Uploaded by User24602

RANGKUMAN UTS PIH

advertisement
RANGKUMAN UTS PIH
I.
Perbedaan PIH dan PHI, Disiplin Hukum, dan Arti Hukum
Perbedaan PIH dan PHI
PIH (Pengantar Ilmu Hukum)
Objek: mata kuliah yg mengantarkan mahasiswa u/ mempelajari hukum secara umum
(pengertian2 pokok, disiplin hukum, dan asas2 hukumnya)
Sifat: Universal, yaitu tidak terikat pd tempat dan waktu tertentu. Cakupan pelajarannya
mengenai hukum secara umum di wilayah dunia
PHI (Pengantar Hukum Indonesia)
Objek: mata kuliah yg mengantarkan mahasiswa u/ mempelajari bidang2 hukum positif
Negara Indonesia (antara lain Pidana, Perdata, HTN, HAN, dan Hukum Internasional scr
umum)
Sifat: Khusus, terikat pd tempat dan waktu tertentu. Cakupan pelajarannya hanya mengenai
hukum yang diterapkan di Indonesia
*Hukum +: hukum yg berlaku pd suatu tempat, waktu, dan masa (periode) tertentu.
Disiplin Hukum
Disiplin adalah sistem ajaran mengenai kenyataan dan gejala2 yg dihadapi. Disiplin secara
umum dapat dibedakan menjadi:
1. Disiplin Analitis sistem ajaran yang menganalisis, memahami, serta menjelaskan gejala2
yg dihadapi. Co/ Psikologi, Ekonomi, Sosiologi
2. Disiplin Preskriptif sistem ajaran yg menentukan apakah yg seyogyanya dilakukan dalam
menghadapi kenyataan2 tertentu. Co/ Hukum dan Filsafat
3. Disiplin Deskriptif sistem ajaran yg senyatanya dalam hidup
Disiplin hukum dapat dibagi ke dalam:
i.
Ilmu-ilmu Hukum kumpulan dari berbagai cabang ilmu pengetahuan yg terdiri atas:
1. Ilmu Tentang Kaedah (Normwissenschaft/Sollenwissenschaft)
Ilmu yang menelaah hukum sebagai kaedah, atau sistem kaedah2, yang jika digabungkan
dengan ilmu pengertian2 pokok, dinamakan dogmatik dan sistematik hukum.
2. Ilmu Pengertian
Ilmu yg memuat pengertian2 pokok dalam hukum, seperti subyek hukum, hak dan
kewajiban, peristiwa hukum, hubungan hukum, dan obyek hukum.
3. Ilmu Tentang Kenyataan (Tatsachenwissenschaft/Seinwissenschaft)
Ilmu yang menyoroti hukum sebagai perikelakuan atau sikap tindak, antara lain;
a. Sosiologi Hukum
Secara empiris dan analitis mempelajari hubungan antara hukum sebagai gejala sosial
dengan gejala sosial lainnya (Soerjono Soekanto). Co/ Mengapa sering terjadi
perkelahian pelajar?
b. Antropologi Hukum
Mempelajari pola2 sengketa pada masyarakat, baik yg masih sederhana maupun yg
tengah menuju modern (Charles Winick). Co/ Mengapa sengketa tanah sering timbul?
c. Psikologi Hukum
Mempelajari hukum sebagai wujud dari perkembangan jiwa manusia (J. Drever). Co/
Mengapa manusia bisa berbuat jahat?
1
ii.
iii.
d. Perbandingan Hukum
Memperbandingkan sistem2 hukum yg berlaku di dalam satu/ beberapa masy.
(bandingin hukum +). Co/ Bagaimana perbedaan antara sistem hukum di Batak dan di
Minangkabau?
e. Sejarah Hukum
Mempelajari perkembangan dan asal-usul sistem hukum dlm masyarakat tertentu. Co/
Apa LB terjadinya keanekaragaman hukum perdata di Indonesia?
Politik Hukum mencakup kegiatan memilih nilai dan menerapkan nilai2 tsb, fungsinya
mengarahkan suatu sistem tertentu sebagai pengarah kebijakan
Filsafat Hukum perenungan dan perumusan nilai2, juga penyerasian nilai2. co/
nyerasiin ketertiban dan ketentraman
* Dogmatik hukum: mencakup ilmu kaidah + ilmu ttg pengertian yg bersifat normatifwissenschaft
Arti Hukum
 Pengertian dasar dari hukum semua hukum pasti mengatakan pengertian dasar ini, ada
masyarakat hukum, subjek hukum, peranan hukum, peristiwa hukum, akibat/hubungan
hukum, dan objek hukum – Prof. Agus Sardjono
 Van Apeldoorn definisi hukum masih dicari-cari dan belum didapatkan karena hukum
mencakup banyak segi dan aspek, serta karena luasnya ruang lingkup hukum.
 P. Moedikdo arti hukup dpt ditujukan pada cara2 u/ merealisasikan hukum tsb
 F. Karel Van Savigny arti hukum ga mungkin dirumuskan krn hukum adalah kehidupan
manusia itu sendiri (ditinjau dr segi yg khusus)
Namun, terdapat pengertian hukum yang diberikan oleh masyarakat, yang berguna agar
ga terjadi kesimpang-siuran dlm mengadakan studi ttg hukum (Purnadi Poebacaraka &
Soerjono Soekanto). Yaitu:
1. Hukum sebagai Ilmu Pengetahuan
Adalah pengetahuan yg tersusun scr sistematis atas dasar kekuatan pikiran.
2. Hukum sebagai Disiplin
Adalah sistem ajaran mengenai kenyataan dan gejala2 yg dihadapi.
3. Hukum sebagai Kaedah
Adalah pedoman sikap tindak yg pantas/yg diharapkan
4. Hukum sebagai Tata Hukum
Adalah struktur dan proses perangkat kaedah2 hukum yg berlaku pd waktu dan tempat
tertentu, serta bentuknya tertulis.
5. Hukum sebagai Petugas (Hukum)
Adalah pribadi2 yg berhubungan erat dgn penegakkan hukum (pejabat hukum seperti
polisi, jaksa, hakim, dsb)
6. Hukum sebagai Keputusan Penguasa
Adalah hasil proses pertimbangan/kebijaksanaan penguasa.
7. Hukum sebagai Proses Pemerintahan
Adalah proses hub timbal balik antara unsur2 pokok dalam sistem kenegaraan
8. Hukum sebagai Perikelakuan Ajeg
Adalah perikelakuan yg diulang-ulang dgn cara yg sama, dan bertujuan u/ mencapai
kedamaian
9. Hukum sebagai Jalinan Nilai2
Adalah jalinan dari konsep2 abstrak ttg apa yg baik dan apa yg buruk.
2
Unsur2 hukum:
1. Unsur idiil, terdiri dari:
a. Hasrat susila berbentuk asas2 hukum. Co/ tidak ada hukuman tanpa kesalahan
b. Rasio manusia berbentuk pengertian2 hukum. Co/ subyek hukum, hak dan
kewajiban, dll.
2. Unsur riil, terdiri dari: manusia, alam, dan kebudyaan materiil.
II.
Pengertian, Tujuan, dan Perbedaan Kaedah Hukum dengan Kaedah sosial, serta Kaedah Abstrak
dan Kaedah Konkret
Proses terjadinya kaedah
Sejak lahir manusia udah ngikutin suatu pola tertentu dan mematuhi pola itu dengan imitasi
(nyontoh org lain) or based on petunjuk2 yg diberikan kepadanya (edukasi). Dalam pola hidup
tertentu, manusia memiliki KEBUTUHAN DASAR (AH Maslow) yg meliputi kebutuhan akan:
1. Food, shelter, clothing
2. Safety of self and property
3. Self esteem
4. Self actualization
5. Love
Kalo kebutuhan dasar ga terpenuhi, bakal timbul rasa khawatir yg sifatnya ekstern (reality
anxiety) atau intern (neurotic moral anxiety). Kalo kekhawatiran memuncak, manusia bakal bikin
pola baru.
*Syarat suatu norma: diterima, diakui, dihargai, ditaati
Pengertian Kaedah Hukum
Kaedah adalah patokan/ukuran/pedoman u/ berperikelakuan atau bersikap tindak dalam hidup.
Hakekat kaedah adalah perumusan suatu pandangan (ordeel) mengenai sikap tindak. Sumber
kaedah adalah hasrat u/ hidup pantas
Kaedah berbeda dgn dalil alam;
 Kaedah: perumusan pandangan mengenai perikelakuan, ada kemungkinan penyimpangan
 Dalil alam: perumusan pandangan mengenai kejadian ilmiah, penyimpangan dianggap mustahil
Secara umum terdapat 2 macam aspek kehidupan:
1) Aspek Kehidupan Pribadi
a. Kaedah Kepercayaan/Keimanan, mencapai kesucian hidup pribadi/beriman yg
meyakini adanya kekuasaan tertinggi, yaitu Sang Pencipta
b. Kaedah Kesusilaan, mencapai kebaikan hidup pribadi berdasarkan hati nurani dan
akhlak
2) Aspek Kehidupan Antar Pribadi
a. Kaedah Sopan Santun, bertujuan mencapai keselarasan/kesedapan hidup bersama
b. Kaedah Hukum, bertujuan mencapai kedamaian hidup bersama (antar pribadi).
Kedamaian mencakup 2 hal, yaitu; Ketertiban/Keamanan, menunjuk pada proses
interaksi antar pribadi dalam kelompok dan Ketentraman/Ketenangan yg melihat
kehidupan batiniah masing-masing pribadi dalam kelompok.
Perbedaan kaedah hukum dgn kaedah lainnya
Kaedah hukum tidak hanya membebani kewajiban namun juga melindungi hak individu
3
Tujuan
Isi
Asal Usul
Sanksi
Daya
Kerja
Ruang
Lingkup
Kepercayaan
Kesusilaan
Umat Manusia; penyempurnaan manusia;
jangan sampai manusia jahat
Ditujukan pd sikap batin
Diri sendiri (hati
dr Tuhan
nurani)
dr diri sendiri (rasa
dr Tuhan (dosa)
bersalah)
Membebani
Membebani kewajiban
kewajiban
Sopan Santun
Hukum
Pembuatnya yg konkret; ketertiban masyarakat; jangan
sampai ada korban
Ditujukan pd sikap lahir
Pribadi
Antar pribadi
Kekuasaan luar yg memaksa
dr masyarakat (scr ga
resmi)
dr masyarakat (scr resmi)
Membebani kewajiban
Membebani kewajiban
dan memberi hak
Kaedah Abstrak dan Konkret
Kaedah Fundamental nilai yang bersifat fundamental (mendasar)
Bagaimana manusia seharusnya bersikap tindak sesuai dengan tata kaedah yg mengaturnya. Co/
kaedah hukum: “Manusia seharusnya bersikap tindak sesuai dengan tata kaedah hukum, hanya
apabila tata kaedah hukum tsb secara keseluruhan menjamin kedamaian hidup.”, manusia
seharusnya tdk mencuri brg org lain
Kaedah Aktual perwujudan dari kaedah fundamental
Memberikan pedoman mengenai sikap tindak (tidak selalu identik dengan UU). Co/ kaedah aktual
dari kaedah hukum, ga selalu identik dgn pasal UU karena kaedah ini memberikan patokan
mengenai perikelakuan, sedang pasal UU ga selalu begitu pasal2 yg isinya only definisi or
penjelasan belaka, jelas2 ga memberikan patokan apapun atas suatu sikap tindak, adanya UU yg
ngatur hukuman bg pencuri dgn harapan manusia ga melakukan pencurian
Mengenai hub antara kaedah hukum fundamental dengan kaedah hukum aktual, dijelaskan oleh
Hans Kelsen dengan “ajaran hukum murni” (The Pure Theory of Law/ Reine Rechtslehre) dan teori
“bangun bertingkat” (de Stufenbau Theori)
Reine Rechtslehre
Hukum dibersihkan dari faktor2 politis, sosiologis, filosofis, dan lainnya yang mempengaruhi
hukum. Atau biasa disebut dengan The Pure Theory of Law, yang dimaksudkan dengan
mmebersihkan hukum disini, yaitu metode pengkajian tidak boleh dikacaukan/dicampuradukkan
dengan metode pengkajian ilmu2 lain, sehingga makna dan hakekat dari hukum terpelihara dari
pengaruh disiplin ilmu2 lain. Jika tidak demikian, pengertian hukum akan kabur.
De Stufenbau Theori
Setiap tata hukum dari suatu negara merupakan susunan (hierarki) kaedah2 (Stufenbau). Di puncak
stufenbau tersebut terdapat Grundnorm (kaedah dasar). Grundnorm menjadi kaedah dasar hipotetis
yg lebih tinggi dan bukan merupakan kaedah +, tetapi kaedah dasar ini menjadi dasar dari
pandangan yuridis yg bersifat hipotetis, yang aktualisasinya dalam tata kaedah hukum suatu negara
(dalam tingkatan dibawahnya menjadi hukum +)
4
1. Grundnorm (Norma Dasar/ filosofis). Co/ Pancasila
2. Kaedah Hukum Konstitusional. Co/ UUD
3. Kaedah Umum/Abstrak sifatnya umum: berlakunya ditujukan kpd siapa saja yg dikenai
perumusan kaedah2 umum. Co/ UU dan traktat yg dirumuskan o/ Badan Legislatif,
peraturan2
4. Kaedah Individual/Konkret sifatnya khusus: berlakunya ditujukan kpd org2/pihak2
tertentu saja, dan penerapannya tergantung kasus per kasus. Co/ pengadilan menentukan
seseorang wajib menjalani hukuman scr 5 tahun or Pemerintah memberi izin kpd seseorang
u/ mengimpor bahan makanan dari LN (putusan pengadilan, ketetapan2 eksekutif,
yudikatif)
*sahnya kaedah hukum yg lebih rendah, tergantung/ditentukan o/ kaedah hukum dr golongan yg
lebih tinggi
Teori Efektivitas
Bahwa org seharusnya bersikap tindak sesuai dgn tata kaedah hukum, hanya apabila tata kaedah
hukum tsb secara menyeluruh aktif. Artinya ada hubungan hierarkis yg dilaksanakan scr konsisten,
tidak ada kontradiksi, baik dari segi bentuk maupun substansinya.
Kaedah hukum harus ada karena:
1. Ketiga kaedah yg lain tidak cukup meliputi keseluruhan hidup manusia. Co/ pencatatan
kelahiran (akta kelahiran), kematian atau perkawinan, pembuatan KTP, Kontrak kerja
2. Kemungkinan hidup bersama menjadi tidak pantas jika hanya diatur o/ ketiga tadi. Co/
mencurigai seseorang (bertentangan dgn kaedah kesusilaan), menunjukkan sikap curiga thdp
seseorang (bertentangan dgn kaedah kesopanan), saat terjadi harus ada pihak yg dicurigai dan
disertai bukti atas kecurigaan tersebut, without kaedah hukum maka perkara ga bs diselesain
III.
Isi, SIfat, dan Perumusan Kaedah Hukum
Isi Kaedah Hukum
1. Suruhan (Gebod) berisi suruhan u/ do something (ciri2: ada kewajiban). Co/ pasal 45 ayat 1
UU No. 1 Tahun 1974, bahwa kedua orangtua wajib memelihara dan mendidik anak2 mereka
dgn sebaik2nya; 2 org yg ingin kawin harus memenuhi ketentuan hukum (syarat materil dan
formil perkawinan) based on UU No. 1 thn 1974 about perkawinan
2. Larangan (Verbod) berisi larangan u/ do something. (ciri2: ada larangan). Co/ pasal 8 UU
No. 1 tahun 1974 bahwa perkawinan dilarang antar org yg berhub darah dekat
3. Kebolehan (Mogen) dilakukan boleh, ga dilakukan jg ga ada sanksi (ciri2: tidak ada larangan
dan kewajiban). Co/ pasal 29 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974 bahwa pihak yg menikah dpt
mengadakan perjanjian tertulis, asal tidak melanggar batas2 hukum, agama, dan kesusilaan.
Sifat Kaedah Hukum
1. Imperatif disebut hukum memaksa. Secara apriori (mau ga mau hrs dilakukan) harus ditaati dlm
arti apabila seseorang hendak melakukan perbuatan X, maka tidak boleh tidak dia harus menaati
kaedah2 hukum yg berhub dgn perbuatan X. Isi kaedah hukum Gebod dan Verbod.
5
2. Fakultatif disebut hukum mengatur/menambah. Tidak scr apriori mengikat atau wajib
dipatuhi. Dalam keadaan konkret dapat dikesampingkan o/ suatu perjanjian yg dibuat para
pihak. Isi kaedah Mogen
Normatif berasal dari kata “norm” yg artinya patokan/pedoman. Oleh karena itu tidak tepat
bila kata norma disepadankan dgn kata imperati, sebab apakah patokan/pedoman tsb secara
apriori hrs ditaati atau tidak bergantung pada sifatnya (apakah kaedah hukum tsb
imperatif/fakultatif)
Perumusan Kaedah Hukum
Dalam perumusan harus dibedakan antara Rules of Law dan Legal Norm:
1. Rules of Law rumusan2 yg dihasilkan o/ ilmu hukum yg mendeskripsikan kaedah2, hasil
ciptaan hipotesis dan pandangan org scr umumnya. Yang harus dibedakan dari Legal Norm
yg diciptakan o/ pejabat hukum, diterapkan oleh mereka, dan harus ditaati o/ para subjek
hukum (memiliki kekuataan hukum yg mengikat). Perbedaannya: fungsi pemahaman hukum
dan fungsi pejabat hukum. Ilmu hukum harus mengetahui hukum dan merumuskannya dlm
deskripsi, sedangkan pejabat hukum harus nyiptain hukum biar bs dipahami o/ ilmu hukum.
Rules of Law terdiri dari:
a. Hypothetical Judgment (Pandangan Hipotesis)
Suatu perumusan kaedah hukum yg memiliki pandangan bersyarat, yaitu ada hub
antara kondisi dan konsekuensi. Dengan kata lain, rumusan yg dihasilkan berbentuk
hypothetical judgment, yakni akibat/konsekuensi tertentu harus terjadi sesuai dgn tata
kaedah tertentu, atau biasa disebut dgn imputasi (perTJan)
Co/ apabila seseorang (A) melakukan suatu perbuatan, maka A dpt dihukum u/
perilaku tertentu. Sebaliknya, seseorang yg ga dpt memperTJkan perikelakuannya, maka
dia ga dpt dihukum, misalnya: penyakit gila *salah satu dasar penghapusan kesalahan
“Ontorekeningvanbarheid” pasal 44 KUHP*
Perbedaan hub sebab akibat pd ROL dan dalil alam:
 Prinsip: dalil alam (sebab-akibat), ROL (imputasi apabila terjadi perikelakuan
tertantu, maka org lain hrs berperilaku menurut cara tertentu)
 Campur tgn manusia: dalil alam (ga ada), ROL (hub normatif yg diciptakan manusia)
 Hubungan sebab akibat: dalil alam (kyk mata rantai tanpa batas), ROL (prinsip
imputasi ada batasnya)
b. Categorical Judgment (Pandangan Kategoris)
Suatu pandangan kaedah hukum yg tidak memiliki pandangan bersyarat, yaitu tidak
terlihat adanya hubungan antara kondisi dan konsekuensi, memuat kaedah hukum khusus.
Co/ pasal 3 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974 menyatakan bahwa “ Pada asasnya, dalam suatu
perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri. Seorang wanita hanya
boleh mempunyai seorang suami.”
2. Legal Norm hasil ciptaan pejabat hukum
Essensilia Kaedah Hukum apakah sifat memaksa merupakan sifat essensiil dari kaedah
hukum? sifat memaksa dpt diartikan sebagai:
1. Tidak dapat dielakkan/dilanggar
Kenyataannya, kaedah hukum imperatif pun mungkin/dapat dilanggar
2. Melakukan paksaan
6
Apakah mungkin bahwa kaedah sebagai pandangan dapat melakukan paksaan? “jelas tidak
mungkin”. Orang yang dikuasai kaedah hukum mungkin punya rasa takut, but yg jelas bkn
pd kaedahnya.
Kaedah hukum dikatakan memaksa. Tidak lain maksudnya adalah bahwa kaedah hukum tsb
dpt menyebabkan terjadinya paksaan. Paksaan ini mungkin dilakukan o/:
1. Diri sendiri, sehubungan adanya gregariousness, yaitu kebutuhan manusia u/ hidup bersama
(berkelompok
2. Pihak lain, yang krn kaedah hukum diberikan peranan u/ melakukan paksaan. Co/ polisi,
jaksa, hakim
Sifat memaksa bukanlah essensilia dari kaedah hukum. Sifat essensiil: membatasi/mematoki
sifat essensiil yg utama: batasan dari diri kita sendiri.
IV.
Keberlakuan dan Penyimpangan Kaedah Hukum
Keberlakuan Kaedah Hukum
Segi landasan: ada 3 macam:
1. Kekuatan berlaku secara yuridis
Undang2 mempunyai kekuatan berlaku yuridis apabila persyaratan formal terbentuknya UU itu
telah terpenuhi.
Hans Kelsen
“Kaedah hukum mempunyai kelakuan yuridis apabila penetapannya didasarkan atas kaedah
yang lebih tinggi tingkatannya (Grundnorm)”
W. Zevenbergen
“Suatu kaedah hukum memiliki kelakuan secara yuridis jika kaedah tersebut terbentuk menurut
cara yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan”
Logemann
“Secara yuridis, kaedah hukum mengikat, apabila menunjukkan hubungan keharusan antara
suatu kondisi dan akibatnya”
2. Kekuatan berlaku secara sosiologis
Intinya adalah efektivitas kaedah hukum di dalam kehidupan bersama. Dikenal 2 teori:
1) Macht Theorie (Teori Kekuasaaan)
Kaedah hukum mempunyai kelakuan sosiologis apabila dipaksakan berlakunya oleh
penguasa, baik diterima ataupun tidak oleh masyarakat.
2) Annerkennungs Theorie (Teori Pengakuan)
Kelakuan kaedah hukum didasarkan pada penerimaan atau pengakuan o/ mereka yg dituju
kaedah hukum tsb. Kaedah hukum akan berlaku bagi masy Minangkabau, apabila kaedah
tsb diterima dan diakui o/ masy. Minangkabau.
3. Kekuatan berlaku secara filosofis
Kaedah hukum tsb harus sesuai dgn cita2 hukum sebagai nilai + yg tertinggi. Misalnya:
Pancasila, Masy. adil dan makmur, dll. Agar berfungsi, kaedah hukum harus memenuhi ketiga
unsur di atas.
Segi sasaran Gebiedsleer: jika kaedah hukum sudah memenuhi kaedah2 dasar keberlakuan,
maka sasaran kaedah tsb secara formal terdiri dari:
1. Ruimtegebied (Lingkup Laku Wilayah) dibentuk dan diberlakukan dalam batas tempat
tertentu
7
 Hukum Nasional: hukum yg berlaku dlm suatu negara
 Hukum Internasional: hukum yg mengatur hub. hukum dlm dunia internasional
 Hukum Regional: hukum yg berlaku dlm bagian/wil. negara tertentu
2. Personengebied (Lingkup Laku Pribadi) dibentuk dan ditujukan kepada subjek tertentu
 Hukum yang berlaku bagi semua warga negara
 Hukum yang berlaku bagi satu golongan tertentu. Co/ bangsa Eropa, Timur Asing
 Hukum antar golongan
3. Tijdsgebied (Lingkup Laku Masa) memiliki keberlakuan dlm jangka waktu tertentu
 Ius Constitutum: hukum yg berlaku sekarang, bg masy tertentu dlm daerah tertentu (Hukum
+)
 Ius Constituendum: hukum yg dicita2kan/diharapkan berlaku pd masa yg akan dtg. Co/
RUU
 Hukum yg pernah berlaku
4. Zaaksgebied (Lingkup Laku Ihwal/Isi) ketika dibentuk dan diberlakukan maka akan memuat
sasaran ikhwal/objek tertentu. Co/ aturan perdagangan unggas di Indo, sasaran: perdagangan
unggas
Inti permasalahan yang diatur disini adalah penggolongan hukum publik dan hukum privat.
Hukum Publik adalah hukum yang mengatur hub. hukum antara perseorangan dgn negara.
Terdiri dari:
a. Hukum Negara, yg meliputi:
 Hukum Tata Negara: hukum yg mengatur tata susunan serta tugas2 badan negara dari
suatu negara tertentu.
 Hukum Tata Usaha Negara: hukum yg mengatur hubungan yg dijalankan o/ administrasi
negara dalam menjalankan tugasnya mengatur kepentingan umum.
b. Hukum Pidana: hukum yg mengatur sanksi istimewa yg dijatuhkan pd pelanggar hukum.
c. Hukum Acara, terdiri dari:
 Hukum Acara Pidana: hukum yg mengatur tata cara penyelesaian pelanggaran terhadap
hukum pidana
 Hukum Acara Perdata: hukum yg mengatur tata cara penyelesaian pelanggaran terhadap
hukum perdata
Hukum Privat adalah hukum yang mengatur hub. antara seseorang dgn org lainnya, dengan
menitikberatkan pd kepentingan perseorangan. Terdiri dari; Hukum Perdata, Hukum Dagang.
Penyimpangan Kaedah Hukum
Sikap tindak diluar batas patokan/pedoman dari kaedah hukum
Penyimpangan kaedah hukum dapat berupa:
1. Pengecualian/Dispensasi penyimpangan dari patokan/pedoman dgn dasar yg sah. Mengenal
2 dasar yg berbeda:
a. Pembenaran (Rechtvaardigingsgrond)
Apa yg dilakukan sebenernya dpt dikatakan melanggar but ga termasuk kesalahan karena
dilaksanakan atas dasar wewenang yg sah dan dilindungi oleh hukum, sedari awal tidak
melakukan kesalahan dan tidak dapat dihukum. Co/ hukuman mati yg dilakukan algojo,
noodtoestand
8
b. Bebas Kesalahan (Schuldopheffingsgrond)
Apa yg dilakukan dpt dikatakan melanggar dan termasuk kesalahan, namun dilakukan atas
dasar terpaksa dan diluar kehendaknya (overmacht), sehingga meskipun melakukan
kesalahan, ia dpt bebas dr kesalahan tsb. Co/ daya paksa (overmacht) dalam hukum pidana,
seseorang yg ditodong dgn senjata api namun berhasil melawan dan memuluk penodongnya
hingga kabur. Perbuatannya memukul si penodong ga dpt dikatakan sebagai kesalahan krn
dilakukan atas dsr overmacht. Except, jika pembelaannya berlebihan (noodweer excess)
tetap dpt dihukum. *noodweer: bela paksa
2. Penyelewengan Delik penyimpangan dari patokan/pedoman yg tdk mempunyai dasar sah.
Yg dimaksud delik disin ga terbatas pd delik dalam hukum pidana saja, but juga pd hukum
perdata dan hukum administrasi. Dikenakan sanctum di setiap delik.
 Sanctum dlm arti sempit “hukuman”
 Sanctum dalam arti luas memiliki 3 macam, yaitu:
1) Pemulihan Keadaan. Co/
i. A hutang ke B, namun A ga mau ngembaliin uang kpd B
ii. Hakim dapat memaksa A u/ melunasi hutangnya, sehingga harta B pulih keadaannya
2) Pemenuhan Keadaan. Co/
i. X membeli mobil Y, setelah X menyerahkan uang, Y ga mau nyerahin mobilnya
ii. Y dpt dipaksa menyerahkan mobil tsb o/ hakim sehingga terpenuhi X sbg pemilik brg
(mobil) yg baru
3) Hukuman dlm Arti Luas. Co/
Perdata: Ganti Rugi
Tata Negara: Skorsing/pemecatan
Pidana: Siksaan
V.
Tujuan Hukum, Tugas Hukum, dan Hubungan Hukum dengan Kekuasaan
Tujuan Hukum
Tujuan pokok hukum: menciptakan keseimbangan dlm masyarakat (menciptakan kedamaian
melalui keadilan dan kepastian)
1. Teori Etis
Hukum semata-mata bertujuan keadilan. Isi hukum ditentukan oleh keyakinan kita terhadap yg
etis atau tidak etis (Algra). Hukum bertujuan merealisir/mewujudkan keadilan (Geny).
Hakikat keadilan: penilaian terhadap suatu perlakuan dgn mengkajinya dgn suatu norma yg
menurut pandangan subjektif melebihi norma2 lain 2 pihak terlibat (pihak yg menerima dan
yg memperlakukan)
Menurt Aristoteles, keadilan ada 2, yaitu:
a. Justitia Distributiva setiap org mendapat sesuai haknya/jatahnya (jatah tiap org tidak
sama depends on kekayaan, kelahiran, pendidikan, kemampuan), sifat: proporsional/
dituntut perimbangan, urusan: pembentukan UU Co/ Pajak, Pasal 30 ayat 1 “tiap WN
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara” org2 terpilih,
“calon presiden dan wapres harus WNI dr lahir” memenuhi syarat
9
b. Justitia Commutativa memberi kepada setiap orang sama banyaknya, sifat:
persamaan/mutlak, urusan: urusan hakim (equality before the law). Co/ pada saat adanya
bencana banjir, setiap org mendapat 1 dus mie dan 2 dus air mineral dari pemerintah
Hukum ga sama dengan keadilan krn peraturan hukum ga selalu mewujudkan keadilan. Co/
peraturan hukum lalu lintas  biar teratur doang. Hukum bersifat menyamaratakan: setiap org
dianggap sama “Barang Siapa…”, sedangkan keadilan harus dilihat secara kasuistis s
2. Teori Utilitas
Hukum ingin menjamin kebahagian yang terbesar bagi manusia dalam jumlah yg sebanyakbanyaknya (The greatest good of the greatest number). Tujuan hukum: manfaat dalam
menghasilkan kebahagiaan yg terbesar bg jumlah org yg terbanyak. (Jeremy Bentham)
3. Teori Campuran
a. Mochtar Kusumaatmadja
1) Ketertiban tujuan pokok dan pertama
2) Tecapainya keadilan yg berbeda-beda isi dan ukurannya menurut masyarakat dan
zamannya
b. Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto kedamaian hidup antar pribadi yg meliputi:
1) Ketertiban ekstern antarpribadi
2) Ketenangan intern pribadi
*Mirip dgn pendapat Van Apeldoorn, tujuan hukum = mengatur pergaulan hidup manusia scr
damai
c. Soebekti tujuan hukum adalah mengabdi kepada tujuan negara, yaitu mendatangkan
kemakmuran dan kebahagiaan para rakyatnya dgn cara menyelenggarakan keadilan dan
ketertiban
d. Tujuan hukum +: melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta
melaksanakan ketertiban dunia based on kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial
Tugas Hukum
Secara umum tugas kaedah hukum adalah menciptakan kedamaian hidup pribadi, kepastian, dan
kesebandingan
Kaedah hukum memiliki tujuan untuk kedamaian hidup antar pribadi. Kedamaian ini meliputi 2
hal:
a. Ketertiban ekstern antar pribadi
b. Ketenangan intern pribadi
Keduanya berhubungan dengan tugas kaedah hukum, yaitu:
a. Memberikan kepastian dalam hukum
b. Memberikan kesebandingan dalam hukum
Hubungan antara tujuan dengan tugas kaedah hukum adalah:
a. Kepastian hukum ketertiban
b. Kesebandingan hukum  ketenangan
Tugas kaedah hukum dikatakan DWI TUNGGAL karena pada kaedah umum/abstrak harus
dapat dilaksanakan 2 tugas tersebut sekaligus. Dan bila dihubungkan (Soerjono Soekanto):
a. Kaedah Hukum Umum mengutamakan Kepastian
b. Kaedah Hukum Individu mengutamakan Kesebandingan
10
Contohnya: Barang siapa berkelakuan/bersikap tindak (tertentu) melanggar hukum akan
dihukum ( kepastian) setinggi-tingginya (kesebandingan) selama beberapa tahun.
* Tugas hukum: membagi hak dan kewajiban, membagi wewenang dan mengatur cara
memecahkan masalah hukum, memelihara kepastian hukum
Hubungan Hukum dgn Kekuasaan
Penguasa dapat menjatuhkan/memberikan sanksi kepada masyarakat karena penegakkan huum
dalam hal adanya pelanggaran adalah monopoli penguasa. Hakekat kekuasaan = memaksakan
kehendak pd org lain
 Hukum adalah karena kekuasaan yg sah
 Kekuasaan yg sah yg menciptakan hukum
Hukum bersumber pada kekuasaan yg sah: hukum adalah kekuasaan, kekuasaan yg
mengusahakan ketertiban, tetapi tidak berarti kekuasaaan adalah hukum.
Hukum dapat pula bersumber pada kekuatan fisik (kekuasaan yg sah), but kekuataan
fisik bukan merupakan unsur hukum
 Hukum without kekuasaan = mandul, kekuasaan without hukum = sewenang2 hukum
butuh kekuasaan supaya dpt ditegakkan dan keduanya berjalan selaras
 Tindakan sewenang2 melahirkan rule of law: hukum yg mengatur but manusia ga boleh
jadi budak hukum
Rule of law:
o Pengertian anglo saks ini di Eropa Kontinental disebut dgn negara hukum (Rechtstaat:
Emanuel Kant, Julius Stahl)
o Dicey: 3 unsur 1) HAM dijamin lewat UU; 2) Persamaan kedudukan di muka hukum
(Equality before the law); 3) Supremasi aturan2 hukum dan tidak ada kesewenangwenangan tanpa aturan yg jelas
o Emanuel Kant & Julius Stahl, 4 unsur negara hukum: 1) adanya pengakuan HAM; 2)
adanya pemisahan kekuasaan u/ menjamin hak2 tsb; 3) pemerintahan based on
peraturan2 (wematigheid van bestuur); 4) adanya peradilan Tata Usaha Negara
EIGENRICHTINGtindakan main hakim sendiri, aksi sepihak, yaitu tindakan u/
melaksanakan hak menuurt kehendak sendiri yg bersifat sewenang-wenang, tanpa persetujuan
pihak lain yg berkepentingan. Tindakan menghakimi sendiri merupakan tindak pidana.
· Tindakan tanpa hak, sewenang-wenang
· Dalam beberapa kasus perdata boleh. Co/ A dan B adalah bertetangga. Rating pohon di
perkarangan A melewati pagar B, dan menganggu pekarangan B. B sudah
memberitahukan A agar segera memotong ranting pohon yg melewati pagar B. Namun,
A tetap tidak menghiraukan. Dalam kasus ini, B boleh memotong ranting pohon A yg
menganggu di perkarangan rumah B dengan beban hasil pemotongan ranting pohonnya
diletakkan kembali ke perkarangan rumah A.
VI.
Das Sollen, Das Sein, Hubungan Hukum dengan Nilai dan Asas
Das Sollen
Das sollen adalah sesuatu yg sudah diatur dan harus dilakukan/tidak dilakukan (larangan dan
keharusan)
Das Sein
Das sein adalah peristiwa konkret tidak semua dan sein memerlukan das sollen
11
· Das Sollen dan Das Sein harus sejalan
· Das Sollen dan Das Sein menunjukkan kondisi sebab-akibat
· Sein-Sollen peristiwa konkret merupakan activator dari das sollen (kaedah hukum
menjadi aktif)
· Sollen-sein membuat das sein menjadi peristiwa hukum
Lex Imperfecta adalah suatu keharusan yg tidak memiliki sanksi. Co/ anak harus menghormati
ortu
Hubungan Hukum dengan Nilai dan Asas
o Asas2 hukum adalah aturan dasar dan prinsip2 hukum yg bersumber pada nilai yg dianggap
baik dan benar, namun masih bersifat abstrak dan umum
o Nilai2 yg dianggap baik tersebut melatarbelakangi terbentuknya kaedah hukum yg konkret
termasuk bagaimana melaksanakan hukum tersebut
ASAS-ASAS HUKUM
1. Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali. Tidak ada suatu perbuatan dapat
dihukum tanpa adanya peraturan yg mengaturnya terlebih dahulu sebelum perbuatan
dilakukan (asas legalitas). Pasal 1 ayat 1 KUHP
2. Lex specialis derogat legi generalis. Hukum yang khusus mengesampingkan hukum yg
umum.
3. Lex superior derogat legi inferior. Hukum yg lebih tinggi mengesampingkan hukum yg
lebih rendah tingkatannya.
4. Lex posterior derogat legi priori. Hukum yang lebih baru mengesampingkan hukum yg
lama.
5. Presumption of innocence. Asas praduga tak bersalah, seseorang tidak boleh dianggap
bersalah sebelum ada putusan hakim yg memilliki kekuasaan hukum tetap.
6. Unus testis nullus testis. Satu saksi bukanlah saksi, dimana hakim harus melihat suatu
persoalan secara objektif dan mempercayai keterangan saksi minimal 2 orang dengan
keterangan yg tidak saling kontradiksi.
7. In dubio pro reo. Apabila hakim ragu dalam memutus suatu perkara, maka hakim harus
menjatuhkan keputusan yang menguntungkan para pihak (tidak boleh lebih berat)
8. Ne bis in dem. Perkara yang sama tidak dapat diadili 2x.
9. Stare decisis et quieta non movere/ the binding force of precedent. Putusan pengadilan
terdahulu mengikat hakim2 lain pada peristiwa yg sama (umumnya dilaksanakan o/ negara2
common law
10. Fictie hukum. Setiap org dianggap telah mengetahui isi UU saat tercatat pada lembaran
negara/diundangkan
11. Asas publisitas. Negara bertanggung jawab u/ menyebarluaskan/ mempublikasikan UU
sebelum diundangkan sehingga warga negara mengetahui isi UU tsb.
12. Pacta sunt servanda Setiap perjanjian menjadi hukum yang mengikat bagi para pihak yang
bersangkutan dalam perjanjian tsb dan harus ditaati dgn itikad baik. Pasal 1338 KUHPER
13. No punishment without guilt. Seseorang tidak dapat dihukum jika tidak terbukti melakukan
kesalahan.
14. Lex dura sed temen scripta. Peraturan hukum itu keras karena memang demikianlah
sifatnya.
12
15. Ius curia novit. Hakim dianggap mengetahui hukum (tidak boleh menolak perkara)
16. Audi et alteram partem. Hakim harus mendengar para pihak secara seimbang sebelum
menjatuhkan putusannya.
17. Similia similibus. Perkara yang sama diadili dgn ketentuan yg sama, dalam perkara yg sama
harus diputus hal sama pula, tidak pilih kasih.
18. Judex ne procedat ex officio. Hakim bersifat menunggu datangnya tuntutan hak diajukan
kepadanya.
Fungsi Asas Hukum dalam sistem hukum
1. Menjaga ketaatan/konsistensi
Co/
a. Pada hukum acara perdata, hakim bersifat pasif. Hakim hanya memeriksa pokok2
sengketa dan hanya memutus sengketa yg diminta
b. Dari perundang-undangan. Ius curia novit, artinya hakim dianggap tahu hukum, tidak
boleh menoleh perkara dengan alasan tidak ada hukum
2. Menyelesaikan konflik yg terjadi di dalam masyarakat
Co/ Lex Superior derogat legi inferiori, hierarki peraturan yg lebih tinggi diutamakan
pelaksanaannya dari peraturan yg lebih rendah. Misalnya pembagian hak dan kewajiban subjek
hukum harus jelas.
3. Social Enginering
Sebagai rekayasa sosial, baik dalam sistem hukum maupun sistem peradilan. Co/ pada masa
peradilan kolonial, seseorang terdakwa (pribumi) tidak boleh didampingi o/ kuasa/penasehat
hukum (diskriminasi bumi putera, hukum adat). Karena adanya pergeseran nilai2, pada masa
sekarang terdakwa boleh didampingi/diwakili o/ kuasa hukum dalam proses penyidikan dan
peradilan.
VII.
Sistem Hukum, Klasifikasi Hukum, dan Penggolongan Hukum
Sistem Hukum
Sistem adalah sesuatu yg bersifat menyeluruh dan berstruktur. Menurut Soedikno
Mertokusumo, sistem hukum adalah suatu kesatuan utuh yg terdiri dari unsur2 yg satu sama lain
saling berhubungan dan kait mengait secara erat.
Sistem hukum berfungsi u/ menyelesaikan konflik yg terjadi di dalam masyarakat.
Dalam sistem hukum terdiri dari 3 elemen:
1. Keseluruhan aturan, kaidah, asas2 yg dirumuskan dalam sistem pengertian
2. Organ2, pranata, dan para pejabat pelaksana hukum yg merupakan elemen operasional
hukum
3. Keputusan2 dan tindakan konkret dari pejabat hukum maupun warga masyarakat, but hanya
terbatas pd keputusan dan tindakan yg mempunyai hubungan dgn sistem pengertian
Untuk mengukur hukum itu objektif, ada 8 asas dalam sistem hukum yg disebut principle of
legality (Lawrence M. Friedman)
1. Harus mengandung peraturan2 dan tidak boleh mengandung keputusan2 yg bersifat ad hoc
(khusus)
2. Peraturan2 yg dibuat harus diumumkan
13
3. Tidak boleh ada peraturan yg berlaku surut, pengecualian kasus HAM berat like genosida
(retroaktif berlaku surut)
4. Peraturan2 harus disusun dalam rumusan yg dapat dimengerti baik dalam sisi bahasa
maupun pengertiannya
5. Suatu sistem hukum tidak boleh mengandung peraturan yg bertentangan satu sama lain
6. Peraturan2 itu tidak boleh mengandung tuntutan yg melebihi (tuntutan) yg dapat dilakukan
7. Tidak boleh ada kebiasaan u/ sering merubah peraturan
8. Harus ada kecocokan antara peraturan dgn pelaksanaan sehari-hari
Menurut Lawrence M. Friedman, unsur2 yg harus ada dalam pembuatan peraturan adalah:
1. Subtance substansi hukum
Hakikat dari isi yg dikandung dalam peraturan perundang-undangan, subtansi mencakup
semua peraturan tertulis maupun tidak tertulis secara materil dan formil.
2. Structure struktur hukum
Dibagi dalam tingkatan/susunan hukum, yaitu pelaksanaan hukum, peradilan,
lembaga2/pranata2 hukum, dan pembuat hukum.
3. Legal Culture cultur hukum
Merupakan bagian2 dari kebudayaan pd umumnya, terdiri dari kebiasaan2, opini masy dan
pelaksana hukum, cara bertindak, berpikir/bersikap secara sosial dalam kerangka budaya
masyarakat.
Sifat hukum:
1. Berkesinambungan
2. Konsistensi
3. Saling melengkapi
Sistem hukum yg ada di dunia
1. Sistem Hukum Civil Law (Eropa Kontinental)
Berlaku di Eropa Daratan (Belanda, Prancis) dan Indonesia. Ciri Khas: Hukum tertulis,
kodifikasi, dan pemisahan jelas Hukum Publik dan Privat
2. Sistem Hukum Common Law (Anglo Saxon)
Berkembang di Inggris, jajahan Inggris, dan Amerika Serikat. Ciri Khas: Asas precedent/
yurisprudensi, didominasi hukum tidak tertulis, dan tidak ada pemisahan yg tegas antara
Hukum Publik dan Privat
3. Sistem Hukum Islam (Islamic Law)
Dianut o/ org yg beragama Islam, based on Al-Qur’an dan Al-Hadist
4. Sistem Hukum Kanonik (Alkitab dan Putusan Paus)
Dibentuk di Roma u/ orang yg beragama katolik
5. Sistem Hukum Adat
Berlaku terutama pd hukum perdata dan kemasyarakatan based on kebiasaan2
Klasifikasi Hukum diktat
Penggolongan Hukum diktat
14
Download