PROPOSAL EVIDENCE BASED CASE REPORT AUGMENTASI FLUOXETINE PADA GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR KOMORBID DENGAN PREMENSTRUAL DYSPHORIA DISORDER: AN EVIDENCE BASED CASE REPORT Oleh: Ines Damayanti Octaviani NIM : S571808006 SUPERVISOR: dr. Setyowati Raharjo, Sp.K.J., M.Kes dr. Adriesti Herdaetha, Sp.K.J., M.H. PPDS PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET/RSUD Dr. MOEWARDI/ RSJD Dr. ARIF ZAINUDDIN SURAKARTA 2019 HALAMAN PERSETUJUAN Naskah untuk presentasi proposal EBCR : Augmentasi Fluoxetine pada Gangguan Afektif Bipolar Komorbid dengan Premenstrual Dysphoria Disorder: An Evidence Based Case Report ini telah disetujui untuk dipresentasikan pada tanggal . . . . . . . . . . . . 2019 jam . . . . . . . WIB Pembimbing Tanda tangan 1. dr. Setyowati Raharjo, Sp.KJ., M.Kes ............................................... 2. dr. Adriesthi Herdaetha, Sp.KJ, M.H ……………………………… Penguji 1. dr. Yusvick M. Hadin, Sp.K.J. ................................................. Sie Ilmiah ............................................. .............................................. HALAMAN PENGESAHAN Presentasi : Proposal EBCR Nama : Ines Damayanti Octaviani Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret - RSUD Dr. Moewardi - RSJD Dr. Arif Zainuddin Surakarta Telah disetujui dan disahkan pada Tanggal___________Bulan______________2019 Pembimbing I dr. Setyowati Raharjo, Sp.KJ., M.Kes Pembimbing II dr. Adriesthi Herdaetha, Sp.KJ, M.H AUGMENTASI FLUOXETINE PADA GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR KOMORBID DENGAN PREMENSTRUAL DYSPHORIA DISORDER Ines Damayanti Octaviani*, Setyowati Raharjo**, Adriesthi Herdaetha** *Residen Psikiatri UNS Surakarta **Staf Pengajar FK UNS RSJD Surakarta ABSTRAK Latar Belakang: Premenstrual Dysphoria Disorder (PMDD) adalah sebuah gangguan mood yang terjadi pada wanita usia subur yang berkaitan dengan perubahan regulasi hormonal pada wanita. Gangguan Afektif Bipolar adalah gangguan mood kronis yang memiliki prevalensi lebih banyak pada wanita. PMDD dapat menjadi pencetus episode mood pada pasien dengan Gangguan Afektif Bipolar. Terapi antidepresan Fluoxetine sebagai augmentasi mood stabilizer diharapkan dapat memberikan keluaran yang lebih baik pada pasien gangguan afektif bipolar yang berkomorbid dengan PMDD. Tujuan: Untuk mengetahui hasil keluaran pada pemberian Fluoxetine sebagai augmentasi terapi pada pasien gangguan afektif bipolar yang berkomorbid dengan PMDD Metode : Penelusuran dilakukan dengan menggunakan Pubmed, Cochrane, Google Scholar, SumSearch, Trip Database, dan Bandolier. Penelitan dibatasi dengan mengunakan penyaring artikel dalam sepuluh tahun terakhir, ketersediaan teks lengkap, dan dalam bahasa Inggris dengan menggunakan kata kunci Premenstrual Dysphoric Disorder, Premenstrual Syndrome, Fluoxetine, dan Bipolar Disorder. Hasil: Didapatkan hasil bahwa pemberian augmentasi Fluoxetine pada gangguan afektif bipolar yang berkomorbid dengan PMDD menunjukkan hasil keluaran yang baik. Kesimpulan: Fluoxetine yang diberikan pada pasien bipolar dengan komorbid PMDD dapat membantu mengurangi episode depresi pada siklus rapid cycling akibat PMDD dan menghasilkan keluaran yang lebih baik. Kata kunci. Premenstrual Dysphoric Disorder, PMDD, Premenstrual Disorder, PMS, Fluoxetine, Bipolar Disorder. AUGMENTASI FLUOXETINE PADA GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR KOMORBID DENGAN PREMENSTRUAL DYSPHORIA DISORDER Ines Damayanti Octaviani*, Setyowati Raharjo**, Adriesthi Herdaetha** *Residen Psikiatri UNS Surakarta **Staf Pengajar FK UNS RSJD Surakarta Latar Belakang Dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi ke-5 (DSM-5) Pre Menstrual Dysphoric Disorder (PMDD) dikategorikan ke dalam gangguan mood. PMDD merupakan suatu gangguan yang muncul mengikuti siklus menstruasi pada wanita. PMDD muncul pada minggu terakhir sebelum menstruasi dan akan mengalami perbaikan beberapa hari setelah menstruasi dimulai, dan menghilang secara total atau menjadi sangat minimal pada minggu – minggu setelah menstruasi.1 Pada PMDD dapat terjadi labilitas afek (mood swing), iritabilitas sampai meningkatnya konflik – konflik interpersonal, mood depresi, perasaan putus asa yang dalam, kecemasan dan ketegangan, berkurangnya minat pada aktivitas yang biasa dilakukan, kesulitan berkonsentrasi, letargi, mudah lelah, tidak berenergi, perubahan nafsu makan (menginginkan makanan spesifik), gangguan tidur, merasa kewalahan secara emosional, keluhan fisik seperti nyeri dan kram pada tubuh, nyeri pada payudara, peningkatan berat badan. Penelitian yang memfokuskan mengenai pendekatan biomolekuler mendapatkan fakta bahwa pelepasan hormon reproduksi pada pasien dengan PMDD tidak mengalami perubahan, akan tetapi pasien dengan PMDD memiliki sensitivitas yang lebih tinggi pada perubahan hormonal tersebut (Halbreich, 2003; Halbreich dan Monacelli, 2004). Efek dari perubahan estrogen dan progesteron dapat mempengaruhi neurotransmitter seperti Serotonin, Opioid, Katekolamin, dan GABA. Menurunnya neurotransmitter tersebut pada fase luteal menginduksi gejala mood. Terdapat beberapa faktor biologis dan psikologis yang diduga menyebabkan PMDD, antara lain ketiadaan dari progesteron, fungsi serotonin yang abnormal, modulasi endorfin yang terganggu pada sekresi gonadotropin, sensitivitas reseptor GABA, kurang berolahraga, dan pola makan yang buruk. PMDD bukan semata – mata merupakan ketidakseimbangan hormonal, melainkan serangkaian rantai psikoneuroendokrin yang dicetuskan oleh ovulasi.2 Sampai saat ini, ansietas dan depresi ditemukan pada lebih dari sebagian wanita yang mengalami PMDD. Jumlah kejadian depresi pada pasien yang mengalami PMDD lebih tinggi dibandingkan populasi normal. 6,1% wanita dengan PMDD memiliki tingkat gangguan psikiatri yang sangat tinggi, terutama depresi.3 Tingkat keparahan gejala PMDD secara positif berhubungan dengan gangguan psikiatrik saat ini atau sebelumnya (pre – existing psychiatric illness), gangguan psikiatrik postpartum, gangguan psikiatrik saat ini yang termasuk didalamnya memiliki keluarga dengan gangguan psikiatri.2 Gangguan Bipolar dikarakteristikkan dengan adanya dua kutub yaitu episode manik atau campuran dan episode depresi. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-5) membagi gangguan bipolar menjadi gangguan bipolar 1 (GB 1) dan gangguan bipolar 2 (GB 2) yang dibedakan dengan adanya manik (GB 1) dan hipomanik (GB 2). GB 2 lebih banyak ditemukan dibandingkan GB 1. Episode mood pertama biasanya muncul di usia remaja akhir, usia 20 – 30an. Episode yang dapat terjadi pada gangguan bipolar baik 1 maupun 2 antara lain manik, depresi, campuran, siklotimia, dan siklus cepat (rapid cycling).1 Pada pasien wanita dengan gangguan bipolar, ditemukan memiliki riwayat siklus cepat lebih sering dibanding pria. Hal ini dihubungkan dengan adanya siklus menstruasi pada wanita. Sindrom premenstrual yang berat diduga memunculkan perubahan siklus pada gangguan bipolar menjadi siklus cepat. Akan tetapi, belum ditemukan data yang cukup untuk mendukung hubungan antara siklus reproduksi dengan siklus cepat mood pada gangguan bipolar.4 Pada pasien dengan gangguan bipolar, regimen yang umumnya diberikan adalah mood stabilizer. Augmentasi dengan antidepresan terutama Fluoxetine sebagai satu – satunya obat antidepresan yang disetujui oleh FDA untuk digunakan pada PMDD2, diharapkan dapat memberikan hasil keluaran yang lebih baik pada gangguan afektif bipolar yang memiliki komorbiditas dengan PMDD. I. KASUS Pasien seorang wanita berusia 29 tahun, mahasiswi pasca sarjana di salah satu perguruan tinggi di Solo. Pasien datang ke poli psikiatri Rumah Sakit Jiwa Dr. Arif Zainuddin dengan keluhan sedih dan merasa putus asa yang selalu dirasakan kurang lebih 1 minggu sebelum menstruasi. Pasien mengeluhkan emosi yang sulit dikontrol, berkurangnya nafsu makan, tidak bertenaga untuk mengerjakan tugas – tugas kuliah, yang diikuti dengan perasaan putus asa dan kesedihan yang mendalam yang pasien tidak ketahui penyebabnya. Pasien juga merasa bersalah, banyak menangis, dan memikirkan kematian maupun keinginan bunuh diri. Pasien sudah mengalami keluhan tersebuat sejak 2 tahun belakangan dan dirasakan memberat akhir – akhir ini menjelang ujian di kampusnya. Pasien didiagnosis mengalami gangguan afektif bipolar saat pasien berusia 20 tahun (tahun 2010) dan pada saat itu mendapat terapi Lithium 2 x 200 mg, Fluoxetine 1 x 20 mg, dan Risperidone 1 x 1 mg. sudah 2 tahun pasien tidak meminum Fluoxetine-nya karena merasa dirinya sudah tidak depresi. Pasien dapat mengidentifikasi perubahan moodnya dengan baik karena psikiater sebelumnya meminta pasien untuk membuat grafik mood setiap hari. Pasien menunjukkan grafik mood yang dibuatnya kepada pemeriksa dan pemeriksa mendapatkan bahwa selama dua tahun belakangan, seperti yang pasien keluhkan saat awal datang, mood pasien terlihat selalu naik atau turun secara signifikan selama 1 minggu menjelang menstruasi, dan kembali ke garis normal (eutimik) pada awal menstruasi. Perubahan mood pasien ini terjadi hampir setiap bulan (lebih dari 6x dalam 1 tahun). Pasien mengatakan secara acak setiap bulannya pasien mengamati bahwa pasien bisa mengalami depresi cepat yang dirasakannya kurang lebih selama 1 minggu, atau hipomanik 2-3 hari, mengikuti siklus menstruasinya. Mood Chart Bulan Oktober 2018 Mood Chart Bulan November 2018 Mood Chart Bulan Desember 2018 Mood Chart Bulan Januari 2019 Pasien memenuhi kriteria diagnosis Pre Menstrual Dysphoric Disorder (PMDD) pada saat kontrol di Solo dan mendapat mendapat terapi Fluoksetin 1 x 20 mg yang diminum selama 1 minggu sebelum menstruasi dan pada minggu saat menstruasi. Metode Penelusuran dilakukan dengan menggunakan Pubmed, Cochrane, MedlinePlus, dan Proquest. Penelitan dibatasi dengan mengunakan penyaring artikel dalam lima tahun terakhir, ketersediaan teks lengkap, dan dalam bahasa Inggris dengan menampilkan kata kunci yang berkaitan dengan premenstrual dysphoria disorder, premenstrual syndrome, fluoxetine, dan bipolar disorder. DAFTAR PUSTAKA 1. Diagnostic and statistical manual of mental disorders. 5th ed. Arlington, VA: American Psychiatric Association; 2017. 2. Preedy V, Watson R. Handbook of disease burdens and quality of life measures. Premenstrual Syndrome and Premenstrual Dysphoric Disorder: Issues of Quality of Life, Stress. New York, NY: Springer; 2010. 3. Ozcan H, Subasi B. Psychopathology in premenstrual syndrome. Journal of Mood Disorders. 2013;3(4):146. 4. Fountoulakis K. Bipolar Disorder. An Evidence - Based Guide to Manic Depression. Greece: Springer; 2015.