Uploaded by User22797

Tulisan BM Penguatan peran KPK

advertisement
OPTIMASI PERAN KPK DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN
TINDAK PIDANA KORUPSI
Oleh M. Lucky Akbar
Kepala Bagian Pemindahtanganan dan Penghapusan Barang Milik Negara
Biro Manajemen BMN dan Pengadaan Setjen Kemenkeu
I. Latar Belakang
Di era demokratisasi dan globalisasi saat ini, telah terjadi perubahan lingkungan
strategis yang cepat berubah dengan penuh dinamis dan penuh dengan ketidak pastian.
Diantaranya dalam menyikapi hubungan antara masyarakat dengan pemerintah,
dimana masyarakat menuntut adanya perubahan kearah yang lebih baik yaitu
terwujudnya tata pemerintahan yang baik (good governance). Tata Pemerintahan yang
baik (good governance) adalah suatu kondisi ideal yang mewujudkan keselarasan,
keserasian dan keseimbangan antara pemerintah, dunia usaha dan masyarakat. Ada tiga
pilar utama untuk terwujudnya good governance tersebut, yaitu bahwa setiap
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan prima kepada
masyarakat harus dilakukan secara partisipatif, transparan dan akuntabel. Upaya untuk
mewujudkan ketiga pilar tersebut telah, sedang dan terus bergulir, diantaranya adalah
pengelolaan keuangan negara yang bebas dari korupsi.
Sesuai arahan Pak Jokowi pada tanggal 14 Juli 2019, yang menyatakan bahwa:
“ kita harus menyadari, kita harus sadar semuanya bahwa sekarang kita hidup dalam
sebuah lingkungan global yang sangat dinamis! Fenomena global yang ciri-cirinya kita
ketahui, penuh perubahan, penuh kecepatan, penuh risiko, penuh kompleksitas, dan
penuh kejutan, yang sering jauh dari kalkulasi kita, sering jauh dari hitungan kita.
Oleh sebab itu, kita harus mencari sebuah model baru, cara baru, nilai-nilai baru dalam
mencari solusi dari setiap masalah dengan inovasi-inovasi. Dan kita semuanya harus
mau dan akan kita paksa untuk mau. Kita harus meninggalkan cara-cara lama,
pola-pola lama, baik dalam mengelola organisasi, baik dalam mengelola lembaga,
maupun dalam mengelola pemerintahan. Yang sudah tidak efektif, kita buat menjadi
efektif! Yang sudah tidak efisien, kita buat menjadi efisien!
Indonesia Maju adalah Indonesia yang tidak ada satu pun rakyatnya tertinggal
untuk meraih cita-citanya. Indonesia yang demokratis, yang hasilnya dinikmati oleh
seluruh rakyat. Indonesia yang setiap warga negaranya memiliki hak yang sama di
1
depan hukum. Indonesia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi kelas dunia.
Indonesia yang mampu menjaga dan mengamankan bangsa dan negara dalam dunia
yang semakin kompetitif. Itu semua bisa terwujud jika Indonesia bebas dari Korupsi”
II.
Tantangan Pemberantasan Korupsi di Indonesia
Dari laman wikipedia diinformasikan Komisi Pemberantasan Korupsi Republik
Indonesia (KPK) adalah lembaga negara yang dibentuk dengan tujuan meningkatkan
daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. KPK
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan mana pun dalam melaksanakan
tugas dan wewenangnya. Komisi ini didirikan berdasarkan kepada Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 mengenai Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Dalam pelaksanaan tugasnya, KPK berpedoman kepada lima asas,
yaitu: kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan umum, dan
proporsionalitas. KPK bertanggung jawab kepada publik dan menyampaikan
laporannya secara terbuka dan berkala kepada Presiden, DPR, dan BPK.
Seiring dengan berjalannya waktu KPK telah melakukan berbagai upaya sistematis
dalam rangka melakukian pemberantasan korupsi di Republik ini, namun demikian
bukan berarti tidak ada tantangan yang dihadap Komisi Anti Rasuah tersebut untuk
melaksanakan tugasnya dengan optimal. Adapun tantangan yang dapat diklasifikasikan
berdasarkan pemahaman dan observasi dari pelaksanaan tugas KPK selama ini terdiri
dari:
1. Tantangan Eksternal
Tantang eksternal dalam pemberantasan tindak pidana korupsi, antara lain
dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut:
a. Semakin masifnya tindak pidana korupsi;
b. Masih rendahnya daya saing negara yang berkelas dunia;
c. Belum mantapnya struktur permodalan BUMN, dimana masih dibutuhkan porsi
APBN untuk menjaga sustainability dari eksistensi BUMN;
d. Kurang sadarnya Sumber Daya Manusia penyelenggara negara dan dunia usaha
dalam mengimplementasi tata kelola pemerintahhan yang baik;
e. Pengelolaan keuangan Negara yang masih belum efisien, efektif dan produktif;
f. Masih adanya intervensi (kepentingan) politik;
g. Belum diterapkannya secara konsisten dan berkelanjutan reformasi
birokrasi yang berlandaskan hati nurani (god spot), integritas dan praktik
penyelenggaraan pemerintahan yang sehat dan beretika.
2
Selain itu, terdapat Potensi permasalahan dimasa mendatang terutama risiko
strategis yang akan dialami sebagai akibat semakin masifnya tindak pidana korupsi,
yaitu antara lain:
a. Belum meratanya pembangunan ekonomi nasional dan masih tingginya tingkat
kemiskinan dan tingkat pengangguran;
b. Masih rendahnya ketahanan pangan dan energi karena masih tingginya
ketergantungan pada impor;
c. Masih tingginya biaya logistik dan bahan baku sehingga daya saing
innsfrastruktur masih lemah;
d. Masih belum mandirinya keuangan negara dengan semakin tingginya hutang
negara dan belum luasnya akses pembiayaan keuangan bagi masyarakat;
e. Masih belum optimalnya sinergi antar BUMN, belum optimalnya program
hilirisasi dan kandungan lokal, dan belum optimalnya program pembangunan
ekonomi daerah terpadu;
f. Belum optimalnya program pembentukan holding BUMN dan bahkan super
holding BUMN karena masih belum sinerginya pemangku kepentingan.
2. Tantangan Intern
Selain tantangan ekseternal, tentunyaPemberantasan korupsi di Indonesia juga
menghadapi tantangan internal yang berupa masih belum adanya penguatan peran
KPK secaar strategis. Selama ini peran yang dilakukan hanya difokuskan dalam
menjalankan tugas dan fungsi sebatas penindakan korupsi secara represif melalui
OTT (oversight) yang bagi berbagai kalangan dirasakan dinilai tidak efektif, belum
terukur, belum komprehensif dan belum berkesinambungan. Disisi lain dalam hal
pencegahan, KPK dinilai belum optimal berperan dalam hal melakukan pencegahan
korupsi secara edukatif dan preventif melalui pemberian rekomendasi strategis baik
terhadap
kebijakan/masalah
publik
(insight)
maupun
dalam
memberikan
rekomendasi alternatif solusi masa depan (foresight) pemberantasan korupsi di
Indonesia.
III. Usulan Optimasi Peran KPK
Agar KPK RI dapat meningkatkan perannya dalam pemberantasan tindak pidana
korupsi, maka perlu adanya strategi yang terukur, tersruktur, komprehensif dan
berkesinambungan, melalui :
1.
Penetapan Strategi Inti , yaitu: “Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk
3
Kesejahteraan Rakyat”, yaitu menjaga ketahanan fungsi-fungsi APBN yang
meliputi alokasi, distribusi, dan stabilisasi dapat berjalan sesuai dengan
mekanisme dan prosedur yang berlaku, serta dikawal mulai dari perencanaan
sampai dengan pencapaian output langsung yang berdampak pada kesejahteraan
masyarakat
2.
Penetapan Strategi Fokus, pada area perbaikan sektor strategis terkait
kepentingan nasional, yang secara garis besar meliputi:
a.
Reformasi birokrasi
b.
Pengelolaan sumber daya alam dan penerimaan negara
c.
Ketahanan dan kedaulatan pangan
d.
Pembangunan infrastruktur
e.
Penguatan aparat penegak hukum
f.
Dukungan pendidikan nilai dan keteladanan
g.
Perbaikan kelembagaan partai politik
h.
Dukungan pendidikan nilai integritas dan keteladanan
i.
Integrasi Integritas dengan Sistem
j.
Perbaikan mekanisme dan Penerapan Budaya Anti Korupsi.
3. Melakukan reposisi peran secara seimbang dengan mewujudkan peran preventif
melalui pencegahan tindak pidana korupsi dengan secara intensif melakukan
koordinasi, supervisi dan monitoring. Peran represif ini meliputi peran insight dan
foresight, karena selama ini KPK dinilai baru sebatas berperan sebagai oversight,
yaitu melakukan upaya represif dalam bentuk penyelidikan, penyidikan, penuntutan
bahkan sering melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT) untuk memastikan entitas
pemerintah melakukan tata kelola keuangan negara yang baik serta patuh pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Peran dimaksud harus direposisi
dimana KPK RI melakukan upaya preventif melalui 2 (dua) peran yang terdiri dari:
a. Peran insight, KPK diharapkan dapat memberikan pendapat mengenai
program-program, kebijakan, dan operasi yang kinerjanya baik; menyarankan
praktik terbaik (best practices) untuk dijadikan acuan;
b. Peran foresight, yaitu dengan memberikan tinjauan masa depan dengan
menyorot implikasi jangka panjang dari keputusan/kebijakan pemerintah saat ini
dan mengidentifikasi tren kunci dan tantangan yang dihadapi negara dan
masyarakat sebelum hal tersebut muncul menjadi krisis.
4
IV. Penutup
Tidak dapat dipungkiri, korupsi telah menjamur di Indonesia. Negara ini masih
berada dalam gerbong negara-negara terkorup di dunia. Barangkali hal ini
disebabkan sikap bangsa Indonesia yang lunak terhadap korupsi dan perilaku
menyimpang lainnya. Korupsi menyebabkan bangsa Indonesia tertinggal dari
bangsa- bangsa lain, baik dari sisi ekonomi, sosial, dan politik. Ada dua pendekatan
dalam pemberantasan korupsi. Pertama, memusatkan perhatian pada pemerintah.
Kedua, berpusat pada masyarakat.
Pada pendekatan pertama, subyek utama pemberantasan korupsi adalah struktur
pemerintahan dan kebijakannya. Pendekatan ini mendesak adanya kebijakan publik
yang berorientasi keadilan sosial-transparan-akuntabel, penindakan terhadap para
koruptor, dan perbaikan sistem administrasi instansi publik. Sementara, pada
pendekatan kedua, prioritas utama adalah perubahan sosial. Pendekatan ini berupa
penguatan kesadaran masyarakat. Sebuah upaya membentuk pemahaman
masyarakat bahwa korupsi telah menyaplok hak mereka untuk hidup sejahtera.
Upaya pemberantasan korupsi, selama ini, masih lebih dominan pada pendekatan
pertama. Lebih terfokus pada perubahan di tingkat elite. Belum banyak melirik
pendekatan kedua: membentuk kesadaran sosial, membangun rekognisi publik.
Padahal perilaku korupsi pada akhirnya berdampak besar pada masyarakat. Oleh
karena itu, tumbuhnya kesadaran masyarakat akan menciptakan masyarakat yang
mampu mendesak pemerintah untuk menciptakan iklim sosial, ekonomi, dan politik
yang bebas dari perilaku korupsi. Tentu saja kedua pendekatan ini harus berjalan
beriringan. Tidak ada satu pendekatan yang lebih unggul ketimbang lainnya.
5
Download