Uploaded by User17271

Resume

advertisement
FINANCIAL DISTRESS dan CORPORATE GOVERNANCE :
ANALISIS EMPIRIS
Kelompok 8 [Kelas K] :
Ni Made Dita Puspitayanti
(03)
Ni Komang Dwi Mirandani
(07)
Ni Luh Eka Sari
(26)
Ni Nyoman Putu Manarawisa
(30)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
2019/2020

LATAR BELAKANG
Pasar modal, pengguna dari laporan keuangan dan profesi akuntan belakangan ini
menunjukkan beberapa perhatiannya pada kegagalan perusahaan dan kelemahan pada
struktur corporate governance perusahaan. Ketika sebuah bisnis perusahaan memburuk
sampai pada titik dimana bisnis tersebut tidak bertemu dengan kewajiban keuangannya, maka
perusahaan dikatakan memasuki tahap financial distress. Tanda pertama biasanya berupa
pelanggaran perjanjian hutang ditambah dengan pengurangan dari pembagian deviden.
Selanjutnya, perusahaan yang mengalami financial distress cenderung memiliki corporate
governeance yang lemah, yang diukur dengan komposisi dan struktur dewan direksi mereka.

MOTIVASI RISET
Pada tahun 1980-an dan 1990an, dengan kebangkrutan perusahaan mencapai proporsi
epidemi, kemudian munculah kritik yang berhubungan dengan kelemahan struktur corporate
governance. Karakteristik dewan direksi merupakan target utama dari terbentuknya kritik
corporate governance. Atas dasar fenomena tersebut lah penelitian ini dilakukan, yaitu untuk
menilai hubungan antara status financial distress dan beberapa karakteristik corporate
governance dari perusahaan,

LANDASAN TEORI
Hubungan teoritis antara corporate governance dan financial distress berasal dari literatur
teori organisasi. Teori organisasi adalah studi tentang bagaimana organisasi menjalankan
fungsinya dan bagaimana mereka mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang-orang yang
bekerja di dalamnya ataupun masyarakat di lingkup kerja mereka. Hasil penelitian Baysinger
and Butler's (1985) menunjukkan bahwa derajat kesehatan keuangan berdampak oleh
komposisi dewan direksi karena perusahaan dengan kinerja di atas rata-rata mempunyai
persentase dari direktur luar yang tinggi daripada perusahaan yang memiliki kinerja dibawah
rata-rata. Direktur luar dipercaya mampu menyediakan beberapa keunggulan, dibandingkan
dengan rekan-rekan orang dalam mereka.

HIPOTESIS
1. Pengaruh proporsi direktur luar dan struktur direktur terhadap status financial
distress
Dewan direksi dari perusahaan yang mengalami financial distress cenderung memiliki
anggota luar yang jauh lebih sedikit. Hasil penelitian Baysinger and Butler's (1985)
menunjukkan bahwa derajat kesehatan keuangan berdampak oleh komposisi dewan
direksi karena perusahaan dengan kinerja di atas rata-rata mempunyai persentase dari
direktur luar yang tinggi daripada perusahaan yang memiliki kinerja dibawah rata-rata.
Direktur luar dipercaya mampu menyediakan beberapa keunggulan, dibandingkan dengan
rekan-rekan orang dalam mereka. Selain itu, penelitian Pfeffer (1972) menemukan bahwa
persentase direktur dalam lebih tinggi pada dewan direksi dari perusahaan yang
mengalami penurunan. Berdasarkan kerangka teori antara financial distress dan struktur
dan komposisi dewan direksi, dihopetsiskan bahwa :
H1
: Proporsi direktur luar berpengaruh negatif dengan status financial distress.
H2
: Perusahaan dengan kondisi financial distress memiliki kejadian yang lebih besar
pada penggabungan struktur dewan direksi daripada perusahaan sehat.
2. Pengaruh proporsi direktur luar dan struktur direktur terhadap status perusahaan
financial distress yang telah mengalami pergantian direktur.
Pergantian direktur untuk perusahaan yang berkinerja buruk adalah lebih tinggi untuk
dewan direksi yang sebagian besar berasal dari direksi luar, dan lebih seperti untuk dewan
direksi yang tidak menggabungkan tanggungjawab direkturnya. Dengan kata lain, ketika
orang dalam mendominasi dewan direksi mereka, perusahaan yang mengalami financial
distress cenderung lebih sedikit mengalami pergantian pada direkturnya. Berdasarkan
penjelasan tersebut maka dihipotesiskan bahwa :
H3 : Proposi direktur luar adalah berpengaruh positif dengan status dari perusahaan
dengan kondisi financial distress yang telah mengalami pergantian direktur.
H4 : Perusahaan dengan kondisi financial distress yang mengalami perubahan direktur
mempunyai insiden pengabungan struktur direktur yang lebih rendah.

VARIABEL DEPENDEN
Penelitian ini menggunakan dua variabel dependen sehingga disebut variabel dikotomi.
Variabel dependen pertama adalah status financial distress dari perusahaan. Perusahaan
financial distress diberi kode 1 dan perusahaan sehat diberi kode 0.
Variabel dependen yang kedua adalah karakteristik corporate governance yang berhubungan
dengan pergantian direktur dalam perusahaan yang mengalami financial distress. Kode 1
untuk perusahaan dengan kondisi financial distress yang berpengalaman dalam pergantian
direktur selama periode penelitian dan kode 0 untuk perusahaan dengan kondisi financial
distress tanpa pergantian direktur.

VARIABLE INDEPENDEN
Variabel independen dalam penelitian ini adalah :
1. %OUTSIDE mewakili persentase dari anggota dewan yang dianggap direktur luar.
Definisi direktur luar yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsisten dengan
beberapa penelitian sebelumnya. Hal tersebut memperlakukan semua direktur yang saat
ini tidak dipekerjakan oleh perusahaan sebagai orang luar, dan memperlakukan semua
karyawan saat ini sebagai orang dalam. Pada analisis selanjutnya, definisi tersebut selaras
dengan definisi Bursa Efek Toronto (TSE), dimana direktur independen dalam mereka
tidak memiliki afiliasi dengan perusahaan. Mengikuti Weisbach (1988), Vicknair et al.
(1993) dan Beasly (1996), ``direktur abu-abu'' juga dipertimbangkan. Direktur abu-abu
adalah orang luar yang merupakan sumber potensial dari pelanggaran independensi
dewan karena afiliasi mereka dengan manajemen.
2. BOSS mewakili struktur direktur yang digunakan untuk menguji struktur dewan dan
dominasi oleh direktur. Variabel ini merupakan variabel dummy dengan nilai 1 jika
dewan direksi juga merupakan seorang direktur, dan untuk nilai 0 merupakan
kebalikannya.

VARIABEL KONTROL
1. AUDITCOM adalah komite audit yang berperan dalam memantau status keuangan
perusahaan dan membuat kelompok ini berada di posisi yang tepat untuk melindungi
minat pemegang saham. AUDITCOM adalah variabel dummy dengan nilai 1 jika komite
audit benar-benar terdiri dari orang luar, dan nilai 0 jika sebaliknya.
2. BLOCKHLD adalah persentase kumulatif saham biasa yang dimiliki oleh pemegang
saham dengan lebih dari 20% saham dan yang tidak berafiliasi dengan manajemen.
3. LIQUIDITY adalah rasio perbandingan dari aset dengan kewajiban. Likuiditas
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
4. LEVERAGE adalah rasio hutang jangka panjang, termasuk bagiannya saat ini dari total
aset mereka.

POPULASI dan SAMPEL
Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan publik yang laporan keuangannya tersedia di
Ontario Securities Commission and the Quebec Securities Commission pada periode (19941998). Sampel yang dihasilkan berdasarkan purposive sampling terdiri dari 92 perusahaan
publik dari Kanada, 46 diantaranya berada dalam kondisi financial distress dan 46
perusahaan dengan kondisi sehat.
Perusahaan yang mengalami financial distress didasarkan dengan persyaratan berikut :
1) Perusahaan yang terdaftar di Kanada dan mengalami laba per saham negatif
2) Perusahaan yang dapat diidentifikasi pelaporan keuangannya dan dipublikasikan secara
umum periode 1994-1998
Masing-masing 46 perusahaan yang mengalami financial distress kemudian dicocokan
dengan perusahaan sehat berdasarkan persyaratan berikut :
1) Perusahaan sehat didefinisikan sebagai perusahaan yang menyajikan laba per saham
positif selama lima tahun dari 1994 hingga 1998.
2) Perusahaan sehat berada di industri yang sama dengan perusahaan yang mengalami
kesulitan jika mereka serupa dalam hal ukurannya. Perusahaan dianggap serupa dalam hal
ukuran jika total aset mereka berada dikisaran rata-rata total aset perusahaan yang
mengalami kesulitan (satu standar deviasi).
3) Perusahaan sehat yang teridentifikasi berdasarkan langkah 1 dan 2, dimasukkan dalam
sampel akhir jika proksi-nya dan data laporan keuangan tersedia selama periode
penelitian ini (1994-1998).

TEKNIK ANALISIS
Analisis yang digunakan adalah analisis regresi logistik karena variabel dependennya
merupakan campuran antara variabel dikotomi dan variabel independen interval. Regresi
logistik adalah prosedur dimana pengambilan sampelnya berasal dari dua populasi (dimana
dalam penelitian ini merupakan perusahaan yang mengalami financial distress dan
perusahaan yang sehat).

HASIL
1. Uji hipotesis untuk H1 dan H2
H1 : Komposisi dewan direksi berbeda antara perusahaan yang mengalami financial
distress dan sehat pada analisis univariate dan multivariate. Hal ini konsisten
dengan hipotesis H1. Dewan direksi dari perusahaan yang mengalami financial
distress memiliki anggota luar yang jauh lebih sedikit. Koefisien dari %OUTSIDE
negatif dan secara statistik signifikan (p<0,01).
H2 : Lebih dari 50% perusahaan di setiap kelompok memiliki penggabungan 2 posisi
direktur (59% untuk perusahaan financial distress dan 56% untuk perusahan sehat).
Oleh karena itu, hasilnya tidak memberikan dukungan untuk hipotesis H2 yang
berarti tidak ada perbedaan pada struktur direktur antara perusahaan sehat dan yang
mengalami financial distress
2. Uji hipotesis untuk H3 dan H4
H3 : Ketika berfokus pada perusahaan financial distress untuk menguji apakah mereka
yang mengalami perubahan direktur memiliki lebih banyak orang luar, hasil dari
multivariate, regresi logistik tidak memberikan dukukan hipotesis H3. Tidak ada
perbedaan dalam komposisi dewan direksi antara perusahaan-perusahaan yang
mengalami financial distress berdasarkan pergantian direktur.
H4 : Perusahaan yang mengalami financial distress dengan pergantian direktur terlihat
lebih sedikit didominasi oleh direktur yang diukur dengan struktur direktur. Hasil
ini konsisten dengan hipotesis H4 yang berarti ada perbedaan yang signifikan pada
variabel antara perusahaan dengan kondisi financial distress yang berpengalam
dalam pergantian direktur dengan yang belum pernah.
Hasil dari variabel kontrol dan keseluruhan penilaian

Komite Audit dan Blockholder
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara perusahaan financial distress yang telah
mengalami pergantian direktur dan yang belum mengenai komposisi komite audit.
Perusahaan yang mengalami financial distress tampaknya kurang mungkin untuk
melakukan komite audit yang sepenuhnya terdiri dari orang luar, dan kemungkinan
memiliki lebih sedikit pemegang saham blok dengan lebih dari 20% saham biasa yang
beredar dan yang tidak berafiliasi dengan manajemen. Ketika berfokus pada perusahaan
financial distress yang telah mengalami pergantian direktur dan yang belum, sub
kelompok yang pertama mungkin lebih memiliki pemegang saham blok yang berasal dari
luar.

Likuiditas dan Leverage
Menunjukkan hail bahwa perusahaan yang mengalami financial distress mempunyai
signifikan leverage tinggi dan likuiditas yang lebih rendah daripada perusahaan yang
sehat.

KESIMPULAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan apakah komposisi dan struktur dewan
berkontribusi pada penjelasan mengenai status financial distress. Hasil dari penelitian ini
menyimpulkan bahwa komposisi dewan, pada kenyataannya, berkontribusi untuk
menjelaskan financial distress di luar indikator keuangan. Namun, perbedaan perusahaan
yang mengalami financial distress berdasarkan perubahan direktur sebagai proksi strategi
pergantian memberikan wawasan yang bermanfaat tentang karakteristik corporate
governance dalam konteks financial distress. Selanjutnya, pengetahuan tentang proses yang
digunakan direktur luar untuk melakukan kontrol atas kegiatan dewan akan berkontribusi
pada pengetahuan yang ada. Semoga hasil ini akan menguntungkan analisis keuangan,
investor dan profesional akuntansi. Praktisi ini juga bisa meningkatkan proses keputusan dan
evaluasi bagi perusahaan mereka yang mengalami kesulitan keuangan.

KETERBATASAN
Meskipun hasil ini menjanjikan, mereka seharusnya ditafsirkan dengan hati-hati dan tidak
melampaui konteks fokus yang disediakan. Perbedaan antara perusahaan dengan kondisi
financial distress berdasarkan pergantian direktur adalah salah satu kontribusi penelitian ini.
Penelitian ini mewakili strategi perputaran perusahaan yang efektif. Namun proksi ini
mengalami beberapa batasan. Pertama, proksi ini didasarkan pada proposisi bahwa
``penyebab masalah memiliki sedikit kredibilitas sebagai pemecah masalah'' (Whetten, 1987),
hal ini tidak jelas bahwa strategi pergantian harus dilakukan untuk menghasilkan perubahan
direktur. Direktur tidak selalu menjadi penyebabnya masalah perusahaan, dan perubahan
komposisi dewan dapat diimplementasikan tanpa perubahan direktur. Kedua, mengingat
perubahan direktur, seseorang harus amati dinamika komposisi dewan di sekitar penelitian ini
(sebelum, di dalam dan setelah), sehingga hasil ini cenderung mengabaikan dinamis. Akan
menarik untuk mengeksplorasi dinamika seputar pergantian direktur di penelitian yang akan
datang.
Download