ht tp :// l an gs ak o ta . bp s. go .id ISBN : 979.466.977.0 9205.11373 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA LANGSA s. g o. id PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA LANGSA TAHUN 2003 - 2008 : 979.466.997.0 Katalog BPS : 9205.11.73 : 21 x 29,7 Cm ng sa ko ta ht tp :// la Ukuran Buku .b p ISBN Jumlah Halaman : vii + 77 Halaman Naskah : BPS Kota Langsa Penyunting : BPS Kota Langsa Gambar Kulit : BPS Kota Langsa Diterbitkan Oleh : Badan Pusat Statistik Kota Langsa KATA PENGANTAR Publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Langsa Tahun 2003-2008 ini merupakan publikasi rutin Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Langsa, yang menyajikan hasil penghitungan PDRB menurut lapangan usaha Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) dengan tahun dasar 2000. menurut lapangan usaha dimaksudkan .id Penyajian untuk .g o memberikan gambaran mengenai struktur ekonomi Kota Langsa, ta .b ps perkembangan ekonomi secara keseluruhan, dan perkembangan masing-masing sektor. Kurang lengkapnya data dasar yang tersedia terutama tahun ko 2008 menyebabkan adanya beberapa sektor yang disajikan masih gs a bersifat sementara, yang akan disempurnakan dalam publikasi tahun :// la n berikutnya. Akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada BAPPEDA Kota tp Langsa dan semua pihak yang telah memberikan bantuan sehingga ht publikasi ini dapat terwujud. Langsa, 04 Agustus 2009 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA LANGSA KEPALA, M U G H L I S U D D I N, SE NIP. 196904241994011001 DAFTAR ISI SAMBUTAN i KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii DAFTAR TABEL DALAM URAIAN iv DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL LAMPIRAN vi I. 2 .id PENDAHULUAN ko ta .b ps .g o 1.1. Latar Belakang 1.2. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.3. Tujuan dan Kegunaan Statistik Produk Domestik Regional Bruto 1.4. Konsep dan Defenisi 1.5. Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 1.6. Penyajian Agregat PDRB 1.7. Perubahan Tahun Dasar gs a II. TINJAUAN EKONOMI KOTA LANGSA 2 2 4 6 7 9 10 13 III. PERKEMBANGAN EKONOMI SEKTORAL DAN PERANANNYA 25 3.1. Sektor Pertanian 3.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian 3.3. Sektor Industri Pengolahan 3.4. Sektor Listrik, Gas dan Air Minum 3.5. Sektor Bangunan 3.6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 3.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 3.8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3.9. Sektor Jasa-Jasa 25 27 28 29 30 31 33 35 37 13 17 20 22 ht tp :// la n 2.1. Struktur Ekonomi 2.2. Pertumbuhan Ekonomi 2.3. Pendapatan Per Kapita 2.4. Inflasi/Deflasi LAMPIRAN 40 Lingkup dan Metode Penghitungan 40 Daftar Istilah Penting 56 Tabel-Tabel Pokok 59 iii DAFTAR TABEL DALAM URAIAN JUDUL TABEL 2.1 Peranan Sektor Ekonomi dalam PDRB Kota Langsa Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Sektor, 2003-2008 (persen) 16 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Langsa Menurut Sektor, 2003– 2008 (persen) 19 2.3 Pendapatan Per Kapita Kota Langsa, 2003-2008 21 2.4 Indikator Inflasi Indeks Harga Implisit Menurut Sektor, 2003-2008 (persen) 23 3.5 3.6 Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Menurut Sub Sektor, 2003-2008 (persen) 32 ta .b ps .g o 29 ko 3.4 Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektor Listrik, Gas, dan Air Minum Menurut Sub Sektor, 2003-2008 (persen) Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Menurut Sub Sektor, 2003-2008 (persen) 34 Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Menurut Sub Sektor, 2003-2008 (persen) 36 Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektor Jasa-jasa Menurut Sub Sektor, 2003-2008 (persen) 38 gs a 3.3 26 :// la n 3.2 Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian Menurut Sub Sektor, 2003-2008 (persen) tp 3.1 ht 2.2 Halaman .id No. TABEL iv DAFTAR GAMBAR No. GAMBAR JUDUL GAMBAR 2.1 Perkembangan Kontribusi Sektor Tersier Terhadap Perekonomian Kota Langsa Tahun 2003-2008 (Persen) 13 Perkembangan Kontribusi Sektor Sekunder Perekonomian Kota Langsa Tahun 2003-2008 (Persen) 14 2.2 Terhadap 15 2.4 Struktur Perekonomian Kota Langsa Tahun 2008 17 2.5 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kota Langsa Tahun 20032008 (Persen) 18 2.6 Pendapatan Per Kapita Kota Langsa Tahun 2003-2008 21 2.7 Laju Inflasi Sektoral Kota Langsa Tahun 2003 dan 2008 (Persen) 23 3.1 Laju Inflasi Sektor Pertanian Tahun 2003-2008 (Persen) 26 3.2 Pertumbuhan dan Laju Inflasi Sektor Penggalian Tahun 2003-2008 (Persen) .g o ta .b ps ko dan 28 Laju Inflasi Sektor Listrik, Gas, dan Air Minum Tahun 2003-2008 (Persen) 30 3.6 3.7 ht 3.5 27 Pertumbuhan dan Laju Inflasi Sektor Industri Pengolahan Tahun 2003-2008 (Persen) tp 3.4 Pertambangan gs a 3.3 .id Perkembangan Kontribusi Sektor Primer Terhadap Perekonomian Kota Langsa Tahun 2003-2008 (Persen) :// la n 2.3 Halaman Pertumbuhan dan Laju Inflasi Sektor Bangunan Tahun 2003-2008 (Persen) 31 Laju Inflasi Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Tahun 2003-2008 (Persen) 33 Laju Inflasi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Tahun 20032008 (Persen) 35 3.8. Pertumbuhan Laju Inflasi Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Tahun 2003-2008 (Persen) 36 3.9 Laju Inflasi Sektor Jasa-jasa Tahun 2003-2008 (Persen) 38 v DAFTAR TABEL LAMPIRAN Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13. Tabel 14. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kota Langsa Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2003-2008 61 Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kota Langsa Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2003-2008 62 Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kota Langsa Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2003-2008 63 Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kota Langsa Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2003-2008 64 Indeks Berantai Produk Domestik Regional Bruto Kota Langsa Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 20032008 65 Indeks Berantai Produk Domestik Regional Bruto Kota Langsa Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2003-2008 66 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kota Langsa Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 20032008 67 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kota Langsa Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2003-2008 68 Indeks Implisit Produk Domestik Regional Bruto Kota Langsa Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2008 69 Laju Inflasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Langsa Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003-2008 70 Pendapatan Regional dan Angka Perkapita Kota Langsa Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2003-2008 71 Pendapatan Regional dan Angka Perkapita Kota Langsa Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2003-2008 72 .g o .id 60 ta .b ps Tabel 5. Produk Domestik Regional Bruto Kota Langsa Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2003-2008 (Juta Rupiah) ko Tabel 4. 59 gs a Tabel 3. Produk Domestik Regional Bruto Kota Langsa Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2003-2008 (Juta Rupiah) :// la n Tabel 2. Halaman tp Tabel 1. JUDUL TABEL ht No. TABEL vi Halaman 75 Indeks Berantai Pendapatan Regional dan Angka Perkapita Kota Langsa Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2003-2008 76 Tingkat Pertumbuhan Pendapatan Regional Kota Langsa Tahun 2003-2008 77 ta .b ps .g o .id Indeks Berantai Pendapatan Regional dan Angka Perkapita Kota Langsa Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2003-2008 ko Tabel 19. 74 gs a Tabel 18. Indeks Perkembangan Pendapatan Regional dan Angka Perkapita Kota Langsa Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2008 :// la n Tabel 17. 73 tp Tabel 16. Indeks Perkembangan Pendapatan Regional dan Angka Perkapita Kota Langsa Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005-2008 ht Tabel 15. vii la ng sa ko ta Latar Belakang Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Konsep dan Definisi Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Penyajian Agregat PDRB Perubahan Tahun Dasar ht tp :// - .b p s. g o. id PENDAHULUAN Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan ekonomi, memerlukan bermacam data statistik sebagai dasar berpijak dalam menentukan strategi kebijaksanaan, agar sasaran pembangunan dapat dicapai dengan tepat. Strategi dan kebijaksanaan yang telah diambil pada masa-masa lalu perlu dimonitor dan dievaluasi hasil-hasilnya. Berbagai data statistik yang bersifat kuantitatif diperlukan untuk memberikan gambaran tentang keadaan pada masa yang lalu dan masa kini, serta sasaran-sasaran yang akan dicapai pada masa yang akan datang. hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian .id Pada usaha dan .g o kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas ta .b ps lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan melalui pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Dengan perkataan lain arah dari pembangunan ekonomi adalah ko mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik, disertai dengan tingkat pemerataan yang gs a sebaik mungkin. Untuk mengetahui tingkat dan pertumbuhan pendapatan masyarakat, perlu disajikan perencanaan :// la n statistik Pendapatan Nasional/Regional secara berkala, untuk digunakan sebagai bahan pembangunan nasional atau regional khususnya di bidang ekonomi. tp Angka-angka pendapatan nasional/regional dapat dipakai juga sebagai bahan evaluasi dari ht hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan oleh berbagai pihak, baik pemerintah pusat/daerah, maupun swasta. 1.2. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedang PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. Dalam publikasi ini tahun dasar yang digunakan adalah tahun 2000. PDRB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedang Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 2 Pendahuluan harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Untuk menghitung angka-angka PDRB ada tiga pendekatan yang dapat digunakan, yaitu: a. Menurut Pendekatan Produksi PDRB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha (sektor) yaitu: 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan, 2. Pertambangan dan Penggalian, 3. Industri Pengolahan, .id 4. Listrik, Gas dan Air Bersih, 7. Pengangkutan dan Komunikasi, ta .b ps 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran, .g o 5. Bangunan, 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, 9. Jasa-jasa termasuk jasa pelayanan pemerintah. gs a ko Setiap sektor tersebut dirinci lagi menjadi sub-sub sektor. :// la n b. Menurut Pendekatan Pendapatan PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya tp satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, ht bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi). c. Menurut Pendekatan Pengeluaran PDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari: (1) pengeluaran konsumsi rumahtangga dan lembaga swasta nirlaba, (2) konsumsi pemerintah, (3) pembentukan modal tetap domestik bruto, (4) perubahan stok, dan (5) ekspor neto, (ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor). Secara konsep ketiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka yang sama. Jadi, jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksi. PDRB yang Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 3 Pendahuluan dihasilkan dengan cara ini disebut sebagai PDRB atas dasar harga pasar, karena di dalamnya sudah dicakup pajak tak langsung neto. Di samping sebagai salah satu indikator dari data PDRB dapat juga diturunkan beberapa indikator ekonomi penting lainnya, seperti: 1. Produk Regional Bruto, yaitu PDRB ditambah dengan pendapatan neto dari luar negeri. Pendapatan neto itu sendiri merupakan pendapatan atas faktor produksi (tenaga kerja dan modal) milik penduduk Indonesia yang diterima dari luar negeri dikurangi dengan pendapatan yang sama milik penduduk asing yang diperoleh di Indonesia. 2. Produk Regional Neto atas dasar harga pasar, yaitu PDRB dikurangi dengan seluruh penyusutan atas barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi selama setahun. .id 3. Produk Regional Neto atas dasar biaya faktor produksi, yaitu produk regional neto atas .g o dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tidak langsung neto. Pajak tidak langsung neto merupakan pajak tidak langsung yang dipungut pemerintah dikurangi dengan subsidi ta .b ps yang diberikan oleh pemerintah. Baik pajak tidak langsung maupun subsidi, keduaduanya dikenakan terhadap barang dan jasa yang diproduksi atau dijual. Pajak tidak langsung bersifat menaikkan harga jual sedangkan subsidi sebaliknya. Selanjutnya, ko produk regional neto atas dasar biaya faktor produksi disebut sebagai Pendapatan gs a Regional. :// la n 4. Angka-angka per kapita, yaitu ukuran-ukuran indikator ekonomi sebagaimana diuraikan di atas dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. ht tp 1.3. Tujuan dan Kegunaan Statistik Produk Domestik Regional Bruto Data produk domestik regional bruto adalah salah satu indikator makro yang dapat menunjukkan kondisi perekonomian daerah setiap tahun. Manfaat yang dapat diperoleh dari data ini antara lain adalah: 1. PDRB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya. PDRB harga berlaku juga menunjukkan pendapatan yang memungkinkan untuk dinikmati oleh penduduk suatu daerah. 2. PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun. Apabila dibandingkan angka-angka nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dengan angkaangka tahun sebelumnya maka akan diketahui besarnya tingkat pertumbuhan ekonomi di suatu daerah baik secara keseluruhan maupun secara sektoral. Apabila dibandingkan angka-angka nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dengan angka-angka tahun sebelumnya maka akan diketahui besarnya tingkat pertumbuhan ekonomi di suatu daerah baik secara keseluruhan maupun secara sektoral. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 4 Pendahuluan 3. Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu daerah. Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu daerah. Dengan melihat angka persentase setiap sektor tersebut, selain dapat diketahui sumbangan atau kontribusi masing-masing sektor, sekaligus juga dapat dilihat struktur perekonomian daerah yang bersangkutan. Dengan demikian dapat diketahui apakah perekonomian daerah bersifat agraris atau non agraris. Apabila pendapatan regional dikumpulkan dari waktu ke waktu, maka akan terlihat perubahan kontribusi masing-masing sektor serta perubahan struktur ekonominya. 4. PDRB harga berlaku menurut penggunaan menunjukkan produk barang dan jasa digunakan untuk tujuan konsumsi, investasi dan diperdagangkan dengan pihak luar .id negeri. .g o 5. Distribusi PDRB menurut penggunaan menunjukkan peranan kelembagaan dalam menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi. ta .b ps 6. PDRB penggunaan atas dasar harga konstan bermanfaat untuk mengukur laju pertumbuhan konsumsi, investasi dan perdagangan luar negeri. 7. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan tingkat kemakmuran suatu ko daerah. Untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu daerah sedikit banyaknya harus gs a mempunyai angka pembanding dari daerah lain, sedangkan untuk mengetahui :// la n perkembangannya perlu diketahui angka perkembangan pendapatan secara berkala. 8. Perbandingan antara pendapatan regional atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan merupakan angka indeks implisit yang dapat dipergunakan untuk mengetahui tp adanya perubahan harga barang dan jasa secara keseluruhan. ht 9. Elastisitas kesempatan kerja dengan bantuan data tenaga kerja yang apabila disajikan bersama-sama secara series dari waktu ke waktu, maka dapat dihitung angka elastisitas kesempatan kerja terhadap pendapatan regional. Elastisitas kesempatan kerja ini mencerminkan pengaruh kenaikan/penurunan pendapatan regional terhadap kesempatan kerja. Perlu ditekankan disini bahwa kenaikan pendapatan regional bukan saja disebabkan oleh adanya kesempatan kerja yang bertambah tetapi juga disebabkan adanya penambahan modal. Pengaruh dari dua faktor ini sangat sulit dipisahkan. 10. Untuk melihat produktifitas per sektoral yaitu dengan membagi jumlah nilai tambah dari sektor yang bersangkutan dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor tersebut. Produktivitas tenaga kerja sektoral ini sangat berguna untuk mempertimbangkan penentuan alokasi tenaga kerja secara sektoral. Perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah memerlukan berbagai macam data statistik guna mengevaluasi hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai pada masa lalu serta untuk membuat perencanaan dan kebijakan demi tercapainya sasaran pembangunan yang telah ditentukan pada masa mendatang secara berdaya guna dan berhasil guna. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 5 Pendahuluan Pada hakekatnya pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan hasil-hasilnya dan mengusahakan pergeseran proses kegiatan ekonomi dari sektor primer ke arah sekunder dan tersier. Upaya ini secara keseluruhan dimaksudkan untuk mengusahakan peningkatan pendapatan masyarakat secara mantap dan diikuti oleh tingkat pemerataan yang sebaikbaiknya. 1.4. Konsep dan Definisi Untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang kondisi perekonomian .id suatu negara atau daerah dapat dilihat melalui neraca ekonominya. Seperti telah diterangkan sebelumnya perhitungan-perhitungan ini dapat dibuat dalam berbagai bentuk ta .b ps digunakan untuk perhitungan pendapatan regional. .g o sesuai dengan tujuan penggunaannya. Lebih lanjut akan diuraikan konsep dan definisi yang Konsep dan definisi menjadi amat penting untuk memahami lebih lanjut mengenai data yang tersedia. Arti, wujud fisik, karakteristik, batasan dan sifat kegiatan tentang ko eksistensi, perubahan dan perpindahan suatu barang dan jasa harus tercermin jelas dalam gs a konsep dan definisi. Definisi yang berbeda akan menghasilkan data yang berbeda pula. Perlu diingat bahwa konsep dan definisi yang termaktub dalam buku ini pada dasarnya untuk :// la n tujuan penyusunan neraca regional. tp 1.4.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ht PDRB dapat diartikan kedalam tiga pengertian, yaitu: a. Menurut pengertian produksi, PDRB adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di dalam suatu wilayah (region) dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). b. Menurut pengertian pendapatan, PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah atau daerah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Balas jasa faktor produksi meliputi upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan, semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak tak langsung lainnya. Dalam pengertian Produk Domestik Regional Bruto, kecuali faktor pendapatan di atas, termasuk pula komponen penyusutan barang modal tetap dan pajak tak langsung neto. Semua komponen pendapatan ini secara sektoral disebut Nilai Tambah Bruto, sehingga Produk Domestik Regional Bruto adalah nilai penjumlahan pada nilai tambah dari seluruh sektor (lapangan usaha). c. Menurut pengertian pengeluaran, PDRB adalah jumlah pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi rumahtangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 6 Pendahuluan Pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor neto (ekspor dikurangi impor). Dari uraian di atas dapat ditarik suatu hubungan bahwa jumlah pengeluaran untuk berbagai kepentingan tadi harus sama dengan jumlah produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus sama juga dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksinya. Produk Domestik Regional Bruto seperti yang telah diuraikan di atas disebut sebagai Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar, karena tercakup didalamnya komponen pajak tak langsung neto. Pajak tak langsung neto merupakan jumlah pajak tak langsung dikurangi subsidi. 1.4.2. Produk Regional Bruto (PRB) .id PRB merupakan Produk Domestik Regional Bruto ditambah balas jasa faktor produksi ta .b ps yang mengalir keluar milik penduduk luar wilayah. .g o milik penduduk wilayah tersebut yang berasal dari luar dikurangi balas jasa faktor produksi 1.4.3. Produk Regional Neto (PRN) ko PRN merupakan Produk Regional Bruto dikurangi dengan seluruh penyusutan atas gs a barang-barang modal tetap yang digunakan selama setahun. :// la n 1.4.4. Produk Regional Neto Atas Dasar Biaya Faktor Produksi PRN atas dasar biaya faktor produksi adalah Produk Regional atas dasar harga pasar tp dikurangi dengan pajak tak langsung. Pajak tak langsung neto sendiri merupakan pajak tak ht langsung yang dipungut pemerintah dikurangi dengan subsidi pemerintah. Baik pajak tak langsung maupun subsidi, keduanya dikenakan terhadap barang dan jasa yang diproduksi atau dijual, hanya pajak tak langsung bersifat menaikan harga jual sedangkan subsidi sebaliknya. Selanjutnya Produk Regional Neto atas dasar biaya faktor produksi disebut sebagai pendapatan regional. Oleh karena data tentang arus faktor pendapatan yang keluar maupun yang masuk ke Kabupaten Langsa sulit dipantau maka faktor pendapatan neto dari luar wilayah atau daerah ini diprediksikan dengan melakukan survei khusus. 1.4.5. Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita PDRB per kapita merupakan Produk Domestik Regional Bruto dan Pendapatan Regional dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. 1.5. Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Penghitungan PDRB atas dasar harga konstan secara berkelanjutan dan berkala sangat berguna untuk mengetahui perkembangan sektor ekonomi secara riil. Karena pada penghitungan ini tidak terkandung perubahan harga barang, melainkan hanya perubahan Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 7 Pendahuluan indikator produksinya saja. Untuk itu diperlukan penetapan tahun dasar secara nasional sebagai acuan perbandingannya. BPS telah menetapkan tahun 2000 sebagai tahun dasarnya. Sedangkan tahun dasar sebelumnya adalah tahun 2000. Untuk menghitung nilai tambah sektoral atas dasar harga konstan dikenal empat penghitungan yang masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut: 1.5.1. Revaluasi Metode revaluasi dilakukan dengan cara menilai produksi dan biaya antara masingmasing tahun dengan harga tahun dasar 2000 dan hasilnya merupakan output dan biaya antara atas dasar harga konstan 2000. Selanjutnya nilai tambah bruto atas dasar harga konstan diperoleh dari hasil selisih antara output dan biaya antara hasil penghitungan di .id atas. .g o Metode ini sangat sulit dilakukan terhadap biaya antara yang digunakan, karena mencakup komponen input yang terlalu banyak dan juga data harga kurang tersedia. Karena ta .b ps itu biaya antara atas dasar harga konstan diperoleh dari perkalian antara output atas dasar harga konstan masing-masing tahun dengan rasio tetap biaya antara terhadap output pada ko tahun dasar. gs a 1.5.2. Ekstrapolasi :// la n Dengan metode ekstrapolasi nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan tahun 2000 diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar 2000 dengan indeks produksi sebagai ekstrapolator dapat merupakan indeks dari masing-masing ht tp produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan yang dihitung. Ekstrapolasi dapat juga dilakukan terhadap perhitungan output atas dasar harga konstan, kemudian dengan menggunakan rasio tetap nilai tambah terhadap output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan. 1.5.3. Deflasi Untuk memperoleh nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dapat dilakukan dengan metode deflasi yaitu dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku masing-masing tahun dengan indeks harga. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan Indeks Harga Konsumen, Indeks Harga Perdagangan Besar dan sebagainya. Indeks harga di atas dapat pula dipakai sebagai inflator dalam keadaan dimana nilai tambah atas dasar harga yang berlaku justru diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks harga tersebut. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 8 Pendahuluan 1.5.4. Deflasi Berganda Yang dideflasi dalam deflasi berganda ini adalah output dan biaya antaranya, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator untuk penghitungan output atas dasar harga konstan biasanya merupakan Indeks Harga Produsen atau Indeks Perdagangan Besar sesuai dengan cakupan komoditasnya, sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar. Metode ini tidak banyak digunakan dalam perhitungan karena kenyataannya sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya antara, disamping karena komponennya terlalu banyak juga karena indeks harganya belum tersedia secara baik. Penghitungan komponen .id penggunaan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan juga dilakukan dengan ta .b ps cara deflasi dan ekstrapolasi lebih banyak dipakai. .g o menggunakan cara-cara di atas, tetapi mengingat data yang tersedia kurang lengkap maka 1.6. Penyajian Agregat PDRB ko Pada publikasi ini penyajian angka agregat pendapatan selalu dilakukan dalam dua gs a bentuk yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan suatu tahun dasar, yang :// la n masing-masing dapat dibedakan berikut ini: a. Untuk penyajian atas dasar harga berlaku, semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahun, baik pada saat menilai produksi, biaya ht tp antara maupun pada penilaian komponen nilai tambah dan komponen penggunaan Produk Domestik Regional Bruto. b. Penyajian atas dasar harga konstan suatu tahun dasar, semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga yang tetap yang terjadi pada tahun dasar. Karena menggunakan harga konstan, maka perkembangan agregat pandapatan dari tahun ke tahun semata-mata karena perkembangan satuan output (riil) dan bukan karena harga. Saat ini tahun dasar yang dipakai adalah tahun 2000. Dalam penyajian statistik PDRB dikenal tiga macam indeks untuk menggambarkan perubahan agregat-agregat pendapatan ini, yaitu indeks perkembangan, indeks berantai dan indeks implisit yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Indeks perkembangan, diperoleh dengan membagi nilai-nilai pada masing-masing tahun dengan nilai pada tahun dasar, dikalikan 100. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan agregat pendapatan dari tahun ke tahun terhadap tahun dasar. b. Indeks berantai, diperoleh dengan membagi nilai-nilai pada masing-masing tahun dengan nilai pada tahun sebelumnya, dikalikan 100. Jadi angka tahun sebelumnya selalu Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 9 Pendahuluan dianggap 100. Indeks ini menunjukkan tingkat pertumbuhan agregat pendapatan untuk masing-masing tahun dibandingkan tahun sebelumnya. c. Indeks implisit, diperoleh dengan membagi nilai atas dasar harga berlaku dengan nilai atas dasar harga konstan untuk masing-masing tahunnya, dikalikan dengan 100. Indeks ini menunjukkan tingkat perkembangan harga dari agregat pendapatan terhadap harga pada tahun dasar. Selanjutnya bila dari indeks implisit ini dibuat indeks berantainya, akan terlihat tingkat perkembangan harga barang dan jasa setiap tahun terhadap tahun sebelumnya. .id 1.7. Perubahan Tahun Dasar .g o Seperti telah disebutkan di awal, Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) ta .b ps disajikan dalam versi PDRB atas dasar harga berlaku, yaitu apabila semua produksi barang dan jasa yang dihasilkan dinilai berdasarkan harga pasar pada tahun yang bersangkutan, dan PDRB atas dasar harga konstan, yaitu apabila semua produksi barang dan jasa yang ko dihasilkan dinilai dengan harga pada tahun tertentu yang dipilih sebagai tahun dasar. gs a Pada prakteknya penggunaan tahun dasar sebagai dasar penghitungan PDRB atas dasar harga konstan selalu mengalami pemutakhiran. Hal tersebut perlu dilakukan untuk :// la n menjaga agar nilai PDRB atas dasar harga konstan yang dihasilkan dapat tetap menggambarkan kondisi perekonomian suatu daerah secara realistis. tp Penggunaan tahun dasar dalam penghitungan PDRB secara Nasional telah mengalami ht perubahan empat kali, yaitu tahun 1960, 1973, 1983, dan tahun 1993. Selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir harga yang digunakan untuk menghitung PDRB atas dasar harga konstan adalah harga pada tahun 1993. Namun demikian, perubahan struktur ekonomi akibat perkembangan global yang demikian pesat selama satu dasawarsa terakhir telah membuat pertumbuhan ekonomi yang dihitung dengan harga tahun 1993 menjadi lebih rendah, sehingga tidak lagi dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Oleh karena itu, BPS terdorong untuk mengganti tahun 1993 dengan tahun 2000 sebagai tahun dasar penghitungan karena situasi perekonomian dan alasan teknis berikut: a. Perubahan struktur ekonomi yang relatif cepat serta perubahan komposisi harga antara sektor primer, sekunder dan tersier mengakibatkan pengukuran pertumbuhan ekonomi berdasarkan PDRB tahun dasar 1993 menjadi terlalu rendah. b. Struktur ekonomi tahun 1993 belum tersentuh dampak deregulasi dan debirokratisasi. Sektor pertanian dan pertambangan sangat dominan, sementara sektor industri relatif masih kecil peranannya. Sejak tahun 1991 peranan sektor industri sudah melampaui peranan sektor pertanian. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 10 Pendahuluan c. Saat ini, tenggang waktu dari tahun 1993 sudah terlalu jauh sehingga apabila mengukur pertumbuhan berdasar pada tahun 1993 menjadi tidak realistis. Perkembangan ekonomi dunia dalam kurun waktu 1993-2000 yang diwarnai oleh globalisasi telah mempengaruhi perekonomian domestik. d. Pada pertengahan tahun 1997 krisis ekonomi juga merubah struktur perekonomian Nasional. e. Perekonomian Indonesia selama tahun 2000 relatif stabil dengan laju pertumbuhan PDB sebesar 4,92 persen dan inflasi pada posisi 9,35 persen. Sejak tahun 2000 hingga 2003 pertumbuhan ekonomi secara agregat terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal itu bisa bermakna sebagai awal berjalannya proses pemulihan ekonomi setelah krisis yang membuat PDB merosot sampai minus 13,13 persen di tahun 1998 dengan inflasi hingga .id mencapai 77,63 persen. .g o f. BPS telah menyusun Tabel Input-Output Indonesia 2000. Tabel I-O tersebut secara baku dipakai sebagai basis penghitungan series PDB baik sektoral maupun penggunaan. ta .b ps Besaran PDB yang diturunkan dari Tabel I-O telah mengalami uji konsistensi pada tingkat sektoral dengan mempertimbangkan kelayakan struktur permintaan maupun penawaran. g. Dalam waktu dekat, penyusunan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) maupun Indeks Konsumen (IHK) akan menggunakan ko Harga tahun 2000 sebagai tahun dasar. gs a Penyempurnaan metodologi dan cakupan komoditi akan menghasilkan series IHPB dan :// la n IHK yang lebih akurat sebagai deflator dalam penghitungan PDB. h. Ketersediaan data dasar sektor ekonomi baik harga maupun volume secara rinci tahun 2000, relatif lebih lengkap dan berkelanjutan dibandingkan tahun 1993. Hal itu tp dimungkinkan karena berbagai departemen/kementerian maupun instansi pemerintah ht lainnya ikut membangun statistik bagi keperluan perencanaan sektoral masing-masing. Dengan dukungan data-data yang lebih lengkap dan terperinci serta konsisten, diharapkan estimasi PDB dengan tahun dasar 2000 dapat disusun lebih akurat dan konsisten. i. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sebagaimana tertuang dalam buku panduan “Sistem Neraca Nasional” yang terbaru merekomendasikan bahwa estimasi PDB atas dasar harga konstan sebaiknya dimutakhirkan secara periodik dengan menggunakan tahun referensi yang berakhiran 0 dan 5. Hal ini juga sudah didukung oleh komitmen pimpinan kantor statistik negara Asean pada tahun 2000 dengan maksud agar besaran angka-angka PDB dapat saling diperbandingkan antar negara dan antar waktu guna keperluan analisis kinerja perekonomian dunia. Dengan demikian, pemutakhiran tahun dasar penghitungan PDRB dari tahun 1993 ke tahun 2000 menjadi perlu dilakukan agar hasil estimasi PDRB sektoral maupun penggunaan menjadi lebih realistis. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 11 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Pendahuluan Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 12 o. id s. g ng sa ko ta .b p TINJAUAN EKONOMI KOTA LANGSA ht tp :// la - Struktur Ekonomi - Pertumbuhan Ekonomi - Perkembangan Pendapatan Per Kapita - Inflasi/Deflasi Tinjauan Ekonomi Kota Langsa BAB II TINJAUAN EKONOMI KOTA LANGSA 2.1. Struktur Ekonomi Struktur perekonomian menunjukkan besarnya kontribusi masing-masing sektor ekonomi di suatu daerah. Dengan mengamati struktur perekonomian akan tampak seberapa besar kekuatan ekonomi suatu negara atau daerah. Indikator makro semacam ini sangat penting bagi pengambilan keputusan untuk menentukan arah dan sasaran kebijakan pembangunan di masa yang akan datang. .id Pola kegiatan ekonomi Kota Langsa sejak tahun 2003 dapat dikatakan sama. Kontribusi terbesar selalu disumbangkan oleh sektor tersier. Bahkan sampai tahun 2008 .g o kontribusi tersebut selalu lebih dari 50 persen dan secara umum cenderung meningkat. Pada ta .b ps tahun 2003 kontribusi sektor tersier di Kota Langsa mencapai 53,9 persen. Sampai lima tahun berikutnya sektor ini semakin mengukuhkan dominasinya dalam perekonomian Kota Langsa dengan kontribusi mencapai 57,43 persen. ko Apabila dilihat dari sektor-sektor pembentuk sektor tersier, maka diketahui bahwa peranan paling besar, bahkan gs a selama periode 2003 hingga 2008 sektor perdagangan, hotel, dan restoran mempunyai dalam struktur ekonomi Kota Langsa secara keseluruhan. :// la n Kontribusinya dalam kurun waktu tersebut pun cenderung meningkat dengan rata-rata peningkatan 0,68 persen tiap tahunnya. Kontribusi tahun 2003 mencapai 25,20 persen dan tp terus meningkat menjadi 27,58 persen pada tahun 2008. Hal ini menunjukkan bahwa sektor ht perdagangan, hotel, dan restoran merupakan leading sector perekonomian wilayah tersebut. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 13 Tinjauan Ekonomi Kota Langsa Kontribusi terbesar kedua pada sektor tersier selama lima tahun terakhir diberikan oleh sektor jasa-jasa. Apabila ditinjau dari struktur perekonomian Kota Langsa secara keseluruhan, sektor jasa-jasa memberikan kontribusi terbesar ketiga setelah sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor industri pengolahan. Namun, selama lima tahun terakhir kontribusi sektor ini cenderung meningkat. Dari 17,50 persen di tahun 2003 naik menjadi 18,02 persen di tahun 2008. Pada tahun 2008 kontribusi sektor pengangkutan dan komunikasi sebagai bagian dari sektor tersier sedikit meningkat dibanding tahun 2007, dari 8,15 persen menjadi 8,36 persen. Adapun sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan memiliki peranan yang cenderung stabil terhadap perekonomian Langsa selama lima tahun terakhir. Kontribusinya berkisar 3 persen. .id Kontribusi sektor sekunder menempati urutan kedua dalam perekonomian Kota .g o Langsa. Namun, selama periode 2003 hingga 2008 peranan sektor sekunder cenderung stabil. Nilainya berkisar pada angka 30 persen. ta .b ps Sektor industri pengolahan sebagai salah satu pembentuk sektor sekunder mempunyai andil yang paling besar. Dalam perekonomian Kota Langsa sektor ini merupakan kontributor terbesar ke dua setelah sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Namun, ko selama periode tahun 2003 sampai 2008 kontribusinya cenderung menurun. Kontribusi pada gs a tahun 2003 sebesar 21,14 persen dan terus menurun sampai tahun 2007 menjadi 18,46 :// la n persen dan sedikit naik menjadi 18,55 persen pada tahun 2008. 31 ht tp Gambar 2.2 Perkembangan Kontribusi Sektor Sekunder Terhadap Perekonomian Kota Langsa tahun 2003-2008 (Persen) 30.5 30 29.5 29 28.5 28 27.5 27 2003 2004 2005 2006 Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 2007 2008 14 Tinjauan Ekonomi Kota Langsa Pembentuk sektor sekunder yang lain adalah sektor listrik dan air bersih serta sektor bangunan. Peranan sektor listrik dan air bersih terhadap perekonomian Kota Langsa selama lima tahun terakhir kurang dari satu persen dan cenderung stabil. Besaran yang ditunjukkan antara 0,47-0,48 persen. Bahkan kontribusi antara tahun 2007 dengan 2008 tidak berubah, tetap 0,48 persen. Sektor bangunan selama kurun waktu 2003 hingga 2008 cenderung meningkat, meskipun terjadi penurunan di tahun 2004. Dimana pada tahun 2003 kontribusi sector ini adalah sebesar 8,97 persen dan turun ditahun 2004 menjadi 8,82 persen tetapi kembali meningkat menjadi 9,31 persen pada tahun 2008. Peningkatan ini sebagai konsekuensi logis dari kestabilan sektor sekunder selama kurun waktu tersebut di mana dua sektor pembentuk yang lain masing-masing cenderung turun dan stabil. .id Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, kontribusi sektor primer terhadap .g o perekonomian Kota Langsa tetap menempati urutan ketiga dengan kecenderungan menurun. Hal ini sesuai dengan wilayah yang berstatus kota di mana konversi lahan pertanian semakin ta .b ps lama semakin besar. Apabila pada tahun 2005 kontribusi sektor primer masih 15,12 persen, maka pada tahun-tahun berikutnya menurun rata-rata 0,29 persen. Terakhir, yaitu pada tahun 2008, kontribusi sektor primer terhadap perekonomian Kota Langsa sebesar 14,25 ko persen. Atau dengan kata lain, selama empat tahun terakhir kontribusi sektor ini turun :// la n gs a sekitar satu persen. ht 16.00 tp Gambar 2.3 Perkembangan Kontribusi Sektor Primer Terhadap Perekonomian Kota Langsa tahun 2003-2008 (Persen) 15.50 15.00 14.50 14.00 13.50 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Sektor pertanian mempunyai andil terbesar dalam pembentukan sektor primer. Bahkan, apabila dilihat dari struktur perekonomian Kota Langsa secara keseluruhan sektor ini mempunyai andil yang cukup besar, yaitu menempati urutan ke empat setelah sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor industri pengolahan, serta sektor jasa-jasa, meskipun dengan kecenderungan menurun. Fakta ini menunjukkan bahwa konversi lahan Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 15 Tinjauan Ekonomi Kota Langsa pertanian yang terjadi sebagai konsekuensi dari wilayah yang berstatus kota memerlukan perhatian lebih. Konversi yang terjadi harus diusahakan ke sektor-sektor produktif agar perekonomian tetap stabil, bahkan meningkat. Berbeda dengan sektor pertanian, kontribusi sektor pertambangan dan penggalian sebagai bagian dari sektor primer sangat kecil dan juga cenderung stabil. Kontribusi yang diberikan terhadap perekonomian Kota Langsa sebesar 0,40 persen pada tahun 2003 dan tiga tahun kemudian, pada tahun 2008 menunjukkan besaran yang sedikit menurun yaitu 0,39 persen. Tabel 2.1 Peranan Sektor Ekonomi dalam PDRB Kota Langsa Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Sektor, 2003-2008 (persen) 2003 2004 2005 2006 2007r) 2008*) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) ta .b ps .g o .id Sektor 15,52 15,46 15,12 14,93 14,53 14,25 1. Pertanian 15,12 15,06 14,72 14,54 14,15 13,86 2. Pertambangan & Penggalian 0,40 0,40 0,40 0,39 0,38 0,39 30,58 29,99 29,06 28,8 28,23 28,24 21,14 20,70 19,74 19,32 18,46 18,55 0,47 0,47 0,47 0,46 0,48 0,48 8,97 8,82 8,85 9,02 9,29 9,31 53,90 25,00 54,54 25,06 55,82 56,24 57, 25 57,43 25,68 26,22 26,98 27,58 7. Pengangkutan & Komunikasi 8,15 8,12 8,37 8,32 8,50 8,36 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 3,25 3,35 3,42 3,42 3,48 3,47 17,50 18,01 18,35 18,28 18,29 18,02 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 ko Primer gs a Sekunder 4. Listrik & Air Minum tp 5. Bangunan/Konstruksi :// la n 3. Industri Pengolahan ht Tersier 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 9. Jasa-jasa PDRB Ket: r) Angka Revisi *) Angka Sementara Berdasarkan struktur perekonomian yang terbentuk sepanjang periode 2003 hingga 2008, maka semakin mengukuhkan Kota Langsa sebagai kota perdagangan dan jasa dengan kontribusi kelompok sektor tersier mencapai lebih dari 50 persen. Kontribusi yang telah diberikan oleh masing-masing kelompok sektor tentunya harus lebih dioptimalkan, meskipun nantinya optimalisasi kontribusi ini tentunya akan sangat tergantung pada kinerja ekonomi masing-masing sektor di tahun-tahun yang akan datang. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 16 Tinjauan Ekonomi Kota Langsa Gambar2.4 Struktur Perekonomian Kota Langsa tahun 2008 (Persen) Keuangan,Persewa Angkutan & Komunikasi , 8.36 an & Jasa Perusahaan, 3.47 Perdagangan,Hotel & Restoran, 27.58 Jasa-jasa, 18.02 Bangunan, 9.31 Pertanian, 13.86 .id Industri Pengolahan, 18.55 Listrik & Air, 0.48 ko ta .b ps .g o Pertambangan & Penggalian, 0.39 gs a 2.2. Pertumbuhan Ekonomi :// la n Pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan salah satu ukuran kinerja pembangunan daerah khususnya di bidang perekonomian. Pertumbuhan ekonomi ini dapat dilihat dari laju pertumbuhan PDRB atas harga konstan, yaitu dengan menghilangkan faktor tp perubahan harga (inflasi) dan menggunakan faktor pengali harga konstan (at constant price ht inflation factor) sehingga diperoleh gambaran peningkatan produksi secara makro. Sesuai dengan panduan dari “The System of National Accounts 1993 (SNA)”, pembagian nilai pertumbuhan ekonomi untuk negara Indonesia dibagi ke dalam dua bagian, yaitu pertumbuhan PDRB Dengan Migas dan Tanpa Migas. Dengan demikian, maka nilai pertumbuhan PDRB Kota Langsa dengan dan tanpa migas adalah sama karena kegiatan sub sektor pertambangan dan industri pengolahan migas tidak ada di kota ini. Sepanjang kurun waktu 2003 hingga 2008 perekonomian Kota Langsa menunjukkan pertumbuhan yang positif dengan level berbeda-beda. Pada tahun 2004 pertumbuhan ekonomi kota ini, mencapai 4,17 persen. Hal ini mengindikasikan kinerja pembangunan daerah yang semakin baik. Namun, tahun 2005 dan 2006 pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan, namun masih menunjukkan angka positif. Ada kemungkinan beberapa sektor mengalami kejenuhan produksi pada dua tahun tersebut. Selain itu, penurunan tersebut sedikit banyak merupakan dampak dari bencana tsunami yang melanda Aceh dan Nias di penghujung tahun 2004. Pada tahun 2007 perekonomian Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 Kota Langsa kembali 17 Tinjauan Ekonomi Kota Langsa memperlihatkan kemajuan dengan meningkatnya kembali pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain, kinerja pembangunan daerah mengalami kemajuan-kemajuan yang sangat berarti. Pada tahun 2007 tingkat pertumbuhan riil sektor ekonomi Kota Langsa sebesar 3,93 persen, lebih tinggi dari angka 2006 yang mencapai angka 3,66 persen. Hal ini menggambarkan peningkatan nilai produksi secara makro pada tahun 2007 lebih besar dibandingkan tahun 2006. Di tahun 2008 perekonomian Kota Langsa semakin menunjukkan kemajuan dengan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi menjadi 4,33 persen. Empat sektor utama yang menjadi sumber pertumbuhan ekonomi tersebut adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang menyumbang 1,85 persen, sektor industri pengolahan menyumbang 1,01 persen, sektor jasa-jasa menyumbang 0,45 persen, dan sektor bangunan .g o .id menyumbang 0,41 persen. ta .b ps Gambar 2.5 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kota Langsa tahun 2003-2008 ko 4.17 3.93 gs a 3.92 3.66 2004 2005 2006 2007 2008 ht 2003 tp :// la n 3.69 4.33 Apabila dilihat secara sektoral, pada tahun 2008 pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 6,71 persen. Pertumbuhan sektor ini cenderung meningkat selama periode tahun 2003 hingga 2008. Hanya pada tahun 2005 sempat mengalami penurunan menjadi 4,31 persen. Salah satu penyebabnya adalah bencana tsunami yang menjadikan kegiatan perdagangan, hotel, dan restoran sempat lesu. Namun, tiga tahun berikutnya menunjukkan peningkatan kembali. Kondisi ini menunjukkan adanya perbaikan kinerja pada sektor tersebut. Selain itu, hal tersebut sejalan dengan kenyataan bahwa sektor perdagangan, hotel, dan restoran mempunyai andil terbesar dalam perekonomian Kota Langsa dengan kecerendungan meningkat tiap tahunnya. Sektor pertambangan dan penggalian menempati posisi kedua dengan pertumbuhan tercatat sebesar 6,18 persen. Angka ini menunjukkan peningkatan dibanding tahun sebelumnya sebesar 6,10 persen. Walaupun pertumbuhannya tinggi, namun tidak mampu Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 18 Tinjauan Ekonomi Kota Langsa mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi Kota Langsa. Ini menunjukan suatu sektor belum tentu dapat mendorong pertumbuhan ekonomi secara total walaupun pertumbuhannya relatif tinggi. Besar kecilnya kontribusi sektor tersebut terhadap perekonomian secara total juga menjadi faktor yang berpengaruh. Apabila kontribusinya besar, maka pertumbuhan suatu sektor yang relatif tinggi akan sangat mendongkrak pertumbuhan ekonomi secara total. 2003 2004 2005 2006 2007r) 2008*) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Pertanian 2,23 2,86 0,82 1,74 1,87 1,96 2. Pertambangan dan Penggalian 2,64 3,86 3,33 5,66 6,10 6,18 3. Industri Pengolahan 2,22 3,26 3,76 3,73 4,75 4. Listrik dan Air Minum 5,19 1,86 2,14 4,29 4,74 4,80 5. Bangunan 4,61 5,22 4,34 3,84 4,19 4,46 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,19 5,58 4,31 5,82 6,27 6,71 4,49 4,58 3,79 8,61 2,83 2,54 2,28 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 8,03 6,51 4,28 2,31 4,59 3,81 9. Jasa-jasa 2,88 13,52 2,89 2,18 2,30 2,60 3,69 4,17 3,92 3,66 3,93 4,33 gs a ht Ket: ) Angka Revisi *) Angka Sementara tp PDRB r :// la n 7. Pengangkutan dan Komunikasi ko ta .b ps .g o Sektor .id Tabel 2.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Langsa Menurut Sektor, 2003–2008 (persen) Pertumbuhan sektoral tahun 2008 yang relatif tinggi juga dialami sektor listrik dan air bersih, sektor industri pengolahan, dan sektor bangunan, yaitu masing-masing sebesar 4,80 persen, 4,75 persen, dan 4,46 persen. Ketiga angka petumbuhan tersebut mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Khusus sektor industri pengolahan, peningkatan tersebut cukup signifikan karena pertumbuhan pada tahun 2007 sebesar 3,73 persen. Pertumbuhan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan cukup fluktuatif. Pada tahun 2003 mengalami penurunan sampai tahun 2006. Kemudian beranjak naik menjadi 2,31 persen di tahun 2007 dan tahun 2008 kembali sedikit turun, menjadi 3,81 persen. Artinya, tidak ada percepatan peningkatan kinerja di sektor ini pada tahun 2008. Sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa mengalami pertumbuhan sekitar 2 persen pada tahun 2008. Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami perlambatan dalam pertumbuhannya. Pertumbuhan tahun 2007 sebesar 2,54 persen sedikit turun menjadi 2,28 persen pada tahun 2008. Sektor ini juga hanya menyumbang 0,17 persen Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 19 Tinjauan Ekonomi Kota Langsa terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Langsa secara total. Sebaliknya, sektor jasa-jasa mengalami percepatan dalam pertumbuhannya. Pertumbuhan tahun 2007 sebesar 2,30 persen naik menjadi 2,60 persen di tahun 2008. Sektor pertanian yang mempunyai andil cukup besar dalam perekonomian Kota Langsa juga mengalami percepatan dalam pertumbuhannya selama tiga tahun terakhir, meskipun relatif kecil. Apabila pada tahun 2006 pertumbuhannya sebesar 1,74 persen, maka pada tahun 2007 naik menjadi 1,87 persen dan kembali naik menjadi 1,97 persen di tahun 2008. Sektor ini menyumbang 0,26 persen terhadap pertumbuhan total. Penyumbang terbesar adalah subsektor tanaman perkebunan, yaitu 0,12 persen. .id 2.3. Pendapatan Per Kapita .g o Pendapatan per kapita menunjukkan besarnya pendapatan yang dapat dinikmati oleh ta .b ps setiap penduduk secara rata-rata. Produk Domestik Regional Bruto per kapita merupakan hasil bagi antara PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun, sedangkan Pendapatan Regional per kapita diperoleh dari hasil bagi antara Produk Domestik Regional Neto (PDRN) ko atas biaya faktor produksi (PDRB yang telah dikurangi penyusutan dan pajak tak langsung) dengan penduduk pertengahan tahun. Peningkatan jumlah penduduk dan besarnya PDRB gs a suatu daerah sangat menentukan besar PDRB per kapita daerah tersebut. Atau dengan kata :// la n lain, dengan melihat pertumbuhan ekonomi dan laju pertumbuhan penduduk dapat dilihat peningkatan dalam pendistribusian PDRB per kapita maupun pendapatan regional per kapita. Angka pendapatan per kapita lazim digunakan sebagai salah satu indikator untuk ht tp melihat tingkat kesejahteraan penduduk. Namun, hal ini perlu diinterpretasikan secara hatihati karena angka ini belum memperhitungkan net factor income, yaitu selisih antara income out flow dengan income in flow. Sepanjang kurun waktu 2003 sampai 2008 pendapatan per kapita Kota Langsa cenderung meningkat. Pendapatan per kapita 2008 Kota Langsa atas dasar harga berlaku mencapai Rp 9.036.847,-. Nilai tersebut meningkat apabila dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 8.132.397,-. Adapun atas dasar konstan 2000, pendapatan per kapita Kota Langsa juga selalu meningkat selama lima tahun terakhir. Tahun 2008 pendapatan per kapita atas dasar harga konstan 2000 sebesar RP 5.483.454,-. Besaran tersebut naik sekitar 4 persen apabila dibandingkan tahun 2007 sebesar Rp 5.268.332,-. Di sisi lain, belenggu kemiskinan masih menjerat hampir separuh penduduk Langsa. Merujuk garis kemiskinan yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik yakni 175 ribu rupiah per orang per bulan, seharusnya dengan pendapatan per kapita 9 juta rupiah atau sekitar 753 ribu rupiah per bulan dapat dikatakan bahwa tidak ada penduduk miskin di Langsa. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 20 Tinjauan Ekonomi Kota Langsa Dengan kata lain, distribusi pendapatan di daerah ini masih belum dapat dinikmati secara merata oleh seluruh penduduk Kota Langsa. ADHK 2000 Nilai (Rupiah) Nilai (Rupiah) (1) (2) (3) 2003 6.024.534 4.812.011 2004 6.412.027 4.828.018 2005 6.897.700 2006 7.516.133 2007r) 8.132.397 5.219.526 2008*) 9.036.847 5.435.535 .g o 5.073.009 :// la n ht tp Ket: r) Angka Revisi *) Angka Sementara 4.930.091 gs a ta .b ps Tahun .id ADHB ko Tabel 2.3 Pendapatan Per Kapita Kota Langsa, 2003–2008 Gambar 2.6 Pendapatan Per Kapita Kota Langsa Tahun 2003-2008 10000000 9000000 8000000 7000000 6000000 5000000 4000000 3000000 2000000 1000000 0 2003 2004 2005 ADHB 2006 2007 2008 ADHK Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 21 Tinjauan Ekonomi Kota Langsa 2.4. Inflasi/Deflasi Inflasi merupakan salah satu indikator makro seperti halnya pertumbuhan ekonomi dan tingkat pengangguran. Inflasi dapat didefinisikan sebagai kenaikan tingkat harga yang terjadi secara terus-menerus dalam periode tertentu. Dalam menganalisis perekonomian suatu negara atau daerah, masalah inflasi sering menjadi topik yang banyak dibicarakan. Fluktuasi angka inflasi menggambarkan seberapa besar gejolak ekonomi terutama harga, yang terjadi di suatu negara atau daerah dan seberapa jauh pengaruhnya terhadap kemampuan daya beli masyarakat. Lebih jelasnya, masalah inflasi dapat menimbulkan efek atau akibat yang buruk .id kepada masyarakat. Akibat buruk yang paling nyata ialah kemerosotan pendapatan riil yang diterima masyarakat. Pendapatan pekerja-pekerja tidak selalu mengalami perubahan untuk .g o menyesuaikan dengan keadaan inflasi. Dengan demikian, inflasi akan menurunkan ta .b ps pendapatan riil dari pekerja-pekerja yang berpendapatan tetap yang kerap kali merupakan sebagian besar dari angkatan kerja dalam perekonomian. Ini merupakan salah satu alasan penting yang menyebabkan masalah inflasi perlu dihindari. ko Dengan menggunakan pertumbuhan dari PDRB deflator diperoleh indikator inflasi gs a indeks harga implisit. Data tingkat perkembangan harga dari PDRB dapat tercermin dari perubahan indeks harga implisit. Indeks ini merupakan perbandingan antara PDRB Riil :// la n dengan PDRB Nominal. Peningkatan indeks harga implisit menunjukkan kenaikan harga barang dan jasa, demikian sebaliknya. Perubahan indeks harga implisit dari PDRB merupakan tp gambaran dari peningkatan harga seluruh barang dan jasa dalam periode satu tahun. Angka ht ini mempunyai arti yang hampir sama dengan ukuran indeks harga konsumen (IHK), hanya berbeda cakupannya. Selama tahun 2003 hingga 2008, inflasi di Kota Langsa cukup fluktuatif, namun masih bertahan pada angka satu digit tiap tahunnya. Tahun 2003 inflasi mencapai 6,90 persen dan terus bergerak turun pada level 5,37 persen pada tahun 2005. Pada tahun 2006 inflasi Kota Langsa naik sampai level 5,90 persen dan tahun 2007 inflasi turun menjadi 5,16 persen. Turunnya angka inflasi tersebut mengindikasikan perekonomian Kota Langsa tahun 2007 kembali stabil. Namun, di tahun 2008 inflasi kembali naik menembus level 6,71 persen. Secara sektoral, pada tahun 2008 sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami inflasi tertinggi sebesar 7,03 persen. Inflasi sektor pertanian menempati urutan kedua sebesar 6,95 persen. Setelah dua sektor tersebut, secara berturut-turut diikuti oleh inflasi sektor jasa-jasa sebesar 6,93 persen, inflasi sektor Bangunan/kontruksi 6,80 persen, inflasi sektor industri pengolahan 6,78 persen, inflasi sektor listrik dan air minum 6,75 persen, inflasi sektor pertambangan dan penggalian 6,69 persen, inflasi sektor perdagangan, hotel, dan restoran 6,65 persen. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 22 Tinjauan Ekonomi Kota Langsa Sektor 2003 2004 2005 2006 2007r) 2008*) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Pertanian 7,10 7,02 6,16 6,57 4,35 6,95 2. Pertambangan Dan Penggalian 8,53 6,47 6,15 1,29 0,69 6,69 3. Industri Pengolahan 4,92 4,77 -0,07 3,56 0,65 6,78 4. Listrik Dan Air Minum 7,42 8,51 7,58 4,10 7,85 6,75 5. Bangunan/Kontruksi 5,90 3,18 5,30 7,82 7,94 6,80 6. Perdagangan, Hotel Dan Restoran 5,05 4,93 7,56 5,92 5,79 6,65 15,79 6,12 3,82 6,20 8,84 7,03 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 8,08 7,05 .id Tabel 2.4 Indikator Inflasi Indeks Harga Implisit Menurut Sektor, 2003-2008 (persen) 7,44 6,28 6,73 9. Jasa-Jasa 8,46 9,83 8,40 7,04 6,85 6,93 6,90 6,07 5,37 5,90 5,16 6,71 ta .b ps LANGSA gs a ko Ket: r) Angka Revisi *) Angka Sementara 7,16 .g o 7. Pengangkutan Dan Komunikasi tp ht 18.00 16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 :// la n Gambar 2.7 Laju Inflasi Sektoral Kota Langsa Tahun 2003 dan 2008 (Persen) Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 2003 2008 23 o. id la Sektor Pertanian Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Industri Pengolahan Sektor Listrik dan Air Bersih Sekktor Bangunan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan - Sektor Jasa-Jasa ht tp :// - ng sa ko ta .b p s. g PERKEMBANGAN EKONOMI SEKTORAL DAN PERANANNYA Perkembangan Ekonomi Sektoral dan Peranannya BAB III PERKEMBANGAN EKONOMI SEKTORAL DAN PERANANNYA Struktur perekonomian Kota Langsa secara sektoral selama kurun waktu tujuh tahun terakhir menunjukan karakteristik sebagai kota jasa. Kegiatan perekonomian daerah ini masih didominasi oleh kelompok sektor tersier. Kontribusi sektor ini selalu lebih dari 50 persen tiap tahunnya. Namun demikian, peranan sektor sekunder dan primer tidak dapat diabaikan begitu saja. Peranan sektor sekunder selama enam tahun terakhir cenderung stabil dengan persentase sekitar 30 persen. Sedangkan sektor primer meskipun peranannya cenderung menurun, namun sektor pertanian sebagai bagian dari sektor primer masih .id memegang peranan penting dalam perekonomian Kota Langsa. Secara lengkap tinjauan PDRB .g o sektoral Kota Langsa selama kurun waktu 2003 hingga 2008 adalah sebagai berikut: ta .b ps 3.1. Sektor Pertanian Sumbangan sektor pertanian dalam pembentukan PDRB Kota Langsa masih ko menduduki peringkat ke empat walaupun terjadi penurunan konstribusi tiap tahunnya. Sektor pertanian mencakup sub sektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, gs a peternakan, kehutanan, dan perikanan. Dari tahun ke tahun peranan sektor pertanian :// la n terhadap perekonomian Kota Langsa semakin menurun. Berdasarkan harga berlaku, peranan sektor agraris ini hanya mencapai 13,86 persen pada tahun 2008. Angka ini menurun apabila dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 14,15 persen. tp Kontribusi keenam sub sektor pembentuk sektor pertanian terhadap perekonomian ht Kota Langsa menurun pada tahun 2008. Kontribusi tertinggi diberikan oleh sub sektor perikanan sebesar 5,07 persen. Kontribusi sub sektor lainnya secara berurutan adalah sub sektor perkebunan sebesar 3,62 persen, sub sektor peternakan 2,59 persen, kemudian tanaman bahan makanan 2,46 persen, dan terakhir sub sektor kehutanan sebesar 0,13 persen. Dilihat dari sisi pertumbuhan, sektor pertanian selama kurun waktu 2003-2008 belum mampu menunjukan kinerja yang menggembirakan dengan pertumbuhan di bawah 3 persen. Pada tahun 2008, sektor pertanian tumbuh sebesar 1,96 persen, sedikit lebih tinggi dibanding pertumbuhan tahun 2007 yang mencapai 1,87 persen. Penyumbang utama pertumbuhan tersebut adalah sub sektor tanaman perkebunan sebesar 0,90 persen dan sub sektor perikanan sebesar 0,52 persen. Sampai tahun 2007 tingkat harga produk pertanian Kota langsa cukup stabil. Hal ini ditunjukkan oleh laju inflasi yang cenderung menurun antar kurun waktu. Namun, pada tahun 2008 terjadi gejolak harga produk sektor ini yang ditandai dengan naiknya laju inflasi dari 4,35 persen menjadi 6,95 persen. Inflasi tertinggi terjadi pada sub sektor kehutanan Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 25 Perkembangan Ekonomi Sektoral dan Peranannya sebesar 8,79 persen diikuti sub sektor tanaman bahan makanan sebesar 7,02 persen. Sedangkan inflasi terendah terjadi pada sub sektor tanaman perkebunan sebesar 6,87 persen. Tabel 3.1 Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian Menurut Sub Sektor, 2003-2008 (persen) 2006 r Uraian 2003 2004 2005 (1) (2) (3) (4) 1.1. Tanaman Bahan Makanan 2,80 2,81 2,76 2,70 2,53 2,46 1.2. Tanaman Perkebunan 3,83 3,82 3,79 3,76 3,64 3,62 1.3. Peternakan 2,72 2,76 2,68 2,65 2,65 2,59 1.4. Kehutanan 0,15 0,15 0,15 0,14 0,13 0,13 1.5. Perikanan 5,61 5,35 5,35 5,28 5,20 5,07 15,12 15,06 14,72 14,54 14,15 13,86 2,54 3,05 3,91 1,34 1,24 1,15 1,30 3,26 1,71 3,14 3,27 3,41 2,74 2,57 2,07 1,71 1,76 1,78 -1,10 -0,25 -39,25 -1,72 1,76 -1,33 2,54 2,72 -1,02 1,02 1,23 1,44 2,23 2,86 0,82 1,74 1,86 1,97 (5) 2007 ) 2008*) (6) (7) 2.1. Tanaman Bahan Makanan tp ht 2.5. Perikanan :// la n 2.2. Tanaman Perkebunan gs a 2. Pertumbuhan 2.4. Kehutanan .g o ta .b ps ko Kontribusi Sektor Pertanian 2.3. Peternakan .id 1. Kontribusi Pertumbuhan Sektor Pertanian Ket: r) Angka Revisi *) Angka Sementara Gambar 3.1 Laju Inflasi Sektor Pertanian Tahun 2003-2008 (Persen) 8.00 7.10 7.00 7.02 6.95 6.57 6.16 6.00 5.00 4.35 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 2003 2004 2005 2006 Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 2007 2008 26 Perkembangan Ekonomi Sektoral dan Peranannya 3.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan pengalian merupakan sektor yang paling rendah sumbangannya-kurang dari 1 persen-terhadap perekonomian Langsa. Selama kurun waktu 2003 hingga 2008 kontribusi yang diberikan sektor ini relatif stagnan, yaitu 0,4 persen. Ketiadaan sumberdaya pertambangan terutama minyak dan gas yang dapat dieksploitasi menyebabkan sektor ini belum mampu berbuat banyak terhadap perekonomian Kota Langsa. Sehingga besaran PDRB sektor ini otomatis ditentukan oleh dua sub sektor saja, yaitu sub sektor penggalian dan sub sektor penggaraman. Akan tetapi, ada satu hal yang patut diperhitungkan dari sektor pertambangan dan penggalian. Sektor ini memiliki produktivitas yang sangat baik. Terlihat dari laju .id pertumbuhannya yang terus mengalami percepatan selama periode 2003-2008. Pada tahun 2003 sektor ini mencatat pertumbuhan sebesar 2,64 persen dan tahun 2004 mengalami .g o akselerasi menjadi sekitar 3,86 persen. Meski sempat turun di tahun 2005, namun ta .b ps pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian terus memperlihatkan peningkatan yang pesat hingga mencapai 6,18 persen di tahun 2008. Angka yang cukup tinggi untuk ukuran ko pertumbuhan ekonomi. tp ht 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 :// la n gs a Gambar 3.2 Pertumbuhan dan Laju Inflasi sektor Pertambangan dan Penggalian Tahun 2003-2008 (Persen) 2003 2004 2005 Pertumbuhan 2006 2007 Laju Inflasi 2008 Harga produk sektor pertambangan dan penggalian dari tahun 2003 sampai tahun 2007 mengalami penstabilan yang sangat berarti. Hal ini ditunjukkan dengan laju inflasi 2003 sebesar 8,53 persen dapat ditekan sampai 0,69 persen pada tahun 2007. Namun, sama halnya dengan sektor pertanian, harga produk sektor pertambangan dan penggalian juga mengalami kenaikan di tahun 2008. Laju inflasi sektor ini mengalami kenaikan drastis dari tahun sebelumnya dan mencapai 6,69 persen. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 27 Perkembangan Ekonomi Sektoral dan Peranannya 3.3. Sektor Industri Pengolahan Kontribusi sektor industri pengolahan selama enam tahun terakhir cukup fluktuatif, namun cenderung menurun. Pada tahun 2003, peranan sektor industri pengolahan dalam perekonomian Langsa mencapai 21,32 persen dan kemudian sedikit naik pada tahun berikutnya menjadi 21,62 persen. Tiga tahun berikutnya kontribusi sektor ini memperlihatkan penurunan sampai level 19,17 persen di tahun 2007. Perbaikan kinerja sektor industri pengolahan di tahun 2008 belum terlalu terasa karena kenaikan kontribusi sektor ini tidak signifikan, hanya 0,06 persen. Sejalan dengan kontribusinya, pertumbuhan sektor industri pengolahan juga cukup fluktuatif. Dari tahun 2003 sampai tahun 2005 pertumbuhan sektor ini menunjukkan grafik .id naik, yaitu dari 2,22 persen menjadi 4,49 persen. Dua tahun berikutnya mengalami penurunan hingga menjadi 3,73 persen di tahun 2007. Perbaikan kinerja ditunjukkan sektor .g o ini dengan capaian angka pertumbuhan 4,75 persen di tahun 2008. Dengan kata lain, pada ta .b ps tahun tersebut telah terjadi peningkatan produktivitas sektor industri pengolahan yang ko cukup signifikan. gs a Gambar 3.3 Pertumbuhan dan Laju Inflasi Sektor Industri Pengolahan Tahun 2003-2008 (Persen) :// la n 8 7 tp 6 4 Pertumbuhan ht 5 Laju Inflasi 3 2 1 0 -1 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Sektor industri pengolahan diharapkan akan saling menopang dengan sektor lainnya, seperti sektor bangunan dan sektor perdagangan. Beberapa produk sektor industri merupakan input bagi sektor bangunan, seperti industri batu bata, genteng, papan, teralis dan lain sebagainya. Sebaliknya, sektor bangunan sendiri merupakan penunjang sektor industri dalam penyiapan daya saing dan daya dukung infrastruktur ekonomi. Oleh karena itu, ke depan kestabilan harga dalam sektor industri pengolahan harus tetap diperhatikan. Sampai tahun 2007 kestabilannya cukup terjaga, ditunjukkan dengan laju inflasi sektor industri pengolahan yang cenderung menurun. Namun, tahun 2008 terjadi gejolak kenaikan Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 28 Perkembangan Ekonomi Sektoral dan Peranannya harga yang signifikan. Inflasi pada tahun tersebut mencapai 6,78 persen, padahal tahun sebelumnya hanya 0,65 persen. 3.4. Sektor Listrik, Gas, dan Air Minum Selain sebagai sektor penunjang kegiatan ekonomi dan infrastruktur yang mendorong aktivitas produksi, sektor listrik, gas, dan air minum juga berperan memenuhi kebutuhan masyarakat. Meskipun demikian, sumbangan nilai tambah sektor ini dalam pembentukan nilai tambah perekonomian Kota Langsa secara keseluruhan termasuk yang paling rendah dibanding dengan sektor lain. Selama kurun waktu 2003 hingga 2008 sektor ini memberikan sumbangan relatif stabil dalam kisaran angka 0,47 hingga 0,48 persen. Di tahun 2008, sektor .id listrik dan air minum mengalami pertumbuhan sebesar 4,80 persen, naik bila dibanding dengan tahun 2007 yang tumbuh 4,74 persen. .g o Sebagian besar kontribusi yang diberikan sektor ini berasal dari sub sektor listrik dan ta .b ps hanya sebagian kecil saja dari sub sektor air minum. Adapun sub sektor gas tidak terdapat di wilayah ini sehingga nilainya nol. Sub sektor listrik pada tahun 2008 sangat sedikit mengalami peningkatan pertumbuhan, hanya sebesar 0,06 persen dari tahun 2007 sebesar ko 4,88 persen. Demikian juga dengan sub sektor air minum, hanya meningkat 0,05 persen dari gs a 3,84 persen di tahun 2007. 2008*) (6) (7) 2004 2005 (2) (3) (4) 0,40 0,40 0,40 0,39 0,41 0,41 - - - - - - 1.3. Air Minum 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 Kontribusi Total 0,47 0,47 0,47 0,46 0,48 0,48 5,87 1,88 2,29 4,53 4,88 4,94 - - - - - - 2.3. Air Minum 1,09 1,75 1,19 2,73 3,84 3,89 Pertumbuhan Total 5,19 1,86 2,14 4,29 4,74 4,80 ht (1) 2006 2007r) 2003 tp Uraian :// la n Tabel 3.2 Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektor Listrik, Gas, dan Air Minum Menurut Sub Sektor, 2003-2008 (persen) (5) 1. Kontribusi 1.1. Listrik 1.2. Gas 2. Pertumbuhan 2.1. Listrik 2.2. Gas Ket: r) Angka Revisi *) Angka Sementara Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 29 Perkembangan Ekonomi Sektoral dan Peranannya Tahun 2003 laju inflasi sektor listrik, gas, dan air minum berkisar pada angka 7,42 persen. Tahun 2004 naik menjadi 8,51 persen, namun kemudian bergerak turun sampai tahun 2006 menjadi 4,10 persen. Laju inflasi sektor ini naik kembali pada tahun 2007 menjadi 7,85 persen. Tahun 2008 meskipun masih cukup tinggi, namun laju inflasi sektor ini turun menjadi 6,75 persen. Fluktuasi ini menunjukkan bahwa sektor listrik, gas, dan air minum cukup rentan terhadap perubahan harga-harga. Fenomena ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintah berupa kenaikan tarif dasar listrik (TDL) secara bertahap selama kurun waktu tersebut. .g o .id Gambar 3.4 Laju Inflasi Sektor Listrik,Gas, dan Air Minum Tahun 2003-2008 (Persen) :// la n 2004 2005 2006 2007 2008 3.5. ht tp 2003 gs a ko ta .b ps 9.00 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 Sektor Bangunan Kontribusi yang diberikan oleh sektor bangunan terhadap perekonomian Kota Langsa cukup signifikan dan menempatkannya pada posisi enam besar sektor penentu. Pola perkembangannya cenderung meningkat. Pada tahun 2003 sektor bangunan menyumbang 8,97 persen terhadap PDRB Langsa. Kontribusi ini enam tahun berikutnya terus meningkat dan menjadi 9,31 persen di tahun 2008. Meskipun dengan kontribusi yang terus meningkat, namun setelah tahun 2004 pertumbuhan sektor bangunan sempat mengalami penurunan. Kondisi ini terjadi sampai tahun 2006 di mana angka pertumbuhan menjadi 3,84 persen. Produktivitas sektor bangunan kembali membaik di tahun 2007 dengan angka petumbuhan 4,19 persen. Perbaikan tersebut berlanjut sampai tahun 2008 di mana sektor ini menghasilkan pertumbuhan sebesar 4,46 persen. Sebuah kinerja yang membanggakan dari sektor bangunan, meskipun belum melampaui angka pertumbuhan tahun 2004 sebesar 5,22 persen. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 30 Perkembangan Ekonomi Sektoral dan Peranannya Angka pertumbuhan tertinggi sektor bangunan di tahun 2004 tersebut berkaitan dengan laju inflasi pada saat itu yang merupakan inflasi terendah selama kurun waktu 20032008, yaitu sebesar 3,18 persen. Adapun trend inflasi sektor bangunan cukup fluktuatif. Dari 2003 ke 2004 inflasi turun, namun kemudian bergerak naik sampai menembus level 7,94 3.6. :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id persen di tahun 2007. Tahun 2008 kembai turun yaitu 10,02 persen. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran tp Selama tahun 2003 hingga 2008 kontribusi nilai tambah bruto sektor ini menunjukan ht trend meningkat. Andil sektor ini pada tahun 2003 dan 2004 mencapai 25,00 dan 25,06 persen. Kemudian meningkat menjadi 25,68 persen pada tahun 2005 dan 26,22 persen di tahun 2006. Kontribusi sektor ini terhadap perekonomian Kota Langsa terus meningkat sampai 2008, yaitu sebesar 27,58 persen. Hal ini semakin mengukuhkan bahwa sektor perdagangan, hotel, dan restoran memiliki andil paling besar dalam pembentukan perekonomian Kota Langsa. Apabila dilihat per sub sektor, hampir seluruh kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran disumbang oleh sub sektor perdagangan. Kontribusi sub sektor ini juga menunjukkan trend yang sama dengan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Artinya, kontribusi sub sektor yang lain relatif stabil. Selama kurun waktu enam tahun peranan sub sektor perdagangan mengalami peningkatan sekitar 3 persen, yaitu tahun 2003 sebesar 23,86 persen menjadi 26,46 persen di tahun 2008. Kontribusi sub sektor lainnya, yakni sub sektor hotel dan sub sektor restoran/rumah makan relatif kecil terhadap perekonomian Langsa. Dari tahun 2003 hingga 2008 sumbangan sub sektor hotel realtif stabil, yaitu 0.09 persen. Sedangkan sumbangan sub sektor Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 31 Perkembangan Ekonomi Sektoral dan Peranannya restoran/rumah makan berkisar antara 1,02 persen hingga 1,05 persen sepanjang kurun waktu terebut. Tabel 3.3 Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Menurut Sub Sektor, 2003-2008 (persen) Uraian 2003 2004 2005 2006 (1) (2) (3) (4) 23,86 23,93 24,54 1.2. Hotel 0,09 0,09 1.3. Restoran 1,05 r 2007 ) 2008*) (6) (7) 25,11 25,86 26,46 0,09 0,09 0,09 0,09 1,04 1,05 1,02 1,02 1,03 25,00 25,06 25,68 26,22 26,98 27,58 2.1. Perdagangan 5,25 5,66 4,33 5,88 6,32 6,77 2.2. Hotel 2,76 1,93 2,56 2,20 2,63 2,86 2.3. Restoran 3,79 3,77 4,00 4,71 5,09 5,47 Pertumbuhan Total 5,19 5,58 4,31 5,82 6,27 6,71 (5) Kontribusi Total gs a :// la n Ket: r) Angka Revisi *) Angka Sementara ko ta .b ps 2. Pertumbuhan .g o 1.1. Perdagangan .id 1. Kontribusi Pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, dan restoran dalam kurun waktu enam tp tahun terakhir selalu menunjukkan peningkatan kecuali tahun 2005. Pada tahun tersebut ht pertumbuhan turun 0,83 persen dari pertumbuhan tahun sebelumnya. Salah satu penyebabnya adalah bencana tsunami di akhir tahun 2004 yang melumpuhkan perekonomian dan perlu waktu lama untuk menstabilkan kembali. Kota Langsa meskipun tidak terkena bencana tersebut ikut juga merasakan dampak sosial ekonominya. Pada tiga tahun terakhir dilihat dari angka pertumbuhan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran memperlihatkan peningkatan produktivitas. Setelah turun pada tahun 2005, pertumbuhan sektor ini dapat mencapai 5,82 persen di tahun 2006 dan menembus level 6,71 persen pada tahun 2008. Angka pertumbuhan tersebut dapat dikatakan cukup tinggi. Trend pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, dan restoran tersebut terkait dengan inflasi yang terjadi pada sektor tersebut. Sesuai dengan trend pertumbuhan, maka trend inflasi berlaku sebaliknya. Selama kurun waktu enam tahun terakhir inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar 7,56 persen, yaitu pada saat sektor tersebut memperlihatkan pertumbuhan terendah. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 32 Perkembangan Ekonomi Sektoral dan Peranannya Gambar 3.6 Laju Inflasi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Tahun 2003-2008 (Persen) 8 7 6 5 4 3 2 1 2004 2005 2006 2007 2008 3.7. ta .b ps .g o 2003 .id 0 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ko Pengangkutan dan komunikasi memiliki peranan sebagai pendorong aktivitas di gs a setiap sektor ekonomi. Dalam era globalisasi peranan sektor ini sangat vital dan menjadi indikator kemajuan suatu daerah, terutama jasa telekomunikasi yang dapat menjadikan :// la n dunia seolah-olah tanpa batas. Sub sektor pengangkutan memiliki peran sentral sebagai jasa pelayanan bagi mobilitas penduduk dan juga perekonomian. tp Selama tahun 2003 hingga tahun 2008, sektor pengangkutan dan komunikasi tidak ht bergeser dari urutan keenam dalam struktur ekonomi. Pada tahun 2003 sektor ini memberikan sumbangan 8,15 persen. Tahun 2004 peranan sektor pengangkutan dan komunikasi sedikit meningkat menjadi 8,12 persen. Demikian pula pada tahun 2005 meningkat menjadi 8,37 persen. Namun, di tahun 2006 kontribusi sektor ini mengalami sedikit penurunan yang tidak terlalu signifikan menjadi 8,32 persen. Tahun 2007 kontribusinya kembali meningkat menjadi 8,50 persen. Di tahun 2008 kontribusi tersebut kembali mengalami penurunan menjadi 8.36 persen. Sub sektor yang besar peranannya dalam pembentukan perekonomian Kota Langsa adalah sub sektor pengangkutan jalan raya (darat), di mana pada tahun 2008 mencapai 4,44 persen. Situasi keamanan Aceh yang mulai kondusif, memperlancar arus transportasi darat di daerah ini. Sub sektor lainnya, yakni komunikasi mampu memberikan kontribusi sebesar 3,32 persen, kemudian pengangkutan laut, sungai dan danau sebesar 0,39. Sedangkan kontribusi sub sektor jasa penunjang angkutan terhadap struktur ekonomi Langsa masih sangat rendah, yakni 0,21 persen. Peningkatan kontribusi sektor pengangkutan dan komunikasi terhadap pembentukan PDRB Kota Langsa tidak menjamin tingginya pertumbuhan sektor tersebut. Pada tahun 2008, Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 33 Perkembangan Ekonomi Sektoral dan Peranannya pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi secara keseluruhan sebesar 2,28 persen. Angka ini menurun bila dibandingkan tahun 2007 yang tumbuh sebesar 2,54 persen. Perlambatan pertumbuhan sektor ini akibat terjadinya penurunan pada sub sektor komunikasi dari 1,26 persen di tahun 2007 menjadi 0,11 persen di tahun 2008. Tabel 3.4 Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Menurut Sub Sektor, 2003-2008 (persen) Uraian 2003 2004 2005 2006 (1) (2) (3) (4) 1.1. Pengangkutan Jln Raya 4,36 4,27 4,28 1.2. Pengangkutan Laut, Sungai, 0,42 0,41 0,42 - - 1.4. Jasa Penunjang Angkutan 0,22 1.5. Komunikasi Kontribusi Total (5) 2007r) 2008*) (6) (7) 4,44 0,41 0,40 0,39 - - - - 0,21 0,21 0,21 0,21 0,21 3,15 3,23 3,45 3,37 3,48 3,32 8,15 8,12 8,37 8,32 8,50 8,36 1,38 2,03 2,23 3,11 3,51 3,91 1,66 1,01 2,97 2,83 2,98 3,13 - - - - - - 2.4. Jasa Penunjang Angkutan 1,16 2,41 2,26 4,38 4,90 5,42 2.5. Komunikasi 9,97 6,64 18,02 2,42 1,26 0,11 Pertumbuhan Total 4,58 3,79 8,61 2,83 2,54 2,28 :// la n 2.1. Pengangkutan Jln Raya gs a 2. Pertumbuhan ta .b ps 1.3. Pengangkutan Udara 2.2. Pengangkutan Laut, Sungai, dan Danau .g o dan Danau ht tp 2.3. Pengangkutan Udara 4,33 .id 4,45 ko 1. Kontribusi Ket: r) Angka Revisi *) Angka Sementara Sub sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi tahun 2008 adalah sub sektor jasa penunjang angkutan sebesar 5,42 persen. Angka ini lebih tinggi dari pertumbuhan tahun 2007, sebesar 4,90 persen. Kemudian diikuti oleh sub sektor pengangkutan jalan raya (darat) yang juga tumbuh positif sebesar 3,91 persen. Berikutnya oleh sub sektor pengangkutan laut, sungai, dan danau yang tumbuh sebesar 3,13 persen. Terakhir adalah sub sektor komunikasi seperti disampaikan di atas. Setelah mengalami inflasi dengan angka dua digit pada tahun 2003, inflasi sektor pengangkutan dan komunikasi mulai tahun 2004 berangsur-angsur stabil. Inflasi terendah terjadi tahun 2005, sebesar 3,82 persen, yaitu pada saat pertumbuhan sektor ini mencapai angka tertinggi, 8,61 persen. Inflasi sektor pengangkutan dan komunikasi kembali naik Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 34 Perkembangan Ekonomi Sektoral dan Peranannya sampai level 8,84 persen di tahun 2007. Namun, pada tahun 2008 inflasi turun menjadi 7,03 persen. Sayangnya dilihat dari angka pertumbuhan yang lebih rendah dari tahun 2007, berarti turunnya laju inflasi ini tidak dibarengi dengan peningkatan produktivitas. Gambar 3.7 Laju Inflasi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Tahun 2003-2008 (Persen) 18 16 14 12 10 .id 8 .g o 6 4 ta .b ps 2 0 2005 2006 2007 2008 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan gs a 3.8. 2004 ko 2003 :// la n Secara garis besar sektor ini terbagi atas empat kelompok kegiatan utama, yaitu usaha perbankan dan moneter (otoritas moneter), lembaga keuangan bukan bank, jasa tp penunjang keuangan dan usaha persewaan bangunan, serta jasa perusahaan. Sektor ini ht disebut sebagai sektor finansial karena secara umum kegiatan utamanya berhubungan dengan kegiatan pengelolaan keuangan yang berupa penyerapan dana dari masyarakat maupun pengalirannya (penyaluran) kembali kepada masyarakat. Fungsi sektor ini terhadap jalannya roda perekonomian sangat besar terutama dalam sisi pembiayaan pembangunan, namun kontribusi yang diberikan terhadap pembentukan PDRB Langsa relatif masih sangat kecil dan dari tahun ke tahun pertumbuhannya cukup lambat. Kontribusi sektor ini selama enam tahun terakhir terhadap perekonomian Kota Langsa tidak jauh berbeda tiap tahunnya. Mulai tahun 2003 kontribusinya sebesar 3,25 persen. Setahun kemudian menjadi 3,35 persen dan sedikit menurun pada tahun 2005 dan 2006 menjadi 3,42 persen. Pada tahun 2007 kontribusi sektor ini kembali naik menjadi 3,48 persen,tetapi kembali menurun manjadi 3,47 persen di tahun 2008. Sub sektor sewa bangunan merupakan penyumbang terbesar dalam sektor ini yang mencapai 1,80 persen pada tahun 2008. Lalu diikuti sub sektor perbankan sebesar 0,51 persen dan lembaga keuangan non bank 0,34 persen. Sedangkan sub sektor jasa perusahaan berperan hanya sebesar 0,04 persen. Sumbangan masing-masing sub sektor yang tergabung Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 35 Perkembangan Ekonomi Sektoral dan Peranannya dalam sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan terhadap perekonomian Kota Langsa tahun 2007 lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2008. Tabel 3.5 Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Menurut Sub Sektor, 2003-2008 (persen) Uraian 2003 2004 2005 (1) (2) (3) (4) r 2006 (5) 2007 ) 2008*) (6) (7) 1. Kontribusi 1,13 1,19 1,21 1,22 1,28 1,29 1.2. Lembaga Keuangan non Bank 0,35 0,35 0,35 0,35 0,34 0,34 - - - - - - 1.4. Sewa Bangunan 1,73 1,78 1,82 1,82 1,82 1,80 1.5. Jasa Perusahaan 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 Kontribusi Total 3,25 3,35 3,42 3,42 3,48 3,47 17,44 9,73 10,90 2,29 7,40 5,04 4,48 3,69 2,50 2,58 2,51 2,44 - - - - - - 2,74 4,80 -0,53 2,26 2,63 3,01 2,77 2,27 3,82 2,24 2,49 2,73 8,03 6,51 4,28 2,31 4,59 3,81 2.3. Jasa Penunjang Keuangan 2.5. Jasa Perusahaan Pertumbuhan Total :// la n 2.4. Sewa Bangunan gs a 2.2. Lembaga Keuangan non Bank ko 2. Pertumbuhan 2.1. Bank .g o ta .b ps 1.3. Jasa Penunjang Keuangan .id 1.1. Bank ht tp Ket: r) Angka Revisi *) Angka Sementara Gambar 3.8 Pertumbuhan dan Laju Inflasi Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Tahun 2003-2008 (Persen) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 2003 2004 2005 2006 Pertumbuhan 2007 2008 Laju Inflasi Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 36 Perkembangan Ekonomi Sektoral dan Peranannya Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan pada tahun 2008 mengalami pertumbuhan sebesar 3,81 persen. Angka ini lebih rendah dibanding tahun 2007 sebesar 4,59 persen. Adapun sub sektor yang mendongkrak pertumbuhan sektor ini pada tahun 2008 adalah sub sektor bank dengan pertumbuhan sebesar 5,04 persen. Hal ini menunjukkan ada penurunan produktivitas dalam perekonomian perbankan Kota Langsa mengingat pertumbuhan tahun sebelumnya mencapai 7,40 persen. Semua itu tidak terlepas dari kurang kondusifnya iklim sektor keuangan di Kota Langsa, di mana angka inflasi naik dari 6,28 persen di tahun 2007 menjadi 6,73 persen di tahun 2008. 3.9. Sektor Jasa-Jasa Secara umum sektor jasa-jasa terdiri dari sub sektor jasa pemerintahan umum dan .id jasa swasta. Jasa pemerintahan umum mencakup administrasi pemerintahan dan pertahanan .g o serta jasa pemerintahan lainnya seperti jasa pendidikan, kesehatan, dan kemasyarakatan serta jasa perorangan dan rumahtangga. ta .b ps lainnya. Sub sektor jasa swasta meliputi jasa sosial kemasyarakatan, hiburan, dan rekreasi Pada tahun 2003 kontribusi sektor ini 17,50 persen, terus naik menjadi 18,01 persen ko di tahun 2004. Bahkan di tahun 2005 sumbangan sektor ini naik mencapai 18,35 persen. gs a Tahun berikutnya tahun 2006 sektor ini kembali menurun menjadi 18,28 persen, ditahun 2007 terjadi sedikit kenaikan dan turun kembali di tahun 2008 hingga menjadi 18,02 persen, :// la n walaupun terjadi penurunan, namun sektor jasa-jasa tetap menempati posisi ketiga dalam pembentukan perekonomian Kota Langsa. tp Dari empat sub sektor yang termasuk dalam sektor jasa-jasa, pada tahun 2008 sub ht sektor pemerintahan umum merupakan sub sektor yang paling besar sumbangannya terhadap perekonomian Langsa, yakni mencapai 16,61 persen. Sedangkan sub sektor lainnya hanya memberikan sumbangan kurang dari 1 persen. Sub sektor hiburan, rekreasi, dan kebudayaan yang lebih populer dengan pariwisata masih belum dikembangkan secara optimal. Pertumbuhan sektor jasa-jasa pada tahun 2008 sebesar 2,60 persen. Angka ini sedikit meningkat dibanding tahun sebelumnya sebesar 2,30 persen. Sub sektor yang mengalami angka pertumbuhan tertinggi pada tahun 2008 dalam sektor jasa-jasa adalah sub sektor hiburan, rekreasi, dan kebudayaan, yaitu sebesar 2,86 persen. Padahal kontribusi sub sektor ini terhadap sektor jasa-jasa sangat rendah. Ini menunjukan, bahwa pertumbuhan yang tinggi dari suatu sektor tidak selalu bergantung pada kontribusi sektor yang tinggi pula. Adapun pertumbuhan sub sektor pemerintahan umum mengalami peningkatan dari 2,44 persen di tahun 2007 menjadi 2,73 persen di tahun 2008. Laju inflasi sektor jasa-jasa dua tahun terakhir dapat dikatakan stabil. Inflasi tahun 2006 sebesar 7,04 persen, turun menjadi 6,85 persen di tahun 2007 kemudian naik menjadi 6,93 persen pada tahun 2008. Terjaganya besaran laju inflasi ini ini selaras dengan peningkatan pertumbuhan sektor jasa-jasa pada tahun 2008. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 37 Perkembangan Ekonomi Sektoral dan Peranannya Tabel 3.6 Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektor Jasa-jasa Menurut Sub Sektor, 2003-2008 (persen) Uraian 2003 2004 2005 (1) (2) (3) (4) 2006 (5) 2007r) 2008*) (6) (7) 1. Kontribusi 1.1. Pemerintahan Umum 15,99 16,46 16,82 16,79 16,84 16,61 1.2. Sosial Kemasyarakatan 0,66 0,68 0,66 0,64 0,61 0,59 1.3. Hiburan, Rekreasi, dan 0,08 0,08 0,08 0,08 0,07 0,07 0,78 0,79 0,78 0,77 0,77 0,75 17,50 18,01 18,35 18,28 18,29 18,02 2.1. Pemerintahan Umum 2,96 3,60 2.2. Sosial Kemasyarakatan 2,81 2.3. Hiburan, Rekreasi, dan 2,07 Kebudayaan 1.4. Perorangan dan Rumah Tangga 2. Pertumbuhan 2,26 2,44 2,63 3,03 2,38 1,16 0,35 0,47 2,57 1,68 1,92 2,64 2,86 1,54 2,53 2,69 1,51 1,02 1,53 2,88 3,52 2,89 2,18 2,30 2,60 ta .b ps 2,93 gs a 2.4. Perorangan dan Rumah Tangga ko Kebudayaan :// la n Pertumbuhan Total .g o .id Kontribusi Total r ht tp Ket: ) Angka Revisi *) Angka Sementara Gambar 3.9 Laju Inflasi Sektor Jasa-jasa Tahun 2003-2008 (Persen) 10 5 0 2003 2004 2005 2006 2007 2008 -5 -10 -15 Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 38 o. id s. g .b p ng sa ko ta LAMPIRAN ht tp :// la - Lingkup dan Metode penghitungan - Daftar Istilah Penting - Tabel-tabel Lampiran A. LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN Uraian sektoral yang disajikan dalam bab ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, cara-cara penghitungan Nilai Tambah Bruto (NTB) baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000, serta sumber datanya. 1. Pertanian Ruang lingkup sektor pertanian adalah segala pengusahaan yang didapat dari alam dan merupakan barang-barang biologis atau hidup dimana hasilnya akan digunakan untuk .id memenuhi hidup sendiri atau dijual kepada pihak lain, tidak termasuk kegiatan yang .g o tujuannya untuk hobi saja. Kegiatan pertanian pada umumnya berupa cocok tanam, pemeliharaan ternak, penangkapan ikan, penebangan kayu dan pengambilan hasil hutan ta .b ps serta perburuan binatang liar. Sektor pertanian meliputi 5 sub sektor yaitu: sub sektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. ko 1.1. Tanaman Bahan Makanan gs a Sub sektor ini mencakup komoditi bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, umbi-umbian, kacang tanah, kacang kedele, kacang-kacangan :// la n lainnya, sayur-sayuran, buah-buahan, padi-padian serta bahan makanan lainnya. tp 1.2. Tanaman Perkebunan ht Sub sektor ini mencakup semua jenis kegiatan tanaman perkebunan yang diusahakan baik oleh rakyat maupun oleh perusahaan perkebunan. Komoditi yang dicakup meliputi antara lain cengkeh, jahe, jambu mete, jarak, kakao, karet, kapas, kapok, kayu manis, kelapa, kelapa sawit, kemiri, kina, kopi, lada, pala, panili, serat karung, tebu, tembakau, teh serta tanaman perkebunan lainya. 1.3. Peternakan dan Hasilnya Sub sektor ini mencakup semua kegiatan pembibitan dan budidaya segala jenis ternak dan unggas dengan tujuan untuk dikembangbiakkan, dibesarkan, dipotong dan diambil hasilnya, baik yang dilakukan rakyat maupun oleh perusahaan peternakan. Jenis ternak yang dicakup adalah: sapi, kerbau, kambing, babi, kuda, ayam, itik, telur ayam, telur itik, susu sapi serta hewan peliharaan lainnya. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 40 Lampiran 1.4. Kehutanan Sub sektor ini mencakup kegiatan penebangan segala jenis kayu serta pengambilan daun-daunan, getah-getahan dan akar-akaran, termasuk juga kegiatan perburuan. Komoditi yang dicakup meliputi: kayu gelondongan (baik yang berasal dari hutan rimba maupun hutan budidaya), kayu bakar, rotan, arang, bambu, terpentin, gondorukem, kopal, menjangan, babi hutan, serta hasil hutan lainnya. 1.5. Perikanan Sub sektor ini mencakup semua kegiatan penangkapan, pembenihan dan budidaya segala jenis ikan dan biota air lainnya, baik yang berada di air tawar maupun di air asin. .id Komoditi hasil perikanan antara lain seperti ikan tuna dan jenis ikan laut lainnya; ikan mas dan jenis ikan darat lainnya; ikan bandeng dan jenis ikan air payau lainnya; udang dan .g o binatang berkulit keras lainnya; cumi-cumi dan binatang lunak lainnya; rumput laut serta ta .b ps tumbuhan laut lainnya. 1.6. Jasa Pertanian ko Jasa Pertanian merupakan jasa-jasa khusus yang diberikan untuk menunjang gs a kegiatan ekonomi pertanian berdasarkan suatu pungutan atau kontrak tertentu. Termasuk dalam jasa pertanian adalah penyewaan alat pertanian dengan operatornya dengan syarat :// la n pegelolaan dan resiko usaha tersebut dilakukan secara terpisah. Dalam penghitungan nilai tambah sektor pertanian, secara konsep nilai tambah jasa pertanian ini terdistribusi pada tp masing-masing sub sektor (misalnya jasa dokter hewan pada sub sektor peternakan, jasa ht memetik kopi pada sub sektor perkebunan). Akan tetapi karena sampai saat ini belum didapat informasi yang lengkap tentang jasa pertanian, maka untuk alasan praktisnya nilai tersebut dianggap terwakili dalam besarnya persentase mark-up untuk tiap-tiap sub sektor pertanian. 1.7. Metode Penghitungan Output dan Nilai Tambah Pendekatan yang digunakan dalam memperkirakan nilai tambah sektor pertanian adalah melalui pendekatan dari sudut produksi. Pendekatan ini didasarkan pada pertimbangan tersedianya data produksi dan harga untuk masing-masing komoditi pertanian. Secara umum, nilai output setiap komoditi diperoleh dari hasil perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga produsen komoditi bersangkutan. Menurut sifatnya, output dibedakan atas dua jenis yaitu output utama dan output ikutan. Disamping itu diperkirakan melalui besaran persentase pelengkap (mark-up) yang diperoleh dari berbagai survei khusus. Total output suatu sub sektor merupakan penjumlahan dari nilai output utama dan ikutan dari seluruh komoditi ditambah dengan nilai pelengkapnya. Nilai Tambah Bruto (NTB) suatu Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 41 Lampiran sub sektor diperoleh dari penjumlahan NTB tiap-tiap komoditi. NTB ini didapat dari pengurangan nilai output atas harga produsen terhadap seluruh biaya antara, yang dalam prakteknya biasa dihitung melalui perkalian antara rasio NTB terhadap output komoditi tertentu. Untuk keperluan penyajian data NTB atas dasar harga konstan 2000 (2000=100), digunakan metode revaluasi, yaitu metode dimana seluruh produksi dan biaya-biaya antara dinilai berdasarkan harga tahun dasar 2000. Khusus untuk sub sektor peternakan, penghitungan produksinya tidak dapat dilakukan secara langsung, tetapi diperoleh melalui suatu rumus persamaan yang menggunakan tiga peubah, yakni: banyaknya ternak yang dipotong ditambah selisih populasi ternak dan selisih antara ekspor dan impor ternak. .id 2. Pertambangan dan Penggalian Seluruh jenis komoditi yang dicakup dalam sektor pertambangan dan penggalian .g o dikelompokkan dalam tiga sub sektor, yaitu: pertambangan minyak dan gas bumi (migas), ta .b ps pertambangan tanpa migas dan penggalian. Di Kabupaten Langsa tidak ada kegiatan pertambangan bukan migas. ko 2.1. Pertambangan Minyak dan Gas Bumi gs a Pertambangan migas meliputi kegiatan pencarian kandungan minyak dan gas bumi, penyiapan pengeboran, penambangan, penguapan, pemisahan serta penampungan untuk :// la n dapat dijual atau dipasarkan. Komoditi yang dihasilkan adalah minyak bumi, kondensat dan gas bumi. tp Metode penghitungan yang digunakan pendekatan produksi. Output atas ht dasar harga berlaku diperoleh melalui perkalian antara kuantum barang yang dihasilkan dengan harga per unit produksi pada masing-masing tahun. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output tersebut dengan rasio NTB terhadap output pada masing-masing tahun. Sedangkan output atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara revaluasi, yaitu mengalikan kuantum barang yang dihasilkan pada masing-masing tahun dengan harga per unit produksi pada tahun 2000. Melalui perkalian antara output dengan rasio NTB terhadap output tahun 2000 diperoleh NTB atas dasar harga konstan 2000. 2.2. Penggalian Sub sektor ini mencakup penggalian dan pengambilan segala jenis barang galian seperti batu-batuan, pasir dan tanah yang pada umumnya berada pada permukaan bumi. Hasil dari kegiatan ini adalah batu gunung, batu kali, batu kapur, koral, kerikil, batu karang, batu marmer, pasir untuk bahan bangunan, pasir silika, pasir kwarsa, kaolin, tanah liat, dan komoditi penggalian selain tersebut diatas. Termasuk dalam sub sektor penggalian adalah komoditi garam kasar. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 42 Lampiran 3. Industri Pengolahan Industri pengolahan dibedakan atas dua kelompok besar yaitu pertama industri pengolahan minyak dan gas bumi (migas), kedua yaitu industri pengolahan tanpa migas. 3.1. Industri Pengolahan Migas Pengilangan Minyak Bumi Pengilangan minyak bumi meliputi produk LPG yang dihasilkan oleh pengilangan gas alam. Pendekatan penghitungan output untuk sub sektor ini menggunakan pendekatan produksi. Output atas dasar harga berlaku adalah merupakan perkalian antara produksi dengan harga untuk masing-masing tahun, sedang atas dasar harga konstan digunakan cara revaluasi, yaitu produksi pada masing-masing tahun dikalikan dengan harga pada tahun .id dasar. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari output atas dasar harga berlaku dikalikan dengan rasio NTB untuk masing-masing tahun, sedangkan NTB atas dasar harga konstan ta .b ps .g o diperoleh dari output atas dasar harga konstan dikalikan dengan rasio NTB pada tahun dasar. 3.1.1. Gas Alam Cair Pengilangan gas alam cair di Indonesia terdapat di provinsi Nanggroe Aceh ko Darussalam dan Kalimantan Timur. Pendekatan estimasi output menggunakan pendekatan gs a produksi. Output atas dasar harga berlaku adalah perkalian antara produksi dengan harganya untuk masing-masing tahun, sedang atas dasar harga konstan digunakan cara revaluasi, yaitu :// la n produksi pada masing-masing tahun dikalikan dengan harga pada tahun dasarnya. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari output atas dasar harga berlaku tp dikalikan dengan rasio NTB untuk masing-masing tahun. Sedang untuk NTB atas dasar harga tahun dasar. ht konstan diperoleh dari output atas dasar harga konstan dikalikan dengan rasio NTB pada 3.2. Industri Tanpa Migas Sejak tahun 1993 Industri Pengolahan Tanpa Migas disajikan menurut dua digit kode Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI) yaitu industri makanan, minuman dan tembakau (31); Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit (32); Industri kayu, bambu dan rotan (33); Industri kertas dan barang dari kertas (34); Industri kimia dan barang-barang dari kimia dan karet (35); Industri barang galian bukan logam (36); Industri logam dasar (37); Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya (38); dan Industri pengolahan lainnya (39). 3.2.1. Industri Besar dan Sedang Metode penghitungannya menggunakan pendekatan produksi, yaitu output dihitung lebih dahulu, kemudian setelah dikurangi dengan biaya antara diperoleh NTB. Pada prinsipnya metode estimasi yang digunakan, baik pada seri lama maupun pada seri baru Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 43 Lampiran tidak berbeda yaitu menggunakan cara inflasi untuk menghitung atas dasar harga berlaku dan cara ekstrapolasi untuk menghitung atas dasar harga konstannya. Baik output maupun nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dari survei tahunan Industri Besar Sedang (IBS). 3.2.2. Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga Pada prinsipnya cakupan dan definisi kegiatan Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga (IKKR) sama dengan cakupan dan definisi kegiatan Industri Besar Sedang tanpa Migas. Perbedaannya terletak pada jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan industri tersebut. Suatu perusahaan dikatakan sebagai Industri Kecil jika tenaga kerjanya berjumlah antara 5 sampai 19 orang. Sedangkan Industri Kerajinan Rumahtangga jika tenaga .id kerjanya kurang dari 5 orang. .g o Dengan adanya pergeseran tahun dasar 1993 ke 2000, serta penyempurnaan yang berkaitan dengan kelengkapan data pendukung, maka metode penghitungan output dan NTB ta .b ps sub sektor ini diperbaiki dengan menggunakan pendekatan hasil SUSI (Survei Usaha ko Terintegrasi). Listrik :// la n 4.1. gs a 4. Listrik dan Air Minum Kegiatan ini mencakup pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik, baik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) maupun oleh perusahaan Non- ht tp PLN seperti pembangkitan listrik oleh Perusahaan Pemerintah Daerah dan listrik yang diusahakan oleh swasta (perorangan maupun perusahaan), dengan tujuan untuk dijual. Listrik yang dibangkitkan atau yang diproduksi meliputi listrik yang dijual, dipakai sendiri, hilang dalam transmisi, dan listrik yang dicuri. Metode penghitungan pada sektor ini yaitu dengan menggunakan pendekatan produksi. 4.2. Air Minum Kegiatan sub sektor air minum/air bersih mencakup proses pembersihan, pemurnian dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air minum, serta pendistribusian dan penyalurannya secara langsung melalui pipa dan alat lain ke rumahtangga, instansi pemerintah maupun swasta. Metode penghitungan yang digunakan yaitu dengan pendekatan produksi. 5. Bangunan Kegiatan sektor bangunan terdiri dari bermacam-macam kegiatan meliputi Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 44 Lampiran pembuatan, pembangunan, pemasangan dan perbaikan (berat maupun ringan) semua jenis konstruksi yang keseluruhan kegiatan sesuai dengan rincian menurut KLUI. Metode yang digunakan untuk mendapatkan NTB sektor bangunan adalah melalui pendekatan arus barang (commodity flows). Penggunaan metode ini didasarkan pada pemikiran bahwa besarnya output pada sektor bangunan sejalan dengan besarnya input komoditi yang dipergunakan untuk bangunan. Metode estimasi untuk memperoleh output dan NTB sektor bangunan menggunakan cara ekstrapolasi yang mana output dan nilai tambah bruto dengan harga konstan harus diperoleh dahulu sebelum memperoleh output dan NTB harga berlaku. 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran .g o .id 6.1. Perdagangan Kegiatan yang dicakup dalam sub sektor perdagangan meliputi kegiatan membeli dan tanpa mengubah sifat barang tersebut. ta .b ps menjual barang, baik barang baru maupun bekas, untuk tujuan penyaluran/pendistribusian ko Sub sektor perdagangan dalam perhitungannya dikelompokkan ke dalam dua jenis kegiatan yaitu perdagangan besar dan perdagangan eceran. Perdagangan besar meliputi gs a kegiatan pengumpulan dan penjualan kembali barang baru atau bekas oleh pedagang dari :// la n produsen atau importir ke pedagang besar lainnya, pedagang eceran, perusahaan dan lembaga yang tidak mencari untung. Sedangkan perdagangan eceran mencakup kegiatan pedagang yang umumnya melayani konsumen perorangan atau rumahtangga tanpa merubah tp sifat, baik barang baru atau barang bekas. ht Metode yang digunakan yaitu metode arus barang. Output atau margin perdagangan merupakan selisih antara nilai jual dan nilai beli barang yang diperdagangkan setelah dikurangi dengan biaya angkut barang dagangan yang dikeluarkan oleh pedagang. Dengan cara metode arus barang, output dihitung berdasarkan margin perdagangan yang timbul akibat memperdagangkan barang-barang dari sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri serta barang-barang yang berasal dari impor. NTB diperoleh berdasarkan perkalian antara total output dengan rasio NTB. Kemudian untuk memperoleh total NTB sub sektor perdagangan adalah dengan menjumlahkan NTB tersebut dengan pajak penjualan dan bea masuk barang impor. 6.2. Hotel Sub sektor ini mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan. Yang dimaksud akomodasi disini adalah hotel berbintang maupun tidak berbintang, serta tempat tinggal lainnya yang digunakan untuk menginap seperti losmen, motel dan sejenisnya. Termasuk pula kegiatan Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 45 Lampiran penyediaan makanan dan minuman serta penyediaan fasilitas lainnya bagi para tamu yang menginap dimana kegiatan-kegiatan tersebut berada dalam satu manajemen dengan penginapan. Alasan penggabungan ini karena datanya sulit dipisahkan. NTB sub sektor hotel diperoleh dengan menggunakan pendekatan produksi. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah malam kamar dan indikator harganya rata-rata tarif per malam kamar. Output atas dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan perkalian indikator produksi dengan indikator harganya. Sedangkan NTB diperoleh berdasarkan perkalian output dengan rasio NTB nya. Output dan NTB atas dasar harga konstan dihitung dengan menggunakan metode ekstrapolasi. 6.3. Restoran .id Kegiatan sub sektor restoran mencakup usaha penyediaan makanan dan minuman .g o jadi yang pada umumnya di konsumsi di tempat penjualan. Kegiatan yang termasuk dalam sub sektor ini seperti rumah makan, warung nasi, warung kopi, katering dan kantin. ta .b ps Pendekatan yang digunakan untuk menghitung NTB sub sektor restoran yaitu gs a 7. Pengangkutan dan Komunikasi ko pendekatan pengeluaran konsumsi makanan dan minuman jadi di luar rumah. :// la n 7.1. Pengangkutan Kegiatan yang dicakup dalam sub sektor ini terdiri atas Angkutan Jalan Raya; Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan; Angkutan Laut; Angkutan Udara; dan Jasa tp Angkutan. Kegiatan pengangkutan meliputi kegiatan pemindahan penumpang ht Penunjang dan barang dari satu tempat ke tempat lainya dengan menggunakan alat angkut atau kendaraan, baik bermotor maupun tidak bermotor. Sedangkan jasa penunjang angkutan mencakup kegiatan yang sifatnya menunjang kegiatan pengangkutan seperti terminal, pelabuhan dan pergudangan. 7.1.1. Angkutan Jalan Raya Meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang menggunakan alat angkut kendaraan jalan raya, baik bermotor maupun tidak bermotor. Termasuk pula kegiatan sewa kendaraan baik dengan atau tanpa pengemudi. Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi. Output atas dasar harga berlaku merupakan perkalian antara indikator produksi dengan indikator harga untuk masing-masing jenis angkutan. Sedangkan output atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan metode ekstrapolasi. NTB dihitung berdasarkan perkalian antara rasio NTB dengan outputnya. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 46 Lampiran 7.1.2. Angkutan Laut Meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kapal laut yang beroperasi di dalam dan ke luar daerah domestik. Tidak termasuk kegiatan pelayaran laut yang diusahakan oleh perusahaan lain yang berada dalam satu satuan usaha, dimana kegiatan pelayaran ini sifatnya hanya menunjang kegiatan induknya dan data yang tersedia sulit untuk dipisahkan. Pada dasarnya metode estimasi NTB angkutan laut seri tahun dasar 2000 sama dengan seri tahun dasar 1993. Perbedaan kedua seri tersebut terletak dalam penggunaan rasio NTB. Output atas dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan perkalian indikator produksi dengan indikator harganya. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan .id metode ekstrapolasi. Sedangkan NTB diperoleh dengan perkalian antara rasio NTB dengan Kegiatan yang dicakup meliputi dengan menggunakan kapal/angkutan. ta .b ps 7.1.3. Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan .g o outputnya. kegiatan pengangkutan barang dan penumpang ko Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi. Indikator produksi gs a yang digunakan adalah jumlah penumpang, barang dan mobil yang diangkut. Output atas dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan perkalian indikator produksi dengan indikator :// la n harga dari penyeberangan. Untuk output atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode ekstrapolasi. Sedangkan NTB diperoleh berdasarkan perkalian antara rasio NTB dengan ht tp outputnya. 7.1.4. Angkutan Udara Kegiatan ini meliputi kegiatan pengangkutan penumpang dan barang dengan menggunakan pesawat udara yang diusahakan oleh perusahaan penerbangan yang beroperasi di Indonesia. Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi. Indikator produksi yang digunakan adalah kilometer (km) penumpang dan kilometer (km) barang yang diangkut. Output atas dasar harga berlaku angkutan udara diperoleh dari perusahaan penerbangan. Sedangkan nilai tambah bruto diperoleh dengan mengalikan rasio NTB dengan outputnya. Output dan NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode ekstrapolasi. 7.1.5. Jasa Penunjang Angkutan Mencakup kegiatan yang bersifat menunjang dan memperlancar kegiatan pengangkutan, yaitu meliputi jasa-jasa pelabuhan udara, laut, sungai, darat (terminal dan Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 47 Lampiran parkir), bongkar muat laut dan darat, keagenan penumpang, ekspedisi laut, jalan tol dan jasa penunjang lainnya (pengerukan dan pengujian kelayakan angkutan laut). Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi. Output dan NTB atas dasar harga berlaku dari kegiatan-kegiatan yang sifatnya monopoli diperoleh dari pengolahan laporan keuangan BUMN yang terkait. Kegiatan lainnya diperhitungkan dengan mengalikan indikator produksi dan harga. Rasio-rasio yang digunakan adalah rasio NTB, rasio mark-up dan rasio lainnya yang sesuai. Output dan NTB jasa penunjang angkutan di estimasi dengan pendekatan produksi, yaitu dengan menggunakan jumlah perusahaan sebagai indikator produksi, dan rata-rata pendapatan per perusahaan sebagai indikator harganya. Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan dihitung dengan metode ekstrapolasi. .g o .id 7.2. Komunikasi Sub sektor ini terdiri dari kegiatan Pos dan Giro, Telekomunikasi, dan Jasa ta .b ps Penunjang Komunikasi. Pos dan Giro mencakup kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman surat, wesel dan paket pos yang diusahakan oleh Perum Pos dan Giro. ko Kegiatan telekomunikasi meliputi pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman berita melalui telegram, telepon dan teleks yang diusahakan oleh perusahaan seperti PT gs a Telkom dan PT Indosat. Jasa Penunjang Komunikasi meliputi kegiatan lainnya yang :// la n menunjang komunikasi seperti warung telekomunikasi (wartel), radio panggil (pager) dan telepon seluler (ponsel). Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi. Output atas dasar tp harga berlaku berupa pendapatan Pos dan Giro serta Telekomunikasi diperoleh dari laporan ht keuangan. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari laporan keuangan berupa penjumlahan upah dan gaji, penyusutan, laba/rugi, dan komponen-komponen lainnya dari NTB. Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode ekstrapolasi. 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 8.1. Bank Kegiatan yang dicakup adalah kegiatan yang memberikan jasa keuangan pada pihak lain seperti: menerima simpanan terutama dalam bentuk giro dan deposito, memberikan kredit/pinjaman baik kredit jangka pendek/menengah dan panjang, mengirim uang, membeli dan menjual surat-surat berharga, mendiskonto surat wesel/kertas dagang/surat hutang dan sejenisnya, menyewakan tempat menyimpan barang berharga dan sebagainya. Output dari usaha perbankan adalah jumlah penerimaan atas jasa pelayanan bank yang diberikan kepada pemakainya, seperti biaya administrasi atas transaksi dengan bank, Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 48 Lampiran biaya pengiriman wesel dan sebagainya. Dalam output bank dimasukkan pula imputasi jasa bank yang besarnya sama dengan selisih antara bunga yang diterima dengan bunga yang dibayarkan. 8.2. Lembaga Keuangan bukan Bank (Usaha Jasa Asuransi) Asuransi adalah salah satu jenis lembaga keuangan bukan bank yang usaha pokoknya menanggung resiko-resiko atas terjadinya musibah/kecelakaan atas barang atau orang tersebut (termasuk tunjangan hari tua). Pada pihak ditanggung dapat menerima biaya atas hancur/rusaknya barang atau mengakibatkan terjadinya kematian tertanggung. Jasa asuransi ini dapat dibedakan menjadi asuransi jiwa, asuransi sosial, serta asuransi kerugian. Asuransi Jiwa adalah usaha perasuransian yang khusus menanggung resiko kematian, .id kecelakaan atau sakit, termasuk juga jaminan hari tua/masa depan pihak tertanggung. Nilai .g o pertanggungan ditentukan dan disetujui oleh kedua belah pihak yang di cantumkan dalam surat perjanjian. ta .b ps Asuransi Kerugian adalah usaha perasuransian yang khusus menanggung resiko atas kerugian, kehilangan atau kerusakan harta milik/benda termasuk juga tanggung jawab ko hukum pada pihak ketiga yang mungkin terjadi terhadap benda/harta milik tertanggung karena sebab-sebab tertentu dengan suatu nilai pertanggungan yang besarnya telah gs a ditentukan dan disetujui oleh kedua belah pihak yang dicantumkan dalam surat perjanjian. :// la n Asuransi Sosial adalah usaha perasuransian yang mencakup usaha asuransi jiwa (kerugian) yang dibentuk pemerintah berdasarkan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara pihak asuransi dengan seluruh/segolongan masyarakat untuk tujuan sosial. tp Pihak asuransi ini akan menerima/menampung sejumlah iuran/sumbangan wajib dari ht masyarakat yang menggunakan jasa pelayanan umum, seperti: jasa angkutan, jasa kesehatan, jasa/pelayanan terhadap pemilik kendaraan bermotor dan pelayanan hari tua. Output dari kegiatan asuransi merupakan rekapitulasi dari output asuransi jiwa, asuransi bukan jiwa (asuransi sosial, reasuransi kerugian serta broker asuransi). Biaya antara yang dikeluarkan dalam kegiatan asuransi berupa biaya umum (seperti pembelian alat tulis kantor, BBM, rekening listrik dan sebagainya), biaya pemeliharaan, sewa gedung dan biaya administrasi. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan selisih antara output dan biaya antara yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Sedangkan untuk NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara sebagai berikut: untuk asuransi jiwa menggunakan metode ekstrapolasi dan sebagai ekstrapolatornya adalah jumlah pemegang polis; untuk asuransi sosial menggunakan metode ekstrapolasi dan sebagai ekstrapolatornya adalah jumlah peserta; untuk asuransi kerugian menggunakan metode deflasi dan sebagai deflatornya adalah indeks harga perdagangan besar (IHPB) umum. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 49 Lampiran 8.2.1. Dana Pensiun Dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola program yang menjanjikan manfaat pensiun. Manfaat pensiun adalah pembayaran berkala yang dibayarkan kepada peserta pada saat peserta pensiun dan dengan cara yang ditetapkan dalam peraturan dana pensiun. Manfaat pensiun terdiri dari manfaat pensiun normal, manfaat pensiun dipercepat, manfaat pensiun cacat dan manfaat pensiun ditunda. Jenis dana pensiun dibedakan menjadi dua yaitu Dana Pensiun Pemberi Kerja dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan. Output dan NTB atas dasar harga berlaku dari kegiatan Dana Pensiun diperoleh dari hasil pengolahan laporan keuangan kegiatan tersebut. Sedangkan estimasi output dan NTB atas harga konstan diperoleh dengan menggunakan cara deflasi/ekstrapolasi dan sebagai .id deflatornya/ekstrapolatornya adalah IHK umum atau jumlah peserta. .g o 8.2.2. Pegadaian ta .b ps Mencakup usaha lembaga perkreditan pemerintah yang bersifat monopoli dan dibentuk berdasarkan ketentuan undang-undang, yang tugasnya antara lain membina yang mudah, cepat, aman dan hemat. utamanya adalah memberikan pinjaman uang kepada segolongan gs a Kegiatan ko perekonomian rakyat kecil dengan menyalurkan kredit atas dasar hukum gadai dengan cara masyarakat dengan menerima jaminan barang bergerak. Besarnya pinjaman sesuai dengan penggunaan dananya. :// la n nilai barang jaminan yang diserahkan pihak peminjam tanpa syarat apapun mengenai tp Output dan NTB atas dasar harga berlaku dari kegiatan pegadaian diperoleh dari hasil ht pengolahan laporan keuangan Perum Pegadaian. Outputnya terutama terdiri dari sewa modal, bunga deposito dan lain-lain (sewa rumah). NTB diperoleh dengan mengurangkan output dengan biaya antara. Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan metode ekstrapolasi, dan sebagai ekstrapolatornya adalah jumlah nasabah. 8.2.3. Lembaga Pembiayaan Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang bergerak di sektor keuangan dengan melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat. Lembaga pembiayaan ini mencakup kegiatan sewa guna usaha, modal ventura, anjak utang, kartu kredit dan pembiayaan konsumen. Output dan struktur input atas dasar harga berlaku lembaga pembiayaan ini diperoleh dari Direktorat Perbankan dan Usaha Jasa Pembiayaan Departemen Keuangan. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 50 Lampiran Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan metode ekstrapolasi, dan sebagai ekstrapolatornya adalah jumlah perusahaan. 8.3. Sewa Bangunan Sub sektor ini meliputi usaha persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal seperti perkantoran, pertokoan serta usaha persewaan tanah persil. Output untuk persewaan bangunan tempat tinggal diperoleh dari perkalian antara pengeluaran konsumsi rumahtangga perkapita untuk sewa rumah, kontrak rumah, sewa beli rumah dinas, perkiraan sewa rumah, pajak dan pemeliharaan rumah dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. .id Sedangkan output usaha persewaan bangunan bukan tempat tinggal diperoleh dari perkalian .g o antara luas bangunan yang disewakan dengan rata-rata tarif sewa per meter persegi (m2). NTB diperoleh dari hasil perkalian antara rasio NTB dengan outputnya. NTB atas dasar harga ta .b ps konstan diperoleh dengan menggunakan metode ekstrapolasi dan sebagai ekstrapolatornya indeks luas bangunan. ko 8.4. Jasa Perusahaan gs a 8.4.1. Jasa Hukum (Advokat/Pengacara, Notaris) :// la n Yang dimaksud dengan advokat adalah ahli hukum yang berwenang bertindak sebagai penasehat atau pembela perkara dalam pengadilan, baik perkara pidana maupun perdata. tp Sedangkan Notaris adalah orang yang ditunjuk dan diberi kuasa oleh Departemen Kehakiman ht untuk mensahkan dan menyaksikan berbagai surat perjanjian, akte dan sebagainya. 8.4.2. Jasa Akuntansi dan Pembukuan Jasa akuntansi dan pembukuan adalah usaha jasa pengurusan tata buku dan pemeriksaan pembukuan termasuk juga jasa pengolahan data dan tabulasi yang merupakan bagian dari jasa akuntansi dan pembukuan. 8.4.3. Jasa Pengolahan dan Penyajian Data Jasa pengolahan dan penyajian data adalah usaha jasa pengolahan dan penyajian data yang bersifat umum baik secara elektronik komputer maupun manual atas dasar balas jasa atau kontrak. Termasuk didalamnya adalah jasa pemrograman komputer dan sebagainya yang ada hubungannya dengan kegiatan komputer. 8.4.4. Jasa Bangunan, Arsitek dan Teknik Jasa bangunan, arsitek dan teknik adalah usaha jasa konsultasi bangunan, jasa survei Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 51 Lampiran geologi, penyelidikan tambang/pencarian komoditi pertambangan dan jasa penyelidikan serta sejenisnya. 8.4.5. Jasa Periklanan dan Riset Pemasaran Jasa periklanan dan riset pemasaran adalah suatu kegiatan usaha yang memberikan pelayanan kepada pihak lain dalam bentuk pembuatan dan pemasangan iklan, yang bertujuan untuk menyampaikan informasi, membujuk dan mengingatkan kepada konsumen tentang produk dari suatu perusahaan/usaha serta dalam penyampaiannya dapat melalui berbagai media massa. 8.4.6. Jasa Persewaan Mesin dan Peralatan .id Jasa persewaan mesin dan peralatan adalah usaha persewaan mesin dan .g o peralatannya untuk keperluan pertanian, pertambangan ladang minyak, industri pengolahan, ta .b ps konstruksi dan mesin-mesin keperluan kantor. Output jasa perusahaan diperoleh dari perkalian antara indikator produksi (jumlah perusahaan atau tenaga kerja) dengan indikator harga (rata-rata output perusahaan atau ko per tenaga kerja). gs a 9. Jasa-Jasa :// la n 9.1. Pemerintahan Umum dan Pertahanan tp Jasa pemerintahan pada prinsipnya terbagi dua yakni pertama pelayanan dari ht pemerintahan departemen dan pertahanan, kedua pelayanan yang diberikan oleh badanbadan di bawah departemen tersebut. Pelayanan kedua ini disebut jasa pemerintahan lainnya. 9.1.1. Administrasi, Pemerintahan dan Pertahanan Sektor pemerintahan umum dan pertahanan mencakup semua departemen dan non departemen, badan/lembaga tinggi negara, kantor-kantor dan badan-badan yang berhubungan dengan administrasi pemerintahan dan pertahanan. Belanja pegawai guru pemerintah yang memegang tata usaha dikategorikan sebagai administrasi pemerintahan, sedangkan belanja pegawai guru pemerintah yang tugasnya mengajar dikategorikan sebagai jasa pendidikan. Begitu juga dokter pemerintah yang tidak melayani masyarakat dikelompokkan sebagai administrasi pemerintahan sedangkan dokter pemerintah yang melayani masyarakat dikelompokkan sebagai jasa kesehatan. Kegiatan-kegiatan ini meliputi semua tingkat pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang terdiri dari propinsi, kabupaten/kota dan desa termasuk angkatan bersenjata. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 52 Lampiran 9.1.2. Jasa Pemerintah Lainnya Jasa pemerintah lainnya meliputi kegiatan yang bersifat jasa seperti sekolah-sekolah pemerintah, universitas pemerintah, rumah sakit pemerintah, bimbingan masyarakat terasing, museum, perpustakaan, tempat-tempat rekreasi yang dibiayai dari keuangan pemerintah, dimana pemerintah memungut pembayaran yang pada umumnya tidak mencapai besarnya biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan tersebut. Unit-unit usaha semacam ini menyediakan pelayanan jasa untuk masyarakat. Aparat pemerintah yang melayani penyuluhan Keluarga Berencana (KB) atau memberi penyuluhan kepada masyarakat terasing dikategorikan sebagai jasa kemasyarakatan lainnya. Sedangkan pegawai pemerintah yang melakukan penjualan karcis .id masuk taman hiburan, museum atau melayani masyarakat di perpustakaan dikategorikan sebagai jasa hiburan dan kebudayaan. .g o Belanja pegawai dari sektor ini terdiri dari gaji pokok, honorarium dan tunjangan ta .b ps lainnya. Belanja pegawai yang dipisahkan dari belanja pembangunan ditransfer ke belanja rutin, seperti pembayaran honor pegawai negeri yang turut dalam kegiatan proyek. Belanja pegawai jasa pemerintahan lainnya yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat ko maupun daerah, baik rutin maupun pembangunan adalah untuk guru-guru sekolah negeri, gs a pekerja rumah sakit pemerintah, pekerja bimbingan masyarakat terasing, pekerja perpustakaan dan tempat-tempat rekreasi serta museum pemerintah. :// la n Penyusutan barang modal untuk sektor pemerintahan umum datanya belum tersedia, sehingga nilai penyusutan diadakan estimasi berdasarkan rasio terhadap belanja pegawai. tp Struktur biaya dari sektor ini tidak memuat unsur surplus usaha, sedangkan pemerintah ht tidak melakukan pembayaran pajak tak langsung. Untuk memperoleh nilai tambah bruto diperkirakan dari penjumlahan belanja pegawai serta perkiraan penyusutan. Data untuk estimasi NTB sektor pemerintahan umum didasarkan pada realisasi pengeluaran pemerintah. Belanja pegawai jasa pemerintahan lainnya yang ditransfer dari pemerintah pusat dan daerah diperoleh dari realisasi anggaran belanja pembangunan menurut sektor dan sub sektor. Sedangkan belanja pegawai jasa pemerintahan lainnya untuk pemerintah daerah diperoleh dari laporan belanja pegawai menurut jenis pengeluaran. Disamping belanja pegawai diatas penyusutan juga termasuk dalam penghitungan NTB jasa pemerintahan lainnya. Dimana nilai penyusutan diperkirakan sekitar 5 persen dari nilai belanja pegawai. Perkiraan NTB sektor pemerintahan umum dan jasa lainnya atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi menggunakan indeks tertimbang jumlah pegawai negeri menurut golongan kepangkatan. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 53 Lampiran 9.2. Swasta 9.2.1. Jasa Sosial Kemasyarakatan Meliputi jasa pendidikan, kesehatan, riset/penelitian, palang merah, panti asuhan, panti wreda, yayasan pemeliharaan anak cacat (YPAC), rumah ibadah dan sejenisnya, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Output jasa sosial dan kemasyarakatan diperoleh dari hasil perkalian antara masingmasing indikator produksi seperti jumlah murid menurut jenjang pendidikan, jumlah tempat tidur rumah sakit, jumlah dokter, jumlah anak yang diasuh, jumlah orang lanjut usia yang dirawat, jumlah rumah ibadah, jumlah anak cacat yang dirawat dengan rata-rata output per .id masing-masing indikator. .g o 9.2.2. Jasa Hiburan dan Rekreasi ta .b ps Meliputi kegiatan produksi dan distibusi film komersial dan film dokumenter untuk kepentingan pemerintah serta reproduksi film video, jasa bioskop dan panggung hiburan, studio radio, perpustakaan, museum, kebun binatang, gedung olahraga, kolam renang, klab ko malam, taman hiburan, lapangan golf, lapangan tenis, bilyar, klub Galatama, artis film, artis panggung, karaoke, video klip, studio televisi dan stasiun pemancar radio yang dikelola gs a oleh swasta. :// la n Output atas dasar harga berlaku diperoleh dengan menggunakan metode pendekatan produksi, yaitu diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dengan indikator harga. ht tp Output kegiatan produksi film diperoleh dari perkalian antara jumlah film yang diproduksi dengan rata-rata output per film. Output kegiatan distribusi film diperoleh dari perkalian antara rasio biaya sewa film dengan output bioskop, sedangkan output bioskop diperoleh dari perkalian antara jumlah penonton dengan rata-rata output per penonton. Output panggung hiburan/kesenian dihitung berdasarkan pajak tontonan yang diterima pemerintah. Output untuk jasa hiburan dan rekreasi lainnya pada umumnya didasarkan pada hasil perkalian antara jumlah perusahaan dan jumlah tenaga kerja masing-masing dengan rata-rata output per indikatornya. Dan NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari hasil perkalian antara rasio NTB dengan output. Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan menggunakan metode deflasi/ekstrapolasi dengan deflator/ekstrapolatornya adalah IHK hiburan dan rekreasi atau indeks indikator produksi yang sesuai. 9.2.3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga Meliputi segala jenis kegiatan jasa yang pada umumnya melayani perorangan dan rumahtangga, yang terdiri dari: Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 54 Lampiran a) Jasa perbengkelan/reparasi kendaraan bermotor, mencakup perbaikan kecil dari kendaraan roda empat, roda tiga dan dua, seperti mobil pribadi, mobil umum,sepeda motor dan sebagainya. b) Jasa perbengkelan/reparasi lainnya seperti perbaikan/reparasi jam, televisi, radio, lemari es, mesin jahit, sepeda dan barang-barang rumahtangga lainnya. c) Jasa pembantu rumahtangga, mencakup koki, tukang kebun, penjaga malam, pengasuh bayi dan anak dan sejenisnya. d) Jasa perorangan lainnya, mencakup tukang binatu, tukang cukur, tukang jahit, tukang semir sepatu dan sejenisnya. Output atas dasar harga berlaku untuk jasa perbengkelan serta jasa perorangan dan rumahtangga diperoleh dari perkalian antara masing-masing jumlah tenaga kerja dengan .id rata-rata output per tenaga kerja. Sedangkan output jasa pembantu rumahtangga, pengasuh .g o bayi dan sejenisnya diperoleh dari perkalian antara pengeluaran perkapita untuk pembantu rumahtangga dengan jumlah penduduk pertengahan tahun untuk jasa perorangan yang ta .b ps belum dicakup. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari hasil perkalian antara rasio NTB dengan output, rasio NTB diperoleh dari hasil Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR). Sedangkan ko output dan NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan metode ht tp :// la n gs a ekstrapolasi. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 55 Lampiran B. DAFTAR ISTILAH PENTING Aset (Harta) Pemilikan atas berbagai macam harta baik berwujud maupun tidak berwujud (tangible dan intangible) yang dimiliki oleh perorangan, perusahaan atau pemerintah. Secara praktis biasanya dinilai dalam bentuk moneter. Biaya Antara Input yang dipergunakan habis dalam proses produksi dan terdiri dari barang tidak .id tahan lama dan jasa baik yang dibeli dari pihak lain ataupun yang diproduksi sendiri. .g o Bunga Neto ta .b ps Selisih antara bunga diterima dan bunga yang dibayar atas pinjaman (finansial) yang diberikan. ko Ekspor Barang dan Jasa gs a Meliputi seluruh transfer dan penjualan barang dan jasa dari residen suatu negara ke residen negara lainnya dilakukan baik dalam negeri maupun di luar negeri. Dalam :// la n prakteknya, ekspor terdiri dari barang dagangan dan barang lainnya yang keluar melalui daerah batas pabean atau wilayah domestik suatu negara, termasuk pembelian langsung di tp negara tersebut oleh perwakilan negara asing dan orang-orang non residen. Karena ekspor ht barang dagangan suatu negara dinilai atas dasar fob, maka nilai ekspor tidak termasuk pengapalan dan asuransi sampai pada negara tujuan. Faktor Produksi Mencakup faktor-faktor yang terlibat langsung dalam suatu proses produksi baik secara langsung maupun tidak langsung seperti tanah, tenaga kerja, modal dan keahlian. Faktor Pendapatan dari Luar Merupakan pendapatan/kompensasi yang diterima oleh faktor produksi, atas keterlibatannya dalam suatu proses produksi di luar batas wilayah domestik. Harga Berlaku Penilaian yang dilakukan terhadap produk barang dan jasa yang dihasilkan ataupun yang dikonsumsi, pada harga tahun sedang berjalan. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 56 Lampiran Harga Konstan Penilaian yang dilakukan terhadap produk barang dan jasa yang dihasilkan atau yang dikonsumsi, pada harga tetap di satu tahun dasar. Pajak Tidak Langsung Neto Pajak Tidak Langsung dikurangi subsidi. Impor Barang dan Jasa Meliputi seluruh transfer dan pembelian barang dan jasa dari residen suatu negara ke residen negara lainnya yang dilakukan baik dalam wilayah domestik maupun di luar negeri. Pada prakteknya, impor terdiri dari barang dagangan dan barang lainnya yang melewati .id batas pabean atau wilayah domestik suatu negara, termasuk pembelian langsung oleh .g o pemerintah, penduduk dan perwakilan negara tersebut di luar negeri. Karena impor barang- ta .b ps barang dagangan dinilai dengan cif, maka nilai barang termasuk biaya pengangkutan dan asuransi. ko Imputasi Jasa gs a Merupakan perkiraan atas nilai output jasa yang dihasilkan, sebagai contoh imputasi :// la n jasa bank, jasa asuransi, jasa dana pensiun dan sebagainya. Investasi tp Dana yang disisihkan untuk ditanamkan sebagai modal dalam usaha dengan tujuan ht untuk memperoleh keuntungan dengan harapan modal tersebut akan kembali dalam beberapa tahun. Kapital Faktor produksi yang diciptakan oleh keahlian manusia dari sumber alam yang tersedia dan digunakan untuk menciptakan pendapatan seperti: mesin, peralatan, pabrik, dan sebagainya (barang modal). Margin Perdagangan dan Biaya Transport Merupakan selisih nilai transaksi pada tingkat harga pembeli dengan tingkat harga produsen. Selisih ini mencakup keuntungan pedagang, baik pedagang besar maupun pedagang eceran dan biaya transpor yang timbul dalam menyalurkan barang dari produsen kepada pembeli. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 57 Lampiran Input Primer Disebut juga nilai tambah bruto, terdiri dari balas jasa tenaga kerja, surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Output Domestik Nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi tanpa membedakan pelaku produksinya di wilayah domestik tertentu. Pelengkap (Mark-up) Merupakan besaran persentase tertentu yang ditambahkan terhadap suatu bialangan .id estimasi yang fungsinya untuk melengkapi data yang tidak lengkap. .g o Penyusutan ta .b ps Yang dimaksudkan adalah penyusutan barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. ko Pembentukan Modal Tetap gs a Meliputi pembuatan dan pembelian barang modal baru baik dari dalam negeri maupun impor, termasuk barang modal bekas dari luar negeri. Pembentukan modal tetap :// la n yang dicakup hanyalah yang dilakukan oleh sektor-sektor ekonomi di dalam negeri tp (domestik). ht Permintaan Antara Merupakan permintaan barang dan jasa untuk memenuhi proses produksi. Permintaan Akhir Merupakan permintaan barang dan jasa untuk memenuhi konsumsi akhir, pembentukan modal dan ekspor. Tahun Dasar Adalah tahun terpilih sebagai referensi statistik, yang digunakan sebagai dasar penghitungan tahun-tahun yang lain. Dengan tahun dasar tersebut dapat digambarkan seri data dengan indikator rinci mengenai perubahan/pergerakan yang terjadi. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 58 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 59 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 60 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 61 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 62 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 63 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 64 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 65 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 66 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 67 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 68 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 69 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 70 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 71 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 72 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 73 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 74 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 75 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 76 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 77 Lampiran A. LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN Uraian sektoral yang disajikan dalam bab ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, cara-cara penghitungan Nilai Tambah Bruto (NTB) baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000, serta sumber datanya. 1. Pertanian Ruang lingkup sektor pertanian adalah segala pengusahaan yang didapat dari alam dan merupakan barang-barang biologis atau hidup dimana hasilnya akan digunakan untuk .id memenuhi hidup sendiri atau dijual kepada pihak lain, tidak termasuk kegiatan yang .g o tujuannya untuk hobi saja. Kegiatan pertanian pada umumnya berupa cocok tanam, pemeliharaan ternak, penangkapan ikan, penebangan kayu dan pengambilan hasil hutan ta .b ps serta perburuan binatang liar. Sektor pertanian meliputi 5 sub sektor yaitu: sub sektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. ko 1.1. Tanaman Bahan Makanan gs a Sub sektor ini mencakup komoditi bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, umbi-umbian, kacang tanah, kacang kedele, kacang-kacangan :// la n lainnya, sayur-sayuran, buah-buahan, padi-padian serta bahan makanan lainnya. tp 1.2. Tanaman Perkebunan ht Sub sektor ini mencakup semua jenis kegiatan tanaman perkebunan yang diusahakan baik oleh rakyat maupun oleh perusahaan perkebunan. Komoditi yang dicakup meliputi antara lain cengkeh, jahe, jambu mete, jarak, kakao, karet, kapas, kapok, kayu manis, kelapa, kelapa sawit, kemiri, kina, kopi, lada, pala, panili, serat karung, tebu, tembakau, teh serta tanaman perkebunan lainya. 1.3. Peternakan dan Hasilnya Sub sektor ini mencakup semua kegiatan pembibitan dan budidaya segala jenis ternak dan unggas dengan tujuan untuk dikembangbiakkan, dibesarkan, dipotong dan diambil hasilnya, baik yang dilakukan rakyat maupun oleh perusahaan peternakan. Jenis ternak yang dicakup adalah: sapi, kerbau, kambing, babi, kuda, ayam, itik, telur ayam, telur itik, susu sapi serta hewan peliharaan lainnya. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 40 Lampiran 1.4. Kehutanan Sub sektor ini mencakup kegiatan penebangan segala jenis kayu serta pengambilan daun-daunan, getah-getahan dan akar-akaran, termasuk juga kegiatan perburuan. Komoditi yang dicakup meliputi: kayu gelondongan (baik yang berasal dari hutan rimba maupun hutan budidaya), kayu bakar, rotan, arang, bambu, terpentin, gondorukem, kopal, menjangan, babi hutan, serta hasil hutan lainnya. 1.5. Perikanan Sub sektor ini mencakup semua kegiatan penangkapan, pembenihan dan budidaya segala jenis ikan dan biota air lainnya, baik yang berada di air tawar maupun di air asin. .id Komoditi hasil perikanan antara lain seperti ikan tuna dan jenis ikan laut lainnya; ikan mas dan jenis ikan darat lainnya; ikan bandeng dan jenis ikan air payau lainnya; udang dan .g o binatang berkulit keras lainnya; cumi-cumi dan binatang lunak lainnya; rumput laut serta ta .b ps tumbuhan laut lainnya. 1.6. Jasa Pertanian ko Jasa Pertanian merupakan jasa-jasa khusus yang diberikan untuk menunjang gs a kegiatan ekonomi pertanian berdasarkan suatu pungutan atau kontrak tertentu. Termasuk dalam jasa pertanian adalah penyewaan alat pertanian dengan operatornya dengan syarat :// la n pegelolaan dan resiko usaha tersebut dilakukan secara terpisah. Dalam penghitungan nilai tambah sektor pertanian, secara konsep nilai tambah jasa pertanian ini terdistribusi pada tp masing-masing sub sektor (misalnya jasa dokter hewan pada sub sektor peternakan, jasa ht memetik kopi pada sub sektor perkebunan). Akan tetapi karena sampai saat ini belum didapat informasi yang lengkap tentang jasa pertanian, maka untuk alasan praktisnya nilai tersebut dianggap terwakili dalam besarnya persentase mark-up untuk tiap-tiap sub sektor pertanian. 1.7. Metode Penghitungan Output dan Nilai Tambah Pendekatan yang digunakan dalam memperkirakan nilai tambah sektor pertanian adalah melalui pendekatan dari sudut produksi. Pendekatan ini didasarkan pada pertimbangan tersedianya data produksi dan harga untuk masing-masing komoditi pertanian. Secara umum, nilai output setiap komoditi diperoleh dari hasil perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga produsen komoditi bersangkutan. Menurut sifatnya, output dibedakan atas dua jenis yaitu output utama dan output ikutan. Disamping itu diperkirakan melalui besaran persentase pelengkap (mark-up) yang diperoleh dari berbagai survei khusus. Total output suatu sub sektor merupakan penjumlahan dari nilai output utama dan ikutan dari seluruh komoditi ditambah dengan nilai pelengkapnya. Nilai Tambah Bruto (NTB) suatu Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 41 Lampiran sub sektor diperoleh dari penjumlahan NTB tiap-tiap komoditi. NTB ini didapat dari pengurangan nilai output atas harga produsen terhadap seluruh biaya antara, yang dalam prakteknya biasa dihitung melalui perkalian antara rasio NTB terhadap output komoditi tertentu. Untuk keperluan penyajian data NTB atas dasar harga konstan 2000 (2000=100), digunakan metode revaluasi, yaitu metode dimana seluruh produksi dan biaya-biaya antara dinilai berdasarkan harga tahun dasar 2000. Khusus untuk sub sektor peternakan, penghitungan produksinya tidak dapat dilakukan secara langsung, tetapi diperoleh melalui suatu rumus persamaan yang menggunakan tiga peubah, yakni: banyaknya ternak yang dipotong ditambah selisih populasi ternak dan selisih antara ekspor dan impor ternak. .id 2. Pertambangan dan Penggalian Seluruh jenis komoditi yang dicakup dalam sektor pertambangan dan penggalian .g o dikelompokkan dalam tiga sub sektor, yaitu: pertambangan minyak dan gas bumi (migas), ta .b ps pertambangan tanpa migas dan penggalian. Di Kabupaten Langsa tidak ada kegiatan pertambangan bukan migas. ko 2.1. Pertambangan Minyak dan Gas Bumi gs a Pertambangan migas meliputi kegiatan pencarian kandungan minyak dan gas bumi, penyiapan pengeboran, penambangan, penguapan, pemisahan serta penampungan untuk :// la n dapat dijual atau dipasarkan. Komoditi yang dihasilkan adalah minyak bumi, kondensat dan gas bumi. tp Metode penghitungan yang digunakan pendekatan produksi. Output atas ht dasar harga berlaku diperoleh melalui perkalian antara kuantum barang yang dihasilkan dengan harga per unit produksi pada masing-masing tahun. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output tersebut dengan rasio NTB terhadap output pada masing-masing tahun. Sedangkan output atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara revaluasi, yaitu mengalikan kuantum barang yang dihasilkan pada masing-masing tahun dengan harga per unit produksi pada tahun 2000. Melalui perkalian antara output dengan rasio NTB terhadap output tahun 2000 diperoleh NTB atas dasar harga konstan 2000. 2.2. Penggalian Sub sektor ini mencakup penggalian dan pengambilan segala jenis barang galian seperti batu-batuan, pasir dan tanah yang pada umumnya berada pada permukaan bumi. Hasil dari kegiatan ini adalah batu gunung, batu kali, batu kapur, koral, kerikil, batu karang, batu marmer, pasir untuk bahan bangunan, pasir silika, pasir kwarsa, kaolin, tanah liat, dan komoditi penggalian selain tersebut diatas. Termasuk dalam sub sektor penggalian adalah komoditi garam kasar. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 42 Lampiran 3. Industri Pengolahan Industri pengolahan dibedakan atas dua kelompok besar yaitu pertama industri pengolahan minyak dan gas bumi (migas), kedua yaitu industri pengolahan tanpa migas. 3.1. Industri Pengolahan Migas Pengilangan Minyak Bumi Pengilangan minyak bumi meliputi produk LPG yang dihasilkan oleh pengilangan gas alam. Pendekatan penghitungan output untuk sub sektor ini menggunakan pendekatan produksi. Output atas dasar harga berlaku adalah merupakan perkalian antara produksi dengan harga untuk masing-masing tahun, sedang atas dasar harga konstan digunakan cara revaluasi, yaitu produksi pada masing-masing tahun dikalikan dengan harga pada tahun .id dasar. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari output atas dasar harga berlaku dikalikan dengan rasio NTB untuk masing-masing tahun, sedangkan NTB atas dasar harga konstan ta .b ps .g o diperoleh dari output atas dasar harga konstan dikalikan dengan rasio NTB pada tahun dasar. 3.1.1. Gas Alam Cair Pengilangan gas alam cair di Indonesia terdapat di provinsi Nanggroe Aceh ko Darussalam dan Kalimantan Timur. Pendekatan estimasi output menggunakan pendekatan gs a produksi. Output atas dasar harga berlaku adalah perkalian antara produksi dengan harganya untuk masing-masing tahun, sedang atas dasar harga konstan digunakan cara revaluasi, yaitu :// la n produksi pada masing-masing tahun dikalikan dengan harga pada tahun dasarnya. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari output atas dasar harga berlaku tp dikalikan dengan rasio NTB untuk masing-masing tahun. Sedang untuk NTB atas dasar harga tahun dasar. ht konstan diperoleh dari output atas dasar harga konstan dikalikan dengan rasio NTB pada 3.2. Industri Tanpa Migas Sejak tahun 1993 Industri Pengolahan Tanpa Migas disajikan menurut dua digit kode Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI) yaitu industri makanan, minuman dan tembakau (31); Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit (32); Industri kayu, bambu dan rotan (33); Industri kertas dan barang dari kertas (34); Industri kimia dan barang-barang dari kimia dan karet (35); Industri barang galian bukan logam (36); Industri logam dasar (37); Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya (38); dan Industri pengolahan lainnya (39). 3.2.1. Industri Besar dan Sedang Metode penghitungannya menggunakan pendekatan produksi, yaitu output dihitung lebih dahulu, kemudian setelah dikurangi dengan biaya antara diperoleh NTB. Pada prinsipnya metode estimasi yang digunakan, baik pada seri lama maupun pada seri baru Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 43 Lampiran tidak berbeda yaitu menggunakan cara inflasi untuk menghitung atas dasar harga berlaku dan cara ekstrapolasi untuk menghitung atas dasar harga konstannya. Baik output maupun nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dari survei tahunan Industri Besar Sedang (IBS). 3.2.2. Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga Pada prinsipnya cakupan dan definisi kegiatan Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga (IKKR) sama dengan cakupan dan definisi kegiatan Industri Besar Sedang tanpa Migas. Perbedaannya terletak pada jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan industri tersebut. Suatu perusahaan dikatakan sebagai Industri Kecil jika tenaga kerjanya berjumlah antara 5 sampai 19 orang. Sedangkan Industri Kerajinan Rumahtangga jika tenaga .id kerjanya kurang dari 5 orang. .g o Dengan adanya pergeseran tahun dasar 1993 ke 2000, serta penyempurnaan yang berkaitan dengan kelengkapan data pendukung, maka metode penghitungan output dan NTB ta .b ps sub sektor ini diperbaiki dengan menggunakan pendekatan hasil SUSI (Survei Usaha ko Terintegrasi). Listrik :// la n 4.1. gs a 4. Listrik dan Air Minum Kegiatan ini mencakup pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik, baik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) maupun oleh perusahaan Non- ht tp PLN seperti pembangkitan listrik oleh Perusahaan Pemerintah Daerah dan listrik yang diusahakan oleh swasta (perorangan maupun perusahaan), dengan tujuan untuk dijual. Listrik yang dibangkitkan atau yang diproduksi meliputi listrik yang dijual, dipakai sendiri, hilang dalam transmisi, dan listrik yang dicuri. Metode penghitungan pada sektor ini yaitu dengan menggunakan pendekatan produksi. 4.2. Air Minum Kegiatan sub sektor air minum/air bersih mencakup proses pembersihan, pemurnian dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air minum, serta pendistribusian dan penyalurannya secara langsung melalui pipa dan alat lain ke rumahtangga, instansi pemerintah maupun swasta. Metode penghitungan yang digunakan yaitu dengan pendekatan produksi. 5. Bangunan Kegiatan sektor bangunan terdiri dari bermacam-macam kegiatan meliputi Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 44 Lampiran pembuatan, pembangunan, pemasangan dan perbaikan (berat maupun ringan) semua jenis konstruksi yang keseluruhan kegiatan sesuai dengan rincian menurut KLUI. Metode yang digunakan untuk mendapatkan NTB sektor bangunan adalah melalui pendekatan arus barang (commodity flows). Penggunaan metode ini didasarkan pada pemikiran bahwa besarnya output pada sektor bangunan sejalan dengan besarnya input komoditi yang dipergunakan untuk bangunan. Metode estimasi untuk memperoleh output dan NTB sektor bangunan menggunakan cara ekstrapolasi yang mana output dan nilai tambah bruto dengan harga konstan harus diperoleh dahulu sebelum memperoleh output dan NTB harga berlaku. 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran .g o .id 6.1. Perdagangan Kegiatan yang dicakup dalam sub sektor perdagangan meliputi kegiatan membeli dan tanpa mengubah sifat barang tersebut. ta .b ps menjual barang, baik barang baru maupun bekas, untuk tujuan penyaluran/pendistribusian ko Sub sektor perdagangan dalam perhitungannya dikelompokkan ke dalam dua jenis kegiatan yaitu perdagangan besar dan perdagangan eceran. Perdagangan besar meliputi gs a kegiatan pengumpulan dan penjualan kembali barang baru atau bekas oleh pedagang dari :// la n produsen atau importir ke pedagang besar lainnya, pedagang eceran, perusahaan dan lembaga yang tidak mencari untung. Sedangkan perdagangan eceran mencakup kegiatan pedagang yang umumnya melayani konsumen perorangan atau rumahtangga tanpa merubah tp sifat, baik barang baru atau barang bekas. ht Metode yang digunakan yaitu metode arus barang. Output atau margin perdagangan merupakan selisih antara nilai jual dan nilai beli barang yang diperdagangkan setelah dikurangi dengan biaya angkut barang dagangan yang dikeluarkan oleh pedagang. Dengan cara metode arus barang, output dihitung berdasarkan margin perdagangan yang timbul akibat memperdagangkan barang-barang dari sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri serta barang-barang yang berasal dari impor. NTB diperoleh berdasarkan perkalian antara total output dengan rasio NTB. Kemudian untuk memperoleh total NTB sub sektor perdagangan adalah dengan menjumlahkan NTB tersebut dengan pajak penjualan dan bea masuk barang impor. 6.2. Hotel Sub sektor ini mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan. Yang dimaksud akomodasi disini adalah hotel berbintang maupun tidak berbintang, serta tempat tinggal lainnya yang digunakan untuk menginap seperti losmen, motel dan sejenisnya. Termasuk pula kegiatan Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 45 Lampiran penyediaan makanan dan minuman serta penyediaan fasilitas lainnya bagi para tamu yang menginap dimana kegiatan-kegiatan tersebut berada dalam satu manajemen dengan penginapan. Alasan penggabungan ini karena datanya sulit dipisahkan. NTB sub sektor hotel diperoleh dengan menggunakan pendekatan produksi. Indikator produksi yang digunakan adalah jumlah malam kamar dan indikator harganya rata-rata tarif per malam kamar. Output atas dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan perkalian indikator produksi dengan indikator harganya. Sedangkan NTB diperoleh berdasarkan perkalian output dengan rasio NTB nya. Output dan NTB atas dasar harga konstan dihitung dengan menggunakan metode ekstrapolasi. 6.3. Restoran .id Kegiatan sub sektor restoran mencakup usaha penyediaan makanan dan minuman .g o jadi yang pada umumnya di konsumsi di tempat penjualan. Kegiatan yang termasuk dalam sub sektor ini seperti rumah makan, warung nasi, warung kopi, katering dan kantin. ta .b ps Pendekatan yang digunakan untuk menghitung NTB sub sektor restoran yaitu gs a 7. Pengangkutan dan Komunikasi ko pendekatan pengeluaran konsumsi makanan dan minuman jadi di luar rumah. :// la n 7.1. Pengangkutan Kegiatan yang dicakup dalam sub sektor ini terdiri atas Angkutan Jalan Raya; Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan; Angkutan Laut; Angkutan Udara; dan Jasa tp Angkutan. Kegiatan pengangkutan meliputi kegiatan pemindahan penumpang ht Penunjang dan barang dari satu tempat ke tempat lainya dengan menggunakan alat angkut atau kendaraan, baik bermotor maupun tidak bermotor. Sedangkan jasa penunjang angkutan mencakup kegiatan yang sifatnya menunjang kegiatan pengangkutan seperti terminal, pelabuhan dan pergudangan. 7.1.1. Angkutan Jalan Raya Meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang menggunakan alat angkut kendaraan jalan raya, baik bermotor maupun tidak bermotor. Termasuk pula kegiatan sewa kendaraan baik dengan atau tanpa pengemudi. Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi. Output atas dasar harga berlaku merupakan perkalian antara indikator produksi dengan indikator harga untuk masing-masing jenis angkutan. Sedangkan output atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan metode ekstrapolasi. NTB dihitung berdasarkan perkalian antara rasio NTB dengan outputnya. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 46 Lampiran 7.1.2. Angkutan Laut Meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kapal laut yang beroperasi di dalam dan ke luar daerah domestik. Tidak termasuk kegiatan pelayaran laut yang diusahakan oleh perusahaan lain yang berada dalam satu satuan usaha, dimana kegiatan pelayaran ini sifatnya hanya menunjang kegiatan induknya dan data yang tersedia sulit untuk dipisahkan. Pada dasarnya metode estimasi NTB angkutan laut seri tahun dasar 2000 sama dengan seri tahun dasar 1993. Perbedaan kedua seri tersebut terletak dalam penggunaan rasio NTB. Output atas dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan perkalian indikator produksi dengan indikator harganya. Output atas dasar harga konstan dihitung dengan .id metode ekstrapolasi. Sedangkan NTB diperoleh dengan perkalian antara rasio NTB dengan Kegiatan yang dicakup meliputi dengan menggunakan kapal/angkutan. ta .b ps 7.1.3. Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan .g o outputnya. kegiatan pengangkutan barang dan penumpang ko Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi. Indikator produksi gs a yang digunakan adalah jumlah penumpang, barang dan mobil yang diangkut. Output atas dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan perkalian indikator produksi dengan indikator :// la n harga dari penyeberangan. Untuk output atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode ekstrapolasi. Sedangkan NTB diperoleh berdasarkan perkalian antara rasio NTB dengan ht tp outputnya. 7.1.4. Angkutan Udara Kegiatan ini meliputi kegiatan pengangkutan penumpang dan barang dengan menggunakan pesawat udara yang diusahakan oleh perusahaan penerbangan yang beroperasi di Indonesia. Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi. Indikator produksi yang digunakan adalah kilometer (km) penumpang dan kilometer (km) barang yang diangkut. Output atas dasar harga berlaku angkutan udara diperoleh dari perusahaan penerbangan. Sedangkan nilai tambah bruto diperoleh dengan mengalikan rasio NTB dengan outputnya. Output dan NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode ekstrapolasi. 7.1.5. Jasa Penunjang Angkutan Mencakup kegiatan yang bersifat menunjang dan memperlancar kegiatan pengangkutan, yaitu meliputi jasa-jasa pelabuhan udara, laut, sungai, darat (terminal dan Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 47 Lampiran parkir), bongkar muat laut dan darat, keagenan penumpang, ekspedisi laut, jalan tol dan jasa penunjang lainnya (pengerukan dan pengujian kelayakan angkutan laut). Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi. Output dan NTB atas dasar harga berlaku dari kegiatan-kegiatan yang sifatnya monopoli diperoleh dari pengolahan laporan keuangan BUMN yang terkait. Kegiatan lainnya diperhitungkan dengan mengalikan indikator produksi dan harga. Rasio-rasio yang digunakan adalah rasio NTB, rasio mark-up dan rasio lainnya yang sesuai. Output dan NTB jasa penunjang angkutan di estimasi dengan pendekatan produksi, yaitu dengan menggunakan jumlah perusahaan sebagai indikator produksi, dan rata-rata pendapatan per perusahaan sebagai indikator harganya. Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan dihitung dengan metode ekstrapolasi. .g o .id 7.2. Komunikasi Sub sektor ini terdiri dari kegiatan Pos dan Giro, Telekomunikasi, dan Jasa ta .b ps Penunjang Komunikasi. Pos dan Giro mencakup kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman surat, wesel dan paket pos yang diusahakan oleh Perum Pos dan Giro. ko Kegiatan telekomunikasi meliputi pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman berita melalui telegram, telepon dan teleks yang diusahakan oleh perusahaan seperti PT gs a Telkom dan PT Indosat. Jasa Penunjang Komunikasi meliputi kegiatan lainnya yang :// la n menunjang komunikasi seperti warung telekomunikasi (wartel), radio panggil (pager) dan telepon seluler (ponsel). Metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan produksi. Output atas dasar tp harga berlaku berupa pendapatan Pos dan Giro serta Telekomunikasi diperoleh dari laporan ht keuangan. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari laporan keuangan berupa penjumlahan upah dan gaji, penyusutan, laba/rugi, dan komponen-komponen lainnya dari NTB. Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode ekstrapolasi. 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 8.1. Bank Kegiatan yang dicakup adalah kegiatan yang memberikan jasa keuangan pada pihak lain seperti: menerima simpanan terutama dalam bentuk giro dan deposito, memberikan kredit/pinjaman baik kredit jangka pendek/menengah dan panjang, mengirim uang, membeli dan menjual surat-surat berharga, mendiskonto surat wesel/kertas dagang/surat hutang dan sejenisnya, menyewakan tempat menyimpan barang berharga dan sebagainya. Output dari usaha perbankan adalah jumlah penerimaan atas jasa pelayanan bank yang diberikan kepada pemakainya, seperti biaya administrasi atas transaksi dengan bank, Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 48 Lampiran biaya pengiriman wesel dan sebagainya. Dalam output bank dimasukkan pula imputasi jasa bank yang besarnya sama dengan selisih antara bunga yang diterima dengan bunga yang dibayarkan. 8.2. Lembaga Keuangan bukan Bank (Usaha Jasa Asuransi) Asuransi adalah salah satu jenis lembaga keuangan bukan bank yang usaha pokoknya menanggung resiko-resiko atas terjadinya musibah/kecelakaan atas barang atau orang tersebut (termasuk tunjangan hari tua). Pada pihak ditanggung dapat menerima biaya atas hancur/rusaknya barang atau mengakibatkan terjadinya kematian tertanggung. Jasa asuransi ini dapat dibedakan menjadi asuransi jiwa, asuransi sosial, serta asuransi kerugian. Asuransi Jiwa adalah usaha perasuransian yang khusus menanggung resiko kematian, .id kecelakaan atau sakit, termasuk juga jaminan hari tua/masa depan pihak tertanggung. Nilai .g o pertanggungan ditentukan dan disetujui oleh kedua belah pihak yang di cantumkan dalam surat perjanjian. ta .b ps Asuransi Kerugian adalah usaha perasuransian yang khusus menanggung resiko atas kerugian, kehilangan atau kerusakan harta milik/benda termasuk juga tanggung jawab ko hukum pada pihak ketiga yang mungkin terjadi terhadap benda/harta milik tertanggung karena sebab-sebab tertentu dengan suatu nilai pertanggungan yang besarnya telah gs a ditentukan dan disetujui oleh kedua belah pihak yang dicantumkan dalam surat perjanjian. :// la n Asuransi Sosial adalah usaha perasuransian yang mencakup usaha asuransi jiwa (kerugian) yang dibentuk pemerintah berdasarkan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara pihak asuransi dengan seluruh/segolongan masyarakat untuk tujuan sosial. tp Pihak asuransi ini akan menerima/menampung sejumlah iuran/sumbangan wajib dari ht masyarakat yang menggunakan jasa pelayanan umum, seperti: jasa angkutan, jasa kesehatan, jasa/pelayanan terhadap pemilik kendaraan bermotor dan pelayanan hari tua. Output dari kegiatan asuransi merupakan rekapitulasi dari output asuransi jiwa, asuransi bukan jiwa (asuransi sosial, reasuransi kerugian serta broker asuransi). Biaya antara yang dikeluarkan dalam kegiatan asuransi berupa biaya umum (seperti pembelian alat tulis kantor, BBM, rekening listrik dan sebagainya), biaya pemeliharaan, sewa gedung dan biaya administrasi. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan selisih antara output dan biaya antara yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Sedangkan untuk NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan cara sebagai berikut: untuk asuransi jiwa menggunakan metode ekstrapolasi dan sebagai ekstrapolatornya adalah jumlah pemegang polis; untuk asuransi sosial menggunakan metode ekstrapolasi dan sebagai ekstrapolatornya adalah jumlah peserta; untuk asuransi kerugian menggunakan metode deflasi dan sebagai deflatornya adalah indeks harga perdagangan besar (IHPB) umum. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 49 Lampiran 8.2.1. Dana Pensiun Dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola program yang menjanjikan manfaat pensiun. Manfaat pensiun adalah pembayaran berkala yang dibayarkan kepada peserta pada saat peserta pensiun dan dengan cara yang ditetapkan dalam peraturan dana pensiun. Manfaat pensiun terdiri dari manfaat pensiun normal, manfaat pensiun dipercepat, manfaat pensiun cacat dan manfaat pensiun ditunda. Jenis dana pensiun dibedakan menjadi dua yaitu Dana Pensiun Pemberi Kerja dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan. Output dan NTB atas dasar harga berlaku dari kegiatan Dana Pensiun diperoleh dari hasil pengolahan laporan keuangan kegiatan tersebut. Sedangkan estimasi output dan NTB atas harga konstan diperoleh dengan menggunakan cara deflasi/ekstrapolasi dan sebagai .id deflatornya/ekstrapolatornya adalah IHK umum atau jumlah peserta. .g o 8.2.2. Pegadaian ta .b ps Mencakup usaha lembaga perkreditan pemerintah yang bersifat monopoli dan dibentuk berdasarkan ketentuan undang-undang, yang tugasnya antara lain membina yang mudah, cepat, aman dan hemat. utamanya adalah memberikan pinjaman uang kepada segolongan gs a Kegiatan ko perekonomian rakyat kecil dengan menyalurkan kredit atas dasar hukum gadai dengan cara masyarakat dengan menerima jaminan barang bergerak. Besarnya pinjaman sesuai dengan penggunaan dananya. :// la n nilai barang jaminan yang diserahkan pihak peminjam tanpa syarat apapun mengenai tp Output dan NTB atas dasar harga berlaku dari kegiatan pegadaian diperoleh dari hasil ht pengolahan laporan keuangan Perum Pegadaian. Outputnya terutama terdiri dari sewa modal, bunga deposito dan lain-lain (sewa rumah). NTB diperoleh dengan mengurangkan output dengan biaya antara. Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan metode ekstrapolasi, dan sebagai ekstrapolatornya adalah jumlah nasabah. 8.2.3. Lembaga Pembiayaan Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang bergerak di sektor keuangan dengan melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat. Lembaga pembiayaan ini mencakup kegiatan sewa guna usaha, modal ventura, anjak utang, kartu kredit dan pembiayaan konsumen. Output dan struktur input atas dasar harga berlaku lembaga pembiayaan ini diperoleh dari Direktorat Perbankan dan Usaha Jasa Pembiayaan Departemen Keuangan. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 50 Lampiran Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan metode ekstrapolasi, dan sebagai ekstrapolatornya adalah jumlah perusahaan. 8.3. Sewa Bangunan Sub sektor ini meliputi usaha persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal seperti perkantoran, pertokoan serta usaha persewaan tanah persil. Output untuk persewaan bangunan tempat tinggal diperoleh dari perkalian antara pengeluaran konsumsi rumahtangga perkapita untuk sewa rumah, kontrak rumah, sewa beli rumah dinas, perkiraan sewa rumah, pajak dan pemeliharaan rumah dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. .id Sedangkan output usaha persewaan bangunan bukan tempat tinggal diperoleh dari perkalian .g o antara luas bangunan yang disewakan dengan rata-rata tarif sewa per meter persegi (m2). NTB diperoleh dari hasil perkalian antara rasio NTB dengan outputnya. NTB atas dasar harga ta .b ps konstan diperoleh dengan menggunakan metode ekstrapolasi dan sebagai ekstrapolatornya indeks luas bangunan. ko 8.4. Jasa Perusahaan gs a 8.4.1. Jasa Hukum (Advokat/Pengacara, Notaris) :// la n Yang dimaksud dengan advokat adalah ahli hukum yang berwenang bertindak sebagai penasehat atau pembela perkara dalam pengadilan, baik perkara pidana maupun perdata. tp Sedangkan Notaris adalah orang yang ditunjuk dan diberi kuasa oleh Departemen Kehakiman ht untuk mensahkan dan menyaksikan berbagai surat perjanjian, akte dan sebagainya. 8.4.2. Jasa Akuntansi dan Pembukuan Jasa akuntansi dan pembukuan adalah usaha jasa pengurusan tata buku dan pemeriksaan pembukuan termasuk juga jasa pengolahan data dan tabulasi yang merupakan bagian dari jasa akuntansi dan pembukuan. 8.4.3. Jasa Pengolahan dan Penyajian Data Jasa pengolahan dan penyajian data adalah usaha jasa pengolahan dan penyajian data yang bersifat umum baik secara elektronik komputer maupun manual atas dasar balas jasa atau kontrak. Termasuk didalamnya adalah jasa pemrograman komputer dan sebagainya yang ada hubungannya dengan kegiatan komputer. 8.4.4. Jasa Bangunan, Arsitek dan Teknik Jasa bangunan, arsitek dan teknik adalah usaha jasa konsultasi bangunan, jasa survei Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 51 Lampiran geologi, penyelidikan tambang/pencarian komoditi pertambangan dan jasa penyelidikan serta sejenisnya. 8.4.5. Jasa Periklanan dan Riset Pemasaran Jasa periklanan dan riset pemasaran adalah suatu kegiatan usaha yang memberikan pelayanan kepada pihak lain dalam bentuk pembuatan dan pemasangan iklan, yang bertujuan untuk menyampaikan informasi, membujuk dan mengingatkan kepada konsumen tentang produk dari suatu perusahaan/usaha serta dalam penyampaiannya dapat melalui berbagai media massa. 8.4.6. Jasa Persewaan Mesin dan Peralatan .id Jasa persewaan mesin dan peralatan adalah usaha persewaan mesin dan .g o peralatannya untuk keperluan pertanian, pertambangan ladang minyak, industri pengolahan, ta .b ps konstruksi dan mesin-mesin keperluan kantor. Output jasa perusahaan diperoleh dari perkalian antara indikator produksi (jumlah perusahaan atau tenaga kerja) dengan indikator harga (rata-rata output perusahaan atau ko per tenaga kerja). gs a 9. Jasa-Jasa :// la n 9.1. Pemerintahan Umum dan Pertahanan tp Jasa pemerintahan pada prinsipnya terbagi dua yakni pertama pelayanan dari ht pemerintahan departemen dan pertahanan, kedua pelayanan yang diberikan oleh badanbadan di bawah departemen tersebut. Pelayanan kedua ini disebut jasa pemerintahan lainnya. 9.1.1. Administrasi, Pemerintahan dan Pertahanan Sektor pemerintahan umum dan pertahanan mencakup semua departemen dan non departemen, badan/lembaga tinggi negara, kantor-kantor dan badan-badan yang berhubungan dengan administrasi pemerintahan dan pertahanan. Belanja pegawai guru pemerintah yang memegang tata usaha dikategorikan sebagai administrasi pemerintahan, sedangkan belanja pegawai guru pemerintah yang tugasnya mengajar dikategorikan sebagai jasa pendidikan. Begitu juga dokter pemerintah yang tidak melayani masyarakat dikelompokkan sebagai administrasi pemerintahan sedangkan dokter pemerintah yang melayani masyarakat dikelompokkan sebagai jasa kesehatan. Kegiatan-kegiatan ini meliputi semua tingkat pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang terdiri dari propinsi, kabupaten/kota dan desa termasuk angkatan bersenjata. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 52 Lampiran 9.1.2. Jasa Pemerintah Lainnya Jasa pemerintah lainnya meliputi kegiatan yang bersifat jasa seperti sekolah-sekolah pemerintah, universitas pemerintah, rumah sakit pemerintah, bimbingan masyarakat terasing, museum, perpustakaan, tempat-tempat rekreasi yang dibiayai dari keuangan pemerintah, dimana pemerintah memungut pembayaran yang pada umumnya tidak mencapai besarnya biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan tersebut. Unit-unit usaha semacam ini menyediakan pelayanan jasa untuk masyarakat. Aparat pemerintah yang melayani penyuluhan Keluarga Berencana (KB) atau memberi penyuluhan kepada masyarakat terasing dikategorikan sebagai jasa kemasyarakatan lainnya. Sedangkan pegawai pemerintah yang melakukan penjualan karcis .id masuk taman hiburan, museum atau melayani masyarakat di perpustakaan dikategorikan sebagai jasa hiburan dan kebudayaan. .g o Belanja pegawai dari sektor ini terdiri dari gaji pokok, honorarium dan tunjangan ta .b ps lainnya. Belanja pegawai yang dipisahkan dari belanja pembangunan ditransfer ke belanja rutin, seperti pembayaran honor pegawai negeri yang turut dalam kegiatan proyek. Belanja pegawai jasa pemerintahan lainnya yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat ko maupun daerah, baik rutin maupun pembangunan adalah untuk guru-guru sekolah negeri, gs a pekerja rumah sakit pemerintah, pekerja bimbingan masyarakat terasing, pekerja perpustakaan dan tempat-tempat rekreasi serta museum pemerintah. :// la n Penyusutan barang modal untuk sektor pemerintahan umum datanya belum tersedia, sehingga nilai penyusutan diadakan estimasi berdasarkan rasio terhadap belanja pegawai. tp Struktur biaya dari sektor ini tidak memuat unsur surplus usaha, sedangkan pemerintah ht tidak melakukan pembayaran pajak tak langsung. Untuk memperoleh nilai tambah bruto diperkirakan dari penjumlahan belanja pegawai serta perkiraan penyusutan. Data untuk estimasi NTB sektor pemerintahan umum didasarkan pada realisasi pengeluaran pemerintah. Belanja pegawai jasa pemerintahan lainnya yang ditransfer dari pemerintah pusat dan daerah diperoleh dari realisasi anggaran belanja pembangunan menurut sektor dan sub sektor. Sedangkan belanja pegawai jasa pemerintahan lainnya untuk pemerintah daerah diperoleh dari laporan belanja pegawai menurut jenis pengeluaran. Disamping belanja pegawai diatas penyusutan juga termasuk dalam penghitungan NTB jasa pemerintahan lainnya. Dimana nilai penyusutan diperkirakan sekitar 5 persen dari nilai belanja pegawai. Perkiraan NTB sektor pemerintahan umum dan jasa lainnya atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi menggunakan indeks tertimbang jumlah pegawai negeri menurut golongan kepangkatan. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 53 Lampiran 9.2. Swasta 9.2.1. Jasa Sosial Kemasyarakatan Meliputi jasa pendidikan, kesehatan, riset/penelitian, palang merah, panti asuhan, panti wreda, yayasan pemeliharaan anak cacat (YPAC), rumah ibadah dan sejenisnya, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Output jasa sosial dan kemasyarakatan diperoleh dari hasil perkalian antara masingmasing indikator produksi seperti jumlah murid menurut jenjang pendidikan, jumlah tempat tidur rumah sakit, jumlah dokter, jumlah anak yang diasuh, jumlah orang lanjut usia yang dirawat, jumlah rumah ibadah, jumlah anak cacat yang dirawat dengan rata-rata output per .id masing-masing indikator. .g o 9.2.2. Jasa Hiburan dan Rekreasi ta .b ps Meliputi kegiatan produksi dan distibusi film komersial dan film dokumenter untuk kepentingan pemerintah serta reproduksi film video, jasa bioskop dan panggung hiburan, studio radio, perpustakaan, museum, kebun binatang, gedung olahraga, kolam renang, klab ko malam, taman hiburan, lapangan golf, lapangan tenis, bilyar, klub Galatama, artis film, artis panggung, karaoke, video klip, studio televisi dan stasiun pemancar radio yang dikelola gs a oleh swasta. :// la n Output atas dasar harga berlaku diperoleh dengan menggunakan metode pendekatan produksi, yaitu diperoleh dari hasil perkalian antara indikator produksi dengan indikator harga. ht tp Output kegiatan produksi film diperoleh dari perkalian antara jumlah film yang diproduksi dengan rata-rata output per film. Output kegiatan distribusi film diperoleh dari perkalian antara rasio biaya sewa film dengan output bioskop, sedangkan output bioskop diperoleh dari perkalian antara jumlah penonton dengan rata-rata output per penonton. Output panggung hiburan/kesenian dihitung berdasarkan pajak tontonan yang diterima pemerintah. Output untuk jasa hiburan dan rekreasi lainnya pada umumnya didasarkan pada hasil perkalian antara jumlah perusahaan dan jumlah tenaga kerja masing-masing dengan rata-rata output per indikatornya. Dan NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari hasil perkalian antara rasio NTB dengan output. Sedangkan output dan NTB atas dasar harga konstan menggunakan metode deflasi/ekstrapolasi dengan deflator/ekstrapolatornya adalah IHK hiburan dan rekreasi atau indeks indikator produksi yang sesuai. 9.2.3. Jasa Perorangan dan Rumahtangga Meliputi segala jenis kegiatan jasa yang pada umumnya melayani perorangan dan rumahtangga, yang terdiri dari: Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 54 Lampiran a) Jasa perbengkelan/reparasi kendaraan bermotor, mencakup perbaikan kecil dari kendaraan roda empat, roda tiga dan dua, seperti mobil pribadi, mobil umum,sepeda motor dan sebagainya. b) Jasa perbengkelan/reparasi lainnya seperti perbaikan/reparasi jam, televisi, radio, lemari es, mesin jahit, sepeda dan barang-barang rumahtangga lainnya. c) Jasa pembantu rumahtangga, mencakup koki, tukang kebun, penjaga malam, pengasuh bayi dan anak dan sejenisnya. d) Jasa perorangan lainnya, mencakup tukang binatu, tukang cukur, tukang jahit, tukang semir sepatu dan sejenisnya. Output atas dasar harga berlaku untuk jasa perbengkelan serta jasa perorangan dan rumahtangga diperoleh dari perkalian antara masing-masing jumlah tenaga kerja dengan .id rata-rata output per tenaga kerja. Sedangkan output jasa pembantu rumahtangga, pengasuh .g o bayi dan sejenisnya diperoleh dari perkalian antara pengeluaran perkapita untuk pembantu rumahtangga dengan jumlah penduduk pertengahan tahun untuk jasa perorangan yang ta .b ps belum dicakup. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dari hasil perkalian antara rasio NTB dengan output, rasio NTB diperoleh dari hasil Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR). Sedangkan ko output dan NTB atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan metode ht tp :// la n gs a ekstrapolasi. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 55 Lampiran B. DAFTAR ISTILAH PENTING Aset (Harta) Pemilikan atas berbagai macam harta baik berwujud maupun tidak berwujud (tangible dan intangible) yang dimiliki oleh perorangan, perusahaan atau pemerintah. Secara praktis biasanya dinilai dalam bentuk moneter. Biaya Antara Input yang dipergunakan habis dalam proses produksi dan terdiri dari barang tidak .id tahan lama dan jasa baik yang dibeli dari pihak lain ataupun yang diproduksi sendiri. .g o Bunga Neto ta .b ps Selisih antara bunga diterima dan bunga yang dibayar atas pinjaman (finansial) yang diberikan. ko Ekspor Barang dan Jasa gs a Meliputi seluruh transfer dan penjualan barang dan jasa dari residen suatu negara ke residen negara lainnya dilakukan baik dalam negeri maupun di luar negeri. Dalam :// la n prakteknya, ekspor terdiri dari barang dagangan dan barang lainnya yang keluar melalui daerah batas pabean atau wilayah domestik suatu negara, termasuk pembelian langsung di tp negara tersebut oleh perwakilan negara asing dan orang-orang non residen. Karena ekspor ht barang dagangan suatu negara dinilai atas dasar fob, maka nilai ekspor tidak termasuk pengapalan dan asuransi sampai pada negara tujuan. Faktor Produksi Mencakup faktor-faktor yang terlibat langsung dalam suatu proses produksi baik secara langsung maupun tidak langsung seperti tanah, tenaga kerja, modal dan keahlian. Faktor Pendapatan dari Luar Merupakan pendapatan/kompensasi yang diterima oleh faktor produksi, atas keterlibatannya dalam suatu proses produksi di luar batas wilayah domestik. Harga Berlaku Penilaian yang dilakukan terhadap produk barang dan jasa yang dihasilkan ataupun yang dikonsumsi, pada harga tahun sedang berjalan. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 56 Lampiran Harga Konstan Penilaian yang dilakukan terhadap produk barang dan jasa yang dihasilkan atau yang dikonsumsi, pada harga tetap di satu tahun dasar. Pajak Tidak Langsung Neto Pajak Tidak Langsung dikurangi subsidi. Impor Barang dan Jasa Meliputi seluruh transfer dan pembelian barang dan jasa dari residen suatu negara ke residen negara lainnya yang dilakukan baik dalam wilayah domestik maupun di luar negeri. Pada prakteknya, impor terdiri dari barang dagangan dan barang lainnya yang melewati .id batas pabean atau wilayah domestik suatu negara, termasuk pembelian langsung oleh .g o pemerintah, penduduk dan perwakilan negara tersebut di luar negeri. Karena impor barang- ta .b ps barang dagangan dinilai dengan cif, maka nilai barang termasuk biaya pengangkutan dan asuransi. ko Imputasi Jasa gs a Merupakan perkiraan atas nilai output jasa yang dihasilkan, sebagai contoh imputasi :// la n jasa bank, jasa asuransi, jasa dana pensiun dan sebagainya. Investasi tp Dana yang disisihkan untuk ditanamkan sebagai modal dalam usaha dengan tujuan ht untuk memperoleh keuntungan dengan harapan modal tersebut akan kembali dalam beberapa tahun. Kapital Faktor produksi yang diciptakan oleh keahlian manusia dari sumber alam yang tersedia dan digunakan untuk menciptakan pendapatan seperti: mesin, peralatan, pabrik, dan sebagainya (barang modal). Margin Perdagangan dan Biaya Transport Merupakan selisih nilai transaksi pada tingkat harga pembeli dengan tingkat harga produsen. Selisih ini mencakup keuntungan pedagang, baik pedagang besar maupun pedagang eceran dan biaya transpor yang timbul dalam menyalurkan barang dari produsen kepada pembeli. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 57 Lampiran Input Primer Disebut juga nilai tambah bruto, terdiri dari balas jasa tenaga kerja, surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Output Domestik Nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi tanpa membedakan pelaku produksinya di wilayah domestik tertentu. Pelengkap (Mark-up) Merupakan besaran persentase tertentu yang ditambahkan terhadap suatu bialangan .id estimasi yang fungsinya untuk melengkapi data yang tidak lengkap. .g o Penyusutan ta .b ps Yang dimaksudkan adalah penyusutan barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. ko Pembentukan Modal Tetap gs a Meliputi pembuatan dan pembelian barang modal baru baik dari dalam negeri maupun impor, termasuk barang modal bekas dari luar negeri. Pembentukan modal tetap :// la n yang dicakup hanyalah yang dilakukan oleh sektor-sektor ekonomi di dalam negeri tp (domestik). ht Permintaan Antara Merupakan permintaan barang dan jasa untuk memenuhi proses produksi. Permintaan Akhir Merupakan permintaan barang dan jasa untuk memenuhi konsumsi akhir, pembentukan modal dan ekspor. Tahun Dasar Adalah tahun terpilih sebagai referensi statistik, yang digunakan sebagai dasar penghitungan tahun-tahun yang lain. Dengan tahun dasar tersebut dapat digambarkan seri data dengan indikator rinci mengenai perubahan/pergerakan yang terjadi. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 58 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 59 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 60 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 61 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 62 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 63 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 64 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 65 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 66 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 67 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 68 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 69 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 70 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 71 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 72 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 73 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 74 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 75 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 76 ht tp :// la n gs a ko ta .b ps .g o .id Lampiran Pendapatan Domestik Regional Bruto Kota Langsa Tahun 2003-2008 77