Journal Reading Estimasi waktu sejak kematian mempertimbangkan pembentukan rigor mortis Peninjau : Dheayu Nidya R. (201810401011018) Mirna Nastiti L.M (201810401011026) Pembimbing : dr. Tutik Purwanti, Sp.F SMF FORENSIK RS BHAYANGKARA KEDIRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2018 LANDASAN TEORI Tanatologi adalah pengetahuan yang mempelajari perubahan-perubahan pada tubuh seseorang yang telah meninggal. Berguna untuk : • Menentukan apakah seseorang benar-benar telah meninggal atau belum • Menentukan berapa lama seseorang telah meninggal • Membedakan perubahan-perubahan post mortal dnegan kelainan-kelainan yang terjadi pada waktu korban masih hidup Kusuma Erfan S., Solichin S., Hoediyanto, et al. 2012. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Ed. VIII Hal. 276-279. Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya Stadium Cellular Death • • • • • Menurunnya suhu mayat (argor mortis) Munculnya lebam mayat (livor mortis) Munculnya kaku mayat (rigor mortis) Perubahan pada kulit dan mata Pembusukan dan saponifikasi Kusuma Erfan S., Solichin S., Hoediyanto, et al. 2012. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Ed. VIII Hal. 276-279. Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya Definisi : Rigor mortis adalah tanda kematian yang dapat dikenali berupa kekakuan otot yang irreversible yang terjadi pada mayat. • Kelenturan otot dapat terjadi selama masih terdapat ATP yang menyebabkan serabut aktin dan miosin tetap lentur. • Apabila orang meninggal, terjadilah perubahan ATP menjadi ADP. Sehingga apabila persediaan glycogen telah habis, maka resintesa ADP menjadi ATP tidak ada, dan semua ATP dirubah menjadi ADP, maka terjadilah kaku Kusuma Erfan S., Solichin S., Hoediyanto, et al. 2012. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Ed. VIII Hal. 276-279. Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya Kaku mayat dapat dipergunakan untuk menunjukan tanda pasti kematian.Faktor yang mempengaruhi rigor mortis antara lain : 1. Suhu lingkungan 2. Derajat aktifitas otot sebelum mati 3. Umur dan gizi Kusuma Erfan S., Solichin S., Hoediyanto, et al. 2012. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Ed. VIII Hal. 276-279. Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya 12 ________________________________________________ 2-3 6 18 24 Kusuma Erfan S., Solichin S., Hoediyanto, et al. 2012. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Ed. VIII Hal. 276-279. Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya Primary Flaccidity Rigor Mortis • Kaku Mayat Belum Lengkap (berlangsung 3 jam) • Kaku Mayat Lengkap (berlangsung 12 jam) • Kaku Mayat Mulai Menghilang (berlangsung 6 jam) Secondary Flaccidity Kusuma Erfan S., Solichin S., Hoediyanto, et al. 2012. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Ed. VIII Hal. 276-279. Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya Journal Reading Estimasi waktu sejak kematian mempertimbangkan pembentukan rigor mortis ABSTRAK Dalam kedokteran forensik, metode pembentukan rigor mortis yang digunakan dalam menetapkan waktu sejak kematian yang diduga terjadi hingga 8 jam postmortem. Metode ini secara luas dijelaskan dalam bukubuku pelajaran tentang kedokteran forensik. Kami memeriksa 314 sendi (siku dan lutut) dari 79 jenazah pada waktu yang ditentukan hingga 21 jam postmortem (hpm). Data dianalisis menggunakan random intercept model. Di sini, kami menunjukkan bahwa pembentukan terjadi pada 38,5% sendi pada 7.5 hingga 19 hpm. Oleh karena itu, rentang waktu maksimum untuk pembentukan rigor mortis tampaknya 2,5 kali INTRODUKSI Dalam menentukan estimasi waktu kematian menggunakan dasar metode “suhu” dan “nonsuhu”. Dimana, pembentukan rigor mortis merupakan metode “non-suhu” pembentukan rigor mortis dianggap sebagai tanda waktu maksimum sejak kematian 8 jam hingga 12 jam Menurut Henssge et al pada tahun 2000 melaporkan kasus yang “menunjukkan bahwa batas atas 8 jam bukan waktu maksimum munculnya rigor mortis sejak kematian, karena 9,4 hpm rigor mortis tetap ada”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengklarifikasi (1)apakah pembentukan rigor mortis dapat diamati lebih dari 8 jam dan, (2) berapa jam post-mortem pembentukan rigor mortis bisa terjadi. METODE • Antara Juli 2007 dan Juli 2009, rigor mortis hilang di 314 sendi (lutut, siku) dari 79 jenazah pada interval post-mortem yang ditentukan antara 7,5 dan 21 hpm • Intensitas terjadinya rigor mortis dicatat secara semikuantitatif (negative, moderate, dan strong) • Jenazah dipindahkan dipindahkan ke kamar jenazah dalam waktu maksimum 5 jam setelah kematian. • Tubuh disimpan pada suhu sekitar 20–21 ° C • Jenis kelamin, usia, TB, BB dan BMI di catat Selama fase pertama penelitian, rigor mortis hilang pada 174 sendi dari 44 jenazah pada 7,5 sampai 10,5 hpm. Pada fase kedua, kami memeriksa 140 sendi pada 35 kasus setelah hilangnya rigor mortis pada 15 hingga 21 hpm. • Data di analisis menggunakan Statistical Package for the Social Science (SPSS, versi 19.0.0). • Variabel BMI, jenis kelamin, usia, penyebab kematian dan penyakit yang mendasari, dapat dikaitkan secara baik dengan waktu post mortem. • Penyebab kematian dan penyakit yang mendasari dapat dikelompokkan untuk analisis statistik (kardiovaskular, infeksi, kanker, dsb.). • Lokasi sendi (lutut, siku) dan bagian tubuh (kanan dan kiri) di perhitungkan. • P values < 0,05, dianggap signifikan. HASIL DAN DISKUSI Hours postmortem Number of joints Positive Strong Intermediate Moderate re- re- re- re- (hpm) examined establishment, establishment establishment establishment % (n) (n) (n) (n) 7.5 6 66.6 (4) 4 0 0 8 24 54.2 (13) 3 8 2 9 20 40 (8) 2 6 0 10 70 54.3 (30) 12 17 9 10.5 54 55.5 (30) 10 16 4 15 32 25 (8) 4 4 0 18 68 23.5 (16) 0 4 12 19 20 20 (4) 0 4 0 20 12 0 (0) 0 0 0 21 8 0 (0) 0 0 0 Total 314 38.5% (n=121) 35 59 27 • Tiga puluh enam kematian yang terjadi dialami oleh perempuan, dan 43 terjadi pada laki-laki. Usianya berkisar antara 25 hingga 93 tahun. • Rigor mortis muncul di 121 dari 314 sendi (38,5%) pada interval antara 7,5 dan 19 jam. • 79% kematian menunjukkan munculnya rigor mortis, dikelompokkan sesuai dengan interval waktu pemeriksaan terpanjang. • 40,5% kasus menunjukkan hasil positif hingga 19 jam. • 66.6% muncul setelah 7.5 jam dan 20% hilang setelah 19 jam. Efek ini signifikan secara statistik (P < 0,001). • Pada skala empat poin (kuat, menengah, sedang, negatif), tingkat yang diharapkan dari munculnya rigor mortis menurun sekitar satu tingkat setelah 10 jam (kemiringan −0.9 per 10 jam dengan 95% CI [−1.4; .0.4], Gambar. 2). • Setelah 15 jam, munculnya rigor mortis lengkap dapat diamati dalam penelitian ini (Tabel 1). • Menurut data yang didapat, sejumlah besar kasus menunjukkan munculnya rigor mortis hingga dipertahankan selama 19 jam • Tidak ada hubungan antara kemungkinan munculnya rigor mortis dan lokasi pemeriksaan sendi, kiri atau kanan tubuh, jenis kelamin, usia, penyebab kematian, penyakit yang mendasarinya dan BMI. • Faktor yang dianggap terlibat dalam pembentukan rigor mortis, seperti waktu onset, konten ATP, aktivitas otot atau suhu sekitar KESIMPULAN • Rigor mortis muncul pada interval antara 7,5 jam sampai 19 jam. • Rigor mortis lengkap muncul setelah 15 jam. • Tidak ada hubungan antara kemungkinan munculnya rigor mortis dan lokasi pemeriksaan sendi, kiri atau kanan tubuh, jenis kelamin, usia, penyebab kematian, penyakit yang mendasarinya dan BMI. TELAAH JURNAL 1. Judul Artikel Jurnal : Estimation of the time since death-reconsidering the re-establishment of rigor mortis 2. Bidang Ilmu Pengetahuan : Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal 3. Gambaran Umum : a. Latar Belakang : Salah satu hal terpenting pada kasus forensik adalah estimasi waktu sejak kematian, salah satunya yang digunakan adalah pembentukan rigor mortis. Dalam buku pelajaran dan publikasi saat ini, pembentukan rigor mortis dianggap sebagai tanda waktu maksimum sejak kematian 8 jam terkadang 8 sampai 12 jam. Meskipun, ini memiliki implikasi penting untuk penilaian forensik, data yang tersedia untuk mendukung batas waktu ini masih langka. b. Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengklarifikasi apakah pembentukan rigor mortis dapat diamati lebih dari delapan jam dan berapa jam post mortem rigor mortis bias terjadi. c. Tempat : University Medical Centre Hamburg, Germany. d. Sampel : Semua pasien meninggal di University Medical Centre Hamburg, Germany. e. Waktu : Pengambilan data dilakukan pada Juli 2007 sampai Juli 2009. f. Metode Penelitian : Tidak dicantumkan Telaah Kritis a. Judul Judul dari penelitian ini sudah cukup baik karena peneliti sudah menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh masyarakat. b. Latar Belakang Latar belakang pada penelitian ini kurang berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai. Penulis tidak menjelaskan data-data dari penelitian yang sebelumnya yang digunakan sebagai dasar penelitian ini. Hal ini ditunjukkan pada kalimat “While this has important implications for forensic assessment, available data to support this time limit are scarce.” c. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini sudah baik karena peneliti sudah memaparkan secara jelas tujuannya dilakukan penelitian ini yakni, untuk mengklarifikasi apakah pembentukan rigor mortis dapat diamati lebih dari delapan jam dan berapa jam post mortem rigor mortis bisa terjadi. d. Metode Penelitian Pada jurnal tersebut metode sampling, metode penelitian, dan uji penelitian tidak dicantumkan, sehingga menurut kami : • Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling, karena sampel yang digunakan adalah 79 jenazah pada waktu yang ditentukan hingga 21 jam post mortem (hpm) dengan variabel memeriksa sendi siku dan lutut, jenis kelamin, usia, BMI, penyebab kematian dan peyakit yang mendasari. • Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cohort • Uji Penelitian yang digunakan pada penelitian ini e. Pembahasan Dalam bagian pembahasan, peneliti hanya menjelaskan munculnya rigor mortis digunakan untuk menentukan waktu saat kematian yaitu kurang dari 8 jam dan dipertahankan selama 19 jam. Peneliti tidak menjelaskan sendi-sendi yang terlibat dalam pembentukan rigor mortis dan faktor-faktor yang mempengaruhi rigor mortis. f. Hasil Penelitian Hasil penelitian menggambarkan bahwa penurunan yang cukup besar dalam persentase sendi yang menunjukkan munculnya rigor mortis dengan interval waktu lebih lama yaitu 66.6% muncul setelah 7.5 jam dan 20% hilang setelah 19 jam. Hasil penelitian disebutkan dengan jelas dan ditampilkan dalam bentuk table sehingga memudahkan pembaca untuk mengetahui nilai statistic dari penelitian ini.