Berfikir Kritis Dalam Keperawatan Berfikir rasanya begitu mudah, dan sudah begitu sering kita lakukan sejak kecil. Setiap hari kita berdialog dengan diri kita, dengan orang lain, bicara, menulis, membaca suatu artikel, mengkaji suatu tulisan, mendengarkan penjelasan, mencoba menarik kesimpulan dari apa yang dilihat dan didengar. Hal itu terus menerus dilakukan, sering kali hampir tidak disadari kita menggunakan ungkapan, ini begini karena itu, karena begini, maka begitu, oleh karena itu, agar dengan demikian, berhubungan dengan ini, maka dari itu, dan lain sebagainya Namun apabila diselidiki lebih lanjut , dan terutama bila harus dipraktekkan sungguhsungguh, ternyata bahwa berfikir dengan teliti dan tepat merupakan kegiatan yang cukup sukar. Ketika kita meneliti dengan seksama dan sistematis berbagai penalaran, segera akan diketahui bahwa banyak penalaran tidak menyambung. Didalam kegiatan berfikir benar-benar dituntut kesanggupan pengamatan yang kuat dan cermat; dituntut kesanggupan melihat hubungan-hubungan, kejanggalan-kejanggalan, kesalahankesalahan yang terselubung, waspada terhadap pembenaran diri yang dicari-cari, terhadap prasangka-prasangka, terhadap pembuatan oleh rasa perasaan pribadi atau kelompok/golongan Kesadaran akan adanya kesulitan-kesulitan tersebut mendorong orang untuk memikirkan caranya berfikir, serta meneliti azas-azas hukum yang harus mengatur pemikiran manusia agar dapat mencapai kebenaran Ns. Hendrawati, S. Kep Model Berfikir Kritis Dalam Keperawatan Feeling Model Mengutamakan perasaan-perasaan, kesan-kesan terhadap data yang diberikan Perasaan-perasaan : untuk observasi sensitivitas care, concern, kewaspadaan terhadap tanda vital Ns. Hendrawati, S. Kep