasuk pada seekor ular. Hewan ini adalah hewan yang membuat manusia melakukan dosa pertama dan membangkang pada perintah Tuhan untuk tidak memakan buah khuldi. Berdasarkan hasil penelitian, bentuk gaya bahasa simile dalam cerpen Menggambar Ayah adalah 3 bentuk. Simile adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal dengan kata seperti, bak, laksana, dan sebagainya. Pada cerpen Menggambar Ayah, makna personifikasi yang digunakan oleh penulis adalah: 7 Sariyanti Dappa, Endang Werdiningsih, Khoirul Efendiy Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerpen Bidadari yang Mengembara Karya A.S.Laksana Di situ aku bisa berpikir tentang apa saja tanpa rasa takut bahwa gaung pikiranku akan terperangkap oleh pendengaran ibu (MA/ RM2/63/1/2014) Berdasarkan data di atas, personifikasi yang digunakan adalah penggunaan kata gaung pikiranku akan terperangkap oleh pendengaran ibu yang menunjukkan bahwa si tokoh aku memberikan ‘nyawa’ pada gaung pikiran yang menyebabkannya seoalah-olah dapat terperangkap dan memberi tahu si ibu tentang yang dipikirkan olehnya. Gaung pikiran bersifat abstrak, tidak dapat dilihat, hanya bisa dirasakan. Pada data 1, gaung pikiran dinyatakan akan terperangkap. Terperangkap berarti bisa dilihat secara konkret. Berdasarkan hasil penelitian, bentuk gaya bahasa personifikasi dalam cerpen Menggambar Ayah adalah 12 bentuk. Personifikasi dalam cerpen Menggambar Ayah merepresentasikan dialog imaginer si tokoh aku sewaktu dalam kandungan dan saat si tokoh merasa kesepian. Hiperbola yang dipergunakan dalam cerpen Menggambar Ayah ini memiliki makna sebagai berikut. 1) Tapi ia terus menghujaniku dengan racun (MA/ RM4/77/4/2014) Hiperbola dalam kutipan 1 dan 2 dalam cerpen Menggambar Ayah di atas adalah upaya melebihlebihkan waktu si anak berseteru dengan ibunya. Si anak merasa Perpustakaan Universitas Wisnuwardhana Malang bahwa ibu membencinya dari sejak dia dalam kandungan. Sekalipun dalam kandungan si anak belum dapat bicara dan berseteru dengan ibunya. Namun, di anak secara berlebihan mengatakan perseteruannya dengan ibu dimulai sejak dia masih janin. Hal ini dikarenakan si ibu berusaha mengaborsi si anak dengan cara meminum obat-obatan pengugur kandungan dengan dosis yang besar dan mematikan. Berdasarkan hasil penelitian, bentuk gaya bahasa hiperbola dalam cerpen Menggambar Ayah adalah 4 bentuk. 2. Cerpen Bidadari yang Mengembara Pada cerpen Bidadari yang Mengembara, makna metafora adalah: 1) Setelah pertemuan yang menekan jantung dengan Nita, Alit merasakan semua jalan melingkar-lingkar (BYM/ RM1/16/13/2014) Menekan jantung merupakan metafora dari membuat sakit dan jalan melingkar-lingkar merupakan metafora dari pusing yang berlebihan. Dalam konteks ini Alit ditinggalkan oleh Nita yang membuatnya menjadi orang yang tidak tahu arah tujuan dan sakit hati karena perpisahan. Berdasarkan hasil penelitian, bentuk gaya bahasa metafora dalam cerpen Bidadari yang Mengembara adalah 13 bentuk. Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara 8 Sariyanti Dappa, Endang Werdiningsih, Khoirul Efendiy Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerpen Bidadari yang Mengembara Karya A.S.Laksana langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat. Pada cerpen Bidadari yang Mengembara, makna Simile adalah sebagai berikut. Alit seperti mendengar lengking peluit kereta api yang hendak berangkat ke Semarang (BYM/ RM3/72/16/2014) Berdasarkan kutipan di atas, Alit merasa sepertu mendengar lengking peluit atau suara yang sangat berisik. Alit seperti tidak dapat mendengar apapun selain suara yang berisik tersebut. Padahal semua terjadi hanya dalam angan-angan Alit. Berdasarkan hasil penelitian, bentuk gaya bahasa simile dalam cerpen Bidadari yang Mengembara adalah 5 bentuk. Personifikasi dalam cerpen Bidadari yang mengembara adalah sebagai berikut. Rasa berat di kepalanya, yang disebabkan oleh hantaman kalimat Nita, sudah hilang empat jam kemudian (BYM/ RM2/64/13/2014) Rasa berat merupakan personifikasi dari rasa yang sangat sakit.Rasa berat disebabkan oleh hantaman kalimat.Hantaman berarti memukul keras-keras. Kalimat merupakan sesuatu yang abstrak, tidak bisa melakukan hantaman.Kalimat pada data diatas, disamakan seperti manusia. Berdasarkan hasil penelitian, bentuk gaya bahasa personifikasi dalam cerpen Bidadari yang Mengembara adalah 4 bentuk. Perpustakaan Universitas Wisnuwardhana Malang Hiperbola dalam cerpen Bidadari yang Mengembara adalah sebagai berikut. Ia menikung-nikung diseratus lekuk jalanan sampai tak ada lagi teriakan yang memburunya (BYM/ RM4/80/15/2014) Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat diketahui bahwa hiperbola yang digunakan adalah menikung-nikung diseratus lekuk jalanan yang menunjukkan bahwa Alit melakukan segenap usaha untuk bisa kabur dari orang-orang yang mengejarnya. Alit kabur dengan melewati banyak tikungan, tetapi penulis membuatnya seolah-olah melewati ratusan lekuk jalanan. Berdasarkan hasil penelitian, bentuk gaya bahasa hiperbola dalam cerpen Bidadari yang Mengembara adalah 4 bentuk.. 3. Cerpen Seekor Ular di dalam Kepala Cerpen Seekor Ular dalam Kepala adalah cerpen yang mengisahkan tentang kehidupan rumah tangga dan problematikanya. “Seekor Ular dalam Kepala” bercerita tentang kehidupan sebuah keluarga yang terdiri atas suami dan istri yaitu Rob dan Lin. 9 Sariyanti Dappa, Endang Werdiningsih, Khoirul Efendiy Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerpen Bidadari yang Mengembara Karya A.S.Laksana Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat. Pada cerpen Seekor Ular di dalam Kepala, metafora adalah: Tiba-tiba dia merasakan ada seekor ular kecil menyelinap dalam liang telinganya (SUDK/ RM1/31/46/2014) Ular kecil pada data termasuk metafora karena ular yang dimaksud bukanlah ular kecil dalam wujud binatang, melainkan ular kecil dalam arti kias, ular kecil yang tidak dapat dipegang dan dilihat, ular kecil yang abstrak, ular kecil yang berarti hasrat pemberontak yang mulai muncul dalam pikiran. Berdasarkan hasil penelitian, bentuk gaya bahasa metafora dalam cerpen Seekor Ular di dalam Kepala adalah 15 bentuk. Simile dalam cerpen Seekor Ular di dalam Kepala adalah sebagai berikut. Seperti sahabat baik, mereka berjalan-jalan di hutan, melintasi rimbun pohon-pohon dan harum bunga-bunga (SUDK/ RM1/36/47/2014) Simile dalam kutipan ini adalah Berdasarkan hasil penelitian, bentuk gaya bahasa simile dalam cerpen Seekor Ular di dalam Kepala adalah 4 bentuk. Simile adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal dengan kata seperti, bak, laksana, dan sebagainya. Makna simile dalam cerpen Seekor Ular di dalam Kepala adalah menganalogikan hasrat Lin yang tidak dapat terpuaskan oleh suaminya, sehingga Lin menyebut suaminya mobil tua yang telah tidak layak dikendarai karena tidak menyamai performa mobil yang masih baru. Simile dalam cerpen Seekor Ular di dalam Kepala juga menjelaskan hasrat psikiater yang didatangi Lin untuk berobat. Karena Lin masih cantik, psikiater itu pun tidak mampu menolak ajakan Lin untuk berselingkuh. Personifikasi dalam cerpen Seekor Ular di dalam Kepala adalah sebagai berikut. Lin bangun pagi dengan sergapan rasa asing di dalam benaknya (SUDK/ RM2/38/48/2014) ular yang merupakan hasrat Lin mulai membayangkan hal-hal yang indah yang dapat dilakukan. Lin merasa bahwa dia hidup dalam keadaan yang menyedihkan. Sehingga dalam pikirannya Lin hidup dengan bahagia dan mempunyai teman yaitu si ular Perpustakaan Universitas Wisnuwardhana Malang Personifikasi dalam kutipan ini adalah Lin yang disergap rasa asing. Lin merasa tidak puas dengan kehidupan ruma tangganya dan berniat untuk memberontak. Berdasarkan hasil penelitian, bentuk gaya bahasa personifikasi dalam cerpen Seekor Ular di dalam Kepala adalah 1 bentuk. Personifikasi adalah semacam analogi yang membuat benda atau hewan seolah memiliki nyawa dan 10 Sariyanti Dappa, Endang Werdiningsih, Khoirul Efendiy Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerpen Bidadari yang Mengembara Karya A.S.Laksana dapat berkehendak seperti manusia. Dalam cerpen Seekor Ular di dalam Kepala personifikasi yang ada adalah menganalogikan hasrat Lin sebagai ular yang membuatnya menginginkan sesuatu yang lebih dari yang telah dimilikinya. Hiperbola dalam cerpen Seekor Ular di dalam Kepala adalah sebagai berikut. Rob! Tidakkah kau tahu bahwa perempuan itu sengaja membikin kita panas? (Laksana, 2014: 50) Hiperbola dalam kutipan ini adalah reaksi Lin ketika tahu tetangganya membeli barang baru. Lin yang mulai merasa iri dan tidak puas dengan kehidupannya mulai merecoki Rob dengan hal serupa. Hal tersebut dilakukannya agar Rob mau membeli hal yang baru yang lebih bagus dari milik tetangganya tersebut. Nasi di mulut Rob rasanya sangat dingin (SUDK/ RM4/40/50/2014) Hiperbola dalam kutipan ini adalah Rob yang merasa bahwa nasinya sangat dingin. Karena tidak mungkin nasi itu dingin, nasi tersebut terasa dingin sebab Rob kaget dengan permintaan Lin yang tiba-tiba untuk meminta cerai darinya. Baru berpikir tentang perceraian saja kepalanya berputar-putar (SUDK/ RM4/45/55/2014) Perpustakaan Universitas Wisnuwardhana Malang Hiperbola dalam kutipan ini adalah reaksi Rob ketika Lin meminta perceraian. Rob merasa bahwa kepalanya berputar-putar sebab dia tidak siap dengan permintaan Lin untuk bercerai. Hiperbola dalam cerpen ini adalah 3 bentuk. Hiperbola dalam cerpen Seekor Ular di Kepala ini mendeskripsikan kehidupan rumah tangga mereka yang sebelum ular masuk di kepala sebenarnya baikbaik saja. Akan tetapi lama kelamaan istri merasakan kebosanan dengan kehidupan yang sedang dijalaninya sehingga dia berhalusinasi tentang ular dalam kepala. Alasan tersebut dimanfaatkan oleh istri untuk dapat berselingkuh. Tokoh dalam cerpen ini merasakan seekor ular masuk ke dalam kepalanya. Lalu ular tersebut menjadi berpengaruh dalam kehidupan sehari-harinya. Ular dalam kepala bukanlah ular dalam artian yang sebenarnya. Akan tetapi ular tersebut dimaknai sebagai sisi pemberontakan dari tokoh sebagai seorang istri. KESIMPULAN 1. Gaya bahasa dalam Kumpulan Cerpen Bidadari yang Mengembara Karya A.S. Laksana adalah 4 bentuk yaitu metafora, simile, personifikasi dan hiperbola. Bentuk gaya bahasa dalam kumpulan cerpen Menggambar Bapak adalah 13 bentuk, bentuk gaya bahasa simile adalah 3 bentuk, gaya bahasa personifikasi 13 bentuk, gaya bahasa hiperbola dalam 11 Sariyanti Dappa, Endang Werdiningsih, Khoirul Efendiy Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerpen Bidadari yang Mengembara Karya A.S.Laksana cerpen Menggambar Bapak adalah 4 bentuk. Bentuk gaya bahasa metafora dalam cerpen Bidadari yang Mengembara adalah 13 bentuk, bentuk gaya bahasa simile adalah 5 bentuk, gaya bahasa personifikasi adalah 4 bentuk, dan gaya bahasa hiperbola dalam cerpen Bidadari yang Mengembara adalah 5 bentuk. Berdasarkan hasil penelitian, bentuk gaya bahasa metafora dalam cerpen Seekor Ular di dalam Kepala adalah 14 bentuk. gaya bahasa simile adalah 4 bentuk, bentuk gaya bahasa personifikasi adalah 1 bentuk, dan gaya bahasa hiperbola dalam cerpen Seekor Ular di dalam Kepala adalah 3 bentuk. 2. Makna gaya bahasa dalam makna gaya bahasa dalam Kumpulan Cerpen Bidadari yang Mengembara Karya A.S. Laksana adalah, cerpen Menggambar Bapak makna gaya bahasa adalah untuk menghilangkan kerinduan tersebut tokoh Aku mulai berkhayal. Khayalan dirasa menjadi solusi terbaik dari masalah yang dihadapi. Khayalan-khayalan yang diciptakan seolah mampu menggantikan kehadiran bapak yang sebenarnya. Makna gaya bahasa dalam cerpen Bidadari yang Mengembara tersebut adalah tokoh Alit yang mengembara untuk mencari pendamping hidup yang Perpustakaan Universitas Wisnuwardhana Malang merupakan bagian dari tulang rusuknya agar bisa saling melengkapi. Cerpen Seekor Ular dalam Kepala adalah cerpen yang mengisahkan tentang kehidupan rumah tangga dan problematikanya. “Seekor Ular dalam Kepala” bercerita tentang kehidupan sebuah keluarga yang terdiri atas suami dan istri yaitu Rob dan Lin. SARAN 1. Untuk Mahasiswa a. Menambah pengetahuan mahasiswa Pendidikan Bahasa indonesia tentang karya sastra. b. Dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya pada karya sastra lain yang mengangkat tema penelitian gaya bahasa. 2. Untuk Peneliti selanjutnya a. Memahami gaya bahasa pada cerpen berdasarkan pembacaan heuristik dan hermeneutik. b. Menambah pengetahuan pada makna gaya bahasa gaya dalam Kumpulan Cerpen Bidadari yang Mengembara Karya A.S. Laksana. DAFTAR PUSTAKA Andriyanto. 2017. Analisis gaya bahasa dalam kumpulan cerpen Saat Cinta Datang Belum Pada Waktunya karya Ari Pusparini. 12 Sariyanti Dappa, Endang Werdiningsih, Khoirul Efendiy Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerpen Bidadari yang Mengembara Karya A.S.Laksana Hasan, M. Igbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Bogor: Ghalia Indonesia Keraf, Gorys. 2010. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Nurgiyantoro, Burhan. 2015. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Pradopo, Rachmad. 2010. Pengkajian Puisi: Analisis Strata Norma dan Analisis Struktural dan Semiotik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sudaryat, Yayat. 2009. Makna dalam Wacana. Bandung: CV Yrama Widya. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualittif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta Perpustakaan Universitas Wisnuwardhana Malang 13