Salah satu prinsip kepemimpinan yang selalu saya pegang sampai saat ini adalah berupaya bersikap objektif dan profesional. Sikap objektif itu sendiri dapat dibangun dari kepemimpinan yang tanpa memandang kepentingan. Baik itu untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan kelompok tertentu. Sebab menjadi pemimpin di suatu perusahaan maupun lembaga tertentu berarti harus bisa memposisikan kepentingan perusahaan atau lembaga di atas kepentingan lain. Sikap objektif, profesional dan tanpa kepentingan itulah yang mengantarkan saya bisa mencapai posisi seperti sekarang ini. Prinsip tidak memiliki kepentingan pribadi maupun kelompok dalam memimpin membuat saya bisa bebas dan jernih dalam mengambil keputusan. Tidak ada lagi beban yang seolah mengatur saya harus berbuat begini atau berbuat begitu dalam setiap pengambilan keputusan. Sebab bagi saya, jabatan adalah sebuah amanah, bukan sesuatu yang harus dipertahankan. Jadi saya menjalankan amanah sebagai Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk (Antam) tanpa beban dan tetap fokus mencapai target demi kemajuan perusahaan sendiri. Prinsip itu juga yang selalu saya tekankan pada para karyawan. Janganlah bermain politik di kantor. Bekerja saja dengan benar, sesuai dengan porsi dan tanggung jawab masing-masing. Saya meyakini, sikap itulah yang bisa membawa setiap individu mencapai puncak karier. Sikap objektif dan tanpa kepentingan itulah yang harus lebih dahulu selalu ditanamkan sebelum menjadi seorang pemimpin. Selain itu, menjadi pemimpin, bagi saya pribadi adalah menjadi role model untuk seluruh karyawan. Kalau saya bilang A, ya, saya harus melakukan A juga, bukan B, apalagi malah memilih C. Istilahnya, dalam sikap, seorang pemimpin itu harus walk the talk. Konsistensi antara perkataan dan perbuatan itulah yang menjadi kualitas integritas seseorang. Di samping itu juga ada nilai-nilai lain yang penting dalam membentuk integritas seseorang, seperti adanya tanggungjawab dan kejujuran. Dua prinsip lain yang juga sering saya sampaikan kepada karyawan adalah soal berpikir kreatif dan selalu bersemangat. Berpikir kreatif berarti thingking out of the box. Saya tidak meminta para karyawan harus yang jenius atau punya IPK tinggi. Tapi para karyawan ini haruslah kreatif. Apalagi dalam menyelesaikan tantangan dan persoalan. Saya juga ingin seluruh karyawan Antam selalu bersemangat setiap kali datang ke kantor. Kalau ke kantor itu happy, bukan lagi I have to go to office, tapi menjadi i want to go to office. Yang awalnya ke kantor itu kewajiban, menjadi keinginan. Dengan begitu, setiap tantangan yang dihadapi justru jadi suntikan penyemangat, bukan malah sebaliknya. Challenge itu harusnya bisa bikin lebih semangat, bukan malah jadi beban. Saya juga selalu bilang pada karyawan, salah satu tagline saya, yaitu the past is not the future. Kegagalan di masa lalu bukan berarti kegagalan di masa depan. Begitu juga dengan keberhasilan. Keberhasilan di masa lalu, bukan berarti bakal selalu berhasil di masa depan. Sebagai manusia, kita harus keep on learning dan move on. Sehingga yang sudah berlalu terjadi, biarlah berlalu saja. Yang sudah terjadi sebelumnya, ya sudah. It's done! Jika ada masalah, kita harus fokus mencari solusi, bukan malah menyalahkan situasi atau orang lain. Jika kita baru saja mengikuti suatu pelatihan yang sifatnya pencerahan atau berupa membangun kecerdasan spiritual, biasanya kita akan ikut terbawa semangat atau merenungkan kembali apa tujuan hidup kita di dunia. Sang instruktur begitu meyakinkan kita dengan cara pandangnya dan nilai-nilai hidup yang diajarkannya. Pulang dari sana kita akan mencoba menerapkan nilainilai baik yang telah diingatkan kembali kepada kita. Misalnya nilai “intergrity”, bagaimana pergaulan kita selama ini di pekerjaan, apakah kita mencapai kedudukan yang sekarang dengan mengambil jalan yang lurus, tanpa menjilat atasan, tanpa menyikut kiri kanan. Dalam berusaha apakan tender yang kita menangkan adalah hasil kerja keras dan profesionalisme bukan hasil KKN dan pemberian amplop dibawah meja kepada ketua proyek. Apa jadinya jika kita ternyata mengetahui bahwa sang intruktur tadi hanya “Omdo atau omong doing”, demi melariskan modul pelatihannya. Dari beberapa sumber yang dipercaya kita mengetahui bahwa nilai yang diajarkan tidak lebih hanyalah slogan belaka. Seorang instruktur atau guru atau dosen bukan hanya cukup menguasai ilmu pengetahuan dan ketrampilan tertentu, tapi dia juga harus mampu berperan sebagai pendidik yang mengamalkan nilai-nilai baik itu sebelum diajarkan kepada orang lain. Dia adalah role model atau panutan yang meyakini kebenaran nilai baik yang diajarkannya sehingga mampu menerapkannya dalam prilaku sehari-hari. Pendidik bukan saja bertanggung jawab atas kecerdasan anak didiknya tapi juga memastikan nilai baik tertanam dibenak dan dihati anak didiknya.kalau dia mengajarkan kejujuran, maka dia harus berlaku jujur terlebih dahulu. Tidak ada kekuatan yang lebih besar dari seorang guru atau pemimpin tanpa dia menjadikan dirinya contoh soal atau panutan. Kalau kita melihat film perang atau membaca cerita kepahlawan zaman dahulu, maka kita akan melihat dan membaca bagaimana seseorang dipilih menjadi panglima perang. Panglima perang sudah pasti adalah orang yang terberani, terpandai, ahli strategi dan yang pasti memimpin didepan. Sang panglima memberikan perintah langsung dan berhasil mengalahkan lawannya lebih banyak dibandingkan prajurit manapun dipasukannya. Bukan perang zaman sekarang yang hanya menerjunkan prajurit didepan dan para jenderal dibelakang layar. Jangan mengaku menjadi pemimpin jika anda termasuk orang yang hanya mau cari selamat. Kegagalan suatu pekerjaan adalah kegagalan kita sebagai seorang pemimpin, bukan hanya kegagalan anak buah. Jika kita mau bawahan kita bersemangat maka pemimpin harus lebih semangat dari mereka. Jika kita menginginkan anak buah memiliki rasa bangga terhadap perusahaan, maka kita harus menunjukan rasa bangga itu terlebih dahulu baru menularkannya pada mereka. Jika meminta karyawan untuk disiplin, kerja keras, dan tepat waktu, tunjukan dahulu kita adalah orang yang lebih disiplin, lebih kerja keras dan sangat menghargai waktu. Hanya dengan contoh….contoh.. contoh….dan melakukan serta menyelaraskan antara ucapan dengan perbuatan, maka kita akan membangun sebuah kepercayaan yang hebat dari anak didik, dari bawahan, dan dari karyawan. Dengan kepercayaan itu akan terbentuk sebuat tim yang hebat “Kehadiran pemimpin hendaknya sebagai solusi bukan menjadi beban, pemimpin harus peka dan peduli terhadap anak buahnya sehingga mengetahui permasalahan yang dihadapi anggotanya dan mampu mencarikan jalan keluarnya,” Dalam kepemimpinan, disiplin harus diartikan sebagai "mendidik untuk perbaikan dan menjadi lebih baik". Disiplin di sini tidak diartikan sebagai hukuman untuk orang yang bersalah, tetapi merupakan didikan atau tuntunan untuk bermotivasi, bersikap, dan berkinerja baik secara konsisten Dimana seorang pemimpin harus dapat memberikan pengaruh yang baik terutama dapat memberikan contoh perilaku agar karyawan mau bekerja sama dan bekerja secara efektif dan efisien dalam mencapai sebuah tujuan perusahaan. Setiap organisasi perlu menemukan konsep landak yang praktis dan sederhana yang mampu menggerakkan mesin ekonomi mereka. Bukan berarti sekumpulan strategi yang tersusun rapi dan terstruktur menjadi salah. Jika bertahun kita telah mencoba menerapkan strategi sang rubah dan belum juga berujung pada kemenangan, perlu rasanya kita berubah posisi menempatkan diri kita seperti landak dan menemukan apa yang menjadi penggerak mesin ekonomi kita untuk kemudian dengan penuh keyakinan berguling dengan sempurna seperti hal’nya yang dilakukan sang landak menuju kepada kemenangan yang selama ini sempat tertunda. Bab 5: Konsep Landak (Sederhana dalam 3 lingkup) Dalam bab ini, Collins menggunakan perumpamaan landak untuk menggambarkan hal yang sepertinya bertentangan, bahwa kesederhanaan akan membawa kepada kesuksesan. Jika dihadapkan kepada predator, landak hanya menunduk dan melingkarkan badannya bagai bola, adalah perilaku yang simple tetapi efektif. Walaupun pemangsanya sangat pintar seperti misalnya musang dan rubah, sangat sedikit yang bisa menanggulangi strategi yang simple yang digunakan oleh Landak secara terus menerus. Atas dasar itu juga, startegi yang mengantarkan kita kepada kesuksesan (Good to Great) adalah bukan dengan sukses melakukan banyak hal, tetapi dengan melakukan satu hal lebih baik dari orang lain di seluruh dunia. Butuh waktu untuk menemukan “konsep landak” dari satu perusahaan, tetapi mereka yang berhasil menemukannya akan mendapatkan sukses. Dalam rangka mempercepat proses identifikasi ini, Collins menyarankan untuk menggunakan kriteria sebagai berikut: 1. Tentukan apa yang dapat kamu lakukan terbaik sedunia dan apa yang kamu tidak bisa menjadi yang terbaik. 2. Tentukan apa yang menggerakkan roda ekonomi kamu. 3. Tentukan hal apa yang membuat kamu sangat antusias. Perusahaan hebat mempunyai konsep landak Ada cerita antara dua binatang yaitu rubah dan landak. Rubah lari dengan cepat, giginya besar dan tajam. Ia gesit, kuat, banyak akal, juga cerdik. Yang satunya adalah landak. Ia sederhana, jalannya lambat, seolah tanpa pertahanan dan sedikit bodoh. Ketika rubah ingin makan landak, ia mulai menjebak dan mengendap landak. Dengan segala kecerdikan dan kegesitan yang dimiliki rubah, ia menyergap landak dan hal mengejutkan terjadi. Landak langsung menggulung badan dan durinya keluar semua dan rubah tidak berhasil meghabisinya. Rubah tersebut terus melakukan banyak hal dengan segala kecerdikannya. Sedangkan landak tadi hanya melakukan satu hal saja. Setiap ada serangan, ia menggulung dirinya dan durinya dibuka, hal yang sederhana. Begitu pula dengan perusahaan yang dahsyat. Perusahaan dahsyat, yang membuat keuntungan tiga kali lipat lebih dari market, hanya berpusat pada tiga hal, yaitu: fokus pada apa yang bisa mereka lakukan untuk menjadi yang terbaik di dunia, fokus pada hal yang membuat mereka selalu bersemangat, fokus pada apa yang mempunyai nilai ekonomi / bisa menghasilkan uang dalam jumlah yang banyak. Perusahaan hebat itu sederhana dan bisa mengalahkan Coca-Cola, Intel, General Electric, dsb. Misalnya, apabila sebuah perusaaan melakukan suatu hal yang terbaik di dunia, dan perusahaan tersebut sangat bersemangat, tapi tidak bisa menghasilkan uang dari apa yang perusahaan tersebut kerjakan, untuk apa? Misalnya lagi, apabila ada perusahaan yang melakukan sesuatu pada bidang yang mana perusahaan tersebut sangat bersemangat dan bisa menghasilkan uang, tapi perusahaan tersebut bukan yang terbaik di bidang itu, maka perusahaan tersebut hanya akan menjadi perusahaan bagus saja, bukan hebat. Contoh lainnya lagi, apabila menghasilkan uang dan perusahaan merupakan yang terbaik, tetapi tidak bersemangat, sulit untuk menjadi yang terbaik atau tumbuh menjadi besar di bidang tersebut. Konsep landak di sini bukan strategi gol atau maksud, tapi adalah pemahaman terhadap halhal apa saja perusahaan bisa melakukan yang terbaik. Perusahaan harus menemukan satu tiitk yang mana seperti mur dan baut, jalur alami, bersatu dengan pas, tidak bisa satu kebeseran atau kekecilan, semua punya jalurnya masing-masing. Dalam mengukur keberhasilan perusahaan, ada denominator / ekonomi kunci yang bisa dijadikan ukuran. Contohnya: Abbot mengukur keuntungannya per karyawan, Circuit City mengubah profit per toko menjadi profit per wilayah geografis, Gillete mengubah dari profit per divisi menjadi profit per konsumen. Masih ada banyak sekali contoh lainnya. Tiap perusahaan harus punya ukuran keberhasilan dan itu bisa jadi berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dari sekian banyak contoh yang disebutkan pada buku “Good to Great”, ada acuan pengukuran yang menarikm yakni dari Walgreens. Walgreens punya ukuran yang berbeda. Walgreens mengubah untung per toko menjadi untung per kunjungan konsumen. Ini merupakan perbedaan yang membawa dampak bagi strateginya. Ketika Walgreens mengambil ukuran keberhasilan per wilayah, maka keuntungan makin jarang karena jarak antar tokonya dekat. Tapi kalau yang ia tinjua adalah dari segi kunjungan konsumen, dalam satu mil persegi, ia membuka 9 toko, maka konsumennya lebih banyak. Hasilnya Walgreens tumbuh lebih cepat karena Walgreens berani mengambil keputusan untuk membuka toko yg banyak dalam satu wilayah tertentu. Jika suatu perusahaan ingin menjalankan jurus landak, fokus pada tiga hal, diharapkan perusahaan mempunyai dewan. Dewan yang dibentuk terdiri dari 5-12 orang yang akan selalu bertemu secara rutin, seminggu sekali, bertujuan menganalisa isu-isu penting yang didapatkan perusahaan dan ada aturan bahwa seluruh anggora dewan punya hak untuk berdebat dan saling menghargai. Berdebat di sini bukan untuk memenangkan egonya, melainkan untuk memenangkan perusahaan. Para anggota dewan datang dari berbagai perspektif, tapi setiap anggota dewan memiliki pengetahuan mendalam tentang sejumlah aspek perusahan. Hal terpenting adalah para dewan selalu fokus pada tiga lingkaran; yaitu untuk menjadi yang terbaik pada bidangnya, menjadi bersemangat, dan menguntungkan dalam skala ekonomi. Dari penelitian tentang 3 lingkaran sederhana ini, tidak peduli baik buruk industri, perusahaan hebat / dahsyat selalu menghasilkan keuntungan yang superior. Suatu perusahaan tidak perlu berada pada satu industri yang sedang bertumbuh atau tidak, selama perusahaan tersebut berfokus pada tiga jurus landak, mereka dapat tumbuh dahsyat. Rata-rata dibutuhkan waktu empat tahun bagi perusahaan bagus-ke-hebat untuk mendapatkan jurus landak.