Uploaded by tsuchiyakouta2

supply chain management teori

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Internet Extranet
2.1.1 Internet
Internet merupakan kepanjangan dari Interconnection Networking, atau lebih sering
disebut sebagai CyberSpace. Internet adalah suatu organisasi dari beribu ribu computer yang
digabung dengan satu sumber (server), yang merupakan pusat dari penyimpanan data data
yang akan disimpan atau yang akan disimpan.
Menurut Turban et al. (2006,p6). Internet adalah bagian dari korporasi atau jaringan
dari pemerintah yang menggunakan alat dari bagian internet, seperti web browser, dan
internet protocol.
2.1.2 Extranet
Extranet adalah sebuah jaringan yang menghubungkan intranet dan internet dari
berbagai tempat. Dan extranet juga bisa sebagai cara untuk melakukan akses kedalam
perusahaan oleh berbagai pihak seperti supplier atau konsumen, yang pasti dengan sistem
pengamanan yang telah disepakati, seperti dengan meminta id user dan password user
bersangkutan untuk masuk kedalam data base perusahaan.
Menurut Turban et al. (2006,p6). Extranet adalah sebuah jaringan yang
menggunakan internet sebagai penyambung beberapa intranet. Intranet itu sendiri adalah
jaringan internet yang berada hanya disuatu organisasi tanpa ada hubungannya keluar
organisasi.
5
6
2.2 Pengertian Management Suplai Chain
2.2.1
Pengertian Manajemen
Stephen
Robbins,
(2004,p8),
Istilah
manajemen
mengacu
pada
proses
mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara
efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain.
Para manajer bertanggung jawab pula untuk mendesain sebuah struktur organisasi.
Fungsi ini kita sebut Pengorganisasian, fungsi ini mencakup proses menentukan mana tugas
yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaiamna tugas-tugas itu harus
dikelompokkan, siapa melapor kepada siapa, dan pada tingkat mana keputusankeputusannya harus diambil.
Sebagaimana kita ketahui, setiap organisasi mencakup orang-orang, dan tugas
manahemen ialah mengintegrasikan dan mengkoordinasikan pekerjaan orang-orang ini. Ini
merupakan fungsi memimpin. Apabila para manajer memotivasi bawahannya, mangarahkan
kegiatan-kegiatan orang-orang lain, memilih saluran komunikasi yang paling efektif, atau
menyelesaikan pertentangan diantara anggota-anggota, mereka itu memimpin.
Fungsi manajemen terakhir yang dilakukan oleh para manajer adalah pengendalian.
Setelah sasarannya ditentukan (fungsi perencanaan), rencana itu dirumuskan (fungsi
perencanaan), pengaturan strukturnya ditentukan (fungsi organisasi), dan orang-orang
dipekerjakan, dilatih, dan diberi motivasi (fungsi manajemen),masih dapat terjadi kesalahan.
Untuk menjamin agar segala sesuatunya berjalan sebagaimana mestinya, para manajer
harus memantau kinerja. Kinerja aktual harus dipertimbangkan dengan sasaran-sasaran
yang telah ditentukan sebelumnya. Seandainya terdapat penyimpangan-penyimpangan
berarti mana saja, tugas manajemenlah untuk mengembalikan pekerjaan itu pada jalurnya.
Proses pemantauan, memperbandingkan, dan mengkoreksi inilah apa yang kami maksudkan
dengan fungsi pengendalian.
7
David
R.
Fred,
(2006,p.171-178)
Manajemen adalah
adalah
suatu
proses
mengkombinasikan dan mendayagunakan semua sumber-sumber secara produktif untuk
mencapai tujuan perusahaan atau organisasi. Untuk itu, manajemen melaksanakan fungsifungsi : perencanaan, pengorganisasian, perencanaan, pemberian motivasi, pengelolaan staf,
dan pengendalian.
-
Perencanaan, terdiri atas semua aktivitas yang terkait dengan persiapan masa
depan. Pekerjaan spesifik mencakup peramalan, penetapan sasaran, formulasi
strategi, pengembangan kebijakan, dan penetapan tujuan.
-
Pengorganisasian, pengorganisasian mencakup semua aktivitas manajerial yang
menghasilkan struktur pekerjaan dan hubungan otoritas. Area yang spesifik
mencakup desain organisasi, spesialisasi pekerjaan, deskripsi pekerjaan, rentang
pengendalian, kesatuan komando, koordinasi, desain pekerjaan, dan analisis
pekerjaan.
-
Pemberian Motivasi,
pemotivasian melibatkan usaha
yang diarahkan untuk
membentuk perilaku manusia. Topic spesifik mencakup kepemimpinan, komunikasi,
kelompok kerja, modifikasi perilaku, delegasi otoritas, penhayaan pekerjaan,
kepuasan kerja, pemuasan kebutuhan, perubahan organisasi, moral karyawan, dan
moral manajerial.
-
Pengelolahan Staf, aktivitas pengelolahan staf dipusatkan pada manajemen staf atau
sumber daya manusia. Termasuk administrasi gaji dan upah, fasilitas karyawan,
wawancara,
perekrutan,
pelatihan,
pengembangan
manajemen,
keselamatan
karyawan, tindakan afirmatif, kesempatan kerja yang setara, hubungan dengan
serikat kerja, penelitian personel, kebijakan disiplin, prosedur keluh kesah, dan
hubungan masyarakat.
-
Pengendalian/control, pengendalian mengacu pada semua aktivitas manajerial yang
diarahkan untuk memastikan bahwa hasil actual konsisten dengan hasil yang
8
direncanakan. Area perhatian utama adalah kontrol kualitas, kontrol penjualan,
kontrol persediaan, kontrol biaya, analisis varians, imbalan, dan sanksi.
2.2.2
Pengertian Supply Chain Management
Berikut ini adalah beberapa pengertian Supply Chain Management:
1. Berdasarkan pendapat Turban et al. (2006, p279). ”Rantai pengadaan adalah
suatu jalur aliran bahan, informasi, uang, dan jasa dari penyedia bahan mentah
ke pabrik dan gudang hingga ke konsumen akhir dalam bentuk barang jadi /
produk”.
2. Berdasarkan pendapat Chopra dan Meindl, (2007, p19). Rantai pengadaan terdiri
dari semua bagian dari perusahaan maupun yang dari luar perusahaan baik
secara langsung atau tidak dan yang berhubungan terhadap rantai pengadaan
didalam perusahaan tersebut.
3. Berdasarkan pendapat Philip Kotler, saluran pemasaran adalah organisasi
organisasi yang saling tergantung yang tercakup dalam proses yang membuat
produk atau jasa menjadi tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi.
4. Berdasarkan pendapat Indrajit dan Djokopranoto, (2004,p11) Supply chain
(rantai pengadaan) adalah suatu sistem melalui mana suatu organisasi itu
menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini
juga merupakan jaringan atau jejaring dari berbagai organisasi yang saling
berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama yaitu sebaik mungkin
menyelenggarakan
pengadaan
atau
penyaluran
barang
tersebut.
Kata
penyaluran mungkin kurang tepat karena dalam istilah supply termasuk juga
proses perubahan barang tersebut jadi misalnya dari bahan mentah menjadi
barang jadi.
Supply Chain (rantai pengadaan) adalah suatu sistem jaringan dimana berbagai
organisasi saling bekerja sama membentuk sebuah mekanisme penyaluran barang produksi
9
dan jasa kepada para pelanggannya. Kata penyaluran disini mungkin kurang tepat, karena
dalam istilah supply termasuk juga proses perubahan barang tersebut menjadi produk jadi,
misalnya dari bahan mentah menjadi barang jadi. Konsep supply chain adalah juga konsep
baru dalam melihat persoalan logistik. Konsep lama melihat logistik lebih sebagai persoalan
intern masing-masing perusahaan dan pemecahannya dititik beratkan pada pemecahan
secara intern di perusahaan masing-masing. Dalam konsep baru ini, masalah logistik dilihat
sebagai masalah yang lebih luas, yang terbentang sangat panjang sejak dari bahan dasar
sampai barang jadi, yang dipakai konsumen akhir yang merupakan mata rantai penyediaan
barang. Dan supply chain bukan hanya membahas tentang pengusaha yang memproduksi
produk dan pemasok saja, akan tetapi juga membahas pengangkutan, penyimpanan,
pengecer, dan juga konsumen akhir yang menggunakan produk tersebut. Supply chain juga
dimaksudkan dalam setiap kinerja dalam menerima dan memenuhi keinganan konsumen.
Setiap bagian yang berhubungan saling terkait akan tetapi bagian bagian tersebut tidak
memiliki batasan untuk produk baru yang sedang dikembangkan, bagian pemasaran, bagian
operasional, distribusi, keuangan, dan customer service.
10
Gambar 2.1
Bagan rantai pengadaan yang sederhana
Sumber : Electronic Commerce – A managerial perspective ( Turban et al. 2006, p 280 )
“Masa depan itu sekarang” tutur sejumlah pakar teknologi informasi (TI) dan
manajemen pada akhir abad lalu. Revolusi dibidang TI telah mengubah lanskap bisnis secara
drastis. Menurut Profesor Eli Snir, perubahan kemampuan mentransmisikan secara instan
yang berkelanjutan dari TI telah mengubah lingkungan komunikasi.
Peningkatan kecepatan pemrosesan memungkinkan analisis dilakukan terhadap data.
Ini terkait dengan hukum Moore, yang menyebutkan kemampuan penyimpanan data dalam
chip komputer yang akan berlipat dua dalam setiap delapanbelas bulan.
Kemajuan TI yang berkonvergensi dengan teknologi komunikasi merupakan pemicu
utama munculnya beragam fenomena baru dalam bisnis. Kini, sulit membedakan
Amazon.com sebagai sebuah perusahaan yang bergerak dalam bisnis eceran atau toko buku.
11
Kenapa? Karena Amazon.com tidak memiliki toko dan gudang secara fisik, dan sebenarnya
juga hanya memiliki sedikit sekali daftar inventori.
Yang sebenarnya dimiliki adalah informasi dalam jumlah sangat besar, terutama
menyangkut profil pelanggan dan apa saja yang telah dibeli oleh mereka. Amazon.com
dengan cerdik mengolah informasi tesebut daripada sekedar menyimpannya di gudang yang
pengap dan berdebu. Informasi yang diolah digunakan untuk meyakinkan pelanggannya
yang
telah
memiliki
pengalaman
berbelanja
online.
Secara
proaktif
Amazon.com
merekomendasikan buku ke pelanggannya berdasarkan informasi pembelian sebelumnya. Ini
diperoleh dari profil pelanggan sehingga dapat melihat tren belanjanya.
Bisa dikatakan, Amazon.com merupakan usaha yang bisnis intinya adalah informasi.
Keuntungan kompetitif utamanya berasal dari kecanggihan sistem informasi yang
diimplementasikannya. Perusahaan ini secara dramatis mengubah lanskap bisnis karena
pemahamannya mengenai basisdata, sistem operasional, dan situs yang menyatukannya
dengan pelanggan, pemasok dan mitrabisnis.
Cara yang sama digunakan juga oleh sejumlah perusahaan “tradisional” untuk
memperoleh keuntungan kompetitif dari pengolahan informasi yang dimilikinya. Wal-Mart,
salah satu raksasa bisnis eceran, mengumpulkan informasi penjualan dari tiap outlet-nya
berdasarkan jadwal harian. Informasi itu dikonsolidasikan ke dalam datawarehouse, dan
disediakan bagi pemasoknya. Berdasarkan informasi itu, pemasok secara proaktif menyetok
ulang (restock) barang-barang yang akan dijual. Wal-Mart telah menemukan aturan baru
manajemen pengadaan (procurement management). Hasilnya, pengurangan biaya sekaligus
peningkatan efisiensi. Ini membuatnya bisa menawarkan barang dengan harga lebih murah
setiap hari.
12
Gambar 2.2
Supply Chain Management
Sumber : Konsep Management Supply Chain (Indrajit dan Djokopranoto, 2004)
Perusahaan-perusahaan yang berhasil membangun supply chain dapat melakukan
lompatan ke depan dibanding kompetitornya, yang tidak melihat secara optimis proses
pengadaan logistik, mulai dari suplai material hingga pengirimannya ke pelanggan. Dwight
Klappich, peneliti dari META Group, mengungkapkan bahwa kecepatan merupakan salah satu
dari empat persoalan strategis dalam revolusi SCM. Efek dari kecepatan yang paling utama
adalah memotong rentang waktu dari sekedar gagasan yang hadir dipusat hingga kehadiran
produk secara fisik di pasar. Kecepatan saja tidak cukup, karena kekuatan informasi terletak
pada adanya konsistensi dari kebijakan yang bagus dan kecepatan dalam memutuskan
sebuah kebijakan. Tidak heran bila semua perusahaan besar di dunia telah menerapkan
eSCM (electronic supply chain management) jauh sebelum pergantian abad lalu.
Kecenderungan
yang
terjadi,
termasuk
di
Indonesia,
penerapannya
bermula
dari
perusahaan-perusahaan besar. Perusahaan semacam ini memiliki banyak pemasok yang
mungkin saja tersebar secara geografis. Namun dengan memanfaatkan ICT (information and
communication technology), persoalan geografis dan perbedaan waktu tidak menjadi isu
13
besar. Di Indonesia, perusahaan besar sekelas Toyota Astra Motor, Federal Motor, Indofood
telah menerapkan eSCM dari awal pertumbuhan perusahaan mereka.
2.2.3
Keuntungan Supply Chain Management
Berikut ini adalah beberapa keuntungan dari Supply Chain Management, Indrajit dan
Djokopranoto, 2004,p4.
a. Mengurangi inventory barang dengan berbagai cara:
1. Invetory merupakan bagian paling besar dari aset perusahaan yang berkisar
antara 30%-40%.
2. Sedangkan biaya penyimpanan barang (inventory carrying cost) berkisar
antara 20%-40% dari nilai barang yang disimpan.
3. Oleh karena itu, usaha dan cara harus dikembangkan untuk menekan
penimbun barang didalam gudang agar biaya dapat ditekan sedikit mungkin.
b. Menjamin kelancaran barang
1. Kelancaran barang yang perlu dijamin adalah mulai dari barang asal,
supplier, perusahaan sendiri, wholesaler, retailer, sampai kepada final
customer.
2. Jadi, rangkaian perjalanan bahan baku sampai menjadi barang jadi dan
diterima pemakai/pelanggan merupakan rantai yang perlu dikelolah dengan
baik.
c.
Menjamin mutu
1. Mutu barang jadi (finished products) ditentukan tidak hanya oleh proses
produksi barang tersebut, tetapi juga oleh mutu bahan mentahnya dan mutu
keamanannya pengirimannya.
2. Jaminan mutu ini juga merupakan serangkaian mata rantai panjang yang
harus dikelola dengan baik.
14
2.2.4
Pelaku Dari Supply Chain Management
Menurut Chopra dan Meindl, (2007, p20) menyatakan persyaratan dalam supply
chain dapat berarti hanya ada satu pelaku yang dihubungakan dalam setiap bagian supply
chain. Dalam proses yang sebenarnya perushaan produsen dapat memiliki bahan baku dari
beberapa pemasok dan juga dapat memasok produk ke berbagai distributor. Maka
kebanyakan supply chain adalah sebuah jaringan. Hal ini dapat dilihat dari gambar 2.3.
Gambar 2.3
Supply Chain Stages
Sumber : Chopra dan Meindl (2007, p20)
Dimana dalam hubungan ini ada beberapa pemain utama yang merupakan
perusahaan-perusahaan yang mempunyai kepentingan yang sama, yaitu:
1. Component / Raw material supplier.
2. Manufacturers.
3. Wholesalers / Distribution.
4. Retaileers.
5. Customers.
15
1. Chain 1 : Supplier
Jaringan bermula dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan
pertama, dimana rantai penyaluran barang akan mulai. Bahan pertama ini bisa dalam
bentuk
bahan
baku,
bahan
mentah,
bahan
penolong,
barang
dagangan,
subbasemblies, suku cadang dan sebagianya. Sumber pertama ini dinamakan
suppliers. Dalam arti yang murni, ini termasuk juga supplier’s suppliers atau subsuppliers biasanya berjumlah banyak sekali. Inilah mata rantai pertama.
2. Chain 1-2 : Supplier – Manufacture
Rantai pertama dihubungkan dengan rantai kedua, yaitu manufacture atau plants atau
assembler atau fabricator atau bentuk yang melakukan pekerjaan membuat,
menfabrikasi, mengassembling, merakit, mengkonversikan atau menyelesaikan barang
(finishing ). Sebut saja bentuk yang bermacam-macam tadi sebagai manufacturer.
Hubungan dengan mata rantai pertama ini sudah mempunyai potensi untuk melakukan
penghematan. Misalnya, inventories bahan baku, bahan setengah jadi dan bahan jadi
yang berada dipihak supplier, manufacture, dan tempat transit merupakan target
penghematan ini. Tidak jarang penghematan sebesar 40%-60%, bahkan lebih dapat
diperoleh dari inventory carrying cost dimata rantai ini.
3. Chain 1-2-3 : Supplier – Manufacture – Distribution
Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh manufacture sudah mulai harus disalurkan
kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk menyalurkan barang ke
pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan biasanya ini ditempuh oleh
sebagian besar supply chain. Barang dari pabrik melalui gudangnya disalurkan ke
gudang distributor atau wholesaler atau pedagang besar dalam jumlah besar dan pada
waktunya nanti pedagang besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada
retailers atau pengecer.
4. Chain 1-2-4 : Supplier – Manufacture – Distribution – Retail Outlets
16
Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat menyewa
dari pihak lain. Gudang ini digunakan sebagai tempat menimbun barang sebelum
disalurkan kepada pihak pengecer. Sekali lagi disini ada kesempatan untuk
memperoleh penghematan dalam bentuk inventories atau biaya gudang, dengan cara
melakukan desain kembali pola pengiriman barang baik dari gudang manufacture
maupun toko pengecer (retail outlets ). Walaupun ada beberapa pabrik yang langsung
menjual barang hasil produksinya kepada pelanggan, namun secara relatif jumlahnya
tidak banyak dan kebanyakkan menggunakan pola seperti diatas.
5. Chain 1-2-3-4-5 : Supplier – Manufacture – Distribution – Retail Outlets
Dari rak-raknya, pengecer atau retails ini menawarkan barang kepada para pelanggan
atau pengguna atau pengguna barang tersebut. Yang termasuk outlets adalah toko,
warung, toko serba ada, pasar swalayan, toko koperasi, mal, club stores dan
sebagainya, pokoknya dimana pembeli akhir melakukan pembelian. Walaupun secara
fisik dapat dikatakan bahwa ini merupakan mata rantai terakhir, sebetulnya masih ada
satu mata rantai lagi, yaitu dari pembeli (yang mendatangi retail outlets tadi) ke real
customers atau real user, karena pembeli belum tentu pengguna sesungguhnya. Mata
rantai supply baru betul-betul berhenti setelah barang yang bersangkutan tiba
dipemakai langsung (pemakai yang sebenarnya) barang dan jasa yang dimaksud.
2.2.5
Model Supply Chain
Dari penjelasan mengenai pelaku supply chain tersebut dapat dikembangkan suatu
model supply chain, yaitu suatu gambaran plastis mengenai hubungan mata rantai dari
pelaku-pelaku tersebut yang dapat berbentuk seperti mata rantai yang terhubung satu
dengan yang lain. Model supply chain yang dikembangkan dengan cukup baik pada tahun
1994 oleh A.T. Kearney seperti tertera dan dapat dilihat pada gambar 2.4.
17
Suppliers
Supplier’
supplier
Customers
Company
Customers
End User
Gambar 2.4
Model Supply Chain
Sumber : Konsep Management Supply Chain (Indrajit dan Djokopranoto, 2004, p8).
Dalam ilustrasi tersebut, suppliers’ suppliers telah dimasukkan untuk menunjukkan
hubungan yang lengkap dari sejumlah perusahaan atau organisasi yang bersama-sama
mengumpulkan atau mencari, mengubah, dan mendistribusikan barang dan jasa kepada
pelanggan terakhir. Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan supply chain adalah
menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat antara jaringan atau
mata rantai tersebut dan pergerakkan barang yang efektif dan efisien yang menghasilkan
kepuasan maksimal. (Indrajit dan Djokopranoto, 2002, p8-9).
2.2.6
Melihat Proses Supply Chain
Supply chain menyediakan proses dan alur yang diambil serta langkah-langkah yang
berbeda dan ada 2 cara mengkombinasikannya untuk melihat hasil dari Supply Chain, yakni:
1. Cycle View: proses Supply Chain yang membagi perputaran, dimana masing-masing
dilakukan antara 2 langkah dari Supply Chain.
2. Push/Pull View: proses Supply Chain yang dibagi dalam dua kategori depending
apakah mereka melakukan mengeksekusi tanggapan ke pesanan pelanggan atau
mengantisipasi pesanan pelanggan. Proses Pull dimulai dari pesanan pelanggan,
sedangkan proses Push dimulai dari mengantisipasi pesanan pelanggan.
18
Perputaran dalam melihat proses Supply Chain pada gambar 2.5, semua proses
Supply Chain dapat merusak ke bawah yang ditunjukkan dalam empat proses perputar, yaitu
:
-
Customer Order Cycle / Perputaran Pesanan Pelanggan
-
Replenishment Cycle / Perputaran Perlengkapan
-
Manufacturing Cycle / Perputaran Produksi
-
Procurement Cycle / Perputaran Persediaan
Setiap terjadinya perputaran terdapat di antara 2 langkah dari Supply Chain.
Demikian hasil lima langkah itu terdapat pada empat proses perputaran Supply Chain. Tidak
semua Supply Chain memiliki keempat proses perputaran tersebut. Contohnya, Supply Chain
grosir pada persediaan barang jadi akhir pada retail dan tempat terjadinya pemesanan
kembali dengan distributor mungkin memiliki empat proses perputaran Supply Chain. Dell,
dalam kontrak, penjualan pribadi ke pelanggan, dalam menyampaikan ke retailer dan
distributor.
Setiap perputaran memiliki enam subproses yang ditunjukkan pada gambar 2.6.
setiap perputaran dimulai dari pemasaran produk oleh supplier ke pelanggan. Pesanan
pembeli diterima langsung oleh supplier. Supplier menyediakan pesanan, dimana itu diterima
dari pesanan pelanggan. Pembeli mungkin dapat mengembalikan beberapa dari produk
tersebut atau mendaur ulang bahan lainnya kepada supplier atau pihak ketiga. Kemudian
perputaran pada aktivitas dimulai kembali lagi.
19
Gambar 2.5
Supply Chain Process Cycle
Sumber : Supply Chain Management, Chopra dan Meindl, 2007, p.27
Tergantung pada transaksi pada pertanyaan, subproses pada gambar 2.6 berlaku
pada pendekatan perputaran. Ketika pelanggan berbelanja secara online di Amazon, mereka
merupakan bagian dari perputaran pesanan pelanggan – dengan pelanggan sebagai pembeli
dan Amazon sebagai supplier. Dalam kontrak, Amazon memesan buku dari distributor untuk
pemesanan kembali persediaan, merupakan bagian dari perputaran perlengkapan- dengan
Amazon sebagai pembeli dan distributor sebagai supplier.
20
Tanpa setiap perputaran, tercapainya pembeli dalam menjamin produk tersebut
tersedia dan memiliki nilai ekonomis dari skala dalam pemesanan. Supplier
menetapkan
pada perkiraan pesanan pelanggan dan mengurangi biaya untuk setiap pesanan. Kemudian
supplier bekerja untuk mengisi pesanan tepat waktu dan meningkatkan efisiensi dan akurasi
pada proses pengisian kembali pesanan. Pembeli bekerja untuk mengurangi biaya dalam
proses penerimaan. Membalikkan alur dengan mengatur pengurangan biaya dan menemukan
sasaran.
Gambar 2.6
Subproses pada setiap Perputaran Supply Chain
Sumber : Supply Chain Management, Chopra dan Meindl, 2007, p.27
Sebenarnya setiap perputaran memiliki subproses yang sama, diantaranya sebagian
kecil perbedaan penting diantara perputaran. Pada perputaran pesanan pelanggan,
permintaan merupakan eksternal ke supply chain dan ketidakpastian. Didalam semua
perputaran yang lain, menggantikan pesanan adalah ketidakpastian tetapi dapat menjadi
awal project dalam mengikuti aturan dari bagian supply chain. Untuk contohnya, didalam
perputaran perlengkapan, tekanan supplier untuk industri otomotif dapat diperkirakan
kejenuhan permintaan dengan tepat pada sekali jadwal produksi pada industry. Perbedaan
kedua perputaran yang berlainnan berhubungan dengan skala pada saat memesan. Dimana
21
pelanggan membeli sebuah mobil, dealer melakukan pemesan mobil yang banyak dalam satu
waktu dari pengusaha industri dan industry itu sendiri, dalam pengembalian, pesanan dalam
jumlah yang banyak dari supplier. Dimana kita berpindah dari pelanggan ke supplier,
penurunan pesanan secara individu dan ukuran dengan beragam pengurangan pesanan.
Dengan begitu, pembagian informasi dan aturan operasi berlainnan dengan langkah supply
chain menjadi lebih penting dimana kita bergerak jauh dari pelanggan akhir.
Melihat perputaran dari supply chain sangat berguna ketika mempertimbangkan
keputusan operasionalnya karena menjelaskan secara jelas untuk setiap aturan dari supply
chain. Untuk lebih jelasnya lagi dalam mendiskripsikan proses dari supply chain dalam
melihat kekuatan desain supply chain untuk mempertimbangkan pemenuhan infrastruktur
dalam mendukung proses tersebut. Melihat perputaran sangat berguna, untuk contohnya,
ketika melakukan pengaturan sistem informasi ke pendukung operasional supply chain.
2.2.7
Pengertian Upstream Supply Chain Management
Beberapa pengertian dari Upstream Supply Chain Management adalah:
Berdasarkan pendapat Turban et al. (2006,p280) Rantai pengadaan tingkat hulu
termaksud kegiatan / aktivitas dari perusahaan pengelolah dengan pemasoknya. Dan
bagaimana mereka terhubung dengan para pemasoknya, hubungan kerjasama pamasok
dapat diperluas ke sebelah kiri dalam beberapa bagian dan dari beberapa cara ke bahan
baku. Didalam rantai pengadaan tingkat hulu menyebutkan aktivitas / kegiatan pentingnya
adalah akuisisi.
Berdasarkan pendapat Indrajit dan Djokopranoto, 2004, p.27. Upstream Supply
Chain Management adalah jaringan organisasi yang menyangkut hubungan ke hulu /
supplier.
Jadi Upstream Supply Chain Management itu adalah sebuah struktur pengadaan
barang dari pihak supplier kepada sebuah perusahaan atau lebih dikenal sebagai distributor
awal. Pada rantai pengadaan ini pihak distributor mengadakan kerja sama berdasarkan
22
perjanjian perjanjian terhadap supplier nya, sehingga pihak distributor dapat lebih nyaman
dalam menjual barang barang yang dikirim oleh supplier karena adanya perjanjian pengikat
kerjasama tersebut.
2.2.8
Pengertian Downstream Supply Chain Management
Berdasarkan pendapat Turban et al. (2006, p280). Rantai pengadaan hilir termaksud
didalam segala aktivitas termaksud didalam pengiriman produk / barang jadi kepada
konsumen akhir. Didalam rantai pengadaan hilir, perhatiannya ditujukan pada distribusi,
pergudangan, transportasi, dan pemberian layanan setelah penjualan dilakukan. Rantai
pengadaan pada perusahaan dan mengikuti / membarengi rantai nilai meliputi deretan
berbagai proses bisnis yang menciptakan beberapa harga dengan mengirimkan produk atau
jasa kepada konsumen untuk digunakan.
Berdasarkan pendapat Indrajit dan Djokopranoto, 2004, p.27. Downstream Supply
Chain Management adalah jaringan organisasi yang menyangkut hubungan ke hilir /
wholesaler, reatiler
2.2.9
Pengertian Internal dan Eksternal Supply Chain Management
Berdasarkan pendapat Turban et al. (2006, p280). Didalam bagian dari rantai
pengadaan termaksud semua hal yang terjadi didalam proses rumah produksi yang biasa
digunakan untuk mengubah bahan bahan dari pemasok kedalam susunan penghasilan
barang jadi. Hal tersebut meluas dari waktu bahan baku masuk kedalam proses hingga ke
waktu menjadi barang jadi yang siap disalurkan keluar perusahaan. Didalam bagian rantai
pengadaan, lebih banyak mencakup produksi, pegurusan, dan pemeliharaan barang dan
mesin. Aktivitas didalam bagian dalam rantai pengadaan mereferensikan / merujuk ke dalam
rantai nilai. Objektivitas utama dari rantai nilai adalah untuk menambah nilainya sepanjang
proses rantai pengadaan dalam bagaimana kita mendeskripsikan/ menggambarkan sebagai
bagaian dalam dari bisnis e-commerce.
23
2.2.10 Empat Jenjang Intergrated Supply Chain
Menurut Indrajit dan Djokopranoto, (2002, p24-27). Supply Chain pada hakikatnya
adalah jaringan organisasi yang menyangkut hubungan ke hulu (upstream) dan hilir
(downstream), dalam proses dari kegiatan yang berbeda yang menghasilkan nilai yang
terwujud dalam barang dan jasa ditangan pelanggan terakhir.
Konsep dan kecenderungan supply chain ini jelas akan mempengaruhi konsep dan
kegiatan logistik. Dahulu, hubungan dengan supplier (upstream) dan hubungan dengan
wholesaler, retailer (downstream) dianggap sebagai hubungan antar pihak yang berlainan
kepentingannya dan bahkan berlawanan sehingga kurang ada kerjasama yang erat.
Konsep supply chain yang relatif baru tersebut sebetulnya tidak sepenuhnya baru
karena konsep itu merupakan perpanjangan dari konsep logistik. Hanya manajemen logistik
lebih terfokus pada pengaturan aliran barang didalam suatu perusahaan, sedangkan
manajemen supply chain menganggap internal integration tidaklah cukup. Integrasi harus
dicapai sampai dengan yang paling hilir. Oleh karena itu, supply chain terfokus pada
pengaturan aliran barang antar perusahaan yang terkait, dari hulu sampai ke hilir bahkan
sampai ke pelanggan akhir. Dalam pengembangan manajemen supply chain terjadi empat
jenjang atau empat tahap seperi digambarkan di gambar 2.4 dapat dilihat semacam evolusi
sejak tahap 1 sampai tahap 4.
Tahap 1
Dalam tahap 1, ada semacam kesendirian dan ketidak saling tergantungan fungsi,
misalnya antara fungsi produksi dan fungsi logistik. Mereka menjalankan program-program
sendiri yang terlepas satu sama lain (incomplete isolation). Contohnya adalah bagian
produksi yang hanya memikirkan bagaimana membuat barang sesuai dengan mutu yang
telah ditetapkan dalam waktu yang sudah ditetapkan dan sama sekali tidak mau ikut
memikirkan juga penumpukkan inventory dan penggunaan ruangan gedung.
Tahap 2
24
Dalam
tahap
2,
perusahaan
sudah
mulai
menyadari
pentingnya
integrasi
perencanaan walaupun dalam bidang yang masih terbatas, yaitu antara fungsi internal yang
paling berdekatan, misalnya produksi dengan inventory control, purchasing dengan inventory
control dan sebagainya (functional integration).
Tahap 3
Tahap selanjutnya yang logis diteruskan, yakni tahap 3 adalah perencanaan dan
pengawasan atas semua fungsi yang terkait dalam satu perusahaan ( internal intergration).
Tahap 4
Tahap 4 menggambarkan tahap sebenarnya dari supply chain integration, yaitu
integrasi total dalam konsep, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan (manajemen) yang
telah dicapai dalam tahap 3 dan diteruskan ke upstream, yaitu supplier dan downstream,
sampai ke pelanggan.
25
Gambar 2.7
Empat Jenjang Integrated Supply Chain
Sumber: Konsep Manajemen Supply Chain ( Indrajit dan Djokopranoto, 2002, p26)
2.3 E-Business
2.3.1
Pengertian E-Business
Beberapa pengertian E-Business adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan pendapat Turban et al. (2006, p4). E Business refers to a boarder
definition of EC, not just the buying and selling of goods and services, but also
servicing customers, collaborating with business partners, conducting e – learning,
and conducting electronic transactions within an organization.
26
2. Berdasarkan pendapat McKay dan Marshall, ( 2004 ), e business is the use of the
internet and other information technologies to support commerce and improve
business performance.
3. Berdasarkan pendapat Laudon et al. (2002,p24). “E-Business is the use of internet
and other digital technology for organizational communication and coordination and
the management of the firm”.
2.3.2
Manfaat E-Business Bagi Organisasi, Konsumen dan Masyarakat Luas
Berikut ini beberapa manfaat e-Business yang dikelompokkan ke dalam tiga tipe,
yaitu bagi organisasi, konsumen, dan masyarakat luas. (Turban et al. 2006, p25-27).
1. Bagi Organisasi
a. Memperluas pasar hingga mencakup pasar nasional dan pasar global, sehingga
perusahaan bisa menjangkau lebih banyak pelanggan, memilih pemasok terbaik
dan menjalin relasi dengan mitra bisnis yang nilai paling cocok.
b. Menekan biaya menyusun, memproses dan mendistribusikan, menyimpan dan
mengakses informasi berbasis kertas (paper based information).
c.
Perbaikkan
Supply Chain. Ketidakefisienan supply chain seperti jumlah
persediaan yang berlebihan dan keterlambatan pengiriman, dapat dikurangi
dengan E-Commerce. Untuk contohnya melalui sebagai pengganti gedung
otomatis untuk order delear showroom, industry otomotif mengantisipasi untuk
menyimpan puluhan miliar dollar setiap tahunnya hanya dari pengurangan
persediaan.
d. Memperpanjang waktu: 24 jam/7hari/365hari. Bisnis ini selalu buka yakni melalui
Web, dengan tidak terjadi kelebihan waktu atau mengeluarkan biaya lebih.
e. Memungkinkan perusahaan mewujudkan bisnis yang sangat terspesialisasi.
Contoh : www.dogtoys.com, www.cattoys.com dan lain-lain.
27
f.
Menekan biaya sediaan dan overhead dengan cara memfasilitasi manajemen
rantai nilai bertipe “pull” yang prosesnya berawal dari pesanan pelanggan dan
menggunakan pemanafakturan Just In Time (JIT).
g. Memungkinkan perusahaan untuk menerapkan mass customization terhadap
produk dan jasanya.
h. Menekan waktu antara pembayaran dan penerimaan produk/jasa.
i.
Meningkatkan produktivitas karyawan melalui rekayasa ulang proses bisnis.
j.
Menekan biaya telekomunikasi.
k. Manfaat-manfaat lainnya, seperti citra yang lebih baik, layanan pelanggan lebih
bagus, proses yang lebih sederhana, mitra bisnis baru, waktu siklus dan
pengiriman lebih singkat, akses terhadap informasi yang lebih luas, biaya
transportasi yang lebih murah dan fleksibilitas yang lebih tinggi.
2. Bagi Konsumen
a. Memungkinkan konsumen berbelanja atau melakukan transaksi lainnya setiap
saat (24 jam sehari) dan dari hampir semua lokasi.
b. Memberikan pilihan produk dan pemasok yang lebih banyak kepada pelanggan.
c.
Memungkinkan konsumen dalam mendapatkan produk dan jasa yang lebih
murah, karena konsumen bisa berbelanja ditempat banyak dan melakukan
perbandingan secara cepat.
d. Dalam beberapa kasus, terutama produk yang terdigitalisasi, e-Business
memungkinkan pengiriman produk secara cepat dan real time.
e. Memungkinkan pelanggan memperoleh informasi relevan dan rinci dalam satuan
detik.
f.
Memungkinkan pelanggan untuk berpartisipasi dalam lelang virtual.
g. Memungkinkan pelanggan berinteraksi dengan pelanggan lainnya dalam
electronics communities / forum dan saling bertukar gagasan serta pengalaman.
28
h. Memfasilitasi kompetisi yang mengarah pada diskon substansial bagi pelanggan.
3. Bagi Masyarakat Luas
a. Memungkinkan lebih banyak orang bekerja di rumah dan lebih jarang berpergian
untuk berbelanja sehingga kemacetan dan polusi udara bisa berkurang.
b. Memungkinkan beberapa jenis barang dijual dengan harga yang lebih murah
sehingga bisa terjangkau oleh orang yang memiliki dana terbatas.
c.
Memungkinkan masyarakat di negara berkembang dan kawasan yang jauh untuk
menikmati produk dan jasa yang relatif langkah ditempat tinggalnya dan
kemungkinan untuk belajar jarak jauh lewat e-university.
d. Memfasilitasi penyampaian jasa publik, seperti layanan kesehatan, pendidikan
dan distribusi layanan sosial pemerintah secara lebih murah dan/atau
berkualitas.
2.3.3
Peranan E-Business dan Supply Chain
Berdasarkan pendapat Chopra dan Meindl, 2007, p.35. Transaksi supply chain yang
melibatkan e-business adalah termasuk akses dari informasi, produk dan uang. Sebagai
contoh, dibawah ini adalah semua transaksi yang dapat dilaksanakan dengan e-Business :
1. Menyediakan informasi produk untuk berpartisipasi sepanjang supply chain.
2. Menempatkan pesanan terhadap supplier.
3. Mengijinkan pelanggan untuk menempatkan pesanan.
4. Mengijinkan pelanggan untuk melacak pesanan.
5. Memenuhi dan mengirimkan pesanan ke pelanggan.
6. Menerima pembayaran dari pelanggan.
Transaksi ini secara lebih jelas bukanlah hal baru yang muncul untuk keberadaan e-
business. Bahwa transaksi-transaksi tersebut adalah hal-hal tradisional yang biasa
ditampilkan oleh bisnis sejak dulu. E-Business dapat meningkatkan transaksi ini dengan
memperbolehkan transaksi-transaksi ini untuk mengambil tempat melalui internet dimana
29
mereka dapat sering dilakukan secara lebih efisien dan dengan tingkat yang lebih tinggi
terhadap keresponsifan. Sebagai contoh, perusahaan penjualan melalui surat, seperti
Lands Ends telah menggunakan katalog untuk memberitahukan informasi produk untuk
pelanggan selama bertahun-tahun. E-Business dapat memperbolehkan Lands Ends untuk
menerbitkan katalog mereka secara online, mengijinkan pelanggan akses yang lebih cepat
terhadap produk terbaru (peningkatan keresponsifan vs menunggu katalog baru lewat
surat) secara virtual tidak ada biaya terhadap Lands Ends (peningkatan efisiensi vs
mencetak dan mengirimkan jutaan katalog).
Sekarang ini, internet memainkan peran yang penting terhadap supply chain dan
perusahaan menggunakan internet untuk menghubungkan sejumlah besar dari transaksi
didalam supply chain. Contohnya, Dell memperlihatkan semua informasi produknya melalui
internet, jadi pelanggan dapat mengindentifikasikan semua pilihan yang tersedia untuk PC
yang mereka inginkan untuk dibeli bersama dengan harga dari konfigurasi yang mereka pilih.
Dell juga memberikan permintaan dan informasi persediaan secara online kepada suppliernya.
Pada dasarnya, e-Business akan memperbolehkan bisnis untuk menciptakan nilai
yang berarti untuk masa yang akan datang. Nilai e-Business akan bervariasi tergantung pada
industri dan tahap dalam supply chain pada suatu perusahaan yang terlibat. Perusahaan
yang sukses adalah mereka yang dapat merakit implementasi bisnis mereka untuk
mendukung area-area dimana nilai maksimum dapat diperoleh. Tujuannya adalah untuk
menyediakan suatu kerangka kerja yang dapat digunakan oleh para eksekutif untuk
mengindentifikasikan dimana nilai-nilai tidak berguna dan bagaimana nilai tersebut dapat
diperoleh setelah mempertimbangkan usaha-usaha yang dilibatkan dalam e-business.
30
2.4 e-Supply Chain Management
2.4.1
Pengertian e-Supply Chain Management
Menurut Turban, et al. 2006, p279, e-SCM adalah kolaborasi yang menggunakan
internet untuk meningkatkan aktivitas operasi supply chain seperti halnya manajemen supply
chain. e-SCM adalah suatu optimisasi proses bisnis didalam tiap-tiap sudut perluasan
perusahaan yang dimulai dari pemasok sampai kepada customer.
Menurut Indrajit dan Djokopranoto, (2004,p11). Pada dasarnya e-SCM merupakan
suatu konsep manajemen dimana perusahaan berusaha memanfaatkan internet dan
teknologinya untuk mengintegrasikan seluruh mitra kerja perusahaan, terutama yang
berhubungan dengan sistem pemasokan bahan-bahan atau sumber daya-sumber daya yang
dibutuhkan dalam proses produksi (sisi supply).
2.4.2
Elemen dan Unsur Infrastruktur e-SCM
Menurut Turban et al. (2006, p282), berikut ini adalah elemen-elemen dan unsur-
unsur infrastruktur e-SCM yang paling utama:
•
Ekstranet
Tujuan utama ekstranet adalah mendukung komunikasi dan kerja sama atau
kolaborasi interorganisasional.
•
Intranet
Ini adalah jaringan internal perusahaan untuk kerja sama atau kolaborasi dan
komunikasi.
•
Gateway perusahaan
Ini menyediakan pintu gerbang untuk kerja sama atau kolaborasi internal dan
eksternal, komunikasi, dan pencarian informasi.
•
Alur kerja sistem dan perkakas
Ini adalah sistem yang mengatur alur informasi didalam organisasi.
•
Groupware dan perkakas kolaboratif lain
31
Sejumlah besar perkakas memudahkan kerja sama atau kolaborasi antara dua
pihak dan anggota kecil seperti halnya dengan kelompok besar. Berbagai
perkakas, sebagian secara bersama-sama dikenal sebagai groupware, yang
tersedia untuk tujuan kerja sama atau kolaborasi.
2.4.3
Konsep e-Supply Chain
Menurut Indrajit dan Djokopranoto, (2004, p.154-158). Perkembangan ilmu sistem
dan teknologi informasi yang sedemikian cepat memberikan dampak yang cukup signifikan
terhadap beberapa prinsip atau konsep manajemen yang diketahui selama ini. Contohnya
adalah
teknologi
internet
yang
memberikan
banyak
tawaran-tawaran
baru
pada
implementasi konsep manajemen supply chain (Supply Chain Management). Kehadiran
paradigma “e” yang ditandai dengan Istilah-istilah semacam e-Procurement, e-Customers, e-
Inventory, dan lain-lain tidak hanya berarti dilibatkannya teknologi elektronik maupun digital
didalam rantai proses pengadaan, penciptaan, dan pendistribusian produk atau pun jasa,
tetapi dampak terhadap diimplementasikannya teknologi tersebut secara langsung maupun
tidak
langsung
mendatangkan
berbagai
pergeseran
paradigma
atau
prinsip-prinsip
manajamen yang kerap dikenal.
Biasanya seseorang yang membutuhkan sesuatu akan pergi ke toko atau
supermarket untuk mendapatkannya. Hanya ada dua kondisi yang dihadapi konsumen saat
itu, yaitu menemukan yang diinginkannya atau tidak. Jika tidak, yang bersangkutan akan
dihadapkan pada dua pilihan, mencari ke toko lain atau melakukan pemesanan ditoko itu.
Tentu saja pilihan yang ada sangat tergantung dengan jenis barang, lokasi penjualan, harga
produk, tipe pelayanan, dan lain sebagainya. Tetapi situasi yang diperlihatkan disini adalah
bahwa si penjual “berani” mengatakan bahwa barang yang dicari konsumen tidak ada, dan
terserah konsumen untuk bertindak. Si penjual tidak perlu khawatir akan ”kehilangan”
seorang konsumen karena yang bersangkutan tahu persis bahwa sangat sulit mendapatkan
toko dengan barang dan harga yang ditawarkannya. Situasi ini akan sangat berbeda dalam
32
bisnis di dunia maya. Jika konsumen tidak mendapatkan produk yang diinginkannya dari
penjual, maka tersedia ribuan bahkan jutaan pilihan situs (perusahaan) yang siap
mengirimkan produk tersebut langsung ke kediaman konsumen. Bahkan diantara ribuan
penjual tersebut si konsumen dapat memilih harga produk yang termurah, dengan kualitas
terbaik, dan dikirimkan dengan kurir tercepat. Belum lagi tambahantambahan fasilitas yang
ditawarkan semacam kredit ringan atau bahkan gratis dengan perjanjian tertentu.
Yang
terjadi
disini
adalah
perubahan
konsep
berdagang
dari
pendekatan
“push”(memaksa) dari pihak penjual menjadi “pull” (meminta) dari pihak pembeli. Namun
harap diperhatikan, bahwa tidak semua aspek dapat dilakukan di dunia maya.
Perdagangan yang seratus persen dapat dilakukan di dunia maya adalah untuk produkproduk yang telah dapat didigitalkan, seperti misalnya yang berbentuk teks/dokumen,
gambar, suara, atau video. Untuk produk-produk lain, tetap saja terjadi kombinasi aktivitas
antara dunia nyata dan dunia maya. Setidak-tidaknya ada tiga aliran penting didalam eSupply chain ini:
•
Aliran Produk secara fisik;
•
Aliran Uang sebagai bukti pembayaran; dan
•
Aliran Informasi yang berkaitan dengan aktivitas jual-beli.
Terhadap ketiga aliran tersebut, ada 5 (lima) aspek yang perlu dipersiapkan oleh
perusahaan, terutama ditinjau dari segi pengembangan modul-modul pada arsitektur sistem
dan teknologi informasi korporat, yaitu masing-masing: Consumer Management, Catalogue
Management, Order Management, Delivery Management, dan Inventory Management.
Kelima hal ini merupakan proses kunci untuk memenuhi standar “efulfillment” yang berawal
dari pemesanan produk sampai dengan diterimanya produk oleh konsumen (Gambar 2.8).
33
Gambar 2.8
Konsep E-Supply Chain Management
Sumber : Indrajit dan Djokopranoto (2004, p.154-158)
dapat pula dinikmati oleh calon pembeli. Jelas terlihat disini, bahwa tujuan dari modul
Catalogue Management adalah untuk menyediakan segenap informasi yang dibutuhkan calon
konsumen maupun pelanggan terhadap berbagai produk dan jasa yang ditawarkan
perusahaan. Prinsip yang harus dipegang teguh oleh perusahaan adalah suatu kenyataan
bahwa didalam dunia maya, calon pembeli tidak dapat secara langsung melihat kondisi fisik
sebuah produk, sehingga dibutuhkan suatu cara atau mekanisme untuk melakukannya.
Merepresentasikan katalog dan “show room” merupakan dua hal yang harus dipikirkan oleh
perusahaan di dunia maya. Seperti halnya pada Consumer Management, hanya dibutuhkan
aliran informasi pada modul ini, tidak terkait aliran produk maupun aliran uang (kecuali untuk
produk “sample”).
•
Order Management
Setelah konsumen dapat berinteraksi dengan perusahaan dan mengenali beragam
produk dan jasa yang ditawarkan, maka tibalah saatnya untuk melakukan pemesanan
34
(order). Ada dua aliran entiti yang harus dicermati dalam modul ini, yaitu aliran informasi dan
aliran keuangan. Transaksi jual-beli didalam dunia maya pun memerlukan dokumentasi
sebagai prasyarat terjadinya interaksi yang sah secara hukum. Perbedaannya dengan dunia
nyata adalah bahwa yang dipergunakan adalah dokumen elektronik, bukan yang berbasis
kertas (paper based documents). Setidak-tidaknya ada dua jenis dokumen yang harus
diperhatikan disini, yaitu kontrak jual beli dan bon atau kwitansi pembayaran. Disinilah
kompleksitas jual-beli mulai tampak, karena berbeda dengan di dunia nyata dimana
konsumen dapat segera memperoleh barang pada saat pembayaran dilakukan, di dunia
maya kerap hal sebaliknya berlaku. Perusahaan harus yakin dahulu pembayaran telah
diterima oleh konsumen, barulah yang bersangkutan akan memberikan produknya. Dengan
kata lain, hal pertama yang harus diurus oleh modul ini adalah aliran uang dari pihak pembeli
(konsumen) ke penjual (perusahaan). Seperti diketahui bersama, sangat banyak ragam
pembayaran elektronik yang telah diterapkan, seperti kartu kredit, kartu debet, transfer
bank, cek elektronik, uang elektronik, dan lain-lain. Inti dari aktivitas pembayaran secara
digital adalah pada proses autorisasi dan autentifikasi. Setelah rangkaian permasalahan
keuangan selesai (terjadinya aliran uang dari pihak pembeli ke penjual), barulah dokumendokumen berisi informasi sehubungan dengan transaksi yang ada diberikan oleh pihak
penjual ke pembeli melalui medium elektronik (internet).
•
Delivery Management
Setelah pemesanan dilakukan terhadap produk dan administrasi pembayaran telah
dilakukan dengan baik, langkah selanjutnya adalah pengiriman produk yang dibeli ke pihak
konsumen. Untuk barang-barang digital, pengiriman dapat dilakukan melalui mekanisme
semacam email, download, ftp, dan lain sebagainya. Namun untuk barang-barang berbentuk
fisik, dibutuhkan aktivitas pengiriman produk oleh kurir. Jelas pada
proses ini terjadi aliran produk dari pemilik, yang dalam hal ini adalah perusahaan, ke
35
pihak pembeli (konsumen). Adapun informasi yang diperlukan sehubungan dengan proses ini
adalah berbagai hal yang berkaitan dengan proses pengiriman barang, seperti tanggal
produk diambil, kurir yang dipercayakan untuk mengirimkan produk, tipe pengemasan
(packaging), durasi pengiriman, dan lain sebagainya.
•
Inventory Management
Berdasarkan janji yang dibuat pada bagian pemesanan (Order Management) dan
pengiriman (Delivery Management), perusahaan harus mengatur pengambilannya di gudang
sehingga target tersebut dapat terpenuhi. Yang perlu diperhatikan disini adalah bahwa modul
Inventory Management harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat membantu
perusahaan dalam proses pemenuhan target kontrak jual-beli yang telah dibuat. Inti dari
pengelolaan inventori adalah terletak pada dua hal, yaitu kapan (waktu) pengambilan produk
dari gudang harus dilakuan dan berapa banyak (kuantitas) produk yang harus diambil,
dengan memperhatikan berbagai kendala semacam lead time, biaya gudang, opportunity
loss, dan lain sebagainya. Secara umum terlihat bahwa kelima modul diatas harus saling
terintegrasi satu dengan yang lainnya didalam sebuah rangkaian e-Supply Chain. Orientasi
rangkaian proses ini adalah pemenuhan kebutuhan konsumen sesuai dengan yang
diinginkannya, yang dinyatakan secara eksplisit pada kontrak atau transaksi jual-beli yang
dibuat bersama. Tanpa adanya sebuah sistem terpadu yang mengintegrasikan ketiga aliran
entiti dalam lima proses e-Supply Chain akan meningkatkan resiko tidak terpenuhinya janji
yang diberikan oleh perusahaan kepada pihak konsumen, yang tidak saja akan berakibat
menurunnya kepuasan konsumen (atau kehilangan konsumen), namun dapat berdampak
lebih jauh yaitu terjadinya tuntutan hukum dengan dalih pelanggaran janji jual-beli yang
dapat bermuara pada ganti rugi yang tidak sedikit.
2.4.4
Kunci Sukses E-Supply Chain Management
Ada beberapa dasar yang harus diperhatikan sebuah e-Supply Chain Management di
perusahaan agar sukses:
36
1. Melihat bahwa hakekat informasi dalam hal ini harus merupakan pengganti atau
substitusi dari keberadaan inventori (biaya terbesar rata-rata perusahaan), maka
memperlakukan informasi harus sama persis dengan melakukan manajemen inventori.
Jika didalam inventori permasalah utama yang dihadapi adalah ‘kapan pemesanan
barang harus dilakukan’ dan ‘seberapa banyak barang yang harus dilakukan’ dengan
memperhatikan unsur-unsur semacam lead time, total cost, dan service level, maka
didalam manajemen informasi harus pula diperhatikan hal-hal terkait dengan ‘kapan
informasi
relevan
harus
dimiliki’
dan
‘seberapa
detail
informasi’
yang
harus
direpresentasikan. Dengan kata lain, prinsip cheaper-better-faster berlaku pula dalam
manajemen informasi.
2. Dari ketiga unsur tersebut (biaya, kecepatan, dan kualitas), persaingan sesungguhnya
terletak pada kecepatan dan ketepatan informasi. Informasi yang mengalir dari mitra
usaha ke perusahaan dan sebaliknya harus sedemikian rupa sehingga benar-benar
memberikan suatu manfaat yang signifikan terhadap proses penciptaan dan penyebaran
produk atau jasa (menciptakan value). Karena setiap pengambilan keputusan akan
berdasarkan informasi tersebut, maka keberadaannya harus tepat waktu dan relevan
dengan saat pengambilan keputusan. Dua hal yang harus diperhatikan dalam kaitan ini,
yaitu aspek on-line dan real-time. Aspek on-line berhubungan dengan keharusan adanya
koneksi komunikasi (hubungan) yang tidak terputus selama 24 jam sehari dan 7 hari
seminggu antar perusahaan yang bekerja sama. Sementara aspek realtime berhubungan
dengan durasi perpindahan informasi dari satu tempat ke tempat lain yang sedemikian
cepat sehingga mendekati nol detik. Jika aspek on-line menjamin adanya hubungan
terintegrasi antara semua pihak yang terkait, aspek real-time menjamin bahwa informasi
yang dipergunakan untuk mengambil keputusan adalah yang paling mutakhir (up-todate).
37
3. Manajemen harus menganggap bahwa relasi antara mitra bisnis merupakan asset
stratejik perusahaan yang harus dibina sungguh-sungguh keberadaannya. Tidak ada hal
yang lebih penting dari pada kepercayaan dan sikap profesionalisme yang harus selalu
dijaga keberadaannya. Tanpa adanya kedua unsur tersebut, mustahil kerjasama yang
dilakukan akan menghasilkan suatu kinerja yang saling menguntungkan (win-win).
4. Integrasi Supply Chain yang ketat. Didalam E-Supply Chain memiliki keunggulan dari
intergrasi yang ketat, diantaranya dengan perusahaan dan lain halnya dalam
memperluas perusahaan dimulai dari supplier, rekan dagang, penyedia logistic dan
saluran distribusi.
Menurut Turban et al. (2006, p281). Kesuksesan e-SCM ditentukan oleh :
•
Kemampuan dari semua mitra supply chain untuk memandang mitra kerja sama
atau kolaborasi sebagai unsur strategis. Pengintegrasian yang ketat dan
kepercayaan diantara mitra perdagangan yang menghasilkan kecepatan dan
ketangkasan.
•
Jarak pengelihatan informasi sepanjang keseluruhan supply chain. Informasi
tentang inventaris pada berbagai segmen yang menyangkut rantai, permintaan
produk, penyerahan waktu, dan informasi relevan lainnya harus kelihatan oleh
semua anggota menyangkut supply chain disetiap waktu. Oleh karena itu,
informasi harus diatur dengan baik, dengan kebijakan, tegas, dan pemantauan
setiap harinya.
•
Kecepatan, biaya, kualitas, dan pelayanan pelanggan. Ini adalah ukuran dari
supply
chain.
Sebagai
konsekuensi,
perusahaan
harus
dengan
jelas
menggambarkan pengukuran untuk masing-masing ukuran ini bersama-sama
dengan tingkat ukuran yang akan dicapai. Tingkatan target harus berbagi
kepada mitra bisnis.
38
•
Mengintegrasikan supply chain dengan ketat. Suatu e-supply chain akan
bermanfaat bagi pengintegrasian yang lebih ketat didalam suatu perusahaan dan
diperluas ke seberang perusahaan dengan menyusun suppliers, mitra dagang,
penyedia jasa, dan saluran distribusi.
Menurut Turban et al. (2006, p281) Konsep atau kegiatan dari e-Supply Chain
Management yang baik, biasanya memiliki 5 (lima) buah komponen yang saling mendukung,
yaitu masing-masing:
1. Supply Chain Replenishment – adalah proses yang berkaitan dengan bagaimana para
pemasok saling bekerja sama untuk menyediakan produk-produk atau bahan-bahan
yang dibutuhkan oleh perusahaan sedemikian rupa sehingga memenuhi target
permintaan dan service level yang dicanangkan.
2. Collaborative Planning – adalah proses yang memfokuskan diri pada aktivitas
perencanaan yang berkaitan dengan operasi, produksi, inventori, dan distribusi
sehingga keseluruhan perusahaan yang bekerja-sama mengetahui obyektivitasnya
masing-masing sehingga untuk mencegah adanya konflik yang dapat bermuara pada
tidak tercapainya kebutuhan pelanggan.
3. Collaborative Product Development – adalah proses yang berkaitan dengan aktivitas
penciptaan produk atau jasa yang membutuhkan kerja-sama antara berbagai mitra
bisnis tersebut dengan perusahaan, sehingga kualitas produk dan/atau jasa dapat
terpenuhi sesuai dengan spesifikasi yang telah disepakati.
4. E-Procurement – pada dasarnya adalah manifestasi baru dari proses pengadaan
konvensional, dimana dalam aktivitas ini teknologi internet dan prinsip-prinsip ebusiness benar-benar diterapkan secara sungguh-sungguh.
5. E-Logistics – sama seperti e-Procurement, hanya saja proses ini berkaitan dengan
aktivitas manajemen pergudangan dan transportasi.
39
2.5 Kerangka Pemikiran Teoritis
E - Supply Chain Management
Downstream Supply
Chain
Kuesioner kepada
konsumen mengenai
E-SCM pada
PT.MULTI SARANA
PRIMA NUSANTARA
Wawancara
Pengolahan Data
Hasil Pengolahan Data
Perancangan e-SCM
dari sisi Downstream
Kesimpulan
Gambar 2.9
Kerangka Pemikiran
2.6 Metodologi Penelitian
2.6.1
Jenis dan Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan dipergunakan oleh penulis dalam menyelesaikan
skrispsi ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif yang menggunakan pendekatan
40
studi kasus. Data-data yang digunakan berupa data primer yang didapat langsung dari
perusahaan itu sendiri yaitu gambaran umum perusahaan, sistem pelayanan yang sedang
digunakan, dan lain-lain. Selain itu data primer juga didapat melalui hasil wawancara penulis
dengan perusahaan, serta data sekunder diperoleh melalui kepustakaan dengan melihat,
membaca serta mencatat buku-buku yang berhubungan dengan topik penelitian skripsi.
2.6.2
Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dengan penelitian kepustakaan (Library Research)
dan penelitian lapangan (Field Research), yaitu:
1. Penelitian kepustakaan (Library Research)
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data sekunder dengan membaca,
mengumpulkan data, mencatat, mempelajari teks book dan buku-buku
pelengkap atau referensi, seperti: jurnal, majalah, media cetak lainnya di
perpustakaan atau tempat lainnya.
2. Penelitian lapangan (Field Research)
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data primer, yaitu dengan
mengunjungi perusahaan, dalam hal ini PT.MULTI SARANA PRIMA NUSANTARA,
sehingga kebutuhan akan data pokok untuk penyusunan skripsi dapat terpenuhi.
Teknik pengumpulan data tersebut adalah dengan cara sebagai berikut:
•
Wawancara (Interview)
Penulis melakukan tanya jawab dengan pihak perusahaan mengenai segala
sesuatu yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Wawancara
dilakukan langsung dengan pemilik perusahaan dan staf atau karyawan
PT.MULTI SARANA PRIMA NUSANTARA. Pengamatan langsung (Observasi)
Penulis melakukan pengamatan secara langsung terhadap kegiatan yang
dilakukan oleh perusahaan setiap hari yang berkaitan dengan penyusunan
skripsi.
41
•
Daftar pertanyaan (Kuesioner)
Penulis menyiapkan sejumlah pertanyaan tertulis yang berkaitan dengan
pembahasan masalah dan memberikan kepada karyawan PT.MULTI SARANA
PRIMA NUSANTARA sehingga penulis memperoleh data secara rinci dan
sistematis.
2.6.3
Definisi Operasional dan Instrumen Pengukuran
Definisi operasional merupakan penjelasan pengertian dari teoritis variabel, sehingga
dapat diamati dan diukur dengan menentukan hal-hal yang diperlukan untuk mencapai
tujuan tertentu. Variabel – variabel yang diteliti dalam penyusunan skripsi ini terdiri dari 4
variabel yang didalamnya terdapat 12 parameter. Untuk lebih jelasnya variabel – variabel
tersebut dapat dilihat dalam tabel 2.1 :
Tabel 2.1
Variabel-Variabel
Variabel
Parameter
Kualitas
Produk
mainan
dan
game yang up to date / sesuai
perkembangan jaman.
Produk mainan dan game berkualitas baik (lokal dan import).
Produk mainan dan game yang dijual bervariasi.
Jaminan /garansi produk game selama 1 Bulan.
Waktu
Waktu pengiriman barang tepat waktu.
Waktu pelayanan terhadap konsumen cepat.
Penyediaan barang tepat waktu.
Biaya
Harga yang disesuaikan dengan kualitas barang.
Biaya pengiriman yang disesuaikan.
Pemberian diskon bagi konsumen.
42
Aset
Pemanfaatan teknologi dan peralatan secara tepat.
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia secara optimal.
Jalinan kerjasama yang baik dengan rekan bisnis
Dalam
penelitian
ini
penulis
menggunakan
kuesioner
sebagai
instrumen
pengumpulan data dari responden. Kuesioner diukur melalui skala likert.
2.6.4
Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono, (2005, p.86) dalam bukunya yang berjudul ”Metode Penelitian
Bisnis”, skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti
yang selanjutnya disebut variabel penelitian. Dengan likert, maka variabel yang akan diukur
dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik
tolak untuk menyusun item-item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai
gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain:
-
Sangat Baik / Berhasil
4
-
Baik / Berhasil
3
-
Tidak Baik / Tidak Berhasil
2
-
Sangat Tidak Baik / Sangat Tidak Berhasil
1
Pengujian tiap butir digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir
dengan skor total yang merupakan jumlah skor tiap butir. Teknik yang digunakan untuk
menentukan validitas item adalah dengan menggunakan SPSS (Statistical Product and
Service Solution) dalam menganalisis data. Bila nilai pada Corrected Item – Total Correlation
– nya lebih besar dari nilai r-tabel maka alat tersebut valid.
Dalam penelitian terdapat dua bagian yang diteliti yaitu : pelaksanaan SCM pada
PT.MULTI SARANA PRIMA NUSANTARA dan keberhasilan faktor-faktor dalam pelaksanaan
SCM tersebut. Pada kedua bagian tersebut digunakan variabel X yang merupakan tingkat
pelaksanaan perusahaan dan variabel Y yang merupakan tingkat keberhasilan.
43
Adapun rumus yang digunakan adalah :
Xi
Tki = -------------- x 100%
Yi
Dimana : Tki = Tingkat kesesuaian responden
Xi = Skor penilaian pelaksanaan
Yi = Skor penilaian keberhasilan
Selanjutnya sumbu mendatar (X) akan diisi skor tingkat pelaksanaan dan sumbu
tegak (Y) akan diisi skor penilaian keberhasilan. Dan untuk menghitung rata-rata variabel
tersebut digunakan rumus sebagai berikut:
ΣXi
X = -------------- x 100%
n
ΣYi
Y = -------------- x 100%
n
Dimana : X = Skor rata-rata tingkat pelaksanaan
Y = Skor rata-rata tingkat keberhasilan
n = Jumlah responden
Untuk menghitung
rata-rata dari skor rata-rata tingkat pelaksanaan dan tingkat
keberhasilan faktor-faktor pelaksanaan Supply Chain Management digunakan rumus :
N
ΣI = 1 Xi
X = ----------------
N
ΣI = 1 Yi
Y = ----------------
44
K
K
Dimana : X = Merupakan rata-rata dari rata-rata skor tingkat pelaksanaan
Y = Merupakan rata-rata dari rata-rata skor tingkat keberhasilan
K = Banyaknya indikator yang dapat mempengaruhi pelaksanaan SCM di PT.MULTI
SARANA PRIMA NUSANTARA, dalam penelitian K = 12.
Menurut Husein Umar,et al (2003). Diagram kartesius merupakan alat analisis yang
digunakan untuk menentukan strategi peningkatan pelayanan dengan melihat hubungan
kinerja atau tingkat pelaksanaan pelayanan yang dilakukan oleh pihak perusahaan dengan
kepuasan yang diharapkan oleh pelanggan. Diagram yang digunakan dalam penelitian adalah
diagram Kartesius, dimana diagram ini merupakan suatu bangun yang dibagi atas empat
bagian yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus yang masing-masing
bagian terdapat satu indikator atau lebih, atau bahkan tidak terdapat indikator sama sekali,
adapun gambar diagram kartesius dapat dilihat pada gambar 2.10 :
Keberhasilan
Y
A
B
Prioritas Utama
Y
Pertahankan Prestasi
C
D
Tingkatkan Prestasi
X
Berlebihan
X
Gambar 2.10
Diagram Kartesius
Sumber: Husein Umar (2003, p.38)
Pelaksanaan
45
Keterangan :
-
Kuadaran A = menjelaskan bahwa keberhasilan suatu variabel adalah lebih tinggi
dari tingkat pelaksanaan, sehingga perusahaan harus meningkatkan kinerjanya agar
lebih optimal.
-
Kuadran B = menjelaskan bahwa pelaksanaan dan keberhasilan pada suatu variabel
berada pada tingkat tinggi dan sesuai, sehingga perusahaan cukup mempertahankan
kinerja variabel tersebut.
-
Kuadaran C = menjelaskan bahwa pelaksanaan dan keberhasilan pada suatu variabel
barada pada tingkat rendah sehingga perusahaan perlu melakukan perbaikkan.
-
Kuadaran D = menjelaskan bahwa pelaksanaan perusahaan berada pada tingkat
tinggi, tetapi keberhasilan akan kinerja dari variabel tersebut hanya rendah, sehingga
perusahaan perlu mengurangi variabel tersebut agar dapat mengefisiensikan sumber
daya perusahaan.
2.6.5
Analisis Porter
Persaingan dalam suatu industri tergantung pada lima kekuatan persaingan ( five
competitive force ) yang berpengaruh terhadap struktur ekonomi dalam industri. Model
Porter membantu perusahaan mengidentifikasikan ancaman dalam perusahaan dan
membantu perusahaan dalam menyiapkan rencana strategi perusahaan. Lima elemen
kekuatan persaingan dalam industri menurut Michael E. Porter ( Whiteley 2000, p26 – p29 )
adalah sebagai berikut :
•
Ancaman pendatang baru ( Threat of new entrants )
Ada tujuh sumber utama rintangan masuk bagi pendatang baru yaitu skala
ekonomi,
biaya
beralih
pemasok,
akses
ke
saluran
industri,
biaya
tidak
menguntungkan terlepas dari skala ekonomi, kebijakan pemerintah, kebutuhan
modal, dan diferensiasi produk.
46
•
Ancaman barang pengganti ( Threat of substitution )
Suatu segmen menjadi tidak menarik jika terdapat substitusi potensial dari
suatu produk. Substitusi membatasi harga dan laba yang dapat dihasilkan oleh suatu
segmen. Perusahaan harus mengamati secara dekat tren harga substitusi, harga dan
laba dalam segmen tersebut mungkin akan menurun.
•
Daya tawar pembeli ( Bargaining power of buyer )
Daya tawar pembeli kuat jika sejumlah besar hasil industri, hambatan keluar
tinggi, produk pemasok standar, dan perusahaan yang terlibat dalam persaingan
memiliki strategi yang beragam.
•
Daya tawar pemasok ( Bargaining power of suppliers )
Daya tawr pemasok kuat jika di dominasi oleh sejumlah kecil perusahaan besar,
produk substitusi yang baik tidak tersedia bagi pembeli, pembeli bukan konsumen
penting bagi pemasok, dan produk pemasok penting bagi pembeli.
•
Persaingan antar perusahaan yang sejenis dalam industri
Suatu segmen manjadi tidak menarik jika ia telah memiliki pesaing yang banyak,
kuat, atau agresif. Ia bahkan menjadi lebih tidak menarik jika segmen tersebut stabil
atau menurun, jika penambahan kapasitas pabrik dilakukan dalam jumlah yang
besar, jika biaya tetap tinggi, jika penghalang keluar besar, atau jika pesaing
memiliki kepentingan yang besar untuk tinggal dalam segmen tersebut.
47
Berikut ini disajikan lima elemen kekuatan persaingan Michael E. Porter dalam bentuk
gambar :
Gambar 2.11
Lima elemen kekuatan persaingan
Sumber : David Whiteley, e-commerce : Strategy, technology and application, McGraw Hill,2000,p27
Download