Uploaded by User23087

BAB I

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus menerus
dan terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode
keperawatan kesehatan berubah, karena gaya hidup masyarakat berubah dan perawat
sendiri juga dapat menyesuaikan dengan perubahan tersebut. Definisi dan filosofi
terkini dari keperawatan memperlihatkan trend holistic dalam keperawatan yang
ditunjukkan secara keseluruhan dalam berbagai dimensi, baik dimensi sehat maupun
sakit serta dalam interaksinya dengan keluarga dan komunitas. Tren praktik
keperawatan meliputi perkembangan di berbagai tempat praktik dimana perawat
memiliki kemandirian yang lebih besar.
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh perkawinan, adopsi dan
kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari individuindividu yang ada didalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan
untuk mencapai tujuan bersama (Friedman, 1998).
Keperawatan keluarga dapat difokuskan pada anggota keluarga individu, dalam
konteks keluarga, atau unit keluarga. Terlepas dari identifikasi klien, perawat
menetapkan hubungan dengan masing-masing anggota keluarga dalam unit dan
memahami pengaruh unit pada individu dan masyarakat. Tujuan keperawatan
keluarga dari WHO di Eropa yang merupakan praktek keperawatan termodern saat ini
adalah promoting and protecting people health merupakan perubahan paradigma dari
cure menjadi care melalui tindakan preventif dan mengurangi kejadian dan
penderitaan akibat penyakit .
Perawat keluarga memiliki peran untuk memandirikan keluarga dalam merawat
anggota keluarganya, sehingga keluarga mampu melakukan fungsi dan tugas
kesehatan,
Friedmen
menyatakan
bahwa
keluarga
diharapkan
mampu
mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, diantaranya fungsi afektif, sosialisasi,
reproduksi, ekonomi, dan fungsi perawatan keluarga. Perawatan kesehatan keluarga
adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai unit pelayanan
untuk mewujudkan keluarga yang sehat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian trend dan issue terkini dalam keperawatan keluarga?
2. Apa pengertian sumberdaya keluarga management?
3. Apa pengertian model konseptualdalam keperawatan keluarga?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui trend dan issue terkini dalam keperawatan keluarga
2. Untuk mengetahui sumberdaya keluarga management
3. Untuk mengetahui model konseptualdalam keperawatan keluarga
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Trend dan Isu dalam Keperawatan Keluarga
Trend adalah sesuatu yang sedang booming, actual, dan sedang hangat
diperbincangkan. Sedangkan isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat
diperkirakan terjadi atau tidak terjadi di masa mendatang, menyangkut ekonomi,
moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat,
kematian, ataupun tentang krisis.
Jadi, trend dan isu keperawatan keluarga merupakan sesuatu yang booming, actual,
dan sedang hangat diperbincangkan serta desas-desus dalam ruang lingkup
keperawatan keluarga.
Adapun trend dan isu dalam keperawatan keluarga, diantaranya:
Global

Dunia tanpa batas (global village) mempengaruhi sikap dan pola perilaku
keluarga. Kemajuan dan pertukaran iptek yang semakin global sehingga
penyebarannya semakin meluas.

Kemajuan teknologi di bidang transportasi sehingga tingkat mobilisasi
penduduk yang tinggi seperti migrasi yang besar-besaran yang berpengaruh
terhadap interaksi keluarga yang berubah.

Standar kualitas yang semakin diperhatikan menimbulkan persaingan yang
ketat serta menumbuhkan munculnya sekolah-sekolah yang mengutamakan
kualitas pendidikan.

Kompetisi global dibidang penyediaan sarana dan prasarana serta pelayanan
kesehatan menuntut standar profesionalitas keperawatan yang tinggi.

Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat system yang
belum berkembang.

Pelayanan keperawatan keluarga belum berkembang tapi DEPKES sudah
menyusun pedoman pelayanan keperawatan keluarga dan model keperawatan
keluarga di rumah tapi perlu disosialisasikan.

Keperawatan keluarga/ komunitas dianggap tidak menantang.

Geografis luas namun tidak ditunjang dengan fasilitas.

Kerjasama lintas program dan lintas sector belum memadai.

Model pelayanan belum mendukung peranan aktif semua profesi.
Pelayanan

SDM belum dapat menjawab tantangan global dan belum ada perawat
keluarga.

Penghargaan / reward rendah.

Bersikap pasif.

Biaya pelayanan kesehatan rawat inap mahal.

Pengetahuan dan keterampilan perawat masih rendah.
Pendidikan

Lahan praktik terbatas; pendirian pendidikan keperawatan cenderung “mudah”

Penelitian terkait pengembangan dan uji model masih terbatas.

Sarana dan prasarana pendidikan sangat terbatas.

Rasio pengajar : mahasiswa belum seimbang.

Keterlibatan berbagai profesi selama pendidikan kurang.
Profesi

Standar kompetensi belum disosialisasikan.

Belum ada model pelayanan yang dapat menjadi acuan.

Kompetensi berbagai jenjang pendidikan tidak berbatas.

Mekanisme akreditasi belum berjalan dengan baik.

Peranan profesi di masa depan dituntut lebih banyak.

Perlu pengawalan dan pelaksanaan undang-undang praktik keperawatan.
2.2 Trend dan Isu Keperawatan Keluarga di Indonesia
Perkembangan keperawatan di Indonesia sejak tahun 1983 sangat pesat, di
tandai dengan buka nya Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) di Universitas
Indonesia Jakarta sejak tahun 1985 dan tahun 1985 telah menjadi fakultas
keperawatan, kemudian disusul PSIK di Universitas Padjadjaran Bandung,
berkembang lagi di 7 Universitas Negeri di Indonesia pada tahun 1999, serta
mulai berkembang pada sekolah tinggi ilmu kesehatan dengan jurusan
keperawatan yang pengelolaannya dimiliki oleh masyarakat.
Perkembangan tersebut juga ditunjang oleh Departemen Kesehatan pada tahun
90-an dengan program pokok Perawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas
yang sasarannya adalah keluarga. Namun, perkembangan jumlah keluarga yang
menerus meningkat dan banyaknya keluarga yang rawan kesehatan (risiko),
keperawatan komunitas mungkin tidak dapat menjangkau meskipun salah satu
sasarannya adalah keluarga yang rawan (berisiko). Dengan keadaan demikian
keperawatan komunitas (masyarakat) memfragmentasi menjadi keperawatan yang
spesifik diantaranya keperawatan keluarga. Akibatnya, jelas sekali bahwa
keperawatan keluarga menjadi sasaran yang spesifik dengan masalah keperawatan
(kesehatan) yang spesifik pula.
Sesuai dengan perkembangan terjadi pula perubahan yang di motori oleh Dirtjen
Dikti Pendidikan Nasional dengan Konsorsium Ilmu Kesehatan yang menyajikan
secara tersendiri mata kuliah perawatan keluarga pada kurikulum D-3 keperawatan
dan pendidikan ners di Indonesia sejak tahun 1999.
Tuntutan professional yang tinggi sebenarnya tidak berlebihan, keadaan ini sesuai
tuntutan pemerintah di bindang kesehatan untuk membangun “Indonesia Sehat 2010”
dengan strategi :
1. pembangunan berwawasan kesehatan
2. desentralisasi
3. profesionalisme
4. jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat (JPKM)
Asuhan keperawatan keluarga dapat segera dilakuakan oleh perawat dengan
berbagai persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Telah menyelesaikan pendidikan formal Ners (perawat) yang diakui.
Pendidikan formal di Indonesia adalah D-3 keperawatan yang menghasilkan
perawat professional “pemula” dan PSIK yang menghasilkan Ners, yang
memiliki kemampuan professional yang tinggi, yaitu (1) keterampilan
intelektual, (2) keterampilan teknis, dan (3) keterampilan interpersonal dengan
berlandaskan etik dan melaksanakan profesinya sesuai dengan standar praktik
keperawatan.
2. Telah melakukan proses registrasi sebagai ners (perawat). Perawat yang telah
menyelesaikan secara formal pendidikannya harus melalui proses legislasi
sebagai ners (perawat) dengan tahap :
a. Registrasi adalah proses pendaftaran seorang ners (perawat) yang telah
lulus pendidikan formal di dinas kesehatan provinsi, sesuai dengan
keputusan Menkes No 1239 tahun 2001.
b. Sertifikasi adalah proses penilaian terhadap kemampuan seorang ners
(perawat)
untuk
dinyatakan
cakap
melaksanakan
kewenangan
(kompetensi) yang dimiliki. Namun, belum dilalui sehingga setelah tahap
registrasi seorang ners (perawat) akan memperoleh lisensi.
c. Lisensi adalah proses pembelian bukti tertulis setelah seorang ners
(perawat) dinyatakan cakap untuk dapat melaksanakan kewenangannya. Di
Indonesia disebut dengan surat izin perawat (SIP).
3. Memiliki institusi yang mempunyai kewenangan untuk memberikan asuhan
keperawatan keluarga. Meskipun telah mempunyai SIP, kegiatan keperawatan
keluarga yang diberikan kepada kliennya harus mempunyai institusi berbadan
hukum yang secara legal bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
keperawatan, mutu asuhan yang diberikan, dan untuk meningkatkan
kepercayaan publik, serta dapat dilakukan upaya tanggung gugat oleh klien
bila tidak sesuai standar asuhan.
4. Mematuhi standar praktik dan etik profesi yang ditetapkan oleh PPNI atau
pemerintah. Standar praktik yang ada bertujuan agar asuhan yang diberikan
ners (perawat) mempunyai mutu sesuai dengan kaidah profesi. Etik profesi
yang dapat mengendalikan bagaimana seorang ners (perawat) berperilaku
yang santun kepada klien dan tidak merugikan klien atau publik.
Bentuk pelayanan yang dapat diberikan oleh perawat keluarga adalah
perawatan kesehatan dirumah. Agar mempunyai arah yang pasti terhadap
pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga, Departemen Kesehatan telah
menerbitkan surat keputusan No. HK.00.06.5.1.311 bulan januari 2012 tentang
penerapan pedoman perawatan kesehatan dirumah.
Dengan gambaran situasi diatas, kesempatan sangat besar dimiliki oleh
seorang ners (perawat) untuk mewujudkannya, dan hal ini merupakan tantangan
yang cukup berat bila seorang professional tidak mampu mewujudkannya. Karena
bagaimanapun juga tidak ada alasan bahwa tidak mendapat dukungan secara
profesi dan pemerintah.
Kriteria kesejahteraan keluarga di indonesia
Berikut ini merupakan tahapan-tahapan keluarga sejahtera :
1. keluarga prasejahtera
keluarga - keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara
minimal, seperti kebutuhan akan pengajaran, agama, sandang, pangan, dan
kesehatan.
2. keluarga sejahtera tahap I
keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal, tatapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial
psikologis seperti kebutuhan akan pendidikan, keluarga berencana, interaksi
dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi.
3. keluarga sejahtera tahap II
keluarga-keluarga yang disamping dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, juga
telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologisnya, akan tetapi
belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan pengembangan seperti
kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.
4. keluarga sejahtera tahapan III
keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar,
kebutuhan sosial psikologis dan kebutuhan pengembangan, namun belum
dapat memberikan sumbangan yang maksimal terhadap masyarakat, seperti
secara teratur memberikan sumbangan dalam bentuk materi dan keuangan
untuk kepentingan sosial kemasyarakatan serta peran secara aktif dengan
menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan sosial, keagamaan,
kesenian, olahraga dan pendidikan.
5. keluarga sejahtera tahap IV
keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan baik yang
bersifat dasar, sosial psikologis, maupun pengembangan serta telah dapat pula
memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.
Beberapa permasalahan mengenai trend dan isu keperawatan keluarga yang
muncul di Indonesia :

Sumberdaya tenaga kesehatan yang belum dapat bersaing secara global serta
belum adanya perawat keluarga secara khusus di negara kita.

Penghargaan dan reward yang dirasakan masih kurang bagi para tenaga
kesehatan.

Pelayanan kesehatan yang diberikan sebagian besar masih bersifat pasif.

Masih tingginya biaya pengobatan khususnya di sarana.

Sarana pelayanan kesehatan yang memiliki kualitas baik.

Pengetahuan dan keterampilan perawat yang masih perlu ditingkatkan.

Rendahnya minat perawat untuk bekerja dengan keluarga akibat system yang
belum berkembang.

Pelayanan keperawatan keluarga yang belum berkembang meskipun telah
disusun pedoman pelayanan keluarga namun belum disosialisaikan secara umum.

Geografis Indonesia yang sangat luas namun belum di tunjang dengan fasilitas
transportasi yang cukup.

Kerjasama program lintas sektoral belum memadai.

Model pelayanan belum mendukung peran aktif semua profesi.

Lahan praktek yang terbatas, sarana dan prasarana pendidikan juga terbatas.

Rasio pengajar dan mahasiswa yang tidak seimbang.

Keterlibatan berbagai profesi selama menjalani pendidikan juga kurang.
Trend dan Isu Nasional :

Semakin tingginya tuntutan profesionalitas pelayanan kesehatan.

Penerapan desentralisasi yang juga melibatkan bidang kesehatan.
Peran serta masyarakat yang semakin tinggi dalam bidang kesehatan.

Munculnya perhatian dari pihak pemerintah mengenai masalah kesehatan
masyarakat seperti diberikannya bantuan bagi keluarga miskin serta asuransi
kesehatan lainnya bagi keluarga yang tidak mampu.
2.3 Trend dan Isu Keperawatan Keluarga di Global
Isu praktik : globalisasi keperawatan keluarga menyuguhkan kesempatan baru
yang menarik bagi perawat keluarga. Dengan makin kecilnya dunia akibat proses
yang dikenal sebagai globalisasi, perawat keluarga disuguhkan dengan kesempatan
baru dan menarik untuk belajar mengenai intervensi serta program yang telah
diterapkan oleh negara lain guna memberikan perawatan yang lebh baik bagi
keluarga. Globalisasi adalah proses bersatunya individu dan keluarga karena ikatan
ekonomi, politis dan profesional, globalisasi mempunyai damfak negatif
yang
bermakna bagi kesehatan yaitu ancaman epidemi diseluruh dunia seperti human
imunodeficiency virus/ aquired immune deficiency syndrome (HIV/AIDS) menjadi
jauh lebih besar. Akan tetapi sisi positifnya, pembelajaran yang diperoleh perawat
amerika dari perawat diseluruh dunia melalui konferensi internasional, perjalanan dan
membaca literatur kesehatan internasional memberikan pemahaman yang sangat
bermanfaat. Sebagai contoh, di jepang, pertumbuhan keperawatan keluarga sangat
mengesankan. Disana, perawat telah mengembangkan kurikulum keperawatan
keluarga disekolah keperawatan dan telah menghasilkan teori keperawatan yang
berfokus pada keluarga dan sesuai dengan nilai dan konteks jepang. Keperawatan
keluarga
mengalami pertumbuhan yang pesat di jepang yang ditandai dengan
publikasi dan upaya penelitian yang dilakukan di jepang (sugisita,1999). Negara lain,
seperti denmark, swedia, israel, korea, chili, meksiko, skotlandia dan inggris juga
mengalami kemajuan bermakna dibidang kesehatan keluarga dan keperawatan
keluarga. Kita mesti banyak berbagi dan belajar dari perawat di beberapa negara ini.
2.2 Manajemen sumberdaya keluarga
Sumber daya adalah alat atau bahan yang tersedia dan diketahui
potensinya
untuk memenuhi keinginan. Terdapat 3 asumsi dasar memepelajari Sumber Daya
Keluarga yaitu :
a. SDK tidak hanya terdapat di dalam keluarga sendiri tetapi juga terdapat
diberbagai lingkungan sekitar keluarga.
b.
Kondisi dari sumber daya merupakan elemen dari sistem yang dapat
mendorong atau menghambat pencapaian tujuan keluarga
c. Perubahan salah satu sumber daya akan berpengaruh pada sumber daya
lainnya dalam sistem keluarga
2.2 Pengertian Manajemen Sumber Daya Keluarga
Manajemen adalah perencanan dan poelaksanaan penggunaan sumberdaya
keluarga untuk mencapai keinginan atau tujuan. Sedangkan manajemen Sumber
Daya Keluarga adalah penggunaan sumber daya keluarga dalam usaha atau proses
mencapai suatu tujuan yang dianggap penting oleh keluarga
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Manajemen SDK
Terdapat empat faktor yang mempengaruhi manajemen sumber daya
keluarga yaitu:
a. Kompleksitas kehidupan keluarga. Kehidupan keluarga yang sangat kompleks
memerlukan gaya manajemen yang berbeda daripada keluarga yang memiliki
masalah tidak terlalu kompleks
b. Stabilitas/ketidakstabilan keluarga. Keluarga yang stabil cenderung dapat
melakukan manajemen sumber daya keluarga dengan lebih baik karena semua
anggota keluarga dapat difokuskan untuk melakukan kegiatan untuk mencapai
tujuan.
c. Peran dan Perubahan Keluarga. Manajemen sumber daya keluarga juga
dipengaruhi oleh peran masing-masing anggota keluarga di masyarakat dan
juga oleh perubahan dalam keluarga, misalnya adanya keluarga yang
meninggal atau baru lahir.
d. Teknologi. Dengan teknologi yang sudah semakin canggih, keluarga dapat
melakukan manajemen sumber dayanya dengan lebih terarah.
2.4 Sistem Manajemen SDK
Sistem manajemen sumber daya keluarga tergantung pada sistem keluarga
itu sendiri. Sistem Keluarga terdiri dari 2 subsistem yaitu :
a. Sistem personal. Sistem ini berperan dalam menerima masukan dari kekuatan
eksternal dan mengklarifikasi nilai, menumbuhkan kapasitas individual dari
seluruh anggota keluarga.
b. Sistem manajerial yang terdiri dari masukan, proses, keluaran dan umpan
balik.
Proses Manajemen SDK :
Proses manajemen sumberdaya keluarga terdiri dari masukan, proses, keluaran, dan
umpan balik.
a. Input (masukan) ,Input dalam sumber daya keluarga meliputi benda, energi,
dan atau informasi yang memasuki sistem dalam berbagai bentuk untuk
mempengaruhi proses dalam mencapai hasil atau keluaran. Input atau
Masukan untuk keluarga adalah:
a) Tuntutan: tujuan atau kejadian yang memerlukan tindakan
b) Sumber-sumber: alat atau kemampuan yang dimiliki untuk memenuhi
tuntu yang terdapat pada keluarga karena adanya tujuan dan kejadian
b. Proses adalah transformasi benda, energi dan atau informasi oleh suatu
sistem dari masukan sampai keluaran.
c. Output, meliputi benda, energi dan atau informasi yang dihasilkan oleh
suatu sistem dalam respon terhadap input dari proses transformasi. Output
dari sistem manajerial adalah respon terhadap tuntutan dan perubahan
sumber-sumber
d. Umpan Balik adalah bagian dari output yang memasuki suatu sistem
sebagai input untuk mempengaruhi output yang telah ada
2.5 Klasifikasi SDK
Berdasarkan jenisnya terdiri dari:
a.
Sumber daya manusia
Mempunyai 2 ciri : Personal dan Interpersonal
a) Ciri personal : kognitif, afektif, psikomotor; status kesehatan, bakat, tingkat
intelegensia, minat, sensitivitas
b) Ciri interpersonal : HAM, kerjasama/gotong royong dan keterbukaan antar
personal dalam kaitannya dengan pengembangan
Aspek Kognitif
Penguasaan pengetahuan, tahapan;
a) mengetahui
b) memahami
c) menganalisis
d) mensintesis
e) mengevaluasi
Kegunaan Sumberdaya Kognitif
a) Mengidentifikasi hal-hal yang menyangkut sumber daya
b) Menganalisis alternatif-alternatif dalam pengambilan keputusan
c) Mengevaluasi kemungkinan yang relistis untuk mencapai tujuan
Kegunaan Sumber Daya Afektif
a) Menumbuhkan rasa percaya
b) Meningkatkan kerjasama & gotong royong
c) Menciptakan rasa berguna
Mutu Modal Manusia
Mutu modal manusia ditentukan oleh :
a) pendidikan formal
b) kesehatan
c) keterampilan dan kemampuan mencari nafkah
Faktor yang Mempengaruhi Mutu Modal Manusia
Variabel antara
Variabel antara terdiri dari:
a) pendidikan
b) kesehatan
c) Keamanan
d) Variabel lain
e) Pendapatan
f) Kekayaan
Variabel pengontrol
Variabel pengontrol terdiri dari usia, jenis kelamin, suku bangsa.
b. Sumber Daya Non Manusia atau Materi
Sumber daya non manusia atau sumber daya materi merupakan benda-benda yan
mempunyai kegunaan pada individu dan keluarga dalam mencapai tujuan.
Sumber daya materi in dapat berupa:
a) Benda / barang serta aset keluarga (barang tahan lama , barang habis pakai)
b) Jasa
c. Sumber Daya Waktu
Bersifat unik : tidak dapat ditambah atau dikurangi, diakumulasi atau disimpan
SDW yang dimiliki manusia sama : 24 jam
2.6 Penggunaan Sumber Daya
Terdapat beberapa cara dalam menggunakan sumber daya keluarga, antara lain
melalui:
a. Pertukaran
a) antar keluarga atau dengan orang lain
b) sumber daya bisa berkurang, tetap atau bertambah
b.
Konsumsi
untuk peningkatan kualitas kehidupan keluarga
c.
Proteksi
Pengurangan SD untuk mengurangi faktor risiko yang tidak diharapkan
d. Produksi
e. Tabungan
f. Investasi
2.7 Cara mengukur Sumber Daya
Sumber daya keluarga dapat diukur dengan ukuran:
a. Uang : untuk mengukur Sumber daya materi & potensi manusia (gaji,
pekerjaan)
b. Waktu : untuk mengukur berapa banyak waktu yang tersedia dan dimanfaatkan
oleh keluarga.
2.3 Model konseptualdalam keperawatan keluarga
2.1 Pengertian Teori Dan Teori Keperawatan
Teori adalah hubungan beberapa konsep atau suatu kerangka konsep, atau definisi yang
memberikan suatu pandangan sistematis terhadap gejala-gejala atau fenomena-fenomena
dengan menentukan hubungan spesifik antara konsep-konsep tersebut dengan maksud
untuk menguraikan, menerangkan, meramalkan dan atau mengendalikan suatu
fenomena. Teori dapat diuji, diubah atau digunakan sebagai suatu pedoman dalam
penelitian.
Teori keperawatan didefinisikan oleh Steven (1984) sebagai usaha untuk menguraikan
dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan. Teori keperawatan berperan
dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain dan bertujuan untuk
menggambarkan, menjelaskan, memperkirakan dan mengontrol hasil asuhan atau
pelayanan keperawatan yang dilakukan. Teori keperawatan menurut Barnum 1990
merupakan usaha-usaha untuk menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai
keperawatan.
Menurut Newman (1979), ada tiga cara pendekatan dalam pengembangan dan
pembentukan teori keperawatan, yaitu meminjam teori-teori dari disiplin ilmu lain yang
relevan dengan tujuan untuk mengintegrasikan teori-teori ini kedalam ilmu keperawatan,
menganalisa situasi praktik keperawatan dalam rangka mencari konsep yang berkaitan
dengan praktik keperawatan serta menciptakan suatu kerangka konsep yang
memungkinkan pengembangan teori keperawatan. Tujuan pengembangan teori
keperawatan adalah menumbuh kembangkan pengetahuan yang di harapkan dapat
membantu dan mengembangkan praktek keperawatan dan pendidikan keperawatan.
2.2. Karakteristik Teori
Menurut Torres ( 1985 ) dan Chinn-Jacob ( 1983 ) ada lima karakteristik dasar teori dan
konsep keperawatan, yaitu:
a. Teori keperawatan mengidentifikasi dan didefinisikan sebagai hubungan yang
spesifik dari konsep keperawatan seperti hubungan antara konsep manusia, konsep sehatsakit, keperawatan dan konsep lingkungan.
b. Teori keperawatan harus bersifat alamiah. Artinya, teori keperawatan digunakan
dengan alasan atau rasional yang jelas dan dikembangkan dengan menggunakan cara
berpikir yang logis.
c. Teori keperawatan bersifat sederhana dan umum. Artinya, teori keperawatan dapat
digunakan pada masalah yang sederhana maupun masalah kesehatan yang kompleks
sesuai dengan situasi praktek keperawatan.
d. Teori keperawatan berperan dalam memperkaya body of knowledge keperawatan
yang dilakukan melalui penelitian.
e. Teori keperawatan menjadi pedoman dan berperan dalam memperbaiki kualitas
praktek keperawatan
2.3. Model – Model Konseptual Keperawatan
A.
Self Care (Orem)
Menurut Orem, asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang
mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu dalam
memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan, dan mencapai kesejahteraan. Teori
orem dikenal sebagai self-care deficit theory. Orem melabeli teorinya sebagai teori
umum yang terdiri atas tiga teori terkait, yaitu teori self care, teori self care deficit, dan
teori nursing system.
a. Teori self care
Self care (perawatn diri) merupakan kontribusi berkelanjutan orang dewas bagi
eksistensinya, dan kesejahteraan. Self care ini menggambarkan dan menjelaskan manfaat
perawatan diri guna mempertahankan hidup, kesehatan, dan kesejahteraanya. Kebutuhan
perawatan diri, menurut orem, meliputi pemeliharaan udara, air/cairan, makanan, proses
eliminasi normal, keseimbangan antara aktivitas dan istirahat. Keseimbangan antara
solitud dan interaksi social, pencegahan bahaya bagi kehidupan, fungsi, dan
kesejahteraan manusia, serta upaya meningkatkan fungsi dan perkembangan individu.
Kemampuan individu untuk melakukan perawatan diri (self care agency) merupakan
kekuatan atau kemepuan individu yang berhubungan dengan perkiraan dan esensial
produksi untuk perawatn diri. Self care agency dipengaruhi oleh usia, status
perkembangan, pengalaman hidup, orientasi social-budaya, kesehatan dan sumber daya
yang tersedia.
Di dalam teori self care disebutkan pula mengenai therapeutic self care demand, yaitu
totalitas aktivitas keperawatan diri yang dilakukan untuk jangka waktu tertentu guna
memenuhi kebutuhan perawatan diri dengan menggunakan metode perawatan yang
valid. Perawatan diri memilki beberapa prinsip yaitu : perawatan diri dilakukan secara
holistic, mencakup delapan komponen kebutuhan perawatan diri di atas, perawatan diri
dilakukan sesuai dengan tahap tumbuh kembang manusi, dan perawatan diri dilakukan
karena adanya masalah kesehatan atau penyakit dengan tujuan mencegah penyakit dan
meningkatkan kesehatan.
b. Teori self care deficit
Teori self care deficit merupakan inti dari General Theory of Nursing yang
menggambarkan dan menjelaskan mengapa manusia dapat dibantu melalui ilmu
keperawatan serta kapan keperawatan di perlukan. Deficit keperawatan diri ini terjadi
ketika seseorang tidak dapat memelihara diri mereka sendiri.
Bantuan yang diberikan perawat dapat dilakukan melalui beberapa metode. Ada lima
metode bantuan meuerut orem yaitu :

Bertindak atau melakukan suatu tindakan untuk orang lain (klien)

Membimbing

Memberikan dukungan fisik maupun psikis

Menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan perkembangan personal dalam
memenuhi kebutuhan saat ini dan yang akan dating

Terakhir mengajarkan
Oleh karena itu, untuk dapat memberi bantuan perawatan, diperlukan sebuah nursing
agency. Nursing agency merupakan kemampuan khusus yang dimilki perawat dalam
memberikan perawatan kepada klien.
Menurut Orem, cara kerja atau aktivitas perawat dalam menjalankan praktik keperawatan
mencakup empat area yaitu :
 Membina dan memelihara hubungan terapeutik anatara perawat dan klien, baik
individu,keluarga maupun kelompok sampai klien mampu merawat dirinya,

Menentukan kapan seseorang membutuhkan bantuan atau dapat bantuan.
 Memerhatikan dan merespon permintaan, keinginan dan membantu klien untuk
mendapatkan bantuan perawat.

Mengoordinasikan serta mengintegrasikan keperawatan bersama klien terkait
dengan aktivitas sehari –hari, kehidupan social dan pendidikan.
c. Teori Nursing System
Teori nursing system (system keperawatan ) membahas bagaimana kebutuhan perawatan
klien, atau keduanya. System keperawatan ini ditentukan atau disusun berdasrkan
kebutuhan perawatan diri dan kemampuan klien untuk melakukan perawatan diri.
Perawatan diri dilakukan denagn memerhatikan tingkat ketergantungan atau kebutuhan
serta kemampuan klien. Oleh karena itu ada tiga klasifikasi system keperawatan dalam
perawatan diri.

Whooly compensatory nursing system
Perawat member bantuan kepada klien karena tingkat ketergantungan klien
yang tinggi.

Party compensatory nursing system
Perawat dank lien saling kerja sama dalam melakukan tindakan keperawatan dalam
hal
ini, peran perawat tidak total tetapi sebagian.

Supportive educative nursing sytem
Klien melakukan perawatan diri dengan bantuan perawat. Saat klien sudah
mampu
melakukannya.
B.
Human Beings (Roger’s)
Teori dan model konsep keperawatan menurut Martha E. Rger dikenal dengan nama
konsep manusia sebagai unit. Teori roger ini didasarkan pada pengetahuan tentang asal
usul manusia dan alam semesta, seperti antropologi, sosiologi, astronomi, agam, filosofi,
perkembangan sejarah dan mitologi. Teori ini berfokus pada proses kehidupan manusia.
Menuerutnya, kehidupan seseorang dipengaruhi alam sebagai lingkungan hidup manusia
dan pola pertumbuhan serta perkembangan seseorang.
Asumsi dasar teori rogers tentang manusia adalah :

Manusia adalah kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang
lain.

Manusia berinteraksi langsung dengan lingkungan disekelilignya.

Kehidupan setiap manusia adalah suatu yang unik. Jalan hidup seseorang berbeda
dengan orang lain.

Perkembangan manusia dapat dinilai dari tingkah lakunya.

Manusia diciptakan dengan karakteristik dan keunikan sendiri, misalnya dalam hal
sifat dan emosi.
Secara singkatdapat disimpulakan bahwa teori rogers berfokus pada manusia sebagai
satu kesatuan yang utuh dalam siklus kehidupannya. Menurut, lingkungan adalah segala
hal yang berbeda di luar individu.
C.
Adaptasi (Roy)
Merupakan model dalam keperawatan yang menguraikan bagaimana individu mampu
meningkatkan kesehatannya dengan cara mempertahankan perilaku secara adaptif serta
mapu merubah perilaku yang mal adaptif. Sister Calista Roy ini mengembangkan model
adaptasi dalam keperawatan pada tahun 1964. Model ini banyak digunakan sebagai
falsafah dasar dan model konsep dalam pendidikan keperawatan. model adaptasi Roy
adalah sistem model yang esensial dalam keperawatan. Callista Roy mengemukakan
konsep keperawatandengan model adaptasi yang memiliki beberapa pandangan atau
keyakinan serta nilai yang dimilikinya diantaranya :

Individu adalah makhluk biopsikososial sebagai satu kesatuan yangn utuh. Seseorang
dikatakan sehat jika mampu berfungsi untuk memenuhi kebutuhan biologis, psikologis,
dan sosialnya.

Setiap orang selalu menggunakan koping,baik yang bersifat positif maupun negatif
untuk dapat beradaptasi.

Setiap individu berespon terhadap kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan konsep diri
yang positif, kemampuan untuk hidup mandiri atau kemandirian serta kebutuhan
akan
kemampuan melakukan peran dan fungsi secara optimaluntuk memelihara
integritas diri.
 Individu selalu berada pada rentang sehat-sakit yang berhubungan erat dengan
keefektifan koping yang dilakukan untuk memelihara kemampuan beradaptasi
Menurut roy, terdapat 5 objek utama dalam ilmu keperawatan yaitu :
1. Manusia (individu yang mendapatkan asuhan keperawatan )
Roy menyatakan bahawa penerima jasa asuhan keperawatan adalah individu, keluarga,
komunitas atau social. Masing-masing diperlakukan oleh perawat sebagao system
adaptasi yang holistic dan terbuka. System terbuka tersebut berdampak terhadap
perubahan yang konstan terhadap informasi, kejadian dan energy anatrsistem dan
lingkungan. Interaksi yang konstan anatar individu dan lingkungan dicirikan oleh
perubahan internal dan eksternal. Dengan perubahan tersebut, individu harus
mempertahankan integritas dirinya yaitu beradaptasi secara kontinu.
2. Keperawatan
Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional berupa pemenuhan kebutuhan
dasar yang diberikan kepada individu yang sehat maupu sakit mengalami gangguan fisik,
psikis, dan social agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Bentuk
pemenuhan kebutuhan dasr dapat berupa meningkatkan kemampuan yang ada
pada individu, mencegah, memperbaiki, dan melakukan rehabilitas dari suatu keadaan
yang dipersepsikan sakit oleh individu.
Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah meningkatkan respons adaptasi
yang berhubungan dengan empat model respon adaptasi. Perubahan internal, eksternal,
dan stimulus input bergantung dari kondisi koping individu. Kondisi koping
menggambarkan tingkat adaptasi seseorang. Tingkat adaptasi ditentukan oleh stimulus
fokal, konsektual, dan residual. Stimulus fokal adalah suatu respon yang diberikan secra
berlangsung terhadap perubahan yang berdampak terhadap seseorang. Stimulus
konsektual adalah semua stimulus lain yang merangsang seseorang baik internal maupun
eksternal serta mempengaruhi siyuasi dan dapat diobservasi, diukur, dan secara subjektif
disampaikan oleh individu. Stimulus residualadalah karakteristik/riwayat seseorang dan
timbal secara relevan sesuai dengan situasi yang dihadapi tetapi sulit diukur secara
objektif.
3. Konsep sehat
. Dia menekankan bahwa sehat merupakan suatu keadaan dan proses dalam upaya
menjadikan dirinya terintegrasi secara keseluruhan yaitu fisik, mental dan social.
Integrasi adaptasi individu dimanifestasikan oleh kemampuan individu untuk memenuhi
tujuan mempertahankan pertumbuhan dan reproduksi.
Sakit adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk beradaptasi terhadap
rangsangan yang berasal dari dalam dan luar individu. Kondisi sehat dan sakit sangat
relative dipersepsikan oleh individu. Kemampuan seseorang dalam beradaptasi (koping)
bergantung pada latar belakang individu tersebut dalam mengartikan dan
memperseosikan sehat-sakit, misalnya tingkat pendidikan, pekerjaan, usia, budaya, dan
lain-lain.
4. Konsep lingkungan
Stimulus dari individu dan stimulus sekitarnya merupakan unsure penting dalam
lingkungan. Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari
internal dan eksternal, yang memepengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dan
perilaku seseorang dan kelompok. Lingkungan eksternal dapat berupa fisik, kimiawi,
ataupun psikologis yang diterima individu dan dipersepsikan sebagai suatu ancaman.
Sedangkan lingkunganinternal adalah keadaan proses mental dalam tubuh individu dan
proses stressor biologis yang berasal dari dalam tubuh manusia. Manifestasi yang
tamapak akan tercermin dari perilaku individu sebagai suatu system. Pemahaman klien
yang baiak tentang lingkungan akan membantu perawat meningkatkan adaptasi klien
tersebut dalam merubah dan mengurangi risiko akibat dari lingkungan sekitarnya.
5. Aplikasi tindakan keperawatan
Model ilmu keperawatan dari adaptasi roy memberikan pedoman kepada perawat dalam
mengembangkan asuhan keperawatan melalui proses keprawatan. Unsur proses
keperawatan meliputi :
 Pengkajian
Pengakajian pertama meliputi pengumpulam data tentang perilaku klien sebagai suatu
system adaptif yang berhubungan dengan masing-masing model adaptasi : fisiologis,
konsep diri, fungsi peran, dan ketergantungan.jadi, pengakajian pertama itu diartikan
sebagai pengajian perilaku, yaitu pengkajian klien terhadap masing-masing model
adaptasi secara sistematik dan holistic.
Setelah pengkajian pertama itu, perawatan menganalisa pola perubahan perilaku klien
tetntang ketidakafektifan respon atau respon adaptif yang memerlukan dukungan
perawat. Perawat melaksanakan pengakajian tahap kedua. Pada tahap ini, perawat
mengumpulkan data tentang stimulus fokal, konsektual, dan residual yang berdampak
terhadap klien.Proses ini bertujuan untuk mengklarifikasikan penyabab dari masalah dan
mengidentifikasikan factor konsektual dan residual yang sesuai.
Menurut Martinez, factor yang mempengaruhi respon adaptif meliputi genetic; jenis
kelamin, tahap perkembangan, obat-obatan, alcohol, merokok, konsep diri fungsi peran,
ketergantungan dan pola interaksi social,; mekanisme keping dan gaya; stress fisik dan
emosi ; budaya ; serta lingkungan fisik.
 Penetapan diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah respon individu terhadap rangsanagan yang timbul dari
diri sendiri mauapun luar (lingkungan). Sifat diagnosis keperawatan menurut nursalam
(2001) adalah
1.
Berorientasi pada kebutuhan dasar manusia.
2.
Menggambarkan respon indivudu terhadap respon, kondisi dan situasi sakit.
3.
Berubah bila respon indivudi juga berubah.
 Intervensi
Intervasi keperawatan adalah suatau perencanaan dengan tujuan merubah atau
memanipulasikan stimulus fokal, konsektual, dan residual. Pelaksanaannya juga
ditunjukan kepada kemampuan klien dalam menggunakan koping secara luas, supaya
stimulus secara keseluruhan dapat terjadi pada klien.
Tujuan intervensi keperawatan adalah mencapai kondisi yang optimal dengan
menggunakan koping yang kunstruktif. Tujuan jangka panjang harus dapat
menggambarkan penyelesaian masalah yang adoptif dan ketersediaan energy untuk
memenuhi kebutuhan tersebut (mempertahankan, pertumbuhan, dan reproduksi). Tujan
jangka pendek adalah mengindentifikasi harapan perilaku klien setelah manipulasi
stimulus fokal. Konsektual, dan residual.
 Evaluasi
Penilaian terakhir proses keperawatan didasarkan pada tujuan keperawatan yang
ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuahn keperawatan didasarkan pada
perubahan perilaku dari criteria hasil yng telah di teta[kan, yaitu terjadinya adaptasi pada
individu.
D.
Praktek Keperawatan (Neuman’s)
Neuman mengemukakan model system (system model) dalam pendidikan dan prakrik
keperawatan. Neuman menggunakan pendekatan manusia utuh (total person approach),
dengan memasukkan konsep holistic, pendekatan system terbuka (open system), dan
konsep “stressor”.
Model ini mengalisis interaksi empat variable penunjang komunitas yang
meliputi fisik, psikologi, social cultural dan spiritual, adapaun tujuan keperawatan adalah
stabilitas klien dan keluarga dalam lingkungan yang dinamis.
Empat konsep mayor dari teori Newman :
1. Manusia
Manusia merupakan suatu system terbuka, yang selalu mencari keseimbangan yang
harmoni, dan merupakan satu kesatuan dari variabel-variabel fisiologis, psikologis,
sosialkultural, perkembangan , dan spiritual.
2.
Lingkungan
Lingkungan adalah semua kekuatan, baik internal dan eksternal yang dapat
memepengaruhi hidup dan perkembangan klien atau system klien.
3. Keperawatan
Secara umu, keperawatan merupakan profesi unik, mencakup tentang proses manusia
terhadap stressor yang merupakan konsep yang utama untuk mencapai stabilitas pasien.
Newman mendefinisikan parameter dari keperawatan adalah individu, keluarga dan
kelompok dalam mempertahankan tingkat yang maksimal dari sehat dengan intervensi
untuk menghilangkan stress dan menciptakan kondisi yang optimal bagi pasien.
4. Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan yang adekuat dalam suatu sitem stabilitas yang merupakan
keadaan yang baik.
Sehat adalah kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan dan sehat
merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan menghindari
atau mengatasi stressor.
E.
Perilaku (Johnson’s)
Model Dorothy Johnson (1980,1990) adalah sintesis dari teori dan konsep ilmu perilaku
dan biologi, yang terintegrasi kedalam kerangka kerja system. Teori mengenai stress dan
adaptasi menjadi titik focus dalam model ini.
Setiap orang dipandang sebagai suatu system perilaku yang terdiri atas tujuh sub system.
Subsistem tersebut berinteraksi dan saling terkait.
Teori Dorothy Johnson tentang keperawatan (1968) berfokus pada bagaimana klien
beradaptasi terhadap kondisi sakitnya dan bagaimana stress actual atau potensial dapat
mempengaruhi kemampuan beradaptasi. Tujuan dari keperawatan adalah menurunkan
stress sehingga klien dapat bergerak lebih mudah melewati masa penyembuhannya
(Johnson, 1968). Teori Johnson berfokus pada kebutuhan dasar yang mengacu pada
pengelompokkan perilaku berikut:
1)
Perilaku mencari keamanan.
2)
Perilaku mencari perawatan.
3)
Menguasai diri sendiri dan lingkungan sesuai dengan standar internalisasi prestasi.
4)
Mengakomodasi diet dengan cara yang diterima secar sosial dan cultural.
5)
Mengeluarkan sampah tubuh dengan cara yang diterima secara sosial dan kultural.
6)
Perilaku seksual dan identitas peran
7)
Perilaku melindungi diri sendiri
Menurut Johnson, perawat mengkaji kebutuhan klien berdasarkan kategori perilaku
diatas, yang disebut subsistem perilaku. Dalam kondisi normal klien berfungsi secara
efektif didalam lingkungannya.Akan tetapi ketika stres mengganggu adaptasi normal,
perilaku klien menjadi tidak dapat diduga dan tidak jelas.Perawat mengidentikasi
ketidakmampuan beradaptasi seperti ini dan memberikan asuhan keperawatan untuk
mengatasi masalah dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
F.
Budaya (Leininger)
Teori Leininger ini melihat adanya perubahan perilaku di antara anak yang berasal dari
budaya yang berbeda. Perbedaan ini mebuat Leinenger menelaah kembali profesi
keperawatan.ia mengedintifikasi bahwa pengetahuan perawat untuk memahami budaya
anak dalam layanan keperawatan ternyata masih kurang.
Leinenger pertama kali menggunakan kata trancultural nursing, ethnonursing, dan crosscultural nursing.Akhirnya, pada tahun 1985, Leinenger mempublikasikan teorinya untuk
pertama kalinya, sedangkan ide-ide dan teorinya mulai dipresentasikan pada tahun
1988.Teori Leinenger kemudian disebut sebagai Cultural Care Diversity and
Universality.Tetapi para ahli sering menyebutnya sebagai Trancultural Nursing Theory
atau teori perawatan transkultural.
Keperawatan transkultural merupakan suatu area utama dalam keperawatan yang
berfokus pada studi komparatif dan analisis tentang budaya dan sub-budaya yang
berbeda di dunia yang menghargai perilaku caring, layanan keperawatan, nilai-nilai,
keyakinan tentang sehat-sakit, serta pola-pola tingkah laku yang bertujuan
mengembangkan body of knowledge yang ilmiah dan humanistik guna memberi tempat
praktik keperawatan pada budaya tertentu dan budaya universal (Marriner-Tomey,
1994). Teori keperawatan transkultural ini menekankan pentingnya peran perawat dalam
memahami budaya klien.
Dimensi budaya dan strukur sosial tersebut menurut Leinenger dipengaruhi oleh tujuh
faktor, yaitu teknologi, agama dan falsafah hidup, faktor sosial dan kekerabatan, nilai
budaya dan gaya hidup, politik dan hukum, ekonomi, dan pendidikan. Setiap faktor
tersebut berbeda pada setiap negara atau area, sesuai dengan kondisi masing-masing
daerah, dan akan memengaruhi pola/cara dan praktik keperawatan. semua langkah
perawatan tersebut ditujukan untuk pemeliharaan kesehatan holistik, penyembuhan
penyakit, dan persiapan menghadapi kematian.
Oleh karena itu, ketujuh faktor tersebut harus dikaji oleh perawat sebelum memberikan
asuhan keperawatan kepada klien sebab masing-masing faktor memberi pengaruh
terhadap ekspresi, pola, dan praktik keperawatan (care expression, pattern, and
practices).Dengan demikian, ketujuh faktor tersebut besar kontribusinya terhadap
pencapaian kesehatan secara holistik atau kesejahteraan manusia, baik pada level
individu, keluarga, kelompok, komunitas, maupun institusi di berbagai sistem kesehatan.
Peran perawat pada transcultural nursing theory ini adalah menjembatani antara sistem
perawatan yang dilakukan masyarakat awan dengan sistem perawatan profesional
melalui asuhan keperawatan. Oleh karena itu perawat harus mampu membuat keputusan
dan rencana tindakan keperawatan yang akan diberikan kepada masyarakat. Jika
disesuaikan dengan proses keperawatan, hal tersebut merupakan tahap perencanaan,
tindakan keperawatan.Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien harus tetap
memperhatikan tiga prinsip asuhan keperawatan, yaitu :
1) Culture care preservation/maintenance, yaitu prinsip membantu, memfasilitasi, atau
memerhatikan fenomena budaya guna membantu individu menentukan tingkat kesehatan
dan gaya hidup yang diinginkan.
2) Culture care accommodation/negotiation, yaitu prinsip membantu, memfasilitasi, atau
memerhatikan fenomena budaya yang ada, yang merefleksikan budaya untuk
beradaptasi, bernegosiasi, atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup
individu atu klien.
3) Culture care repatterning/restructuring, yaitu prinsip merekonstruksi atau mengubah
desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien ke arah
yang lebih baik.
G. Kebutuhan (Henderson)
Konsep utama dalam teori Henderson mencakup manusia, keperawatan, kesehatan dan
lingkungan.
1. Manusia
Henderson melihat manusia sebagai individu yang membutuhkan bantuan meraih
kesehatan, kebebasan tau kematian yang damai, serta bantuan untuk meraih kemandirian.
Henderson juga menyatakan bahwa pikiran dan tubuh manusia tidak dapat dipisahkan
satu sama lain (inseparable). Sam halnya dengan klien dan keluarga, mereka merupakan
satu kesatuan (unit).
2. Keperawatan
Perawat memepunyai fungsi unik untuk mambantu individu, baik dalam keadaan sehat
maupun sakit. Sebagi anggota tim kesehatan, perawat mempunyai fungsi independence
di dalam penanganan perawatan berdasarkan kebutuhan manusia.untuk menjalankan
fungsinya, perawat hatus memiliki pengetahuan bilogis maupun social.
3. Kesehatan
Sehat adalah kulitas hidup yang menjadi dasar seseorang dapat berfungsi bagi
kemanusiaan. Memperoleh kesehatan lebih penting dari pada mengobati penyakit. Untuk
mencapai kondisi sehat, diperlukan kemandirian dan saling ketergantungan. Individu
akan meraih atu mempertahankan kesehatn bila mereka memilki kekuatan, kehendak,
serta pengetahuan yang cukup.
4.
Lingkungan
Ada beberapa hal nyang perlu diperhatikan terkait dengan aspek lingkungan.
 Individu yang sehat mampu mengontrol lingkungan mereka, namun kondisi sakit
akan menghambat kemampuan tersebut.
 Perawat harus mampu melindungi pasien dari cedera mekanis.
 Perawat harus memilki pengetahuan tentang keamanan lingkungan.
 Dokter menggunakan hasil observasi dan penelitian perawat sebgai dasar dalam
memberikan resep
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam keperawatan komunitas kita membahas manajemen kesehatan keluarga
yang merupakan aspek yang harus diperhatikan karna hal itu sangat penting untuk
menjaga dan mengetahui bagaimana pembagian sumberdaya keluarga, agar terciptanya
suasana yang rukun antar keluarga dan bagaimana kita bisa memenej keluarga itu sendiri
agar sumberdaya yang keluarga miliki bisa kita kelola secara optimal.
Manajemen kesehatan keluarga juga ditentukan oleh seluruh anggota keluarga
yang ada karna hal tersebut bertujuan untuk mencapai suatu tujuan dan keinginan yang di
impikan agar terciptanya suatu kerukunan. Sumberdaya ini terdiri dari sumberdaya
manusia,sumberdaya non manusia/materi dan sumberdaya waktu.
3.2 Saran
Manajemen kesehatan keluarga ini perlu di dukung oleh semua anggota keluarga
agar tujuan yang telah ditetapkan bias tercapai. Selain itu dalam menyusun manajemen
sumberdaya keluarga ini harus disesuaikan dengan jumlah anggota keluarga dan
keuangan yang dimiliki serta waktu untuk mencapai sumberdaya itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/uploaddocument?archive_doc=359123407&escape=false&metadata=%7B%22context%22%3A%2
2archive_view_restricted%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C%22action%22%3A
%22download%22%2C%22logged_in%22%3Atrue%2C%22platform%22%3A%22web%22
%7D
Setiadi. 2007. Konsep Dan Proses KeperawatanKeluarga. Jakarta : GRAHA ILMU
http://kulimijit.blogspot.com/2009/11/diktat-akper-konsep-keluarga.html
http://meditasi.blog.friendster.com/2008/04/respektik-sistem-layanan-keperawatanprofesional-dengan-pendekatan-home-care/
http://andaners.wordpress.com/2009/04/27/konsep-keperawatan-kelua
http://www.docstoc.com/docs/40365020/SEJARAH-KEPERAWATANKOMUNITAS
KONSEP-MODEL-KEPERAWATAN
Download
Study collections