PROSEDUR PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT Tujuan Instruksional Setelah mempelajari prosedur ini mahasiswa mampu : 1. Melakukan pemberian cairan melalui infus. 2. Melakukan transfusi darah. Cairan dan elektrolit sangat berguna dalam mempertahankan fungsi tubuh manusia. Kebutuhan cairan dan elektrolit bagi manusia berbeda-beda sesuai dengan tingkat usia seseorang, seperti bayi mempunyai kebutuhan cairan dengan usia dewasa. Bayi mempunyai tingkat metabolisme air lebih tinggi mengingat permukaan tubuh yang relatif luas dan persentase air tubuh lebih tinggi dibandingkan dengan orang deawasa. Kebutuhan cairan sangat diperlukan tubuh dalam mengangkut zat makanan ke dalam sel, sisa metabolisme, sebagai pelarut elektrolit, dan nonelektrolit, memelihara suhu tubuh, mempermudah eliminasi, dan membantu pencernaan. Di samping kebutuhan cairan, elektrolit (natrium, kalium, kalsium, klorida dan fosfat).sangat penting untuk menjaga keseimbangan asam-basa, konduksi saraf, kontraksi muskular, dan osmolalitas. Kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi sistem organ tubuh terutama ginjal. Untuk mempertahankan kondisi cairan dan elektrolit dalam keadaan seimbang maka pemasukan harus cukup sesuai dengan kebutuhan. Prosedur pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam pelayanan keperawatan dapat dilakukan melalui pemberian cairan per oral atau intravena. PEMBERIAN CAIRAN MELALUI INFUS Tindakan keperawatan ini dilakukan pada klien yang memerlukan masukan cairan melalui intravena (infus). Pemberian cairan infus dapat diberikan pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi yang berat. Tindakan ini memerlukan kesterilan mengingat langsung berhubungan dengan pembuluh darah. Pemberian cairan melaui infus dengan memasukkan ke dalam vena (pembuluh darah pasien) di antaranya vena lengan (vena sefalika basilika dan mediana kubiti), pada tungkai (vena safena), atau vena yang ada di kepala, seperti vena temporalis frontalis (khusus untuk anak-anak). Selain pemberian infus pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan, juga dapat dilakukan pada pasien syok, intoksikasi berat, prabedah dan pasca bedah, sebelum transfusi darah, atau pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu. Tujuan 1. Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit. 2. Infus pengobatan dan pemberian nutrisi. Alat dan bahan 1. Standar infus 2. Set infus 3. Cairan sesuai program medik 4. Jarum infus dengan ukuran yang sesuai 5. Pengalas 6. Torniket 7. Kapas alkohol 8. Plester 9. Gunting 10. Kasa steril 11. Betadin 12. Sarung tangan Prosedur kerja 1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. 2. Cuci tangan. 3. Hubungkan cairan dan infus set dengan menusuk ke bagian karet atau akses slang ke botol infus. 4. Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi sebagian dan buka klem slang hingga cairan memenuhi slang dan udara slang keluar. 5. Letakkan pengalas di bawah tempat (vena) yang akan dilakukan penginfusan. 6. Lakukan pembendungan dengan torniket (karet pembendung) 10-12 cm di atas tempat penusukan dan anjurkan pasien untuk menggenggam dengan gerakan sirkular (bila sadar). 7. Gunakan sarung tangan steril. 8. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alkohol. 9. Lakukan penusukan pada vena dengan meletakkan ibu jari di bagian bawah vena dan posisi jarum (abocath) mengarah ke atas. 10. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum (abocath/surflo). Apabila saat penusukkan terjadi pengeluaran darah melalui jarum (abocath/surflo) maka tarik keluar bagian dalam (jarum) sambil meneruskan tusukan ke dalam vena. 11. Setelah jarum infus bagian dalam dilepaskan/keluarkan, tahan bagian atas vena dengan menekan menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar. Kemudian bagian infus dihubungkan/disambungkan dengan slang infus. 12. Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang diberikan. 13. Lakukan fiksasi dengan kasa steril. 14. Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus serta catat ukuran jarum. 15. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan. 16. Catat jenis cairan, letak infus, kecepatan aliran, ukuran, dan tipe jarum infus. Gambar 5.1 Cara desinfeksi sebelum memasang infus (Sumber : Kathleen Hoerth Belland & Mary Ann Wells, 1986). Gambar 5.2 Posisi pemasangan infus (Sumber : Kathleen Hoerth Belland & Mary Ann Wells, 1986). Gambar 5.3 Cara fiksasi pemasangan infus (Sumber : Kathleen Hoerth Belland & Mary Ann Wells, 1986). Tugas 1. Lakukan pemasangan infus sesuai dengan prosedur. 2. Jelaskan cara menghitung kebutuhan cairan tubuh dan bagaimana cara menghitung tetesan bila menggunakan cairan infus. 3. Apa yang perlu diperhatikan selama pemasangan infus. 4. TRANSFUSI DARAH Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang membutuhkan darah/produk darah dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan set transfusi. Pemberian transfusi darah digunakan untuk memenuhi volume sirkulasi darah memperbaiki kadar hemoglobin dan protein serum. Tindakan ini dapat dilakukan pada pasien yang kehilangan darah, seperti pada operasi besar, perdarahan postpartum, kecelakaan, luka bakar hebat, dan penyakit kekurangan kadar Hb atau kelainan darah. Tindakan transfusi darah juga dapat dilakukan pada pasien yang mengalami defisit cairan atau curah jantung menurun. Dalam pemberian darah harus diperhatikan kondisi pasien, kemudian kecocokan darah melalui nama pasien, label darah, golongan darah, dan periksa warna darah (terjadi pengumpalan atau tidak), hemogenitas (bercampur rata atau tidak). Tujuan 1. Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan, trauma, atau hemoragi). 2. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin pada klien anemia berat. 3. Memberikan komponen selular tertentu sebagai terapi sulih (misalnya, faktor pembekuan untuk membantu mengontrol perdarahan pada pasien hemofilia). Alat dan bahan 1. Standar infus 2. Set transfusi 3. Botol berisi NaCl 0,9% 4. Produk darah yang benar sesuai program medis 5. Set transfusi 6. Pengalas 7. Torniket 8. Kapas alkohol 9. Plester 10. Gunting 11. Kasa steril 12. Betadin 13. Sarung tangan Prosedur kerja 1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. 2. Cuci tangan. 3. Gantungkan larutan NaCl 0,9% dalam botol untuk digunakan setelah transfusi darah. 4. Gunakan slang infus yang mempunyai filter (slang Y atau tunggal). 5. Lakukan pemberian infus NaCl 0,9% (lihat prosedur pemasangan infus) terlebih dahulu sebelum pemberian transfusi darah. 6. Lakukan lebih dahulu transfusi darah dengan memeriksa identifikasi kebenaran produk darah : periksa kompatibilitas dalam kantong darah, periksa kesesuaian dengan identifikasi pasien, periksa kadaluwarsa, dan periksa adanya bekuan. 7. Buka set pemberian darah. Untuk slang Y, atur ketiga klem. Untuk slang tunggal, klem pengatur pada posisi off. 8. Cara transfusi darah dengan slang Y : Tusuk kantong NaCl 0,9% Isi slang dengan NaCl 0,9% Buka klem pengatur pada slang Y dan hubungkan ke kantong NaCl 0,9% Tutup/klem pada slang yang tidak digunakan Tekan sisi bilik dengan ibu jari dan jari telunjuk (biarkan ruang filter terisi sebagian) Buka klem pengatur bagian bawah dan biarkan dan biarkan slang terisi NaCl 0,9% Kantong darah perlahan dibalik-balik 1-2 kali agar sel-selnya tercampur. Kemudian tusuk kantong darah dan buka klem pada slang dan filter terisi darah. 9. Cara transfusi darah dengan slang tunggal : Tusuk kantong darah. Tekan sisi bilik dengan ibu jari dan jari telunjuk sehingga filter terisi sebagian. Buka klem pengatur biarkan slang infus terisi darah. 10. Hubungkan slang transfusi ke kateter IV dengan membuka klem pengatur bawah. 11. Setelah darah masuk, pantau tanda vital tiap 5 menit selama 15 menit pertama, dan tiap 15 menit selama 1 jam berikutnya. 12. Setelah darah diinfuskan, bersihkan slang dengan NaCl 0,9%. 13. Catat tipe, jumlah, dan komponen darah yang diberikan. 14. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan. Tugas 1. Lakukan transfusi sesuai dengan prosedur. 2. Apa yang perlu diperhatikan sebelum dan selama pemberian transfusi darah. 3. Jelaskan indikasi dilakukan transfusi darah. 4. Jelaskan kontraindikasi dilakukan transfusi darah. Gambar 5.4 Pemberian transfusi darah (Sumber : Kathleen Hoerth Belland & Mary Ann Wells, 1986).