Memberi Motivasi yang Berkesan kepada Siswa Suaru ketika guru saya berpesan,"Gemarlah membantu orang walaupun dia tidak memberi imbalan. Sebab, suatu saat jika kamu perlu bantuan, Allah akan menghadirkan orang lain yang akan membantumu." Itu kata-kata guru saya yang selalu saya ingat. Dan apa yang dikatakan beliau benar adanya.Saya senang membantu orang lain, dan saya sering mendapat bantuan yang datangnya tidak disangkasangka. Nasihat yang berkesan dari seorang guru akan terus diingat oleh siswanya. Nasihat itu akan terus memotivasi dirinya. Saat saya menjadi guru, saya terus berusaha memberi nasihat yang berkesan kepada anak didik. Hari itu giliran saya yang memberi motivasi di kelas 4, 5, dan 6 pada Senin pagi. Saya sangat bersyukur dapat kesempatan itu, sebab kami dari dewan guru yang berjumlah +-60 orang di SD kami harus menunggu giliran. Saya mencari ide, motivasi apa yang akan berkesan untuk anak didik saya. Terutama untuk siswa kelas 6 yang pada Senin itu mendengarkan motivasi terakhir sebelum UN. Akhirnya saya menyiapkan 7 lembar kertas A4 yang masing-masing saya tulisi dengan huruf K, O, R, U, P, S, dan I. Siswa kelas 4, 5, dan 6 berkumpul di masjid sedangkan siswa kelas 1, 2, dan 3 berkumpul di lapangan upacara. Pembawa acara mempersilakan saya maju. Saya ke depan barisan anak-anak yang berjumlah sekitar 500 siswa. Setelah menyatukan konsentrasi mereka, saya panggil salah seorang siswa untuk memegang huruf K, satu orang lagi memegang huruf O, dan seterusnya. Sampai huruf ketiga ternyata anakanak sudah bisa mulai bisa menebak apa kata-kata yang terbentuk. Setelah ketujuh anak berdiri di depan, saya suruh mereka berbaris menghadap teman-temannya dengan jarak satu rentangan tangan seraya mengangkat kertas itu tinggi-tinggi. Kemudian saya memimpin anak-anak melafalkan kata yang terbentuk. "Kooruupsiii....!!" Aula itu menggema. Barulah saya menyampaikan motivasi. Saya menyampaikan bahwa korupsi yang sangat memprihatinkan bangsa ini dapat dicegah dengan perilaku jujur, terutama jujur saat ujian dengan cara tidak menyontek. Saya menyampaikan dengan jelas dan bersemangat. Setelah selesai kegiatan motivasi, anak-anak bercanda ria dengan saya tentang korupsi, begitu juga pada hari-hari yang lain. Bahkan ada yang meledek saat saya agak telat masuk kelas. “Yee, bapak korupsi 5 menit.” Tentu saja saya tertawa. Tambahan lagi, ada beberapa siswa yang memperbincangkan motivasi itu di FB mereka. Alhamdulillah, saya senang. Mudah-mudahan motivasi yang saya berikan itu berkesan. Semoga siswa-siswi saya selalu ingat, bahwa ketidakjujuran (termasuk menyontek) adalah benih-benih korupsi yang tidak boleh disemai, apalagi dibiarkan tumbuh dan berkembang dalam jiwa-jiwa mereka. Semoga. Sumber: Sholehan. 2013. Memberi Motivasi yang Berkesan kepada Siswa. https://www.kompasiana.com/sholehan/552b18ec6ea8345d42552d01/memberi-motivasiyang-berkesan-kepada-siswa. (5 Juli 2019). Peran Guru Abad 21 Banyak usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan, salah satu diantaranya adalah dengan meningkatkan kualitas guru. Guru memiliki peran yang strategis dalam bidang pendidikan, bahkan sumber pendidikan lain yang memadai sering kali kurang berarti apabila tidak didukung oleh keberadaan guru yang berkualitas. Kinerja dan kompetensi guru memikul tanggung jawab utama dalam transformasi orientasi peserta didik dari ketidaktahuan menjadi tahu, dari ketergantungan menjadi mandiri, dari tidak terampil menjadi terampil, dengan metode-metode pembelajaran bukan lagi mempersiapkan peserta didik yang pasif, melainkan peserta didik berpengetahuan yang senantiasa mampu menyerap dan menyesuaikan diri dengan informasi baru dengan berpikir, bertanya, menggali, mencipta dan mengembangkan cara-cara tertentu dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupannya. Dengan kata lain, guru merupakan ujung tombak dalam upaya peningkatan kualitas layanan dan hasil pendidikan. Singkatnya, guru merupakan kunci utama dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan. Oleh karena itu, sangatlah wajar bila akhir-akhir ini pengakuan dan penghargaan terhadap profesi guru semakin meningkat, yang diawali dengan dilahirkannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen, yang segera diikuti dengan peraturan perundang-undangan yang terkait sangat dinamis yang terjadi di tengah-tengah masyarakat dewasa ini. Profesionalisme guru memiliki posisi sentral dan strategis. Karena posisinya tersebut, baik dari kepentingan pendidikan nasional maupun tugas fungsional guru, semuanya menuntut agar pendidikan dilaksanakan secara profesional. Guru profesional adalah guru yang memiliki keahlian, tanggung jawab, dan rasa kesejawatan yang didukung oleh etika profesi yang kuat. Untuk itu ia harus telah memiliki kualifikasi kompetensi yang memadai: kompetensi intelektual, sosial, spiritual, pribadi dan moral (Mohamad Surya, 2003: 28). Sejak munculnya gerakan global yang menyerukan model pembelajaran baru untuk abad ke21, telah berkembang pendapat bahwa pendidikan harus diubah. Perubahan ini penting untuk memunculkan bentuk-bentuk pembelajaran baru yang dibutuhkan dalam mengatasi tantangan global yang kompleks. Standar baru diperlukan agar siswa kelak memiliki kompetensi yang diperlukan pada abad ke-21. Sekolah ditantang menemukan cara dalam rangka memungkinkan siswa sukses dalam pekerjaan dan kehidupan melalui penguasaan keterampilan berpikir kreatif, pemecahan masalah yang fleksibel, berkolaborasi dan berinovasi. Tentu guru harus bisa menjadi perantara utama dalam mensukseskan siswa. Karenanya, seorang guru perlu menguasai berbagai bidang, mahir dalam hal pedagogi termasuk inovasi dalam pengajaran dan pembelajaran, memahami psikologi pembelajaran dan memiliki keterampilan konseling, mengikuti perkembangan tentang kebijakan kurikulum dan isu pendidikan, mampu memanfaatkan media dan teknologi baru dalam pembelajaran, dan tetap menerapkan nilai-nilai untuk pembentukan kepribadian dan akhlak yang baik. Banyak faktor yang berkontribusi terhadap kinerja akademik siswa, termasuk karakteristik individu dan pengalaman keluarga. Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa, diantara faktor-faktor yang berhubungan dengan sekolah, guru adalah faktor paling penting. Guru yang profesional adalah yang memiliki pengaruh kuat terhadap prestasi siswa, sekalipun teknologi di era digital berkembang sangat pesat, dan tidak peduli bagaimana konsep pendidikan. Peran guru dalam abad ke-21 seharusnya bergeser dari berpola "penanam pengetahuan", menuju peran sebagai pembimbing, pengarah diskusi dan pengukur kemajuan belajar siswa. Tujuan utama dari pembelajaran abad ke-21 adalah membangun kemampuan belajar individu dan mendukung perkembangan mereka menjadi pebelajar sepanjang hayat, aktif, mandiri; oleh karena itu guru perlu menjadi "pelatih pembelajaran", yang memberikan bimbingan untuk membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan dan menawarkan berbagai dukungan yang akan membantu siswa mencapai tujuan belajar mereka. Guru sebagai pelatih pembelajaran akan mendorong siswa untuk berinteraksi dengan pengetahuan untuk memahami, mengkritisi, memanipulasi, mendesain, membuat dan mengubahnya. Guru perlu memperkuat keingintahuan intelektual siswa, keterampilan mengidentifikasi dan memecahkan masalah, dan kemampuan mereka untuk membangun pengetahuan baru dengan orang lain. Profesionalisme guru di abad ke-21 bukanlah guru yang mahir dalam setiap topik dalam kurikulum, namun harus menjadi ahli dalam mencari tahu bersama-sama dengan siswa mereka, tahu bagaimana melakukan sesuatu, tahu bagaimana cara untuk mengetahui sesuatu atau bagaimana menggunakan sesuatu untuk melakukan sesuatu yang baru. Peran penting yang seharusnya dimiliki seorang guru abad ke-21 adalah peran mereka sebagai role model untuk kepercayaan, keterbukaan, ketekunan dan komitmen kepada siswanya dalam menghadapi ketidakpastian di abad ke-21. Sumber: Bayu Aji, Rahmat. 2018. "Guru Seharusnya" dalam Pembelajaran Abad 21. https://www.kompasiana.com/rchmtbayuaji/5bdeff5cab12ae50847065b3/guru-seharusnya-dalampembelajaran-abad-21?page=all. (6 November 2018)