Uploaded by Leonardo EL Lano Refialy

Trauma Sistem Muskuloskeletal

advertisement
BUKU AJAR
TRAUMA MUSKULOSKELETAL
Oleh
Armis, MD, SpB, SpBO
SUB BAGIAN BEDAH ORTHOPEDI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
JOGJAKARTA
BAB
TRAUMA MUSKULOSKELETAL
I
DENGAN KEGAWATANNYA
Survei Primer
1. Manajemen
2. Jalan Nafas (Air way)
3. Pemafasan (Breathing)
4. Sirkulasi (Circulation)
5. Resusitasi
6. Pemeriksaan Nerologi( Neurologic Disability)
Survei Sekunder
1. Komplikasi
2. Beberapa
Kondisi
Lain
Yang
Memeriukan
(Emergency ):
a. Trauma Crush
b. Sindrom Kompartemen
c. Fraktur Terbuka
d. Trauma Tulang Belakang
e. Fraktur Pelvis
f.
Fraktur Tulang Panjang
g. Dislokasi
h. Efusi
i.
Trombus Vena Profunda (TVP)
j.
Fraktur Tersembunyi
k. Luka Gigitan
3. Pencegahan
4. Terminologo / Sinerai
5. Soal-Soal
Penanganah
Segera
SATUAN ACARA PENGAJARAN - 1
(SAP-1)
Mata Kuliah
: Trauma Muskuloskeletal
Pertemuan ke
: Satu
Waktu Pertemuan
: Satu jam
Nomer Kode / SKS :
A. Tujuan Instruksional
1. Umum
:Pada akhir pertemuan, diskusi, dan peragaan, mahasiswa
dapat memahami dan melakukan penatalaksanaan life
saving dan life limb pada penderita yang mengalami
gangguan distribusi oksigen secara efekfjf dan efisien
dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan
pencegahan trauma secara keselumhan.
2. Khusus
: Memahami
deskripsi /
terminotogi,
penyebab,
diagnosis, dan penatalaksanaan kegawatan seperti life
aving dan life limb maupun komplikasi trauma
musculoskeletal agar penderita tetap survive dengan
harapan angka kejadian morbiditas dan mortalitas dapat
ditekan.
B. Pokok Bahasan
: Trauma Muskuloskeletal dengan Kegawatannya
C. Sub Pokok Bahasan :
1. Batasan / terminologi trauma musculoskeletal dan kegawatannya
2. Masalah kegawatan
3. Diagnosis dan kegawatan
4. Tindakan life saving dan life limb pada trauma musculoskeletal
5. Pencegahan trauma
D. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Tahap
Kegiatan Pengajaran
Kegiatan Mahasiswa
1
2
3
Pendahuluan ™ Menjelaskan masalah
trauma muskuloskeletal
Memperhatikan dan
Media/alat
Multimedia
memahami
™ Menjelaskan TIU dan TIK
Penyajian 1
™ Menjelaskan dan
Membicarakan /
menjawab diskusi
mendiskusikan dan
beberapa batasan
menanggapi
Multimedia
trauma musculoskeletal
dan penyebabnya
Penyajian 2
™ Menjelaskan dan
Membicarakan /
menjawab diskusi
mendiskusikan dan
masalah kegawatan
menanggapi
Multimedia
pada trauma
musculoskeletal seperti:
sindr. Kompartemen,
trauma crush, trauma
tulang belakang, fraktur
terbuka, fraktur pelvis,
fraktur tulang panjang,
dislokasi sendi, efusi dan
trombus vena profunda
serta lika gigitan
Penyajian 3
™ Menjelaskan dan
menjawab cara membuat
Mendiskusikan dan
Multimedia
menanggapi
diagnosis kegawatan
trauma musculoskeletal
seperti di atas
Penyajian 4
™ Menjelaskan dan
menjawab maslah
tindakan life saving dan
limb pada trauma
Mendiskusikan dan
menanggapi
Multimedia
muskuloskeletal seperti
resusitasi, debridement
dan irigasi, fasiotom
pemberian antitrombin,
biknat evakuasi cairan
sendi, pemasangan
pembidaian sementara,
dan reposisi dislokasi
Penyajian 5
™ Menjelaskan pencegahan
trauma muskuloskeletal
Penutup
™ Dengan penjelasan di
Mendiskusikan dan
menanggapi
Membuat rangkuman
atas mahasiswa dapat
dari bahan pertemuan
memahami beberapa
pertama
terminology, melakukan
file saving dan life limb
dengan diagnosis,
kegawatan yang akan
terjadi serta komplikasi
dan melakukan tindakan /
pencegahannya
Multimedia
TRAUMA SISTEM MUSKULOSKELETAL
Objektif :
Mahasiswa harus dapat :
1. Memahami epidemiologi muskulosketal
Trauma yang tidak diperkirakan, atau bunuh diri maupun akibat
pembunuhan merupakan penyebab kematian yang terbanyak antara umur 1
sampai 44 tahun dan merupakan urutan ketiga dari angka kematian di Amerika
bahkan urutan nomor satu di Asia. Menurut penelitian pada tahun 1995
diperkirakan 150.000 kematian sebagai akibat dari trauma dengan 2,6 juta
penderita harus dirawat di rumah sakit dari 37 juta orang yang datang berobat ke
Bagian Gawat Darurat akibat trauma dan didominasi oleh kecelakaan naik
sepeda motor sebagai penyebab kematian serta merupakan urutan kedua
kecelakaan nonfatal. Faktor utama adalah kecepatan kendaraan, pengendara
peminum alkohol atau karena intoksikasi obat.
Kecelakaan jatuh dari ketinggian akibat memperbaiki atap rumah
merupakan faktor utama kecelakaan nonfatal yang memerlukan perawatan di
Rumah Sakit di Amerika, tapi di Asia merupakan penyebab kematian pada
trauma karena jatuh dari pohon. Pada umur kurang dari 5 tahun yang datang ke
bagian gawat darurat akibat kecelakaan jatuh dari ketinggian; 95% tidak
memerlukan perawatan di rumah sakit, lain halnya pada anak diatas 5 tahun
umumnya akibat kecelakaan bermain, umur dewasa akibat jatuh dari pekerjaan,
tapi umur tua ( di atas 65 tahun ) kecelakaan jatuh merupakan penyebab utama
kematian. Kecelakan nonfatal pada orang ini umumya terjadi fraktur pada sendi
panggul dan radius distal. Fraktur sendi panggul akan menurunkan kualitas hidup
penderita tersebut. Anda harus memikirkan faktor penderita seperti kelemahan
otot, penglihatan kabur ( gangguan visus ), status mental dan lingkungan seperti
penerangan kurang, lantai yang licin akan meningkatkan angka kejadian fraktur
tersebut.
Perlu Anda diketahui bahwa trauma pada sistem muskuloskeletal dapat
terjadi pada tulang seperti fraktur, pada sendi sehingga menimbulkan subluksasidislokasi, fraktur-dislokasi, fraktur intra-artikular dan instabilitas sendi, pada
jaringan lunak otot, tendo, ligamen, meniskus dan pada neuro-vaskular seperti
teriihat pada Gb 1.
2. Mengetahui dan mengerjakan tindakan life saving pada penderita trauma
Manajemen
Tujuan tindakan setiap penderita trauma pada umumnya adalah life
saving dan life limb dalam art! memaksimalkan survival penderita, dan save joint
agar outcome fungsinya tercapai optimal juga. Kebutuhan oksigen penderita
adalah prioritas utama dan sangat diperlukan secepatnya sebagai save life, bila
ini tidak tercapai maka kerusakan otak penderita menjadi irreversible. Oleh
karena itu tindakan memperbaiki jalan napas, respirasi penderita dan sirkulasi
darah yang akan mendistribusi oksigen ke organ-organ atau ke jaringan perifer
merupakan tindakan utama dan sangat diperlukan ( ABC / air way, breathing dan
circulation).
3. Mengerjakan intubasi sebagai tindakan awal pada gangguan jalan nafas
Jalan Napas (Air way)
Jalan napas di mulai dari hidung dan mulut sampai ke paru-paru
penderita. Jalan inilah yang perlu Anda kontrol dengan melakukan pemasangan
endotracheal intubation bila ada obstruksi, atau kemungkinan terjadi hambatan
seperti edema di leher. Ketrampilan pemasangan tube tersebut perlu Anda
punyai dan perlu diingat banwa penderita dalam keadaan koma selalu dipikirkan
trauma servikal sampai pada pemeriksaan sekunder tidak terbukti. Artinya
pemasangan endotracheal tersebut kepaia dan leher penderita harus diimobilisasi dengan collar brace atau bantalan pasir yang diletakkan kanan-kiri
leher penderita.
4. Memahami gangguan respirasi pada penderita trauma
Pernafasan (Breathing )
Trauma pada torak yang menimbulkan, hemotorak, pneumotorak, flail
chest atau fraktur tulang iga ( fraktur kosta ) akan mengakibatkan penurunan
ventilasi. Gangguan difusi oksigen di paru-paru karena berkurangnya fungsi
paru-paru atau menurunkan frekuensi respirasi karena ada rasa nyeri. Oleh
karena itu yang perlu Anda pikirkan adalah melakukan evakuasi pneumotorak
dengan memasang WSD ( water seal drainage ), menutup luka pada flail chest
dan stabilisasi floating segmenfdinding torak tersebut.
5. Melakukan resusitasi cairan / darah pada penderita sok
Sirkulasi (Circulation)
Berkurangnya jumlah oksigen di perifer akibat gangguan distribusi /
sirkulasi akan mengakibatkan sok Pulsus penderita akan melemah, kecil sampai
tidak teraba, palltor, kulit terasa dingin, dan berkeringat. Permulaan penderita
gelisah sampai tidak sadar. Periu Anda ketahui bahwa adanya takhikardi seperti
denyut nadi lebih dan 120 permenit pada penderita dewasa, anak-anak dua kali
lipat dan orang dewasa merupakan tanda awal akan terjadinya sok.
Penyebab sok pada trauma umumnya akibat perdarahan. Perdarahan
ekstemal Anda harus menghentikan perdarahan tersebut dengan bebat menekan
pada survei awal ( primary survey ). Jangan melakukan pengikatan atau alat
hemostat untuk hal tersebut. Bila tidak ada perdarahan ekstemal maka Anda
memikirkan perdarahan internal yang biasanya perdarahan di rongga pelvis,
abdomen atau rongga torak. Tapi pada fraktur tertutup seperti fraktur femur atau
fraktur terbuka dapat menimbulkan sok.
Tidak semua sok disebabkan oleh perdarahan, tapi dapat juga akibat dan
jantung itu sendiri tidak mampu mendistribusikan darah ke perifer sehingga
disebut sok kardiogenik seperti cardiac tamponade atau trauma tulang belakang
yang menyebabkan hilangnya tonus vasomotor sehingga terjadi vasodilatasi
perifer dan disebut sok neurogenik. Perbedaan antara sok hemorrhagic dengan
sok kardiogenik dan sok neurogenik yartu adanya hipotensi tanpa takhikardi.
Mengatasi keadaan ini Anda harus melakukan pemberian cairan kristaloid
atau darah dan dalam keadaan terpaksa dapat menggunakan darah O dengan
Rh negatif. Pemberian vasopressor agent akan membantu, kecuali bila akibat
perdarahan.
Resusitasi
Ketiga tindakan diatas, jalan napas, pernafasan dan sirkulasi disebut
resusitasi yang dikerjakan pada survei awal sehingga objektifnya adalah
mempertahan dan menjamin akan kebutuhan oksigen penderita. Setelah jalan
napas terjamin dan ventilasi 100% telah dimulai maka dilakukan resusitasi cairan
dengan memasang infus jarum nomer 16 atau lebih besar lagi secara
intravenous. Bila terjadi kesukaran pada anak-anak dapat menggunakan kanalis
medularis tibia atau femur.
Penderita hipotensi dan takhikardi diberikan cairan laktat 2 liter ( 20 ml/kg
berat badan untuk anak-anak ) secepat mungkin. Bila vital sign terkoreksi baik
maka cairan perinfus dipertahankan, tapi bila tidak terkoreksi maka ditambah lagi
2 liter dan tranfusi darah harus segera dipikirkan.
6. Memahami pemeriksaan neurologis pada penderita trauma
Pemeriksaan Nerologi (Neurologic Disability)
Pada pemeriksaan neurologis Anda dituntut untuk membuktikan adanya
trauma kepala sejak survei awal dilakukan dengan cara pemeriksaan Glasgow
Coma Scale ( tabel 1 ) dan pemeriksaan neurologis keempat anggota gerak.
Terakhir pada survei awal ini adalah melepaskan seluruh pakaian penderita agar
tidak ada kelainan yang teriupakan dengan istilah exposure dan setelah itu
penderita diberi selimut agar tidak terjadi hipotermi.
Eye opening (E)
Variable
score
Best Motor Respose (M)
Variable
Verbal Response (V)
score Variable
score
Spontaneous
4
Obeys
6
Oriented
5
To speech
3
Local
5
Conf. convers.
4
To pain
2
Withdraws
4
Inappr.Words
3
Nil
1
Abnor. Flexion
3
Incompr.Sound
2
Extens. response
2
Nil
1
Nil
1
Skor koma (coma score) adalah jumlah E + M + V, jumlah 15 adalah baik, 13 –
14 adalah mild, 8 – 12 adalah moderate, dan kurang dari 7 adalah sereve, hal ini
perlu dipikirkan hematoma untuk dilakukan pembedahan.
7. Memahami pemeriksaan sekunder pada penderita trauma
Pemeriksaan sekunder (Secondary Survey)
Setelah dilakukan tindakan resusitasi pada primary survey maka Anda
memulai pemeriksaan sekunder secara teliti dan rinci yang dimulai dari kepala
sampai ujung kaki. Pada leher Anda selalu mencurigai trauma servikal apalagi
penderita tidak sadar. Lihat apakah ada hematoma, edema atau luka yang akan
mengakibatkan gangguan jalan napas. Pemeriksaan gerakan leher harus hatihati karena trauma tulang servikal. Kelainan neurologis dan gangguan fungsi otot
hams dicatat. Pemeriksaan X-ray harus dikerjakan bila data pemeriksaan Minis
mencurigai adanya trauma disitu atau penderita tidak sadar. Plain radiograph
adalah step awal dengan tiga proyeksi yaitu lateral, A-P dan proyeksi odontoid.
CT-scan dibutuhkan bila penderita tidak kooperatif. Selama belum terbukti, collar
brace atau alat imobilisasi tulang itu tetap terpasang.
Kemudian Anda lanjutkan pemeriksaan torak dan abdomen. Pemeriksaan
bagian belakang daerah itu penderita dimiringkan dengan hati-hati dan leher
dipertahankan dalam posisi netral. Pemeriksaan fisik daerah tersebut Anda
lakukan dari inspeksi, palpasi perkusi dan dan auskultasi. Pemeriksaan colok
dubur ( rectal taucher examination ) harus dikerjakan bersamaan dengan
pemasangan kateter. Adanya darah dengan penyimpangan pada pemeriksaan
colok dubur diperkirakan trauma anorektal; hilangnya tonus otot sphincter ani
berarti telah terjadi trauma tulang belakang dan bila lokasi prostat bergeser ke
atas menujukkan adanya trauma urethrae dan umumnya ditemukan darah di
orifisium urethrae externum.
Pemeriksaan pelvis bertujuan untuk menilai stabilitas dengan cara
menekan tulang tersebut. Bila tidak stabil maka Anda berasumsi telah terjadi
trauma di pelvis. Pemeriksaan plain radiograph akan meperjelas diagnosis fraktur
pelvis,
sehingga
sok
penderita
diperkirakan
akibat
perdarahan
pelvis.
Pemasangan pelvic damp dapat menghentikan perdarahan, tapi trauma vaskular
akibat penusukan firagmen fraktur tulang pelvis merupakan masalah besar
karena repair arteri disana sangat sukar. Oleh karena itu dipikirkan tindakan
embolisasi.
Pemeriksaan ekstremrtas juga meliputi tangan dan kaki yaitu melihat
apakah ada deformitas, luka dengan tujuan membuktikan fraktur (lihat pada
halaman fraktur). Pemeriksaan gangguan neurovaskular bagian distal lesi secara
otomatis harus Anda kerjakan dan bila periu dibandingkan dengan sisi normal.
Bila terjadi penurunan kualitas nadi, kadangkala pemeriksaan angiography
dibutuhkan dengan sensitivity 100% dan specificity 98% untuk diagnosis trauma
vaskular. Pemeriksaan ini mahal dan resiko komplikasi diperkirakan 4% dengan
komplikasi iatrogenik pembedahan 1%. Ultrasound adalah non invasive dan
murah dengan sensitivity 100% dan specificity 97% untuk trauma vaskular.
8. Memahami kerja tim traumatologi (ortopaedi, bedah saraf, bedah torak, bedah
rologi, bedah digestif, dll)
Komplikasi
Anda harus mencari komplikasi trauma yang harus dikerjakan segera
(emergency) seperti sindrom kompartemen pada trauma di tungkai bawah.
Apabila tidak segera maka jaringan akan nekrosis dan diganti dengan jaringan
fibrosis. Sindrom kompartemen umumnya akibat fraktur terbuka atau tertutup,
tapi dapat juga akibat kerusakan jaringan lunak yang hancur ( soft tissue crush
injury ) atau trauma vaskular. Sindrom ini dapat juga terjadi setelah melakukan
repair vaskular. Pemeriksaan kualitas nadi tidak menjamin kepastian diagnosis
sindrom kompartemen. Setiap rasa nyeri yang bertambah pada gerakan pasif
otot-otot di kompartemen itu merupakan gejala awal dan sindrom kompartemen
(Gb. 2).
9. Mengetahui akan dugaan komplikasi yang terjadi pada penderita trauma
Apabila Anda menunggu gejala 5 P (pulseless, pain, paresthesie,
paralyse dan pallor.) maka kerusakan jaringan lunak tersebut menjadi
irreversible. Oleh sebab itu bila rasa nyeri tadi semakin hebat pada prosedur di
atas dan Anda merasakan adanya tekanan yang meningkat bila dibandingkan
dengan sisi sehat maka tindakan fasiotomi dapat dipertanggungjawabkan di
daerah. Idealnya pemeriksaan objektif dengan memakai alat pengukur tekanan
kompartemen. Fasiotomi dalam keadaan mendesak dapat dikerjakan di ruang
gawat darurat, tapi idealnya adalah di kamar operasi.
Beberapa Kondisi Lain Yang Memerlukan Penanganan Segera
(Emergency)
Trauma atau penyakit pada muskuloskeletal dalam kondisi tertentu
memerlukan penanganan secepatnya, bila tidak dilakukan maka dapat berakibat
kerusakan atau gangguan fungsi (impairment). Oleh sebab itu Anda harus
melakukan pemeriksaan fisik yang teliti kalau periu melakukan atau meminta
pemeriksaan
tambahan
seperti
pemeriksaan
X-ray,
laboratorium
dan
sebagainya.
Sebagai contoh seorang datang dengan keluhan rasa nyeri di bahu kanan
karena kecelakaan sepeda motor. Pada pemeriksaan ditemukan fraktur klavikula
dan fraktur ini jelas tidak memerlukan penanganan secepatnya. Bila nyeri
tersebut karena kontusi miokardiai akibat trauma maka penanganan harus
segera dilakukan bila terjadi cardiac tamponade. Contoh lain seorang datang
dengan nyeri di tumit kanan akibat jatuh dan pohon, maka Anda memeriksa juga
kaki kiri, femur, sendi panggul dan tulang belakang. Bila terdapat kelainan pada
femur atau dislokasi sendi panggul atau trauma pada tulang belakang maka ada
tindakan secepatnya terhadap kelainan tersebut. Pada topik ini akan dibicarakan
beberapa kondisi yang memerlukan tindakan secepatnay sebagai berikut:
10. Mengetahui komplikasi trauma crush terhadap fungsi ginjai, jantung dan saraf
Trauma Crush
Trauma crush adalah trauma kompresi pada ekstremitas dalam waktu
lama sehingga dapat mengakibatkan jaringan lunak yang terkena mengalami
iskhemi dan hilangnya integritas sel sehingga potasium dan mioglobin yang ada
di datam sel itu keluar. Sodium, chloride, kalsium, dan air masuk ke dalam sel itu.
Masuknya kalsium ke dalam sel akan mengakibatkan kerusakan seluler yang
bersifat irreversibel. Pergeseran cairan akan menimbulkan sok hipovolemik.
Kerusakan vaskular akan menimbulkan edema / swelling dan gangguan
keluamya ion-ion dan cairan.
Pengeluaran komponen-komponen di otot tersebut akan mengakibatkan
hiperkalemia, mioglobinemia, hipokalsemia, hiperuresemia, hiperfostamia dan
asidosis metabolik. Periu Anda ketahui bahwa fungsi ginjai itu dipengaruhi oleh
potasium, fosfat dan mioglobin dalam jumlah kecil, bila dalam konsentrasi tinggi,
mioglobin
Trauma crush dapat juga mengganggu fungsi saraf seperti paralisis tipe flaksid
(flaccid paralysis ) dan hilangnya sensasi seperti trauma pada tulang belakang.
Perbedaannya pada pemeriksaan colok dubur didapatkan tonus otot sphincter an
dan fungsi kandung kemih dalam batas normal demikian juga adanya defisit
asimetri. Pengerasan daerah lesi dan edema yang disertai rasa nyeri hebat perlu
dipikirkan sindrom kompartemen. Terabanya pulsus di daerah perifer bukan
jaminan untuk mengatakan sindrom kompartemen tidak terjadi ( lihat pada
fraktur).
Pemeriksaan
potasium
laboratorium
dan
mioglobinuria
dan
terdapat
mioglobin.
dapat
Urin
dibuktikan
peningkatan
berwama
dengan
creatine
kinase,
kemerahan
akibat
pemeriksaan
mikroskopik
bahwa tidak adanya sel darah merah. Pemeriksaan jantung ( cardiac
monitor)
diperiukan
karena
trauma
crush
akan
menimbulkan
masalah
fungsi organ tersebut.
11. Melakukan resusitasi cairan dan pemberian biknat
12. Alasan pemberian bikarbonas di resusitasi tersebut
Penanganan segera harus dilakukan seperti prosedur ABC karena
adanya gangguan jantung dan respirasi ( lihat pada topik di atas ). Resusitasi
cairan dengan menggunakan cairan fisiologis secara intravenous guna
mencegah gagal ginjal dan meminimalkan fluktuasi metabolisme seperti
mioglobinuria,
hiperkalemia,
hipofostamia,
hiperuresemia
dan
asidosis.
Tertambatnya resusitasi (lebih dari 12 jam ) akan meningkatkan angka kejadian
gagal ginjal menjadi 100%. Pemberian cairan secepatnya sebanyak 1,5 -2 L dan
kemudian dipertahankan 12 L tiap hari. Pemberian biknat untuk mencegah
asidosis.
13. Memahami dan melakukan tindakan pembilahan gip atau fasiotomi pada
sindrom kompartemen
Sindrom Kompartemen
Pada tungkai bawah atau lengan bawah terdapat kompartemen yang
terisi oleh otot-otot dan neurovaskular. Bila terjadi peningkatan tekanan
intrakompartemen atau rongga kompartemen itu menyempit (pemasangan gip
atau pembidaian) akan menimbulkan peningkatan tekanan disitu dan terjadi
iskhemi. Bila tidak dilakukan dekompresi serabut otot akan diganti oleh jaringan
fibrosis (Volkmann contracture). Oleh karena itu Anda harus segera melakukan
fasiotomi ( lihat pada topik di atas atau pada fraktur).
Fraktur Terbuka
Diagnosis fraktur terbuka secara Minis jarang sekali membuat kesalahan,
apalagi bila Anda melihat fragmen melalui luka. Fraktur ini umumnya akibat
trauma dengan energi besar sehingga 30 % disertai trauma daerah lain oleh
sebab itu prosedur life saving seperti pada topik sebelumnya periu dilakukan
secepatnya. Karena adanya luka maka fraktur terbuka punya potensi terjadi
infeksi, maka tindakan debridemen dan irigasi segera dilakukan. Tindakan ini
sangat membantu kerja sel fagosit ( macrophage ) dalam mencegah terjadi
kejadian infeksi. Bersamaan tindakan itu juga diberikan antibiotika spektrum luas
dan anti tetanus. Untuk uraian yang lengkap dapat dibaca pada topik fraktur.
14. Melakukan debridemen, irigasi dan antibiotik pada fraktur terbuka serta
pemasangan imobilisasi sebagai pertolongan awal
15. Mengetahui level lesi di tulang belakang
16. Melakukan pertolongan sementara pada lesi di servikal
Trauma Tulang Belakang
Trauma pada tulang belakang dapat mengakibatkan fraktur tanpa
gangguan neurologis. Bila energi lebih hebat lagi dapat merusak medulla spinalis
sehingga menimbulkan gejala kelumpuhan seperti tetraplegik atau paraplegik
Anda harus memeriksa sensibel kulit karena dengan mengetahui mapping
gangguan neurologis itu Anda dapat mengetahui level lesi tulang belakang.
Pemeriksaan colok dubur secara berkala akan membantu dalam menentukan
prognosis lesi tersebut. Fraktur daerah servikal dapat mengakibatkan tetraplegik
bahkan kematian penderita. Kejadian yang paling sering adalah lesi daerah
servikal dan torako-lumbal, adapun torak paling jarang karena adanya tulang iga
/ kosta yang membantu stabilitas tulang belakang tersebut.
Tindakan life saving diperlukan terutama lesi daerah servikal dengan
collar brace sebagai tindakan awal. Untuk pemeriksaan X-ray servikal diperlukan
proyeksi lateral, AP dan proyeksi odontoid, adapun pemeriksaan tulang belakang
torakal dan lumbosakral bila penderita mengeluh nyeri pinggang (tow back pain).
Pada pemeriksaan CT-scan bila penderita mengalami defisit neurologis dengan
fraktur tulang belakang belum terindentifikasi.
17. Memahami akan terjadinya hipovolemi pada fraktur pelvis
Fraktur Pelvis
Rongga pelvis terdapat organ-organ seperti vesika urinaria, bagian distal
traktus digestivus, pleksus pudendus, arteria iliaka, saraf skiatik dan lain
sebagainya. Pada trauma energi berat akan mengakibatkan fraktur pelvis dengan
komplikasi perdarahan disamping trauma di organ lain. Darah dapat tertimbun
dalam rongga tersebut akibat perdarahan dan tulang pelvis atau akibat tusukan
fragmen sehingga terjadi robekan pembuluh darah. Apabila Anda membuat
diagnosis fraktur pelvis dengan cara pemeriksaan klinis adanya wama kebiruan
daerah pelvis, hematom di simfisis atau skrotum ( laki-laki ) dengan tulang pelvis
tidak stabil, tenderness serta krepitasi dan diperkuat dengan pemeriksaan X-ray,
maka segera mempersiapkan tindakan life saving akibat sok karena perdarahan
(lihat pada topik diatas).
Pemeriksaan colok dubur akan mengetahui trauma di saiuran urogenital
dan tonus otot sphincter ani dalam hubungannya dengan trauma tulang
belakang. Pemeriksaan angiography pada trauma pembuluh darah kadangkala
dibutuhkan bila perdarahan tidak dapat diatasi. Pemasangan fiksasi luar segera
dilakukan. Penyambungan arteri di daerah pelvis sangat sukar dengan resiko
kematian
yang
tinggi,
tapi
terapi
embolisasi
dapat
dikerjakan
untuk
mengatasinya.
18. Memahami akan terjadi emboli lemak dan akibatnya
Fraktur Tulang Panjang
Fraktur tulang panjang umumnya disebabkan oleh trauma dengan energi
berat sehingga Anda harus juga memikirkan kemungkinan terjadi trauma di
daerah lain (organ lain) yang dapat mengancam jiwa penderita disamping
kehilangan darah yang akan menimbulkan sok hipovolemik walaupun sangat
jarang.
Komplikasi fraktur tulang panjang sangat jarang karena kemajuan
peralatan, teknik operasi dan rehabilitasi yang canggih. Komplikasi awal yang
pertu Anda perhatikan adanya sindrom emboli lemak (fat embolism syndrome)
dengan karakteristik adanya penurunan respirasi, panas, perubahan mental dan
trombositopenia. Hal ini disebabkan butiran-butiran lemak masuk ke dalam
sirkulasi darah. Adapun komplikasi fraktur itu sendiri meliputi non-union,
pemendekan, dan artritis pasca traumatik.
Penegakkan diagnosis secara klinis fraktur tulang panjang sangat mudah
(lihat pada fraktur) tapi jangan lupa Anda mencari gangguan neurovaskular
bagian distal lesi tersebut Pemeriksaan X-ray hanya bersifat konfirmasi dan
perencanaan tindakan atau prognostik terhadap fraktur itu maupun untuk
medikolegal nantinya.
19. Mengetahui penatalaksanaan sementara pada fraktur tulang panjang
Managemen fraktur tulang panjang pertama melakukan pemasangan
bidai (temporary splinting) dengan menjaga kelurusan (alignment) karena
tindakan
ini
sebagai
imobilisasi,
dapat
menghentikan
perdarahan
dan
menghilangkan rasa nyeri. Kedua adalah pemberian obat menghilang rasa nyeri
dan terakhir segera berkonsultasi dengan ahli bedah orthopaedi untuk terapi
definitif. Adapun terapi tersebut sangat tergantung akan tipe fraktur, dan trauma
organ lain yang menyertainya. Pada prinsip terapi yang akan dilakukan adalah
memperpendek tinggal di Rumah Sakrt, mobilisasi penderita secepatnya, dan
mengurangi terjadinya komplikasi.
20. Mengetahui tindakan manipulasi pada dislokasi sendi
Dislokasi
Dislokasi dapat dinyatakan bahwa tidak ada kontak permukaan sendi
tapi
bila
sebagian
mengakibatkan
masih
terputusnya
berhubungan
kelurusan
disebut
sendi
subluksasi,
tersebut
sehingga
Dislokasi
dapat
menimbulkan teregangnya neurovaskular di sekitar sendi, dan iskhemia
permukaan sendi dan dapat berakhir dengan amputasi. Oleh sebab itu Anda
harus melakukan reposisi secepatnya, sehingga degenerasi sendi atau
gangguan fungsi dapat dikurangi
21. Mengetahui tindakan aspirasi sendi pada kondisi efusi
Efusi ( Effusion )
Efusi adalah penumpukan cairan abnormal dalam rongga sendi. Bila
cairan abnormal tersebut berupa darah atau pus maka proses ini menjadi akut,
Akan berbeda dengan proses inflamasi yang bisa dari jaringan lunak disekitar
sendi itu atau dari tulang dan ini umumnya adalah proses kronis.
Tujuan dari managemen efusi sendi adalah membuat diagnosis yang
akurat, memberikan secepatnya antibiotik untuk yang mengalami infeksi sendi
dan obat antiinflamasi, dan mencegah terjadi rasa nyeri dan kerusakan sendi.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tindakan secepat pada efusi sendi
pada proses infeksi dengan cara mencegah menyebamya bakteri dan kerusakan
permukaan sendi tersebut seperti pembenan obat anti bakterial yang sesuai,
aspirasi secara berkala atau arthrotomy / arthrocentesis dan melakukan
pencucian sendi ( surgical lavage ) walaupun kedua tindakan masih dalam
perdebatan dari ahli-ahli orthopaedi dunia.
22. Memahami cara diagnosis TVP
Trombus Vena Profunda ( TVP / Deep Venous Thrombosis )
Trombus vena prof unda (TVP) sangat berbahaya karena dapat
menimbuikan emboli pulmo (EP) dan berakhir dengan kematian penderita secara
mendadak Oleh karena itu Anda harus memikirkan bahwa setiap tindakan
pembedahan terencana sendi panggul dan lutut serta fraktur ekstremitas bawah
mempunyai resiko terjadinya TVP dan EP; maka pemberian anti trombus sebagai
pencegahan harus dipersiapkan dalam rangka menurunkan angka morbiditas
dan mortalitas.
Menurut Virchow (1856), TVP dapat disebabkan salah satu dari tiga
penyebab
ini
yaitu:
stasis
aliran
vena,
trauma
endothelial,
dan
hiperkoagulabilitas. Sebagai contoh penderita tidur dalam posisi tertelentang
(supine position) sewaktu pembedahan akan menyebabkan penurunan aliran
vena ke jantung demikian juga pemasangan gip atau pembidaian akan
menimbuikan stasis aliran vena. Trauma endothelial dan teriepas jaringan
jaringan ini akan meningkatkan faktor resiko hiperkoagulabilitas. Faktor resiko
lainnya adalah congestive heart failure, keganasan, kehamilan, penggunaan
kontaseptif oral, genetik, dan riwayat imobilasasi lama.
23. Mengetahui penatalaksanaan pencegahan TVP
Pembentukan trombus di ekstremitas bawah dapat mengakibatkan
tromboplebitis (Thrombophlebitis) yang merupakan inflamasi di pembuluh vena.
Pembekuan darah umumnya terbentuk di lumen ini dan dapat teriepas mengikuti
aliran sebagai emboli ke proksimal sampai ke jantung dan bernenti di pulmo yang
menmbulkan EP. Pada keadaan akut akan terjadi hipoksia sehingga terjadi
penurunan perfusi. Bila terjadi oklusi total akan menimbulkan kelemahan jantung
(cardiac failure) dan kematian.
Pemeriksaan fisik seperti rasa nyeri dan ditemui adanya edema / swelling
di ekstremitas yang terkena tidak sensitif untuk membuat diagnosis secara
akurat. Pemeriksaan radiologi dibutuhkan biia terapi dilakukan. Pemeriksaan
Doppler ultrasound mempunyai sensitifitas dan spesifisitas lebih 90% pada
daerah lutut; tapi pemeriksaan Doppler ini telah tergeser dengan prosedw
plethysmography.
Anda harus dapat mengenal keluhan dan gejala dan EP seperti sesak
napas ( dyspnea ), tachypnea, hipoksia, nyeri dada pleuritik, dan hemoptysis.
Pemeriksaan skan perfusi ventilasi merupakan tes utama untuk mendeteksi EP
karena gas radioaktif yang diberikan intravena dapat menekan distribusinya ke
pulmo pada waktu inhalasi sehingga bila terdapat defek maka diagnosis EP
dapat ditegakkan.
Pemberian antikoagulan seperti heparin, low molecular-weight heparin,
thrombin inhibitor, dan warfarin dapat digunakan sebagai profilaksis dan terapi.
Setiap obat-obat tersebut mempunyaj keuntungan dan kerugian ( risk and
benefit) dan pemilihan yang terbaik masih dalam perdebatan di dunia penelitian..
Perdarahan akibat pemberian obat-obat tersebut diatas perlu Anda prediksi
dengan monitor secara berkala karena dapat menimbulkan strok perdarahan (
hemorrhagic stroke ) dan perdarahan hebat ( massive internal bleeding ). Perlu
diketahui bahwa kerusakan katup vena dan hipertensi vena khronis dapat
mengakibatkan TVP kronis
24. Memahami penatalaksan aan fraktur tersembunyi
Fraktur Tersembunyi (Occult Fracture)
Fraktur tersembunyi yang dimaksud adalah fraktur tapi tidak dapat
dideteksi pada penilaian radiograph seperti fraktur skapoid (scaphoid), fraktur di
pusat pertumbuhan ( epiphyseal plate ), dan fraktur di panggul. Apabila terjadi
kelambatan diagnosis akan mengakibatkan peningkatan kejadian morbitas. Lebih
20% fraktur skapoid tidak teriihat di radiograph, dan fraktur akan teriihat setelah
proses dekalsifikasi terjadi yaitu 10 hari atau 2 minggu pasca trauma.
25. Memahami penatalaksanaan fraktur tersembunyi
Tulang skapoid di vaskularisasi deh cabang arteri palmaris distalis,
dimana masuk melalui bagian distal tulang skapoid. Bila terjadi trauma pada
tulang ini dengan pergeseran maka arteri tersebut akan putus dan ini akan
menimbulkan osteonekrosis. Oleh karena itu setiap kemungkinan fraktur tulang
ini walaupun belum terjadi pergeseran memeriukan tindakan imobilisasi segera
dalam posisi netral agar tidak akan terjadi pergeseran fragmen. Imolibilisasi
dihentikan dalam follow up tidak ditemukan adanya fraktur.
Anda harus dapat menegakkan diagnosis fraktur skapoid secara klinis,
karena ketiga gejala ini seperti nyeri tekan di daerah snuffbox, sakit tekan di
tuberde skapoid pada palpasi, dan nyeri pada penekanan sesuai aksis panjang
metakarpal pertama ( axial loading ) dengan melakukan gripping sendi
metakarpal pertama dalam posisi ekstensi dan sedikit abduksi serta menekan ke
arah proksimal akan menguatkan diagnosis tersebut. Perlu Anda ketahui letak
anatomis snuffbox, adalah lekukan yang terjadi dari tendon ekstensor polisis
longus di sisi uinar, ekstensor polisis brevis, dan abduktor polisis longus di sisi
radial adapun tubercle skapoid terietak di distal lipatan fleksor (Gb. 3).
26. Mengetahui penatalaksan aan dari luka gigitan
Luka Gigitan
Lebih dari 3 juta penderita luka gigitan datang ke Rumah Sakit untuk
pertolongan di Amerika Serikat setiap tahun dan luka ini betul memeriukan
pertolongan
secepatnya
pada
saat
kejadian
dan
keterlambatan
sering
diakibatkan oteh faktor penderita itu sendiri.
Gigitan anjing mendominasi kejadian luka ini ( lebih 80% ) karena
masyarakat disana senang memelihara binatang tersebut dan pengobatannya
sangat mudah tanpa komplikasi. Kemudian disusul gigitan kucing. Gigitan
manusia, binatang liar dan sebagainya jarang terjadi.
Hal yang sangat khusus adalah gigitan manusia akibat perkelahian
dengan meninju mulut lawannya dan mengenai gigi sehingga terjadi luka yang
terkontaminasi dengan sekresi mulut (Gb.4). Lokasi umumnya di daerah kaput
metakarpal dengan luka abrasi / laserasi yang cepat sekali terjadinya infeksi yaitu
berupa
selulitis,
necrotizing
fasditis,
tenosynovitis,
septic
arthritis,
dan
osteomielitis.Sama halnya pada luka gigitan kucing dengan bakteri yang
umumnya adalah aerobic dan anaerobic.
Gigitan anjing dan manusia dapat menimbulkan cms/7 injury dan gigitan
anjing yang mendadak tanpa dirangsang / diganggu periu dipikirkan rabies,
sementara gigitan kucing berupa luka tusuk dan aberasi. Oleh karena itu biia
Anda menemukan penderita luka gigitan periu melengkapi jenis binatang, waktu
kejadian, dan mengenai status tetanus inokulasi dan penurunan sistem immun
penderita seperti, kencing manis, splenektomi, dan penyakit vaskular perifer
karena penyakit-penyakit tersebut merupakan faktor resiko terjadinya infeksi.
Pemeriksaan fisik Anda fokuskan pada kulit, tendo, sendi, tulang, dan
status neurovaskular. Adanya fluktuasi, sinus dengan pustulasi, dan eritem
merupakan tanda terjadinya infeksi. Luka gigitan pada tangan akibat perkelahian
memukul dengan kepalan tangan pada mulut lawan periu dinilai sendi didekat
luka, dan tendo ekstensor. Pemeriksaan X-ray untuk mencari benda asing seperti
gigi dsb, diluka atau melihat adanya gas untuk infeksi ganggren.
Managemen luka gigitan adalah debridemen dan irigasi serta elevasi dan
imobilisasi. Bila rabies harus diberikan vaksin rabies baik aktrf maupun pasif dan
pengobatan tetanus.
27. Memahami cara preventif pada trauma musculoskeletal
Pencegahan (Prevention)
Terminologi kecelakaan (accident) adalah kejadian yang tidak dapat
dikontrol dan tidak dapat diprediksi serta sangat komplek tapi reproducible untuk
penelitian ilmiah. Oleh karena itu penting untuk menentukan faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya kecelakaan dan kemudian menghilangkannya. Sebagai
contoh pemakaian sabuk pengaman mobil (seat belt) dapat mengurangi angka
kejadian mati atau kecacatan. Demikian juga peningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan gawat darurat (high-quality health care) dan rehabilitasi akan
menurunkan angka-angka tersebut.
Pemerintah juga memegang peranan penting dalam pencegahan dengan
menegakkan peraturan-peraturan lalu-lintas, perbaikan dan sarana jalan yang
memadai serta peranan industri mobil memproduksi kendaraan yang aman
(safety car) demikian juga disiplin pengendaranya dapat menurunkan atau
menghilangkan angka kejadian kecelakaan itu.
Terminologi / Sinerai
1. Arthrocentesis
adalah
tindakan
aspirasi
cairan
sendi
dengan
menggunakan jarum.
2. Arthrotomy adalah tindakan membuka rongga sendi guna melakukan
pencucian,
3. Dislokasi
adalah
pergeseran
komplit
tulang
dan
posisi
normal
sendi sehingga menimbulkan hilangnya kontak permukaan sendi
4. Efusi adalah penumpukan cairan dalam rongga sendi.
5. Emboli pulmonum ( EP / pulmonary embolism ) adalah migrasinya
trombus dari pembuluh vena besar ke pulmo dan terjadi penyumbatan
akan menimbulkan gangguan respirasi (respiration distress) bahkan
kematian.
6. Flail chest yaitu kondisi penderita yang disertai tiga fraktur kosta atau
lebih pada dua tempat atau lebih sehingga dinding torak daerah fraktur itu
terlepas dari lainnya.
7. Osteonekrosis adalah kematian tulang akibat obstruksi aliran darah ke
tulang tersebut.
8. Pemeriksaan awal ( primary survey ) yaitu pemeriksaan dan tindakan
secepatnya pada penderita yang mengalami trauma agar vital sign stabil.
9. Pemeriksaan sekunder ( secondary survey ) adalah pemeriksaan yang
komprehensif dan teliti setelah tindakan resusitasi guna mencari trauma
anggota badan yang belum terdeteksi pada pemeriksaan awal.
10. Sindrom
kompartemen
adalah
peningkatan
tekanan
dalam
kompertemen yang dapat berakibat iskhemi pada otot-otot disitu.
11. Subluksasi adalah pergeseran inkomplit dari permukaan sendi.
12. Trauma
crush
adalah
trauma
yang
menekan
secara
berlanjut
(continuous) pada tubuh.
13. Trombus vena profunda ( TVP / deep venous thrombus )
terbentuknya
pembekuan
darah
di
vena
karena
imobilitasi,
hiperkoagulobilitas, obstruksi aliran vena, atau trauma endotelial.
SOAL-SOAL
1. Kenapa resusitasi pada penderita trauma itu penting?
2. Bila resusitasi tidak ada respon tindakan selanjutnya apa?
3. Manuver pemasangan endotracheal intubation tube yang perlu Anda
perhatikan atau dijaga apanya?.
4. Kenapa flail chest mengganggu distribusi darah ke perifer?
5. Apa kegunaan pemeriksaan neurologi? Alasannya ?.
6. Pada colok dubur ditemukan darah dengan adanya lesi anorektal,
tindakan Anda selanjutnya apa?
7. Bagaimana menentukan sindrom kompartemen secara awal?
8. Apa saran Anda dalam rangka preventif terhadap kecelakaan?
9. Apa saja akibat trauma crush terhadap penderita dan terangkan!
10. Bagaimana hasil pemeriksaan laboratorium penderita trauma crush?
11. Bagaimana penanganan penderita trauma crush ?
12. Kenapa
fasiotomi
segera
dilakukan
pada
penderita
sindrom
kompartemen?
13. Alasan apa dilakukan debridemen pada penderita fraktur terbuka?
14. Kenapa penderita fraktur pelvis harus dilakukan tindakan secepatnya?
Terangkan!
15. Kenapa fraktur tulang panjang dibutuhkan tindakan secepatnya?
16. Apa alasan dislokasi dilakukan reposisi secepatnya?
17. Kenapa setiap dislokasi sendi diperiksa stabilftas sendi tersebut?
18. Apa alasan efusi sendi dilakukan evakuasi cairan sendi itu secepatnya?
19. Apa saja penyebab terjadinya TVP?
20. Bagaimana membuat diagnosis TVP?
21. Fraktur apa saja yang termasukfraktur tersembunyi?
22. Kenapa fraktur tersebut dimasukkan dalam tindakan secepatnya?
23. Kenapa luka gigitan dimasukkan kedalam tindakan secepatnya dan
terangkan!
Download
Study collections