Uploaded by User23760

Produk Domestik Regional Bruto (Pdrb) Kota Langsa 2003-2008

advertisement
ht
tp
://
l
an
gs
ak
o
ta
.
bp
s.
go
.id
ISBN : 979.466.977.0
9205.11373
BADAN PUSAT STATISTIK
KOTA LANGSA
s.
g
o.
id
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
KOTA LANGSA
TAHUN 2003 - 2008
:
979.466.997.0
Katalog BPS
:
9205.11.73
:
21 x 29,7 Cm
ng
sa
ko
ta
ht
tp
://
la
Ukuran Buku
.b
p
ISBN
Jumlah Halaman
:
vii + 77 Halaman
Naskah
:
BPS Kota Langsa
Penyunting
:
BPS Kota Langsa
Gambar Kulit
:
BPS Kota Langsa
Diterbitkan Oleh
:
Badan Pusat Statistik
Kota Langsa
KATA PENGANTAR
Publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Langsa
Tahun 2003-2008 ini merupakan publikasi rutin Badan Pusat Statistik
(BPS) Kota Langsa, yang menyajikan hasil penghitungan PDRB menurut
lapangan usaha Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan Atas Dasar
Harga Konstan (ADHK) dengan tahun dasar 2000.
menurut
lapangan
usaha
dimaksudkan
.id
Penyajian
untuk
.g
o
memberikan gambaran mengenai struktur ekonomi Kota Langsa,
ta
.b
ps
perkembangan ekonomi secara keseluruhan, dan perkembangan
masing-masing sektor.
Kurang lengkapnya data dasar yang tersedia terutama tahun
ko
2008 menyebabkan adanya beberapa sektor yang disajikan masih
gs
a
bersifat sementara, yang akan disempurnakan dalam publikasi tahun
://
la
n
berikutnya.
Akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada BAPPEDA Kota
tp
Langsa dan semua pihak yang telah memberikan bantuan sehingga
ht
publikasi ini dapat terwujud.
Langsa, 04 Agustus 2009
BADAN PUSAT STATISTIK
KOTA LANGSA
KEPALA,
M U G H L I S U D D I N, SE
NIP. 196904241994011001
DAFTAR ISI
SAMBUTAN
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL DALAM URAIAN
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL LAMPIRAN
vi
I.
2
.id
PENDAHULUAN
ko
ta
.b
ps
.g
o
1.1. Latar Belakang
1.2. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto
1.3. Tujuan dan Kegunaan Statistik Produk Domestik Regional Bruto
1.4. Konsep dan Defenisi
1.5. Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan
1.6. Penyajian Agregat PDRB
1.7. Perubahan Tahun Dasar
gs
a
II. TINJAUAN EKONOMI KOTA LANGSA
2
2
4
6
7
9
10
13
III. PERKEMBANGAN EKONOMI SEKTORAL DAN PERANANNYA
25
3.1. Sektor Pertanian
3.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
3.3. Sektor Industri Pengolahan
3.4. Sektor Listrik, Gas dan Air Minum
3.5. Sektor Bangunan
3.6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
3.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
3.8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
3.9. Sektor Jasa-Jasa
25
27
28
29
30
31
33
35
37
13
17
20
22
ht
tp
://
la
n
2.1. Struktur Ekonomi
2.2. Pertumbuhan Ekonomi
2.3. Pendapatan Per Kapita
2.4. Inflasi/Deflasi
LAMPIRAN
40
Lingkup dan Metode Penghitungan
40
Daftar Istilah Penting
56
Tabel-Tabel Pokok
59
iii
DAFTAR TABEL DALAM URAIAN
JUDUL TABEL
2.1
Peranan Sektor Ekonomi dalam PDRB Kota Langsa Atas Dasar Harga
Berlaku Menurut Sektor, 2003-2008 (persen)
16
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Langsa Menurut Sektor, 2003–
2008 (persen)
19
2.3
Pendapatan Per Kapita Kota Langsa, 2003-2008
21
2.4
Indikator Inflasi Indeks Harga Implisit Menurut Sektor, 2003-2008
(persen)
23
3.5
3.6
Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel, dan
Restoran Menurut Sub Sektor, 2003-2008 (persen)
32
ta
.b
ps
.g
o
29
ko
3.4
Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektor Listrik, Gas, dan Air
Minum Menurut Sub Sektor, 2003-2008 (persen)
Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektor Pengangkutan dan
Komunikasi Menurut Sub Sektor, 2003-2008 (persen)
34
Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektor Keuangan, Persewaan,
dan Jasa Perusahaan Menurut Sub Sektor, 2003-2008 (persen)
36
Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektor Jasa-jasa Menurut Sub
Sektor, 2003-2008 (persen)
38
gs
a
3.3
26
://
la
n
3.2
Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian Menurut Sub
Sektor, 2003-2008 (persen)
tp
3.1
ht
2.2
Halaman
.id
No. TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
No. GAMBAR
JUDUL GAMBAR
2.1
Perkembangan Kontribusi Sektor Tersier Terhadap Perekonomian
Kota Langsa Tahun 2003-2008 (Persen)
13
Perkembangan
Kontribusi
Sektor
Sekunder
Perekonomian Kota Langsa Tahun 2003-2008 (Persen)
14
2.2
Terhadap
15
2.4
Struktur Perekonomian Kota Langsa Tahun 2008
17
2.5
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kota Langsa Tahun 20032008 (Persen)
18
2.6
Pendapatan Per Kapita Kota Langsa Tahun 2003-2008
21
2.7
Laju Inflasi Sektoral Kota Langsa Tahun 2003 dan 2008 (Persen)
23
3.1
Laju Inflasi Sektor Pertanian Tahun 2003-2008 (Persen)
26
3.2
Pertumbuhan dan Laju Inflasi Sektor
Penggalian Tahun 2003-2008 (Persen)
.g
o
ta
.b
ps
ko
dan
28
Laju Inflasi Sektor Listrik, Gas, dan Air Minum Tahun 2003-2008
(Persen)
30
3.6
3.7
ht
3.5
27
Pertumbuhan dan Laju Inflasi Sektor Industri Pengolahan Tahun
2003-2008 (Persen)
tp
3.4
Pertambangan
gs
a
3.3
.id
Perkembangan Kontribusi Sektor Primer Terhadap Perekonomian
Kota Langsa Tahun 2003-2008 (Persen)
://
la
n
2.3
Halaman
Pertumbuhan dan Laju Inflasi Sektor Bangunan Tahun 2003-2008
(Persen)
31
Laju Inflasi Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Tahun
2003-2008 (Persen)
33
Laju Inflasi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Tahun 20032008 (Persen)
35
3.8.
Pertumbuhan Laju Inflasi Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa
Perusahaan Tahun 2003-2008 (Persen)
36
3.9
Laju Inflasi Sektor Jasa-jasa Tahun 2003-2008 (Persen)
38
v
DAFTAR TABEL LAMPIRAN
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Tabel 9.
Tabel 10.
Tabel 11.
Tabel 12.
Tabel 13.
Tabel 14.
Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kota
Langsa Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun
2003-2008
61
Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kota
Langsa Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000
Tahun 2003-2008
62
Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kota
Langsa Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun
2003-2008
63
Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kota
Langsa Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan
Tahun 2003-2008
64
Indeks Berantai Produk Domestik Regional Bruto Kota Langsa
Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 20032008
65
Indeks Berantai Produk Domestik Regional Bruto Kota Langsa
Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun
2003-2008
66
Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kota Langsa
Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 20032008
67
Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kota Langsa
Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun
2003-2008
68
Indeks Implisit Produk Domestik Regional Bruto Kota Langsa
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2008
69
Laju Inflasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Langsa
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2008
70
Pendapatan Regional dan Angka Perkapita Kota Langsa Atas
Dasar Harga Berlaku Tahun 2003-2008
71
Pendapatan Regional dan Angka Perkapita Kota Langsa Atas
Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2003-2008
72
.g
o
.id
60
ta
.b
ps
Tabel 5.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Langsa Menurut Lapangan
Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2003-2008 (Juta
Rupiah)
ko
Tabel 4.
59
gs
a
Tabel 3.
Produk Domestik Regional Bruto Kota Langsa Menurut Lapangan
Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2003-2008 (Juta Rupiah)
://
la
n
Tabel 2.
Halaman
tp
Tabel 1.
JUDUL TABEL
ht
No. TABEL
vi
Halaman
75
Indeks Berantai Pendapatan Regional dan Angka Perkapita Kota
Langsa Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2003-2008
76
Tingkat Pertumbuhan Pendapatan Regional Kota Langsa Tahun
2003-2008
77
ta
.b
ps
.g
o
.id
Indeks Berantai Pendapatan Regional dan Angka Perkapita Kota
Langsa Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2003-2008
ko
Tabel 19.
74
gs
a
Tabel 18.
Indeks Perkembangan Pendapatan Regional dan Angka Perkapita
Kota Langsa Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2008
://
la
n
Tabel 17.
73
tp
Tabel 16.
Indeks Perkembangan Pendapatan Regional dan Angka Perkapita
Kota Langsa Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005-2008
ht
Tabel 15.
vii
la
ng
sa
ko
ta
Latar Belakang
Pengertian Produk Domestik Regional Bruto
Konsep dan Definisi
Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan
Penyajian Agregat PDRB
Perubahan Tahun Dasar
ht
tp
://
-
.b
p
s.
g
o.
id
PENDAHULUAN
Pendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perencanaan pembangunan ekonomi, memerlukan bermacam data statistik sebagai
dasar berpijak dalam menentukan strategi kebijaksanaan, agar sasaran pembangunan dapat
dicapai dengan tepat. Strategi dan kebijaksanaan yang telah diambil pada masa-masa lalu
perlu dimonitor dan dievaluasi hasil-hasilnya. Berbagai data statistik yang bersifat
kuantitatif diperlukan untuk memberikan gambaran tentang keadaan pada masa yang lalu
dan masa kini, serta sasaran-sasaran yang akan dicapai pada masa yang akan datang.
hakekatnya,
pembangunan
ekonomi
adalah
serangkaian
.id
Pada
usaha
dan
.g
o
kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas
ta
.b
ps
lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan
ekonomi regional dan melalui pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor
sekunder dan tersier. Dengan perkataan lain arah dari pembangunan ekonomi adalah
ko
mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik, disertai dengan tingkat pemerataan yang
gs
a
sebaik mungkin.
Untuk mengetahui tingkat dan pertumbuhan pendapatan masyarakat, perlu disajikan
perencanaan
://
la
n
statistik Pendapatan Nasional/Regional secara berkala, untuk digunakan sebagai bahan
pembangunan
nasional atau
regional khususnya
di
bidang
ekonomi.
tp
Angka-angka pendapatan nasional/regional dapat dipakai juga sebagai bahan evaluasi dari
ht
hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan oleh berbagai pihak, baik pemerintah
pusat/daerah, maupun swasta.
1.2. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah
dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas
dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan
jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu,
atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit
ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedang PDRB atas dasar harga
konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan
harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar.
Dalam publikasi ini tahun dasar yang digunakan adalah tahun 2000. PDRB atas dasar
harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedang
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
2
Pendahuluan
harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.
Untuk menghitung angka-angka PDRB ada tiga pendekatan yang dapat digunakan, yaitu:
a. Menurut Pendekatan Produksi
PDRB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai
unit produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit
produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha (sektor)
yaitu:
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan,
2. Pertambangan dan Penggalian,
3. Industri Pengolahan,
.id
4. Listrik, Gas dan Air Bersih,
7. Pengangkutan dan Komunikasi,
ta
.b
ps
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran,
.g
o
5. Bangunan,
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan,
9. Jasa-jasa termasuk jasa pelayanan pemerintah.
gs
a
ko
Setiap sektor tersebut dirinci lagi menjadi sub-sub sektor.
://
la
n
b. Menurut Pendekatan Pendapatan
PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang
ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya
tp
satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah,
ht
bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak
langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak
langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi).
c. Menurut Pendekatan Pengeluaran
PDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari:
(1) pengeluaran konsumsi rumahtangga dan lembaga swasta nirlaba,
(2) konsumsi pemerintah,
(3) pembentukan modal tetap domestik bruto,
(4) perubahan stok, dan
(5) ekspor neto, (ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor).
Secara konsep ketiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka
yang sama.
Jadi, jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan
dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksi. PDRB yang
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
3
Pendahuluan
dihasilkan dengan cara ini disebut sebagai PDRB atas dasar harga pasar, karena di dalamnya
sudah dicakup pajak tak langsung neto.
Di samping sebagai salah satu indikator dari data PDRB dapat juga diturunkan
beberapa indikator ekonomi penting lainnya, seperti:
1. Produk Regional Bruto, yaitu PDRB ditambah dengan pendapatan neto dari luar negeri.
Pendapatan neto itu sendiri merupakan pendapatan atas faktor produksi (tenaga kerja
dan modal) milik penduduk Indonesia yang diterima dari luar negeri dikurangi dengan
pendapatan yang sama milik penduduk asing yang diperoleh di Indonesia.
2. Produk Regional Neto atas dasar harga pasar, yaitu PDRB dikurangi dengan seluruh
penyusutan atas barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi
selama setahun.
.id
3. Produk Regional Neto atas dasar biaya faktor produksi, yaitu produk regional neto atas
.g
o
dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tidak langsung neto. Pajak tidak langsung neto
merupakan pajak tidak langsung yang dipungut pemerintah dikurangi dengan subsidi
ta
.b
ps
yang diberikan oleh pemerintah. Baik pajak tidak langsung maupun subsidi, keduaduanya dikenakan terhadap barang dan jasa yang diproduksi atau dijual. Pajak tidak
langsung bersifat menaikkan harga jual sedangkan subsidi sebaliknya. Selanjutnya,
ko
produk regional neto atas dasar biaya faktor produksi disebut sebagai Pendapatan
gs
a
Regional.
://
la
n
4. Angka-angka per kapita, yaitu ukuran-ukuran indikator ekonomi sebagaimana diuraikan
di atas dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
ht
tp
1.3. Tujuan dan Kegunaan Statistik Produk Domestik Regional Bruto
Data produk domestik regional bruto adalah salah satu indikator makro yang dapat
menunjukkan kondisi perekonomian daerah setiap tahun. Manfaat yang dapat diperoleh dari
data ini antara lain adalah:
1. PDRB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang
dihasilkan oleh suatu daerah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber
daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya. PDRB harga berlaku juga menunjukkan
pendapatan yang memungkinkan untuk dinikmati oleh penduduk suatu daerah.
2. PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan
ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun. Apabila
dibandingkan angka-angka nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dengan angkaangka tahun sebelumnya maka akan diketahui besarnya tingkat pertumbuhan ekonomi di
suatu daerah baik secara keseluruhan maupun secara sektoral. Apabila dibandingkan
angka-angka nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dengan angka-angka tahun
sebelumnya maka akan diketahui besarnya tingkat pertumbuhan ekonomi di suatu
daerah baik secara keseluruhan maupun secara sektoral.
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
4
Pendahuluan
3. Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian atau
peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu daerah. Sektor-sektor ekonomi yang
mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu daerah. Dengan melihat
angka persentase setiap sektor tersebut, selain dapat diketahui sumbangan atau
kontribusi masing-masing sektor, sekaligus juga dapat dilihat struktur perekonomian
daerah yang bersangkutan. Dengan demikian dapat diketahui apakah perekonomian
daerah bersifat agraris atau non agraris. Apabila pendapatan regional dikumpulkan dari
waktu ke waktu, maka akan terlihat perubahan kontribusi masing-masing sektor serta
perubahan struktur ekonominya.
4. PDRB harga berlaku menurut penggunaan menunjukkan produk barang dan jasa
digunakan untuk tujuan konsumsi, investasi dan diperdagangkan dengan pihak luar
.id
negeri.
.g
o
5. Distribusi PDRB menurut penggunaan menunjukkan peranan kelembagaan dalam
menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi.
ta
.b
ps
6. PDRB penggunaan atas dasar harga konstan bermanfaat untuk mengukur laju
pertumbuhan konsumsi, investasi dan perdagangan luar negeri.
7. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan tingkat kemakmuran suatu
ko
daerah. Untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu daerah sedikit banyaknya harus
gs
a
mempunyai angka pembanding dari daerah lain, sedangkan untuk mengetahui
://
la
n
perkembangannya perlu diketahui angka perkembangan pendapatan secara berkala.
8. Perbandingan antara pendapatan regional atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga
konstan merupakan angka indeks implisit yang dapat dipergunakan untuk mengetahui
tp
adanya perubahan harga barang dan jasa secara keseluruhan.
ht
9. Elastisitas kesempatan kerja dengan bantuan data tenaga kerja yang apabila disajikan
bersama-sama secara series dari waktu ke waktu, maka dapat dihitung angka elastisitas
kesempatan kerja terhadap pendapatan regional. Elastisitas kesempatan kerja ini
mencerminkan
pengaruh
kenaikan/penurunan
pendapatan
regional
terhadap
kesempatan kerja. Perlu ditekankan disini bahwa kenaikan pendapatan regional bukan
saja disebabkan oleh adanya kesempatan kerja yang bertambah tetapi juga disebabkan
adanya penambahan modal. Pengaruh dari dua faktor ini sangat sulit dipisahkan.
10. Untuk melihat produktifitas per sektoral yaitu dengan membagi jumlah nilai tambah dari
sektor yang bersangkutan dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor tersebut.
Produktivitas tenaga kerja sektoral ini sangat berguna untuk mempertimbangkan
penentuan alokasi tenaga kerja secara sektoral.
Perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah memerlukan berbagai macam data
statistik guna mengevaluasi hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai pada masa lalu serta
untuk membuat perencanaan dan kebijakan demi tercapainya sasaran pembangunan yang
telah ditentukan pada masa mendatang secara berdaya guna dan berhasil guna.
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
5
Pendahuluan
Pada
hakekatnya
pembangunan
ekonomi
adalah
serangkaian
usaha
dan
kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas
kesempatan kerja, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan hasil-hasilnya dan
mengusahakan pergeseran proses kegiatan ekonomi dari sektor primer ke arah sekunder dan
tersier. Upaya ini secara keseluruhan dimaksudkan untuk mengusahakan peningkatan
pendapatan masyarakat secara mantap dan diikuti oleh tingkat pemerataan yang sebaikbaiknya.
1.4. Konsep dan Definisi
Untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang kondisi perekonomian
.id
suatu negara atau daerah dapat dilihat melalui neraca ekonominya. Seperti telah
diterangkan sebelumnya perhitungan-perhitungan ini dapat dibuat dalam berbagai bentuk
ta
.b
ps
digunakan untuk perhitungan pendapatan regional.
.g
o
sesuai dengan tujuan penggunaannya. Lebih lanjut akan diuraikan konsep dan definisi yang
Konsep dan definisi menjadi amat penting untuk memahami lebih lanjut mengenai
data yang tersedia. Arti, wujud fisik, karakteristik, batasan dan sifat kegiatan tentang
ko
eksistensi, perubahan dan perpindahan suatu barang dan jasa harus tercermin jelas dalam
gs
a
konsep dan definisi. Definisi yang berbeda akan menghasilkan data yang berbeda pula. Perlu
diingat bahwa konsep dan definisi yang termaktub dalam buku ini pada dasarnya untuk
://
la
n
tujuan penyusunan neraca regional.
tp
1.4.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
ht
PDRB dapat diartikan kedalam tiga pengertian, yaitu:
a. Menurut pengertian produksi, PDRB adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir
yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di dalam suatu wilayah (region) dalam
jangka waktu tertentu (satu tahun).
b. Menurut pengertian pendapatan, PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh
faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah atau
daerah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Balas jasa faktor produksi meliputi
upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan, semuanya sebelum dipotong
pajak penghasilan dan pajak tak langsung lainnya. Dalam pengertian Produk Domestik
Regional Bruto, kecuali faktor pendapatan di atas, termasuk pula komponen penyusutan
barang modal tetap dan pajak tak langsung neto. Semua komponen pendapatan ini
secara sektoral disebut Nilai Tambah Bruto, sehingga Produk Domestik Regional Bruto
adalah nilai penjumlahan pada nilai tambah dari seluruh sektor (lapangan usaha).
c. Menurut pengertian pengeluaran, PDRB adalah jumlah pengeluaran yang dilakukan untuk
konsumsi rumahtangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
6
Pendahuluan
Pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor neto (ekspor
dikurangi impor).
Dari uraian di atas dapat ditarik suatu hubungan bahwa jumlah pengeluaran untuk
berbagai kepentingan tadi harus sama dengan jumlah produk barang dan jasa akhir yang
dihasilkan dan harus sama juga dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksinya.
Produk Domestik Regional Bruto seperti yang telah diuraikan di atas disebut sebagai Produk
Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar, karena tercakup didalamnya komponen
pajak tak langsung neto. Pajak tak langsung neto merupakan jumlah pajak tak langsung
dikurangi subsidi.
1.4.2. Produk Regional Bruto (PRB)
.id
PRB merupakan Produk Domestik Regional Bruto ditambah balas jasa faktor produksi
ta
.b
ps
yang mengalir keluar milik penduduk luar wilayah.
.g
o
milik penduduk wilayah tersebut yang berasal dari luar dikurangi balas jasa faktor produksi
1.4.3. Produk Regional Neto (PRN)
ko
PRN merupakan Produk Regional Bruto dikurangi dengan seluruh penyusutan atas
gs
a
barang-barang modal tetap yang digunakan selama setahun.
://
la
n
1.4.4. Produk Regional Neto Atas Dasar Biaya Faktor Produksi
PRN atas dasar biaya faktor produksi adalah Produk Regional atas dasar harga pasar
tp
dikurangi dengan pajak tak langsung. Pajak tak langsung neto sendiri merupakan pajak tak
ht
langsung yang dipungut pemerintah dikurangi dengan subsidi pemerintah. Baik pajak tak
langsung maupun subsidi, keduanya dikenakan terhadap barang dan jasa yang diproduksi
atau dijual, hanya pajak tak langsung bersifat menaikan harga jual sedangkan subsidi
sebaliknya. Selanjutnya Produk Regional Neto atas dasar biaya faktor produksi disebut
sebagai pendapatan regional. Oleh karena data tentang arus faktor pendapatan yang keluar
maupun yang masuk ke Kabupaten Langsa sulit dipantau maka faktor pendapatan neto dari
luar wilayah atau daerah ini diprediksikan dengan melakukan survei khusus.
1.4.5. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita
PDRB per kapita merupakan Produk Domestik Regional Bruto dan Pendapatan
Regional dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
1.5. Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan
Penghitungan PDRB atas dasar harga konstan secara berkelanjutan dan berkala
sangat berguna untuk mengetahui perkembangan sektor ekonomi secara riil. Karena pada
penghitungan ini tidak terkandung perubahan harga barang, melainkan hanya perubahan
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
7
Pendahuluan
indikator produksinya saja. Untuk itu diperlukan penetapan tahun dasar secara nasional
sebagai acuan perbandingannya. BPS telah menetapkan tahun 2000 sebagai tahun dasarnya.
Sedangkan tahun dasar sebelumnya adalah tahun 2000. Untuk menghitung nilai tambah
sektoral atas dasar harga konstan dikenal empat penghitungan yang masing-masing dapat
diuraikan sebagai berikut:
1.5.1. Revaluasi
Metode revaluasi dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara masingmasing tahun dengan harga tahun dasar 2000 dan hasilnya merupakan output dan biaya
antara atas dasar harga konstan 2000. Selanjutnya nilai tambah bruto atas dasar harga
konstan diperoleh dari hasil selisih antara output dan biaya antara hasil penghitungan di
.id
atas.
.g
o
Metode ini sangat sulit dilakukan terhadap biaya antara yang digunakan, karena
mencakup komponen input yang terlalu banyak dan juga data harga kurang tersedia. Karena
ta
.b
ps
itu biaya antara atas dasar harga konstan diperoleh dari perkalian antara output atas dasar
harga konstan masing-masing tahun dengan rasio tetap biaya antara terhadap output pada
ko
tahun dasar.
gs
a
1.5.2. Ekstrapolasi
://
la
n
Dengan metode ekstrapolasi nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga
konstan tahun 2000 diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar 2000
dengan indeks produksi sebagai ekstrapolator dapat merupakan indeks dari masing-masing
ht
tp
produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari indikator produksi seperti tenaga kerja,
jumlah perusahaan dan lainnya yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan yang dihitung.
Ekstrapolasi dapat juga dilakukan terhadap perhitungan output atas dasar harga
konstan, kemudian dengan menggunakan rasio tetap nilai tambah terhadap output akan
diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan.
1.5.3. Deflasi
Untuk memperoleh nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dapat dilakukan
dengan metode deflasi yaitu dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku
masing-masing tahun dengan indeks harga. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator
biasanya merupakan Indeks Harga Konsumen, Indeks Harga Perdagangan Besar dan
sebagainya.
Indeks harga di atas dapat pula dipakai sebagai inflator dalam keadaan dimana nilai
tambah atas dasar harga yang berlaku justru diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas
dasar harga konstan dengan indeks harga tersebut.
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
8
Pendahuluan
1.5.4. Deflasi Berganda
Yang dideflasi dalam deflasi berganda ini adalah output dan biaya antaranya,
sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil deflasi
tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator untuk penghitungan output atas
dasar harga konstan biasanya merupakan Indeks Harga Produsen atau Indeks Perdagangan
Besar sesuai dengan cakupan komoditasnya, sedangkan indeks harga untuk biaya antara
adalah indeks harga dari komponen input terbesar.
Metode ini tidak banyak digunakan dalam perhitungan karena kenyataannya sangat
sulit melakukan deflasi terhadap biaya antara, disamping karena komponennya terlalu
banyak juga karena indeks harganya belum tersedia secara baik. Penghitungan komponen
.id
penggunaan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan juga dilakukan dengan
ta
.b
ps
cara deflasi dan ekstrapolasi lebih banyak dipakai.
.g
o
menggunakan cara-cara di atas, tetapi mengingat data yang tersedia kurang lengkap maka
1.6. Penyajian Agregat PDRB
ko
Pada publikasi ini penyajian angka agregat pendapatan selalu dilakukan dalam dua
gs
a
bentuk yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan suatu tahun dasar, yang
://
la
n
masing-masing dapat dibedakan berikut ini:
a. Untuk penyajian atas dasar harga berlaku, semua agregat pendapatan dinilai atas dasar
harga yang berlaku pada masing-masing tahun, baik pada saat menilai produksi, biaya
ht
tp
antara maupun pada penilaian komponen nilai tambah dan komponen penggunaan
Produk Domestik Regional Bruto.
b. Penyajian atas dasar harga konstan suatu tahun dasar, semua agregat pendapatan dinilai
atas dasar harga yang tetap yang terjadi pada tahun dasar. Karena menggunakan harga
konstan, maka perkembangan agregat pandapatan dari tahun ke tahun semata-mata
karena perkembangan satuan output (riil) dan bukan karena harga. Saat ini tahun dasar
yang dipakai adalah tahun 2000.
Dalam penyajian statistik PDRB dikenal tiga macam indeks untuk menggambarkan
perubahan agregat-agregat pendapatan ini, yaitu indeks perkembangan, indeks berantai dan
indeks implisit yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Indeks perkembangan, diperoleh dengan membagi nilai-nilai pada masing-masing tahun
dengan nilai pada tahun dasar, dikalikan 100. Indeks ini menunjukkan tingkat
perkembangan agregat pendapatan dari tahun ke tahun terhadap tahun dasar.
b. Indeks berantai, diperoleh dengan membagi nilai-nilai pada masing-masing tahun dengan
nilai pada tahun sebelumnya, dikalikan 100. Jadi angka tahun sebelumnya selalu
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
9
Pendahuluan
dianggap 100. Indeks ini menunjukkan tingkat pertumbuhan agregat pendapatan untuk
masing-masing tahun dibandingkan tahun sebelumnya.
c. Indeks implisit, diperoleh dengan membagi nilai atas dasar harga berlaku dengan nilai
atas dasar harga konstan untuk masing-masing tahunnya, dikalikan dengan 100. Indeks
ini menunjukkan tingkat perkembangan harga dari agregat pendapatan terhadap harga
pada tahun dasar. Selanjutnya bila dari indeks implisit ini dibuat indeks berantainya,
akan terlihat tingkat perkembangan harga barang dan jasa setiap tahun terhadap tahun
sebelumnya.
.id
1.7. Perubahan Tahun Dasar
.g
o
Seperti telah disebutkan di awal, Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)
ta
.b
ps
disajikan dalam versi PDRB atas dasar harga berlaku, yaitu apabila semua produksi barang
dan jasa yang dihasilkan dinilai berdasarkan harga pasar pada tahun yang bersangkutan, dan
PDRB atas dasar harga konstan, yaitu apabila semua produksi barang dan jasa yang
ko
dihasilkan dinilai dengan harga pada tahun tertentu yang dipilih sebagai tahun dasar.
gs
a
Pada prakteknya penggunaan tahun dasar sebagai dasar penghitungan PDRB atas
dasar harga konstan selalu mengalami pemutakhiran. Hal tersebut perlu dilakukan untuk
://
la
n
menjaga agar nilai PDRB atas dasar harga konstan yang dihasilkan dapat tetap
menggambarkan kondisi perekonomian suatu daerah secara realistis.
tp
Penggunaan tahun dasar dalam penghitungan PDRB secara Nasional telah mengalami
ht
perubahan empat kali, yaitu tahun 1960, 1973, 1983, dan tahun 1993. Selama kurun waktu
sepuluh tahun terakhir harga yang digunakan untuk menghitung PDRB atas dasar harga
konstan adalah harga pada tahun 1993. Namun demikian, perubahan struktur ekonomi
akibat perkembangan global yang demikian pesat selama satu dasawarsa terakhir telah
membuat pertumbuhan ekonomi yang dihitung dengan harga tahun 1993 menjadi lebih
rendah, sehingga tidak lagi dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Oleh karena
itu, BPS terdorong untuk mengganti tahun 1993 dengan tahun 2000 sebagai tahun dasar
penghitungan karena situasi perekonomian dan alasan teknis berikut:
a. Perubahan struktur ekonomi yang relatif cepat serta perubahan komposisi harga antara
sektor primer, sekunder dan tersier mengakibatkan pengukuran pertumbuhan ekonomi
berdasarkan PDRB tahun dasar 1993 menjadi terlalu rendah.
b. Struktur ekonomi tahun 1993 belum tersentuh dampak deregulasi dan debirokratisasi.
Sektor pertanian dan pertambangan sangat dominan, sementara sektor industri relatif
masih kecil peranannya. Sejak tahun 1991 peranan sektor industri sudah melampaui
peranan sektor pertanian.
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
10
Pendahuluan
c. Saat ini, tenggang waktu dari tahun 1993 sudah terlalu jauh sehingga apabila mengukur
pertumbuhan berdasar pada tahun 1993 menjadi tidak realistis. Perkembangan ekonomi
dunia dalam kurun waktu 1993-2000 yang diwarnai oleh globalisasi telah mempengaruhi
perekonomian domestik.
d. Pada pertengahan tahun 1997 krisis ekonomi juga merubah struktur perekonomian
Nasional.
e. Perekonomian Indonesia selama tahun 2000 relatif stabil dengan laju pertumbuhan PDB
sebesar 4,92 persen dan inflasi pada posisi 9,35 persen. Sejak tahun 2000 hingga 2003
pertumbuhan ekonomi secara agregat terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal itu bisa
bermakna sebagai awal berjalannya proses pemulihan ekonomi setelah krisis yang
membuat PDB merosot sampai minus 13,13 persen di tahun 1998 dengan inflasi hingga
.id
mencapai 77,63 persen.
.g
o
f. BPS telah menyusun Tabel Input-Output Indonesia 2000. Tabel I-O tersebut secara baku
dipakai sebagai basis penghitungan series PDB baik sektoral maupun penggunaan.
ta
.b
ps
Besaran PDB yang diturunkan dari Tabel I-O telah mengalami uji konsistensi pada tingkat
sektoral dengan mempertimbangkan kelayakan struktur permintaan maupun penawaran.
g. Dalam waktu dekat, penyusunan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) maupun Indeks
Konsumen
(IHK) akan
menggunakan
ko
Harga
tahun
2000
sebagai
tahun
dasar.
gs
a
Penyempurnaan metodologi dan cakupan komoditi akan menghasilkan series IHPB dan
://
la
n
IHK yang lebih akurat sebagai deflator dalam penghitungan PDB.
h. Ketersediaan data dasar sektor ekonomi baik harga maupun volume secara rinci tahun
2000, relatif lebih lengkap dan berkelanjutan dibandingkan tahun 1993. Hal itu
tp
dimungkinkan karena berbagai departemen/kementerian maupun instansi pemerintah
ht
lainnya ikut membangun statistik bagi keperluan perencanaan sektoral masing-masing.
Dengan dukungan data-data yang lebih lengkap dan terperinci serta konsisten,
diharapkan estimasi PDB dengan tahun dasar 2000 dapat disusun lebih akurat dan
konsisten.
i.
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sebagaimana tertuang dalam buku panduan “Sistem
Neraca Nasional” yang terbaru merekomendasikan bahwa estimasi PDB atas dasar harga
konstan sebaiknya dimutakhirkan secara periodik dengan menggunakan tahun referensi
yang berakhiran 0 dan 5. Hal ini juga sudah didukung oleh komitmen pimpinan kantor
statistik negara Asean pada tahun 2000 dengan maksud agar besaran angka-angka PDB
dapat saling diperbandingkan antar negara dan antar waktu guna keperluan analisis
kinerja perekonomian dunia.
Dengan demikian, pemutakhiran tahun dasar penghitungan PDRB dari tahun 1993 ke
tahun 2000 menjadi perlu dilakukan agar hasil estimasi PDRB sektoral maupun penggunaan
menjadi lebih realistis.
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
11
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Pendahuluan
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
12
o.
id
s.
g
ng
sa
ko
ta
.b
p
TINJAUAN EKONOMI
KOTA LANGSA
ht
tp
://
la
- Struktur Ekonomi
- Pertumbuhan Ekonomi
- Perkembangan Pendapatan Per Kapita
- Inflasi/Deflasi
Tinjauan Ekonomi Kota Langsa
BAB II
TINJAUAN EKONOMI KOTA LANGSA
2.1. Struktur Ekonomi
Struktur perekonomian menunjukkan besarnya kontribusi masing-masing sektor
ekonomi di suatu daerah. Dengan mengamati struktur perekonomian akan tampak seberapa
besar kekuatan ekonomi suatu negara atau daerah. Indikator makro semacam ini sangat
penting bagi pengambilan keputusan untuk menentukan arah dan sasaran kebijakan
pembangunan di masa yang akan datang.
.id
Pola kegiatan ekonomi Kota Langsa sejak tahun 2003 dapat dikatakan sama.
Kontribusi terbesar selalu disumbangkan oleh sektor tersier. Bahkan sampai tahun 2008
.g
o
kontribusi tersebut selalu lebih dari 50 persen dan secara umum cenderung meningkat. Pada
ta
.b
ps
tahun 2003 kontribusi sektor tersier di Kota Langsa mencapai 53,9 persen. Sampai lima
tahun berikutnya sektor ini semakin mengukuhkan dominasinya dalam perekonomian Kota
Langsa dengan kontribusi mencapai 57,43 persen.
ko
Apabila dilihat dari sektor-sektor pembentuk sektor tersier, maka diketahui bahwa
peranan paling besar, bahkan
gs
a
selama periode 2003 hingga 2008 sektor perdagangan, hotel, dan restoran mempunyai
dalam struktur ekonomi Kota Langsa secara keseluruhan.
://
la
n
Kontribusinya dalam kurun waktu tersebut pun cenderung meningkat dengan rata-rata
peningkatan 0,68 persen tiap tahunnya. Kontribusi tahun 2003 mencapai 25,20 persen dan
tp
terus meningkat menjadi 27,58 persen pada tahun 2008. Hal ini menunjukkan bahwa sektor
ht
perdagangan, hotel, dan restoran merupakan leading sector perekonomian wilayah tersebut.
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
13
Tinjauan Ekonomi Kota Langsa
Kontribusi terbesar kedua pada sektor tersier selama lima tahun terakhir diberikan
oleh sektor jasa-jasa. Apabila ditinjau dari struktur perekonomian Kota Langsa secara
keseluruhan, sektor jasa-jasa memberikan kontribusi terbesar ketiga setelah sektor
perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor industri pengolahan. Namun, selama lima
tahun terakhir kontribusi sektor ini cenderung meningkat. Dari 17,50 persen di tahun 2003
naik menjadi 18,02 persen di tahun 2008.
Pada tahun 2008 kontribusi sektor pengangkutan dan komunikasi sebagai bagian dari
sektor tersier sedikit meningkat dibanding tahun 2007, dari 8,15 persen menjadi 8,36
persen. Adapun sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan memiliki peranan yang
cenderung stabil terhadap perekonomian Langsa selama lima tahun terakhir. Kontribusinya
berkisar 3 persen.
.id
Kontribusi sektor sekunder menempati urutan kedua dalam perekonomian Kota
.g
o
Langsa. Namun, selama periode 2003 hingga 2008 peranan sektor sekunder cenderung stabil.
Nilainya berkisar pada angka 30 persen.
ta
.b
ps
Sektor industri pengolahan sebagai salah satu pembentuk sektor sekunder
mempunyai andil yang paling besar. Dalam perekonomian Kota Langsa sektor ini merupakan
kontributor terbesar ke dua setelah sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Namun,
ko
selama periode tahun 2003 sampai 2008 kontribusinya cenderung menurun. Kontribusi pada
gs
a
tahun 2003 sebesar 21,14 persen dan terus menurun sampai tahun 2007 menjadi 18,46
://
la
n
persen dan sedikit naik menjadi 18,55 persen pada tahun 2008.
31
ht
tp
Gambar 2.2 Perkembangan Kontribusi Sektor Sekunder
Terhadap Perekonomian Kota Langsa tahun 2003-2008
(Persen)
30.5
30
29.5
29
28.5
28
27.5
27
2003
2004
2005
2006
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
2007
2008
14
Tinjauan Ekonomi Kota Langsa
Pembentuk sektor sekunder yang lain adalah sektor listrik dan air bersih serta sektor
bangunan. Peranan sektor listrik dan air bersih terhadap perekonomian Kota Langsa selama
lima tahun terakhir kurang dari satu persen dan cenderung stabil. Besaran yang ditunjukkan
antara 0,47-0,48 persen. Bahkan kontribusi antara tahun 2007 dengan 2008 tidak berubah,
tetap 0,48 persen.
Sektor bangunan selama kurun waktu 2003 hingga 2008 cenderung meningkat,
meskipun terjadi penurunan di tahun 2004. Dimana pada tahun 2003 kontribusi sector ini
adalah sebesar 8,97 persen dan turun ditahun 2004 menjadi 8,82 persen tetapi kembali
meningkat menjadi 9,31 persen pada tahun 2008. Peningkatan ini sebagai konsekuensi logis
dari kestabilan sektor sekunder selama kurun waktu tersebut di mana dua sektor pembentuk
yang lain masing-masing cenderung turun dan stabil.
.id
Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, kontribusi sektor primer terhadap
.g
o
perekonomian Kota Langsa tetap menempati urutan ketiga dengan kecenderungan menurun.
Hal ini sesuai dengan wilayah yang berstatus kota di mana konversi lahan pertanian semakin
ta
.b
ps
lama semakin besar. Apabila pada tahun 2005 kontribusi sektor primer masih 15,12 persen,
maka pada tahun-tahun berikutnya menurun rata-rata 0,29 persen. Terakhir, yaitu pada
tahun 2008, kontribusi sektor primer terhadap perekonomian Kota Langsa sebesar 14,25
ko
persen. Atau dengan kata lain, selama empat tahun terakhir kontribusi sektor ini turun
://
la
n
gs
a
sekitar satu persen.
ht
16.00
tp
Gambar 2.3 Perkembangan Kontribusi Sektor Primer
Terhadap Perekonomian Kota Langsa tahun 2003-2008
(Persen)
15.50
15.00
14.50
14.00
13.50
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Sektor pertanian mempunyai andil terbesar dalam pembentukan sektor primer.
Bahkan, apabila dilihat dari struktur perekonomian Kota Langsa secara keseluruhan sektor
ini mempunyai andil yang cukup besar, yaitu menempati urutan ke empat setelah sektor
perdagangan, hotel, dan restoran, sektor industri pengolahan, serta sektor jasa-jasa,
meskipun dengan kecenderungan menurun. Fakta ini menunjukkan bahwa konversi lahan
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
15
Tinjauan Ekonomi Kota Langsa
pertanian yang terjadi sebagai konsekuensi dari wilayah yang berstatus kota memerlukan
perhatian lebih. Konversi yang terjadi harus diusahakan ke sektor-sektor produktif agar
perekonomian tetap stabil, bahkan meningkat.
Berbeda dengan sektor pertanian, kontribusi sektor pertambangan dan penggalian
sebagai bagian dari sektor primer sangat kecil dan juga cenderung stabil. Kontribusi yang
diberikan terhadap perekonomian Kota Langsa sebesar 0,40 persen pada tahun 2003 dan tiga
tahun kemudian, pada tahun 2008 menunjukkan besaran yang sedikit menurun yaitu 0,39
persen.
Tabel 2.1
Peranan Sektor Ekonomi dalam PDRB Kota Langsa Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Sektor, 2003-2008 (persen)
2003
2004
2005
2006
2007r)
2008*)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
ta
.b
ps
.g
o
.id
Sektor
15,52
15,46
15,12
14,93
14,53
14,25
1. Pertanian
15,12
15,06
14,72
14,54
14,15
13,86
2. Pertambangan & Penggalian
0,40
0,40
0,40
0,39
0,38
0,39
30,58
29,99
29,06
28,8
28,23
28,24
21,14
20,70
19,74
19,32
18,46
18,55
0,47
0,47
0,47
0,46
0,48
0,48
8,97
8,82
8,85
9,02
9,29
9,31
53,90
25,00
54,54
25,06
55,82
56,24
57, 25
57,43
25,68
26,22
26,98
27,58
7. Pengangkutan & Komunikasi
8,15
8,12
8,37
8,32
8,50
8,36
8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
3,25
3,35
3,42
3,42
3,48
3,47
17,50
18,01
18,35
18,28
18,29
18,02
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
ko
Primer
gs
a
Sekunder
4. Listrik & Air Minum
tp
5. Bangunan/Konstruksi
://
la
n
3. Industri Pengolahan
ht
Tersier
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
9. Jasa-jasa
PDRB
Ket: r) Angka Revisi
*) Angka Sementara
Berdasarkan struktur perekonomian yang terbentuk sepanjang periode 2003 hingga
2008, maka semakin mengukuhkan Kota Langsa sebagai kota perdagangan dan jasa dengan
kontribusi kelompok sektor tersier mencapai lebih dari 50 persen. Kontribusi yang telah
diberikan oleh masing-masing kelompok sektor tentunya harus lebih dioptimalkan, meskipun
nantinya optimalisasi kontribusi ini tentunya akan sangat tergantung pada kinerja ekonomi
masing-masing sektor di tahun-tahun yang akan datang.
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
16
Tinjauan Ekonomi Kota Langsa
Gambar2.4 Struktur Perekonomian Kota Langsa tahun 2008
(Persen)
Keuangan,Persewa Angkutan &
Komunikasi , 8.36
an & Jasa
Perusahaan, 3.47
Perdagangan,Hotel
& Restoran, 27.58
Jasa-jasa, 18.02
Bangunan, 9.31
Pertanian, 13.86
.id
Industri
Pengolahan, 18.55
Listrik & Air, 0.48
ko
ta
.b
ps
.g
o
Pertambangan &
Penggalian, 0.39
gs
a
2.2. Pertumbuhan Ekonomi
://
la
n
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan salah satu ukuran kinerja
pembangunan daerah khususnya di bidang perekonomian. Pertumbuhan ekonomi ini dapat
dilihat dari laju pertumbuhan PDRB atas harga konstan, yaitu dengan menghilangkan faktor
tp
perubahan harga (inflasi) dan menggunakan faktor pengali harga konstan (at constant price
ht
inflation factor) sehingga diperoleh gambaran peningkatan produksi secara makro.
Sesuai dengan panduan dari “The System of National Accounts 1993 (SNA)”,
pembagian nilai pertumbuhan ekonomi untuk negara Indonesia dibagi ke dalam dua bagian,
yaitu pertumbuhan PDRB Dengan Migas dan Tanpa Migas. Dengan demikian, maka nilai
pertumbuhan PDRB Kota Langsa dengan dan tanpa migas adalah sama karena kegiatan sub
sektor pertambangan dan industri pengolahan migas tidak ada di kota ini.
Sepanjang kurun waktu 2003 hingga 2008 perekonomian Kota Langsa menunjukkan
pertumbuhan yang positif dengan level berbeda-beda. Pada tahun 2004 pertumbuhan
ekonomi kota ini, mencapai 4,17 persen. Hal ini mengindikasikan kinerja pembangunan
daerah yang semakin baik. Namun, tahun 2005 dan 2006 pertumbuhan ekonomi mengalami
penurunan, namun masih menunjukkan angka positif. Ada kemungkinan beberapa sektor
mengalami kejenuhan produksi pada dua tahun tersebut. Selain itu, penurunan tersebut
sedikit banyak merupakan dampak dari bencana tsunami yang melanda Aceh dan Nias di
penghujung
tahun
2004.
Pada
tahun
2007
perekonomian
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
Kota
Langsa
kembali
17
Tinjauan Ekonomi Kota Langsa
memperlihatkan kemajuan dengan meningkatnya kembali pertumbuhan ekonomi. Dengan
kata lain, kinerja pembangunan daerah mengalami kemajuan-kemajuan yang sangat berarti.
Pada tahun 2007 tingkat pertumbuhan riil sektor ekonomi Kota Langsa sebesar 3,93
persen, lebih tinggi dari angka 2006 yang mencapai angka 3,66 persen. Hal ini
menggambarkan peningkatan nilai produksi secara makro pada tahun 2007 lebih besar
dibandingkan tahun 2006. Di tahun 2008 perekonomian Kota Langsa semakin menunjukkan
kemajuan dengan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi menjadi 4,33 persen. Empat
sektor utama yang menjadi sumber pertumbuhan ekonomi tersebut adalah sektor
perdagangan, hotel, dan restoran yang menyumbang 1,85 persen, sektor industri pengolahan
menyumbang 1,01 persen, sektor jasa-jasa menyumbang 0,45 persen, dan sektor bangunan
.g
o
.id
menyumbang 0,41 persen.
ta
.b
ps
Gambar 2.5 Perkembangan Pertumbuhan
Ekonomi
Kota Langsa tahun 2003-2008
ko
4.17
3.93
gs
a
3.92
3.66
2004
2005
2006
2007
2008
ht
2003
tp
://
la
n
3.69
4.33
Apabila dilihat secara sektoral, pada tahun 2008 pertumbuhan tertinggi terjadi pada
sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 6,71 persen. Pertumbuhan sektor ini
cenderung meningkat selama periode tahun 2003 hingga 2008. Hanya pada tahun 2005
sempat mengalami penurunan menjadi 4,31 persen. Salah satu penyebabnya adalah bencana
tsunami yang menjadikan kegiatan perdagangan, hotel, dan restoran sempat lesu. Namun,
tiga tahun berikutnya menunjukkan peningkatan kembali. Kondisi ini menunjukkan adanya
perbaikan kinerja pada sektor tersebut. Selain itu, hal tersebut sejalan dengan kenyataan
bahwa sektor perdagangan, hotel, dan restoran mempunyai andil terbesar dalam
perekonomian Kota Langsa dengan kecerendungan meningkat tiap tahunnya.
Sektor pertambangan dan penggalian menempati posisi kedua dengan pertumbuhan
tercatat sebesar 6,18 persen. Angka ini menunjukkan peningkatan dibanding tahun
sebelumnya sebesar 6,10 persen. Walaupun pertumbuhannya tinggi, namun tidak mampu
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
18
Tinjauan Ekonomi Kota Langsa
mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi Kota Langsa. Ini menunjukan suatu sektor belum
tentu dapat mendorong pertumbuhan ekonomi secara total walaupun pertumbuhannya
relatif tinggi. Besar kecilnya kontribusi sektor tersebut terhadap perekonomian secara total
juga menjadi faktor yang berpengaruh. Apabila kontribusinya besar, maka pertumbuhan
suatu sektor yang relatif tinggi akan sangat mendongkrak pertumbuhan ekonomi secara
total.
2003
2004
2005
2006
2007r)
2008*)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1. Pertanian
2,23
2,86
0,82
1,74
1,87
1,96
2. Pertambangan dan Penggalian
2,64
3,86
3,33
5,66
6,10
6,18
3. Industri Pengolahan
2,22
3,26
3,76
3,73
4,75
4. Listrik dan Air Minum
5,19
1,86
2,14
4,29
4,74
4,80
5. Bangunan
4,61
5,22
4,34
3,84
4,19
4,46
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
5,19
5,58
4,31
5,82
6,27
6,71
4,49
4,58
3,79
8,61
2,83
2,54
2,28
8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
8,03
6,51
4,28
2,31
4,59
3,81
9. Jasa-jasa
2,88
13,52
2,89
2,18
2,30
2,60
3,69
4,17
3,92
3,66
3,93
4,33
gs
a
ht
Ket: ) Angka Revisi
*) Angka Sementara
tp
PDRB
r
://
la
n
7. Pengangkutan dan Komunikasi
ko
ta
.b
ps
.g
o
Sektor
.id
Tabel 2.2
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Langsa Menurut Sektor, 2003–2008 (persen)
Pertumbuhan sektoral tahun 2008 yang relatif tinggi juga dialami sektor listrik dan
air bersih, sektor industri pengolahan, dan sektor bangunan, yaitu masing-masing sebesar
4,80 persen, 4,75 persen, dan 4,46 persen. Ketiga angka petumbuhan tersebut mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya. Khusus sektor industri pengolahan, peningkatan
tersebut cukup signifikan karena pertumbuhan pada tahun 2007 sebesar 3,73 persen.
Pertumbuhan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan cukup fluktuatif.
Pada tahun 2003 mengalami penurunan sampai tahun 2006. Kemudian beranjak naik menjadi
2,31 persen di tahun 2007 dan tahun 2008 kembali sedikit turun, menjadi 3,81 persen.
Artinya, tidak ada percepatan peningkatan kinerja di sektor ini pada tahun 2008.
Sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa mengalami pertumbuhan
sekitar 2 persen pada tahun 2008. Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami
perlambatan dalam pertumbuhannya. Pertumbuhan tahun 2007 sebesar 2,54 persen sedikit
turun menjadi 2,28 persen pada tahun 2008. Sektor ini juga hanya menyumbang 0,17 persen
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
19
Tinjauan Ekonomi Kota Langsa
terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Langsa secara total. Sebaliknya, sektor jasa-jasa
mengalami percepatan dalam pertumbuhannya. Pertumbuhan tahun 2007 sebesar 2,30
persen naik menjadi 2,60 persen di tahun 2008.
Sektor pertanian yang mempunyai andil cukup besar dalam perekonomian Kota
Langsa juga mengalami percepatan dalam pertumbuhannya selama tiga tahun terakhir,
meskipun relatif kecil. Apabila pada tahun 2006 pertumbuhannya sebesar 1,74 persen, maka
pada tahun 2007 naik menjadi 1,87 persen dan kembali naik menjadi 1,97 persen di tahun
2008. Sektor ini menyumbang 0,26 persen terhadap pertumbuhan total. Penyumbang
terbesar adalah subsektor tanaman perkebunan, yaitu 0,12 persen.
.id
2.3. Pendapatan Per Kapita
.g
o
Pendapatan per kapita menunjukkan besarnya pendapatan yang dapat dinikmati oleh
ta
.b
ps
setiap penduduk secara rata-rata. Produk Domestik Regional Bruto per kapita merupakan
hasil bagi antara PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun, sedangkan Pendapatan
Regional per kapita diperoleh dari hasil bagi antara Produk Domestik Regional Neto (PDRN)
ko
atas biaya faktor produksi (PDRB yang telah dikurangi penyusutan dan pajak tak langsung)
dengan penduduk pertengahan tahun. Peningkatan jumlah penduduk dan besarnya PDRB
gs
a
suatu daerah sangat menentukan besar PDRB per kapita daerah tersebut. Atau dengan kata
://
la
n
lain, dengan melihat pertumbuhan ekonomi dan laju pertumbuhan penduduk dapat dilihat
peningkatan dalam pendistribusian PDRB per kapita maupun pendapatan regional per kapita.
Angka pendapatan per kapita lazim digunakan sebagai salah satu indikator untuk
ht
tp
melihat tingkat kesejahteraan penduduk. Namun, hal ini perlu diinterpretasikan secara hatihati karena angka ini belum memperhitungkan net factor income, yaitu selisih antara
income out flow dengan income in flow.
Sepanjang kurun waktu 2003 sampai 2008 pendapatan per kapita Kota Langsa
cenderung meningkat. Pendapatan per kapita 2008 Kota Langsa atas dasar harga berlaku
mencapai Rp 9.036.847,-. Nilai tersebut meningkat apabila dibandingkan tahun sebelumnya
sebesar Rp 8.132.397,-.
Adapun atas dasar konstan 2000, pendapatan per kapita Kota Langsa juga selalu
meningkat selama lima tahun terakhir. Tahun 2008 pendapatan per kapita atas dasar harga
konstan 2000 sebesar RP 5.483.454,-. Besaran tersebut naik sekitar 4 persen apabila
dibandingkan tahun 2007 sebesar Rp 5.268.332,-.
Di sisi lain, belenggu kemiskinan masih menjerat hampir separuh penduduk Langsa.
Merujuk garis kemiskinan yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik yakni 175 ribu rupiah
per orang per bulan, seharusnya dengan pendapatan per kapita 9 juta rupiah atau sekitar
753 ribu rupiah per bulan dapat dikatakan bahwa tidak ada penduduk miskin di Langsa.
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
20
Tinjauan Ekonomi Kota Langsa
Dengan kata lain, distribusi pendapatan di daerah ini masih belum dapat dinikmati secara
merata oleh seluruh penduduk Kota Langsa.
ADHK 2000
Nilai (Rupiah)
Nilai (Rupiah)
(1)
(2)
(3)
2003
6.024.534
4.812.011
2004
6.412.027
4.828.018
2005
6.897.700
2006
7.516.133
2007r)
8.132.397
5.219.526
2008*)
9.036.847
5.435.535
.g
o
5.073.009
://
la
n
ht
tp
Ket: r) Angka Revisi
*) Angka Sementara
4.930.091
gs
a
ta
.b
ps
Tahun
.id
ADHB
ko
Tabel 2.3
Pendapatan Per Kapita Kota Langsa, 2003–2008
Gambar 2.6 Pendapatan Per Kapita Kota Langsa
Tahun 2003-2008
10000000
9000000
8000000
7000000
6000000
5000000
4000000
3000000
2000000
1000000
0
2003
2004
2005
ADHB
2006
2007
2008
ADHK
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
21
Tinjauan Ekonomi Kota Langsa
2.4. Inflasi/Deflasi
Inflasi merupakan salah satu indikator makro seperti halnya pertumbuhan ekonomi
dan tingkat pengangguran. Inflasi dapat didefinisikan sebagai kenaikan tingkat harga yang
terjadi secara terus-menerus dalam periode tertentu. Dalam menganalisis perekonomian
suatu negara atau daerah, masalah inflasi sering menjadi topik yang banyak dibicarakan.
Fluktuasi angka inflasi menggambarkan seberapa besar gejolak ekonomi terutama harga,
yang terjadi di suatu negara atau daerah dan seberapa jauh pengaruhnya terhadap
kemampuan daya beli masyarakat.
Lebih jelasnya, masalah inflasi dapat menimbulkan efek atau akibat yang buruk
.id
kepada masyarakat. Akibat buruk yang paling nyata ialah kemerosotan pendapatan riil yang
diterima masyarakat. Pendapatan pekerja-pekerja tidak selalu mengalami perubahan untuk
.g
o
menyesuaikan dengan keadaan inflasi. Dengan demikian, inflasi akan menurunkan
ta
.b
ps
pendapatan riil dari pekerja-pekerja yang berpendapatan tetap yang kerap kali merupakan
sebagian besar dari angkatan kerja dalam perekonomian. Ini merupakan salah satu alasan
penting yang menyebabkan masalah inflasi perlu dihindari.
ko
Dengan menggunakan pertumbuhan dari PDRB deflator diperoleh indikator inflasi
gs
a
indeks harga implisit. Data tingkat perkembangan harga dari PDRB dapat tercermin dari
perubahan indeks harga implisit. Indeks ini merupakan perbandingan antara PDRB Riil
://
la
n
dengan PDRB Nominal. Peningkatan indeks harga implisit menunjukkan kenaikan harga
barang dan jasa, demikian sebaliknya. Perubahan indeks harga implisit dari PDRB merupakan
tp
gambaran dari peningkatan harga seluruh barang dan jasa dalam periode satu tahun. Angka
ht
ini mempunyai arti yang hampir sama dengan ukuran indeks harga konsumen (IHK), hanya
berbeda cakupannya.
Selama tahun 2003 hingga 2008, inflasi di Kota Langsa cukup fluktuatif, namun masih
bertahan pada angka satu digit tiap tahunnya. Tahun 2003 inflasi mencapai 6,90 persen dan
terus bergerak turun pada level 5,37 persen pada tahun 2005. Pada tahun 2006 inflasi Kota
Langsa naik sampai level 5,90 persen dan tahun 2007 inflasi turun menjadi 5,16 persen.
Turunnya angka inflasi tersebut mengindikasikan perekonomian Kota Langsa tahun 2007
kembali stabil. Namun, di tahun 2008 inflasi kembali naik menembus level 6,71 persen.
Secara sektoral, pada tahun 2008 sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami
inflasi tertinggi sebesar 7,03 persen. Inflasi sektor pertanian menempati urutan kedua
sebesar 6,95 persen. Setelah dua sektor tersebut, secara berturut-turut diikuti oleh inflasi
sektor jasa-jasa sebesar 6,93 persen, inflasi sektor Bangunan/kontruksi 6,80 persen, inflasi
sektor industri pengolahan 6,78 persen, inflasi sektor listrik dan air minum 6,75 persen,
inflasi sektor pertambangan dan penggalian 6,69 persen, inflasi sektor perdagangan, hotel,
dan restoran 6,65 persen.
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
22
Tinjauan Ekonomi Kota Langsa
Sektor
2003
2004
2005
2006
2007r)
2008*)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1. Pertanian
7,10
7,02
6,16
6,57
4,35
6,95
2. Pertambangan Dan Penggalian
8,53
6,47
6,15
1,29
0,69
6,69
3. Industri Pengolahan
4,92
4,77
-0,07
3,56
0,65
6,78
4. Listrik Dan Air Minum
7,42
8,51
7,58
4,10
7,85
6,75
5. Bangunan/Kontruksi
5,90
3,18
5,30
7,82
7,94
6,80
6. Perdagangan, Hotel Dan Restoran
5,05
4,93
7,56
5,92
5,79
6,65
15,79
6,12
3,82
6,20
8,84
7,03
8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
8,08
7,05
.id
Tabel 2.4
Indikator Inflasi Indeks Harga Implisit Menurut Sektor, 2003-2008 (persen)
7,44
6,28
6,73
9. Jasa-Jasa
8,46
9,83
8,40
7,04
6,85
6,93
6,90
6,07
5,37
5,90
5,16
6,71
ta
.b
ps
LANGSA
gs
a
ko
Ket: r) Angka Revisi
*) Angka Sementara
7,16
.g
o
7. Pengangkutan Dan Komunikasi
tp
ht
18.00
16.00
14.00
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
://
la
n
Gambar 2.7 Laju Inflasi Sektoral Kota Langsa
Tahun 2003 dan 2008 (Persen)
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
2003
2008
23
o.
id
la
Sektor Pertanian
Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor Industri Pengolahan
Sektor Listrik dan Air Bersih
Sekktor Bangunan
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan
- Sektor Jasa-Jasa
ht
tp
://
-
ng
sa
ko
ta
.b
p
s.
g
PERKEMBANGAN EKONOMI SEKTORAL
DAN PERANANNYA
Perkembangan Ekonomi Sektoral dan Peranannya
BAB III
PERKEMBANGAN EKONOMI SEKTORAL DAN PERANANNYA
Struktur perekonomian Kota Langsa secara sektoral selama kurun waktu tujuh tahun
terakhir menunjukan karakteristik sebagai kota jasa. Kegiatan perekonomian daerah ini
masih didominasi oleh kelompok sektor tersier. Kontribusi sektor ini selalu lebih dari 50
persen tiap tahunnya. Namun demikian, peranan sektor sekunder dan primer tidak dapat
diabaikan begitu saja. Peranan sektor sekunder
selama enam tahun terakhir cenderung
stabil dengan persentase sekitar 30 persen. Sedangkan sektor primer meskipun peranannya
cenderung menurun, namun sektor pertanian sebagai bagian dari sektor primer masih
.id
memegang peranan penting dalam perekonomian Kota Langsa. Secara lengkap tinjauan PDRB
.g
o
sektoral Kota Langsa selama kurun waktu 2003 hingga 2008 adalah sebagai berikut:
ta
.b
ps
3.1. Sektor Pertanian
Sumbangan sektor pertanian dalam pembentukan PDRB Kota Langsa masih
ko
menduduki peringkat ke empat walaupun terjadi penurunan konstribusi tiap tahunnya.
Sektor pertanian mencakup sub sektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan,
gs
a
peternakan, kehutanan, dan perikanan. Dari tahun ke tahun peranan sektor pertanian
://
la
n
terhadap perekonomian Kota Langsa semakin menurun. Berdasarkan harga berlaku, peranan
sektor agraris ini hanya mencapai 13,86 persen pada tahun 2008. Angka ini menurun apabila
dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 14,15 persen.
tp
Kontribusi keenam sub sektor pembentuk sektor pertanian terhadap perekonomian
ht
Kota Langsa menurun pada tahun 2008. Kontribusi tertinggi diberikan oleh sub sektor
perikanan sebesar 5,07 persen. Kontribusi sub sektor lainnya secara berurutan adalah sub
sektor perkebunan sebesar 3,62 persen, sub sektor peternakan 2,59 persen, kemudian
tanaman bahan makanan 2,46 persen, dan terakhir sub sektor kehutanan sebesar 0,13
persen.
Dilihat dari sisi pertumbuhan, sektor pertanian selama kurun waktu 2003-2008 belum
mampu menunjukan kinerja yang menggembirakan dengan pertumbuhan di bawah 3 persen.
Pada tahun 2008, sektor pertanian tumbuh sebesar 1,96 persen, sedikit lebih tinggi
dibanding pertumbuhan tahun 2007 yang mencapai 1,87 persen. Penyumbang utama
pertumbuhan tersebut adalah sub sektor tanaman perkebunan sebesar 0,90 persen dan sub
sektor perikanan sebesar 0,52 persen.
Sampai tahun 2007 tingkat harga produk pertanian Kota langsa cukup stabil. Hal ini
ditunjukkan oleh laju inflasi yang cenderung menurun antar kurun waktu. Namun, pada
tahun 2008 terjadi gejolak harga produk sektor ini yang ditandai dengan naiknya laju inflasi
dari 4,35 persen menjadi 6,95 persen. Inflasi tertinggi terjadi pada sub sektor kehutanan
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
25
Perkembangan Ekonomi Sektoral dan Peranannya
sebesar 8,79 persen diikuti sub sektor tanaman bahan makanan sebesar 7,02 persen.
Sedangkan inflasi terendah terjadi pada sub sektor tanaman perkebunan sebesar 6,87
persen.
Tabel 3.1
Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian
Menurut Sub Sektor, 2003-2008 (persen)
2006
r
Uraian
2003
2004
2005
(1)
(2)
(3)
(4)
1.1. Tanaman Bahan Makanan
2,80
2,81
2,76
2,70
2,53
2,46
1.2. Tanaman Perkebunan
3,83
3,82
3,79
3,76
3,64
3,62
1.3. Peternakan
2,72
2,76
2,68
2,65
2,65
2,59
1.4. Kehutanan
0,15
0,15
0,15
0,14
0,13
0,13
1.5. Perikanan
5,61
5,35
5,35
5,28
5,20
5,07
15,12
15,06
14,72
14,54
14,15
13,86
2,54
3,05
3,91
1,34
1,24
1,15
1,30
3,26
1,71
3,14
3,27
3,41
2,74
2,57
2,07
1,71
1,76
1,78
-1,10
-0,25
-39,25
-1,72
1,76
-1,33
2,54
2,72
-1,02
1,02
1,23
1,44
2,23
2,86
0,82
1,74
1,86
1,97
(5)
2007 )
2008*)
(6)
(7)
2.1. Tanaman Bahan Makanan
tp
ht
2.5. Perikanan
://
la
n
2.2. Tanaman Perkebunan
gs
a
2. Pertumbuhan
2.4. Kehutanan
.g
o
ta
.b
ps
ko
Kontribusi Sektor Pertanian
2.3. Peternakan
.id
1. Kontribusi
Pertumbuhan Sektor Pertanian
Ket: r) Angka Revisi
*) Angka Sementara
Gambar 3.1 Laju Inflasi Sektor Pertanian Tahun 2003-2008
(Persen)
8.00
7.10
7.00
7.02
6.95
6.57
6.16
6.00
5.00
4.35
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
2003
2004
2005
2006
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
2007
2008
26
Perkembangan Ekonomi Sektoral dan Peranannya
3.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan pengalian merupakan sektor yang paling rendah
sumbangannya-kurang dari 1 persen-terhadap perekonomian Langsa. Selama kurun waktu
2003 hingga 2008 kontribusi yang diberikan sektor ini relatif stagnan, yaitu 0,4 persen.
Ketiadaan sumberdaya pertambangan terutama minyak dan gas yang dapat dieksploitasi
menyebabkan sektor ini belum mampu berbuat banyak terhadap perekonomian Kota Langsa.
Sehingga besaran PDRB sektor ini otomatis ditentukan oleh dua sub sektor saja, yaitu sub
sektor penggalian dan sub sektor penggaraman.
Akan tetapi, ada satu hal yang patut diperhitungkan dari sektor pertambangan dan
penggalian. Sektor ini memiliki produktivitas yang sangat baik. Terlihat dari laju
.id
pertumbuhannya yang terus mengalami percepatan selama periode 2003-2008. Pada tahun
2003 sektor ini mencatat pertumbuhan sebesar 2,64 persen dan tahun 2004 mengalami
.g
o
akselerasi menjadi sekitar 3,86 persen. Meski sempat turun di tahun 2005, namun
ta
.b
ps
pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian terus memperlihatkan peningkatan yang
pesat hingga mencapai 6,18 persen di tahun 2008. Angka yang cukup tinggi untuk ukuran
ko
pertumbuhan ekonomi.
tp
ht
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
://
la
n
gs
a
Gambar 3.2 Pertumbuhan dan Laju Inflasi sektor
Pertambangan dan Penggalian Tahun 2003-2008 (Persen)
2003
2004
2005
Pertumbuhan
2006
2007
Laju Inflasi
2008
Harga produk sektor pertambangan dan penggalian dari tahun 2003 sampai tahun
2007 mengalami penstabilan yang sangat berarti. Hal ini ditunjukkan dengan laju inflasi
2003 sebesar 8,53 persen dapat ditekan sampai 0,69 persen pada tahun 2007. Namun, sama
halnya dengan sektor pertanian, harga produk sektor pertambangan dan penggalian juga
mengalami kenaikan di tahun 2008. Laju inflasi sektor ini mengalami kenaikan drastis dari
tahun sebelumnya dan mencapai 6,69 persen.
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
27
Perkembangan Ekonomi Sektoral dan Peranannya
3.3.
Sektor Industri Pengolahan
Kontribusi sektor industri pengolahan selama enam tahun terakhir cukup fluktuatif,
namun cenderung menurun. Pada tahun 2003, peranan sektor industri pengolahan dalam
perekonomian Langsa mencapai 21,32 persen dan kemudian sedikit naik pada tahun
berikutnya
menjadi
21,62
persen.
Tiga
tahun
berikutnya
kontribusi
sektor
ini
memperlihatkan penurunan sampai level 19,17 persen di tahun 2007. Perbaikan kinerja
sektor industri pengolahan di tahun 2008 belum terlalu terasa karena kenaikan kontribusi
sektor ini tidak signifikan, hanya 0,06 persen.
Sejalan dengan kontribusinya, pertumbuhan sektor industri pengolahan juga cukup
fluktuatif. Dari tahun 2003 sampai tahun 2005 pertumbuhan sektor ini menunjukkan grafik
.id
naik, yaitu dari 2,22 persen menjadi 4,49 persen. Dua tahun berikutnya mengalami
penurunan hingga menjadi 3,73 persen di tahun 2007. Perbaikan kinerja ditunjukkan sektor
.g
o
ini dengan capaian angka pertumbuhan 4,75 persen di tahun 2008. Dengan kata lain, pada
ta
.b
ps
tahun tersebut telah terjadi peningkatan produktivitas sektor industri pengolahan yang
ko
cukup signifikan.
gs
a
Gambar 3.3 Pertumbuhan dan Laju Inflasi Sektor Industri
Pengolahan Tahun 2003-2008 (Persen)
://
la
n
8
7
tp
6
4
Pertumbuhan
ht
5
Laju Inflasi
3
2
1
0
-1
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Sektor industri pengolahan diharapkan akan saling menopang dengan sektor lainnya,
seperti sektor bangunan dan sektor perdagangan. Beberapa produk sektor industri
merupakan input bagi sektor bangunan, seperti industri batu bata, genteng, papan, teralis
dan lain sebagainya. Sebaliknya, sektor bangunan sendiri merupakan penunjang sektor
industri dalam penyiapan daya saing dan daya dukung infrastruktur ekonomi. Oleh karena
itu, ke depan kestabilan harga dalam sektor industri pengolahan harus tetap diperhatikan.
Sampai tahun 2007 kestabilannya cukup terjaga, ditunjukkan dengan laju inflasi sektor
industri pengolahan yang cenderung menurun. Namun, tahun 2008 terjadi gejolak kenaikan
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
28
Perkembangan Ekonomi Sektoral dan Peranannya
harga yang signifikan. Inflasi pada tahun tersebut mencapai 6,78 persen, padahal tahun
sebelumnya hanya 0,65 persen.
3.4.
Sektor Listrik, Gas, dan Air Minum
Selain sebagai sektor penunjang kegiatan ekonomi dan infrastruktur yang mendorong
aktivitas produksi, sektor listrik, gas, dan air minum juga berperan memenuhi kebutuhan
masyarakat. Meskipun demikian, sumbangan nilai tambah sektor ini dalam pembentukan
nilai tambah perekonomian Kota Langsa secara keseluruhan termasuk yang paling rendah
dibanding dengan sektor lain. Selama kurun waktu 2003 hingga 2008 sektor ini memberikan
sumbangan relatif stabil dalam kisaran angka 0,47 hingga 0,48 persen. Di tahun 2008, sektor
.id
listrik dan air minum mengalami pertumbuhan sebesar 4,80 persen, naik bila dibanding
dengan tahun 2007 yang tumbuh 4,74 persen.
.g
o
Sebagian besar kontribusi yang diberikan sektor ini berasal dari sub sektor listrik dan
ta
.b
ps
hanya sebagian kecil saja dari sub sektor air minum. Adapun sub sektor gas tidak terdapat di
wilayah ini sehingga nilainya nol. Sub sektor listrik pada tahun 2008 sangat sedikit
mengalami peningkatan pertumbuhan, hanya sebesar 0,06 persen dari tahun 2007 sebesar
ko
4,88 persen. Demikian juga dengan sub sektor air minum, hanya meningkat 0,05 persen dari
gs
a
3,84 persen di tahun 2007.
2008*)
(6)
(7)
2004
2005
(2)
(3)
(4)
0,40
0,40
0,40
0,39
0,41
0,41
-
-
-
-
-
-
1.3. Air Minum
0,07
0,07
0,07
0,07
0,07
0,07
Kontribusi Total
0,47
0,47
0,47
0,46
0,48
0,48
5,87
1,88
2,29
4,53
4,88
4,94
-
-
-
-
-
-
2.3. Air Minum
1,09
1,75
1,19
2,73
3,84
3,89
Pertumbuhan Total
5,19
1,86
2,14
4,29
4,74
4,80
ht
(1)
2006
2007r)
2003
tp
Uraian
://
la
n
Tabel 3.2
Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektor Listrik, Gas, dan Air Minum
Menurut Sub Sektor, 2003-2008 (persen)
(5)
1. Kontribusi
1.1. Listrik
1.2. Gas
2. Pertumbuhan
2.1. Listrik
2.2. Gas
Ket: r) Angka Revisi
*) Angka Sementara
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
29
Perkembangan Ekonomi Sektoral dan Peranannya
Tahun 2003 laju inflasi sektor listrik, gas, dan air minum berkisar pada angka 7,42
persen. Tahun 2004 naik menjadi 8,51 persen, namun kemudian bergerak turun sampai
tahun 2006 menjadi 4,10 persen. Laju inflasi sektor ini naik kembali pada tahun 2007
menjadi 7,85 persen. Tahun 2008 meskipun masih cukup tinggi, namun laju inflasi sektor
ini turun menjadi 6,75 persen. Fluktuasi ini menunjukkan bahwa sektor listrik, gas, dan
air minum cukup rentan terhadap perubahan harga-harga. Fenomena ini tidak terlepas
dari kebijakan pemerintah berupa kenaikan tarif dasar listrik (TDL) secara bertahap
selama kurun waktu tersebut.
.g
o
.id
Gambar 3.4 Laju Inflasi Sektor Listrik,Gas, dan Air
Minum Tahun 2003-2008 (Persen)
://
la
n
2004
2005
2006
2007
2008
3.5.
ht
tp
2003
gs
a
ko
ta
.b
ps
9.00
8.00
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
Sektor Bangunan
Kontribusi yang diberikan oleh sektor bangunan terhadap perekonomian Kota Langsa
cukup signifikan dan menempatkannya pada posisi enam besar sektor penentu. Pola
perkembangannya cenderung meningkat. Pada tahun 2003 sektor bangunan menyumbang
8,97 persen terhadap PDRB Langsa. Kontribusi ini enam tahun berikutnya terus meningkat
dan menjadi 9,31 persen di tahun 2008.
Meskipun dengan kontribusi yang terus meningkat, namun setelah tahun 2004
pertumbuhan sektor bangunan sempat mengalami penurunan. Kondisi ini terjadi sampai
tahun 2006 di mana angka pertumbuhan menjadi 3,84 persen. Produktivitas sektor bangunan
kembali membaik di tahun 2007 dengan angka petumbuhan 4,19 persen. Perbaikan tersebut
berlanjut sampai tahun 2008 di mana sektor ini menghasilkan pertumbuhan sebesar 4,46
persen. Sebuah kinerja yang membanggakan dari sektor bangunan, meskipun belum
melampaui angka pertumbuhan tahun 2004 sebesar 5,22 persen.
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
30
Perkembangan Ekonomi Sektoral dan Peranannya
Angka pertumbuhan tertinggi sektor bangunan di tahun 2004 tersebut berkaitan
dengan laju inflasi pada saat itu yang merupakan inflasi terendah selama kurun waktu 20032008, yaitu sebesar 3,18 persen. Adapun trend inflasi sektor bangunan cukup fluktuatif. Dari
2003 ke 2004 inflasi turun, namun kemudian bergerak naik sampai menembus level 7,94
3.6.
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
persen di tahun 2007. Tahun 2008 kembai turun yaitu 10,02 persen.
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
tp
Selama tahun 2003 hingga 2008 kontribusi nilai tambah bruto sektor ini menunjukan
ht
trend meningkat. Andil sektor ini pada tahun 2003 dan 2004 mencapai 25,00 dan 25,06
persen. Kemudian meningkat menjadi 25,68 persen pada tahun 2005 dan 26,22 persen di
tahun 2006. Kontribusi sektor ini terhadap perekonomian Kota Langsa terus meningkat
sampai 2008, yaitu sebesar 27,58 persen. Hal ini semakin mengukuhkan bahwa sektor
perdagangan, hotel, dan restoran memiliki andil paling besar dalam pembentukan
perekonomian Kota Langsa.
Apabila dilihat per sub sektor, hampir seluruh kontribusi sektor perdagangan, hotel,
dan restoran disumbang oleh sub sektor perdagangan. Kontribusi sub sektor ini juga
menunjukkan trend yang sama dengan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Artinya,
kontribusi sub sektor yang lain relatif stabil. Selama kurun waktu enam tahun peranan sub
sektor perdagangan mengalami peningkatan sekitar 3 persen, yaitu tahun 2003 sebesar
23,86 persen menjadi 26,46 persen di tahun 2008.
Kontribusi sub sektor lainnya, yakni sub sektor hotel dan sub sektor restoran/rumah
makan relatif kecil terhadap perekonomian Langsa. Dari tahun 2003 hingga 2008 sumbangan
sub sektor hotel realtif stabil, yaitu 0.09 persen. Sedangkan sumbangan sub sektor
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
31
Perkembangan Ekonomi Sektoral dan Peranannya
restoran/rumah makan berkisar antara 1,02 persen hingga 1,05 persen sepanjang kurun
waktu terebut.
Tabel 3.3
Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Menurut Sub Sektor, 2003-2008 (persen)
Uraian
2003
2004
2005
2006
(1)
(2)
(3)
(4)
23,86
23,93
24,54
1.2. Hotel
0,09
0,09
1.3. Restoran
1,05
r
2007 )
2008*)
(6)
(7)
25,11
25,86
26,46
0,09
0,09
0,09
0,09
1,04
1,05
1,02
1,02
1,03
25,00
25,06
25,68
26,22
26,98
27,58
2.1. Perdagangan
5,25
5,66
4,33
5,88
6,32
6,77
2.2. Hotel
2,76
1,93
2,56
2,20
2,63
2,86
2.3. Restoran
3,79
3,77
4,00
4,71
5,09
5,47
Pertumbuhan Total
5,19
5,58
4,31
5,82
6,27
6,71
(5)
Kontribusi Total
gs
a
://
la
n
Ket: r) Angka Revisi
*) Angka Sementara
ko
ta
.b
ps
2. Pertumbuhan
.g
o
1.1. Perdagangan
.id
1. Kontribusi
Pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, dan restoran dalam kurun waktu enam
tp
tahun terakhir selalu menunjukkan peningkatan kecuali tahun 2005. Pada tahun tersebut
ht
pertumbuhan turun 0,83 persen dari pertumbuhan tahun sebelumnya. Salah satu
penyebabnya adalah bencana tsunami di akhir tahun 2004 yang melumpuhkan perekonomian
dan perlu waktu lama untuk menstabilkan kembali. Kota Langsa meskipun tidak terkena
bencana tersebut ikut juga merasakan dampak sosial ekonominya.
Pada tiga tahun terakhir dilihat dari angka pertumbuhan, sektor perdagangan, hotel,
dan restoran memperlihatkan peningkatan produktivitas. Setelah turun pada tahun 2005,
pertumbuhan sektor ini dapat mencapai 5,82 persen di tahun 2006 dan menembus level 6,71
persen pada tahun 2008. Angka pertumbuhan tersebut dapat dikatakan cukup tinggi.
Trend pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, dan restoran tersebut terkait dengan
inflasi yang terjadi pada sektor tersebut. Sesuai dengan trend pertumbuhan, maka trend
inflasi berlaku sebaliknya. Selama kurun waktu enam tahun terakhir inflasi tertinggi terjadi
pada tahun 2005 sebesar 7,56 persen, yaitu pada saat sektor tersebut memperlihatkan
pertumbuhan terendah.
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
32
Perkembangan Ekonomi Sektoral dan Peranannya
Gambar 3.6 Laju Inflasi Sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran Tahun 2003-2008 (Persen)
8
7
6
5
4
3
2
1
2004
2005
2006
2007
2008
3.7.
ta
.b
ps
.g
o
2003
.id
0
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
ko
Pengangkutan dan komunikasi memiliki peranan sebagai pendorong aktivitas di
gs
a
setiap sektor ekonomi. Dalam era globalisasi peranan sektor ini sangat vital dan menjadi
indikator kemajuan suatu daerah, terutama jasa telekomunikasi yang dapat menjadikan
://
la
n
dunia seolah-olah tanpa batas. Sub sektor pengangkutan memiliki peran sentral sebagai jasa
pelayanan bagi mobilitas penduduk dan juga perekonomian.
tp
Selama tahun 2003 hingga tahun 2008, sektor pengangkutan dan komunikasi tidak
ht
bergeser dari urutan keenam dalam struktur ekonomi. Pada tahun 2003 sektor ini
memberikan sumbangan 8,15 persen. Tahun 2004 peranan sektor pengangkutan dan
komunikasi sedikit meningkat menjadi 8,12 persen. Demikian pula pada tahun 2005
meningkat menjadi 8,37 persen. Namun, di tahun 2006 kontribusi sektor ini mengalami
sedikit penurunan yang tidak terlalu signifikan menjadi 8,32 persen. Tahun 2007
kontribusinya kembali meningkat menjadi 8,50 persen. Di tahun 2008 kontribusi tersebut
kembali mengalami penurunan menjadi 8.36 persen.
Sub sektor yang besar peranannya dalam pembentukan perekonomian Kota Langsa
adalah sub sektor pengangkutan jalan raya (darat), di mana pada tahun 2008 mencapai 4,44
persen. Situasi keamanan Aceh yang mulai kondusif, memperlancar arus transportasi darat
di daerah ini. Sub sektor lainnya, yakni komunikasi mampu memberikan kontribusi sebesar
3,32 persen, kemudian pengangkutan laut, sungai dan danau sebesar 0,39. Sedangkan
kontribusi sub sektor jasa penunjang angkutan terhadap struktur ekonomi Langsa masih
sangat rendah, yakni 0,21 persen.
Peningkatan kontribusi sektor pengangkutan dan komunikasi terhadap pembentukan
PDRB Kota Langsa tidak menjamin tingginya pertumbuhan sektor tersebut. Pada tahun 2008,
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
33
Perkembangan Ekonomi Sektoral dan Peranannya
pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi secara keseluruhan sebesar 2,28 persen.
Angka ini menurun bila dibandingkan tahun 2007 yang tumbuh sebesar 2,54 persen.
Perlambatan pertumbuhan sektor ini akibat terjadinya penurunan pada sub sektor
komunikasi dari 1,26 persen di tahun 2007 menjadi 0,11 persen di tahun 2008.
Tabel 3.4
Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Menurut Sub Sektor, 2003-2008 (persen)
Uraian
2003
2004
2005
2006
(1)
(2)
(3)
(4)
1.1. Pengangkutan Jln Raya
4,36
4,27
4,28
1.2. Pengangkutan Laut, Sungai,
0,42
0,41
0,42
-
-
1.4. Jasa Penunjang Angkutan
0,22
1.5. Komunikasi
Kontribusi Total
(5)
2007r)
2008*)
(6)
(7)
4,44
0,41
0,40
0,39
-
-
-
-
0,21
0,21
0,21
0,21
0,21
3,15
3,23
3,45
3,37
3,48
3,32
8,15
8,12
8,37
8,32
8,50
8,36
1,38
2,03
2,23
3,11
3,51
3,91
1,66
1,01
2,97
2,83
2,98
3,13
-
-
-
-
-
-
2.4. Jasa Penunjang Angkutan
1,16
2,41
2,26
4,38
4,90
5,42
2.5. Komunikasi
9,97
6,64
18,02
2,42
1,26
0,11
Pertumbuhan Total
4,58
3,79
8,61
2,83
2,54
2,28
://
la
n
2.1. Pengangkutan Jln Raya
gs
a
2. Pertumbuhan
ta
.b
ps
1.3. Pengangkutan Udara
2.2. Pengangkutan Laut, Sungai,
dan Danau
.g
o
dan Danau
ht
tp
2.3. Pengangkutan Udara
4,33
.id
4,45
ko
1. Kontribusi
Ket: r) Angka Revisi
*) Angka Sementara
Sub sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi tahun 2008 adalah sub sektor jasa
penunjang angkutan sebesar 5,42 persen. Angka ini lebih tinggi dari pertumbuhan tahun
2007, sebesar 4,90 persen. Kemudian diikuti oleh sub sektor pengangkutan jalan raya (darat)
yang juga tumbuh positif sebesar 3,91 persen. Berikutnya oleh sub sektor pengangkutan
laut, sungai, dan danau yang tumbuh sebesar 3,13 persen. Terakhir adalah sub sektor
komunikasi seperti disampaikan di atas.
Setelah mengalami inflasi dengan angka dua digit pada tahun 2003, inflasi sektor
pengangkutan dan komunikasi mulai tahun 2004 berangsur-angsur stabil. Inflasi terendah
terjadi tahun 2005, sebesar 3,82 persen, yaitu pada saat pertumbuhan sektor ini mencapai
angka tertinggi, 8,61 persen. Inflasi sektor pengangkutan dan komunikasi kembali naik
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
34
Perkembangan Ekonomi Sektoral dan Peranannya
sampai level 8,84 persen di tahun 2007. Namun, pada tahun 2008 inflasi turun menjadi 7,03
persen. Sayangnya dilihat dari angka pertumbuhan yang lebih rendah dari tahun 2007,
berarti turunnya laju inflasi ini tidak dibarengi dengan peningkatan produktivitas.
Gambar 3.7 Laju Inflasi Sektor Pengangkutan dan
Komunikasi Tahun 2003-2008 (Persen)
18
16
14
12
10
.id
8
.g
o
6
4
ta
.b
ps
2
0
2005
2006
2007
2008
Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
gs
a
3.8.
2004
ko
2003
://
la
n
Secara garis besar sektor ini terbagi atas empat kelompok kegiatan utama, yaitu
usaha perbankan dan moneter (otoritas moneter), lembaga keuangan bukan bank, jasa
tp
penunjang keuangan dan usaha persewaan bangunan, serta jasa perusahaan. Sektor ini
ht
disebut sebagai sektor finansial karena secara umum kegiatan utamanya berhubungan
dengan kegiatan pengelolaan keuangan yang berupa penyerapan dana dari masyarakat
maupun pengalirannya (penyaluran) kembali kepada masyarakat. Fungsi sektor ini terhadap
jalannya roda perekonomian sangat besar terutama dalam sisi pembiayaan pembangunan,
namun kontribusi yang diberikan terhadap pembentukan PDRB Langsa relatif masih sangat
kecil dan dari tahun ke tahun pertumbuhannya cukup lambat.
Kontribusi sektor ini selama enam tahun terakhir terhadap perekonomian Kota
Langsa tidak jauh berbeda tiap tahunnya. Mulai tahun 2003 kontribusinya sebesar 3,25
persen. Setahun kemudian menjadi 3,35 persen dan sedikit menurun pada tahun 2005 dan
2006 menjadi 3,42 persen. Pada tahun 2007 kontribusi sektor ini kembali naik menjadi 3,48
persen,tetapi kembali menurun manjadi 3,47 persen di tahun 2008.
Sub sektor sewa bangunan merupakan penyumbang terbesar dalam sektor ini yang
mencapai 1,80 persen pada tahun 2008. Lalu diikuti sub sektor perbankan sebesar 0,51
persen dan lembaga keuangan non bank 0,34 persen. Sedangkan sub sektor jasa perusahaan
berperan hanya sebesar 0,04 persen. Sumbangan masing-masing sub sektor yang tergabung
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
35
Perkembangan Ekonomi Sektoral dan Peranannya
dalam sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan terhadap perekonomian Kota
Langsa tahun 2007 lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2008.
Tabel 3.5
Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
Menurut Sub Sektor, 2003-2008 (persen)
Uraian
2003
2004
2005
(1)
(2)
(3)
(4)
r
2006
(5)
2007 )
2008*)
(6)
(7)
1. Kontribusi
1,13
1,19
1,21
1,22
1,28
1,29
1.2. Lembaga Keuangan non Bank
0,35
0,35
0,35
0,35
0,34
0,34
-
-
-
-
-
-
1.4. Sewa Bangunan
1,73
1,78
1,82
1,82
1,82
1,80
1.5. Jasa Perusahaan
0,04
0,04
0,04
0,04
0,04
0,04
Kontribusi Total
3,25
3,35
3,42
3,42
3,48
3,47
17,44
9,73
10,90
2,29
7,40
5,04
4,48
3,69
2,50
2,58
2,51
2,44
-
-
-
-
-
-
2,74
4,80
-0,53
2,26
2,63
3,01
2,77
2,27
3,82
2,24
2,49
2,73
8,03
6,51
4,28
2,31
4,59
3,81
2.3. Jasa Penunjang Keuangan
2.5. Jasa Perusahaan
Pertumbuhan Total
://
la
n
2.4. Sewa Bangunan
gs
a
2.2. Lembaga Keuangan non Bank
ko
2. Pertumbuhan
2.1. Bank
.g
o
ta
.b
ps
1.3. Jasa Penunjang Keuangan
.id
1.1. Bank
ht
tp
Ket: r) Angka Revisi
*) Angka Sementara
Gambar 3.8 Pertumbuhan dan Laju Inflasi Sektor
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
Tahun 2003-2008 (Persen)
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
2003
2004
2005
2006
Pertumbuhan
2007
2008
Laju Inflasi
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
36
Perkembangan Ekonomi Sektoral dan Peranannya
Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan pada tahun 2008 mengalami
pertumbuhan sebesar 3,81 persen. Angka ini lebih rendah dibanding tahun 2007 sebesar 4,59
persen. Adapun sub sektor yang mendongkrak pertumbuhan sektor ini pada tahun 2008
adalah sub sektor bank dengan pertumbuhan sebesar 5,04 persen. Hal ini menunjukkan ada
penurunan
produktivitas
dalam
perekonomian
perbankan
Kota
Langsa
mengingat
pertumbuhan tahun sebelumnya mencapai 7,40 persen. Semua itu tidak terlepas dari kurang
kondusifnya iklim sektor keuangan di Kota Langsa, di mana angka inflasi naik dari 6,28
persen di tahun 2007 menjadi 6,73 persen di tahun 2008.
3.9.
Sektor Jasa-Jasa
Secara umum sektor jasa-jasa terdiri dari sub sektor jasa pemerintahan umum dan
.id
jasa swasta. Jasa pemerintahan umum mencakup administrasi pemerintahan dan pertahanan
.g
o
serta jasa pemerintahan lainnya seperti jasa pendidikan, kesehatan, dan kemasyarakatan
serta jasa perorangan dan rumahtangga.
ta
.b
ps
lainnya. Sub sektor jasa swasta meliputi jasa sosial kemasyarakatan, hiburan, dan rekreasi
Pada tahun 2003 kontribusi sektor ini 17,50 persen, terus naik menjadi 18,01 persen
ko
di tahun 2004. Bahkan di tahun 2005 sumbangan sektor ini naik mencapai 18,35 persen.
gs
a
Tahun berikutnya tahun 2006 sektor ini kembali menurun menjadi 18,28 persen, ditahun
2007 terjadi sedikit kenaikan dan turun kembali di tahun 2008 hingga menjadi 18,02 persen,
://
la
n
walaupun terjadi penurunan, namun sektor jasa-jasa tetap menempati posisi ketiga dalam
pembentukan perekonomian Kota Langsa.
tp
Dari empat sub sektor yang termasuk dalam sektor jasa-jasa, pada tahun 2008 sub
ht
sektor pemerintahan umum merupakan sub sektor yang paling besar sumbangannya terhadap
perekonomian Langsa, yakni mencapai 16,61 persen. Sedangkan sub sektor lainnya hanya
memberikan sumbangan kurang dari 1 persen. Sub sektor hiburan, rekreasi, dan kebudayaan
yang lebih populer dengan pariwisata masih belum dikembangkan secara optimal.
Pertumbuhan sektor jasa-jasa pada tahun 2008 sebesar 2,60 persen. Angka ini sedikit
meningkat dibanding tahun sebelumnya sebesar 2,30 persen. Sub sektor yang mengalami
angka pertumbuhan tertinggi pada tahun 2008 dalam sektor jasa-jasa adalah sub sektor
hiburan, rekreasi, dan kebudayaan, yaitu sebesar 2,86 persen. Padahal kontribusi sub sektor
ini terhadap sektor jasa-jasa sangat rendah. Ini menunjukan, bahwa pertumbuhan yang
tinggi dari suatu sektor tidak selalu bergantung pada kontribusi sektor yang tinggi pula.
Adapun pertumbuhan sub sektor pemerintahan umum mengalami peningkatan dari 2,44
persen di tahun 2007 menjadi 2,73 persen di tahun 2008.
Laju inflasi sektor jasa-jasa dua tahun terakhir dapat dikatakan stabil. Inflasi tahun
2006 sebesar 7,04 persen, turun menjadi 6,85 persen di tahun 2007 kemudian naik menjadi
6,93 persen pada tahun 2008. Terjaganya besaran laju inflasi ini ini selaras dengan
peningkatan pertumbuhan sektor jasa-jasa pada tahun 2008.
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
37
Perkembangan Ekonomi Sektoral dan Peranannya
Tabel 3.6
Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektor Jasa-jasa
Menurut Sub Sektor, 2003-2008 (persen)
Uraian
2003
2004
2005
(1)
(2)
(3)
(4)
2006
(5)
2007r)
2008*)
(6)
(7)
1. Kontribusi
1.1. Pemerintahan Umum
15,99
16,46
16,82
16,79
16,84
16,61
1.2. Sosial Kemasyarakatan
0,66
0,68
0,66
0,64
0,61
0,59
1.3. Hiburan, Rekreasi, dan
0,08
0,08
0,08
0,08
0,07
0,07
0,78
0,79
0,78
0,77
0,77
0,75
17,50
18,01
18,35
18,28
18,29
18,02
2.1. Pemerintahan Umum
2,96
3,60
2.2. Sosial Kemasyarakatan
2,81
2.3. Hiburan, Rekreasi, dan
2,07
Kebudayaan
1.4. Perorangan dan Rumah Tangga
2. Pertumbuhan
2,26
2,44
2,63
3,03
2,38
1,16
0,35
0,47
2,57
1,68
1,92
2,64
2,86
1,54
2,53
2,69
1,51
1,02
1,53
2,88
3,52
2,89
2,18
2,30
2,60
ta
.b
ps
2,93
gs
a
2.4. Perorangan dan Rumah Tangga
ko
Kebudayaan
://
la
n
Pertumbuhan Total
.g
o
.id
Kontribusi Total
r
ht
tp
Ket: ) Angka Revisi
*) Angka Sementara
Gambar 3.9 Laju Inflasi Sektor Jasa-jasa
Tahun 2003-2008 (Persen)
10
5
0
2003
2004
2005
2006
2007
2008
-5
-10
-15
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
38
o.
id
s.
g
.b
p
ng
sa
ko
ta
LAMPIRAN
ht
tp
://
la
- Lingkup dan Metode penghitungan
- Daftar Istilah Penting
- Tabel-tabel
Lampiran
A. LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN
Uraian sektoral yang disajikan dalam bab ini mencakup ruang lingkup dan definisi
dari masing-masing sektor dan sub sektor, cara-cara penghitungan Nilai Tambah Bruto (NTB)
baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000, serta sumber datanya.
1. Pertanian
Ruang lingkup sektor pertanian adalah segala pengusahaan yang didapat dari alam
dan merupakan barang-barang biologis atau hidup dimana hasilnya akan digunakan untuk
.id
memenuhi hidup sendiri atau dijual kepada pihak lain, tidak termasuk kegiatan yang
.g
o
tujuannya untuk hobi saja. Kegiatan pertanian pada umumnya berupa cocok tanam,
pemeliharaan ternak, penangkapan ikan, penebangan kayu dan pengambilan hasil hutan
ta
.b
ps
serta perburuan binatang liar. Sektor pertanian meliputi 5 sub sektor yaitu: sub sektor
tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan.
ko
1.1. Tanaman Bahan Makanan
gs
a
Sub sektor ini mencakup komoditi bahan makanan seperti padi, jagung, ketela
pohon, ketela rambat, umbi-umbian, kacang tanah, kacang kedele, kacang-kacangan
://
la
n
lainnya, sayur-sayuran, buah-buahan, padi-padian serta bahan makanan lainnya.
tp
1.2. Tanaman Perkebunan
ht
Sub sektor ini mencakup semua jenis kegiatan tanaman perkebunan yang diusahakan
baik oleh rakyat maupun oleh perusahaan perkebunan. Komoditi yang dicakup meliputi
antara lain cengkeh, jahe, jambu mete, jarak, kakao, karet, kapas, kapok, kayu manis,
kelapa, kelapa sawit, kemiri, kina, kopi, lada, pala, panili, serat karung, tebu, tembakau,
teh serta tanaman perkebunan lainya.
1.3. Peternakan dan Hasilnya
Sub sektor ini mencakup semua kegiatan pembibitan dan budidaya segala jenis
ternak dan unggas dengan tujuan untuk dikembangbiakkan, dibesarkan, dipotong dan
diambil hasilnya, baik yang dilakukan rakyat maupun oleh perusahaan peternakan. Jenis
ternak yang dicakup adalah: sapi, kerbau, kambing, babi, kuda, ayam, itik, telur ayam,
telur itik, susu sapi serta hewan peliharaan lainnya.
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
40
Lampiran
1.4. Kehutanan
Sub sektor ini mencakup kegiatan penebangan segala jenis kayu serta pengambilan
daun-daunan, getah-getahan dan akar-akaran, termasuk juga kegiatan perburuan. Komoditi
yang dicakup meliputi: kayu gelondongan (baik yang berasal dari hutan rimba maupun hutan
budidaya), kayu bakar, rotan, arang, bambu, terpentin, gondorukem, kopal, menjangan,
babi hutan, serta hasil hutan lainnya.
1.5. Perikanan
Sub sektor ini mencakup semua kegiatan penangkapan, pembenihan dan budidaya
segala jenis ikan dan biota air lainnya, baik yang berada di air tawar maupun di air asin.
.id
Komoditi hasil perikanan antara lain seperti ikan tuna dan jenis ikan laut lainnya; ikan mas
dan jenis ikan darat lainnya; ikan bandeng dan jenis ikan air payau lainnya; udang dan
.g
o
binatang berkulit keras lainnya; cumi-cumi dan binatang lunak lainnya; rumput laut serta
ta
.b
ps
tumbuhan laut lainnya.
1.6. Jasa Pertanian
ko
Jasa Pertanian merupakan jasa-jasa khusus yang diberikan untuk menunjang
gs
a
kegiatan ekonomi pertanian berdasarkan suatu pungutan atau kontrak tertentu. Termasuk
dalam jasa pertanian adalah penyewaan alat pertanian dengan operatornya dengan syarat
://
la
n
pegelolaan dan resiko usaha tersebut dilakukan secara terpisah. Dalam penghitungan nilai
tambah sektor pertanian, secara konsep nilai tambah jasa pertanian ini terdistribusi pada
tp
masing-masing sub sektor (misalnya jasa dokter hewan pada sub sektor peternakan, jasa
ht
memetik kopi pada sub sektor perkebunan). Akan tetapi karena sampai saat ini belum
didapat informasi yang lengkap tentang jasa pertanian, maka untuk alasan praktisnya nilai
tersebut dianggap terwakili dalam besarnya persentase mark-up untuk tiap-tiap sub sektor
pertanian.
1.7. Metode Penghitungan Output dan Nilai Tambah
Pendekatan yang digunakan dalam memperkirakan nilai tambah sektor pertanian
adalah melalui pendekatan dari sudut produksi. Pendekatan ini didasarkan pada
pertimbangan tersedianya data produksi dan harga untuk masing-masing komoditi pertanian.
Secara umum, nilai output setiap komoditi diperoleh dari hasil perkalian antara produksi
yang dihasilkan dengan harga produsen komoditi bersangkutan. Menurut sifatnya, output
dibedakan atas dua jenis yaitu output utama dan output ikutan. Disamping itu diperkirakan
melalui besaran persentase pelengkap (mark-up) yang diperoleh dari berbagai survei khusus.
Total output suatu sub sektor merupakan penjumlahan dari nilai output utama dan ikutan
dari seluruh komoditi ditambah dengan nilai pelengkapnya. Nilai Tambah Bruto (NTB) suatu
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
41
Lampiran
sub sektor diperoleh dari penjumlahan NTB tiap-tiap komoditi. NTB ini didapat dari
pengurangan nilai output atas harga produsen terhadap seluruh biaya antara, yang dalam
prakteknya biasa dihitung melalui perkalian antara rasio NTB terhadap output komoditi
tertentu. Untuk keperluan penyajian data NTB atas dasar harga konstan 2000 (2000=100),
digunakan metode revaluasi, yaitu metode dimana seluruh produksi dan biaya-biaya antara
dinilai berdasarkan harga tahun dasar 2000. Khusus untuk sub sektor peternakan,
penghitungan produksinya tidak dapat dilakukan secara langsung, tetapi diperoleh melalui
suatu rumus persamaan yang menggunakan tiga peubah, yakni: banyaknya ternak yang
dipotong ditambah selisih populasi ternak dan selisih antara ekspor dan impor ternak.
.id
2. Pertambangan dan Penggalian
Seluruh jenis komoditi yang dicakup dalam sektor pertambangan dan penggalian
.g
o
dikelompokkan dalam tiga sub sektor, yaitu: pertambangan minyak dan gas bumi (migas),
ta
.b
ps
pertambangan tanpa migas dan penggalian. Di Kabupaten Langsa tidak ada kegiatan
pertambangan bukan migas.
ko
2.1. Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
gs
a
Pertambangan migas meliputi kegiatan pencarian kandungan minyak dan gas bumi,
penyiapan pengeboran, penambangan, penguapan, pemisahan serta penampungan untuk
://
la
n
dapat dijual atau dipasarkan. Komoditi yang dihasilkan adalah minyak bumi, kondensat dan
gas bumi.
tp
Metode penghitungan yang digunakan pendekatan produksi. Output atas
ht
dasar harga berlaku diperoleh melalui perkalian antara kuantum barang yang dihasilkan
dengan harga per unit produksi pada masing-masing tahun. NTB atas dasar harga berlaku
diperoleh dengan mengalikan output tersebut dengan rasio NTB terhadap output pada
masing-masing tahun. Sedangkan output atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan
cara revaluasi, yaitu mengalikan kuantum barang yang dihasilkan pada masing-masing tahun
dengan harga per unit produksi pada tahun 2000. Melalui perkalian antara output dengan
rasio NTB terhadap output tahun 2000 diperoleh NTB atas dasar harga konstan 2000.
2.2. Penggalian
Sub sektor ini mencakup penggalian dan pengambilan segala jenis barang galian
seperti batu-batuan, pasir dan tanah yang pada umumnya berada pada permukaan bumi.
Hasil dari kegiatan ini adalah batu gunung, batu kali, batu kapur, koral, kerikil, batu karang,
batu marmer, pasir untuk bahan bangunan, pasir silika, pasir kwarsa, kaolin, tanah liat, dan
komoditi penggalian selain tersebut diatas. Termasuk dalam sub sektor penggalian adalah
komoditi garam kasar.
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
42
Lampiran
3. Industri Pengolahan
Industri pengolahan dibedakan atas dua kelompok besar yaitu pertama industri
pengolahan minyak dan gas bumi (migas), kedua yaitu industri pengolahan tanpa migas.
3.1. Industri Pengolahan Migas Pengilangan Minyak Bumi
Pengilangan minyak bumi meliputi produk LPG yang dihasilkan oleh pengilangan gas
alam. Pendekatan penghitungan output untuk sub sektor ini menggunakan pendekatan
produksi. Output atas dasar harga berlaku adalah merupakan perkalian antara produksi
dengan harga untuk masing-masing tahun, sedang atas dasar harga konstan digunakan cara
revaluasi, yaitu produksi pada masing-masing tahun dikalikan dengan harga pada tahun
.id
dasar. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari output atas dasar harga berlaku dikalikan
dengan rasio NTB untuk masing-masing tahun, sedangkan NTB atas dasar harga konstan
ta
.b
ps
.g
o
diperoleh dari output atas dasar harga konstan dikalikan dengan rasio NTB pada tahun dasar.
3.1.1. Gas Alam Cair
Pengilangan gas alam cair di Indonesia terdapat di provinsi Nanggroe Aceh
ko
Darussalam dan Kalimantan Timur. Pendekatan estimasi output menggunakan pendekatan
gs
a
produksi. Output atas dasar harga berlaku adalah perkalian antara produksi dengan harganya
untuk masing-masing tahun, sedang atas dasar harga konstan digunakan cara revaluasi, yaitu
://
la
n
produksi pada masing-masing tahun dikalikan dengan harga pada tahun dasarnya.
NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari output atas dasar harga berlaku
tp
dikalikan dengan rasio NTB untuk masing-masing tahun. Sedang untuk NTB atas dasar harga
tahun dasar.
ht
konstan diperoleh dari output atas dasar harga konstan dikalikan dengan rasio NTB pada
3.2. Industri Tanpa Migas
Sejak tahun 1993 Industri Pengolahan Tanpa Migas disajikan menurut dua digit kode
Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI) yaitu industri makanan, minuman dan tembakau
(31); Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit (32); Industri kayu, bambu dan rotan (33);
Industri kertas dan barang dari kertas (34); Industri kimia dan barang-barang dari kimia dan
karet (35); Industri barang galian bukan logam (36); Industri logam dasar (37); Industri
barang dari logam, mesin dan peralatannya (38); dan Industri pengolahan lainnya (39).
3.2.1. Industri Besar dan Sedang
Metode penghitungannya menggunakan pendekatan produksi, yaitu output dihitung
lebih dahulu, kemudian setelah dikurangi dengan biaya antara diperoleh NTB. Pada
prinsipnya metode estimasi yang digunakan, baik pada seri lama maupun pada seri baru
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
43
Lampiran
tidak berbeda yaitu menggunakan cara inflasi untuk menghitung atas dasar harga berlaku
dan cara ekstrapolasi untuk menghitung atas dasar harga konstannya.
Baik output maupun nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dari
survei tahunan Industri Besar Sedang (IBS).
3.2.2. Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga
Pada prinsipnya cakupan dan definisi kegiatan Industri Kecil dan Kerajinan
Rumahtangga (IKKR) sama dengan cakupan dan definisi kegiatan Industri Besar Sedang tanpa
Migas. Perbedaannya terletak pada jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan
industri tersebut. Suatu perusahaan dikatakan sebagai Industri Kecil jika tenaga kerjanya
berjumlah antara 5 sampai 19 orang. Sedangkan Industri Kerajinan Rumahtangga jika tenaga
.id
kerjanya kurang dari 5 orang.
.g
o
Dengan adanya pergeseran tahun dasar 1993 ke 2000, serta penyempurnaan yang
berkaitan dengan kelengkapan data pendukung, maka metode penghitungan output dan NTB
ta
.b
ps
sub sektor ini diperbaiki dengan menggunakan pendekatan hasil SUSI (Survei Usaha
ko
Terintegrasi).
Listrik
://
la
n
4.1.
gs
a
4. Listrik dan Air Minum
Kegiatan ini mencakup pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik, baik yang
diselenggarakan oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) maupun oleh perusahaan Non-
ht
tp
PLN seperti pembangkitan listrik oleh Perusahaan Pemerintah Daerah dan listrik yang
diusahakan oleh swasta (perorangan maupun perusahaan), dengan tujuan untuk dijual.
Listrik yang dibangkitkan atau yang diproduksi meliputi listrik yang dijual, dipakai sendiri,
hilang dalam transmisi, dan listrik yang dicuri. Metode penghitungan pada sektor ini yaitu
dengan menggunakan pendekatan produksi.
4.2.
Air Minum
Kegiatan sub sektor air minum/air bersih mencakup proses pembersihan, pemurnian
dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air minum, serta pendistribusian dan
penyalurannya secara langsung melalui pipa dan alat lain ke rumahtangga, instansi
pemerintah maupun swasta. Metode penghitungan yang digunakan yaitu dengan pendekatan
produksi.
5. Bangunan
Kegiatan sektor bangunan terdiri dari bermacam-macam kegiatan meliputi
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
44
Lampiran
pembuatan, pembangunan, pemasangan dan perbaikan (berat maupun ringan) semua jenis
konstruksi yang keseluruhan kegiatan sesuai dengan rincian menurut KLUI.
Metode yang digunakan untuk mendapatkan NTB sektor bangunan adalah melalui
pendekatan arus barang (commodity flows). Penggunaan metode ini didasarkan pada
pemikiran bahwa besarnya output pada sektor bangunan sejalan dengan besarnya input
komoditi yang dipergunakan untuk bangunan. Metode estimasi untuk memperoleh output
dan NTB sektor bangunan menggunakan cara ekstrapolasi yang mana output dan nilai
tambah bruto dengan harga konstan harus diperoleh dahulu sebelum memperoleh output
dan NTB harga berlaku.
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
.g
o
.id
6.1. Perdagangan
Kegiatan yang dicakup dalam sub sektor perdagangan meliputi kegiatan membeli dan
tanpa mengubah sifat barang tersebut.
ta
.b
ps
menjual barang, baik barang baru maupun bekas, untuk tujuan penyaluran/pendistribusian
ko
Sub sektor perdagangan dalam perhitungannya dikelompokkan ke dalam dua jenis
kegiatan yaitu perdagangan besar dan perdagangan eceran. Perdagangan besar meliputi
gs
a
kegiatan pengumpulan dan penjualan kembali barang baru atau bekas oleh pedagang dari
://
la
n
produsen atau importir ke pedagang besar lainnya, pedagang eceran, perusahaan dan
lembaga yang tidak mencari untung. Sedangkan perdagangan eceran mencakup kegiatan
pedagang yang umumnya melayani konsumen perorangan atau rumahtangga tanpa merubah
tp
sifat, baik barang baru atau barang bekas.
ht
Metode yang digunakan yaitu metode arus barang. Output atau margin perdagangan
merupakan selisih antara nilai jual dan nilai beli barang yang diperdagangkan setelah
dikurangi dengan biaya angkut barang dagangan yang dikeluarkan oleh pedagang. Dengan
cara metode arus barang, output dihitung berdasarkan margin perdagangan yang timbul
akibat memperdagangkan barang-barang dari sektor pertanian, pertambangan dan
penggalian, industri serta barang-barang yang berasal dari impor. NTB diperoleh
berdasarkan perkalian antara total output dengan rasio NTB. Kemudian untuk memperoleh
total NTB sub sektor perdagangan adalah dengan menjumlahkan NTB tersebut dengan pajak
penjualan dan bea masuk barang impor.
6.2. Hotel
Sub sektor ini mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang menggunakan
sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan. Yang dimaksud akomodasi
disini adalah hotel berbintang maupun tidak berbintang, serta tempat tinggal lainnya yang
digunakan untuk menginap seperti losmen, motel dan sejenisnya. Termasuk pula kegiatan
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
45
Lampiran
penyediaan makanan dan minuman serta penyediaan fasilitas lainnya bagi para tamu yang
menginap dimana kegiatan-kegiatan tersebut berada dalam satu manajemen dengan
penginapan. Alasan penggabungan ini karena datanya sulit dipisahkan.
NTB sub sektor hotel diperoleh dengan menggunakan pendekatan produksi. Indikator
produksi yang digunakan adalah jumlah malam kamar dan indikator harganya rata-rata tarif
per malam kamar. Output atas dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan perkalian
indikator produksi dengan indikator harganya. Sedangkan NTB diperoleh berdasarkan
perkalian output dengan rasio NTB nya. Output dan NTB atas dasar harga konstan dihitung
dengan menggunakan metode ekstrapolasi.
6.3. Restoran
.id
Kegiatan sub sektor restoran mencakup usaha penyediaan makanan dan minuman
.g
o
jadi yang pada umumnya di konsumsi di tempat penjualan. Kegiatan yang termasuk dalam
sub sektor ini seperti rumah makan, warung nasi, warung kopi, katering dan kantin.
ta
.b
ps
Pendekatan yang digunakan untuk menghitung NTB sub sektor restoran yaitu
gs
a
7. Pengangkutan dan Komunikasi
ko
pendekatan pengeluaran konsumsi makanan dan minuman jadi di luar rumah.
://
la
n
7.1. Pengangkutan
Kegiatan yang dicakup dalam sub sektor ini
terdiri atas Angkutan Jalan Raya;
Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan; Angkutan Laut; Angkutan Udara; dan Jasa
tp
Angkutan. Kegiatan pengangkutan meliputi kegiatan pemindahan penumpang
ht
Penunjang
dan barang dari satu tempat ke tempat lainya dengan menggunakan alat angkut atau
kendaraan, baik bermotor maupun tidak bermotor. Sedangkan jasa penunjang angkutan
mencakup kegiatan yang sifatnya menunjang kegiatan pengangkutan seperti terminal,
pelabuhan dan pergudangan.
7.1.1. Angkutan Jalan Raya
Meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang menggunakan alat angkut
kendaraan jalan raya, baik bermotor maupun tidak bermotor. Termasuk pula kegiatan sewa
kendaraan baik dengan atau tanpa pengemudi.
Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi. Output atas dasar
harga berlaku merupakan perkalian antara indikator produksi dengan indikator harga untuk
masing-masing jenis angkutan. Sedangkan output atas dasar harga konstan diperoleh dengan
menggunakan metode ekstrapolasi. NTB dihitung berdasarkan perkalian antara rasio NTB
dengan outputnya.
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
46
Lampiran
7.1.2. Angkutan Laut
Meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kapal
laut yang beroperasi di dalam dan ke luar daerah domestik. Tidak termasuk kegiatan
pelayaran laut yang diusahakan oleh perusahaan lain yang berada dalam satu satuan usaha,
dimana kegiatan pelayaran ini sifatnya hanya menunjang kegiatan induknya dan data yang
tersedia sulit untuk dipisahkan.
Pada dasarnya metode estimasi NTB angkutan laut seri tahun dasar 2000 sama
dengan seri tahun dasar 1993. Perbedaan kedua seri tersebut terletak dalam penggunaan
rasio NTB. Output atas dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan perkalian indikator
produksi dengan indikator harganya. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan
.id
metode ekstrapolasi. Sedangkan NTB diperoleh dengan perkalian antara rasio NTB dengan
Kegiatan yang dicakup meliputi
dengan menggunakan kapal/angkutan.
ta
.b
ps
7.1.3. Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan
.g
o
outputnya.
kegiatan pengangkutan barang dan penumpang
ko
Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi. Indikator produksi
gs
a
yang digunakan adalah jumlah penumpang, barang dan mobil yang diangkut. Output atas
dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan perkalian indikator produksi dengan indikator
://
la
n
harga dari penyeberangan. Untuk output atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode
ekstrapolasi. Sedangkan NTB diperoleh berdasarkan perkalian antara rasio NTB dengan
ht
tp
outputnya.
7.1.4. Angkutan Udara
Kegiatan ini meliputi kegiatan pengangkutan penumpang dan barang dengan
menggunakan pesawat udara yang diusahakan oleh perusahaan penerbangan yang beroperasi
di Indonesia.
Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi. Indikator produksi
yang digunakan adalah kilometer (km) penumpang dan kilometer (km) barang yang diangkut.
Output atas dasar harga berlaku angkutan udara diperoleh dari perusahaan penerbangan.
Sedangkan nilai tambah bruto diperoleh dengan mengalikan rasio NTB dengan outputnya.
Output dan NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode ekstrapolasi.
7.1.5. Jasa Penunjang Angkutan
Mencakup
kegiatan
yang
bersifat
menunjang
dan
memperlancar
kegiatan
pengangkutan, yaitu meliputi jasa-jasa pelabuhan udara, laut, sungai, darat (terminal dan
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
47
Lampiran
parkir), bongkar muat laut dan darat, keagenan penumpang, ekspedisi laut, jalan tol dan
jasa penunjang lainnya (pengerukan dan pengujian kelayakan angkutan laut).
Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi. Output dan NTB atas
dasar harga berlaku dari kegiatan-kegiatan yang sifatnya monopoli diperoleh dari
pengolahan laporan keuangan BUMN yang terkait. Kegiatan lainnya diperhitungkan dengan
mengalikan indikator
produksi dan harga. Rasio-rasio yang digunakan adalah rasio NTB,
rasio mark-up dan rasio lainnya yang sesuai. Output dan NTB jasa penunjang angkutan di
estimasi dengan pendekatan produksi, yaitu dengan menggunakan jumlah perusahaan
sebagai indikator produksi, dan rata-rata pendapatan per perusahaan sebagai indikator
harganya. Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan dihitung dengan metode
ekstrapolasi.
.g
o
.id
7.2. Komunikasi
Sub sektor ini terdiri dari kegiatan Pos dan Giro, Telekomunikasi, dan Jasa
ta
.b
ps
Penunjang Komunikasi. Pos dan Giro mencakup kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain
dalam hal pengiriman surat, wesel dan paket pos yang diusahakan oleh Perum Pos dan Giro.
ko
Kegiatan telekomunikasi meliputi pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman
berita melalui telegram, telepon dan teleks yang diusahakan oleh perusahaan seperti PT
gs
a
Telkom dan PT Indosat. Jasa Penunjang Komunikasi meliputi kegiatan lainnya yang
://
la
n
menunjang komunikasi seperti warung telekomunikasi (wartel), radio panggil (pager) dan
telepon seluler (ponsel).
Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi. Output atas dasar
tp
harga berlaku berupa pendapatan Pos dan Giro serta Telekomunikasi diperoleh dari laporan
ht
keuangan. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh
dari laporan keuangan berupa
penjumlahan upah dan gaji, penyusutan, laba/rugi, dan komponen-komponen lainnya dari
NTB. Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode
ekstrapolasi.
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
8.1. Bank
Kegiatan yang dicakup adalah kegiatan yang memberikan jasa keuangan pada pihak
lain seperti: menerima simpanan terutama dalam bentuk giro dan deposito, memberikan
kredit/pinjaman baik kredit jangka pendek/menengah dan panjang, mengirim uang,
membeli dan menjual surat-surat berharga, mendiskonto surat wesel/kertas dagang/surat
hutang dan sejenisnya, menyewakan tempat menyimpan barang berharga dan sebagainya.
Output dari usaha perbankan adalah jumlah penerimaan atas jasa pelayanan bank
yang diberikan kepada pemakainya, seperti biaya administrasi atas transaksi dengan bank,
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
48
Lampiran
biaya pengiriman wesel dan sebagainya. Dalam output bank dimasukkan pula imputasi jasa
bank yang besarnya sama dengan selisih antara bunga yang diterima dengan bunga yang
dibayarkan.
8.2. Lembaga Keuangan bukan Bank (Usaha Jasa Asuransi)
Asuransi adalah salah satu jenis lembaga keuangan bukan bank yang usaha pokoknya
menanggung resiko-resiko atas terjadinya musibah/kecelakaan atas barang atau orang
tersebut (termasuk tunjangan hari tua). Pada pihak ditanggung dapat menerima biaya atas
hancur/rusaknya barang atau mengakibatkan terjadinya kematian tertanggung. Jasa
asuransi ini dapat dibedakan menjadi asuransi jiwa, asuransi sosial, serta asuransi kerugian.
Asuransi Jiwa adalah usaha perasuransian yang khusus menanggung resiko kematian,
.id
kecelakaan atau sakit, termasuk juga jaminan hari tua/masa depan pihak tertanggung. Nilai
.g
o
pertanggungan ditentukan dan disetujui oleh kedua belah pihak yang di cantumkan dalam
surat perjanjian.
ta
.b
ps
Asuransi Kerugian adalah usaha perasuransian yang khusus menanggung resiko atas
kerugian, kehilangan atau kerusakan harta milik/benda termasuk juga tanggung jawab
ko
hukum pada pihak ketiga yang mungkin terjadi terhadap benda/harta milik tertanggung
karena sebab-sebab tertentu dengan suatu nilai pertanggungan yang besarnya telah
gs
a
ditentukan dan disetujui oleh kedua belah pihak yang dicantumkan dalam surat perjanjian.
://
la
n
Asuransi Sosial adalah usaha perasuransian yang mencakup usaha asuransi jiwa
(kerugian) yang dibentuk pemerintah berdasarkan peraturan-peraturan yang mengatur
hubungan antara pihak asuransi dengan seluruh/segolongan masyarakat untuk tujuan sosial.
tp
Pihak asuransi ini akan menerima/menampung sejumlah iuran/sumbangan wajib dari
ht
masyarakat yang menggunakan jasa pelayanan umum, seperti: jasa angkutan, jasa
kesehatan, jasa/pelayanan terhadap pemilik kendaraan bermotor dan pelayanan hari tua.
Output dari kegiatan asuransi merupakan rekapitulasi dari output asuransi jiwa,
asuransi bukan jiwa (asuransi sosial, reasuransi kerugian serta broker asuransi).
Biaya antara yang dikeluarkan dalam kegiatan asuransi berupa biaya umum (seperti
pembelian alat tulis kantor, BBM, rekening listrik dan sebagainya), biaya pemeliharaan,
sewa gedung dan biaya administrasi.
NTB atas dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan selisih antara output dan biaya
antara yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Sedangkan untuk NTB atas dasar
harga konstan diperoleh dengan cara sebagai berikut: untuk asuransi jiwa menggunakan
metode ekstrapolasi dan sebagai ekstrapolatornya adalah jumlah pemegang polis; untuk
asuransi sosial menggunakan metode ekstrapolasi dan sebagai ekstrapolatornya adalah
jumlah peserta; untuk asuransi kerugian menggunakan metode deflasi dan sebagai
deflatornya adalah indeks harga perdagangan besar (IHPB) umum.
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
49
Lampiran
8.2.1. Dana Pensiun
Dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola program yang menjanjikan
manfaat pensiun. Manfaat pensiun adalah pembayaran berkala yang dibayarkan kepada
peserta pada saat peserta pensiun dan dengan cara yang ditetapkan dalam peraturan dana
pensiun. Manfaat pensiun terdiri dari manfaat pensiun normal, manfaat pensiun dipercepat,
manfaat pensiun cacat dan
manfaat pensiun ditunda. Jenis dana pensiun dibedakan
menjadi dua yaitu Dana Pensiun Pemberi Kerja dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan.
Output dan NTB atas dasar harga berlaku dari kegiatan Dana Pensiun diperoleh dari
hasil pengolahan laporan keuangan kegiatan tersebut. Sedangkan estimasi output dan NTB
atas harga konstan diperoleh dengan menggunakan cara deflasi/ekstrapolasi dan sebagai
.id
deflatornya/ekstrapolatornya adalah IHK umum atau jumlah peserta.
.g
o
8.2.2. Pegadaian
ta
.b
ps
Mencakup usaha lembaga perkreditan pemerintah yang bersifat monopoli dan
dibentuk berdasarkan ketentuan undang-undang, yang tugasnya antara lain membina
yang mudah, cepat, aman dan hemat.
utamanya
adalah
memberikan
pinjaman
uang
kepada
segolongan
gs
a
Kegiatan
ko
perekonomian rakyat kecil dengan menyalurkan kredit atas dasar hukum gadai dengan cara
masyarakat dengan menerima jaminan barang bergerak. Besarnya pinjaman sesuai dengan
penggunaan dananya.
://
la
n
nilai barang jaminan yang diserahkan pihak peminjam tanpa syarat apapun mengenai
tp
Output dan NTB atas dasar harga berlaku dari kegiatan pegadaian diperoleh dari hasil
ht
pengolahan laporan keuangan Perum Pegadaian. Outputnya terutama terdiri dari sewa
modal, bunga deposito dan lain-lain (sewa rumah). NTB diperoleh dengan mengurangkan
output dengan biaya antara. Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan diperoleh
dengan menggunakan metode ekstrapolasi, dan sebagai ekstrapolatornya adalah jumlah
nasabah.
8.2.3. Lembaga Pembiayaan
Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang bergerak di sektor keuangan dengan
melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan
tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat. Lembaga pembiayaan ini mencakup
kegiatan sewa guna usaha, modal ventura, anjak utang, kartu kredit dan pembiayaan
konsumen.
Output dan struktur input atas dasar harga berlaku lembaga pembiayaan ini
diperoleh dari Direktorat Perbankan dan Usaha Jasa Pembiayaan Departemen Keuangan.
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
50
Lampiran
Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan metode
ekstrapolasi, dan sebagai ekstrapolatornya adalah jumlah perusahaan.
8.3. Sewa Bangunan
Sub sektor ini meliputi usaha persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut
bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal seperti perkantoran, pertokoan
serta usaha persewaan tanah persil.
Output untuk persewaan bangunan tempat tinggal diperoleh dari perkalian antara
pengeluaran konsumsi rumahtangga perkapita untuk sewa rumah, kontrak rumah, sewa beli
rumah dinas, perkiraan sewa rumah, pajak dan pemeliharaan rumah dengan jumlah
penduduk pertengahan tahun.
.id
Sedangkan output usaha persewaan bangunan bukan tempat tinggal diperoleh dari perkalian
.g
o
antara luas bangunan yang disewakan dengan rata-rata tarif sewa per meter persegi (m2).
NTB diperoleh dari hasil perkalian antara rasio NTB dengan outputnya. NTB atas dasar harga
ta
.b
ps
konstan diperoleh dengan menggunakan metode ekstrapolasi dan sebagai ekstrapolatornya
indeks luas bangunan.
ko
8.4. Jasa Perusahaan
gs
a
8.4.1. Jasa Hukum (Advokat/Pengacara, Notaris)
://
la
n
Yang dimaksud dengan advokat adalah ahli hukum yang berwenang bertindak sebagai
penasehat atau pembela perkara dalam pengadilan, baik perkara pidana maupun perdata.
tp
Sedangkan Notaris adalah orang yang ditunjuk dan diberi kuasa oleh Departemen Kehakiman
ht
untuk mensahkan dan menyaksikan berbagai surat perjanjian, akte dan sebagainya.
8.4.2. Jasa Akuntansi dan Pembukuan
Jasa akuntansi dan pembukuan adalah usaha jasa pengurusan tata buku dan
pemeriksaan pembukuan termasuk juga jasa pengolahan data dan tabulasi yang merupakan
bagian dari jasa akuntansi dan pembukuan.
8.4.3. Jasa Pengolahan dan Penyajian Data
Jasa pengolahan dan penyajian data adalah usaha jasa pengolahan dan penyajian
data yang bersifat umum baik secara elektronik komputer maupun manual atas dasar balas
jasa atau kontrak. Termasuk didalamnya adalah jasa pemrograman komputer dan
sebagainya yang ada hubungannya dengan kegiatan komputer.
8.4.4. Jasa Bangunan, Arsitek dan Teknik
Jasa bangunan, arsitek dan teknik adalah usaha jasa konsultasi bangunan, jasa survei
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
51
Lampiran
geologi, penyelidikan tambang/pencarian komoditi pertambangan dan jasa penyelidikan
serta sejenisnya.
8.4.5. Jasa Periklanan dan Riset Pemasaran
Jasa periklanan dan riset pemasaran adalah suatu kegiatan usaha yang memberikan
pelayanan kepada pihak lain dalam bentuk pembuatan dan pemasangan iklan, yang
bertujuan untuk menyampaikan informasi, membujuk dan mengingatkan kepada konsumen
tentang produk dari suatu perusahaan/usaha serta dalam penyampaiannya dapat melalui
berbagai media massa.
8.4.6. Jasa Persewaan Mesin dan Peralatan
.id
Jasa persewaan mesin dan peralatan adalah usaha persewaan mesin dan
.g
o
peralatannya untuk keperluan pertanian, pertambangan ladang minyak, industri pengolahan,
ta
.b
ps
konstruksi dan mesin-mesin keperluan kantor.
Output jasa perusahaan diperoleh dari perkalian antara indikator produksi (jumlah
perusahaan atau tenaga kerja) dengan indikator harga (rata-rata output perusahaan atau
ko
per tenaga kerja).
gs
a
9. Jasa-Jasa
://
la
n
9.1. Pemerintahan Umum dan Pertahanan
tp
Jasa pemerintahan pada prinsipnya terbagi dua yakni pertama pelayanan dari
ht
pemerintahan departemen dan pertahanan, kedua pelayanan yang diberikan oleh badanbadan di bawah departemen tersebut. Pelayanan kedua ini disebut jasa pemerintahan
lainnya.
9.1.1. Administrasi, Pemerintahan dan Pertahanan
Sektor pemerintahan umum dan pertahanan mencakup semua departemen dan non
departemen,
badan/lembaga
tinggi
negara,
kantor-kantor
dan
badan-badan
yang
berhubungan dengan administrasi pemerintahan dan pertahanan.
Belanja pegawai guru pemerintah yang memegang tata usaha dikategorikan sebagai
administrasi pemerintahan, sedangkan belanja pegawai guru pemerintah yang tugasnya
mengajar dikategorikan sebagai jasa pendidikan. Begitu juga dokter pemerintah yang tidak
melayani masyarakat dikelompokkan sebagai administrasi pemerintahan sedangkan dokter
pemerintah yang melayani masyarakat dikelompokkan sebagai jasa kesehatan.
Kegiatan-kegiatan ini meliputi semua tingkat pemerintahan, baik pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah yang terdiri dari propinsi, kabupaten/kota dan desa termasuk
angkatan bersenjata.
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
52
Lampiran
9.1.2. Jasa Pemerintah Lainnya
Jasa pemerintah lainnya meliputi kegiatan yang bersifat jasa seperti sekolah-sekolah
pemerintah, universitas pemerintah, rumah sakit pemerintah, bimbingan masyarakat
terasing, museum, perpustakaan, tempat-tempat rekreasi yang dibiayai dari keuangan
pemerintah, dimana pemerintah memungut pembayaran yang pada umumnya tidak
mencapai besarnya biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan tersebut. Unit-unit usaha
semacam ini menyediakan pelayanan jasa untuk masyarakat.
Aparat pemerintah yang melayani penyuluhan Keluarga Berencana (KB) atau
memberi
penyuluhan
kepada
masyarakat
terasing
dikategorikan
sebagai
jasa
kemasyarakatan lainnya. Sedangkan pegawai pemerintah yang melakukan penjualan karcis
.id
masuk taman hiburan, museum atau melayani masyarakat di perpustakaan dikategorikan
sebagai jasa hiburan dan kebudayaan.
.g
o
Belanja pegawai dari sektor ini terdiri dari gaji pokok, honorarium dan tunjangan
ta
.b
ps
lainnya. Belanja pegawai yang dipisahkan dari belanja pembangunan ditransfer ke belanja
rutin, seperti pembayaran honor pegawai negeri yang turut dalam kegiatan proyek.
Belanja pegawai jasa pemerintahan lainnya yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat
ko
maupun daerah, baik rutin maupun pembangunan adalah untuk guru-guru sekolah negeri,
gs
a
pekerja rumah sakit pemerintah, pekerja bimbingan masyarakat terasing, pekerja
perpustakaan dan tempat-tempat rekreasi serta museum pemerintah.
://
la
n
Penyusutan barang modal untuk sektor pemerintahan umum datanya belum tersedia,
sehingga nilai penyusutan diadakan estimasi berdasarkan rasio terhadap belanja pegawai.
tp
Struktur biaya dari sektor ini tidak memuat unsur surplus usaha, sedangkan pemerintah
ht
tidak melakukan pembayaran pajak tak langsung. Untuk memperoleh nilai tambah bruto
diperkirakan dari penjumlahan belanja pegawai serta perkiraan penyusutan. Data untuk
estimasi NTB sektor pemerintahan umum didasarkan pada realisasi pengeluaran pemerintah.
Belanja pegawai jasa pemerintahan lainnya yang ditransfer dari pemerintah pusat dan
daerah diperoleh dari realisasi anggaran belanja pembangunan menurut sektor dan sub
sektor. Sedangkan belanja pegawai jasa pemerintahan lainnya untuk pemerintah daerah
diperoleh dari laporan belanja pegawai menurut jenis pengeluaran.
Disamping belanja pegawai diatas penyusutan juga termasuk dalam penghitungan NTB
jasa pemerintahan lainnya. Dimana nilai penyusutan diperkirakan sekitar 5 persen dari nilai
belanja pegawai. Perkiraan NTB sektor pemerintahan umum dan jasa lainnya atas dasar
harga konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi menggunakan indeks tertimbang
jumlah pegawai negeri menurut golongan kepangkatan.
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
53
Lampiran
9.2. Swasta
9.2.1. Jasa Sosial Kemasyarakatan
Meliputi jasa pendidikan, kesehatan, riset/penelitian, palang merah, panti asuhan,
panti wreda, yayasan pemeliharaan anak cacat (YPAC), rumah ibadah dan sejenisnya, baik
yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta.
Output jasa sosial dan kemasyarakatan diperoleh dari hasil perkalian antara masingmasing indikator produksi seperti jumlah murid menurut jenjang pendidikan, jumlah tempat
tidur rumah sakit, jumlah dokter, jumlah anak yang diasuh, jumlah orang lanjut usia yang
dirawat, jumlah rumah ibadah, jumlah anak cacat yang dirawat dengan rata-rata output per
.id
masing-masing indikator.
.g
o
9.2.2. Jasa Hiburan dan Rekreasi
ta
.b
ps
Meliputi kegiatan produksi dan distibusi film komersial dan film dokumenter untuk
kepentingan pemerintah serta reproduksi film video, jasa bioskop dan panggung hiburan,
studio radio, perpustakaan, museum, kebun binatang, gedung olahraga, kolam renang, klab
ko
malam, taman hiburan, lapangan golf, lapangan tenis, bilyar, klub Galatama, artis film,
artis panggung, karaoke, video klip, studio televisi dan stasiun pemancar radio yang dikelola
gs
a
oleh swasta.
://
la
n
Output atas dasar harga berlaku diperoleh dengan menggunakan metode pendekatan
produksi, yaitu diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dengan indikator
harga.
ht
tp
Output kegiatan produksi film diperoleh dari perkalian antara jumlah film yang
diproduksi dengan rata-rata output per film. Output kegiatan distribusi film diperoleh dari
perkalian antara rasio biaya sewa film dengan output bioskop, sedangkan output bioskop
diperoleh dari perkalian antara jumlah penonton dengan rata-rata output per penonton.
Output panggung hiburan/kesenian dihitung berdasarkan pajak tontonan yang diterima
pemerintah. Output untuk
jasa hiburan dan rekreasi lainnya pada umumnya didasarkan
pada hasil perkalian antara jumlah perusahaan dan jumlah tenaga kerja masing-masing
dengan rata-rata output per indikatornya. Dan NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari
hasil perkalian antara rasio NTB dengan output.
Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan menggunakan metode
deflasi/ekstrapolasi dengan deflator/ekstrapolatornya adalah IHK hiburan dan rekreasi atau
indeks indikator produksi yang sesuai.
9.2.3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga
Meliputi segala jenis kegiatan jasa yang pada umumnya melayani perorangan dan
rumahtangga, yang terdiri dari:
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
54
Lampiran
a) Jasa perbengkelan/reparasi kendaraan bermotor, mencakup perbaikan kecil dari
kendaraan roda empat, roda tiga dan dua, seperti mobil pribadi, mobil umum,sepeda
motor dan sebagainya.
b) Jasa perbengkelan/reparasi lainnya seperti perbaikan/reparasi jam, televisi, radio,
lemari es, mesin jahit, sepeda dan barang-barang rumahtangga lainnya.
c) Jasa pembantu rumahtangga, mencakup koki, tukang kebun, penjaga malam, pengasuh
bayi dan anak dan sejenisnya.
d) Jasa perorangan lainnya, mencakup tukang binatu, tukang cukur, tukang jahit, tukang
semir sepatu dan sejenisnya.
Output atas dasar harga berlaku untuk jasa perbengkelan serta jasa perorangan dan
rumahtangga diperoleh dari perkalian antara masing-masing jumlah tenaga kerja dengan
.id
rata-rata output per tenaga kerja. Sedangkan output jasa pembantu rumahtangga, pengasuh
.g
o
bayi dan sejenisnya diperoleh dari perkalian antara pengeluaran perkapita untuk pembantu
rumahtangga dengan jumlah penduduk pertengahan tahun untuk jasa perorangan yang
ta
.b
ps
belum dicakup.
NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari hasil perkalian antara rasio NTB dengan
output, rasio NTB diperoleh dari hasil Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR). Sedangkan
ko
output dan NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan metode
ht
tp
://
la
n
gs
a
ekstrapolasi.
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
55
Lampiran
B. DAFTAR ISTILAH PENTING
Aset (Harta)
Pemilikan atas berbagai macam harta baik berwujud maupun tidak berwujud
(tangible dan intangible) yang dimiliki oleh perorangan, perusahaan atau pemerintah.
Secara praktis biasanya dinilai dalam bentuk moneter.
Biaya Antara
Input yang dipergunakan habis dalam proses produksi dan terdiri dari barang tidak
.id
tahan lama dan jasa baik yang dibeli dari pihak lain ataupun yang diproduksi sendiri.
.g
o
Bunga Neto
ta
.b
ps
Selisih antara bunga diterima dan bunga yang dibayar atas pinjaman (finansial) yang
diberikan.
ko
Ekspor Barang dan Jasa
gs
a
Meliputi seluruh transfer dan penjualan barang dan jasa dari residen suatu negara ke
residen negara lainnya dilakukan baik dalam negeri maupun di luar negeri. Dalam
://
la
n
prakteknya, ekspor terdiri dari barang dagangan dan barang lainnya yang keluar melalui
daerah batas pabean atau wilayah domestik suatu negara, termasuk pembelian langsung di
tp
negara tersebut oleh perwakilan negara asing dan orang-orang non residen. Karena ekspor
ht
barang dagangan suatu negara dinilai atas dasar fob, maka nilai ekspor tidak termasuk
pengapalan dan asuransi sampai pada negara tujuan.
Faktor Produksi
Mencakup faktor-faktor yang terlibat langsung dalam suatu proses produksi baik
secara langsung maupun tidak langsung seperti tanah, tenaga kerja, modal dan keahlian.
Faktor Pendapatan dari Luar
Merupakan pendapatan/kompensasi yang diterima oleh faktor produksi, atas
keterlibatannya dalam suatu proses produksi di luar batas wilayah domestik.
Harga Berlaku
Penilaian yang dilakukan terhadap produk barang dan jasa yang dihasilkan ataupun
yang dikonsumsi, pada harga tahun sedang berjalan.
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
56
Lampiran
Harga Konstan
Penilaian yang dilakukan terhadap produk barang dan jasa yang dihasilkan atau yang
dikonsumsi, pada harga tetap di satu tahun dasar.
Pajak Tidak Langsung Neto
Pajak Tidak Langsung dikurangi subsidi.
Impor Barang dan Jasa
Meliputi seluruh transfer dan pembelian barang dan jasa dari residen suatu negara ke
residen negara lainnya yang dilakukan baik dalam wilayah domestik maupun di luar negeri.
Pada prakteknya, impor terdiri dari barang dagangan dan barang lainnya yang melewati
.id
batas pabean atau wilayah domestik suatu negara, termasuk pembelian langsung oleh
.g
o
pemerintah, penduduk dan perwakilan negara tersebut di luar negeri. Karena impor barang-
ta
.b
ps
barang dagangan dinilai dengan cif, maka nilai barang termasuk biaya pengangkutan dan
asuransi.
ko
Imputasi Jasa
gs
a
Merupakan perkiraan atas nilai output jasa yang dihasilkan, sebagai contoh imputasi
://
la
n
jasa bank, jasa asuransi, jasa dana pensiun dan sebagainya.
Investasi
tp
Dana yang disisihkan untuk ditanamkan sebagai modal dalam usaha dengan tujuan
ht
untuk memperoleh keuntungan dengan harapan modal tersebut akan kembali dalam
beberapa tahun.
Kapital
Faktor produksi yang diciptakan oleh keahlian manusia dari sumber alam yang
tersedia dan digunakan untuk menciptakan pendapatan seperti: mesin, peralatan, pabrik,
dan sebagainya (barang modal).
Margin Perdagangan dan Biaya Transport
Merupakan selisih nilai transaksi pada tingkat harga pembeli dengan tingkat harga
produsen. Selisih ini mencakup keuntungan pedagang, baik pedagang besar maupun
pedagang eceran dan biaya transpor yang timbul dalam menyalurkan barang dari produsen
kepada pembeli.
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
57
Lampiran
Input Primer
Disebut juga nilai tambah bruto, terdiri dari balas jasa tenaga kerja, surplus usaha,
penyusutan dan pajak tidak langsung neto.
Output Domestik
Nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi tanpa membedakan
pelaku produksinya di wilayah domestik tertentu.
Pelengkap (Mark-up)
Merupakan besaran persentase tertentu yang ditambahkan terhadap suatu bialangan
.id
estimasi yang fungsinya untuk melengkapi data yang tidak lengkap.
.g
o
Penyusutan
ta
.b
ps
Yang dimaksudkan adalah penyusutan barang-barang modal tetap yang digunakan
dalam proses produksi.
ko
Pembentukan Modal Tetap
gs
a
Meliputi pembuatan dan pembelian barang modal baru baik dari dalam negeri
maupun impor, termasuk barang modal bekas dari luar negeri. Pembentukan modal tetap
://
la
n
yang dicakup hanyalah yang dilakukan oleh sektor-sektor ekonomi di dalam negeri
tp
(domestik).
ht
Permintaan Antara
Merupakan permintaan barang dan jasa untuk memenuhi proses produksi.
Permintaan Akhir
Merupakan
permintaan barang
dan
jasa
untuk memenuhi konsumsi akhir,
pembentukan modal dan ekspor.
Tahun Dasar
Adalah tahun terpilih sebagai referensi statistik, yang digunakan sebagai dasar
penghitungan tahun-tahun yang lain. Dengan tahun dasar tersebut dapat digambarkan seri
data dengan indikator rinci mengenai perubahan/pergerakan yang terjadi.
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
58
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
59
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
60
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
61
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
62
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
63
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
64
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
65
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
66
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
67
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
68
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
69
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
70
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
71
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
72
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
73
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
74
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
75
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
76
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
77
Lampiran
A. LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN
Uraian sektoral yang disajikan dalam bab ini mencakup ruang lingkup dan definisi
dari masing-masing sektor dan sub sektor, cara-cara penghitungan Nilai Tambah Bruto (NTB)
baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000, serta sumber datanya.
1. Pertanian
Ruang lingkup sektor pertanian adalah segala pengusahaan yang didapat dari alam
dan merupakan barang-barang biologis atau hidup dimana hasilnya akan digunakan untuk
.id
memenuhi hidup sendiri atau dijual kepada pihak lain, tidak termasuk kegiatan yang
.g
o
tujuannya untuk hobi saja. Kegiatan pertanian pada umumnya berupa cocok tanam,
pemeliharaan ternak, penangkapan ikan, penebangan kayu dan pengambilan hasil hutan
ta
.b
ps
serta perburuan binatang liar. Sektor pertanian meliputi 5 sub sektor yaitu: sub sektor
tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan.
ko
1.1. Tanaman Bahan Makanan
gs
a
Sub sektor ini mencakup komoditi bahan makanan seperti padi, jagung, ketela
pohon, ketela rambat, umbi-umbian, kacang tanah, kacang kedele, kacang-kacangan
://
la
n
lainnya, sayur-sayuran, buah-buahan, padi-padian serta bahan makanan lainnya.
tp
1.2. Tanaman Perkebunan
ht
Sub sektor ini mencakup semua jenis kegiatan tanaman perkebunan yang diusahakan
baik oleh rakyat maupun oleh perusahaan perkebunan. Komoditi yang dicakup meliputi
antara lain cengkeh, jahe, jambu mete, jarak, kakao, karet, kapas, kapok, kayu manis,
kelapa, kelapa sawit, kemiri, kina, kopi, lada, pala, panili, serat karung, tebu, tembakau,
teh serta tanaman perkebunan lainya.
1.3. Peternakan dan Hasilnya
Sub sektor ini mencakup semua kegiatan pembibitan dan budidaya segala jenis
ternak dan unggas dengan tujuan untuk dikembangbiakkan, dibesarkan, dipotong dan
diambil hasilnya, baik yang dilakukan rakyat maupun oleh perusahaan peternakan. Jenis
ternak yang dicakup adalah: sapi, kerbau, kambing, babi, kuda, ayam, itik, telur ayam,
telur itik, susu sapi serta hewan peliharaan lainnya.
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
40
Lampiran
1.4. Kehutanan
Sub sektor ini mencakup kegiatan penebangan segala jenis kayu serta pengambilan
daun-daunan, getah-getahan dan akar-akaran, termasuk juga kegiatan perburuan. Komoditi
yang dicakup meliputi: kayu gelondongan (baik yang berasal dari hutan rimba maupun hutan
budidaya), kayu bakar, rotan, arang, bambu, terpentin, gondorukem, kopal, menjangan,
babi hutan, serta hasil hutan lainnya.
1.5. Perikanan
Sub sektor ini mencakup semua kegiatan penangkapan, pembenihan dan budidaya
segala jenis ikan dan biota air lainnya, baik yang berada di air tawar maupun di air asin.
.id
Komoditi hasil perikanan antara lain seperti ikan tuna dan jenis ikan laut lainnya; ikan mas
dan jenis ikan darat lainnya; ikan bandeng dan jenis ikan air payau lainnya; udang dan
.g
o
binatang berkulit keras lainnya; cumi-cumi dan binatang lunak lainnya; rumput laut serta
ta
.b
ps
tumbuhan laut lainnya.
1.6. Jasa Pertanian
ko
Jasa Pertanian merupakan jasa-jasa khusus yang diberikan untuk menunjang
gs
a
kegiatan ekonomi pertanian berdasarkan suatu pungutan atau kontrak tertentu. Termasuk
dalam jasa pertanian adalah penyewaan alat pertanian dengan operatornya dengan syarat
://
la
n
pegelolaan dan resiko usaha tersebut dilakukan secara terpisah. Dalam penghitungan nilai
tambah sektor pertanian, secara konsep nilai tambah jasa pertanian ini terdistribusi pada
tp
masing-masing sub sektor (misalnya jasa dokter hewan pada sub sektor peternakan, jasa
ht
memetik kopi pada sub sektor perkebunan). Akan tetapi karena sampai saat ini belum
didapat informasi yang lengkap tentang jasa pertanian, maka untuk alasan praktisnya nilai
tersebut dianggap terwakili dalam besarnya persentase mark-up untuk tiap-tiap sub sektor
pertanian.
1.7. Metode Penghitungan Output dan Nilai Tambah
Pendekatan yang digunakan dalam memperkirakan nilai tambah sektor pertanian
adalah melalui pendekatan dari sudut produksi. Pendekatan ini didasarkan pada
pertimbangan tersedianya data produksi dan harga untuk masing-masing komoditi pertanian.
Secara umum, nilai output setiap komoditi diperoleh dari hasil perkalian antara produksi
yang dihasilkan dengan harga produsen komoditi bersangkutan. Menurut sifatnya, output
dibedakan atas dua jenis yaitu output utama dan output ikutan. Disamping itu diperkirakan
melalui besaran persentase pelengkap (mark-up) yang diperoleh dari berbagai survei khusus.
Total output suatu sub sektor merupakan penjumlahan dari nilai output utama dan ikutan
dari seluruh komoditi ditambah dengan nilai pelengkapnya. Nilai Tambah Bruto (NTB) suatu
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
41
Lampiran
sub sektor diperoleh dari penjumlahan NTB tiap-tiap komoditi. NTB ini didapat dari
pengurangan nilai output atas harga produsen terhadap seluruh biaya antara, yang dalam
prakteknya biasa dihitung melalui perkalian antara rasio NTB terhadap output komoditi
tertentu. Untuk keperluan penyajian data NTB atas dasar harga konstan 2000 (2000=100),
digunakan metode revaluasi, yaitu metode dimana seluruh produksi dan biaya-biaya antara
dinilai berdasarkan harga tahun dasar 2000. Khusus untuk sub sektor peternakan,
penghitungan produksinya tidak dapat dilakukan secara langsung, tetapi diperoleh melalui
suatu rumus persamaan yang menggunakan tiga peubah, yakni: banyaknya ternak yang
dipotong ditambah selisih populasi ternak dan selisih antara ekspor dan impor ternak.
.id
2. Pertambangan dan Penggalian
Seluruh jenis komoditi yang dicakup dalam sektor pertambangan dan penggalian
.g
o
dikelompokkan dalam tiga sub sektor, yaitu: pertambangan minyak dan gas bumi (migas),
ta
.b
ps
pertambangan tanpa migas dan penggalian. Di Kabupaten Langsa tidak ada kegiatan
pertambangan bukan migas.
ko
2.1. Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
gs
a
Pertambangan migas meliputi kegiatan pencarian kandungan minyak dan gas bumi,
penyiapan pengeboran, penambangan, penguapan, pemisahan serta penampungan untuk
://
la
n
dapat dijual atau dipasarkan. Komoditi yang dihasilkan adalah minyak bumi, kondensat dan
gas bumi.
tp
Metode penghitungan yang digunakan pendekatan produksi. Output atas
ht
dasar harga berlaku diperoleh melalui perkalian antara kuantum barang yang dihasilkan
dengan harga per unit produksi pada masing-masing tahun. NTB atas dasar harga berlaku
diperoleh dengan mengalikan output tersebut dengan rasio NTB terhadap output pada
masing-masing tahun. Sedangkan output atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan
cara revaluasi, yaitu mengalikan kuantum barang yang dihasilkan pada masing-masing tahun
dengan harga per unit produksi pada tahun 2000. Melalui perkalian antara output dengan
rasio NTB terhadap output tahun 2000 diperoleh NTB atas dasar harga konstan 2000.
2.2. Penggalian
Sub sektor ini mencakup penggalian dan pengambilan segala jenis barang galian
seperti batu-batuan, pasir dan tanah yang pada umumnya berada pada permukaan bumi.
Hasil dari kegiatan ini adalah batu gunung, batu kali, batu kapur, koral, kerikil, batu karang,
batu marmer, pasir untuk bahan bangunan, pasir silika, pasir kwarsa, kaolin, tanah liat, dan
komoditi penggalian selain tersebut diatas. Termasuk dalam sub sektor penggalian adalah
komoditi garam kasar.
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
42
Lampiran
3. Industri Pengolahan
Industri pengolahan dibedakan atas dua kelompok besar yaitu pertama industri
pengolahan minyak dan gas bumi (migas), kedua yaitu industri pengolahan tanpa migas.
3.1. Industri Pengolahan Migas Pengilangan Minyak Bumi
Pengilangan minyak bumi meliputi produk LPG yang dihasilkan oleh pengilangan gas
alam. Pendekatan penghitungan output untuk sub sektor ini menggunakan pendekatan
produksi. Output atas dasar harga berlaku adalah merupakan perkalian antara produksi
dengan harga untuk masing-masing tahun, sedang atas dasar harga konstan digunakan cara
revaluasi, yaitu produksi pada masing-masing tahun dikalikan dengan harga pada tahun
.id
dasar. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari output atas dasar harga berlaku dikalikan
dengan rasio NTB untuk masing-masing tahun, sedangkan NTB atas dasar harga konstan
ta
.b
ps
.g
o
diperoleh dari output atas dasar harga konstan dikalikan dengan rasio NTB pada tahun dasar.
3.1.1. Gas Alam Cair
Pengilangan gas alam cair di Indonesia terdapat di provinsi Nanggroe Aceh
ko
Darussalam dan Kalimantan Timur. Pendekatan estimasi output menggunakan pendekatan
gs
a
produksi. Output atas dasar harga berlaku adalah perkalian antara produksi dengan harganya
untuk masing-masing tahun, sedang atas dasar harga konstan digunakan cara revaluasi, yaitu
://
la
n
produksi pada masing-masing tahun dikalikan dengan harga pada tahun dasarnya.
NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari output atas dasar harga berlaku
tp
dikalikan dengan rasio NTB untuk masing-masing tahun. Sedang untuk NTB atas dasar harga
tahun dasar.
ht
konstan diperoleh dari output atas dasar harga konstan dikalikan dengan rasio NTB pada
3.2. Industri Tanpa Migas
Sejak tahun 1993 Industri Pengolahan Tanpa Migas disajikan menurut dua digit kode
Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI) yaitu industri makanan, minuman dan tembakau
(31); Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit (32); Industri kayu, bambu dan rotan (33);
Industri kertas dan barang dari kertas (34); Industri kimia dan barang-barang dari kimia dan
karet (35); Industri barang galian bukan logam (36); Industri logam dasar (37); Industri
barang dari logam, mesin dan peralatannya (38); dan Industri pengolahan lainnya (39).
3.2.1. Industri Besar dan Sedang
Metode penghitungannya menggunakan pendekatan produksi, yaitu output dihitung
lebih dahulu, kemudian setelah dikurangi dengan biaya antara diperoleh NTB. Pada
prinsipnya metode estimasi yang digunakan, baik pada seri lama maupun pada seri baru
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
43
Lampiran
tidak berbeda yaitu menggunakan cara inflasi untuk menghitung atas dasar harga berlaku
dan cara ekstrapolasi untuk menghitung atas dasar harga konstannya.
Baik output maupun nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dari
survei tahunan Industri Besar Sedang (IBS).
3.2.2. Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga
Pada prinsipnya cakupan dan definisi kegiatan Industri Kecil dan Kerajinan
Rumahtangga (IKKR) sama dengan cakupan dan definisi kegiatan Industri Besar Sedang tanpa
Migas. Perbedaannya terletak pada jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan
industri tersebut. Suatu perusahaan dikatakan sebagai Industri Kecil jika tenaga kerjanya
berjumlah antara 5 sampai 19 orang. Sedangkan Industri Kerajinan Rumahtangga jika tenaga
.id
kerjanya kurang dari 5 orang.
.g
o
Dengan adanya pergeseran tahun dasar 1993 ke 2000, serta penyempurnaan yang
berkaitan dengan kelengkapan data pendukung, maka metode penghitungan output dan NTB
ta
.b
ps
sub sektor ini diperbaiki dengan menggunakan pendekatan hasil SUSI (Survei Usaha
ko
Terintegrasi).
Listrik
://
la
n
4.1.
gs
a
4. Listrik dan Air Minum
Kegiatan ini mencakup pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik, baik yang
diselenggarakan oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) maupun oleh perusahaan Non-
ht
tp
PLN seperti pembangkitan listrik oleh Perusahaan Pemerintah Daerah dan listrik yang
diusahakan oleh swasta (perorangan maupun perusahaan), dengan tujuan untuk dijual.
Listrik yang dibangkitkan atau yang diproduksi meliputi listrik yang dijual, dipakai sendiri,
hilang dalam transmisi, dan listrik yang dicuri. Metode penghitungan pada sektor ini yaitu
dengan menggunakan pendekatan produksi.
4.2.
Air Minum
Kegiatan sub sektor air minum/air bersih mencakup proses pembersihan, pemurnian
dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air minum, serta pendistribusian dan
penyalurannya secara langsung melalui pipa dan alat lain ke rumahtangga, instansi
pemerintah maupun swasta. Metode penghitungan yang digunakan yaitu dengan pendekatan
produksi.
5. Bangunan
Kegiatan sektor bangunan terdiri dari bermacam-macam kegiatan meliputi
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
44
Lampiran
pembuatan, pembangunan, pemasangan dan perbaikan (berat maupun ringan) semua jenis
konstruksi yang keseluruhan kegiatan sesuai dengan rincian menurut KLUI.
Metode yang digunakan untuk mendapatkan NTB sektor bangunan adalah melalui
pendekatan arus barang (commodity flows). Penggunaan metode ini didasarkan pada
pemikiran bahwa besarnya output pada sektor bangunan sejalan dengan besarnya input
komoditi yang dipergunakan untuk bangunan. Metode estimasi untuk memperoleh output
dan NTB sektor bangunan menggunakan cara ekstrapolasi yang mana output dan nilai
tambah bruto dengan harga konstan harus diperoleh dahulu sebelum memperoleh output
dan NTB harga berlaku.
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
.g
o
.id
6.1. Perdagangan
Kegiatan yang dicakup dalam sub sektor perdagangan meliputi kegiatan membeli dan
tanpa mengubah sifat barang tersebut.
ta
.b
ps
menjual barang, baik barang baru maupun bekas, untuk tujuan penyaluran/pendistribusian
ko
Sub sektor perdagangan dalam perhitungannya dikelompokkan ke dalam dua jenis
kegiatan yaitu perdagangan besar dan perdagangan eceran. Perdagangan besar meliputi
gs
a
kegiatan pengumpulan dan penjualan kembali barang baru atau bekas oleh pedagang dari
://
la
n
produsen atau importir ke pedagang besar lainnya, pedagang eceran, perusahaan dan
lembaga yang tidak mencari untung. Sedangkan perdagangan eceran mencakup kegiatan
pedagang yang umumnya melayani konsumen perorangan atau rumahtangga tanpa merubah
tp
sifat, baik barang baru atau barang bekas.
ht
Metode yang digunakan yaitu metode arus barang. Output atau margin perdagangan
merupakan selisih antara nilai jual dan nilai beli barang yang diperdagangkan setelah
dikurangi dengan biaya angkut barang dagangan yang dikeluarkan oleh pedagang. Dengan
cara metode arus barang, output dihitung berdasarkan margin perdagangan yang timbul
akibat memperdagangkan barang-barang dari sektor pertanian, pertambangan dan
penggalian, industri serta barang-barang yang berasal dari impor. NTB diperoleh
berdasarkan perkalian antara total output dengan rasio NTB. Kemudian untuk memperoleh
total NTB sub sektor perdagangan adalah dengan menjumlahkan NTB tersebut dengan pajak
penjualan dan bea masuk barang impor.
6.2. Hotel
Sub sektor ini mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang menggunakan
sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan. Yang dimaksud akomodasi
disini adalah hotel berbintang maupun tidak berbintang, serta tempat tinggal lainnya yang
digunakan untuk menginap seperti losmen, motel dan sejenisnya. Termasuk pula kegiatan
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
45
Lampiran
penyediaan makanan dan minuman serta penyediaan fasilitas lainnya bagi para tamu yang
menginap dimana kegiatan-kegiatan tersebut berada dalam satu manajemen dengan
penginapan. Alasan penggabungan ini karena datanya sulit dipisahkan.
NTB sub sektor hotel diperoleh dengan menggunakan pendekatan produksi. Indikator
produksi yang digunakan adalah jumlah malam kamar dan indikator harganya rata-rata tarif
per malam kamar. Output atas dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan perkalian
indikator produksi dengan indikator harganya. Sedangkan NTB diperoleh berdasarkan
perkalian output dengan rasio NTB nya. Output dan NTB atas dasar harga konstan dihitung
dengan menggunakan metode ekstrapolasi.
6.3. Restoran
.id
Kegiatan sub sektor restoran mencakup usaha penyediaan makanan dan minuman
.g
o
jadi yang pada umumnya di konsumsi di tempat penjualan. Kegiatan yang termasuk dalam
sub sektor ini seperti rumah makan, warung nasi, warung kopi, katering dan kantin.
ta
.b
ps
Pendekatan yang digunakan untuk menghitung NTB sub sektor restoran yaitu
gs
a
7. Pengangkutan dan Komunikasi
ko
pendekatan pengeluaran konsumsi makanan dan minuman jadi di luar rumah.
://
la
n
7.1. Pengangkutan
Kegiatan yang dicakup dalam sub sektor ini
terdiri atas Angkutan Jalan Raya;
Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan; Angkutan Laut; Angkutan Udara; dan Jasa
tp
Angkutan. Kegiatan pengangkutan meliputi kegiatan pemindahan penumpang
ht
Penunjang
dan barang dari satu tempat ke tempat lainya dengan menggunakan alat angkut atau
kendaraan, baik bermotor maupun tidak bermotor. Sedangkan jasa penunjang angkutan
mencakup kegiatan yang sifatnya menunjang kegiatan pengangkutan seperti terminal,
pelabuhan dan pergudangan.
7.1.1. Angkutan Jalan Raya
Meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang menggunakan alat angkut
kendaraan jalan raya, baik bermotor maupun tidak bermotor. Termasuk pula kegiatan sewa
kendaraan baik dengan atau tanpa pengemudi.
Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi. Output atas dasar
harga berlaku merupakan perkalian antara indikator produksi dengan indikator harga untuk
masing-masing jenis angkutan. Sedangkan output atas dasar harga konstan diperoleh dengan
menggunakan metode ekstrapolasi. NTB dihitung berdasarkan perkalian antara rasio NTB
dengan outputnya.
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
46
Lampiran
7.1.2. Angkutan Laut
Meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kapal
laut yang beroperasi di dalam dan ke luar daerah domestik. Tidak termasuk kegiatan
pelayaran laut yang diusahakan oleh perusahaan lain yang berada dalam satu satuan usaha,
dimana kegiatan pelayaran ini sifatnya hanya menunjang kegiatan induknya dan data yang
tersedia sulit untuk dipisahkan.
Pada dasarnya metode estimasi NTB angkutan laut seri tahun dasar 2000 sama
dengan seri tahun dasar 1993. Perbedaan kedua seri tersebut terletak dalam penggunaan
rasio NTB. Output atas dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan perkalian indikator
produksi dengan indikator harganya. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan
.id
metode ekstrapolasi. Sedangkan NTB diperoleh dengan perkalian antara rasio NTB dengan
Kegiatan yang dicakup meliputi
dengan menggunakan kapal/angkutan.
ta
.b
ps
7.1.3. Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan
.g
o
outputnya.
kegiatan pengangkutan barang dan penumpang
ko
Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi. Indikator produksi
gs
a
yang digunakan adalah jumlah penumpang, barang dan mobil yang diangkut. Output atas
dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan perkalian indikator produksi dengan indikator
://
la
n
harga dari penyeberangan. Untuk output atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode
ekstrapolasi. Sedangkan NTB diperoleh berdasarkan perkalian antara rasio NTB dengan
ht
tp
outputnya.
7.1.4. Angkutan Udara
Kegiatan ini meliputi kegiatan pengangkutan penumpang dan barang dengan
menggunakan pesawat udara yang diusahakan oleh perusahaan penerbangan yang beroperasi
di Indonesia.
Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi. Indikator produksi
yang digunakan adalah kilometer (km) penumpang dan kilometer (km) barang yang diangkut.
Output atas dasar harga berlaku angkutan udara diperoleh dari perusahaan penerbangan.
Sedangkan nilai tambah bruto diperoleh dengan mengalikan rasio NTB dengan outputnya.
Output dan NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode ekstrapolasi.
7.1.5. Jasa Penunjang Angkutan
Mencakup
kegiatan
yang
bersifat
menunjang
dan
memperlancar
kegiatan
pengangkutan, yaitu meliputi jasa-jasa pelabuhan udara, laut, sungai, darat (terminal dan
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
47
Lampiran
parkir), bongkar muat laut dan darat, keagenan penumpang, ekspedisi laut, jalan tol dan
jasa penunjang lainnya (pengerukan dan pengujian kelayakan angkutan laut).
Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi. Output dan NTB atas
dasar harga berlaku dari kegiatan-kegiatan yang sifatnya monopoli diperoleh dari
pengolahan laporan keuangan BUMN yang terkait. Kegiatan lainnya diperhitungkan dengan
mengalikan indikator
produksi dan harga. Rasio-rasio yang digunakan adalah rasio NTB,
rasio mark-up dan rasio lainnya yang sesuai. Output dan NTB jasa penunjang angkutan di
estimasi dengan pendekatan produksi, yaitu dengan menggunakan jumlah perusahaan
sebagai indikator produksi, dan rata-rata pendapatan per perusahaan sebagai indikator
harganya. Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan dihitung dengan metode
ekstrapolasi.
.g
o
.id
7.2. Komunikasi
Sub sektor ini terdiri dari kegiatan Pos dan Giro, Telekomunikasi, dan Jasa
ta
.b
ps
Penunjang Komunikasi. Pos dan Giro mencakup kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain
dalam hal pengiriman surat, wesel dan paket pos yang diusahakan oleh Perum Pos dan Giro.
ko
Kegiatan telekomunikasi meliputi pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman
berita melalui telegram, telepon dan teleks yang diusahakan oleh perusahaan seperti PT
gs
a
Telkom dan PT Indosat. Jasa Penunjang Komunikasi meliputi kegiatan lainnya yang
://
la
n
menunjang komunikasi seperti warung telekomunikasi (wartel), radio panggil (pager) dan
telepon seluler (ponsel).
Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi. Output atas dasar
tp
harga berlaku berupa pendapatan Pos dan Giro serta Telekomunikasi diperoleh dari laporan
ht
keuangan. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh
dari laporan keuangan berupa
penjumlahan upah dan gaji, penyusutan, laba/rugi, dan komponen-komponen lainnya dari
NTB. Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode
ekstrapolasi.
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
8.1. Bank
Kegiatan yang dicakup adalah kegiatan yang memberikan jasa keuangan pada pihak
lain seperti: menerima simpanan terutama dalam bentuk giro dan deposito, memberikan
kredit/pinjaman baik kredit jangka pendek/menengah dan panjang, mengirim uang,
membeli dan menjual surat-surat berharga, mendiskonto surat wesel/kertas dagang/surat
hutang dan sejenisnya, menyewakan tempat menyimpan barang berharga dan sebagainya.
Output dari usaha perbankan adalah jumlah penerimaan atas jasa pelayanan bank
yang diberikan kepada pemakainya, seperti biaya administrasi atas transaksi dengan bank,
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
48
Lampiran
biaya pengiriman wesel dan sebagainya. Dalam output bank dimasukkan pula imputasi jasa
bank yang besarnya sama dengan selisih antara bunga yang diterima dengan bunga yang
dibayarkan.
8.2. Lembaga Keuangan bukan Bank (Usaha Jasa Asuransi)
Asuransi adalah salah satu jenis lembaga keuangan bukan bank yang usaha pokoknya
menanggung resiko-resiko atas terjadinya musibah/kecelakaan atas barang atau orang
tersebut (termasuk tunjangan hari tua). Pada pihak ditanggung dapat menerima biaya atas
hancur/rusaknya barang atau mengakibatkan terjadinya kematian tertanggung. Jasa
asuransi ini dapat dibedakan menjadi asuransi jiwa, asuransi sosial, serta asuransi kerugian.
Asuransi Jiwa adalah usaha perasuransian yang khusus menanggung resiko kematian,
.id
kecelakaan atau sakit, termasuk juga jaminan hari tua/masa depan pihak tertanggung. Nilai
.g
o
pertanggungan ditentukan dan disetujui oleh kedua belah pihak yang di cantumkan dalam
surat perjanjian.
ta
.b
ps
Asuransi Kerugian adalah usaha perasuransian yang khusus menanggung resiko atas
kerugian, kehilangan atau kerusakan harta milik/benda termasuk juga tanggung jawab
ko
hukum pada pihak ketiga yang mungkin terjadi terhadap benda/harta milik tertanggung
karena sebab-sebab tertentu dengan suatu nilai pertanggungan yang besarnya telah
gs
a
ditentukan dan disetujui oleh kedua belah pihak yang dicantumkan dalam surat perjanjian.
://
la
n
Asuransi Sosial adalah usaha perasuransian yang mencakup usaha asuransi jiwa
(kerugian) yang dibentuk pemerintah berdasarkan peraturan-peraturan yang mengatur
hubungan antara pihak asuransi dengan seluruh/segolongan masyarakat untuk tujuan sosial.
tp
Pihak asuransi ini akan menerima/menampung sejumlah iuran/sumbangan wajib dari
ht
masyarakat yang menggunakan jasa pelayanan umum, seperti: jasa angkutan, jasa
kesehatan, jasa/pelayanan terhadap pemilik kendaraan bermotor dan pelayanan hari tua.
Output dari kegiatan asuransi merupakan rekapitulasi dari output asuransi jiwa,
asuransi bukan jiwa (asuransi sosial, reasuransi kerugian serta broker asuransi).
Biaya antara yang dikeluarkan dalam kegiatan asuransi berupa biaya umum (seperti
pembelian alat tulis kantor, BBM, rekening listrik dan sebagainya), biaya pemeliharaan,
sewa gedung dan biaya administrasi.
NTB atas dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan selisih antara output dan biaya
antara yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Sedangkan untuk NTB atas dasar
harga konstan diperoleh dengan cara sebagai berikut: untuk asuransi jiwa menggunakan
metode ekstrapolasi dan sebagai ekstrapolatornya adalah jumlah pemegang polis; untuk
asuransi sosial menggunakan metode ekstrapolasi dan sebagai ekstrapolatornya adalah
jumlah peserta; untuk asuransi kerugian menggunakan metode deflasi dan sebagai
deflatornya adalah indeks harga perdagangan besar (IHPB) umum.
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
49
Lampiran
8.2.1. Dana Pensiun
Dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola program yang menjanjikan
manfaat pensiun. Manfaat pensiun adalah pembayaran berkala yang dibayarkan kepada
peserta pada saat peserta pensiun dan dengan cara yang ditetapkan dalam peraturan dana
pensiun. Manfaat pensiun terdiri dari manfaat pensiun normal, manfaat pensiun dipercepat,
manfaat pensiun cacat dan
manfaat pensiun ditunda. Jenis dana pensiun dibedakan
menjadi dua yaitu Dana Pensiun Pemberi Kerja dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan.
Output dan NTB atas dasar harga berlaku dari kegiatan Dana Pensiun diperoleh dari
hasil pengolahan laporan keuangan kegiatan tersebut. Sedangkan estimasi output dan NTB
atas harga konstan diperoleh dengan menggunakan cara deflasi/ekstrapolasi dan sebagai
.id
deflatornya/ekstrapolatornya adalah IHK umum atau jumlah peserta.
.g
o
8.2.2. Pegadaian
ta
.b
ps
Mencakup usaha lembaga perkreditan pemerintah yang bersifat monopoli dan
dibentuk berdasarkan ketentuan undang-undang, yang tugasnya antara lain membina
yang mudah, cepat, aman dan hemat.
utamanya
adalah
memberikan
pinjaman
uang
kepada
segolongan
gs
a
Kegiatan
ko
perekonomian rakyat kecil dengan menyalurkan kredit atas dasar hukum gadai dengan cara
masyarakat dengan menerima jaminan barang bergerak. Besarnya pinjaman sesuai dengan
penggunaan dananya.
://
la
n
nilai barang jaminan yang diserahkan pihak peminjam tanpa syarat apapun mengenai
tp
Output dan NTB atas dasar harga berlaku dari kegiatan pegadaian diperoleh dari hasil
ht
pengolahan laporan keuangan Perum Pegadaian. Outputnya terutama terdiri dari sewa
modal, bunga deposito dan lain-lain (sewa rumah). NTB diperoleh dengan mengurangkan
output dengan biaya antara. Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan diperoleh
dengan menggunakan metode ekstrapolasi, dan sebagai ekstrapolatornya adalah jumlah
nasabah.
8.2.3. Lembaga Pembiayaan
Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang bergerak di sektor keuangan dengan
melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan
tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat. Lembaga pembiayaan ini mencakup
kegiatan sewa guna usaha, modal ventura, anjak utang, kartu kredit dan pembiayaan
konsumen.
Output dan struktur input atas dasar harga berlaku lembaga pembiayaan ini
diperoleh dari Direktorat Perbankan dan Usaha Jasa Pembiayaan Departemen Keuangan.
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
50
Lampiran
Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan metode
ekstrapolasi, dan sebagai ekstrapolatornya adalah jumlah perusahaan.
8.3. Sewa Bangunan
Sub sektor ini meliputi usaha persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut
bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal seperti perkantoran, pertokoan
serta usaha persewaan tanah persil.
Output untuk persewaan bangunan tempat tinggal diperoleh dari perkalian antara
pengeluaran konsumsi rumahtangga perkapita untuk sewa rumah, kontrak rumah, sewa beli
rumah dinas, perkiraan sewa rumah, pajak dan pemeliharaan rumah dengan jumlah
penduduk pertengahan tahun.
.id
Sedangkan output usaha persewaan bangunan bukan tempat tinggal diperoleh dari perkalian
.g
o
antara luas bangunan yang disewakan dengan rata-rata tarif sewa per meter persegi (m2).
NTB diperoleh dari hasil perkalian antara rasio NTB dengan outputnya. NTB atas dasar harga
ta
.b
ps
konstan diperoleh dengan menggunakan metode ekstrapolasi dan sebagai ekstrapolatornya
indeks luas bangunan.
ko
8.4. Jasa Perusahaan
gs
a
8.4.1. Jasa Hukum (Advokat/Pengacara, Notaris)
://
la
n
Yang dimaksud dengan advokat adalah ahli hukum yang berwenang bertindak sebagai
penasehat atau pembela perkara dalam pengadilan, baik perkara pidana maupun perdata.
tp
Sedangkan Notaris adalah orang yang ditunjuk dan diberi kuasa oleh Departemen Kehakiman
ht
untuk mensahkan dan menyaksikan berbagai surat perjanjian, akte dan sebagainya.
8.4.2. Jasa Akuntansi dan Pembukuan
Jasa akuntansi dan pembukuan adalah usaha jasa pengurusan tata buku dan
pemeriksaan pembukuan termasuk juga jasa pengolahan data dan tabulasi yang merupakan
bagian dari jasa akuntansi dan pembukuan.
8.4.3. Jasa Pengolahan dan Penyajian Data
Jasa pengolahan dan penyajian data adalah usaha jasa pengolahan dan penyajian
data yang bersifat umum baik secara elektronik komputer maupun manual atas dasar balas
jasa atau kontrak. Termasuk didalamnya adalah jasa pemrograman komputer dan
sebagainya yang ada hubungannya dengan kegiatan komputer.
8.4.4. Jasa Bangunan, Arsitek dan Teknik
Jasa bangunan, arsitek dan teknik adalah usaha jasa konsultasi bangunan, jasa survei
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
51
Lampiran
geologi, penyelidikan tambang/pencarian komoditi pertambangan dan jasa penyelidikan
serta sejenisnya.
8.4.5. Jasa Periklanan dan Riset Pemasaran
Jasa periklanan dan riset pemasaran adalah suatu kegiatan usaha yang memberikan
pelayanan kepada pihak lain dalam bentuk pembuatan dan pemasangan iklan, yang
bertujuan untuk menyampaikan informasi, membujuk dan mengingatkan kepada konsumen
tentang produk dari suatu perusahaan/usaha serta dalam penyampaiannya dapat melalui
berbagai media massa.
8.4.6. Jasa Persewaan Mesin dan Peralatan
.id
Jasa persewaan mesin dan peralatan adalah usaha persewaan mesin dan
.g
o
peralatannya untuk keperluan pertanian, pertambangan ladang minyak, industri pengolahan,
ta
.b
ps
konstruksi dan mesin-mesin keperluan kantor.
Output jasa perusahaan diperoleh dari perkalian antara indikator produksi (jumlah
perusahaan atau tenaga kerja) dengan indikator harga (rata-rata output perusahaan atau
ko
per tenaga kerja).
gs
a
9. Jasa-Jasa
://
la
n
9.1. Pemerintahan Umum dan Pertahanan
tp
Jasa pemerintahan pada prinsipnya terbagi dua yakni pertama pelayanan dari
ht
pemerintahan departemen dan pertahanan, kedua pelayanan yang diberikan oleh badanbadan di bawah departemen tersebut. Pelayanan kedua ini disebut jasa pemerintahan
lainnya.
9.1.1. Administrasi, Pemerintahan dan Pertahanan
Sektor pemerintahan umum dan pertahanan mencakup semua departemen dan non
departemen,
badan/lembaga
tinggi
negara,
kantor-kantor
dan
badan-badan
yang
berhubungan dengan administrasi pemerintahan dan pertahanan.
Belanja pegawai guru pemerintah yang memegang tata usaha dikategorikan sebagai
administrasi pemerintahan, sedangkan belanja pegawai guru pemerintah yang tugasnya
mengajar dikategorikan sebagai jasa pendidikan. Begitu juga dokter pemerintah yang tidak
melayani masyarakat dikelompokkan sebagai administrasi pemerintahan sedangkan dokter
pemerintah yang melayani masyarakat dikelompokkan sebagai jasa kesehatan.
Kegiatan-kegiatan ini meliputi semua tingkat pemerintahan, baik pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah yang terdiri dari propinsi, kabupaten/kota dan desa termasuk
angkatan bersenjata.
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
52
Lampiran
9.1.2. Jasa Pemerintah Lainnya
Jasa pemerintah lainnya meliputi kegiatan yang bersifat jasa seperti sekolah-sekolah
pemerintah, universitas pemerintah, rumah sakit pemerintah, bimbingan masyarakat
terasing, museum, perpustakaan, tempat-tempat rekreasi yang dibiayai dari keuangan
pemerintah, dimana pemerintah memungut pembayaran yang pada umumnya tidak
mencapai besarnya biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan tersebut. Unit-unit usaha
semacam ini menyediakan pelayanan jasa untuk masyarakat.
Aparat pemerintah yang melayani penyuluhan Keluarga Berencana (KB) atau
memberi
penyuluhan
kepada
masyarakat
terasing
dikategorikan
sebagai
jasa
kemasyarakatan lainnya. Sedangkan pegawai pemerintah yang melakukan penjualan karcis
.id
masuk taman hiburan, museum atau melayani masyarakat di perpustakaan dikategorikan
sebagai jasa hiburan dan kebudayaan.
.g
o
Belanja pegawai dari sektor ini terdiri dari gaji pokok, honorarium dan tunjangan
ta
.b
ps
lainnya. Belanja pegawai yang dipisahkan dari belanja pembangunan ditransfer ke belanja
rutin, seperti pembayaran honor pegawai negeri yang turut dalam kegiatan proyek.
Belanja pegawai jasa pemerintahan lainnya yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat
ko
maupun daerah, baik rutin maupun pembangunan adalah untuk guru-guru sekolah negeri,
gs
a
pekerja rumah sakit pemerintah, pekerja bimbingan masyarakat terasing, pekerja
perpustakaan dan tempat-tempat rekreasi serta museum pemerintah.
://
la
n
Penyusutan barang modal untuk sektor pemerintahan umum datanya belum tersedia,
sehingga nilai penyusutan diadakan estimasi berdasarkan rasio terhadap belanja pegawai.
tp
Struktur biaya dari sektor ini tidak memuat unsur surplus usaha, sedangkan pemerintah
ht
tidak melakukan pembayaran pajak tak langsung. Untuk memperoleh nilai tambah bruto
diperkirakan dari penjumlahan belanja pegawai serta perkiraan penyusutan. Data untuk
estimasi NTB sektor pemerintahan umum didasarkan pada realisasi pengeluaran pemerintah.
Belanja pegawai jasa pemerintahan lainnya yang ditransfer dari pemerintah pusat dan
daerah diperoleh dari realisasi anggaran belanja pembangunan menurut sektor dan sub
sektor. Sedangkan belanja pegawai jasa pemerintahan lainnya untuk pemerintah daerah
diperoleh dari laporan belanja pegawai menurut jenis pengeluaran.
Disamping belanja pegawai diatas penyusutan juga termasuk dalam penghitungan NTB
jasa pemerintahan lainnya. Dimana nilai penyusutan diperkirakan sekitar 5 persen dari nilai
belanja pegawai. Perkiraan NTB sektor pemerintahan umum dan jasa lainnya atas dasar
harga konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi menggunakan indeks tertimbang
jumlah pegawai negeri menurut golongan kepangkatan.
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
53
Lampiran
9.2. Swasta
9.2.1. Jasa Sosial Kemasyarakatan
Meliputi jasa pendidikan, kesehatan, riset/penelitian, palang merah, panti asuhan,
panti wreda, yayasan pemeliharaan anak cacat (YPAC), rumah ibadah dan sejenisnya, baik
yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta.
Output jasa sosial dan kemasyarakatan diperoleh dari hasil perkalian antara masingmasing indikator produksi seperti jumlah murid menurut jenjang pendidikan, jumlah tempat
tidur rumah sakit, jumlah dokter, jumlah anak yang diasuh, jumlah orang lanjut usia yang
dirawat, jumlah rumah ibadah, jumlah anak cacat yang dirawat dengan rata-rata output per
.id
masing-masing indikator.
.g
o
9.2.2. Jasa Hiburan dan Rekreasi
ta
.b
ps
Meliputi kegiatan produksi dan distibusi film komersial dan film dokumenter untuk
kepentingan pemerintah serta reproduksi film video, jasa bioskop dan panggung hiburan,
studio radio, perpustakaan, museum, kebun binatang, gedung olahraga, kolam renang, klab
ko
malam, taman hiburan, lapangan golf, lapangan tenis, bilyar, klub Galatama, artis film,
artis panggung, karaoke, video klip, studio televisi dan stasiun pemancar radio yang dikelola
gs
a
oleh swasta.
://
la
n
Output atas dasar harga berlaku diperoleh dengan menggunakan metode pendekatan
produksi, yaitu diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dengan indikator
harga.
ht
tp
Output kegiatan produksi film diperoleh dari perkalian antara jumlah film yang
diproduksi dengan rata-rata output per film. Output kegiatan distribusi film diperoleh dari
perkalian antara rasio biaya sewa film dengan output bioskop, sedangkan output bioskop
diperoleh dari perkalian antara jumlah penonton dengan rata-rata output per penonton.
Output panggung hiburan/kesenian dihitung berdasarkan pajak tontonan yang diterima
pemerintah. Output untuk
jasa hiburan dan rekreasi lainnya pada umumnya didasarkan
pada hasil perkalian antara jumlah perusahaan dan jumlah tenaga kerja masing-masing
dengan rata-rata output per indikatornya. Dan NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari
hasil perkalian antara rasio NTB dengan output.
Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan menggunakan metode
deflasi/ekstrapolasi dengan deflator/ekstrapolatornya adalah IHK hiburan dan rekreasi atau
indeks indikator produksi yang sesuai.
9.2.3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga
Meliputi segala jenis kegiatan jasa yang pada umumnya melayani perorangan dan
rumahtangga, yang terdiri dari:
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
54
Lampiran
a) Jasa perbengkelan/reparasi kendaraan bermotor, mencakup perbaikan kecil dari
kendaraan roda empat, roda tiga dan dua, seperti mobil pribadi, mobil umum,sepeda
motor dan sebagainya.
b) Jasa perbengkelan/reparasi lainnya seperti perbaikan/reparasi jam, televisi, radio,
lemari es, mesin jahit, sepeda dan barang-barang rumahtangga lainnya.
c) Jasa pembantu rumahtangga, mencakup koki, tukang kebun, penjaga malam, pengasuh
bayi dan anak dan sejenisnya.
d) Jasa perorangan lainnya, mencakup tukang binatu, tukang cukur, tukang jahit, tukang
semir sepatu dan sejenisnya.
Output atas dasar harga berlaku untuk jasa perbengkelan serta jasa perorangan dan
rumahtangga diperoleh dari perkalian antara masing-masing jumlah tenaga kerja dengan
.id
rata-rata output per tenaga kerja. Sedangkan output jasa pembantu rumahtangga, pengasuh
.g
o
bayi dan sejenisnya diperoleh dari perkalian antara pengeluaran perkapita untuk pembantu
rumahtangga dengan jumlah penduduk pertengahan tahun untuk jasa perorangan yang
ta
.b
ps
belum dicakup.
NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari hasil perkalian antara rasio NTB dengan
output, rasio NTB diperoleh dari hasil Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR). Sedangkan
ko
output dan NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan metode
ht
tp
://
la
n
gs
a
ekstrapolasi.
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
55
Lampiran
B. DAFTAR ISTILAH PENTING
Aset (Harta)
Pemilikan atas berbagai macam harta baik berwujud maupun tidak berwujud
(tangible dan intangible) yang dimiliki oleh perorangan, perusahaan atau pemerintah.
Secara praktis biasanya dinilai dalam bentuk moneter.
Biaya Antara
Input yang dipergunakan habis dalam proses produksi dan terdiri dari barang tidak
.id
tahan lama dan jasa baik yang dibeli dari pihak lain ataupun yang diproduksi sendiri.
.g
o
Bunga Neto
ta
.b
ps
Selisih antara bunga diterima dan bunga yang dibayar atas pinjaman (finansial) yang
diberikan.
ko
Ekspor Barang dan Jasa
gs
a
Meliputi seluruh transfer dan penjualan barang dan jasa dari residen suatu negara ke
residen negara lainnya dilakukan baik dalam negeri maupun di luar negeri. Dalam
://
la
n
prakteknya, ekspor terdiri dari barang dagangan dan barang lainnya yang keluar melalui
daerah batas pabean atau wilayah domestik suatu negara, termasuk pembelian langsung di
tp
negara tersebut oleh perwakilan negara asing dan orang-orang non residen. Karena ekspor
ht
barang dagangan suatu negara dinilai atas dasar fob, maka nilai ekspor tidak termasuk
pengapalan dan asuransi sampai pada negara tujuan.
Faktor Produksi
Mencakup faktor-faktor yang terlibat langsung dalam suatu proses produksi baik
secara langsung maupun tidak langsung seperti tanah, tenaga kerja, modal dan keahlian.
Faktor Pendapatan dari Luar
Merupakan pendapatan/kompensasi yang diterima oleh faktor produksi, atas
keterlibatannya dalam suatu proses produksi di luar batas wilayah domestik.
Harga Berlaku
Penilaian yang dilakukan terhadap produk barang dan jasa yang dihasilkan ataupun
yang dikonsumsi, pada harga tahun sedang berjalan.
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
56
Lampiran
Harga Konstan
Penilaian yang dilakukan terhadap produk barang dan jasa yang dihasilkan atau yang
dikonsumsi, pada harga tetap di satu tahun dasar.
Pajak Tidak Langsung Neto
Pajak Tidak Langsung dikurangi subsidi.
Impor Barang dan Jasa
Meliputi seluruh transfer dan pembelian barang dan jasa dari residen suatu negara ke
residen negara lainnya yang dilakukan baik dalam wilayah domestik maupun di luar negeri.
Pada prakteknya, impor terdiri dari barang dagangan dan barang lainnya yang melewati
.id
batas pabean atau wilayah domestik suatu negara, termasuk pembelian langsung oleh
.g
o
pemerintah, penduduk dan perwakilan negara tersebut di luar negeri. Karena impor barang-
ta
.b
ps
barang dagangan dinilai dengan cif, maka nilai barang termasuk biaya pengangkutan dan
asuransi.
ko
Imputasi Jasa
gs
a
Merupakan perkiraan atas nilai output jasa yang dihasilkan, sebagai contoh imputasi
://
la
n
jasa bank, jasa asuransi, jasa dana pensiun dan sebagainya.
Investasi
tp
Dana yang disisihkan untuk ditanamkan sebagai modal dalam usaha dengan tujuan
ht
untuk memperoleh keuntungan dengan harapan modal tersebut akan kembali dalam
beberapa tahun.
Kapital
Faktor produksi yang diciptakan oleh keahlian manusia dari sumber alam yang
tersedia dan digunakan untuk menciptakan pendapatan seperti: mesin, peralatan, pabrik,
dan sebagainya (barang modal).
Margin Perdagangan dan Biaya Transport
Merupakan selisih nilai transaksi pada tingkat harga pembeli dengan tingkat harga
produsen. Selisih ini mencakup keuntungan pedagang, baik pedagang besar maupun
pedagang eceran dan biaya transpor yang timbul dalam menyalurkan barang dari produsen
kepada pembeli.
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
57
Lampiran
Input Primer
Disebut juga nilai tambah bruto, terdiri dari balas jasa tenaga kerja, surplus usaha,
penyusutan dan pajak tidak langsung neto.
Output Domestik
Nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi tanpa membedakan
pelaku produksinya di wilayah domestik tertentu.
Pelengkap (Mark-up)
Merupakan besaran persentase tertentu yang ditambahkan terhadap suatu bialangan
.id
estimasi yang fungsinya untuk melengkapi data yang tidak lengkap.
.g
o
Penyusutan
ta
.b
ps
Yang dimaksudkan adalah penyusutan barang-barang modal tetap yang digunakan
dalam proses produksi.
ko
Pembentukan Modal Tetap
gs
a
Meliputi pembuatan dan pembelian barang modal baru baik dari dalam negeri
maupun impor, termasuk barang modal bekas dari luar negeri. Pembentukan modal tetap
://
la
n
yang dicakup hanyalah yang dilakukan oleh sektor-sektor ekonomi di dalam negeri
tp
(domestik).
ht
Permintaan Antara
Merupakan permintaan barang dan jasa untuk memenuhi proses produksi.
Permintaan Akhir
Merupakan
permintaan barang
dan
jasa
untuk memenuhi konsumsi akhir,
pembentukan modal dan ekspor.
Tahun Dasar
Adalah tahun terpilih sebagai referensi statistik, yang digunakan sebagai dasar
penghitungan tahun-tahun yang lain. Dengan tahun dasar tersebut dapat digambarkan seri
data dengan indikator rinci mengenai perubahan/pergerakan yang terjadi.
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
58
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
59
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
60
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
61
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
62
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
63
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
64
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
65
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
66
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
67
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
68
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
69
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
70
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
71
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
72
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
73
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
74
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
75
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
76
ht
tp
://
la
n
gs
a
ko
ta
.b
ps
.g
o
.id
Lampiran
Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008
77
Download