Kebutuhan cairan dan elektrolit Cairan adalah suatu kebutuhan pokok dan sebagian besar tubuh manusia terdiri dari cairan. Bila tubuh kehilangan cairan dalam jumlah yang besar maka akan terjadi perubahan fisiologis yang serius. Di dalam tubuh manusia dewasa yang normal mengandung 60% dari berat badan yang disebut “ Total Body Water” (TBW). Jumlah tersebut akan bervariasi dan tergantung pada umur, jenis kelamin, dan jumlah jaringan lemak tubuh manusia. 1. Bayi baru lahir Total body water = 75 % X berat badan 2. Usia kurang 1 tahun Total body water = 65 % X berat badan 3. Usia 1 – 10 tahun Total body water = 60 % X berat badan 4. Usia laki-laki < 40 tahun Total body water = 60 % X berat badan Usia 40 – 60 tahun Total body water = 50 % X berat badan 5. Wanita usia < 40 tahun Total body water = 50 % X berat badan Usia 40 – 60 tahun Total body water = 45 % X berat badan Total body water terdapat di dalam sel atau cairan intra selluler (CIS) sebanyak 55 % dar TBW, dan di luar sel atau cairan extra selluler (CES) sebanyak 45 % dari TBW, terdiri dari : 1. Plasma (cairan darah) 7 ½ % TBW = 3 liter 2. Cairan di antara sel (interstitial) 20 % TBW = 8 ½ liter 3. Cairan transeluler 2 ½ % TBW = 1 liter 4. Cairan dalam tulang 7 ½ % TBW = 3 liter 5. Cairan dalam jaringan ikat 7 ½ % TBW = 3 liter 6. Cairan intra seluler 55 % TBW = 23 liter Cairan tubuh seimbang apabila jumlah total air dalam tubuh dalam keadaan normal dan relatif konstan atau menetap di dalam sel, antar sel dan di dalam pembuluh darah. Keadaan seimbang yang dinamis baru terwujud dengan adanya keseimbangan antara cairan yang masuk dengan cairan yang dikeluarkan dari tubuh. Pemasukan dan pengeluaran cairan secara fisiologis dalam sehari : Pemasukan Pengeluaran 1. Minum 1.300. cc - Urine 2. Dalam makanan 1.000. cc - Pernafasan 300. cc - Keringat 600. cc - tinja 200. cc 3. Hasil catabolisme 300. cc 2.600 cc 1.500. cc 2.600 cc Kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi system organ tubuh terutama ginjal. Untuk mempertahankan kondisi cairan dan elektrolit dalam keadaan seimbang maka pemasukan harus cukup sesuai dengan kebutuhan. Prosedur pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam pelayanan keperawatan / kebidanan dapat dilakukan melalui pemberian cairan peroral dan intravena (infus). Infus intra vena Infus intravena adalah tindakan memasukkan cairan ke dalam sirkulasi darah. Indikasi pemberian infus intravena : 1. Rumatan cairan, elektrolit dan nutrisi bila pemberian cairan peroral tidak diperbolehkan atau tidak dapat dilakukan misalnya pada pra dan post operasi. 2. Hipovolemia, misalnya perdarahan, syok, dehidrasi 3. pemberian obat-obatan. Peralatan set intravena Ada berbagai jenis paket set intravena steril yang terdiri dari slang panjang dan trokar pada ujung atasnya sedangkan pada ujung bawahnya terdapat mulut pipa yang terhubung dengan kanula. Pada slang terdapat klem untuk mengatur kecepatan tetesan Ada 2 jenis set intravena yang banyak digunakan di kebidanan, satu untuk pemberian infus jernih, yang satunya lagi untuk pemberian transfusi darah. Jenis set intravena yang digunakan untuk transfusi darah memiliki dua tabung tetes dan satu buah filter. Kecepatan tetesan dihitung sesuai dengan faktor tetesan (bervariasi sesuai intruksi pabrik) dan jumlah pesanan. Cairan intravena. 1. Larutan isotonik Digunakan untuk menambah volume CES, konsentrasinya sama dengan dalam tubuh dan menghasilkan tekanan osmotik yang sama seperti CES dalam keadaan stabil. Jika diinfuskan maka volume cairan akan meningkat. Tiga liter cairan isotonik diperlukan untuk mengganti satu liter darah yang hilang. 2. Larutan Hipotonik Menghasilkan tekanan osmotik yang lebih rendah dari pada CES. Infus yang berlebihan dapat menyebabkan depresi cairan intravaskuler, hipotensi, edema seluler dan kerusakan sel. 3. Larutan hypertonik Menghasilkan tekanan osmotik yang lebih besar dari CES. Larutan ini untuk menggeser CES kedalam plasma darah dengan melakukan difusi cairan dari jaringan untuk menyamakan solut dalam plasma. Pemberian yang cepat dapat menyebabkan kelebihan sirkulasi dan dehidrasi. Perhatian Jangan memberikan air suling steril secara intravena kecuali sebagai pengencer obat karena mempunyai efek sangat hipotonik pada sel merah darah dan dapat menyebabkan lisis sel darah merah. Menghitung kecepatan aliran / tetesan cairan Bidan harus melihat set pemberian yang akan digunakan untuk jumlah tetesan per ml, disebut faktor tetesan. Rumusan berikut ini digunakan untuk menghitung jumlah tetesan permenit : Volume cairan (ml) X Jumlah tetesan(drops) / ml (faktor tetesan) Waktu pemberian infus yang diperlukan (menit) Contoh : Jika 500 ml cairan diberikan dalam waktu 4 jam, dengan set infus yang memiliki faktor tetesan 20, maka kecepatan tetesannya adalah sebagai berikut : 500 X 20 = 41,67 = 42 tetes / menit 4 jam ( 240 menit ) Prosedur pemasangan infus intravena. 1. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan 2. Mempersiapkan alat : a. Standar infus b. Set Infus c. Cairan sesuai program d. Jarum infus sesuai ukuran / abocath e. Pengalas f. Torniket g. Kapas alcohol h. Plester i. Gunting j. Kasa Steril k. Betadin l. Sarung tangan 3. Mencuci tangan 4. Hubungkan cairan dan infus set dengan menusukkan kebagian karet atau akses slang kebotol infus 5. Isi cairan kedalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi sebagian dan buka klem slang infus hingga cairan memenuhi slang dan udara slang keluar 6. Menentukan lokasi / tempat pemasangan infus. 7. Pasang perlak / pengalas pada bawah daerah yang akan dilakukan penusukan abocath 8. Lakukan pengikatan dengan karet pembendung 10-12 cm pada bagian atas daerah yang akan diinfus atau meminta bantuan untuk membendung vena diatas area penusukan dan menganjurkan pasienuntuk menggenggam dengan gerakan sirkular (bila pasien sadar) 9. Gunakan sarung tangan steril 10. Desinfeksi dengan kapas alcohol lokasi penusukan abocath. 11. Melakukan penusukan pada vena dengan meletakkan ibujari dibagian bawah vena dan posisi jarum menghadap keatas. 12. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum abocath. Apabila saat penusukan terjadi pengeluaran darah melalui jarum (abocath) maka tarik keluar bagian dalam (jarum) sambil meneruskan tusukan kedalam vena. 13. Setelah jarum infus bagian dalam dilepaskan, tahan bagian atas vena dengan menekan menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar. Kemudian bagian infus dihubungkan / disambungkan dengan abocath 14. Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang dianjurkan 15. Lakukan fiksasi dengan kasa steril 16. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan 17. Catat jenis cairan, letak infus, kecepatan aliran, ukuran dan tipe jarum infuse Transfusi darah Transfusi darah merupakan tindakan pemenuhan kebutuhan darah dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan seperangkat alat transfusi. Tujuan : untuk memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki perfusi jaringan. Prosedur pemasangan transfuse darah 1. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan 2. Mempersiapkan alat : a. Standar infus b. Set transfusi c. Cairan NaCl 0,9% d. Darah sesuai dengan kebutuhan pasien e. Jarum infus sesuai ukuran / abocath / surflo f. Pengalas g. Torniket h. Kapas alcohol i. Plester j. Gunting k. Kasa Steril l. Betadin m. Sarung tangan 3. Mencuci tangan 4. Hubungkan cairan NaCl 0,9% dan transfusi set dengan menusukkan kebagian karet atau akses slang kebotol infus 5. Isi cairan kedalam set transfusi dengan menekan ruang tetesan hingga terisi sebagian dan buka klem slang transfusi hingga cairan memenuhi slang dan udara slang keluar 6. Menentukan lokasi / tempat pemasangan transfusi. 7. Pasang perlak / pengalas pada bawah daerah yang akan dilakukan penusukan abocath 8. Lakukan pengikatan dengan karet pembendung 10-12 cm pada bagian atas daerah yang akan diinfus atau meminta bantuan untuk membendung vena diatas area penusukan dan menganjurkan pasienuntuk menggenggam dengan gerakan sirkular (bila pasien sadar) 9. Gunakan sarung tangan steril 10. Desinfeksi dengan kapas alcohol lokasi penusukan abocath. 11. Melakukan penusukan pada vena dengan meletakkan ibujari dibagian bawah vena dan posisi jarum menghadap keatas. 12. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum abocath. Apabila saat penusukan terjadi pengeluaran darah melalui jarum (abocath) maka tarik keluar bagian dalam (jarum) sambil meneruskan tusukan kedalam vena. 13. Setelah jarum infus bagian dalam dilepaskan, tahan bagian atas vena dengan menekan menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar. Kemudian bagian transfusi dihubungkan / disambungkan dengan abocath 14. Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang dianjurkan 15. Lakukan desinfeksi dan fiksasi dengan kasa steril 16. Setelah NaCl 0,9% masuk kurang lebih 15 menit ganti dengan darah yang telah disiapkan 17. Darah sebelum dimasukkan terlebih dahulu, cek warna darah, identitas pasien, jenis golongan darah, dan tanggal kedaluarsa. 18. Lakukan observasi tanda-tanda vital selama transfuse 19. Catat respon yang terjadi 20. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.