stressor keluarga selama anak dirawat inap di rumah sakit

advertisement
STRESSOR KELUARGA SELAMA ANAK DIRAWAT
INAP DI RUMAH SAKIT
Masnidar*, Farida Linda Sari Siregar**
*Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU
**Dosen, Departemen Keperawatan Anak dan Maternitas
Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara (USU)
Jl. Prof. Maas No.3 Kampus USU Medan 20155, INDONESIA
Phone : 083197910302
Email : [email protected]
Abstrak
Stres adalah suatu pengalaman emosional yang negative disertai oleh adanya perubahan biokimia,
psikologi, kognitif, dan tingkah laku yang secara langsung dapat mengubah stres atau menyesuaikan
dengan efek yang terjadi. Ketika anak sakit akan menyebabkan stress terutama orang tua karena
memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik, jiwa maupun emosional seorang anak. Banyak
faktor yang mempengaruhi terjadinya stres pada keluarga selama anak sakit. Ada 6 hal yang menjadi
stressor keluarga yaitu: diagnosis penyakit, tindakan pengobatan atau perawatan, ketidaktahuan merawat
penyakit anak, kurangnya support system, ketidakmampuan menggunakan mekanisme koping, dan
kurangnya komunikasi antar keluarga. Tujuan mengatasi stress keluarga dengan membantu memperoleh
informasi kesehatan dan memberikan respon yang positif kepada keluarga selama merawat anak.
Kata kunci : stressor, keluarga, anak sakit
Pendahuluan
Banyak penelitian membuktikan
bahwa perawatan anak di Rumah Sakit
menimbulkan stres pada orang tua
walaupun beberapa orang tua juga
dilaporkan tidak mengalaminya karena
perawatan anak dirasakan dapat mengatasi
permasalahannya (Hallstrom dan Elander,
1997 ; Brewis, 1995). Berbagai macam
perasaan muncul pada orang tua yaitu takut,
rasa berasalah, stress dan lemas. Stressor
lain yang sangat menyebabkan orang tua
stres adalah mendapat informasi yang buruk
tentang diagnosis penyakit anaknya, hal
yang penting dilakukan seorang perawat
adalah memberikan informasi yang akurat
tentang penyakit anak (Wong, 1997),
mempercayakan perawatan anak berada
ditangan yang benar/ahli dibidangnya dan
memberikan pengetahuan (Khafi, 2003) dan
mendukung orang tua dalam perawatan
anak dengan tidak membatasi waktu
kunjungan orang tua untuk meningkatkan
kualitas
perawatan
kesehatan
anak
(Sacharin, 1996).
Intervensi
keperawatan
dalam
mengatasi dampak rawat inap adalah
membantu orang tua dalam memperoleh
informasi kondisi kesehatan anak dan
rencana pengobatan (tulisan dan verbal),
mengorientasikan keluarga terhadap rumah
sakit, mendengar keluhan orang tua dan
menjelaskan informasi, ikutkan orang tua
dalam perawatan anak, menyediakan
rooming-in (rawat gabung /memberi waktu
selama 24 jam antara salah satu dari orang
tua), dan reinforce positif parenting /
memberi respon yang positif kepada orang
tua selama orang tua dapat merawat
anaknya di rumah sakit (Thompson.
2001)Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh oleh Esni (2005), bahwa
mayoritas (76,45%) responden menyatakan
bahwa faktor ketidaktahuan merawat
penyakit anak adalah faktor terbesar yang
mempengaruhi stress orangtua selama
anaknya dirawat di rumah sakit.
1. Defenisi Stres
Stres didefenisikan sebagai suatu
pengalaman emosional yang negative
disertai oleh adanya perubahan biokimia,
psikologi, kognitif, dan tingkah laku yang
secara langsung dapat mengubah stres atau
menyesuaikan dengan efek yang terjadi
(Baum, 1990; Taylor, 1995).
2. Model-Model Stres
Model-model yang mempunyai
konsep stres berdasarkan respon dan model
yang mempunyai konsep bahwa stres
merupakan gabungan dari kedua konsep
tersebut
disebut
dengan
stres
transaksional,yaitu
model
konsep
berdasarkan stimulus, model konsep
berdasarkan respon, dan model konsep
berdasarkan transaksional (Neil, 2002).
3. Macam-Macam Stres
Menurut Kusmiati dan Desminiarti
(1990) stress dapat digolongkan menjadi
stres
fisik,
stres
kimiawi,
stres
mikrobiologik, stres fisiologik, stres psikis/
emosional, dan stres proses pertumbuhan
dan perkembangan.
4. Sumber-Sumber Stres
Saratino
(1990)
membedakan
sumber-sumber stres yaitu dalam diri
sendiri (individu), keluarga, komunitas, dan
masyarakat.
6. Tahapan Stres
Menurut Amberg (1979) membagi
stres dalam tahapan sebagai berikut :
Tahap pertama
Merupakan tahap dari stres yang
ditandai perasaan nafsu bekerja yang besar
dan berlebihan, mampu menyelesaikan
pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga
yang dimiliki dan penglihatan menjadi
tajam.
Tahap kedua
Pada tahap ini stres yang disertai
keluhan seperti bangun pagi tidak segar atau
letih, lekas capek pada saat menjelang sore,
lekas lelah setelah makan, tidak dapat
rileks, perut tidak nyaman, jantung berdebar
dan punggung tegang. Hal tersebut karena
cadangan tenaga tidak memadai.
Tahap ketiga
Tahapan dengan keluhan seperti
defekasi tidak lancar, otot semakin tegang,
emosional, insomnia, koordinasi tubuh
teganggu dan mau jatuh pingsan.
Tahap keempat
Tahapan
stres dengan keluhan
seperti tidak mampu bekerja sepanjang
hari, aktifilas pekerjaan terasa sulit dan
menjenuhkan, respon tidak adekuat,
kegiatan
rutin terganggu, sering menolak ajakan,
konsentrasi dan daya ingat menurun, serta
timbul ketakutan dan kecemasan.
Tahap kelima
Tahapan stres yang ditandai dengan
kelelahan
ilsik
dan
menial,
ketidakmampuan
mengerjakan pekerjaan sedang dan
ringan, gangguan pencernaan berat,
meningkatnya rasa takut dan cemas,
bingung dan panik.
Tahap keenam
Stres tahap ini ditandai dengan
tanda-tanda seperti jantung berdebar keras,
sesak
napas, badan bergetar, dingin, dan banyak
keluar keringat, loyo, serta pingsan atau
collaps.
7. Defenisi Rawat inap (Perawatan di
Rumah Sakit)
Rawat inap merupakan suatu proses
yang terjadi karena suatu alasan yang
berencana atau darurat, mengharuskan anak
untuk tinggal di rumah sakit, menjalani
therapy
dan
perawatan
sampai
pemulangannya kembali ke rumah. Selama
proses tersebut, anak dan orang tua dapat
mengalami berbagai kejadian yang menurut
beberapa penelitian ditunjukkan dengan
pengalaman yang sangat traumatik dan
penuh dengan stres (Supartini, 2004).
8. Reaksi Keluarga Selama Perawatan
Anak di Rumah Sakit
Menurut Thompson (1995) dan
Supartini (2004) reaksi orang tua selama
anaknya dirawat di rumah sakit adalah:
Perasaan bersalah, ketidakberdayaan,
cemas.
Keluarga merasa bahwa mereka
telah melakukan kesalahan karena anaknya
menjadi sakit. Perasaan tersebut muncul
pada saat orang tua melihat anaknya
mendapat
prosedur
lindakan
yang
menyakitkan seperti pengambilan darah,
injeksi, infus dan prosedur invasive lainnya.
Pada kondisi seperti ini perawat harus
objektif dan emphatic. Perawat harus
mendengar dengan benar-benar kcpada
kekhawatiran orang tua dengan menjawab
dengan legitimacy terhadap perasaan
mereka seperti “saya dapat mengerti apa
yang bapak/ibu rasakan saat ini tapi segala
sesuatunya terjadi begitu cepat”. Keluarga
juga sering kali mengekspresikan perasaan
ketidakberdayaan pada kehilangan role
orang tua sebagai protektor. Perawat harus
memberikan harapan dan support orang tua
dan anggota keluarga yang lain dan
menitikberatkan
kepentingan
mereka
kepada kesembuhan anak.
Takut pada hal yang tidak dikenal
Keluarga tidak mengerti fungsi dari
sebuah rumah sakit. Mereka berpikir
penyakit anak relative jarang di rumah sakit.
Hal ini diakibatkan kurangnya komunikasi
yang menyebabkan orang tua takut akan
perawatan anak di rumah sakit. Di sini
perawat harus dapat menjelaskan dengan
sederhana beberapa sarana, prasarana yang
ada di rumah sakit serta dalam hal tindakan
yang akan dilakukan harus hati-hati dalam
menjelaskan.
Takut anak mendapat perawatan yang
tidak pantas
Masyarakat merealisasikan bahwa
banyak rumah sakit “ramai” dan
kekurangan staf. Keluarga mungkin tidak
biasa dengan keadaan seperti itu sehingga
mempengaruhi fisik mereka. Perawat harus
menyakinkan bahwa perawatan anak berada
di tangan yang benar.
Takut terbeban biaya
Perawatan di rumah sakit dan
dokter dibayar mahal berdasarkan lamanya
pengobatan yang menyebabkan orang tua
dituntut bekerja keras agar dapat memenuhi
dana yang diperlukan dalam perawatan
anak.
Takut bahwa anak akan semakin menderita
Keluarga merasa bahwa
anak
mereka kan menerima pengobatan yang
membuat bertambah penyakit dan sakit
anak (nyeri).
Takut penyakit anak terkontasminasi
dengan keluarga
Keluarga takut penyakit anak dapat
menular ke anggota keluarga/keluarga yang
lain.
Takut anaknya akan berpindah kasih
sayangnya kepada pemberi perawatan
Hal ini nyata ketika orang tua tidak
mampu memberikan bantuan keperawatan
kepada anak, namun perawat dapat
mengikutkan orang tua dalam prosedur
tindakan kepada anak mereka bila
memungkinkan dan berikan informasi yang
jelas pada beberapa tindakan.
Perasan sedih
Perasaan ini muncul terutama pada
saat anak dalam kondisi terminal dan orang
tua mengetahui bahwa tidak ada lagi
harapan anaknya untuk sembuh.
Perasaan frustasi
Perasaan ini muncul terutama pada
saat anak yang telah dirawat cukup lama
dan dirasakan tidak mengalami perubahan
serta tidak adekuarnya dukungan psikologis
yang diterima orang tua baik dari keluarga
maupun kerabat lainnya maka orang tua
akan merasa putus asa bahkan frustasi.
9. Stressor Keluarga selama anak di
rawat di Rumah Sakit
Diagnosis penyakit
Ketika orang tua mendapat
informasi mengenai diagnosa penyakit
anak, orang tua akan semakin cemas dan
takut yang dapat memicu terjadinya stres
(Canam,
1993).
Penelitian
lain
mcnunjukkan
hahwa
pada
saat
mendcgarkan kcputusan dokter tentang
diagnosis penyakit anaknya merupakan
kejadian yang sangat membuat stres orang
tua(Tiedemaru 1997).
Tindakan pengobatan/perawatan
Sering keluarga tidak siap melihat
anaknya pada saat akan diberikan tindakan
medis. Hal ini disebabkan karena keluarga
membayangkan anak akan kesakitan,
menjerit dan menangis pada saat dilakukan
pengobatan/perawata. Tentu saja hal
tersebut membuat keluarga tidak tahan dan
dapat mempengaruhi stres orang tua karena
ketidakberdayaannya.
Kelidaktahuan merawat penyakit anak
Hasil penelitian Karen (2004)
menunjukkan bahwa orang tua yang tidak
tahu cara merawat penyakit anak lebih
mudah stres karena bila terjadi sesuatu
perubahan pada anak misalnya anak gelisah
dan demam, keluarga yang tidak tahu
merawat cenderung panik dan langsung
memanggil petugas kesehatan untuk melihat
kondisi anak tanpa melakukan apapun
kepada anak dan kondisi anak setelah
dilakukan tindakan pengobatan/perawatan.
Kurangnya support sistim
Kurangnya
support
sistim/
dukungan dari keluarga dan petugas
kesehatan dapat menambah streskeluarga.
Apabila salah satu anggota keluarga sakit
maka anggota keluarga/kerabat harus
memberikan harapan dan support dengan
cara keluarga berkunjung, ada yang
mengganti jaga dan tidak ada keluarga yang
teridentifikasi sebagai “masalah”; masalah
terletak pada jenis interaksi yang dijalankan
dalam keluarga serta perubahan dapat
terjadi pada titik mana saja dalam sistim
keluarga (Wong, 2004).
Ketidakmampuan menggunakan mekanisme
koping
Beresford
(1994)
mengatakan
bahwa kesehatan fisik orang tua penting
untuk diperhatikan selama merawat anak di
rumah sakit karena hal ini akan
mempengaruhi kemampuan orang tua
dalam menggunakan mekanisme koping
yang positif atau negatif. Hal yang dapat
dilihat pada orang tua yang menggunakan
mekanisme koping yang negative adalah
kesehatan fisik orang tua yang semakin
menurun,
memiliki
keyakinan
atau
pandangan yang negative seperti penyaklit
anaknya tidak akan sembuh karena
kekurangan biaya, merasa asing dengan
lingkungan
rumah
sakit,
merasa
pengalaman
perawatan
sebelumnya
menimbulkan
trauma,
belum
dapat
menerima penyakit yang dialami anak
walaupun
anak
sudah
mendapat
pengobatan/perawatan, dan adanya perasaan
bahwa tidak ada yang peduli pada penyakit
anaknya.
Kurangnya komunikasi antara keluarga
Salah satu faktor utama yang
melahirkan pola-pola komunikasi yang
tidak berfungsi adanya harga diri yang
rendah dari keluarga maupun anggota,
khususnya orang tua. Tiga nilai terkait yang
terus menerus menghidupkan harga diri
rendah adalah pemusatan pada diri sendiri,
perlu persetujuan total, dan kurangnya
empati (Friedman, 1998).
Simpulan dan saran
- Simpulan
Stres merupakan realita kehidupan
sehari-hari yang selalu ada dalam setiap
tahap tumbuh kembang manusia, sejak usia
bayi, anak, remaja, dewasa bahkan usia
lanjut. Berdasarkan usianya masing-masing
individu mengalami tingkat stress yang
berbeda, berat ringannya stres yang
dihadapi tidaklah selalu sama. Selama
merawat anak banyak stressor yang terjadi
pada keluarga misalnya seperti diagnosis
penyakit, tindakan pengobatan / perawatan,
ketidaktahuan merawat penyakit anak,
kurangnya
support
system,
ketidakmampuan menggunakan mekanisme
koping, dan kurangnya komunikasi antar
keluarga.
- Saran
Perawat sebagai bagian dari tim
kesehatan yang menangani masalah pasien
hendaknya meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan. Hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai informasi tambahan bagi
perawat, khususnya dalam melakukan
praktek keperawatan secara profesional
sehingga dapat meningkatkan pelayanan
dalam memberikan asuhan keperawatan
keluarga.
Daftar Pustaka
Achidat, A., dkk. (2003). Teori dan
Manajemen Stres. Jakarta: EGC.
Craven, Ruth. F, Constance J. Hirnle.
(1996). Fundamental of Nursing,
edisi 2. Lippincott: Philadelphia.
Dibuka pada Web Site
http://www.Cultural of Diversity
Spring 2004.
Dibuka pada Web Site
http://www.IVF.com
Dibuka pada Web Site
http://www.SriwijayaPostOnline.co
m.
Friedman. (1998). Keperawatan Keluarga.
Jakarta: EGC.
Georgia. 2003. Stres Management.
Joni M. (2003). Anak dan Orang Tua.
Dibuka pada Web Site
http://www.MaPPI.HtmI.
Keliat. B. Anna. (1999). Penatalaksanaan
Stres. Jakarta: EGC.
Knafi A. Katheen. (2003). Artikel Family
Outcomes, Family-Prectitioner
Interface. Dibuka pada Web Site
http://Hospitalization of Pediatric
Nursing. HtmI.
Kozier, dkk. (1995). Fundamental of
Nursing. 2nd edition. Lippincott:
Philadelphia.
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Saccharin M. R. (1996). Prinsip
Keperawatan Pediatric. Edisi
kedua. Jakarta:EGC.
Saccharin M. R. (1996). Prinsip
Keperawatan Pediatric. Edisi
kedua. Jakarta:EGC.
Stres Orang Tua Pemicu Stres Anak.
Supartini Y. (2004). Parents Experience
Of Their Child’s Care during
Hospitalization.
Thompson. D. E. (1995). Maternity and
Pediatric Nursing. 2nd edition.
Amerika: W. B Saunders
Company.
Thompson’s. (2001). Pediatric Nursing: An
Introductory Text. Amerika: W. B
Saunders Company.
Wilkinson G. (2003). Panduan Menangani
Stres Sendiri. Jakarta: Intimedia dan
Ladang Pustaka.
Wong D. Dan Whalley. (1996). Clinical
Manual Of Pediatric Nursing. 4th
edition. Lippincott: Philadelphia.
Wong I. D. (1997). Pediatric Nursing.
5th. Amerika: Mosby.
Wong I. D. (1997). Pediatric Nursing. 5th.
Amerika: Mosby.
Download