Dalam studi hadis, persoalan sanad dan matan merupakan dua unsur yang penting yang menentukan keberadaan dan kualitas suatu hadis sebagai sumber otoritas ajaran Nabi Muhammad Saw. Kedua unsur tersebut begitu penting artinya, antara yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan erat, sehingga kekosongan salah satunya akan berpengaruh dan bahkan merusak eksistensi dan kualitas suatu hadis. Dalam rangka menghadapi gerakan pemalsuan hadis, para ahli hadis telah mengembangkan sebuah metode penelitian untuk membedakan antara hadis otentik dengan hadis yang lemah atau palsu. Langkah-langkah dalam melakukan penelitian hadis adalah sebagai berikut: 1. Takhrij al-Hadis Kata at-takhrij menurut pengertian asal bahasanya ialah “berkumpulnya dua perkara yang berlawanan pada sesuatu yang satu”. Kata at-takhrij sering dimutlakkan pada beberapa macam pengertian, yaitu: Al-istinbat (hal mengeluarkan), At-tadrib (hal melatih atau hal pembiasaan), At-taujih (hal memperhadapkan). Adapun pengertian at-takhrij yang digunakan untuk maksud kegiatan penelitian hadis ialah penelusuran atau pencarian hadis pada berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan yang di dalam sumber itu dikemukakan secara lengkap matan dan sanad hadis yang bersngkutan. 2. I’tibar Sanad Seteleh dilakukan at-takhrij sebagai langkah awal penelitian hadis, maka seluruh sanad hadis dicatat dan dihimpun untuk kemudian dilakukan kegiatan al-i’tibar. Menurut bahsa, al-i’tibar berarti “peninjauan terhadap berbagai hal dengan maksud untuk dapat diketahui sesuatunya yang sejenis”. Sedangkan menurut istilah ilmu hadis, al-i’tibar berarti menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu hadis tertentu, yang hadis itu pada bagian sanadnya tampak hanya terdapat seorang periwayat saja. Dengan dilakukannya al-i’tibar, maka akan terlihat dengan jelas seluruh jalur sanad hadis yang diteliti, demikian juga nama-nama periwayatnya dan metode periwayatan yang digunakan. 3. Menghimpun Periwayat Jam’ur Ruwah ( )ال رواة جمعterdiri dari dua kata, yaitu kata jam’un ( )جمعyang artinya himpunan, kumpulan, dan kata ruwah ( )رواةmerupakan jama’ taksir dari lafadz rawi ( )راوىyang artinya orang yang meriwayatkan atau orang yang menceritakan. Jadi, jam’ur ruwah ()ال رواة جمع adalah himpunan atau kumpulan para perawi yang menceritakan atau meriwayatkan apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seorang (gurunya) mengenai hadis-hadis Nabi Muhammad Saw. 4. Persambungan Sanad Ittishal sanad atau persambungan sanad yaitu tiap-tiap periwayat dalam sanad hadis menerima riwayat hadis dari periwayat hadis terdekat sebelumnya, keadaan itu berlangsung sampai akhir sanad dari hadis itu. 5. Kritik Sanad Melakukan naqd atau penelitian sanad ini berkisar tentang kualitas dari para perawi hadis. Meneliti apakah perawi-perawi dalam hadis tersebut sudah memenuhi kriteria-kriteria seorang periwayat. Seperti tentang keadilan dan kedhabithannya. Kemudian tentang persambungan sanadnya, apakah antara periwayat satu dengan periwayat yang lainnya itu bersambung dengan mendengar langsung misalkan seorang murid terhadap gurunya, ataukah terputus yakni tidak ada kejelasan antara periwayat satu dengan periwayat yang lain. Dalam penelitian sanad juga kita akan meneliti apakah ada syuzuz (kejanggalan) dan ‘illah (cacat) dalam sanad tersebut. 6. Menarik Kesimpulan Langkah selanjutnya dalam penelitian sanad hadis adalah mengemukakan kesimpulan hasil penelitian. Langkah penyimpulan merupakan kegiatan akhir penelitian sanad hadis. Hasil penelitian yang dikemukakan harus berisi natijah (kongklusi). Dalam mengemukakan natijah harus disertai argumen-argumen yang jelas, semua argumen dapat dikemukakan sebelum ataupun sesudah rumusan natijah dikemukakan. 7. Kritik Matan Penelitian terhadap matan hadis meliputi langkah-langkah sebagai berikut; pertama, meneliti matan dengan melihat kualitas sanadnya; kedua, meneliti susunan lafadz berbagai matan yang semakna; ketiga, meneliti kandungan matan. Suatu matan dinyatakan maqbul (diterima) sebagai matan hadis yang shahih apabila memenuhi unsur-unsur berikut. a. Sanadnya shahih. b. Tidak bertentangan dengan hadis mutawatir atau hadis ahad yang shahih. c. Tidak bertentangan dengan petunjuk Al Qur’an. d. Sejalan dengan alur akal sehat (logika). e. Susunan pernyataannya menunjukkan ciri-ciri kenabian. f. Penyimpulan Kualitas Hadis Setelah langkah-langkah penelitian hadis selesai dilakukan, maka langkah terakhir yang dilakukan adalah menyimpulkan kualitas hadis. Apakah hadis itu shahih, hasan, da’if ataupun maudhu’. Apabila dalam penelitian hadis yang meliputi penelitian sanad dan matan hadis tidak ditemukan kejanggalan dan kecacatan, maka hadis tersebut dapat dikatakan hadis shahih. Hasil penyimpulan kualitas hadis harus disertai argumen-argumen yang jelas.