BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Internet Extranet 2.1.1 Internet Internet merupakan kepanjangan dari Interconnection Networking, atau lebih sering disebut sebagai CyberSpace. Internet adalah suatu organisasi dari beribu ribu computer yang digabung dengan satu sumber (server), yang merupakan pusat dari penyimpanan data data yang akan disimpan atau yang akan disimpan. Menurut Turban et al. (2006,p6). Internet adalah bagian dari korporasi atau jaringan dari pemerintah yang menggunakan alat dari bagian internet, seperti web browser, dan internet protocol. 2.1.2 Extranet Extranet adalah sebuah jaringan yang menghubungkan intranet dan internet dari berbagai tempat. Dan extranet juga bisa sebagai cara untuk melakukan akses kedalam perusahaan oleh berbagai pihak seperti supplier atau konsumen, yang pasti dengan sistem pengamanan yang telah disepakati, seperti dengan meminta id user dan password user bersangkutan untuk masuk kedalam data base perusahaan. Menurut Turban et al. (2006,p6). Extranet adalah sebuah jaringan yang menggunakan internet sebagai penyambung beberapa intranet. Intranet itu sendiri adalah jaringan internet yang berada hanya disuatu organisasi tanpa ada hubungannya keluar organisasi. 5 6 2.2 Pengertian Management Suplai Chain 2.2.1 Pengertian Manajemen Stephen Robbins, (2004,p8), Istilah manajemen mengacu pada proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Para manajer bertanggung jawab pula untuk mendesain sebuah struktur organisasi. Fungsi ini kita sebut Pengorganisasian, fungsi ini mencakup proses menentukan mana tugas yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaiamna tugas-tugas itu harus dikelompokkan, siapa melapor kepada siapa, dan pada tingkat mana keputusankeputusannya harus diambil. Sebagaimana kita ketahui, setiap organisasi mencakup orang-orang, dan tugas manahemen ialah mengintegrasikan dan mengkoordinasikan pekerjaan orang-orang ini. Ini merupakan fungsi memimpin. Apabila para manajer memotivasi bawahannya, mangarahkan kegiatan-kegiatan orang-orang lain, memilih saluran komunikasi yang paling efektif, atau menyelesaikan pertentangan diantara anggota-anggota, mereka itu memimpin. Fungsi manajemen terakhir yang dilakukan oleh para manajer adalah pengendalian. Setelah sasarannya ditentukan (fungsi perencanaan), rencana itu dirumuskan (fungsi perencanaan), pengaturan strukturnya ditentukan (fungsi organisasi), dan orang-orang dipekerjakan, dilatih, dan diberi motivasi (fungsi manajemen),masih dapat terjadi kesalahan. Untuk menjamin agar segala sesuatunya berjalan sebagaimana mestinya, para manajer harus memantau kinerja. Kinerja aktual harus dipertimbangkan dengan sasaran-sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Seandainya terdapat penyimpangan-penyimpangan berarti mana saja, tugas manajemenlah untuk mengembalikan pekerjaan itu pada jalurnya. Proses pemantauan, memperbandingkan, dan mengkoreksi inilah apa yang kami maksudkan dengan fungsi pengendalian. 7 David R. Fred, (2006,p.171-178) Manajemen adalah adalah suatu proses mengkombinasikan dan mendayagunakan semua sumber-sumber secara produktif untuk mencapai tujuan perusahaan atau organisasi. Untuk itu, manajemen melaksanakan fungsifungsi : perencanaan, pengorganisasian, perencanaan, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan pengendalian. - Perencanaan, terdiri atas semua aktivitas yang terkait dengan persiapan masa depan. Pekerjaan spesifik mencakup peramalan, penetapan sasaran, formulasi strategi, pengembangan kebijakan, dan penetapan tujuan. - Pengorganisasian, pengorganisasian mencakup semua aktivitas manajerial yang menghasilkan struktur pekerjaan dan hubungan otoritas. Area yang spesifik mencakup desain organisasi, spesialisasi pekerjaan, deskripsi pekerjaan, rentang pengendalian, kesatuan komando, koordinasi, desain pekerjaan, dan analisis pekerjaan. - Pemberian Motivasi, pemotivasian melibatkan usaha yang diarahkan untuk membentuk perilaku manusia. Topic spesifik mencakup kepemimpinan, komunikasi, kelompok kerja, modifikasi perilaku, delegasi otoritas, penhayaan pekerjaan, kepuasan kerja, pemuasan kebutuhan, perubahan organisasi, moral karyawan, dan moral manajerial. - Pengelolahan Staf, aktivitas pengelolahan staf dipusatkan pada manajemen staf atau sumber daya manusia. Termasuk administrasi gaji dan upah, fasilitas karyawan, wawancara, perekrutan, pelatihan, pengembangan manajemen, keselamatan karyawan, tindakan afirmatif, kesempatan kerja yang setara, hubungan dengan serikat kerja, penelitian personel, kebijakan disiplin, prosedur keluh kesah, dan hubungan masyarakat. - Pengendalian/control, pengendalian mengacu pada semua aktivitas manajerial yang diarahkan untuk memastikan bahwa hasil actual konsisten dengan hasil yang 8 direncanakan. Area perhatian utama adalah kontrol kualitas, kontrol penjualan, kontrol persediaan, kontrol biaya, analisis varians, imbalan, dan sanksi. 2.2.2 Pengertian Supply Chain Management Berikut ini adalah beberapa pengertian Supply Chain Management: 1. Berdasarkan pendapat Turban et al. (2006, p279). ”Rantai pengadaan adalah suatu jalur aliran bahan, informasi, uang, dan jasa dari penyedia bahan mentah ke pabrik dan gudang hingga ke konsumen akhir dalam bentuk barang jadi / produk”. 2. Berdasarkan pendapat Chopra dan Meindl, (2007, p19). Rantai pengadaan terdiri dari semua bagian dari perusahaan maupun yang dari luar perusahaan baik secara langsung atau tidak dan yang berhubungan terhadap rantai pengadaan didalam perusahaan tersebut. 3. Berdasarkan pendapat Philip Kotler, saluran pemasaran adalah organisasi organisasi yang saling tergantung yang tercakup dalam proses yang membuat produk atau jasa menjadi tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi. 4. Berdasarkan pendapat Indrajit dan Djokopranoto, (2004,p11) Supply chain (rantai pengadaan) adalah suatu sistem melalui mana suatu organisasi itu menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan atau jejaring dari berbagai organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut. Kata penyaluran mungkin kurang tepat karena dalam istilah supply termasuk juga proses perubahan barang tersebut jadi misalnya dari bahan mentah menjadi barang jadi. Supply Chain (rantai pengadaan) adalah suatu sistem jaringan dimana berbagai organisasi saling bekerja sama membentuk sebuah mekanisme penyaluran barang produksi 9 dan jasa kepada para pelanggannya. Kata penyaluran disini mungkin kurang tepat, karena dalam istilah supply termasuk juga proses perubahan barang tersebut menjadi produk jadi, misalnya dari bahan mentah menjadi barang jadi. Konsep supply chain adalah juga konsep baru dalam melihat persoalan logistik. Konsep lama melihat logistik lebih sebagai persoalan intern masing-masing perusahaan dan pemecahannya dititik beratkan pada pemecahan secara intern di perusahaan masing-masing. Dalam konsep baru ini, masalah logistik dilihat sebagai masalah yang lebih luas, yang terbentang sangat panjang sejak dari bahan dasar sampai barang jadi, yang dipakai konsumen akhir yang merupakan mata rantai penyediaan barang. Dan supply chain bukan hanya membahas tentang pengusaha yang memproduksi produk dan pemasok saja, akan tetapi juga membahas pengangkutan, penyimpanan, pengecer, dan juga konsumen akhir yang menggunakan produk tersebut. Supply chain juga dimaksudkan dalam setiap kinerja dalam menerima dan memenuhi keinganan konsumen. Setiap bagian yang berhubungan saling terkait akan tetapi bagian bagian tersebut tidak memiliki batasan untuk produk baru yang sedang dikembangkan, bagian pemasaran, bagian operasional, distribusi, keuangan, dan customer service. 10 Gambar 2.1 Bagan rantai pengadaan yang sederhana Sumber : Electronic Commerce – A managerial perspective ( Turban et al. 2006, p 280 ) “Masa depan itu sekarang” tutur sejumlah pakar teknologi informasi (TI) dan manajemen pada akhir abad lalu. Revolusi dibidang TI telah mengubah lanskap bisnis secara drastis. Menurut Profesor Eli Snir, perubahan kemampuan mentransmisikan secara instan yang berkelanjutan dari TI telah mengubah lingkungan komunikasi. Peningkatan kecepatan pemrosesan memungkinkan analisis dilakukan terhadap data. Ini terkait dengan hukum Moore, yang menyebutkan kemampuan penyimpanan data dalam chip komputer yang akan berlipat dua dalam setiap delapanbelas bulan. Kemajuan TI yang berkonvergensi dengan teknologi komunikasi merupakan pemicu utama munculnya beragam fenomena baru dalam bisnis. Kini, sulit membedakan Amazon.com sebagai sebuah perusahaan yang bergerak dalam bisnis eceran atau toko buku. 11 Kenapa? Karena Amazon.com tidak memiliki toko dan gudang secara fisik, dan sebenarnya juga hanya memiliki sedikit sekali daftar inventori. Yang sebenarnya dimiliki adalah informasi dalam jumlah sangat besar, terutama menyangkut profil pelanggan dan apa saja yang telah dibeli oleh mereka. Amazon.com dengan cerdik mengolah informasi tesebut daripada sekedar menyimpannya di gudang yang pengap dan berdebu. Informasi yang diolah digunakan untuk meyakinkan pelanggannya yang telah memiliki pengalaman berbelanja online. Secara proaktif Amazon.com merekomendasikan buku ke pelanggannya berdasarkan informasi pembelian sebelumnya. Ini diperoleh dari profil pelanggan sehingga dapat melihat tren belanjanya. Bisa dikatakan, Amazon.com merupakan usaha yang bisnis intinya adalah informasi. Keuntungan kompetitif utamanya berasal dari kecanggihan sistem informasi yang diimplementasikannya. Perusahaan ini secara dramatis mengubah lanskap bisnis karena pemahamannya mengenai basisdata, sistem operasional, dan situs yang menyatukannya dengan pelanggan, pemasok dan mitrabisnis. Cara yang sama digunakan juga oleh sejumlah perusahaan “tradisional” untuk memperoleh keuntungan kompetitif dari pengolahan informasi yang dimilikinya. Wal-Mart, salah satu raksasa bisnis eceran, mengumpulkan informasi penjualan dari tiap outlet-nya berdasarkan jadwal harian. Informasi itu dikonsolidasikan ke dalam datawarehouse, dan disediakan bagi pemasoknya. Berdasarkan informasi itu, pemasok secara proaktif menyetok ulang (restock) barang-barang yang akan dijual. Wal-Mart telah menemukan aturan baru manajemen pengadaan (procurement management). Hasilnya, pengurangan biaya sekaligus peningkatan efisiensi. Ini membuatnya bisa menawarkan barang dengan harga lebih murah setiap hari. 12 Gambar 2.2 Supply Chain Management Sumber : Konsep Management Supply Chain (Indrajit dan Djokopranoto, 2004) Perusahaan-perusahaan yang berhasil membangun supply chain dapat melakukan lompatan ke depan dibanding kompetitornya, yang tidak melihat secara optimis proses pengadaan logistik, mulai dari suplai material hingga pengirimannya ke pelanggan. Dwight Klappich, peneliti dari META Group, mengungkapkan bahwa kecepatan merupakan salah satu dari empat persoalan strategis dalam revolusi SCM. Efek dari kecepatan yang paling utama adalah memotong rentang waktu dari sekedar gagasan yang hadir dipusat hingga kehadiran produk secara fisik di pasar. Kecepatan saja tidak cukup, karena kekuatan informasi terletak pada adanya konsistensi dari kebijakan yang bagus dan kecepatan dalam memutuskan sebuah kebijakan. Tidak heran bila semua perusahaan besar di dunia telah menerapkan eSCM (electronic supply chain management) jauh sebelum pergantian abad lalu. Kecenderungan yang terjadi, termasuk di Indonesia, penerapannya bermula dari perusahaan-perusahaan besar. Perusahaan semacam ini memiliki banyak pemasok yang mungkin saja tersebar secara geografis. Namun dengan memanfaatkan ICT (information and communication technology), persoalan geografis dan perbedaan waktu tidak menjadi isu 13 besar. Di Indonesia, perusahaan besar sekelas Toyota Astra Motor, Federal Motor, Indofood telah menerapkan eSCM dari awal pertumbuhan perusahaan mereka. 2.2.3 Keuntungan Supply Chain Management Berikut ini adalah beberapa keuntungan dari Supply Chain Management, Indrajit dan Djokopranoto, 2004,p4. a. Mengurangi inventory barang dengan berbagai cara: 1. Invetory merupakan bagian paling besar dari aset perusahaan yang berkisar antara 30%-40%. 2. Sedangkan biaya penyimpanan barang (inventory carrying cost) berkisar antara 20%-40% dari nilai barang yang disimpan. 3. Oleh karena itu, usaha dan cara harus dikembangkan untuk menekan penimbun barang didalam gudang agar biaya dapat ditekan sedikit mungkin. b. Menjamin kelancaran barang 1. Kelancaran barang yang perlu dijamin adalah mulai dari barang asal, supplier, perusahaan sendiri, wholesaler, retailer, sampai kepada final customer. 2. Jadi, rangkaian perjalanan bahan baku sampai menjadi barang jadi dan diterima pemakai/pelanggan merupakan rantai yang perlu dikelolah dengan baik. c. Menjamin mutu 1. Mutu barang jadi (finished products) ditentukan tidak hanya oleh proses produksi barang tersebut, tetapi juga oleh mutu bahan mentahnya dan mutu keamanannya pengirimannya. 2. Jaminan mutu ini juga merupakan serangkaian mata rantai panjang yang harus dikelola dengan baik. 14 2.2.4 Pelaku Dari Supply Chain Management Menurut Chopra dan Meindl, (2007, p20) menyatakan persyaratan dalam supply chain dapat berarti hanya ada satu pelaku yang dihubungakan dalam setiap bagian supply chain. Dalam proses yang sebenarnya perushaan produsen dapat memiliki bahan baku dari beberapa pemasok dan juga dapat memasok produk ke berbagai distributor. Maka kebanyakan supply chain adalah sebuah jaringan. Hal ini dapat dilihat dari gambar 2.3. Gambar 2.3 Supply Chain Stages Sumber : Chopra dan Meindl (2007, p20) Dimana dalam hubungan ini ada beberapa pemain utama yang merupakan perusahaan-perusahaan yang mempunyai kepentingan yang sama, yaitu: 1. Component / Raw material supplier. 2. Manufacturers. 3. Wholesalers / Distribution. 4. Retaileers. 5. Customers. 15 1. Chain 1 : Supplier Jaringan bermula dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama, dimana rantai penyaluran barang akan mulai. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, barang dagangan, subbasemblies, suku cadang dan sebagianya. Sumber pertama ini dinamakan suppliers. Dalam arti yang murni, ini termasuk juga supplier’s suppliers atau subsuppliers biasanya berjumlah banyak sekali. Inilah mata rantai pertama. 2. Chain 1-2 : Supplier – Manufacture Rantai pertama dihubungkan dengan rantai kedua, yaitu manufacture atau plants atau assembler atau fabricator atau bentuk yang melakukan pekerjaan membuat, menfabrikasi, mengassembling, merakit, mengkonversikan atau menyelesaikan barang (finishing ). Sebut saja bentuk yang bermacam-macam tadi sebagai manufacturer. Hubungan dengan mata rantai pertama ini sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. Misalnya, inventories bahan baku, bahan setengah jadi dan bahan jadi yang berada dipihak supplier, manufacture, dan tempat transit merupakan target penghematan ini. Tidak jarang penghematan sebesar 40%-60%, bahkan lebih dapat diperoleh dari inventory carrying cost dimata rantai ini. 3. Chain 1-2-3 : Supplier – Manufacture – Distribution Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacture sudah mulai harus disalurkan kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk menyalurkan barang ke pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan biasanya ini ditempuh oleh sebagian besar supply chain. Barang dari pabrik melalui gudangnya disalurkan ke gudang distributor atau wholesaler atau pedagang besar dalam jumlah besar dan pada waktunya nanti pedagang besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada retailers atau pengecer. 4. Chain 1-2-4 : Supplier – Manufacture – Distribution – Retail Outlets 16 Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan sebagai tempat menimbun barang sebelum disalurkan kepada pihak pengecer. Sekali lagi disini ada kesempatan untuk memperoleh penghematan dalam bentuk inventories atau biaya gudang, dengan cara melakukan desain kembali pola pengiriman barang baik dari gudang manufacture maupun toko pengecer (retail outlets ). Walaupun ada beberapa pabrik yang langsung menjual barang hasil produksinya kepada pelanggan, namun secara relatif jumlahnya tidak banyak dan kebanyakkan menggunakan pola seperti diatas. 5. Chain 1-2-3-4-5 : Supplier – Manufacture – Distribution – Retail Outlets Dari rak-raknya, pengecer atau retails ini menawarkan barang kepada para pelanggan atau pengguna atau pengguna barang tersebut. Yang termasuk outlets adalah toko, warung, toko serba ada, pasar swalayan, toko koperasi, mal, club stores dan sebagainya, pokoknya dimana pembeli akhir melakukan pembelian. Walaupun secara fisik dapat dikatakan bahwa ini merupakan mata rantai terakhir, sebetulnya masih ada satu mata rantai lagi, yaitu dari pembeli (yang mendatangi retail outlets tadi) ke real customers atau real user, karena pembeli belum tentu pengguna sesungguhnya. Mata rantai supply baru betul-betul berhenti setelah barang yang bersangkutan tiba dipemakai langsung (pemakai yang sebenarnya) barang dan jasa yang dimaksud. 2.2.5 Model Supply Chain Dari penjelasan mengenai pelaku supply chain tersebut dapat dikembangkan suatu model supply chain, yaitu suatu gambaran plastis mengenai hubungan mata rantai dari pelaku-pelaku tersebut yang dapat berbentuk seperti mata rantai yang terhubung satu dengan yang lain. Model supply chain yang dikembangkan dengan cukup baik pada tahun 1994 oleh A.T. Kearney seperti tertera dan dapat dilihat pada gambar 2.4. 17 Suppliers Supplier’ supplier Customers Company Customers End User Gambar 2.4 Model Supply Chain Sumber : Konsep Management Supply Chain (Indrajit dan Djokopranoto, 2004, p8). Dalam ilustrasi tersebut, suppliers’ suppliers telah dimasukkan untuk menunjukkan hubungan yang lengkap dari sejumlah perusahaan atau organisasi yang bersama-sama mengumpulkan atau mencari, mengubah, dan mendistribusikan barang dan jasa kepada pelanggan terakhir. Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan supply chain adalah menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat antara jaringan atau mata rantai tersebut dan pergerakkan barang yang efektif dan efisien yang menghasilkan kepuasan maksimal. (Indrajit dan Djokopranoto, 2002, p8-9). 2.2.6 Melihat Proses Supply Chain Supply chain menyediakan proses dan alur yang diambil serta langkah-langkah yang berbeda dan ada 2 cara mengkombinasikannya untuk melihat hasil dari Supply Chain, yakni: 1. Cycle View: proses Supply Chain yang membagi perputaran, dimana masing-masing dilakukan antara 2 langkah dari Supply Chain. 2. Push/Pull View: proses Supply Chain yang dibagi dalam dua kategori depending apakah mereka melakukan mengeksekusi tanggapan ke pesanan pelanggan atau mengantisipasi pesanan pelanggan. Proses Pull dimulai dari pesanan pelanggan, sedangkan proses Push dimulai dari mengantisipasi pesanan pelanggan. 18 Perputaran dalam melihat proses Supply Chain pada gambar 2.5, semua proses Supply Chain dapat merusak ke bawah yang ditunjukkan dalam empat proses perputar, yaitu : - Customer Order Cycle / Perputaran Pesanan Pelanggan - Replenishment Cycle / Perputaran Perlengkapan - Manufacturing Cycle / Perputaran Produksi - Procurement Cycle / Perputaran Persediaan Setiap terjadinya perputaran terdapat di antara 2 langkah dari Supply Chain. Demikian hasil lima langkah itu terdapat pada empat proses perputaran Supply Chain. Tidak semua Supply Chain memiliki keempat proses perputaran tersebut. Contohnya, Supply Chain grosir pada persediaan barang jadi akhir pada retail dan tempat terjadinya pemesanan kembali dengan distributor mungkin memiliki empat proses perputaran Supply Chain. Dell, dalam kontrak, penjualan pribadi ke pelanggan, dalam menyampaikan ke retailer dan distributor. Setiap perputaran memiliki enam subproses yang ditunjukkan pada gambar 2.6. setiap perputaran dimulai dari pemasaran produk oleh supplier ke pelanggan. Pesanan pembeli diterima langsung oleh supplier. Supplier menyediakan pesanan, dimana itu diterima dari pesanan pelanggan. Pembeli mungkin dapat mengembalikan beberapa dari produk tersebut atau mendaur ulang bahan lainnya kepada supplier atau pihak ketiga. Kemudian perputaran pada aktivitas dimulai kembali lagi. 19 Gambar 2.5 Supply Chain Process Cycle Sumber : Supply Chain Management, Chopra dan Meindl, 2007, p.27 Tergantung pada transaksi pada pertanyaan, subproses pada gambar 2.6 berlaku pada pendekatan perputaran. Ketika pelanggan berbelanja secara online di Amazon, mereka merupakan bagian dari perputaran pesanan pelanggan – dengan pelanggan sebagai pembeli dan Amazon sebagai supplier. Dalam kontrak, Amazon memesan buku dari distributor untuk pemesanan kembali persediaan, merupakan bagian dari perputaran perlengkapan- dengan Amazon sebagai pembeli dan distributor sebagai supplier. 20 Tanpa setiap perputaran, tercapainya pembeli dalam menjamin produk tersebut tersedia dan memiliki nilai ekonomis dari skala dalam pemesanan. Supplier menetapkan pada perkiraan pesanan pelanggan dan mengurangi biaya untuk setiap pesanan. Kemudian supplier bekerja untuk mengisi pesanan tepat waktu dan meningkatkan efisiensi dan akurasi pada proses pengisian kembali pesanan. Pembeli bekerja untuk mengurangi biaya dalam proses penerimaan. Membalikkan alur dengan mengatur pengurangan biaya dan menemukan sasaran. Gambar 2.6 Subproses pada setiap Perputaran Supply Chain Sumber : Supply Chain Management, Chopra dan Meindl, 2007, p.27 Sebenarnya setiap perputaran memiliki subproses yang sama, diantaranya sebagian kecil perbedaan penting diantara perputaran. Pada perputaran pesanan pelanggan, permintaan merupakan eksternal ke supply chain dan ketidakpastian. Didalam semua perputaran yang lain, menggantikan pesanan adalah ketidakpastian tetapi dapat menjadi awal project dalam mengikuti aturan dari bagian supply chain. Untuk contohnya, didalam perputaran perlengkapan, tekanan supplier untuk industri otomotif dapat diperkirakan kejenuhan permintaan dengan tepat pada sekali jadwal produksi pada industry. Perbedaan kedua perputaran yang berlainnan berhubungan dengan skala pada saat memesan. Dimana 21 pelanggan membeli sebuah mobil, dealer melakukan pemesan mobil yang banyak dalam satu waktu dari pengusaha industri dan industry itu sendiri, dalam pengembalian, pesanan dalam jumlah yang banyak dari supplier. Dimana kita berpindah dari pelanggan ke supplier, penurunan pesanan secara individu dan ukuran dengan beragam pengurangan pesanan. Dengan begitu, pembagian informasi dan aturan operasi berlainnan dengan langkah supply chain menjadi lebih penting dimana kita bergerak jauh dari pelanggan akhir. Melihat perputaran dari supply chain sangat berguna ketika mempertimbangkan keputusan operasionalnya karena menjelaskan secara jelas untuk setiap aturan dari supply chain. Untuk lebih jelasnya lagi dalam mendiskripsikan proses dari supply chain dalam melihat kekuatan desain supply chain untuk mempertimbangkan pemenuhan infrastruktur dalam mendukung proses tersebut. Melihat perputaran sangat berguna, untuk contohnya, ketika melakukan pengaturan sistem informasi ke pendukung operasional supply chain. 2.2.7 Pengertian Upstream Supply Chain Management Beberapa pengertian dari Upstream Supply Chain Management adalah: Berdasarkan pendapat Turban et al. (2006,p280) Rantai pengadaan tingkat hulu termaksud kegiatan / aktivitas dari perusahaan pengelolah dengan pemasoknya. Dan bagaimana mereka terhubung dengan para pemasoknya, hubungan kerjasama pamasok dapat diperluas ke sebelah kiri dalam beberapa bagian dan dari beberapa cara ke bahan baku. Didalam rantai pengadaan tingkat hulu menyebutkan aktivitas / kegiatan pentingnya adalah akuisisi. Berdasarkan pendapat Indrajit dan Djokopranoto, 2004, p.27. Upstream Supply Chain Management adalah jaringan organisasi yang menyangkut hubungan ke hulu / supplier. Jadi Upstream Supply Chain Management itu adalah sebuah struktur pengadaan barang dari pihak supplier kepada sebuah perusahaan atau lebih dikenal sebagai distributor awal. Pada rantai pengadaan ini pihak distributor mengadakan kerja sama berdasarkan 22 perjanjian perjanjian terhadap supplier nya, sehingga pihak distributor dapat lebih nyaman dalam menjual barang barang yang dikirim oleh supplier karena adanya perjanjian pengikat kerjasama tersebut. 2.2.8 Pengertian Downstream Supply Chain Management Berdasarkan pendapat Turban et al. (2006, p280). Rantai pengadaan hilir termaksud didalam segala aktivitas termaksud didalam pengiriman produk / barang jadi kepada konsumen akhir. Didalam rantai pengadaan hilir, perhatiannya ditujukan pada distribusi, pergudangan, transportasi, dan pemberian layanan setelah penjualan dilakukan. Rantai pengadaan pada perusahaan dan mengikuti / membarengi rantai nilai meliputi deretan berbagai proses bisnis yang menciptakan beberapa harga dengan mengirimkan produk atau jasa kepada konsumen untuk digunakan. Berdasarkan pendapat Indrajit dan Djokopranoto, 2004, p.27. Downstream Supply Chain Management adalah jaringan organisasi yang menyangkut hubungan ke hilir / wholesaler, reatiler 2.2.9 Pengertian Internal dan Eksternal Supply Chain Management Berdasarkan pendapat Turban et al. (2006, p280). Didalam bagian dari rantai pengadaan termaksud semua hal yang terjadi didalam proses rumah produksi yang biasa digunakan untuk mengubah bahan bahan dari pemasok kedalam susunan penghasilan barang jadi. Hal tersebut meluas dari waktu bahan baku masuk kedalam proses hingga ke waktu menjadi barang jadi yang siap disalurkan keluar perusahaan. Didalam bagian rantai pengadaan, lebih banyak mencakup produksi, pegurusan, dan pemeliharaan barang dan mesin. Aktivitas didalam bagian dalam rantai pengadaan mereferensikan / merujuk ke dalam rantai nilai. Objektivitas utama dari rantai nilai adalah untuk menambah nilainya sepanjang proses rantai pengadaan dalam bagaimana kita mendeskripsikan/ menggambarkan sebagai bagaian dalam dari bisnis e-commerce. 23 2.2.10 Empat Jenjang Intergrated Supply Chain Menurut Indrajit dan Djokopranoto, (2002, p24-27). Supply Chain pada hakikatnya adalah jaringan organisasi yang menyangkut hubungan ke hulu (upstream) dan hilir (downstream), dalam proses dari kegiatan yang berbeda yang menghasilkan nilai yang terwujud dalam barang dan jasa ditangan pelanggan terakhir. Konsep dan kecenderungan supply chain ini jelas akan mempengaruhi konsep dan kegiatan logistik. Dahulu, hubungan dengan supplier (upstream) dan hubungan dengan wholesaler, retailer (downstream) dianggap sebagai hubungan antar pihak yang berlainan kepentingannya dan bahkan berlawanan sehingga kurang ada kerjasama yang erat. Konsep supply chain yang relatif baru tersebut sebetulnya tidak sepenuhnya baru karena konsep itu merupakan perpanjangan dari konsep logistik. Hanya manajemen logistik lebih terfokus pada pengaturan aliran barang didalam suatu perusahaan, sedangkan manajemen supply chain menganggap internal integration tidaklah cukup. Integrasi harus dicapai sampai dengan yang paling hilir. Oleh karena itu, supply chain terfokus pada pengaturan aliran barang antar perusahaan yang terkait, dari hulu sampai ke hilir bahkan sampai ke pelanggan akhir. Dalam pengembangan manajemen supply chain terjadi empat jenjang atau empat tahap seperi digambarkan di gambar 2.4 dapat dilihat semacam evolusi sejak tahap 1 sampai tahap 4. Tahap 1 Dalam tahap 1, ada semacam kesendirian dan ketidak saling tergantungan fungsi, misalnya antara fungsi produksi dan fungsi logistik. Mereka menjalankan program-program sendiri yang terlepas satu sama lain (incomplete isolation). Contohnya adalah bagian produksi yang hanya memikirkan bagaimana membuat barang sesuai dengan mutu yang telah ditetapkan dalam waktu yang sudah ditetapkan dan sama sekali tidak mau ikut memikirkan juga penumpukkan inventory dan penggunaan ruangan gedung. Tahap 2 24 Dalam tahap 2, perusahaan sudah mulai menyadari pentingnya integrasi perencanaan walaupun dalam bidang yang masih terbatas, yaitu antara fungsi internal yang paling berdekatan, misalnya produksi dengan inventory control, purchasing dengan inventory control dan sebagainya (functional integration). Tahap 3 Tahap selanjutnya yang logis diteruskan, yakni tahap 3 adalah perencanaan dan pengawasan atas semua fungsi yang terkait dalam satu perusahaan ( internal intergration). Tahap 4 Tahap 4 menggambarkan tahap sebenarnya dari supply chain integration, yaitu integrasi total dalam konsep, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan (manajemen) yang telah dicapai dalam tahap 3 dan diteruskan ke upstream, yaitu supplier dan downstream, sampai ke pelanggan. 25 Gambar 2.7 Empat Jenjang Integrated Supply Chain Sumber: Konsep Manajemen Supply Chain ( Indrajit dan Djokopranoto, 2002, p26) 2.3 E-Business 2.3.1 Pengertian E-Business Beberapa pengertian E-Business adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan pendapat Turban et al. (2006, p4). E Business refers to a boarder definition of EC, not just the buying and selling of goods and services, but also servicing customers, collaborating with business partners, conducting e – learning, and conducting electronic transactions within an organization. 26 2. Berdasarkan pendapat McKay dan Marshall, ( 2004 ), e business is the use of the internet and other information technologies to support commerce and improve business performance. 3. Berdasarkan pendapat Laudon et al. (2002,p24). “E-Business is the use of internet and other digital technology for organizational communication and coordination and the management of the firm”. 2.3.2 Manfaat E-Business Bagi Organisasi, Konsumen dan Masyarakat Luas Berikut ini beberapa manfaat e-Business yang dikelompokkan ke dalam tiga tipe, yaitu bagi organisasi, konsumen, dan masyarakat luas. (Turban et al. 2006, p25-27). 1. Bagi Organisasi a. Memperluas pasar hingga mencakup pasar nasional dan pasar global, sehingga perusahaan bisa menjangkau lebih banyak pelanggan, memilih pemasok terbaik dan menjalin relasi dengan mitra bisnis yang nilai paling cocok. b. Menekan biaya menyusun, memproses dan mendistribusikan, menyimpan dan mengakses informasi berbasis kertas (paper based information). c. Perbaikkan Supply Chain. Ketidakefisienan supply chain seperti jumlah persediaan yang berlebihan dan keterlambatan pengiriman, dapat dikurangi dengan E-Commerce. Untuk contohnya melalui sebagai pengganti gedung otomatis untuk order delear showroom, industry otomotif mengantisipasi untuk menyimpan puluhan miliar dollar setiap tahunnya hanya dari pengurangan persediaan. d. Memperpanjang waktu: 24 jam/7hari/365hari. Bisnis ini selalu buka yakni melalui Web, dengan tidak terjadi kelebihan waktu atau mengeluarkan biaya lebih. e. Memungkinkan perusahaan mewujudkan bisnis yang sangat terspesialisasi. Contoh : www.dogtoys.com, www.cattoys.com dan lain-lain. 27 f. Menekan biaya sediaan dan overhead dengan cara memfasilitasi manajemen rantai nilai bertipe “pull” yang prosesnya berawal dari pesanan pelanggan dan menggunakan pemanafakturan Just In Time (JIT). g. Memungkinkan perusahaan untuk menerapkan mass customization terhadap produk dan jasanya. h. Menekan waktu antara pembayaran dan penerimaan produk/jasa. i. Meningkatkan produktivitas karyawan melalui rekayasa ulang proses bisnis. j. Menekan biaya telekomunikasi. k. Manfaat-manfaat lainnya, seperti citra yang lebih baik, layanan pelanggan lebih bagus, proses yang lebih sederhana, mitra bisnis baru, waktu siklus dan pengiriman lebih singkat, akses terhadap informasi yang lebih luas, biaya transportasi yang lebih murah dan fleksibilitas yang lebih tinggi. 2. Bagi Konsumen a. Memungkinkan konsumen berbelanja atau melakukan transaksi lainnya setiap saat (24 jam sehari) dan dari hampir semua lokasi. b. Memberikan pilihan produk dan pemasok yang lebih banyak kepada pelanggan. c. Memungkinkan konsumen dalam mendapatkan produk dan jasa yang lebih murah, karena konsumen bisa berbelanja ditempat banyak dan melakukan perbandingan secara cepat. d. Dalam beberapa kasus, terutama produk yang terdigitalisasi, e-Business memungkinkan pengiriman produk secara cepat dan real time. e. Memungkinkan pelanggan memperoleh informasi relevan dan rinci dalam satuan detik. f. Memungkinkan pelanggan untuk berpartisipasi dalam lelang virtual. g. Memungkinkan pelanggan berinteraksi dengan pelanggan lainnya dalam electronics communities / forum dan saling bertukar gagasan serta pengalaman. 28 h. Memfasilitasi kompetisi yang mengarah pada diskon substansial bagi pelanggan. 3. Bagi Masyarakat Luas a. Memungkinkan lebih banyak orang bekerja di rumah dan lebih jarang berpergian untuk berbelanja sehingga kemacetan dan polusi udara bisa berkurang. b. Memungkinkan beberapa jenis barang dijual dengan harga yang lebih murah sehingga bisa terjangkau oleh orang yang memiliki dana terbatas. c. Memungkinkan masyarakat di negara berkembang dan kawasan yang jauh untuk menikmati produk dan jasa yang relatif langkah ditempat tinggalnya dan kemungkinan untuk belajar jarak jauh lewat e-university. d. Memfasilitasi penyampaian jasa publik, seperti layanan kesehatan, pendidikan dan distribusi layanan sosial pemerintah secara lebih murah dan/atau berkualitas. 2.3.3 Peranan E-Business dan Supply Chain Berdasarkan pendapat Chopra dan Meindl, 2007, p.35. Transaksi supply chain yang melibatkan e-business adalah termasuk akses dari informasi, produk dan uang. Sebagai contoh, dibawah ini adalah semua transaksi yang dapat dilaksanakan dengan e-Business : 1. Menyediakan informasi produk untuk berpartisipasi sepanjang supply chain. 2. Menempatkan pesanan terhadap supplier. 3. Mengijinkan pelanggan untuk menempatkan pesanan. 4. Mengijinkan pelanggan untuk melacak pesanan. 5. Memenuhi dan mengirimkan pesanan ke pelanggan. 6. Menerima pembayaran dari pelanggan. Transaksi ini secara lebih jelas bukanlah hal baru yang muncul untuk keberadaan e- business. Bahwa transaksi-transaksi tersebut adalah hal-hal tradisional yang biasa ditampilkan oleh bisnis sejak dulu. E-Business dapat meningkatkan transaksi ini dengan memperbolehkan transaksi-transaksi ini untuk mengambil tempat melalui internet dimana 29 mereka dapat sering dilakukan secara lebih efisien dan dengan tingkat yang lebih tinggi terhadap keresponsifan. Sebagai contoh, perusahaan penjualan melalui surat, seperti Lands Ends telah menggunakan katalog untuk memberitahukan informasi produk untuk pelanggan selama bertahun-tahun. E-Business dapat memperbolehkan Lands Ends untuk menerbitkan katalog mereka secara online, mengijinkan pelanggan akses yang lebih cepat terhadap produk terbaru (peningkatan keresponsifan vs menunggu katalog baru lewat surat) secara virtual tidak ada biaya terhadap Lands Ends (peningkatan efisiensi vs mencetak dan mengirimkan jutaan katalog). Sekarang ini, internet memainkan peran yang penting terhadap supply chain dan perusahaan menggunakan internet untuk menghubungkan sejumlah besar dari transaksi didalam supply chain. Contohnya, Dell memperlihatkan semua informasi produknya melalui internet, jadi pelanggan dapat mengindentifikasikan semua pilihan yang tersedia untuk PC yang mereka inginkan untuk dibeli bersama dengan harga dari konfigurasi yang mereka pilih. Dell juga memberikan permintaan dan informasi persediaan secara online kepada suppliernya. Pada dasarnya, e-Business akan memperbolehkan bisnis untuk menciptakan nilai yang berarti untuk masa yang akan datang. Nilai e-Business akan bervariasi tergantung pada industri dan tahap dalam supply chain pada suatu perusahaan yang terlibat. Perusahaan yang sukses adalah mereka yang dapat merakit implementasi bisnis mereka untuk mendukung area-area dimana nilai maksimum dapat diperoleh. Tujuannya adalah untuk menyediakan suatu kerangka kerja yang dapat digunakan oleh para eksekutif untuk mengindentifikasikan dimana nilai-nilai tidak berguna dan bagaimana nilai tersebut dapat diperoleh setelah mempertimbangkan usaha-usaha yang dilibatkan dalam e-business. 30 2.4 e-Supply Chain Management 2.4.1 Pengertian e-Supply Chain Management Menurut Turban, et al. 2006, p279, e-SCM adalah kolaborasi yang menggunakan internet untuk meningkatkan aktivitas operasi supply chain seperti halnya manajemen supply chain. e-SCM adalah suatu optimisasi proses bisnis didalam tiap-tiap sudut perluasan perusahaan yang dimulai dari pemasok sampai kepada customer. Menurut Indrajit dan Djokopranoto, (2004,p11). Pada dasarnya e-SCM merupakan suatu konsep manajemen dimana perusahaan berusaha memanfaatkan internet dan teknologinya untuk mengintegrasikan seluruh mitra kerja perusahaan, terutama yang berhubungan dengan sistem pemasokan bahan-bahan atau sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan dalam proses produksi (sisi supply). 2.4.2 Elemen dan Unsur Infrastruktur e-SCM Menurut Turban et al. (2006, p282), berikut ini adalah elemen-elemen dan unsur- unsur infrastruktur e-SCM yang paling utama: • Ekstranet Tujuan utama ekstranet adalah mendukung komunikasi dan kerja sama atau kolaborasi interorganisasional. • Intranet Ini adalah jaringan internal perusahaan untuk kerja sama atau kolaborasi dan komunikasi. • Gateway perusahaan Ini menyediakan pintu gerbang untuk kerja sama atau kolaborasi internal dan eksternal, komunikasi, dan pencarian informasi. • Alur kerja sistem dan perkakas Ini adalah sistem yang mengatur alur informasi didalam organisasi. • Groupware dan perkakas kolaboratif lain 31 Sejumlah besar perkakas memudahkan kerja sama atau kolaborasi antara dua pihak dan anggota kecil seperti halnya dengan kelompok besar. Berbagai perkakas, sebagian secara bersama-sama dikenal sebagai groupware, yang tersedia untuk tujuan kerja sama atau kolaborasi. 2.4.3 Konsep e-Supply Chain Menurut Indrajit dan Djokopranoto, (2004, p.154-158). Perkembangan ilmu sistem dan teknologi informasi yang sedemikian cepat memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap beberapa prinsip atau konsep manajemen yang diketahui selama ini. Contohnya adalah teknologi internet yang memberikan banyak tawaran-tawaran baru pada implementasi konsep manajemen supply chain (Supply Chain Management). Kehadiran paradigma “e” yang ditandai dengan Istilah-istilah semacam e-Procurement, e-Customers, e- Inventory, dan lain-lain tidak hanya berarti dilibatkannya teknologi elektronik maupun digital didalam rantai proses pengadaan, penciptaan, dan pendistribusian produk atau pun jasa, tetapi dampak terhadap diimplementasikannya teknologi tersebut secara langsung maupun tidak langsung mendatangkan berbagai pergeseran paradigma atau prinsip-prinsip manajamen yang kerap dikenal. Biasanya seseorang yang membutuhkan sesuatu akan pergi ke toko atau supermarket untuk mendapatkannya. Hanya ada dua kondisi yang dihadapi konsumen saat itu, yaitu menemukan yang diinginkannya atau tidak. Jika tidak, yang bersangkutan akan dihadapkan pada dua pilihan, mencari ke toko lain atau melakukan pemesanan ditoko itu. Tentu saja pilihan yang ada sangat tergantung dengan jenis barang, lokasi penjualan, harga produk, tipe pelayanan, dan lain sebagainya. Tetapi situasi yang diperlihatkan disini adalah bahwa si penjual “berani” mengatakan bahwa barang yang dicari konsumen tidak ada, dan terserah konsumen untuk bertindak. Si penjual tidak perlu khawatir akan ”kehilangan” seorang konsumen karena yang bersangkutan tahu persis bahwa sangat sulit mendapatkan toko dengan barang dan harga yang ditawarkannya. Situasi ini akan sangat berbeda dalam 32 bisnis di dunia maya. Jika konsumen tidak mendapatkan produk yang diinginkannya dari penjual, maka tersedia ribuan bahkan jutaan pilihan situs (perusahaan) yang siap mengirimkan produk tersebut langsung ke kediaman konsumen. Bahkan diantara ribuan penjual tersebut si konsumen dapat memilih harga produk yang termurah, dengan kualitas terbaik, dan dikirimkan dengan kurir tercepat. Belum lagi tambahantambahan fasilitas yang ditawarkan semacam kredit ringan atau bahkan gratis dengan perjanjian tertentu. Yang terjadi disini adalah perubahan konsep berdagang dari pendekatan “push”(memaksa) dari pihak penjual menjadi “pull” (meminta) dari pihak pembeli. Namun harap diperhatikan, bahwa tidak semua aspek dapat dilakukan di dunia maya. Perdagangan yang seratus persen dapat dilakukan di dunia maya adalah untuk produkproduk yang telah dapat didigitalkan, seperti misalnya yang berbentuk teks/dokumen, gambar, suara, atau video. Untuk produk-produk lain, tetap saja terjadi kombinasi aktivitas antara dunia nyata dan dunia maya. Setidak-tidaknya ada tiga aliran penting didalam eSupply chain ini: • Aliran Produk secara fisik; • Aliran Uang sebagai bukti pembayaran; dan • Aliran Informasi yang berkaitan dengan aktivitas jual-beli. Terhadap ketiga aliran tersebut, ada 5 (lima) aspek yang perlu dipersiapkan oleh perusahaan, terutama ditinjau dari segi pengembangan modul-modul pada arsitektur sistem dan teknologi informasi korporat, yaitu masing-masing: Consumer Management, Catalogue Management, Order Management, Delivery Management, dan Inventory Management. Kelima hal ini merupakan proses kunci untuk memenuhi standar “efulfillment” yang berawal dari pemesanan produk sampai dengan diterimanya produk oleh konsumen (Gambar 2.8). 33 Gambar 2.8 Konsep E-Supply Chain Management Sumber : Indrajit dan Djokopranoto (2004, p.154-158) dapat pula dinikmati oleh calon pembeli. Jelas terlihat disini, bahwa tujuan dari modul Catalogue Management adalah untuk menyediakan segenap informasi yang dibutuhkan calon konsumen maupun pelanggan terhadap berbagai produk dan jasa yang ditawarkan perusahaan. Prinsip yang harus dipegang teguh oleh perusahaan adalah suatu kenyataan bahwa didalam dunia maya, calon pembeli tidak dapat secara langsung melihat kondisi fisik sebuah produk, sehingga dibutuhkan suatu cara atau mekanisme untuk melakukannya. Merepresentasikan katalog dan “show room” merupakan dua hal yang harus dipikirkan oleh perusahaan di dunia maya. Seperti halnya pada Consumer Management, hanya dibutuhkan aliran informasi pada modul ini, tidak terkait aliran produk maupun aliran uang (kecuali untuk produk “sample”). • Order Management Setelah konsumen dapat berinteraksi dengan perusahaan dan mengenali beragam produk dan jasa yang ditawarkan, maka tibalah saatnya untuk melakukan pemesanan 34 (order). Ada dua aliran entiti yang harus dicermati dalam modul ini, yaitu aliran informasi dan aliran keuangan. Transaksi jual-beli didalam dunia maya pun memerlukan dokumentasi sebagai prasyarat terjadinya interaksi yang sah secara hukum. Perbedaannya dengan dunia nyata adalah bahwa yang dipergunakan adalah dokumen elektronik, bukan yang berbasis kertas (paper based documents). Setidak-tidaknya ada dua jenis dokumen yang harus diperhatikan disini, yaitu kontrak jual beli dan bon atau kwitansi pembayaran. Disinilah kompleksitas jual-beli mulai tampak, karena berbeda dengan di dunia nyata dimana konsumen dapat segera memperoleh barang pada saat pembayaran dilakukan, di dunia maya kerap hal sebaliknya berlaku. Perusahaan harus yakin dahulu pembayaran telah diterima oleh konsumen, barulah yang bersangkutan akan memberikan produknya. Dengan kata lain, hal pertama yang harus diurus oleh modul ini adalah aliran uang dari pihak pembeli (konsumen) ke penjual (perusahaan). Seperti diketahui bersama, sangat banyak ragam pembayaran elektronik yang telah diterapkan, seperti kartu kredit, kartu debet, transfer bank, cek elektronik, uang elektronik, dan lain-lain. Inti dari aktivitas pembayaran secara digital adalah pada proses autorisasi dan autentifikasi. Setelah rangkaian permasalahan keuangan selesai (terjadinya aliran uang dari pihak pembeli ke penjual), barulah dokumendokumen berisi informasi sehubungan dengan transaksi yang ada diberikan oleh pihak penjual ke pembeli melalui medium elektronik (internet). • Delivery Management Setelah pemesanan dilakukan terhadap produk dan administrasi pembayaran telah dilakukan dengan baik, langkah selanjutnya adalah pengiriman produk yang dibeli ke pihak konsumen. Untuk barang-barang digital, pengiriman dapat dilakukan melalui mekanisme semacam email, download, ftp, dan lain sebagainya. Namun untuk barang-barang berbentuk fisik, dibutuhkan aktivitas pengiriman produk oleh kurir. Jelas pada proses ini terjadi aliran produk dari pemilik, yang dalam hal ini adalah perusahaan, ke 35 pihak pembeli (konsumen). Adapun informasi yang diperlukan sehubungan dengan proses ini adalah berbagai hal yang berkaitan dengan proses pengiriman barang, seperti tanggal produk diambil, kurir yang dipercayakan untuk mengirimkan produk, tipe pengemasan (packaging), durasi pengiriman, dan lain sebagainya. • Inventory Management Berdasarkan janji yang dibuat pada bagian pemesanan (Order Management) dan pengiriman (Delivery Management), perusahaan harus mengatur pengambilannya di gudang sehingga target tersebut dapat terpenuhi. Yang perlu diperhatikan disini adalah bahwa modul Inventory Management harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat membantu perusahaan dalam proses pemenuhan target kontrak jual-beli yang telah dibuat. Inti dari pengelolaan inventori adalah terletak pada dua hal, yaitu kapan (waktu) pengambilan produk dari gudang harus dilakuan dan berapa banyak (kuantitas) produk yang harus diambil, dengan memperhatikan berbagai kendala semacam lead time, biaya gudang, opportunity loss, dan lain sebagainya. Secara umum terlihat bahwa kelima modul diatas harus saling terintegrasi satu dengan yang lainnya didalam sebuah rangkaian e-Supply Chain. Orientasi rangkaian proses ini adalah pemenuhan kebutuhan konsumen sesuai dengan yang diinginkannya, yang dinyatakan secara eksplisit pada kontrak atau transaksi jual-beli yang dibuat bersama. Tanpa adanya sebuah sistem terpadu yang mengintegrasikan ketiga aliran entiti dalam lima proses e-Supply Chain akan meningkatkan resiko tidak terpenuhinya janji yang diberikan oleh perusahaan kepada pihak konsumen, yang tidak saja akan berakibat menurunnya kepuasan konsumen (atau kehilangan konsumen), namun dapat berdampak lebih jauh yaitu terjadinya tuntutan hukum dengan dalih pelanggaran janji jual-beli yang dapat bermuara pada ganti rugi yang tidak sedikit. 2.4.4 Kunci Sukses E-Supply Chain Management Ada beberapa dasar yang harus diperhatikan sebuah e-Supply Chain Management di perusahaan agar sukses: 36 1. Melihat bahwa hakekat informasi dalam hal ini harus merupakan pengganti atau substitusi dari keberadaan inventori (biaya terbesar rata-rata perusahaan), maka memperlakukan informasi harus sama persis dengan melakukan manajemen inventori. Jika didalam inventori permasalah utama yang dihadapi adalah ‘kapan pemesanan barang harus dilakukan’ dan ‘seberapa banyak barang yang harus dilakukan’ dengan memperhatikan unsur-unsur semacam lead time, total cost, dan service level, maka didalam manajemen informasi harus pula diperhatikan hal-hal terkait dengan ‘kapan informasi relevan harus dimiliki’ dan ‘seberapa detail informasi’ yang harus direpresentasikan. Dengan kata lain, prinsip cheaper-better-faster berlaku pula dalam manajemen informasi. 2. Dari ketiga unsur tersebut (biaya, kecepatan, dan kualitas), persaingan sesungguhnya terletak pada kecepatan dan ketepatan informasi. Informasi yang mengalir dari mitra usaha ke perusahaan dan sebaliknya harus sedemikian rupa sehingga benar-benar memberikan suatu manfaat yang signifikan terhadap proses penciptaan dan penyebaran produk atau jasa (menciptakan value). Karena setiap pengambilan keputusan akan berdasarkan informasi tersebut, maka keberadaannya harus tepat waktu dan relevan dengan saat pengambilan keputusan. Dua hal yang harus diperhatikan dalam kaitan ini, yaitu aspek on-line dan real-time. Aspek on-line berhubungan dengan keharusan adanya koneksi komunikasi (hubungan) yang tidak terputus selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu antar perusahaan yang bekerja sama. Sementara aspek realtime berhubungan dengan durasi perpindahan informasi dari satu tempat ke tempat lain yang sedemikian cepat sehingga mendekati nol detik. Jika aspek on-line menjamin adanya hubungan terintegrasi antara semua pihak yang terkait, aspek real-time menjamin bahwa informasi yang dipergunakan untuk mengambil keputusan adalah yang paling mutakhir (up-todate). 37 3. Manajemen harus menganggap bahwa relasi antara mitra bisnis merupakan asset stratejik perusahaan yang harus dibina sungguh-sungguh keberadaannya. Tidak ada hal yang lebih penting dari pada kepercayaan dan sikap profesionalisme yang harus selalu dijaga keberadaannya. Tanpa adanya kedua unsur tersebut, mustahil kerjasama yang dilakukan akan menghasilkan suatu kinerja yang saling menguntungkan (win-win). 4. Integrasi Supply Chain yang ketat. Didalam E-Supply Chain memiliki keunggulan dari intergrasi yang ketat, diantaranya dengan perusahaan dan lain halnya dalam memperluas perusahaan dimulai dari supplier, rekan dagang, penyedia logistic dan saluran distribusi. Menurut Turban et al. (2006, p281). Kesuksesan e-SCM ditentukan oleh : • Kemampuan dari semua mitra supply chain untuk memandang mitra kerja sama atau kolaborasi sebagai unsur strategis. Pengintegrasian yang ketat dan kepercayaan diantara mitra perdagangan yang menghasilkan kecepatan dan ketangkasan. • Jarak pengelihatan informasi sepanjang keseluruhan supply chain. Informasi tentang inventaris pada berbagai segmen yang menyangkut rantai, permintaan produk, penyerahan waktu, dan informasi relevan lainnya harus kelihatan oleh semua anggota menyangkut supply chain disetiap waktu. Oleh karena itu, informasi harus diatur dengan baik, dengan kebijakan, tegas, dan pemantauan setiap harinya. • Kecepatan, biaya, kualitas, dan pelayanan pelanggan. Ini adalah ukuran dari supply chain. Sebagai konsekuensi, perusahaan harus dengan jelas menggambarkan pengukuran untuk masing-masing ukuran ini bersama-sama dengan tingkat ukuran yang akan dicapai. Tingkatan target harus berbagi kepada mitra bisnis. 38 • Mengintegrasikan supply chain dengan ketat. Suatu e-supply chain akan bermanfaat bagi pengintegrasian yang lebih ketat didalam suatu perusahaan dan diperluas ke seberang perusahaan dengan menyusun suppliers, mitra dagang, penyedia jasa, dan saluran distribusi. Menurut Turban et al. (2006, p281) Konsep atau kegiatan dari e-Supply Chain Management yang baik, biasanya memiliki 5 (lima) buah komponen yang saling mendukung, yaitu masing-masing: 1. Supply Chain Replenishment – adalah proses yang berkaitan dengan bagaimana para pemasok saling bekerja sama untuk menyediakan produk-produk atau bahan-bahan yang dibutuhkan oleh perusahaan sedemikian rupa sehingga memenuhi target permintaan dan service level yang dicanangkan. 2. Collaborative Planning – adalah proses yang memfokuskan diri pada aktivitas perencanaan yang berkaitan dengan operasi, produksi, inventori, dan distribusi sehingga keseluruhan perusahaan yang bekerja-sama mengetahui obyektivitasnya masing-masing sehingga untuk mencegah adanya konflik yang dapat bermuara pada tidak tercapainya kebutuhan pelanggan. 3. Collaborative Product Development – adalah proses yang berkaitan dengan aktivitas penciptaan produk atau jasa yang membutuhkan kerja-sama antara berbagai mitra bisnis tersebut dengan perusahaan, sehingga kualitas produk dan/atau jasa dapat terpenuhi sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati. 4. E-Procurement – pada dasarnya adalah manifestasi baru dari proses pengadaan konvensional, dimana dalam aktivitas ini teknologi internet dan prinsip-prinsip ebusiness benar-benar diterapkan secara sungguh-sungguh. 5. E-Logistics – sama seperti e-Procurement, hanya saja proses ini berkaitan dengan aktivitas manajemen pergudangan dan transportasi. 39 2.5 Kerangka Pemikiran Teoritis E - Supply Chain Management Downstream Supply Chain Kuesioner kepada konsumen mengenai E-SCM pada PT.MULTI SARANA PRIMA NUSANTARA Wawancara Pengolahan Data Hasil Pengolahan Data Perancangan e-SCM dari sisi Downstream Kesimpulan Gambar 2.9 Kerangka Pemikiran 2.6 Metodologi Penelitian 2.6.1 Jenis dan Metode Penelitian Metode penelitian yang akan dipergunakan oleh penulis dalam menyelesaikan skrispsi ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif yang menggunakan pendekatan 40 studi kasus. Data-data yang digunakan berupa data primer yang didapat langsung dari perusahaan itu sendiri yaitu gambaran umum perusahaan, sistem pelayanan yang sedang digunakan, dan lain-lain. Selain itu data primer juga didapat melalui hasil wawancara penulis dengan perusahaan, serta data sekunder diperoleh melalui kepustakaan dengan melihat, membaca serta mencatat buku-buku yang berhubungan dengan topik penelitian skripsi. 2.6.2 Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data dengan penelitian kepustakaan (Library Research) dan penelitian lapangan (Field Research), yaitu: 1. Penelitian kepustakaan (Library Research) Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data sekunder dengan membaca, mengumpulkan data, mencatat, mempelajari teks book dan buku-buku pelengkap atau referensi, seperti: jurnal, majalah, media cetak lainnya di perpustakaan atau tempat lainnya. 2. Penelitian lapangan (Field Research) Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data primer, yaitu dengan mengunjungi perusahaan, dalam hal ini PT.MULTI SARANA PRIMA NUSANTARA, sehingga kebutuhan akan data pokok untuk penyusunan skripsi dapat terpenuhi. Teknik pengumpulan data tersebut adalah dengan cara sebagai berikut: • Wawancara (Interview) Penulis melakukan tanya jawab dengan pihak perusahaan mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Wawancara dilakukan langsung dengan pemilik perusahaan dan staf atau karyawan PT.MULTI SARANA PRIMA NUSANTARA. Pengamatan langsung (Observasi) Penulis melakukan pengamatan secara langsung terhadap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan setiap hari yang berkaitan dengan penyusunan skripsi. 41 • Daftar pertanyaan (Kuesioner) Penulis menyiapkan sejumlah pertanyaan tertulis yang berkaitan dengan pembahasan masalah dan memberikan kepada karyawan PT.MULTI SARANA PRIMA NUSANTARA sehingga penulis memperoleh data secara rinci dan sistematis. 2.6.3 Definisi Operasional dan Instrumen Pengukuran Definisi operasional merupakan penjelasan pengertian dari teoritis variabel, sehingga dapat diamati dan diukur dengan menentukan hal-hal yang diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu. Variabel – variabel yang diteliti dalam penyusunan skripsi ini terdiri dari 4 variabel yang didalamnya terdapat 12 parameter. Untuk lebih jelasnya variabel – variabel tersebut dapat dilihat dalam tabel 2.1 : Tabel 2.1 Variabel-Variabel Variabel Parameter Kualitas Produk mainan dan game yang up to date / sesuai perkembangan jaman. Produk mainan dan game berkualitas baik (lokal dan import). Produk mainan dan game yang dijual bervariasi. Jaminan /garansi produk game selama 1 Bulan. Waktu Waktu pengiriman barang tepat waktu. Waktu pelayanan terhadap konsumen cepat. Penyediaan barang tepat waktu. Biaya Harga yang disesuaikan dengan kualitas barang. Biaya pengiriman yang disesuaikan. Pemberian diskon bagi konsumen. 42 Aset Pemanfaatan teknologi dan peralatan secara tepat. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia secara optimal. Jalinan kerjasama yang baik dengan rekan bisnis Dalam penelitian ini penulis menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data dari responden. Kuesioner diukur melalui skala likert. 2.6.4 Teknik Analisis Data Menurut Sugiyono, (2005, p.86) dalam bukunya yang berjudul ”Metode Penelitian Bisnis”, skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti yang selanjutnya disebut variabel penelitian. Dengan likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain: - Sangat Baik / Berhasil 4 - Baik / Berhasil 3 - Tidak Baik / Tidak Berhasil 2 - Sangat Tidak Baik / Sangat Tidak Berhasil 1 Pengujian tiap butir digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah skor tiap butir. Teknik yang digunakan untuk menentukan validitas item adalah dengan menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution) dalam menganalisis data. Bila nilai pada Corrected Item – Total Correlation – nya lebih besar dari nilai r-tabel maka alat tersebut valid. Dalam penelitian terdapat dua bagian yang diteliti yaitu : pelaksanaan SCM pada PT.MULTI SARANA PRIMA NUSANTARA dan keberhasilan faktor-faktor dalam pelaksanaan SCM tersebut. Pada kedua bagian tersebut digunakan variabel X yang merupakan tingkat pelaksanaan perusahaan dan variabel Y yang merupakan tingkat keberhasilan. 43 Adapun rumus yang digunakan adalah : Xi Tki = -------------- x 100% Yi Dimana : Tki = Tingkat kesesuaian responden Xi = Skor penilaian pelaksanaan Yi = Skor penilaian keberhasilan Selanjutnya sumbu mendatar (X) akan diisi skor tingkat pelaksanaan dan sumbu tegak (Y) akan diisi skor penilaian keberhasilan. Dan untuk menghitung rata-rata variabel tersebut digunakan rumus sebagai berikut: ΣXi X = -------------- x 100% n ΣYi Y = -------------- x 100% n Dimana : X = Skor rata-rata tingkat pelaksanaan Y = Skor rata-rata tingkat keberhasilan n = Jumlah responden Untuk menghitung rata-rata dari skor rata-rata tingkat pelaksanaan dan tingkat keberhasilan faktor-faktor pelaksanaan Supply Chain Management digunakan rumus : N ΣI = 1 Xi X = ---------------- N ΣI = 1 Yi Y = ---------------- 44 K K Dimana : X = Merupakan rata-rata dari rata-rata skor tingkat pelaksanaan Y = Merupakan rata-rata dari rata-rata skor tingkat keberhasilan K = Banyaknya indikator yang dapat mempengaruhi pelaksanaan SCM di PT.MULTI SARANA PRIMA NUSANTARA, dalam penelitian K = 12. Menurut Husein Umar,et al (2003). Diagram kartesius merupakan alat analisis yang digunakan untuk menentukan strategi peningkatan pelayanan dengan melihat hubungan kinerja atau tingkat pelaksanaan pelayanan yang dilakukan oleh pihak perusahaan dengan kepuasan yang diharapkan oleh pelanggan. Diagram yang digunakan dalam penelitian adalah diagram Kartesius, dimana diagram ini merupakan suatu bangun yang dibagi atas empat bagian yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus yang masing-masing bagian terdapat satu indikator atau lebih, atau bahkan tidak terdapat indikator sama sekali, adapun gambar diagram kartesius dapat dilihat pada gambar 2.10 : Keberhasilan Y A B Prioritas Utama Y Pertahankan Prestasi C D Tingkatkan Prestasi X Berlebihan X Gambar 2.10 Diagram Kartesius Sumber: Husein Umar (2003, p.38) Pelaksanaan 45 Keterangan : - Kuadaran A = menjelaskan bahwa keberhasilan suatu variabel adalah lebih tinggi dari tingkat pelaksanaan, sehingga perusahaan harus meningkatkan kinerjanya agar lebih optimal. - Kuadran B = menjelaskan bahwa pelaksanaan dan keberhasilan pada suatu variabel berada pada tingkat tinggi dan sesuai, sehingga perusahaan cukup mempertahankan kinerja variabel tersebut. - Kuadaran C = menjelaskan bahwa pelaksanaan dan keberhasilan pada suatu variabel barada pada tingkat rendah sehingga perusahaan perlu melakukan perbaikkan. - Kuadaran D = menjelaskan bahwa pelaksanaan perusahaan berada pada tingkat tinggi, tetapi keberhasilan akan kinerja dari variabel tersebut hanya rendah, sehingga perusahaan perlu mengurangi variabel tersebut agar dapat mengefisiensikan sumber daya perusahaan. 2.6.5 Analisis Porter Persaingan dalam suatu industri tergantung pada lima kekuatan persaingan ( five competitive force ) yang berpengaruh terhadap struktur ekonomi dalam industri. Model Porter membantu perusahaan mengidentifikasikan ancaman dalam perusahaan dan membantu perusahaan dalam menyiapkan rencana strategi perusahaan. Lima elemen kekuatan persaingan dalam industri menurut Michael E. Porter ( Whiteley 2000, p26 – p29 ) adalah sebagai berikut : • Ancaman pendatang baru ( Threat of new entrants ) Ada tujuh sumber utama rintangan masuk bagi pendatang baru yaitu skala ekonomi, biaya beralih pemasok, akses ke saluran industri, biaya tidak menguntungkan terlepas dari skala ekonomi, kebijakan pemerintah, kebutuhan modal, dan diferensiasi produk. 46 • Ancaman barang pengganti ( Threat of substitution ) Suatu segmen menjadi tidak menarik jika terdapat substitusi potensial dari suatu produk. Substitusi membatasi harga dan laba yang dapat dihasilkan oleh suatu segmen. Perusahaan harus mengamati secara dekat tren harga substitusi, harga dan laba dalam segmen tersebut mungkin akan menurun. • Daya tawar pembeli ( Bargaining power of buyer ) Daya tawar pembeli kuat jika sejumlah besar hasil industri, hambatan keluar tinggi, produk pemasok standar, dan perusahaan yang terlibat dalam persaingan memiliki strategi yang beragam. • Daya tawar pemasok ( Bargaining power of suppliers ) Daya tawr pemasok kuat jika di dominasi oleh sejumlah kecil perusahaan besar, produk substitusi yang baik tidak tersedia bagi pembeli, pembeli bukan konsumen penting bagi pemasok, dan produk pemasok penting bagi pembeli. • Persaingan antar perusahaan yang sejenis dalam industri Suatu segmen manjadi tidak menarik jika ia telah memiliki pesaing yang banyak, kuat, atau agresif. Ia bahkan menjadi lebih tidak menarik jika segmen tersebut stabil atau menurun, jika penambahan kapasitas pabrik dilakukan dalam jumlah yang besar, jika biaya tetap tinggi, jika penghalang keluar besar, atau jika pesaing memiliki kepentingan yang besar untuk tinggal dalam segmen tersebut. 47 Berikut ini disajikan lima elemen kekuatan persaingan Michael E. Porter dalam bentuk gambar : Gambar 2.11 Lima elemen kekuatan persaingan Sumber : David Whiteley, e-commerce : Strategy, technology and application, McGraw Hill,2000,p27