Uploaded by User19498

Jurnal

advertisement
0
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol x No x:xxx-xxx 2017
http:/jtsl/ub.ac.id
1
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol x No x:xxx-xxx 2017
PEMANFAATAN KOMPOS VINASE SEBAGAI SUBSTITUSI PUPUK KALIUM
TERHADAP KADAR KALIUM DAN PERTUMBUHAN TANAMAN TEBU
(Saccharum officinarum L.)
2
Titin Eka1, Retno Suntari1 dan Dias Gustomo2
1 Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang 65145
Kesuburan dan Biologi Tanah, Pusat Penelitian Perkebunaan Gula Indonesia, Pasuruan 67126
Abstract
The increases of production in sugar industry also increases the by product which is molasses.
Molasses is the main source for the production of alcohol. Utilization of molasses as alcohol
generates vinase. Vinase application adversely affect the physical, chemical and biological
characteristic of soil. This for its utilization on sugarcane, vinase need to be composted. The study
was evaluate the utilization of vinase compost as subsitution of potassium fertilizer on K content
and plant growth of sugarcane. Treatments tested in this study were application of B1 (control), B2
(50% vinase compost+ 50% KCl), B3 (100% vinase compost), B4 (150% vinase compost) and B5
(200% vinase compost). Treatment were arranged in a completely randomized design with five
replicates. The results showed a no significant effect of vinase compost application on availability
of potassium in soil and potassium content in sugarcane at 16 week after planting. Application
100% vinase compost show that increase availability of potassium in soil and potassium content is
2,3 and 17,9 % compared to contol. Application of 50% vinase compost + 50% KCl (1024 kg ha -1
vinase compost + 100 kg ha-1 KCl significantly increase the number of tillers at 12 week after
planting compared to control. Application of 50% vinase compost + 50% KCl (1024 kg ha-1 vinase
compost + 100 kg ha-1 KCl is can subtitute 50 % of potassium fertilizer (KCl) for sugarcane at 16
week after planting.
Keyword: vinase compost, potassium content, availability of potassium, plant growth
Pendahuluan
Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok
masyarakat Indonesia. Bertambahnya jumlah
penduduk mengakibatkan konsumsi gula
semakin meningkat. Peningkatan kebutuhan
gula mendorong peningkatan kapasitas
produksi industri gula. Peningkatan produksi
industri gula menyebabkan peningkatan hasil
samping yaitu molase yang juga merupakan
sumber
utama
pembuatan
alkohol.
Pemanfaatan molase menjadi alkohol
menghasilkan vinase. Vinase mempunyai
karakteristik temperatur tinggi (85–90°C), pH
yang rendah (3,8–5) dan warna coklat
kehitaman (Kaushik et al., 2005). Menurut
Tejada et al. (2007), pemberian vinase
langsung dapat memberikan pengaruh kurang
baik terhadap sifat fisik, kimia dan biologi.
Pemanfaatan vinase berpotensi sebagai
substitusi pupuk anorganik kalium. Hal ini
dikarenakan kandungan kalium pada vinase
yang tinggi. Sesuai dengan Vadivel et al.
(2014) vinase mempunyai kandungan
nitrogen, posfor dan kalium masing-masing
sebesar 0,13; 0,02 dan 0,79 %. Unsur kalium
mempunyai peran dalam proses fotosintesis,
metabolisme dan pertumbuhan tanaman
tebu. Akan tetapi harga pupuk anorganik
http:/jtsl/ub.ac.id
kalium yang mahal dapat menyebabkan
penggunaan pupuk kalium tidak sesuai
kebutuhan, sehingga pemanfaatan vinase
dapat mengefisiensikan penggunaan pupuk
anorganik. Akan tetapi, aplikasi vinase
langsung di lahan maupun di perairan dapat
menimbulkan masalah terhadap tanaman
(Chandraju et al., 2010). Oleh karena itu,
diperlukan pengelolahan vinase melalui
pengomposan agar dapat dimanfaatkan oleh
tanaman tebu.
Pembuatan kompos vinase telah dilakukan
oleh Triantarti et al. (2015). Komposisi
kompos vinase dibuat dari blotong, abu ketel
dan seresah dengan takaran masing-masing
sebesar 10:1:3 kg, serta tambahan vinase
280% dari berat total bahan atau setara
dengan 39,2 liter. Kompos vinase
memberikan hasil kandungan kalium sebesar
5,86%. Berdasarkan uraian di atas, pemberian
kompos vinase mempunyai manfaat baik bagi
tanah maupun tanaman tebu, selain itu
mengandung unsur kalium yang tinggi.
Sehingga dari manfaat tersebut, kompos
vinase berpotensi untuk sumber pengganti
pupuk kalium. Tujuan dari penelitian adalah
untuk mengetahui (a) pengaruh aplikasi
2
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol x No x:xxx-xxx 2017
kompos vinase sebagai substitusi pupuk
kalium terhadap kadar kalium dan (b)
pertumbuhan tanaman tebu (Saccharum
officinarum L.).
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kebun
percobaan P3GI Kelurahan Bakalan
Kecamatan Bugul Kabupaten Pasuruan.
Penelitian di lapang dilakukan mulai bulan
Oktober 2016 sampai Februari 2017. Analisis
dasar tanah dan kompos dilakukan di
Laboratorium Jasa Terpadu, P3GI Pasuruan.
Analisis kalium dalam tanah dan kadar kalium
tanaman dilakukan di Laboratorium Kimia
Tanah Universitas Brawijaya. Ordo tanah di
daerah Bakalan yaitu Alfisols yang bertekstur
liat (Kristinawati, 2016).
Bahan tanam yang digunakan yaitu bibit tebu
varietas Bululawang. Kompos vinase yang
digunakan adalah hasil Penelitian Triantarti et
al. (2015). Komposisi kompos terdiri dari
blotong, abu ketel dan seresah dengan
takaran masing-masing 10:1:3 kg, serta
tambahan vinase 280% dari berat total bahan
atau setara dengan 39,2 liter yang
memberikan hasil kandungan kalium sebesar
5,86%.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan
ulangan. Pupuk dasar yang digunakan yaitu
ZA: SP36: KCl (800: 200: 200 kg ha-1) sesuai
dengan rekomendasi untuk tanaman tebu di
P3GI (Mulyadi, 2006). Aplikasi pupuk dasar
dilakukan bersamaan dengan aplikasi kompos
vinase yang terdiri dari perlakuan B1
(kontrol), B2 (50% kompos vinase dan 50 %
KCl), B3 (100% kompos vinase), B4 (150%
kompos vinase) dan B5 (200% kompos
vinase) sebagai dosis rekomendasi, yaitu
masing-masing perlakuan sebesar 0 kg ha-1,
1024 kg ha-1, 2048 kg ha-1, 3072 kg ha-1 dan
4096 kg.ha-1
Parameter pengamatan dibagi menjadi 3
sampel yaitu tanah, tanaman dan kompos
vinase. Parameter pengamatan tanaman
meliputi perkecambahan, tinggi tanaman,
jumlah daun, jumlah anakan dan diameter
dilakukan pada juring ke 2, 4 dan 6.
Pengamatan pertumbuhan tanaman seperti
tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah
anakan dilakukan setiap dua minggu sekali
http:/jtsl/ub.ac.id
dari 2 hingga 16 MST, sedangkan
pengamatan perkecambahan dilakukan 2 dan
4 MST (Minggu Setelah Tanam). Pengamatan
diameter dilakukan 12 hingga 16 MST.
Pengamatan selanjutnya yaitu terkait kadar
kalium oleh tanaman dilakukan pada 16 MST.
Parameter pengamatan tanah dilakukan pada
sebelum penanaman dan 16 MST. Parameter
ketersedian kalium dilakukan 16 MST.
Parameter pengamatan kompos dilakukan
sebelum penanaman.
Data yang diperoleh akan dengan F 5%.
Apabila terdapat pengaruh nyata, dilanjutkan
dengan uji Duncan's Multiple Range Test taraf
5%. Selanjutnya untuk mengetahui hubungan
antar parameter pengamatan dilakukan uji
korelasi sederhana. Semua uji menggunakan
progam SPSS for Windows ver 20.00.
Hasil dan Pembahasan
Hasil Analisis Kompos Vinase
Hasil penelitian menunjukkan nilai pH adalah
8 dapat dikategorikan alkalis. Sementara
kandungan C-organik dikategorikan tinggi
sebesar 33,20 %. Hasil N dan C/N
dikategorikan sedang yaitu sebesar 1,99 %
dan 12. Hasil P2O5 dan K2O dikategorikan
tinggi masing–masing sebesar 2,72 dan
5,86%. Hasil analisis kompos vinase disajikan
pada Tabel 3.
Hasil penelitian Francisco et al. (2001)
menunjukkan kompos vinase yang dibuat
dari bahan 82% seresah dan 18% vinase
memberikan hasil pH 8,7 yang dikategorikan
alkalis. Sedangkan hasil K2O adalah 1,3 %
dapat dikategorikan sedang. Selain itu
penelitian Madejon et al. (1995) kompos
vinase yang terbuat dari bahan 50 % seresah,
40% vinase dan 10% humus memberikan
kandungan kalium sebesar 2,1 % dapat
dikategorikan tinggi dan nilai pH sebesar 8,4
yang dikategorikan alkalis. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kompos vinase
mempunyai kandungan K lebih tinggi
dibandingkan dari penelitian lain. Hal ini
diduga adanya pengaruh komposisi bahan
kompos vinase. Sejalan dengan penelitian
Triantarti et al. (2015) bahwa peningkatan
dosis vinase diikuti dengan peningkatan
kandungan kalium dalam kompos.
3
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol x No x:xxx-xxx 2017
pH, H2O
C-Organik
(%)
C/N
N (%)
P2O5(%)
K2O(%)
8,7
25,
2
12
2,1
0,7
0
1,3
A
S
A
S
S
T
R
8,4
21,3
2
8,2
2,6
0,56
S
2,10
Hasil
Penelit K
ian
8
A
33,20
T
R
T
R
16,68
1,99
S
S
2,72
T
T
5,86
T
Keterangan: *)= hasil penelitian Francisco et
al. (2001); **)= hasil penelitian Madejon et al.
(1995); K= kategori Kompos menurut
Perhutani, 2003 (dalam Syekhfani, 2004); A=
alkalis; T= tinggi; S= sedang; R= rendah.
Hasil Analisis Dasar Tanah
Hasil analisis tanah menunjukkan nilai pH
sebesar 6,96 dapat dikategorikan netral. Hasil
N (0,10%), C-organik (1,15%), BOT (1,98%)
dapat dikategorikan rendah. Hasil C/N dan K
dalam tanah dikategorikan sedang masingmasing sebesar 11,5 dan 0,48 me 100 -1g.
KTK dalam tanah dikategorikan tinggi sebesar
39,81 me 100 -1g dan tekstur tanah di kebun
percobaan tersebut yaitu liat. Hasil analisis
dasar tanah disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Analisis Dasar Tanah
Parameter Satuan
Hasil
Kategori
*)
pH( H2O) 6,96
Netral
N
%
0,10
Rendah
C-organik %
1,15
Rendah
C/N
11,5
sedang
BOT
%
1,98
Rendah
-1
K
me 100 g 0,48
Sedang
KTK
me 100 -1g 39,81 Tinggi
Tekstur
Pasir (%) 5
Debu (%) 37
Liat
Liat (%)
58
Keterangan *): kategori kadar unsur hara
tanah menurut Balai Penelitian Tanah (2009)
Jenis tanah pada kebun percobaan tersebut
yaitu Alfisol (Kristinawati, 2016). Hal ini
sesuai dengan Wijanarko et al. (2007)
karakteristik jenis tanah Alfisol mempunyai
pH tanah mulai masam hingga netral, Corganik rendah, K dalam tanah mulai rendah
http:/jtsl/ub.ac.id
hingga tinggi, KTK dalam tanah tinggi, tekstur
tanah dominan liat berpasir hingga liat.
Pengaruh Kompos Vinase terhadap
Ketersediaan Kalium dalam Tanah
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
aplikasi kompos vinase tidak berpengaruh
nyata terhadap parameter ketersediaan kalium
dalam tanah. Hal ini berbeda dengan
penelitian Francisco et al. (2001) aplikasi
kompos vinase dengan dosis 1500 kg ha-1
memberikan pengaruh nyata terhadap sifat
kimia tanah tanaman tebu dan jagung pada
tanah liat berpasir di Brazil. Aplikasi kompos
vinase pada perlakuan B3 memberikan
peningkatan terhadap ketersedian kalium
sebesar 2,3 % dibandingkan kontrol.
Sedangkan hasil ketersediaan kalium sebesar
0,39 sampai 0,42 me 100-1g. Hasil tersebut
dikategorikan sedang (Balai Penelitian Tanah,
2009). Rerata hasil kalium dalam tanah
disajikan pada Gambar 1.
Ketersdeiaan
Kalium (me 100-1
g)
Tabel 3. Hasil Kompos Vinase
Hasil Penelitian
Lain
Parameter
*) K **)
K
0,41
S
S
S
S
S
0,39
0,37
B1
B2 B3 B4 B5
Perlakuan
Gambar 1. Pengaruh Kompos Vinase
terhadap Ketersediaan Kalium dalam Tanah.
S= sedang (Pawirosemandi, 2011).
Nilai kalium analisis dasar tanah lebih tinggi
dibandingkan setelah aplikasi kompos vinase
umur 16 MST sebesar 0,48 me 100-1g dan
berkategori sedang. Diduga karena pengaruh
dinamika bentuk kalium dalam tanah dan
penyerapan hara kalium oleh tanaman tebu.
Sejalan dengan Sparks (2001) bahwa
penurunan ketersediaan kalium dalam tanah
disebabkan oleh keseimbangan bentuk kalium
dalam tanah. Menurut Subandi (2013) dan
Damanik et al. (2011) apabila kadar kalium
dalam tanah menurun, hal ini karena adanya
penyerapan unsur hara oleh tanaman, tercuci
dan terfiksasi.
Hasil kalium tersedia dalam tanah dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu serapan hara
tanaman dan dinamika bentuk kalium di
dalam tanah (Havlin et al.,1999 dalam
Nursyambi et al., 2015). Menurut Sparks
(2001) adanya empat bentuk K dalam tanah
pada tingkat ketersediaan kalium dari yang
sukar menjadi mudah tersedia yaitu bentuk K-
4
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol x No x:xxx-xxx 2017
Pengaruh kompos vinase terhadap Kadar
Kalium
dalam
Tanaman
Tebu
(S. officinarum)
Hasil anlisis ragam menunjukkan bahwa
aplikasi kompos vinase tidak berpengaruh
nyata terhadap kadar kalium dalam tanaman
tebu 16 MST. Aplikasi kompos vinase pada
perlakuan B2, B3 dan B5 memberikan
peningkatan terhadap hasil kadar kalium
masing-masing sebesar 10,6; 17,8 dan 2,7 %
dibandingkan kontrol. Sedangkan hasil analisis
kadar kalium dalam tanaman tebu berumur 16
MST berkisar 2,35 sampai 3,06%. Hasil
tersebut menurut Pawirosemandi (2011)
dikategorikan sedang hingga tinggi. Hasil
kadar kalium dalam tanaman tebu disajikan
pada Gambar 2.
Kadar Kalium
(%)
4,00
3,00
T
T
T
S
T
2,00
1,00
0,00
B1
B2
B3
B4
B5
Perlakuan
Gambar 2. Pengaruh Kompos Vinase
terhadap Kadar Kalium dalam Tanaman
Tebu. T = tinggi; S= sedang.
Kalium dimanfaatkan di dalam sel
jaringan tanaman untuk membantu proses
struktur sel, asimilasi, sintesis protein, asam
amino, gula, masuknya air ke tanaman,
translokasi hasil karbohidrat yang diproses di
daun ke dalam batang dan aktivitas enzim
fotosintesis pada tebu (Husigi, 2011). Unsur
hara kalium berperan dalam tanaman
berkaitan dengan proses biofisika dan
biokimia. Dalam proses biofisika, K berperan
dalam mengatur tekanan osmosis dan tugor
yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan sel membuka dan menutup
stomata. Proses biokimia berkaitan dengan
metabolisme karbohidrat dan protein
(Subandi, 2013). Terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi kadar kalium dalam
tanaman yaitu faktor varietas tanaman serta
faktor tanah dan iklim. Faktor tanah dan iklim
meliputi kelembaban, suhu, curah hujan, pH
http:/jtsl/ub.ac.id
tanah dan jenis mineral liat (Pawirosemandi,
2011).
Pengaruh Kompos Vinase
Pertumbuhan
Tanaman
(S. officinarum)
Perkecambahan
(S. officinarum)
terhadap
Tebu
Tanaman
Tebu
Hasil anailisis ragam menunjukkan bahwa
aplikasi kompos vinase tidak berpengaruh
nyata terhadap perkecembahan tanaman tebu
pada beberapa waktu pengamatan. Rerata
perkecambahan tanaman tebu disajikan pada
Gambar 3.
80,0
Perkecambahan
(%)
struktural (mineral), K-tidak dapat ditukar, Kdapat ditukarkan dan K-larut. Dinamika
bentuk kalium tersebut dapat mempengaruhi
jumlah kadar K larutan dalam tanah.
2 MST
60,0
40,0
4 MST
20,0
0,0
B1
B2
B3 B4
Perlakuan
B5
Gambar 3. Pengaruh Aplikasi Kompos Vinase
terhadap Perkecambahan Tanaman Tebu (S.
Officinarum)
Faktor yang mempengaruhi perkecambahan
meliputi zat pengatur tumbuh, status hara,
gradien perkecambahan, panjang potongan
bagal, letak mata pada penanaman dan
ketebalan tutupan tanah (Pawirosemandi,
2011). Sesuai dengan hasil analisis dasar tanah
nilai nitrogen yang dikategorikan rendah
(Tabel 1), diduga dapat mempengaruhi
presentase perkecambahan. Pawirosemandi
(2011) bahwa kandungan nitrogen yang tinggi
dapat memberikan perkecambahan tanaman
tebu meningkat.
Tinggi Tanaman Tebu (S. officinarum)
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
aplikasi kompos vinase tidak berpengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman tebu pada
beberapa waktu pengamatan. Hal ini sejalan
dengan Khosa (2002) menunjukkan bahwa
aplikasi dosis kalium (0,100, 150 dan 200 kg
ha-1) tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman, namun aplikasi dosis tersebut
mampu memberikan peningkatan terhadap
tinggi tanaman. Rerata tinggi tanaman hasil
penelitian disajikan pada Tabel 5.
Ketersediaan unsur hara dalam keseimbangan
berpengaruh pada proses pertumbuhan
tanaman. Menurut Gardner et al. (1985)
5
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol x No x:xxx-xxx 2017
keseimbangan unsur hara berpengaruh
terhadap proses pembelahan, pembesaran dan
pemanjangan sel, berlangsung dengan cepat
dan mengakibatkan beberapa organ tanaman
tumbuh dengan baik. Hal ini berkaitan dengan
hasil analisis dasar tanah menunjukkan bahwa
nilai kalium yang dikategorikan sedang dan
nitrogen yang rendah (Tabel 1). Menurut
Lakitan (2012) menunjukkan bahwa dalam
jaringan tanaman unsur hara nitogen
merupakan komponen senyawa esensial bagi
pertumbuhan tanaman seperti asam amino,
sehingga jika ketersediaan nitrogen tidak
seimbang dari jumlah yang dibutuhkan
tanaman maka metabolisme tanaman akan
terganggu dan berakibat terhambatnya
pertumbuhan
organ
tanaman
seperti
pertumbuhan batang.
Tabel 5. Pengaruh Aplikasi Kompos Vinase
terhadap Tinggi Tanaman Tebu (S. officinarum)
*)
Tinggi Tanaman (cm)
10
12
14
6 MST 8 MST
MST MST MST
16
MST
B1
92,25 112,08 148,03 195,58 215,24
247,41
B2
B3
B4
89,19 110,21 144,99 190,73 215,10
90,26 109,55 146,83 194,65 215,61
90,64 108,66 150,25 196,73 213,32
251,58
249,83
246,67
B5
91,31 107,30 149,83 195,50 215,05
249,79
Keterangan: *)=perlakuan
Jumlah Daun
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
aplikasi kompos vinase berpengaruh nyata
terhadap jumlah daun pada pengamatan 16
MST. Rerata jumlah daun pada beberapa
waktu pengamatan disajikan pada Tabel 6.
Pengamatan 16 MST aplikasi kompos vinase
menunjukkan perbedaan nyata antara
perlakuan B4 dengan perlakuan B1 (kontrol).
Perlakuan B4 memberikan rerata yang
tertinggi sebesar 11,39 dan perlakuan B1
memberikan rerata terendah sebesar 10,50.
Peningkatan aplikasi unsur hara pada tanaman
tidak selalu diikuti dengan peningkatan
kandungan hara di dalam daun, pertumbuhan
tanaman,
dan
hasil
panen
tebu
(Pawirosemandi, 1980 dalam Pawirosemandi
2011). Selanjutnya ditambahkan bahwa untuk
memperoleh pertumbuhan dan hasil panen
tebu yang baik, aplikasi pemupukan harus
memenuhi keseimbangan hara tanah.
Pemberian unsur hara yang berlebihan dapat
mempengaruhi penyerapan, pertumbuhan dan
fungsi fisiologi. Diduga aplikasi kompos
vinase pada perlakuan B4 memberikan
http:/jtsl/ub.ac.id
keseimbangan unsur hara dalam tanah,
sehingga menghasilkan rerata yang tertinggi.
Aplikasi kompos vinase sebagai substitusi
pupuk kalium mampu meningkatkan jumlah
daun dibandingkan perlakuan kontrol. Hal ini
berkaitan dengan ketersediaan unsur hara pada
tanah. Menurut Mulyadi (2006) kandungan K
pada tanaman tebu diserap tanaman
dimanfaatkan di dalam sel jaringan tanaman
untuk membantu proses fotosintesis dan
translokasi hasil karbohidrat yang diproses di
daun ke dalam batang. Menurut Pikukuh et al.
(2015) semakin banyak jumlah daun
mengakibatkan tempat fotosintesis bertambah
dan fotosintat yang dihasilkan semakin
meningkat. Fotosintesis yang dihasilkan akan
digunakan tanaman untuk melakukan
pertumbuhan tanaman dan disimpan sebagai
cadangan makanan. Selain itu pertumbuhan
tebu yang optimal dapat ditandai dengan
pertambahan
jumlah
daun
tanaman
(Kuntohartono, 2009).
Tabel 6. Pengaruh Aplikasi Kompos Vinase
terhadap Jumlah Daun Tanaman Tebu (S.
officinarum)
B1
6
MST
6,58
8
MST
7,08
Jumlah Daun
10
12
14
MST MST MST
8,09 8,90 9,87
B2
6,66
7,02
8,14
9,00
10,00
B3
6,64
7,24
8,26
8,65
9,65
B4
6,76
7,15
8,24
8,52
9,52
B5
6,75
7,26
8,24
9,01
10,01
*)
16
MST
10,50
a
10,70
ab
10,58
ab
11,39
b
10,64 ab
Keterangan : Angka yang didampingi huruf
yang sama pada kolom yang sama, tidak
berbeda nyata pada uji Duncan 5% (p=0,05);
*)= perlakuan.
Jumlah Anakan
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
aplikasi kompos vinase berpengaruh nyata
terhadap jumlah anakan tanaman tebu pada 10
dan 12 MST. Rerata tinggi batang pada
beberapa waktu pengamatan disajikan pada
Tabel 7. Aplikasi kompos vinase memberikan
perbedaan nyata antara perlakuan B3 dengan
B5 pada 10 MST. Perlakuan B5 aplikasi
kompos vinase memberikan rerata tertinggi
sebesar 1,78 dan perlakuan B3 memberikan
rerata terendah sebesar 1,58.
Aplikasi
kompos
vinase
memberikan
perbedaan nyata antara perlakuan B2 dan B5
dengan perlakuan B1 (kontrol) pada 12 MST.
6
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol x No x:xxx-xxx 2017
Jumlah Anakan
*)
tanaman. Hal ini sesuai dengan penelitian
Hajjari et al. (2014) aplikasi penambahan unsur
kalium (0, 50, 100, 150 dan 200 kg ha-1) dapat
meningkatkan nilai diameter batang. Namun,
tidak memberikan pengaruh nyata terhadap
diameter batang. Rerata diameter batang pada
pengamatan 12 hingga 16 MST disajikan pada
Gambar 4.
Rerata diameter batang pada umur 12 hingga
16 MST memberikan peningkatan pada
tanaman tebu. Peningkatan diameter batang
tebu tidak memberikan pengaruh nyata antar
perlakuan, tetapi cenderung meningkat seiring
beberapa waktu pengamatan. Sesuai dengan
tinggi tanaman tebu tidak memberikan
pengaruh nyata tetapi mengalami peningkatan.
Adanya peningkatan nilai diameter batang
pada umur 12 hingga 16 MST salah satunya
dapat dipengaruhi oleh ketersediaan unsur
kalium dalam tanah. Menurut Mulyadi (2006)
kandungan K pada tanaman tebu diserap
tanaman dari dalam tanah dimanfaatkan di
dalam sel jaringan tanaman untuk membantu
proses fotosintesis dan translokasi hasil
karbohidrat yang diproses di daun kedalam
batang.
3,0
Diameter Batang (cm)
Perlakuan B5 (4096 kg ha-1 kompos vinase)
memberikan rerata tertinggi sebesar 17,8.
Sedangkan rerata terendah terdapat pada
perlakuan B1 (kontrol) sebesar 1,60.
Aplikasi kompos vinase sebagai substitusi
pupuk kalium mampu meningkatkan jumlah
anakan dibandingkan perlakuan kontrol.
Adanya ketersediaan hara yang dapat
membantu
pertumbuhan
tanaman.
Ketersediaan unsur hara kalium berperan
dalam pembentukan dan penimbunan
fotosintat. Menurut Kuntohartono, 1999
(dalam Cahyani, 2016) pembentukan fotosintat
akan menyebabkan pembentukan anakan yang
lebih aktif. Hal ini sesuai dengan peran N, P,
dan K salah satunya proses pertumbuhan
tanaman. Menurut Guntoro et al. (2003)
aplikasi kompos bagase yang mempunyai
kandungan unsur N, P dan K berpengaruh
terhadap jumlah populasi tanaman tebu.
Penelitian ini menggunakan varietas unggul
yaitu varietas BL. Menurut (P3GI, 2013)
varietas BL memiliki ciri-ciri varietas yang
tumbuh dengan munculnya tunas–tunas baru
yang disebut dengan sogolan. Hal tersebut
sesuai dengan penelitian Rokhman et al. (2014)
menjelaskan adanya pengaruh nyata varietas
BL terhadap jumlah anakan yang memberikan
rerata tertinggi dibandingkan varietas PSJT
941 dan PS 881.
Tabel 7. Pengaruh Aplikasi Kompos Vinase
terhadap Jumlah Anakan Tanaman Tebu
S. officinarum)
2,5
12 MST
2,0
1,5
14 MST
1,0
16 MST
0,5
0,0
6
MST
8
MST
10
MST
12
MST
14
MST
16
MST
B1
1,42
1,57
1,60
ab
1,60
a
1,60
1,72
B2
1,43
1,61
1,73
ab
1,76
b
1,83
1,90
Gambar 4. Pengaruh Aplikasi Kompos Vinase
terhadap Diameter Batang Tanaman Tebu
(S. officinarum)
B3
1,36
1,56
1,58 a
1,67
ab
1,74
1,80
Pembahasaan Umum
B4
1,34
1,54
1,64
ab
1,66
ab
1,66
1,71
B5
1,32
1,51
1,78 b
1,78
b
1,79
1,79
Aplikasi kompos vinase tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap ketersediaan kalium
dan kadar kalium tanaman tebu umur 16
MST. Hal ini berkaitan dengan dinamika
bentuk kalium dalam tanah. Sesuai dengan
hasil ketersediaan kalium dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu serapan hara tanaman
dan dinamika bentuk kalium di dalam tanah
(Havlin et al.,1999 dalam Nursyambi et al.,
2015). Perubahan bentuk K merupakan faktor
penting yang menentukan ketersediaan K
dalam tanah dan tanaman (Subandi, 2013).
Sedangkan faktor yang mempengaruhi kadar
kalium dalam tanaman yaitu faktor varietas
Keterangan: Angka yang didampingi huruf
yang sama pada kolom yang sama, tidak
berbeda nyata pada uji Duncan 5% (p=0,05);
*)= perlakuan
Diameter Batang
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
aplikasi kompos vinase tidak berpengaruh
nyata terhadap pengamatan diameter batang
http:/jtsl/ub.ac.id
B1
B2
B3
B4
B5
Perlakuan
7
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol x No x:xxx-xxx 2017
tanaman, serta faktor tanah dan iklim
(Pawirosemandi, 2011). Menurut Silahooy
(2008) semakin tinggi kosentrasi kalium dalam
larutan tanah maka semakin tinggi kadar
dalam tanaman. Sesuai dengan hasil
ketersediaan kalium dan kadar kalium pada
perlakuan
B3
mampu
memberikan
peningkatan masing- masing sebesar 2,3 dan
17,9 % dibandingkan kontrol.
Unsur hara kalium berperan dalam tanaman
berkaitan erat dengan proses biofisika dan
biokimia. Dalam proses biofisika, K berperan
dalam mengatur tekanan osmosis dan tugor
yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan sel membuka dan menutup
stomata. Proses biokimia berkaitan dengan
metabolisme karbohidrat dan protein
(Subandi, 2013). Kalium merupakan salah satu
unsur hara diperlukan proses pertumbuhan
tanaman tebu. Hal ini menunjukkan adanya
aplikasi kompos vinase memberikan pengaruh
nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun dan
jumlah anakan. Aplikasi kompos vinase
memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman tebu umur 16 MST. Perlakuan
B4 (3072 kg ha-1 kompos vinase) memberikan
perbedaan nyata dengan perlakuan B1
(kontrol). Perlakuan B4 (3072 kg ha-1 kompos
vinase) memberikan rerata yang tertinggi
sebesar 11,39 dan perlakuan B1 memberikan
rerata terendah sebesar 10,50. Sedangkan
aplikasi kompos vinase memberikan pengaruh
nyata terhadap jumlah anakan tanaman tebu
umur 10 dan 12 MST. Perlakuan B5 (4096 kg
ha-1 kompos vinase) memberikan perbedaan
nyata dengan perlakuan B1 (kontrol). Pada
pengamatan 12 MST perlakuan B5 (4096 kg
ha-1 kompos vinase) memberikan rerata
tertinggi sebesar 17,8. Sedangkan rerata
terendah terdapat pada perlakuan B1 (kontrol)
sebesar 1,60.
Aplikasi kompos vinase sebagai substitusi
pupuk kalium mampu meningkatkan jumlah
daun dan jumlah anakan dibandingkan
perlakuan kontrol. Hal ini dikarenakan
kandungan kalium pada kompos vinase yaitu
5,86 % K2O yang dapat dikategorikan tinggi.
Selain itu berkaitan dengan ketersediaan unsur
hara pada tanah. Menurut Mulyadi (2006)
kandungan K pada tanaman tebu diserap
tanaman dimanfaatkan di dalam sel jaringan
tanaman untuk membantu proses fotosintesis
dan translokasi hasil karbohidrat yang diproses
di daun ke dalam batang. Menurut Pikukuh et
al. (2015) semakin banyak jumlah daun
mengakibatkan tempat fotosintesis bertambah
http:/jtsl/ub.ac.id
dan fotosintat yang dihasilkan semakin
meningkat. Menurut Kuntohartono, 1999
(dalam Cahyani, 2016) pembentukan fotosintat
akan menyebabkan pembentukan anakan yang
lebih aktif. Aplikasi pupuk organik
memberikan kebutuhan hara bagi tanaman.
Selain itu aplikasi bahan organik yang berasal
dari hasil samping dapat memberikan efisiensi
penggunaan pupuk anorganik, sehingga
pemanfaatan kompos vinase dapat digunakan
sebagai substitusi pupuk kalium.
Hubungan Antar Parameter Pengamatan
Berdasarkan
Parameter
yang
diamati
didapatkan 3 korelasi, yaitu ketersediaan
kalium dengan jumlah anakan dan diameter,
diameter dengan jumlah daun serta kadar
kalium dengan jumlah anakan (Tabel 8).
Analisa korelasi parameter ketersediaan
Kalium dengan jumlah anakan (r=0,40) dan
diameter (r=0,32) menunjukkan korelasi
positif dan berhubungan sedang dengan
metode Pearson.
Demikian pula hasil korelasi diameter dengan
jumlah daun (r=-0,49) menunjukkan nilai yang
negatif dan berhubungan sedang dengan
metode Pearson. Hal ini menunjukkan
ketersediaan
kalium
mempengaruhi
pertumbuhan jumlah daun dan diameter
tanaman tebu. Pertumbuhan tanaman terjadi
adanya
pembesaran
volume
akibat
pembelahan sel tanaman. Pertumbuhan
tanaman salah satunya dipengaruhi oleh
kebutuhan hara kalium di dalam tanah
maupun tanaman. Peningkatan jumlah daun
berkaitan dengan kemampuan tanaman untuk
fotosintesis (Pawirosemandi, 2011). Hal ini
berkaitan dengan peran kalium pada tanaman
tebu dimanfaatkan di dalam sel jaringan
tanaman untuk membantu proses fotosintesis
dan translokasi hasil karbohidrat yang diproses
di daun kedalam batang (Mulyadi, 2006).
Husigi (2011) peran kalium sebagai translokasi
hasil karbohidrat yang diproses di daun ke
dalam batang dan aktivitas enzim fotosintesis
pada tebu.
Hasil korelasi kadar Kalium dengan jumlah
anakan (r=0,29) menunjukkan nilai positif dan
berhubungan sedang dengan metode Pearson.
Hal ini menunjukkan bahwa penyerapan
kalium mempengaruhi munculnya tunas baru
pada tanaman tebu. Menurut Pawirosemandi
(2011) jumlah anakan pada tanaman tebu
dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara
nitrogen, posfor dan kalium. Ketersediaan
unsur hara
kalium berperan dalam
8
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol x No x:xxx-xxx 2017
pembentukan dan penimbunan fotosintat.
Menurut Kuntohartono, 1999 (dalam Cahyani,
2016)
pembentukan
fotosintat
akan
menyebabkan pembentukan anakan yang lebih
aktif. Selain itu Menurut Guntoro et al., (2003)
pemberian unsur N, P, dan K berpengaruh
terhadap jumlah populasi tanaman tebu.
Tabel 8. Matriks Korelasi Antar Parameter Pengamatan
Ketersediaan
Kalium
Ketersediaan
Kalium
Kadar Kalium
Tinggi
Tanaman
Jumlah Daun
Jumlah Anakan
Diameter
Kadar
Kalium
Tinggi
Tanaman
Jumlah
Daun
Jumlah
Anakan
Diameter
1
-0,223
-0,49
1
-0,01
1
1
0,198
1
0,140
0,031
1
0,188
0,40
0,328
-0,246
0,299
-0,094
-0,07
0,167
-0,175
Keterangan *)= kriteria nilai korelasi metode Peason menurut Sarjono and Julianita (2013).
Kesimpulan
Damanik, M.M.B., E.H. Bachtiar, Fauzi,
a) Aplikasi kompos vinase tidak memberikan
Sarifuddin dan H. Hamidah. 2011.
pengaruh nyata terhadap ketersediaan kalium
Kesuburan Tanah dan Pemupukan.
dalam tanah dan kadar kalium dalam tanaman
USU Press. Medan
tebu 16 MST.
Francisco, C., E. Madejon, R Lopez and M.M.
b) Aplikasi 100 % kompos vinase mampu
Jose. 2001. Agriculture Use of Three
memberikan
peningkatan
terhadap
(Sugar Beet) Vinnasse Composts:
ketersediaan kalium dan kadar kalium masingEffect on Selected Soil Chemical
masing sebesar 2,3 dan 17,9% dibandingkan
Properties. Cambisol Soil in the
kontrol. Aplikasi 50 % kompos vinase + 50 %
Guadalquivir river Valley (SW Spain),
KCl (1024 kg ha-1 kompos vinase + 100 kg haAgric. Ecosyst. Environ. 84: 55-65.
1 KCl) nyata meningkatkan jumlah anakan 12
Gardner, F.P., B.R. Pearch and L.M. Roger.
MST dibandingkan perlakuan kontrol.
1985. Physiology of Crop Plant. The
Aplikasi 50 % kompos vinase + 50 % KCl
Lowa State University Press. Lowa.
(1024 kg ha-1 kompos vinase + 100 kg ha-1
Guntoro, D., Purwono dan Sarwono. 2003.
KCl) mampu mensubstitusi 50% kebutuhan
Pengaruh Pemberian Kompos Bagase
pupuk kalium (KCl) untuk tanaman tebu
terhadap
Serapan
Hara
dan
sampai dengan umur 16 MST.
Pertumbuhan
Tanamana
Tebu
(Saccharum offlcinarum L). Bul. Agro 231:
DAFTAR PUSTAKA
112-119.
Hajjari,
B., E. Panahpour and A. Gholami.
Balai Penelitian Tanah. 2009. Analisis Kimia
2014.
Effects of Potassium Sulfate
Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk.
Fertilizer
Application on Sugarcane
Petunjuk Teknis Edisi 2. Bogor.
(Cultivar
CP 48-103) QualitativeCahyani, S., A. Sudirman dan A.Azis. 2016.
Quantitative Yield. Research on Crop
Respon
Pertumbuhan
Vegetatif
Ecophysiology. 10 (2): 33-40
Tanaman Tebu (Saccharum officinarum)
Hunsigi, G. 2011. Potassium Management
Ratoon
1
terhadap
Pemberian
Strategies To Realize High Yield And
Kombinasi Pupuk Organik dan Pupuk
Quality Of Sugarcane. Karnataka J.
Anorganik. Jurnal Agro Industri
Agric. Sci. 24 (1) : 45-47.
Perkebunaan. 4(2).
Kaushik, K., R. Nisha, K. Jogjaeeta and C.P
Chandraju, S., C. S. Chindankumar and R.
Kaushik. 2005. Impact of Long and
Venkatachalapathy. 2010. Irrigation
Shot Term Irrigation of a Sodic Soil
impact of Distillery Spentwash on
With Distilley Effluent in Combination
Growth, Yield, and Nutrient of Leafy
With Bio-amendments, J. Bioresource
Vegetables. Bioresearch Bulletin. 2: 83Technology. 9: 1860-1866
90
Kristinawati, A. S. D. 2016. Karakteristik
Lahan Tebu (Saccharum officinarum L.) di
Kebun Pusat Penelitian Perkebunaan
http:/jtsl/ub.ac.id
9
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol x No x:xxx-xxx 2017
Gula Indonesia Kecamatan Bugul
Kidul Pasuruan. (Skripsi). Universitas
Brawijaya. Malang.
Kuntohartono,
T.
2009.
Stadium
Pertumbuhan Tebu. Gula Indonesia
XXIV (4): 3-8.
Lakitan, B. 2012. Dasar- Dasar Fisiologi
Tumbuhan. Raja Grafindo Persada.
Jakarta
Madejon, E., Diaz, M.J. Lopez, R. Murillo and
F. Cabrera. 1995. Corn Fertilization
With Three (Sugarbeet) Vinasee
Composts. Fresenius Envir. 4.
Mulyadi, Muhammad. 2006. Standar Penilaian
Kesuburan Lahan untuk Tanaman
Tebu. Pusat Penelitian Perkebunaan
Gula Indonesia. Pasuruan.
Nursyambi, D., K. Idris, S. Sabiham, D.A.
Rachim and A. Sofyan. 2008. Pengaruh
Asam Oksalat, Na+, NH4+, dan Fe3+
terhadap Ketersediaan K Tanah,
Serapan N, P, dan K Tanaman, serta
Produksi Jagung pada Tanah- Tanah
yang Didominasi Smektit. Jurnal Tanah
dan Iklim 28: 69-82
Pikukuh, P., Djajadi, S. Y. Tyasmoro and N.
Aini.
Pengaruh
Frekuensi
dan
Konsentrasi Penyemprotan Pupuk
Nano
Silika
(Si)
Terhadap
Pertumbuhan
Tanaman
Tebu
(Saccharum officinarum L.). Jurnal
Produksi Tanaman. 3(3): 249-258.
Prawirosemandi, Marsadi. 2011. Dasar- Dasar
Budidaya Tebu dan Pengolahan
Hasilnya. UM Press. Malang.
Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia.
2013. Buku Saku Mengenal Varietas.
Pasuruan.
Rokhman, H., Taryono dan Supriyanta. 2014.
Jumlah Anakan dan Rendemen Enam
Klon Tebu (Saccharum officinarum) Asal
Bibit Bagal, Mata Ruas Tunggal, dan
Mata Tunas Tunggal. Jurnal Vegetalika.
3(3).
Sarjono, H and W. Julianita. 2013. SPSS VS
Lisrel. Jilid 2. Salemba Empat Press.
Surabaya. p 85-90.
Silahooy, C. 2008. Efek Pupk KCl dan SP-36
Terhadap Kalim Tersedia, Serapan
Kalium dan Hasil Kacang Tanah
(Arachis hypogaea L.) pada Tanah
Brunizem. Bul. Agron. 36 (2): 126-132.
Sparks, D. L. 2001. Dynamics of K in Soils
and Their Role in Management of K
Nutrition. Department of Plant and
http:/jtsl/ub.ac.id
Soil Sciences University of Delaware.
New Delhi.
Subandi. 2013. Peran dan Pengelolaan Hara
Kalium untuk Produksi Pangan di
Indonesia. Pengembangan Inovasi
Pertanian. 6 (1): 1-10.
Syekhfani. 2004. Penentuan Dosis Pupuk
Organik. Materi Pelatihan Penelitian
Sistem Pertanian Organik Fakultas
Pertanian
Universitas
Brawijaya.
Malang.
Tejada, M., J. L. Moreno, M. T. Hernandez
and G. Garcia. 2007. Application of
two beet vinasse in soil restoration
effects on soil properties in an arid
environment in Southern Spain.
Agriculture,
Ecosystem
and
Environment. 119: 289-298.
Triantarti., Syekhfani, Fitringdyah, Yuliatun,
D. Gustomo dan A. T. Permana. 2015.
Dekomposisi Blotong dengan Bahan
Tambahan Vinase Dan Abu Ketel
Untuk Meningkatkan Produktifitas
Tanaman Tebu. Badan Penelitian
Tanaman Serat.
Vadivel, R., P. S. Minhas, S. Kumar, Y. Singh,
N. Rao and A. Nirmale. 2014.
Significance of Vinasses Waste
Management in Agriculture and
Environmental Quality-Review. African
Journal of Agricultural Research. 9 (38):
2862-2873.
Wijarnako, A., Sudaryono dan Sutarn. 2007.
Karakteristik Sifat Kimia dan Fisika
Tanah Alfisol di Jawa Timur dan Jawa
Tengah. Jurnal Iptek Tanaman Pangan.
2 (2). 213-214.
Download