Uploaded by Sonhaji Pratito

Laporan Praktikum Agroklimatologi

advertisement
LAPORAN PRAKTIKUM
AGROKLIMATOLOGI
Disusun oleh:
NAMA
: SONHAJI PRATITO
NIM
: H0217061
COASS
: RIVALDI
LABORATORIUM KIMIA TANAH
PROGRAM STUDI ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan praktikum Agroklimatologi ini disusun guna melengkapi tugas
mata kuliah Agroklimatologi. Laporan ini telah diketahui dan disahkan oleh DOsen
dan Co Asissten Agroklimatologi pada :
Hari
:
Tanggal
:
Disusun oleh :
Nama
: SONHAJI PRATITO
NIM
: H0217061
Program Studi
: ILMU TANAH
Mengetahui,
Dosen Koordinator Praktikum
Co Assisten
Agroklimatologi
Agroklimatologi
Ir. Sumani, M.Si.
NIP. 196307041988032011
Rivaldi Adnan S.
NIM. H0216054
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang tela
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Agroklimatologi ini dengan baik. Laporan ini disusun untuk melengkapi
nilai mata kuliah Kesuburan Tanah sekaligus diharapkan dapat menambah
pengetahuan tentang Kesuburan Tanah. Sebelum laporan ini disusun, penyusun
telah melakukan praktikum di Laboratorium Fakultas Pertanian, Desa Sukosari,
Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar dan di Laboratorium Kimia Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Dalam penyusunan laporan ini penulis dibantu oleh beberapa pihak yang
telah membimbing dan memberi masukan guna terselesainya buku laporan ini.
Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan izin terselenggaranya praktikum ini.
2. Dosen Pengampu mata kuliah Agroklimatologi yang telah membimbing
penulis.
3. Co-Assisten Agroklimatologi yang telah membimbing dan membantu dalam
penyusunan laporan ini.
4. Orang tua penulis dan teman – teman yang telah banyak memberikan bantuan
berupa semangat dan do’a.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna sempurnanya laporan ini.
Akhir kata penulis mengharap laporan ini berguna bagi pembaca pada umumnya
dan penulis sendiri pada khususnya.
Surakarta,
Juni 2018
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vi
I
PENGENALAN ALAT DAN PENGAMATAN UNSUR – UNSUR
CUACA SECARA MANUAL ..................................................................
A. Pendahuluan
B. Alat dan Cara Kerja
C. Hasil Pengamatan
D. Pembahasan
E. Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka
II
PENGAMATAN UNSUR – UNSUR CUACA SECARA OTOMATIS
A. Pendahuluan
B. Alat dan Cara Kerja
C. Hasil Pengamatan
D. Pembahasan
E. Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka
III
PENGARUH MULSA TERHADAP SUHU DAN KELEMBABAN
TANAH
A. Pendahuluan
B. Alat dan Cara Kerja
C. Hasil Pengamatan
D. Pembahasan
E. Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka
iv
IV
PENGARUH KERAPATAN TANAM TERHADAP IKLIM MIKRO
PERTANIAN
A. Pendahuluan
B. Alat dan Cara Kerja
C. Hasil Pengamatan
D. Pembahasan
E. Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka
V
PENGARUH NAUNGAN TERHADAP IKLIM MIKRO DAN
PERTUMBUHAN TANAMAN
A. Pendahuluan
B. Alat dan Cara Kerja
C. Hasil Pengamatan
D. Pembahasan
E. Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka
VI
PENGARUH RUMAH KACA DAN SCREEN HOUSE TERHADAP
IKLIM MIKRO DAN PERTUMBUHAN TANAMAN
A. Pendahuluan
B. Alat dan Cara Kerja
C. Hasil Pengamatan
D. Pembahasan
E. Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka
VII KECEPATAN ANGIN DI DALAM PERTANAMAN JAGUNG
A. Pendahuluan
B. Alat dan Cara Kerja
C. Hasil Pengamatan
D. Pembahasan
E. Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka
v
VIII KLASIFIKASI IKLIM
A. Pendahuluan
B. Alat dan Cara Kerja
C. Hasil Pengamatan
D. Pembahasan
E. Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Dinamika Tinggi Tanaman .............................................................. x
Tabel 2
Dinamika Biomassa Tanaman ......................................................... x
vii
DAFTAR GRAFIK
Gambar 1.1 ..Diagram Dinamika Tinggi Tanaman Jagung ..............................
Gambar 1.2 ..Diagram Biomassa Tanaman ......................................................
viii
I.
PENGENALAN ALAT DAN PENGAMATAN UNSUR-UNSUR CUACA
SECARA MANUAL
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Agroklimatologi merupakan suatu aspek ilmu pengetahuan yang
mempelajari hubungan antara keadaan cuaca dan problema-problema
khusus kegiatan pertanian. Pengamatan dan penelaahan ditekankan pada
data unsur cuaca mikro yakni keadaan dari lapisan atmosfer permukaan
bumi kira-kira setinggi tanaman atau obyek pertanian tertentu yang
bersangkutan. Selain itu dalam hubungan yang luas, klimatologi pertanian
mencakup pula lama musim pertanian, hubungan antara laju pertumbuhan
tanaman atau hasil panen dengan faktor atau unsur-unsur cuaca dari
pengamatan jangka panjang.
Untuk menentukan iklim suatu tempat atau daerah diperlukan data
cuaca yang telah terkumpul lama yang didapatkan dari hasil pengukuran
cuaca dengan alat ukur yang khusus atau instrumentasi klimatologi.
Alat‑alat yang digunakan harus tahan lama dari pengaruh‑pengaruh buruk
cuaca untuk dapat setiap waktu mengukur perubahan cuaca. Alat dibuat
sedemikian rupa agar hasil pengukuran tidak berubah ketelitiannya.
Pemeliharaan alat yang baik membawa keuntungan pemakaian lebih lama.
Pemasangan alat di tempat terbuka memerlukan persyaratan tertentu
agar tidak
salah
ukur,
harus
difikirkan
tentang halangan
dari
bangunan‑bangunan ataupun pohon‑pohon di dekat alat. Agar data yang
diperoleh dapat dibandingkan, kemudian perbedaan data yang didapat
bukanlah akibat kesalahan prosedur, tetapi betul‑betul akibat iklimnya yang
berbeda. Berdasakan hal tersebut perlunya adanya pengetahuan mengenai
alat-alat klimatologi tersebut, baik dari kegunaan atau fungsinya dan cara
menggunakannya. Pengetahuan akan Agriklimatologi sangat dibutuhkan
guna menunjang kemampuan praktikan dalam melakukan kegiatan
pertanian.
1
2
2. Tujuan Praktikum
Praktikum Agroklimatologi bertujuan untuk mengetahui alat-alat
pengukur unsur cuaca dan cara pengamatan menggunakan alat-alat manual
dengan baik dan benar.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum pengenalan alat dan pengamatan unsur cuaca secara
manual dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 14 April 2018 di Stasiun
Klimatologi,
Karanganyar.
Desa
Sukosari,
Kecamatan
Jumantono,
Kabupaten
3
B. Hasil Pengamatan
1. Radiasi Surya
Gambar 1. Sunshine Recorder tipe Cambell Stokes
a. Bagian-bagian utama
1) Bola Kaca Pejal.
2) Pelat logam berbentuk mangkuk, terdapat tempat kertas pencatat
dan penyangga bola kaca pejal. Pelat tempat kertas terdapat 2
macam sesuai letak tempat menurut garis lintang.
3) Kertas pias (2 macam : daerah tropis dan sub tropis)
4) Bagian dasar logam (dapat digeser atau diputar)
b. Prinsip Kerja
a. Alat Sunshine Recorder Campbell Strokes dipasang pada ketinggian
120 cm dari permukaan tanah sampai pada alat. Pada kedudukan
horisontal, kemudian menyesuaikan koordinat alat sesuai dengan
garis lintang (latitude) dan garis bujur (meridian) dari pos
klimatologi setempat.
b. Memasang kertas pias pada alat Sunshine recorder. Cahaya matahari
yang datang akan difokuskan sehingga dapat membakar kertas pias
yang dipasang pada bidang cekung. Kertas akan terbakar pada
intensitas radiasi matahari mencapai minimal yaitu 140 – 280
watt/m2 (0,2 sampai 0,4 kal/cm2/menit).
c. Menghitung persentase kertas pias yang terbakar.
d. Menggambar kertas pias yang telah digunakan.
e. Menentukan lama penyinaran matahari dalam satu hari pengamatan.
4
2. Tekanan Udara
Gambar 1.2 Barometer
a. Bagian – bagian utama
1) Skala barometer
2) Jarum penunjuk
3) Wadah logam pelingdung
b. Prinsip kerja
1) Membaca angka pada baris kedua yang ditunjukkan barometer
(ditunjukkan jarum berwarna merah), pengamatan setiap 20 menit.
2) Merekap data untuk satu hari pengamatan.
3. Suhu udara
Gambar 1.3 Sangkar Stevensen, termometer maksimum, dan
termometer minimum
a. Bagian – bagian utama
1) Termometer maksimum (cairan raksa), suhu ukur berkisar antara
30o C hingga 50o C.
5
2) Termometer minimum (cairan alkohol), suhu berkisar antara
-40o C hingga 40o C.
3) Sangkar Stevensen
b. Prinsip kerja
1) Pada termometer maksimum dipasang horisontal agak miring
sebesar 2,5 – 5 derajat karena adanya pengaruh tegangan
permukaan.
2) Cairan raksa pada termometer maksimum dilengkapi dengan bagian
penyempitan. Apabila suhu bertambah panah, maka air raksa akan
memuai dan bergerak dari bola bejana, air raksa di bagian bawah
(kiri) ke bagian atas (kanan) melalui bagian penyempitan. Bila suhu
udara kembali dingin posisi air raksa tersebut tersebut tetap seperti
pada saat suhu udara maksimum yang terukur.
3) Termometer minimum dipasang horizontal di sebelah bawah
termometer maksimum.
4) Cairan alkohol pada termometer minimum, apabila suhu bertambah
dingin maka perubahan alkohol akan bergerak ke kiri bersama-sama
dengan indeks gelas tersebut, dan apabila suhu udara naik maka
cairan alkohol akan bergerak ke kanan, tetapi indeks berwarna akan
tetap pada kedudukan suhu udara minimum yang diukur.
4. Suhu tanah
Gambar 1.4 Termometer bengkok (termometer tanah)
a. Bagian – bagian penting
1) Air raksa
6
2) Skala penunjuk
3) Tabung kaca termometer bengkok pada berbagai kedalaman ( 0 cm,
2 cm, 5 cm, 10 cm, 20 cm, 50 cm, 100 cm)
b. Prinsip kerja
1) Prinsip termometer tanah sama dengan termometer hanya saja
dengan pipa kapiler yang lebih panjang dari termometer air raksa
sesuai kedalaman masing – masing.
2) Besarnya suhu pada tiap kedalaman ditunjukkan oleh skala.
3) Pipa termometer bengkok disebabkan untuk mempermudah
pengamat dalam pembacaan nilai suhu.
5. Kelembaban udara
Gambar 1.5 Sangkar Stevensen, termometer bola basah, dan termometer
bola kering
a. Bagian – bagian utama
1) Psikrometer
a) Termometer bola basah
b) Termometer bola kering
2) Termohigrometer
b. Prinsip kerja
1) Manual
a) Termometer bola basah dipasang vertikal sebelah kanan,
sedangkan termometer bola kering sebelah kiri.
7
b) Termometer bola basah dilengkapi bejana (bola) air raksa yang
ditutup dengan kain kasa (kain katun yang tipis) yang dijenuhkan
air, sedangkan termometer bola kering dibiarkan tetap kering.
c) Termometer diventilasikan agar diperoleh suhu basah yang
benar dan terlindung dari radiasi matahari, untuk menghindari
penguapan.
d) Perbedaan pembacaan kedua temperatur disebut depresi bola
basah, digunakan untuk menghitung kelembaban relatif, titik
embun, dan tekanan uap.
2) Otomatis
a) Data kelembaban udara direkam secara otomatis pada grafik
termohigrograg, bersama dengan suhu udara.
b) Pena bagian bawah mencatat nilai kelembaban relatif,
dinyatakan mulai 0 – 100 % pada skala tegak, sedangkan skala
mendatar
menunjukkan
waktu
dalam
satu
minggu
(hari, tanggal, jam, menit).
6. Curah hujan
Gambar 1.6 Ombrograf dan ombrometer
a. Bagian – bagian utama
1) Manual
a) Alat ukur hujan biasa (rain gauge, RG), ombrograf dan
ombrometer
(1) Corong
(2) Saringan
8
(3) Bejana tampung
2) Otomatis
a) Alat ukur hujan otomatis (automatic rain fall recorder, ARR)
tipe jungkat – jungkit (tilting, tipping bucket type)
(1) Corong
(2) Saringan air
(3) Dua buah alat tampung sisi A dan B
(4) Alat pembuang air
(5) Perekam data
b. Prinsip kerja
1) Manual
a) Ombrometer
(1) Air hujan yang tertangkap oleh corong akan mengalir masuk
ke dalam bejana penampung.
(2) Pengamatan dilakukan setiap 24 jam sekali dengan cara
membuka kran pembuangan dan menampung air pada gelas
ukur.
(3) Air pada gelas ukur dilihat atau diamati tinggi air hujan
b) Ombrograf
(1) Air hujan yang masuk ke dalam corong mengalir ke tabung
penampung, sehingga air naik dan mendorong pelampung
dimana sumbunya bertepatn dengan sumbu pena.
(2) Tangkai pena bertinta ikut naik dan memberi bekas garis
pada kertas yang berskala, bergeraknya kertas searah putara
jam dan sesuai dengan waktu yang ada.
2) Otomatis
a) Air hujan yang jatuh masuk pada corong setelah melewati
saringan akan ditampung oleh salah satu sisi alat tampung,
apabila air hujan telah mencapai berat tertentu (biasanya setara
tebal hujan 0,2 mm hingga 0,5 mm), maka air hujan akan tumpah
dan terbuang melalui alat pembuang.
9
b) Alat tampung sisi A akan kosong dan alat tampung sisi B akan
terangkat dan siap menampung air, gerakan tersebut akan saling
bergantian.
7. Angin
Gambar 1.7 Anemometer dan wind vane
a. Bagian – bagian utama
1) Anemometer
a) Mangkuk berjumlah 3 buah
b) Odometer angin/ alat hitung putaran/ counter
2) Wind vane
a) Penunjuk mata angin (timur, barat, utara, selatan)
b) Kipas ekor dan ujung penunjuk
b. Prinsip kerja
1) Pada anemometer, angin yang datang akan menggerakkan mangkuk
penangkap angin, mangkuk yang bergerak akan menggerakkan
porosnya yang terhubung ke mekanisme pencatat kecepatan angin.
2) Nilai kecepatan angin dihitung dari hasil pembacaan alat hitung
putaran angin (counter), yang dibaca antara pukul 07.00 – 08.00 pagi
waktu setempat.
3) Pada wind vane, pembacaan dilakukan dengan mengamati arah
panah penunjuk yang menunjuk pada salah satu arah mata angin.
10
8. Evaporasi
Gambar 1.8 Hook gauge dan steel whee; cylinder, Floating thermometer
dan panci penguapan
a. Bagian – bagian utama
1) Steel wheel cylinder
2) Hook gauge
3) Panci penguapan
4) Termometer apung (Floating thermometer)
b. Prinsip kerja
1) Setiap akan melakukan pengamatan ujung jarum pada still wheel
harus diposisikan tepat pada pemukaan air pada hook gauge.
2) Pengukuran penguapan dari panci dilakukan setiap hari antara pukul
07.00 – 08.00 pagi waktu setempat, dengan menghitung selisih
tinggi permukaan air dari dua kali pengukuran setelah curah hujan
diperhitungkan apabla pada waktu terjadi pengukuran terjadi hujan.
11
9. Awan
Gambar 1.9 kuadran 1, kuadran 2, kuadran 3, dan kuadran 4
a. Bagian – bagian utama
1) Empat kuadran sesuai arah mata angin
b. Prinsip kerja
1) Mengarahkan pandangan ke langit, kemudian membagi menjadi
empat kuadran sesuai dengan letak kuadran menurut arah mata
angin.
2) Mengamati awan pada tiap kuadran.
3) Menentukan awan yang dominan pada tiap kuadran kemudian
memberi nama sesuai
dengan famili awan tersebut dan
ketinggiannya.
4) Menggambar bentuk awan yang ada setiap 1 jam sekali.
12
C. Pembahasan
1. Radiasi Surya
Matahari merupakan sumber kehidupan di bumi ini, memancarkan
energinya dalam bentuk radiasi yang memiliki rentang panjang gelombang
yang sangat lebar. Cahaya tampak ( = 340 − 7600 nm) tersusun atas
banyak pita warna yang berbeda – beda dari merah hingga ungu. Gradasi
warna dari merah hinga ke ungu dipengaruhi oleh perbedaan panajng
gelombang. Radiasi matahari pada tiga pita gelombang tersebut dikenal
sebagai radiasi global matahari, dan merupakan radiasi yang langsung
datang ke permukaan bumi (direct) maupun radiasi yang berasal dari
hamburan atmosfer (diffuse) (Hamdi, 2014).
Durasi penyinaran matahari dihitung berdasarkan rekaman dara
pembakaran dari kartu yang dipasang setiap hari. Panjang dara pembakaran
dapat dinyatakan dalam waktu (jam) atau dalam satuan 10 bergantung skala
kartu yang digunakan. Durasi penyinaran matahari dalam satu hari
umumnya dinyatakan dalam persentase (%), yang dapat dihitung dengan
persamaan :
=
× 100
Keterangan :
DM
= Durasi penyinaran matahari (%)
n
= Lamanya penyinaran matahari dari rekaman kartu (jam)
N
= kemungkinan maksimum durasi penyinaran matahari dan
matahari terbit hingga terbenam (jam) dari lokasi pos
klimatologi yang dihitung
BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika), telah menentukan nilai N
= 8 jam = 100%. Adanya bangunan dan pohon tinggi di sekitar alat ini, maka
dapat menyebabkan gangguan dalam pembakaran kertas grafik. Umumnya
digunakan 3 (tiga) bentuk macam kertas grafik (kartu pias) (Standar FAO):
a. Kartu lurus,
Belahan bumi utara, tanggal/bulan :
13
1 Sept – 10 Okt dan 1 Maret – 10 April
Belahan bumi selatan, tanggal/bulang :
1 Maret – 10 April dan 1 Sept – 10 Okt
b. Kartu melengkung panjang
Belahan bumi utara, tanggal/bulan :
11 April – 31 Agustus
Belahan bumi selatan, tanggal/bulan :
11 Okt – 28 (29) Februari
c. Kartu melengkung pendek,
Belahan bumi utara, tanggal/bulan :
11 Okt – 28 (29) Februari
Belahan bumi selatan, tanggal/bulan :
11 April – 31 Agustus (Soewarno, 2015)
2. Tekanan udara
Tekanan udara pada suatu permukaan adalah gaya yang diberikan
kepada suatu permukaan atau area oleh sekolom udara di atas permukaan
tersebut. Tekanan yang diberikan tersebut sebanding dengan massa udara
vertikal yang terdapat di atas permukaan tersebut sampai pada batas
ketinggian atmosfer. Hal itu menyebabkan tekanan udara di setiap tempat
berbeda menurut ketinggian dari tempat tersebut (Putera, 2016).
Ketinggian kerapatan udara (density height) adalah suatu ketinggian
dalam atmosfer standar ICAO, dimana kerapatan udaranya sesuai dengan
kerapatan udara pada suatu tempat tertentu. Semakin tinggi dari permukaan
laut, tekanan udaranya semakin turun. Hal ini disebabkan jumlah molekul
dan atom yang ada di atasnya semakin berkurang (Fadholi, 2013)
Untuk mengetahui tekanan udara pada suatu tempat dapat juga
dilakukan dengan melihat tabel tekanan udara yang berdasarkan ketinggian
tempat dari permukaan laut.
3. Suhu udara
Suhu harian rata-rata adalah suhu yang dihitung berdasarkan
pengamatan suhu dengan ajarak antar waktu satu jam. Ada kalanya dengan
14
pertimbangan tertentu untuk mendapatkan suhu jenis tersebut cukup
dilakukan 4, 3 bahkan 2 kali pengamatan saja. Jika yang terakhir ini yang
berlaku maka dua hasil pengamatan suhu itu dinamakan suhu maksimum
dan suhu minimum hari yang bersangkutan (Daldjoeni, 2014).
Suhu udara di daerah tropik dikendalikan oleh penyinara. Perubahan
suhu harian lebih besar dari pada perubahan suhu tahunan. Proses fisik dan
kimiawi dikendalikan oleh suhu, dan selanjutnya proses – proses ini
mengendalikan reaksi biologi yang berlangsung dalam tanaman. Suhu
menentukan laju difusi dari gas dan zat cair dalam tanaman. Suhu
mempunyai pengaruh yang kuat pada reaksi biokimia dan fisiologi tanaman
(Setiawan, 2009).
Iklim panas dan lembab akan mendorong timbulnya infeksi serta
kerusakan pada tanaman. Hal ini dapat menurunkan nilai produk atau
membuat kerusakan pada produk. Proses seperti ini dapat dicegah dengan
penurunan suhu di tempat penyimpanan produk yang disesuaikan dengan
kebutuhannya, atau melalui pendinginan dan penghilangan uap air.
4. Kelembaban udara
Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung
dalam udara atau atmosfer. Bersarnya tergantung dari masuknya uap air ke
dalam atmosfer karena adanya penguapan dari air yang ada di lautan, danau,
dan sungai, maupun dari air tanah, serta proses transpirasi tumbuhan.
Banyaknya air di dalam udara bergantung pada banyak faktor antara lain
ketersediaan air, sumber uap, suhu udara, tekanan udara, dan angin
(Fadholi, 2013).
Semakin tinggi suhu udara dapat menyebabkan bertambah banyak
uap air yang diserap. Bila laju penguapa sama dengan laju kondensasi maka
pada saar itu keadaan udara dinyatakan jenuh dan tidak dapat menyerap air
lagi. Molekul-molekul air akan menghasilkan tekanan uap jenuh.
Kelembaban relatif (%) dapat dirumuskan sebagai berikut :
RH =
Keterangan :
⁄
× 100
15
RH
= kelembaban relatif (%)
= tekanan uap jenuh
= tekanan uap aktual
Pada suatu atmosfer yang jenuh maka nilai
=
(Soewarno, 2015).
Kelembaban udara berkaitan dengan aktivitas transpirasi dalam
tubuh tanaman. Saat udara jenuh air maka stomata akan menutup sehingga
proses transpirasi terhenti. Akibat terhentinya proses transpirasi maka
tumbuhan akan jenuh air sehingga dapat mengalami stress.
5. Curah hujan
Hujan adalah jatuhnya hidrometeor yang berupa partikel-partikel air
dengan diameter 0.5 mm atau lebih. Jika jatuh hingga ke tanah maka disebut
hujan, akan tetapi apabila jatuhannya tidak dapat mencapai tanah karena
menguap lagi maka jatuhan tersebut disebut virga. Curah hujan merupakan
ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak
menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir.
Curah hujan 1 milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi
pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau
tertampung air sebanyak satu liter. Intensitas curah hujan adalah banyaknya
curah hujan persatuan jangka waktu tertentu. Apabila dikaitkan
intensitasnya besar berarti hujan lebat dan kondisi ini sangat berbahaya
karena dapat menimbulkan banjir, longsor, dan efek negatif terhadap
tanaman (Maulidani, 2015).
Curah hujan merupakan input utama dalam proses hidrologi suatu
kawasan (DPS). Besarnya hujan inilah yang sebenarnya dialihkan
(transformation), menjadi aliran sungai (stream flow), baik melalui aliran
permukaan (surface run off), aliran antara (interflow, sub surface flow)
maupun sebagai aliran air tanah (ground water flow). Besarnya aliran sungai
dipengaruhi oleh kondisi geologi, topografi, vegetasi, iklim, dann budi daya
manusia terhadap kawasan tersebut (Soewarno, 2015).
Daerah yang memiliki curah hujan tinggi namun tidak memiliki
vegetasi sebagai penutup lahan, maka lahan tersebut cenderung mengalami
16
kehilangan unsur hara yang penting bagi tanaman akibat terbawa air melalui
erosi.
6. Angin
Angin permukaan memiliki gaya gesek karena adanya kekasaran
permukaan bumi. Gaya gesek menyebabkan kecepatan angin melemah.
Sirkulasi umum atmosfer adalah gerak rata-rata angin di permukaan bumi.
Daerah sekitar equator yang tekanannya rendah, angin akan memusat dan
naik, dan angin permukaan akan menjadi lemah atau berubah. Gaya gradien
tekanan berarah dari tekanan tinggi subtropis menuju daerah konvergensi
intertropis, angin dibelokkan oleh rotasi bumi sehingga angin membuat
sudut pada waktu mendekati equator (Nurhayati, 2016).
Bagian – bagian udara karena pengaruh rotasi bumi bergerak dari
tempat – tempat dengan kecepatan rotasi yang lebih rendah ke tempat –
tempat dengan kecepatan yang lebih tinggi, misalnya dari lintang 30o ke
daerah ekuator. Maka pergerakan udara lebih lambat dari rotasi bumi,
sebaliknya jika udara dari lintang 40o berpindah ke wilayah lintang 60o
maka pergerakan udara akan mendahului rotasi bumi (Daldjoeni, 2014).
Angin dapat berperan dalam membantu proses penyerbukan atau
polinasi pada tumbuhan. Angin akan membawa serbuk sari terbang dari
asalnya. Namun pada kecepatan tertentu, angin dapat berubah merugikan
baik untuk manusia maupun tumbuhan. Angin dapat menyebabkan
rubuhnya tanaman, membawa organisme patogen, erosi permukaan,
gangguan polinasi, deposit benih, dan sebagainya.
7. Evaporasi
Evaporasi merupakan proses perubahan status air dari bentuk cair ke
bentuk gas. Dalam porses daur hidrologi, evaporasi merupakan perpindahan
air dari permukaan lautan dan daratan ke atmosfir. Penguapan/evaporasi air
laut merupakan tahapan pertama dalam daur hidrologi dan berpengaruh
terhadap masukan air ke dalam daratan (Wati, 2015).
Penguapan dari tanah dipengaruhi oleh kandungan air dalam tanah,
kedalaman muka air tanah, warna tanah, ada tidaknya vegetasi. Penguapan
17
permukaan tanaman disebut dengan transpirasi. Transpirasi terutama terjadi
pada siang hari , karena pada malam ahri stomata di permukaan daun
tertutup (Soewarno, 2015).
Evaporasi berperan penting dalam siklus hidrologi terutama dalam
pembentukan awan. Awan yang dihembuskan angin membawa butir-butir
air jauh ke daratan, sehingga air tidak terkonsentrasi pada daerah yang dekat
sumber air saja.
8. Awan
Awan kovektif adalah awan yang dihasilkan oleh proses konveksi
akibat pemanasan radiasi surya. Energi radiasi surya yang memanasi
permukaan tanah menyebabkan suhu lingkungan permukaan naik sehingga
mencapai suhu konveksi, akibatnya suhu massa udara lebih tinggi dari suhu
lingkungannya sehingga massa udara mampu naik ke level yang lebih
tinggi. Proses kondensasi sulit terjadi pada udara yang ebrsih (tanpa inti
kondensasi), inti kondensasi dapat berupa aerosol ataupun partikel – partikel
debu di udara (Syaifullah, 2011).
Lapisan atmosfer di atas benua maritim Indonesia, pendinginan
sangat sering disebabkan oleh ekspansi adiabatik udara yang naik melalaui
konveksi, orografi, dan konvergensi. Jenis awan yang terbentuk disebut
awan konvektif, awan orografik dan awan konvergensi. Pendinginan dapat
juga disebabkan oleh proses radiatif atau percampuran udara yang berbeda
temperatur dan kelembapannya (Tjasyono, 2012).
Awan memiliki peran penting terkait proses presipitasi dan
dinamika cuaca. Awan dalam siklus hidrologi berperan sebagai penjaga
distribusi air di bumi, sehingga air tidak terkonsentrasi di daerah dengan
ketinggian yang rendah saja. Selain itu, Awan dapat menyerap radiasi yang
dipancarkan matahari sehingga awan dapat disebut sebagai pengendali suhu
udara atau neraca panas.
18
D. Komprehensif
Unsur – unsur pembentuk cuaca dan iklim meliputi radiasi matahari,
temperatur udara, tekanan udara, angin, kelembaban udara, awan, prisipitasi
atau hujan, dan evapotranspirasi. Komponen pembentuk cuaca tersebut saling
terkait satu sama lain. Komponen pembentuk cuaca yang paling utama adalah
radiasi matahari. Radiasi matahari akan membentuk komponen – komponen
cuaca yang lain. Hal ini disebabkan radiasi matahari merupakan sumber panas
utama dalam pembentukan cuaca, walaupun bumi juga meradiasikan sejumlah
panas. Namun jumlah panas yang diradiasikan bumi terdapat dalam jumlah
kecil sehingga tidak terlalu berdampak pada cuaca ataupun iklim. Radiasi surya
berperan sebagai energi utama dalam fotosintesis pada tumbuhan berklorofil.
Lamanya radiasi yang diterima akan memanaskan permukaan bumi.
Temperatur di permukaan bumi berbeda – beda selain dipengaruhi oleh radiasi
matahari juga dipengaruhi oleh elevasi atau ketinggian tempat dari permukaan
laut. Daerah yang memiliki temperatur tinggi memiliki tekanan yang rendah
sebaliknya daerah yang memiliki temperatur rendah memiliki tekanan udara
yang tinggi sehingga udara bergerak akibat adanya perbedaan tekanan udara.
Udara bergerak dari tekanan tinggi menuju ke daerah bertekanan udara rendah.
Pergerakan udara ini disebut angin. Angin pada kecepatan tertentu dapat
membantu polinasi atau penyerbukan pada tanaman dengan cara membawa
serbuk sari dan meningkatkan transpirasi, namun pada kecepatan tertentu angin
dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman berupa deposit benih dan
gangguan pada proses polinasi. Angin juga dapat membawa patogen berbahaya
bagi tanaman sehingga dapat menurunkan produktivitas tanaman.
Radiasi matahari dapat meningkatkan evapotranspirasi sehingga
kelembaban udara naik, pada taraf tertentu evapotranspirasi akan membentuk
awan – awan. Pada taraf kelembaban tertentu, transpirasi pada tumbuhan dapt
terhenti akibat perbedaan konsentrasi air pada daun dengan udara di lingkungan
sehingga stomata cenderung menutup. Akibat terhambatnya proses transpirasi,
tanaman dapat mengalami stress karena cekaman.
19
Seluruh komponen – komponen pembentuk cuaca berperan penting
dalam aktivitas pertanian. Seiring kemajuan teknologi, manusia telah dapat
melakukan modifikasi iklim dalam skala mikro. Hal ini disebabkan semakin
tingginya kebutuhan akan pangan dan modifikasi iklim dalam skala makro tidak
mungkin dapat dilakukan. Perubahan iklim yang ekstrem sehingga perlu adanya
perencanaan dan pengembangan informasi untuk menentukan rencana terkait
manajemen sistem pertanian.
20
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Komponen penyusun cuaca dan iklim antara lain radiasi matahari,
temperatur udara, tekanan udara, angin, kelembapan udara, awan,
presipitasi atau hujan, dan evapotranspirasi. Setiap komponen saling terkait
satu sama lain. Komponen terpenting adalah radiasi matahari. Radiasi
matahari akan mempengaruhi besar kecilnya tekanan udara suatu daerah
dan evapotranspirasi. Perbedaan tekanan udara akan membentuk angin.
Angin berperan dalam pergerakan awan dalam siklus hidrologi.
Keseluruhan komponen pembentuk cuaca berpengaruh terhadap
proses pertumbuhan tanaman pertanian terutama proses fotosintesis dan
transpirasi.
Ketidakseimbangan
siklus
cuaca
akan
mempengaruhi
produktivitas tanaman.
2. Saran
Perlu diadakan kalibrasi dan perbaikan secara rutin pada instrumen
– instrumen di laboratorium Agroklimatologi Jumantono, sehingga
praktikan dapat mendapat mengerti dengan benar prinsip kerja masing –
masing alat.
DAFTAR PUSTAKA
Daldjoeni, D. 2014. Pokok – Pokok Klimatologi. Yogyakarta : Penerbit Ombak.
Fadholi, Akhmad. 2013. Pemanfaatan Suhu Udara dan Kelembapan Udara Dalam
Persamaan Regresi Untuk Simulasi Prediksi Total Hujan Bulanan di
Pangkalpinang. Jurnal CAUCHY. Vol. 3(1) : 2.
Fadholi, Akhmad. 2013. Study Pengaruh Suhu dan Tekanan Udara Terhadap
Operasi Penerbangan di Bandara H.A.S. Hananjoeddin Buluh Tumbang
Belitung Periode 1980 – 2010. Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya
(JPFA). Vol 3(1) : 3.
Hamdi, Salpul. 2014. Mengenal Lama Penyinaran Matahari Sebagai Salah Satu
Parameter Klimatologi. Jurnal Berita Dirgantara. Vol. 15(1) : 7.
HK, Bayong Tjasyono. 2012. Mikrofisika Awan dan Hujan. Jakarta : Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.
Maulidani S, Sri, Nasrul Ihsan, dan Sulistiawaty. 2015. Analisis Pola dan Intensitas
Curah Hujan Berdasarkan Data Observasi dan Satelit Tropical Rainfall
Measuring Missions (TRMM) 3B42 V7 di Makassar. Jurnal Sains dan
Pendidikan Fisika. Vol. 11(1) : 99.
Nurhayati dan Jamrud Aminuddin. 2016. Pengaruh Kecepatan Angin Terhadap
Evapotranspirasi Berdasarkan Metode Penman di Kebun Stroberi
Purbalingga. Elkawnie : Journal of Islamic Science and Technology.
Vol. 2(1) : 22.
Putera, Agusto Pramana, dan Kanton Lumban Toruan. 2016. Rancang Bangun Alat
Pengukur Suhu, Kelembaban, dan Tekanan Udara Portable Berbasis
Mikrokontroler ATMEGA 16. Jurnal Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika. Vol. 3(2) : 44.
Setiawan, Eko. 2009. Kajian Hubungan Unsur Iklim Terhadap Produktivitas Cabe
Jamu (Piper retrofractum Vahl) di Kabupaten Sumenep. Agrovigor. Vol
2(1) : 4.
Soewarno. 2015. KLIMATOLOGI; Pengukuran dan Pengolahan Data Curah
Hujan, Contoh Aplikasi Hidrologi dalam Pengelolaan Sumber Daya Air
(Seri Hidrologi). Yogyakarta : Graha Ilmu.
Syaifullah, Djazim. 2011. Potensi Atmosfer Dalam Pembentukan Awan Konvektif
Pada Pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca di DAS Kotopanjang dan
DAS Singkarak 2010. Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca.
Vol. 12(1) : 10 – 11.
Wati, Trinah, Hidayat Pawitan, Ardhasena Sopaheluwakan. 2015. Pengaruh
Parameter Cuaca Terhadap Proses Evaporasi Pada Interval Waktu yang
Berbeda. Jurnal Meteorologi dan Geofisika. Vol. 16(3) : 155 – 156.
II.
PENGAMATAN UNSUR-UNSUR CUACA SECARA OTOMATIS
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Cuaca
sangat
penting
dalam
kegiatan
pertanian,
cuaca
mempengaruhi pertumbuhan pertanian dan kegiatan usaha tani. Hasil
pertanian dipengaruhi cuaca, jika cuaca mendukung dan tanaman dirawat
dengan baik maka hasil pertanian akan maksimal. Namun jika cuaca tidak
mendukung walaupun tanaman dirawat dengan benar hasil pertanian tidak
akan maksimal. Dalam melakukan kegiatan pertanian petani harus
mengetahui unsur-unsur yang mempengaruhi cuaca, dengan begitu petani
dapat memodifikasinya dalam skala mikro. Untuk mengetahuai unsur-unsur
cuaca selain secara manual dapat pula dilakukan secara otomatis.
Alat untuk mengukur unsur cuaca secara otomatis menggunakan alat
yang merupakan gabungan dari beberapa pengukur alat secara manual yang
disebut dengan stasiun iklim. Alat ini memerlukan energi listrik dan server
yang berfungsi membaca data yang ditransfer dari stasiun. Alat ini juga
memerlukan perawatan dan pemeriksaan yang rutin. Dengan alat ini petani
mampu mengetahui beberapa unsur cuaca sekaligus.
Dengan adanya praktikum ini diharapkan mahasiswa pertanian bisa
mengenal lebih dalam alat pengukur unsur cuaca otomatis dan dapat
melakukan pengamatan dengan benar. Dengan begitu setelah nantinya
terjun di masyarakat mahasiswa dapat membagikan ilmunya kepada para
masyarakat petani. Setelah mengetahui tanaman apa yang cocok untuk
ditanam maka masyarakat akan memperoleh hasil pertanian yang maksimal
begitu juga pertanian di Indonesia.
2. Tujuan Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan untuk mengetahui sensor –sensor unsur
cuaca dan cara pengamatan unsur cuaca menggunakan alat pengamat cuaca
otomatis (AWS = Automatic Weather Station).
22
23
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Kegiatan pengamatan unsur – unsur cuaca dengan Automatic
Weather Station dilaksanakan pada tanggal 14 April 2018 di Stasiun
Klimatologi, Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Karanganyar.
24
B. Hasil Pengamatan
Gambar 2.1 Komponen dan Tower AWS (Automatic Weather Station)
1. Bagian – bagian utama
a. Anemometer
b. Wind Vane
c. Data logger
d. Rain gauge
e. Penangkal petir
f. Panel surya (solar cell)
g. Barometer
h. Remote terminal unit
i. Aki
j. Pyranometer
k. Tower AWS
l. Kapas Silikon
m. Modem (Modulator Demolator)
2. Prinsip kerja
Prinsip kerja alat ini yaitu pengumpulan data cuaca secara otomatis
serta di proses agar pengamatan menjadi lebih mudah. AWS ini dilengkapi
dengan sensor, RTU (Remote Terminal Unit), data logger LED (Light Emiting
Diode) Display dan bagian-bagian lainnya. Sensor-sensor yang digunakan
meliputi sensor temperatur, arah dan kecepatan angin, kelembaban, presipitasi,
tekanan udara, pyranometer, net radiometer. RTU (Remote Terminal Unit)
25
terdiri atas data logger dan backup power, yang berfungsi sebagai terminal
pengumpulan data cuaca dari sensor tersebut dan di transmisikan ke unit
pengumpulan data pada komputer. Masing-masing parameter cuaca dapat
ditampilkan melalui LED (Light Emiting Diode) Display, sehingga para
pengguna dapat mengamati cuaca saat itu dengan mudah. Kotak pelindung
AWS dilengkapi dengan kapas silikon untuk menjaga kondisi dalam kotak agar
tidak terlalu terpengaruh kondisi luar. Modem berfungsi untuk mengirim data
cuaca dari AWS ke stasiun pusat. Energi listrik AWS diperoleh dari aki. Untuk
perlindungan dari petir, tower AWS dilengkapi dengan penangkal petir.
26
C. Pembahasan
Prakiraan cuaca adalah suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam menentukan
suatu keputusan pada suatu kegiatan yang berhubungan dengan cuaca, antara lain
seperti pertanian, pelayaran hingga penerbangan. Dengan adanya prakiraan cuaca,
diharapkan dapat meminimalisir kerugian dari stakeholders yang menaruh
investasi pada sumber daya yang berhubungan dengan cuaca. Untuk menghasilkan
suatu informasi prakiraan cuaca, terdapat serangkaian proses yang harus dilakukan
hingga informasi prakiraan cuaca tersampaikan secara detail dan jelas kepada pihak
yang bersangkutan (Diani, 2012).
Peranan AWS di bidang pertanian dapat mengurangi penggunaan lahan untuk
penempatan berbagai macam alat-alat pengukur seperti evaporimeter, ombrometer,
sunshine recorder, dll. Selain itu dengan adanya AWS tingkat keakuratan
pengukuran unsur-unsur cuaca lebih besar dibanding alat manual. Hal ini
dikarenakan AWS telah menggunakan sistem komputer, data logger, maupun
jaringan internet.
AWS yang lengkap mampu mengamati unsur – unsur cuaca dengan
menggunakan sensor kecepatan angin, sensor arah angin, sensor suhu udara, sensor
kelembaban udara, sensor curah huja, dan sensor radiasi matahari. Akurasi data
hasil pengukuran sangat ditentukan oleh unjuk kerja tiap sensor. Unjuk kerja suatu
sensor dikatakan baik jika sensor tersebut memiliki akurasi pengukuran yang
tinggi, stabil, waktu respon yang cepat, ketelitian dan reliabilitas yang tinggi
(Santosa, 2009).
Dengan adanya AWS dapat ditentukan pola tanam apa yang cocok pada waktu
tersebut dan pastinya tanaman dapat diprediksi masa panennya. AWS memiliki
sejumlah keunggulan dibandingkan pencatatan manual konvensional antara lain
AWS lebih konsisten dalam pengukuran, AWS menyediakan data pada frekuensi
secara signifikan lebih besar (beberapa menyediakan data setiap menit), AWS
menyediakan data dalam segala cuaca, siang dan malam, 365 hari per tahun, dan
AWS dapat dipasang di daerah yang jarang penduduknya.
Namun, AWS memiliki kelemahan, antara lain beberapa elemen yang sulit
untuk mengotomatisasi contohnya awan, AWS membutuhkan investasi modal
27
besar, dan AWS kurang fleksibel daripada pengamat manusia. Kelebihan maupun
kekurangan yang akan diuraikan di bawah ini.
1. Kelebihan AWS
a. Praktis dan mudah dalam pengambilan data
b. Standarisasi pengamatan
c. Pengamatan real time secara kontinu tanpa putus baik siang maupun
malam
d. Data lebih akurat
e. Tidak subjektif
f. Kemampuan penyimpanan data lebih besar
g. Kesalahan pembacaan minim
2. Kekurangan AWS
a. Harus dilakukan pemeliharaan rutin
b. Harus dikalibrasi secara periodik
c. Dibutuhkan teknisi yang handal untuk pengoperasian
d. Harga peralatan dan biaya operasional yang tinggi
28
D. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
AWS (Automatic Weather Station) merupakan suatu peralatan atau
sistem terpadu yang di desain untuk pengumpulan data cuaca secara otomatis
serta di proses agar pengamatan menjadi lebih mudah. AWS dapat mengukur
sekaligus beberapa unsur-unsur cuaca tanpa perlu diawasi secara langsung (24
jam), melainkan dapat diawasi melalui jaringan internet. Tingkat keakuratan
AWS lebih tinggi dibandingkan alat-alat pengukur manual lainnya. Adanya
AWS dapat mengukur unsur-unsur cuaca seperti kadar curah hujan,
kelembaban, intensitas radiasi, suhu, arah dan kecepatan angin, dan tekanan
udara secara detail namun pada kenyataanya semakin umur AWS yang semakin
tua, menyebabkan keakuratan data yang diperoleh menjadi kurang akurat
2. Saran
Perawatan secara baik peralatan pengukur cuaca otomatis yang ada di
Stasiun Klimatologi Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Karanganyar
sangat diperlukan supaya tetap berfungsi dengan baik dalam jangka waktu
lama. Alat yang berfungi dengan baik sangat dibutuhkan praktikan untuk lebih
memahami prinsip kerjanya. Kedepannya untuk perawatan alat dilakukan
secara maksimal, dengan begitu pembelajaran dan praktikum berjalan dengan
baik dan menfaat yang baik dapat dirasakan para praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Diani, Fitri, Hadi Permana, Ibrahim, et al. 2012. Kajian Sistem Informasi Prakiraan
Cuaca BMKG pada BMKG Bandung. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi
Teknologi Informasi 2012 (SNATI 2012). Yogyakarta, 15 – 16 Juni 2012.
Jur. Teknik Komputer dan Informatika. Politeknik Negeri Bandung. p17.
Santosa, Cahya Edi, dan Ari Sugeng Budiyanta. 2009. Rancang Bangun Sensor
Suhu Tanah dan Kelembaban Udara. Jurnal Sains Dirgantara.
Vol. 7(1) : 202.
III.
PENGARUH MULSA TERHADAP SUHU DAN
KELEMBABAN TANAH
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Air merupakan faktor yang memegang kendali dalam mendukung
keberhasilan budidaya tanaman. Tumbuhan dapat tumbuh subur dan
berkemban dengan baik dipengaruhi oleh ketersediaan air. Tumbuhan
memerlukan air guna memenuhi kebutuhan fisiologisnya. Tanaman dapat
memperoleh air dari air hujan, air tanah, maupun air irigasi. Pada musim
hujan tanaman akan mendapat pasokan air yang cukup, akan tetapi pada
musim kemarau tanaman akan membutuhkan aplikasi irigasi intensif guna
menjaga pasokan air dalam proses biokimia dalam tanaman.
Tingginya evaporasi air dalam tanah akan mengurangi kelembaban
tanah secara signifikan. Menurunnya kelembaban tanah akan menggangu
keseimbangan ekosistem mikro dalam tanah seperti mikroorganisme yang
menguntungkan bagi tanaman. Salah satu langkah yang dapat diambil untuk
mengurangi tingginya angka evaporasi yakni dengan menggunakan mulsa.
Mulsa adalah bahan material tertentu yang bias digunakan untuk menutupi
suatu lahan atau area, dengan dua manfaat utama yaitu menjaga retensi
kelembaban dalam tanah dan menjaga suhu tanah tetap dingin, dan
karenanya tanaman bisa menghasilkan lebih banyak buah (high yielding).
Mulsa sudah digunakan sejak zaman dahulu dan telah dibuktikan
bahwa tanaman yang ditanam dengan mulsa menghasilkan buah yang lebih
banyak dibandingkan tanaman dengan tanah terbuka atau tanpa
mulsa.karena dengan adanya mulsa, air tanah dan air hujan bisa menguap
hanya sekitar 10%, jika tidak ada mulsa bisa menguap sekitar 80%. Selain
itu, mulsa menjaga agar suhu tanah lebih stabil. Tanah yang ditutupi mulsa
suhunya lebih dingin atau di bawah dari tanah yang tidak ditutupi mulsa.
30
31
2. Tujuan Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan untuk mengetahui suhu tanah dan
kelembaban tanah pada pertanaman dengan perlakuan pemberian mulsa
organik (jerami padi) dan mulsa anorganik (lembaran mulsa plastik).
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Kegiatan praktikum pengukuran suhu tanah dan kelembaban tanah
dilaksanakan pada hari Selasa, 8 Mei 2018 pukul 08.30 – 09.15 WIB di
lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Desa
Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar.
32
B. Hasil Pengamatan
1. Alat
a. Termometer tanah
b. Alat pengukur kelembaban tanah / higrometer digital
2. Cara kerja
Mengukur suhu tanah dan kelembaban tanah pada petak pertanaman jagung
dengan beberapa perlakuan :
a. Kontrol (lahan terbuka tanpa tanaman dan tanpa mulsa)
b. Petak pertanaman jagung tanpa mulsa
c. Petak pertanaman jagung yang diberi mulsa jerami
d. Petak pertanaman jagung yang diberi mulsa plastik perak hitam
3. Data hasil pengamatan
Tabel 3.1 Data Pengaruh Mulsa Terhadap Suhu dan Kelembaban Tanah
Suhu
SHIFT
Kontrol
32,6
34,5
35,7
37,9
36,5
38,2
39,0
38,5
37,0
36,6
07.00-07.45
07.45-08.30
08.30-09.15
09.15-10.00
10.00-10.45
10.45-11.30
11.30-12.15
12.15-13.00
13.00-13.45
Rata - rata
Tanpa
Mulsa
31,5
30,8
35,9
33,7
35,4
34,0
36,0
34,0
34,5
34,0
Mulsa
Jerami
31,7
30,1
36,9
33,5
34,6
36,0
40,0
36,0
37,0
35,1
Mulsa Plastik
Hitam Perak
30,8
30,7
34,8
34,2
34,4
36,0
37,0
37,5
34,7
34,4
Sumber : Data rekap pengamatan
Tabel 3.2 Tabel Tinggi Tanaman
Kontrol
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
0
0
0
Tinggi Tanaman
Mulsa
Tanpa Mulsa
Jerami
52
43
75,0
53
106,0
70,2
Sumber : Data rekap pengamatan
Mulsa Plastik
Hitam Perak
33
37
44
33
Gambar 3.1 Grafik Tinggi Tanaman Jagung
Tinggi Tanaman Jagung
120
Tinggi Tanaman
100
80
Minggu 1
60
Minggu 2
Minggu 3
40
20
0
Kontrol
Tanpa Mulsa Mulsa Jerami Mulsa Plastik
Perak Hitam
Perlakuan
Sumber : Data rekap pengamatan
34
C. Pembahasan
Suhu tanah merupakan salah satu faktor tumbuh tanaman yang penting
sebagaimana halnya air, udara, dan unsur hara. Suhu tanah berperan
untuk menentukan reaksi kimia dan aktivitas mikrobia tanah yang dapat
merombak senyawa organik tertentu menjadi hara dan suhu tanah
mempengaruhi perkecambahan biji dan pertumbuhan kecambah. Proses
kehidupan bebijian, akar tanaman dan mikroba tanah secara langsung
dipengaruhi oleh suhu tanah sebab setiap sayuran memiliki kebutuhan suhu
tanah yang berbeda-beda. Misalnya untuk sayuran kubis membutuhkan suhu
optimum 29 oC (Lutfiyana et al., 2017).
Suhu tanah yang sesuai dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Hal ini disebabkan keterkaitan suhu tanah terhadap faktor lain dalam
tanah seperti ketersediaan air. Suhu tanah yang tinggi akan meningkatkan
penguapan air dalam tanah sehingga tanah dapat mengalami defisit air akibat
tingginya volume air yang menguap ke udara. Begitu pula sebaliknya, suhu
tanah yang terlalu rendah juga akan menghambat penyerapan air sebab molekul
air yang membeku tidak dapat diserap oleh akar.
Ketersediaan air dalam pori tanah berkaitan dengan tingkat kelembaban
tanah. Tanaman yang memiliki perakaran dalam memiliki ketahahanan
terhadap kekeringan yang tinggi, akan tetapi tanaman yang memiliki perakaran
dangkal rentan terhadap kekeringan.
Usaha untuk mempertahankan dan mengurangi terjadinya kehilangan air
tanah akibat penguapan dapat dilakukan dengan penggunaan mulsa, yang juga
berfungsi menekan fluktuasi suhu tanah. Pemulsaan yang sesuai dapat
mengubah iklim mikro tanah, salah satunya adalah suhu tanah yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Setiap jenis mulsa memiliki sifat fisik
yang berbeda sehingga menunjukkan pengaruh yang berbeda terhadap
pertumbuhan lingkungan, misalnya fluktuasi suhu antara siang dan malam,
kadar air tanah (Nasruddin dan Hanum, 2015).
35
Mulsa sendiri merupakan bahan penutup lahan. Mulsa dapat berasal dari
bahan organik maupun bahan anorganik. Setiap jenis bahan mulsa memiliki
karakteristik masing – masing baik dari segi kelebihan dan kekurangannya
dalam pemakaian atau implementasi di lapangan. Mulsa berperan secara
langsung dalam mengurangi laju evaporasi air dalam tanah. Pemberian mulsa
sesuai ketentuan dapat membantu dalam pemberian air irigasi yang juga
berpengaruh terhadap besarnya biaya yang harus dikeluarkan pelaku usaha tani.
Mulsa adalah bahan untuk menutup tanah sehingga kelembaban dan
suhu tanah sebagai media tanaman terjaga kestabilannya. Mulsa juga
berfungsi menekan pertumbuhan gulma sehingga tanaman akan tumbuh
lebih baik. Pemberi-an mulsa pada permukaan tanah saat musim hujan
dapat mencegah erosi per-mukaan tanah. Pada komoditas hortikultura
mulsa dapat mencegah percikan air hujan yang menyebabkan infeksi
pada tempat percikan tersebut. Pemberian mulsa pada musim kemarau akan
menahan panas matahari pada permukaan tanah bagian atas. Penekanan
penguapan mengakibat-kan suhu relatif rendah dan lembab pada tanah yang
diberi mulsa (Tinambunan et al., 2014)
Aplikasi mulsa pada permukaan tanah memberikan peluang untuk
memanfaatkan berbagai limbah bahan organik tanaman yang banyak manfaat,
terutama hubungannya dengan tanah dan air. Kemampuan mulsa dalam
meminimalkan avaporasi juga membantu untuk menjaga suhu tanah. Mulsa
organik dapat bertindak sebagai bahan isolasi untuk lapisan tanah, karena dapat
menurunkan suhu tanah pada saat suhu udara tinggi dan menghangatkan tanah
selama suhu udara rendah (Anetasia et al., 2013).
Pada kegiatan praktikum ini, terdapat empat perlakuan dalam pemberian
mulsa terhadap pertanaman jagung pada tanah, yaitu : kontrol, petak
pertanaman tanpa mulsa, petak pertanaman dengan mulsa jerami, dan petak
pertanaman dengan mulsa plastik perak hitam. Berdasarkan hasil pengamatan
diperoleh fakta bahwa keadaan suhu dalam tanah berfluktuatif terutama pada
perlakuan kontrol. Fluktuasi suhu ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
36
topografi lahan, tingkat intensitas radiasi matahari, curah hujan, vegetasi, dan
sebagainya.
Perlakuan kontrol menunjukkan perubahan suhu yang cukup fluktuatif.
Pada lahan perlakuan kontrol, lahan tidak diberi mulsa ataupun vegetasi.
Sehingga radiasi dari matahari langsung diterima dan diserap oleh tanah. Suhu
pada lahan tanpa vegetasi dan mulsa ini cenderung berubah – ubah seiring
berjalannya waktu dan intensitas radiasi yang diterimanya. Suhu tertinggi pada
lahan dengan perlakuan kontrol diperoleh pada pukul 11.30 – 12.15 WIB
sebesar 39o C. Rata – rata suhu pada lahan dengan perlakuan kontrol sebesar
36o C.
Suhu tanah pada lahan pertanaman jagung tanpa mulsa mencapai titik
tertinggi pada pukul sebesar 10.00 – 10.45 WIB sebesar 35,9oC. Suhu pada
lahan pertanaman jagung tanpa mulsa relatif lebih rendah dibandingkan dengan
lahan tanpa mulsa ataupun vegetasi. Radiasi sinar matahari tidak langsung
diserap oleh tanah melainkan diserap sebagian oleh tanaman jagung yang
berperan sebagai vegetasi penutup. Rata – rata suhu pada lahan pertanaman
tanpa mulsa sebesar 34oC.
Lahan pertanaman jagung yang diberi mulsa jerami menunjukkan rata – rata
suhu yang relatif tinggi dibandingkan lahan pertanaman tanpa mulsa namun
lebih rendah dibandingkan lahan terbuka (tanpa vegeasi dan tanpa mulsa).
Mulsa berperan dalam menurunkan suhu tanah secara efektif dengan menyerap
radiasi dari sinar matahari. Radiasi matahari yang dipancarkan sebagian besar
dapat ditahan, dipantulkan, dan diserap oleh mulsa sehingga terjadi peningkatan
suhu permukaan mulsa dan kemudian diteruskan ke permukaan tanah hingga
kedalaman tertentu. Suhu tertinggi diperoleh pada pukul 11.30 – 12. 15 WIB
sebesar 40oC dengan rata – rata suhu 35,1oC.
Mulsa plastik hitam perak memiliki kemampuan untuk memantulkan radiasi
matahari sehingga fotosintesis dapat berjalan optimal dari kedua sisi daun baik
sisi atas maupun sisi bawah. Mulsa plastik hitam perak juga mampu menekan
tumbunya gulma pada lahan. Mulsa plastik hitam perak terdiri dari 2 macam
warna yang berseberangan yakni hitam pada satu sisi dan perak pada sisi yang
37
lain. Pemasangan mulsa ini dengan memasang warna perak menghadap keluar
sedangkan warna hitam menghadap kedalam atau menghadap tanah. Warna
hitam optimal menyerap panas radiasi sedangkan warna perak optimal
memantulkan radiasi panas matahari. Rata – rata suhu tanah pada petak
pertanaman jagung yang diberi mulsa plastik perak hitam lebih rendah
dibandingkan dengan mulsa jerami. Hal ini menunjukkan jenis mulsa yang
berbeda memberikan pengaruh yang berbeda pada suhu, kelembaban, dan
kandungan air dalam taah. Perbedaan jenis mulsa juga berpengaruh terhadap
perbedaan lingkungan terutama suhu tanah sehingga pertumbuhan tanaman dan
hasil tanaman akan berbeda.
38
D. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
a. Tujuan pemberian mulsa adalah untuk menjaga stabilitas suhu,
mencegah tumbuhnya hama disekitar tanaman dan mencegah erosi.
b. Mulsa memiliki dua jenis yaitu organik dan anorganik
c. Kelebihan mulsa organik adalah mulsa dapat terdekomposisi sehingga
lebih ramah lingkungan dan dapat menambah kandungan bahan organik
pada tanah. Kelemahannya mulsa organik dapat memicu pertumbuhan
gulma, dan perlu di aplikasikan ulang sehingga tidak praktis.
d. Kelebihan mulsa anorganik adalah praktis tidak perlu di aplikasikan
ulang, lebih sedikit potensi gulma tanaman akan tumbuh. Kekurangan
dari mulsa anorganik adalah tidak ramah lingkungan karena lamban
terdekomposisi dan memerlukan biaya relatif mahal.
e. Ada tidaknya mulsa mempengaruhi suhu pada tanah. Suhu tertinggi
terjadi pada lahan perlakuan kontrol dan suhu terendah terjadi pada
lahan perlakuan mulsa plastik hitam perak.
f. Kelembaban berbanding lurus dengan suhu, jika suhu tinggi maka
kelembabn juga tinggi begitupun sebaliknya. Kelembaban tertinggi
terjadi pada lahan perlakuan kontrol dan terendah pada perlakuan mulsa
plastic hitam perak.
g. Ada tidaknya mulsa juga mempengaruhi tinggi tanaman. Pada lahan
yang menggunakan mulsa plastik perak tinggi tanaman stabil.
2. Saran
Saran yang dapat penulis berikan unutk acara ini sebagai berikut :
a. Sebaiknya pada saat praktikum on time dengan jadwal yang telah
ditetapkan.
b. Sebaiknya mengecek peralatan terlebih dahulu sebelum diadakan
praktikum.
c. Sebaiknnya praktikum dilakukan di tempat yang minim vegetasi,
sehingga hasil yang didapatkan valid.
DAFTAR PUSTAKA
Anetasia, Meifma, Afandi, Hery Novpriansyah et al. 2013. Perubahan Kadar Air
dan Suhu Tanah Akibat Pemberian Mulsa Organik pada Pertanian Nanas
PT Great Giant Pineapple Terbanggi Besar Lampung Tengah. Jurnal
Agrotek Tropika. Vol. 1(2) : 213 – 218.
Lutfiyana, Noor Hudallah, dan Agus Suryanto. 2017. Rancang Bangun Alat Ukur
Suhu Tanah, Kelembaban Tanah, dan Resistansi. Jurnal Teknik Elektro.
Vol. 9(2) : 80 – 86.
Nasruddin dan Hamidah Hanum. 2015. Kajian Pemulsaan Dalam Mempengaruhi
Suhu Tanah, Sifat Tanah, dan Pertumbuhan Tanaman Nilam. Jurnal
Floratek. Vol. 10 : 69 – 78.
Tinambunan, Erika, Lilik Setyobudi, dan Agus Suryanto. 2014. Penggunaan
Beberapa Jenis Mulsa Terhadap Produksi Baby Wortel (Daucus carota L.)
Varietas Hibrida. Jurnal Produksi Tanaman. Vol. 2(1) : 25 – 30.
IV.
PENGARUH KERAPATAN TANAM TERHADAP
IKLIM MIKRO PERTANAMAN
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Iklim mikro merupakan keadaan iklim pada suatu kawasan atau
wilayah yang relatif sempit dan terbatas, walaupun memiliki wilayah yang
relatif sempit namun iklim mikro memiliki pengaruh penting bagi
organisme di sekitarnya. Keadaan komponen iklim akan mempengaruhi
proses biokimia dalam tubuh organisme begitu pula sebaliknya aktivitas
biokimia dalam tubuh organisme juga dapat mempengaruhi komponen
iklim. Komponen iklim dan organisme memiliki interaksi yang saling
mempengaruhi.
Iklim mikro dalam berperan penting dalam usaha budidaya tanaman,
hal ini disebabkan modifikasi iklim makro hampir mustahil untuk
dilakukan. Modifikasi komponen iklim mikro relatif dapat dilakukan
bahkan dengan teknologi yang sederhana sekalipun. Modifikasi iklim mikro
telah banyak dilakukan terutama dalam usaha budidaya tanaman.
Modifikasi komponen iklim mikro banyak dilakukan pada komponen iklim
seperti kelembaban tanah dan udara, temperatur tanah dan udara, serta
intensitas radiasi matahari sehingga proses fotosintesis dapat berjalan
seoptimal mungkin.
Salah satu metode yang dapat dilakukan dalam modifikasi iklim
mikro adalah dengan mengatur kerapatan tanam atau jarak tanam antar
tanaman. Pengaturan jarak tanam akan berpengaruh signifikan pada
keadaan komponen iklim mikro. Metode ini banyak diterapkan dalam usaha
budidaya tanaman disebabkan tidak memerlukan biaya yang besar dan
relatif mudah untuk diaplikasikan.
2. Tujuan Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh dari
kerapatan tanam terhadap kondisi iklim mikro di dalam pertanaman.
40
41
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Kegiatan praktikum pengamatan pengaruh kerapatan tanam
terhadap iklim mikro pertanaman dilaksanakan pada hari Selasa, 8 Mei 2018
pukul 08.30 – 09.15 WIB di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono, Kabupaten
Karanganyar.
42
B. Hasil Pengamatan
1. Alat
a. Lux meter
b. Anemometer digital
c. Termohigrometer digital
2. Cara kerja
a. Melakukan penanaman jagung pada petak tanam dengan jarak tanam
50 cm x 40 cm.
b. Melakukan penanaman jagung pada petak tanam dengan jarak tanam
25 cm x 40 cm.
c. Melakukan pengamatan intensitas radiasi, suhu udara, kecepatan angin
dan kelembaban udara pada semua petak pertanaman tersebut. Pada
masing-masing petak ditentukan 10 tanaman sampel pengamatan lalu
dihitung rata-ratanya.
3. Data hasil pengamatan
Tabel 4.1 Tabel Tinggi Tanaman Petak Pertanaman 50 cm x 40 cm dan
25 cm x 40 cm.
SAMPEL
1
2
3
4
5
MST 1
53
62
49
35
63
50x40
MST 2
64
71
57
49
64
Sumber : Data rekap pengamatan
MST3
72
82
68
60
79
MST 1
49
44,5
43
43
48,5
25x40
MST 2
53
52
45
46
58
MST3
62
67
59
57
73
43
Tabel 4.2 Tabel Radiasi, Suhu, Kecepatan Angin, dan RH Tanaman pada
Petak Pertanaman 50 cm x 40 cm dan 25 cm x 40 cm.
50x40
25x40
Waktu
Radiasi
Suhu
Angin
RH
Radiasi
Suhu Angin
RH
07.00-07.30
53100
36,2
0,36
57,6
45500
35,9
0,33
54,5
07.30-08.00 54433,3
35,9
0,4
31,3
50633,3
36,7
0,57
56,67
08.00-08.30 45466,7
37,2
0
55,1
35676,7
36,6
0,27
59,7
08.30-09.00 42166,7
33,8
0,03
59
52733,3
34,1
0,23
61,4
09.00-09.30
38,7
0
46,4
35766,7
38,5
0
50,3
09.30-10.00 42633,3
35,9
0
55,1
38346,7
36,3
0
55
10.00-10.30
54900
35,7
0,37
57,8
47833,3
35,4
0 57
55
10.30-11.00
41000
35,7
0,37
51,9
44733,3
35,4
0,27
55,1
11.00-11.30 38733,3
38,3
0,46
46,6
33233,3
36,6
0
50
11.30-12.00 55733,3
35,6
0
55,9
41666,7
34,8
0,03
57,4
12.00-12.30 35946,7
37,8
0,36
56,7
40666,7
37
0,27
55,9
12.30-13.00 32333,3
35,3
1,33
56,86 32333,3
36,3
1,2
56,5
54500
Sumber : Data rekap pengamatan
44
C. Pembahasan
Iklim adalah salah satu faktor paling penting untuk menentukan
pertumbuhan tanaman. Unsur-unsur iklim seperti suhu udara, radiasi matahari,
dan kelembaban mendukung dan memainkan peranan penting dalam produksi
tanaman. Sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi tanah secara langsung terkait
dengan produktivitas tanaman (Karyati et al., 2016).
Usaha budidaya tanaman sangat bergantung pada kondisi iklim, hal ini
menyebabkan kegiatan pertanian sangat rentan. Keadaan iklim dapat
berdampak positif dan negatif bagi usaha budidaya tanaman. Keadaan iklim
yang baik akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman namun
di sisi lain juga dapat memicu perkembangan hama dan penyakit. Perubahan
iklim dunia akibat pemanasan global telah berdampak banyak pada kondisi
komponen iklim. Tanaman juga dapat berpengaruh pada kondisi iklim dalam
skala mikro.
Iklim mikro adalah faktor-faktor kondisi iklim setempat yang memberikan
pengaruh langsung terhadap fisik pada suatu lingkungan. Iklim mikro
merupakan iklim di lapisan udara dekat permukaan bumi dengan ketinggian ±
2 meter, dimana pada daerah ini gerak udara lebih kecil karena permukaan bumi
yang kasar dan perbedaan suhu lebih besar. Keadaan tanaman dapat
mengakibat-kan perlawanan iklim yang besar pada ruang sempit. Iklim mikro
meliputi suhu, kelembaban dan cahaya (Bunyamin dan Aqil, 2010).
Intensitas cahaya dan suhu udara merupakan komponen iklim yang dapat
diamati. Pada skala kecil, iklim mikro sangat mudah untuk diamati karena
lingkupnya yang tidak terlalu luas. Iklim mikro adalah faktor-faktor kondisi
iklim setempat yang memberikan pengaruh langsung terhadap fisik pada suatu
lingkungan (Indrawan et al., 2017). Jarak tanam berpengaruh pada intensitas
cahaya yang diterima di lahan. Pada kerapatan tajuk tanaman yang tinggi,
intensitas radiasi yang masuk akan mengalami penurunan akibat terhalang oleh
tajuk tanaman, hal ini yang mempengaruhi suhu udara yang terjadi pada sekitar
tanaman. Semakin tinggi suhu, maka laju evaporasi akan meningkat. Hal ini
45
menyebabkan kandungan air dalam tanah menurun sehingga proses
pertumbuhan terhambat.
Data hasil pengamatan diatas menunjukkan bahwa kerapatan tanam
mempengaruhi tinggi tanaman. Hal ini disebabkan perbedaan intensitas radiasi
matahari yang diterima oleh tanaman. Perbedaan intensitas radiasi yang
diterima akan berpengaruh pada laju fotosintesis pada tanaman. Pada jarak
tanam yang relatif renggang tanaman memiliki tinggi tanaman yang lebih tinggi
daripada tanaman yang ditanam pada jarak tanam yang relatif dekat. Data tinggi
tanaman menunjukkan bahwa rata – rata tinggi tanaman dengan jarak tanam 50
cm x 40 cm lebih tinggi dari pada jarak tanam 25 cm x 40 cm. Tinggi tanaman
sampel 1 pada jarak tanam 50 cm x 40 cm sebesar 72 cm pada periode 3 minggu
setelah tanam. Sedangkan tinggi tanaman sampel 1 pada jarak tanam 25 cm x
40 cm sebesar 62 cm pada periode 3 minggu setelah tanam.
Intensitas radiasi yang diterima oleh lahan pertanaman dengan jarak tanam
50 cm x 40 cm lebih tinggi dibandingkan jarak tanam 25 cm x 40 cm. Tingginya
radiasi yang diterima berpengaruh pada kondisi suhu udara dan kelembaban
udara yang ada di lahan. Rata-rata kelembaban udara terdapat pada petak tanam
dengan jarak 50 cm x 40 cm yakni 59% sedangkan yang terdapat pada petak
tanam dengan jarak 25 cm x 40 cm yakni 53,33%. Hal ini disebabkan jarak
tanam yang relatif rapat akan mengurangi jumlah radiasi yang diterima lahan.
46
D. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum acara 4 yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa :
a. Kerapatan jarak menentukan tinggi tanaman, suhu, kelembaban,
intensitas radiasi dan kecepatan angin.
b. Tanaman akan tumbuh dengan baik pada jarak tanaman yang rengang,
hal ini dibuktikan pada jarak tersebut tanaman lebih tinggi.
c. Jarak yang rapat dapat menunrunkan intensitas radiasi, suhu, dan
kelembaban.
2. Saran
Saran yang dapat saya berikan untuk praktikum agroklimatologi acara 4
adalah :
a. Alat yang akan digunakan sebaiknya di cek lebih dahulu agar tidak
mengalami hambatan pada saat digunakan.
b. Praktikum dilakukan sesuai jadwal.
DAFTAR PUSTAKA
Karyati, Sidiq Ardianto, dan Muhammad Syafrudin. 2016. Fluktuasi Iklim Mikro
di Hutan Pendidikan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Jurnal
AGRIFOR. Vol. 15(1) : 83 – 92.
Bunyamin Z dan M Aqil. 2010. Analisis Iklim Mikro Tanaman Jagung
(Zea mays. L) pada Sistem Tanam Sisip. Prosiding Pekan Serealia Nasional.
Balai Penelitian Tanaman Serealia.
Indrawan, Rahadyan Rizki, Agus Suryanto, dan Roedy Soelistyono. 2017. Kajian
Iklim Mikro Terhadap Berbagai Sistem Tanam dan Populasi Tanaman
Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.). Jurnal Produksi Tanaman.
Vol. 5(1) : 92 – 99.
V.
PENGARUH NAUNGAN TERHADAP IKLIM MIKRO DAN
PERTUMBUHAN TANAMAN
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pengaruh naungan terhadap tanaman disamping mengurangi cahaya
matahari yang tiba di permukaan, dapat juga mempengaruhi iklim mikro
tanaman. Naungan dapat mempengaruhi beberapa faktor lingkungan antara
lain: temperatur, kelengasan tanah, pergerakan udara mempertahankan
unsur hara, menekan gulma menurunkan suhu tanah dan tanaman pada
waktu siang, menaikkan suhu udara pada waktu malam, perlindungan dari
limpasan hujan, pemindahanuap air dan CO2.
Naungan baik secara alami maupun buatan mengakibatkan
pengurangan jumlah cahaya yang di terima oleh tanaman. Level naungan
adalah faktor yang sangat menentukan produksi pastura yang tumbuh pada
areal tanaman tahunan. Penurunan intensitas cahaya mengurangi
pertumbuhan spesies pastura pada berbagai tingkatan dan mempengaruhi
kompetisi. Proses-proses di dalam tanaman yang dapat dipengaruhi oleh
naungan adalah fotosintesis, transpirasi, respirasi, reduk sinitrat, sintesis
protein, produk sihormon, translokasi, penuaan, pertumbuhan akar dan
penyerapan nitrat.
2. Tujuan Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh naungan
terhadap kondisi iklim mikro dan pertumbuhan golongan C4 dan C3.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Kegiatan praktikum pengamatan pengaruh terhadap iklim mikro
pertumbuhan pertanaman ini dilaksanakan pada hari Kamis, 10 Mei 2018
jam 07.00 - 07.45 WIB di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Desa Sukosari, Kecamatana Jumantono, Kabupaten
Karanganyar.
48
49
B. Hasil Pengamatan
1. Alat
a. Lux meter
b. Anemometer Digital
c. Termohigrometer Digital
A. Cara kerja
a. Menanam jagung (tanaman golongan C4) pada petak tanam, dengan
jarak tanam 50 cm x 40 cm, dinaungi paranet 25%. Satu petak yang lain
dinaungi paranet 65%.
b. Menanam kedelai (tanaman golongan C3) pada petak tanam, dengan
jarak tanam 0 cm 30 cm x 30 cm, dinaungi paranet 25%. Satu petak yang
lain dinaungi paranet 65%.
c. Melakukan pengamatan intensitas radiasi, suhu udara, kecepatan angin
dan kelembaban udara di bawah naungan paranet dan tempat tanpa
naungan.
3. Data hasil pengamatan
Tabel 5.1 Data Rekapan Pengaruh Naungan Terhadap Tinggi Tanaman
Jagung
SAMPEL
1
2
3
4
5
NAUNGAN 65%
MST
MST 1
2
MST3
41,5
43
50
34,8
49
56
34,4
61
66
36
51
60
60
63
68
Sumber : Data rekap pengamatan
NAUNGAN 100%
MST 1
38
33
31
42
40
MST 2
66
46
51
54
56
MST3
68
51
57
60
60
50
Tabel 5.2 Data Rekapan Pengaruh Naungan Terhadap Iklim Mikro Pada
Tanaman C4 (Jagung)
Naungan 65%
Waktu
07.00-07.30
07.30-08.00
08.00-08.30
08.30-09.00
09.00-09.30
09.30-10.00
10.00-10.30
10.30-11.00
11.00-11.30
11.30-12.00
12.00-12.30
12.30-13.00
Int.
Radiasi
(lux)
20510
16300
23856,67
15566,67
13233,33
14313,33
14956,67
18900
11056,67
4633,33
19200
11113,33
Naungan 100%
Suhu
(⁰C)
Angin
(m/s)
RH
32,6
33,33
33,03
32,87
33,4
34,87
34
33,87
32,87
31,83
33,93
33,27
0
0
0
0
0
0
0
0,3
0,03
0
0
0,23
61,63
60,77
61,77
65,9
57,37
61,2
62,79
58,3
60,87
62,83
54,83
65,5
Int.
Radiasi
(lux)
7656,67
6183,33
4570
5533,33
7733,33
2436,33
7140
5673,33
2830,33
2340
4256,67
1482,33
Suhu
(⁰C)
Angin
(m/s)
RH
32,50
32,93
32,13
33
33,30
34,17
34,27
33,77
33,13
32,07
33,33
32,03
0
0,27
0
0,23
0
0
0,27
0,37
0,53
0
0,6
0,23
62,57
61,7
62,63
64,17
57,7
57,43
57,67
56,73
59,27
62,1
55,33
64,23
Sumber : Data rekap pengamatan
Tabel 5.3 Data Rekapan Pengaruh Naungan Terhadap Jumlah Daun Jagung
SAMPEL
1
2
3
4
5
NAUNGAN 65%
NAUNGAN 100%
MST 1
MST 2 MST 3 MST 1
MST 2 MST3
5
6
8
5
7
7
6
7
8
5
8
8
3
5
8
5
6
8
6
8
10
5
5
8
7
10
12
6
9
9
Sumber : Data rekap pengamatan
51
Tabel 5.4 Data Rekapan Pengaruh Naungan Terhadap Tinggi Tanaman
Kedelai
SAMPEL
1
2
3
4
5
NAUNGAN 65%
MST 1
MST 2 MST3
26,2
31
35
20,7
25
31
25,4
29
32
22,3
28
32
28,6
35
41
NAUNGAN 75%
MST 1
MST 2 MST3
21,5
27
30
27
25
31
28
30
37
33,8
26
29
23,2
38
42
Sumber : Data rekap pengamatan
Tabel 5.5 Data Rekapan Pengaruh Naungan Terhadap Iklim Mikro Pada
Tanaman C3 (Kedelai)
Naungan 65%
Waktu
07.0007.30
07.3008.00
08.0008.30
08.3009.00
09.0009.30
09.3010.00
10.0010.30
10.3011.00
11.0011.30
11.3012.00
12.0012.30
12.3013.00
Int.
Radiasi
(lux)
Suhu
(⁰C)
Angin
(m/s)
22966,67
33,37
23366,67
Naungan 100%
RH
Int.
Radiasi
(lux)
Suhu
(⁰C)
Angin
(m/s)
RH
0
56,43
8193,33
35,23
0
57,77
33,83
0
61,65
4920,00
33,53
0,03
55,3
17756,67
32,8
0
61,7
2013,33
32,97
0
62,15
24366,67
34,07
0
60,43
6600
35,13
0,30
58,43
21033,33
34,87
0
55,7
4800
33,6
0
56,6
30900,00
34,5
0
55,77
5703,33
34,97
0
55,03
33566,67
35,83
0
55,97
7460
35,1
0,27
56,43
18933,33
33,9
0,23
58,17
6666,67
35,47
0,3
51,7
17316,67
34,47
0
55,87
25920
33,17
0
56,7
8066,67
32,27
0
60,2
5680
33,47
0,27
58,1
17300
33,53
0
54,8
4080
33,27
0,6
58,57
16200
32,57
0
61,77
7798,33
32,67
0,37
62,07
Sumber : Data rekap pengamatan
52
Tabel 5.6 Data Rekapan Pengaruh Naungan Terhadap Jumlah Daun Kedelai
SAMPEL
1
2
3
4
5
NAUNGAN 65%
MST 1
MST 2 MST 3
4
5
7
5
5
8
6
7
8
7
7
9
6
8
9
Sumber : Data rekap pengamatan
NAUNGAN 75%
MST 1
MST 2 MST3
4
5
7
5
6
7
6
7
9
7
8
9
5
7
9
53
C. Pembahasan
Pertumbuhan tanaman sangat bergantung pada kemampuan fotosistesis
tanaman. Fotosintesis merupakan proses perombakan air dan garam mineral
dengan energi yang bersumber dari radiasi matahari dalam tanaman untuk
membentuk substrat – substrat yang berguna bagi tanaman dan makhluk hidup
lainnya. Tanaman yang memperoleh intensitas radiasi yang cukup akan
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik daripada tanaman
yang tidak terkena radiasi matahari secara langsung. Akan tetapi, radiasi
matahri yang berlebih juga dapat berdampak buruk pada tanaman terutama
tanaman muda yang masih dalam proses berkecambah.
Tanaman menanggapi kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan
melalui dua cara. Pertama meniadakan atau menghindari cekaman,
kedua toleran terhadap cekaman. Mekanisme resistensi tanaman terhadap
kondisi cekaman lingkungan tergantung pada kemampuan tanaman sendiri
dalam menghindari atau mempertahankan diri dari kondisi lingkungan yang
kurang menguntungkan tersebut. Apabila tanaman masih mampu untuk
menyesuaikan diri maka tanaman tersebut akan mampu hidup, tumbuh dan
berkembang di wilayah tersebut. Toleransi mencerminkan tanggapan relatif
suatu genotip terhadap kendala, sehingga toleransi sering digunakan sebagai
kriteria seleksi (Komariah et al., 2017).
Naungan diperlukan pada beberapa spesies tumbuhan yang semi toleran
terhadap sinar matahari. Meskipun memerlukan naungan pada awal
pertumbuhannya namun naungan yang dibutuhkan tidak telalu berat karena
eboni juga masih memerlukan sinar matahari untuk proses fotosintesis. Pada
naungan yang berat dapat menyebabkan terganggunya proses fotosintesis pada
pertumbuhan semai, sehingga pertumbuhan semai tidak seimbang antara
pertumbuhan tinggi dan diameter. Pemberian naungan yang ringan
menyebabkan pertumbuhan ke samping, sedangkan untuk tinggi semai
cenderung pendek (Asriyanti et al., 2015).
Naungan digunakan untuk melindungi dan memodifikasi iklim. Praktikum
yang dilakukan kali ini menggunakan naungan dengan paranet 100%, 65%,
54
75%, dan tanpa naungan. Paranet 75% berarti cahaya matahari yang dapat
ditangkap tanaman sebesar 25%. Paranet 65% berarti cahaya matahari yang
diterima tanaman sebesar 35%. Naungan merupakan salah satu alternatif untuk
mengurangi intensitas cahaya yang terlalu tinggi.
Suhu pada setiap perlakuan cenderung stabil (sama), tidak ada yang berbeda
secara drastis. Sama halnya dengan kelembaban udara. Kelembaban setiap
perlakuan stabil (tidak ada perbedaan yang signifikan. Perlakuan tanpa naungan
memiliki intensitas cahaya matahari yang lebih besar dibandingkan perlakuan
lainnya. Kenyataan ini terjadi karena tidak ada nya naungan atau penghalang
untuk cahaya mengenai tanaman.
55
D. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum acara 5 dapat disimpulkan bahwa :
a. Hubungan antara suhu udara dengan intensitas cahaya adalah
berbanding lurus, dimana semakin tinggi intensitas cahaya di suatu
tempat maka suhu udara juga akan semakin tinggi.
b. Semakin tinggi intensitas cahaya, kelembaban semakin rendah, dan
tekanan semakin rendah.
c. Pertumbuhan tanaman bukan hanya dipengaruhi suhu namun dapat
dipengaruhi oleh intensitas cahaya.
d. Suhu paling rendah terdapat dilahan yang diberi paranet, karena cahaya
matahari terhalangi.
e. Suhu paling tinggi terdapat dilahan yang tidak diberi paranet, karena
cahaya matahari terhalangi.
f. Tanaman C3 optimal tumbuh diparenet 65% karena hanya 35% cahaya
yang masuk.
g. Tanaman C4 optimal tumbuh diparenet 25% karena hanya 75% cahaya
yang masuk.
2. Saran
Berdasarkan kegiatan praktikum acara 5 yang telah dilakukan, saya
menyarankan :
a. Petak naungan diberi jarak yang cukup jauh, jangan terlalu dekat.
b. Pembagian penggunaan alat setiap kelompok dilakukan bersamaan
dengan pembagian shift.
DAFTAR PUSTAKA
Komariah, Ai, Erwin Christian Waloeyo, dan Odang Hidayat. 2017. Pengaruh
Penggunaan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas
Tanaman
Kacang
Merah
(Phaseolus
vulgaris
L.).
Paspalum.
Vol. 5(1) : 33 – 42.
Asriyanti, Wardah, dan Irmasari. 2015. Pengaruh Berbagai Intensitas Naungan
Terhadap Pertumbuhan Semai Eboni (Diospyros celebica Bakh.). Warta
Rimba. Vol. 3(2) : 103 - 110.
VI.
PENGARUH RUMAH KACA DAN SCREEN HOUSE TERHADAP
IKLIM MIKRO DAN PERTUMBUHAN TANAMAN
A. Pendahuluan
1. Latar belakang
Rumah kaca adalah struktur bangunan dengan penutup yang
digunakan untuk mengontrol suhu dan kelembaban dibudidaya dan
perlindungan tanaman. Desain rumah kaca memungkinkan cahaya dalam,
dan ketika cahaya ini diserap oleh benda-benda di dalam rumah kaca dan
berubah menjadi energi panas, tidak diizinkan untuk melarikan diri. Suhu
udara dalam rumah kaca akan melebihi temperatur luar. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa intensitas radiasi surya, kelembaban udara dan
kelembaban tanah di dalam rumah kaca lebih rendah dibandingkan di luar
rumah kaca, sedangkan suhu udara dan suhu tanah di dalam rumah kaca
lebih tinggi dibandingkan di luar rumah kaca. Evapotranspirasi di dalam
rumah kaca lebih besar dibandingkan di luar rumah kaca tetapi tidak
menunjukkan perbedaan yang terlalu nyata.
Screen House adalah sistem tempat untuk media tanaman yang
berbentuk bangunan Pola ini pada umumnya banyak dipakai para konsumen
untuk mendapatkan hasil tanaman organik (tanpa kimia) atau bebas
peptisida karena bangunan ini sifatnya tertutup dengan dinding kasa dan
untuk atapnya menggunakan paranet. Untuk tanaman yang umum
digunakan dalam bangunan screen house biasanya tanaman semusim
misalnya sayur mayur dan buah-buahan.
Budidaya tanaman selama ini dilakukan pada kondisi lingkungan
(iklim) yang sesuai dengan tanaman. Tanaman yang dipindah ke daerah
dengan kondisi lingkungan (iklim) yang berbeda maka tanaman tersebut
tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik atau bahkan mati.
Bangunan tanam seperti rumah kaca dan screen house adalah bangunan
yang dibuat untuk melindungi tanaman dari kondisi lingkungan yang
sangat ekstrem. Kondisi tersebut bisa berupa suhu sangat rendah atau suhu
57
58
sangat tinggi, hujan, angin dan intensitas cahaya yang tinggi. Bangunan
tanaman juga berfungsi untuk memberikan lingkungan tumbuh yang
optimum sehingga cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
2. Tujuan Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan untuk membandingkan kondisi iklim
mikro di dalam rumah kaca, screen house, dan lahan terbuka serta
pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Kegiatan praktikum mengenai Pengaruh Rumah Kaca dan Screen
House Terhadap Iklim Mikro dan Pertumbuhan Tanaman ini dilaksanakan
pada tanggal 9 April – 23 April 2017 pukul 07.00-08.00 WIB di rumah kaca,
screen house dan tempat terbuka (di luar rumah kaca dan screen house)
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.
59
B. Hasil Pengamatan
1. Alat
a. Lux meter
b. Anemometer
c. Termohigrometer
d. Penggaris
2. Cara Kerja
a. Melakukan pengamatan tanaman jagung pada polibag, di dalam rumah
kaca, screen house dan di luar.
b. Melakukan pengamatan intensitas penyinaran matahari, suhu udara,
dan kelembaban udara di dalam rumah kaca, screen house dan di luar.
c. Melakukan pengukuran tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman di
dalam rumah kaca, screen house, dan di luar.
3. Data hasil pengamatan
60
Tabel 6.1 Pengamatan Tanaman Jagung di Rumah Kaca.
RUMAH KACA
Suhu
HARI
Int. Cahaya
RH
Atas
Kec. Angin
Tengah
Bawah
Atas
Tengan
TINGGI
Bawah
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
37.0
35.9
33.6
32.6
3690
4252
3080
3390
2590
2634
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
53.0
47.0
2
36.2
36.0
40.1
39.4
1004
975
764
789
592
727
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
59.5
49.0
3
35.0
35.0
38.3
37.5
1689
1831
1518
1298
1319
1305
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
60.0
49.0
4
35.0
34.9
39.9
39.5
499
433
374
357
513
307
0.00
11.60
0.00
0.00
0.00
0.00
61.5
48.0
5
36.2
36.2
38.2
38.7
207
215
123
190
256
178
0.07
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
62.0
55.5
6
34.9
34.8
41.2
41.1
5311
4771
4566
4375
3822
4239
0.37
0.29
0.22
0.08
0.09
0.00
63.5
57.0
7
34.2
34.2
50.1
44.2
987
1620
2287
2700
1695
2216
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
65.0
58.0
8
35.0
35.0
38.3
37.5
2770
2852
1884
1992
1602
1842
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
67.0
60.5
9
36.2
36.0
40.1
39.4
128
137
93
162
70
71
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
68.0
62.0
10
34.9
34.8
41.2
41.1
207
215
123
190
256
178
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
70.0
64.7
11
31.3
31.3
63.4
64.2
1554
1396
1131
1162
1006
1155
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
73.2
65.0
12
28.4
28.4
70.8
71.2
648
539
477
490
398
447
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
75.0
72.0
13
34.9
34.8
41.2
41.1
975
1004
789
764
727
592
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
77.0
78.0
14
30.3
30.2
67.6
67.8
2770
2852
1884
1992
1602
1842
0.10
0.00
0.19
0.00
0.00
0.00
79.0
83.0
15
35.0
35.0
38.3
37.5
499
433
374
357
513
307
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
80.0
89.0
16
33.0
33.1
56.1
56.5
573
634
495
518
411
477
0.09
0.10
0.07
0.00
0.00
0.00
81.0
96.0
17
29.4
29.4
66.8
67.0
1004
975
764
789
592
727
0.21
0.24
0.08
0.16
0.00
0.00
87.0
106.0
18
33.1
33.1
60.1
60.6
987
1620
2287
2700
1695
2216
0.00
0.07
0.00
0.00
0.00
0.00
93.0
112.0
19
31.4
31.2
66.2
66.4
128
137
93
162
70
71
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
96.0
119.0
20
29.4
29.4
66.8
67.0
3690
4252
3080
3390
2590
2634
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
100.7
121.3
Sumber : Data rekap pengamatan
61
Tabel 6.1 Pengamatan Tanaman Jagung di Ruang Terbuka
Suhu
HARI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
RH
Atas
1
2
1
2
1
2
35.9
35.8
35.0
34.8
35.9
35.0
33.5
32.6
35.0
32.8
31.1
27.9
35.9
29.7
35.0
32.8
28.9
32.6
30.8
27.9
36.7
35.8
35.0
34.5
36.4
34.9
33.5
32.6
35.0
32.7
31.1
27.8
36.7
29.8
35.0
32.7
24.0
32.6
30.8
27.8
31.4
39.2
35.9
41.2
38.1
39.1
45.4
60.8
35.9
55.4
65.4
73.0
31.4
46.4
35.9
55.4
69.8
60.8
68.3
73.0
31.4
39.2
37.8
41.0
36.9
40.5
42.7
61.3
37.8
56.1
65.5
73.4
31.4
72.0
37.8
56.1
58.0
61.3
67.1
73.4
2662
7994
3149
1154
453
8212
2029
3149
3149
743
3577
1036
2662
7994
3149
743
2029
1924
358
1036
2324
6196
3058
1223
296
7906
1720
3058
3058
774
3602
969
2324
6196
3058
774
1720
1956
356
969
Sumber : Data rekap pengamatan
RUANG TERBUKA
Int. Cahaya
Tengah
Bawah
1
2
1
2
2032
4622
2488
932
237
4096
1270
2488
2488
480
2504
781
2032
4622
2488
480
1270
2858
225
781
1866
3602
2788
1006
264
6450
1297
2788
2788
578
2552
697
1866
3602
2788
578
1297
2402
257
697
1820
2314
2144
752
303
3574
1114
2144
2144
344
1915
470
1820
2314
2144
344
1114
2140
586
470
1624
3882
2214
793
300
4408
875
2214
2214
415
2231
489
1624
3882
2214
415
875
1784
200
489
Atas
1
2
0.58
0.00
0.13
0.00
0.33
4.83
0.00
0.00
0.00
0.00
0.24
0.00
0.00
0.15
0.00
0.20
0.43
0.19
0.15
0.00
0.36
0.00
0.00
0.30
0.17
0.87
0.00
0.00
0.00
0.00
0.11
0.00
0.00
0.00
0.00
0.18
0.39
0.23
0.00
0.00
Kec. Angin
Tengan
1
2
Bawah
1
2
TINGGI
1
2
0.40 0.10 0.29 0.10 30.0 25.0
0.00 0.00 0.00 0.00 33.0 29.0
0.24 0.00 0.00 0.00 35.0 33.0
0.00 14.00 0.00 1.16 39.0 37.0
0.10 0.08 0.07 0.00 43.0 41.0
0.56 0.59 0.23 0.30 45.0 44.0
0.00 0.00 0.00 0.00 47.0 45.0
0.00 0.00 0.00 0.00 70.0 46.0
0.00 0.00 0.00 0.00 78.0 48.5
0.00 0.00 0.00 0.00 55.0 51.0
0.24 0.11 0.24 0.11 67.0 64.0
0.00 0.00 0.00 0.00 80.0 67.0
0.00 0.00 0.00 0.00 86.0 69.5
0.00 0.00 0.00 0.00 51.0 72.5
0.00 0.00 0.00 0.00 89.5 72.5
0.14 0.07 0.00 0.07 90.0 73.5
0.28 0.46 0.14 0.08 90.0 75.0
0.00 0.00 0.00 0.00 105.0 90.0
0.00 0.19 0.09 0.00 106.0 90.0
0.00 0.00 0.00 0.00 108.0 105.0
62
Tabel 6.2 Pengamatan Tanaman Jagung di Ruang Terbuka
Suhu
HARI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
RH
Atas
1
2
1
2
1
2
35.7
35.8
34.8
34.1
35.4
25.8
33.9
35.8
35.7
34.1
30.8
28.0
29.6
29.6
27.9
33.3
28.3
32.5
30.3
27.9
35.6
35.2
34.6
33.9
35.3
34.0
33.4
35.2
35.6
33.9
30.8
27.9
29.6
29.6
28.0
33.3
28.1
32.5
30.3
28.0
33.6
39.2
41.5
45.8
41.7
34.7
41.2
39.2
33.6
45.8
66.3
73.6
71.6
71.2
74.8
51.2
72.2
63.3
68.5
74.8
34.0
42.2
41.3
46.6
42.6
34.6
43.2
42.2
34.0
46.6
67.7
74.8
71.2
71.6
73.6
50.7
72.6
64.4
70.1
73.6
514
5004
1894
253
225
5004
1850
2976
1894
117
1615
482
1894
2976
514
485
859
4674
128
2976
596
5268
1996
443
117
5268
2976
1850
1996
225
1697
550
1996
1850
596
492
963
3720
185
1850
Sumber : Data rekap pengamatan
SCREEN HOUSE
Int. Cahaya
Tengah
Bawah
1
2
1
2
489
4349
1577
373
121
4349
2130
1978
1577
100
1075
336
1577
1978
489
499
699
3510
97
1978
532
3269
1828
402
100
3269
1978
2130
1828
121
1199
399
1828
2130
532
448
546
3956
110
2130
388
1483
1196
325
93
1483
1850
1632
1196
108
973
276
1196
1632
388
545
536
3566
91
1632
1443
2668
1653
354
108
2668
1632
1850
1653
93
1052
332
1653
1850
1443
524
329
2890
101
1850
Atas
1
2
0.00
0.00
0.00
0.00
0.07
0.67
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.10
0.09
0.00
0.00
0.00
0.08
0.00
0.00
0.00
0.00
0.58
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.22
0.00
0.00
0.00
0.00
Kec. Angin
Tengan
1
2
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.10
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.06
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.16
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.11
0.05
0.00
0.00
0.00
Bawah
1
2
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.10
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.06
0.00
0.00
0.00
TINGGI
1
0.00 28.7
0.00 32.0
0.00 33.0
0.00 33.5
0.00 50.0
0.16 52.5
0.00 57.5
0.00 58.0
0.00 60.0
0.00 62.0
0.00 64.0
0.00 67.0
0.00 70.0
0.00 71.0
0.00 72.5
0.11 72.7
0.05 80.0
0.00 86.0
0.00 100.5
0.00 101.0
2
32.5
35.0
40.0
42.0
45.0
47.0
48.0
51.0
52.0
54.0
63.0
67.0
70.0
74.0
76.0
80.0
83.0
105.0
106.0
110.0
63
Tabel 6.4 Pengamatan Tanaman Kacang Tanah di Rumah Kaca
HARI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Suhu
1
36.0
36.0
35.4
34.8
36.1
34.6
34.2
29.2
32.7
34.8
31.4
28.6
34.8
29.9
36.0
32.7
29.2
32.7
31.2
29.9
2
35.9
36.1
35.2
34.9
31.1
34.6
34.2
29.4
32.8
34.9
31.4
28.6
34.9
30.0
35.9
32.8
29.4
32.7
31.2
30.0
RH
1
32.2
36.3
38.6
39.6
37.6
41.1
43.6
66.8
56.5
39.6
64.0
69.4
39.6
70.8
32.2
56.5
66.8
61.3
66.5
70.8
2
33.8
37.1
39.8
40.1
38.5
41.9
45.9
67.6
56.3
40.1
63.8
69.8
40.1
70.0
33.8
56.3
67.6
61.5
66.3
70.0
Sumber : Data rekap pengamatan
Atas
1
3354
164
1770
500
164
4595
3354
892
418
500
1464
580
500
3220
3354
418
892
4562
320
3220
2
2516
241
1739
489
241
3615
2516
788
352
489
1396
538
489
1980
2516
352
788
6266
407
1980
RUMAH KACA
Int. Cahaya
Tengah
Bawah
1
2
1
2
2664 1970 1612 1488
125 192 356 331
1407 1671 1435 1474
389 350 348 365
125 192 356 331
4944 4381 5865 5164
2664 1970 1612 1488
573 601 433 511
298 312 212 259
389 350 348 365
899 849 687 745
355 400 290 270
389 350 348 365
2936 2114 1388 1218
2664 1970 1612 1488
298 312 212 259
573 601 433 511
3838 4096 3748 3634
251 316 172 277
2936 2114 1388 1218
Atas
1
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.49
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.11
0.00
0.00
0.00
0.00
2
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.48
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.08
0.00
0.00
0.00
0.00
Kec. Angin
Tengan
1
2
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.09 0.09
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.20 0.00
0.00 0.08
0.00 0.09
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
Bawah
1
2
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.09 0.08
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
TINGGI
1
21.0
23.0
24.0
27.0
28.0
28.0
30.0
30.0
30.5
35.5
36.0
37.0
39.0
41.0
45.0
49.0
51.0
53.0
56.0
58.0
2
19.0
24.5
24.5
28.0
27.0
29.0
31.0
30.0
31.0
34.5
32.5
38.0
40.0
44.0
48.0
53.0
56.0
59.0
63.0
66.0
64
Tabel 6.5 Pengamatan Tanaman Kacang Tanah di Ruang Terbuka
HARI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Suhu
1
36.1
35.5
35.4
34.7
36.4
34.8
34.2
28.9
32.8
34.7
31.7
27.8
34.7
29.9
36.1
32.8
28.9
32.7
31.0
29.9
2
35.8
35.5
35.1
34.5
36.3
34.7
33.9
24.0
32.8
34.5
31.5
27.8
34.5
30.1
35.8
32.8
24.0
32.6
30.9
30.1
RH
1
30.6
38.7
35.9
41.0
37.2
40.6
41.7
69.2
55.9
41.0
63.0
73.6
41.0
69.3
30.6
55.9
69.2
61.4
66.5
69.3
2
33.8
39.3
38.1
42.3
37.8
41.2
42.5
58.0
56.9
42.3
63.9
73.6
42.3
69.6
33.8
56.9
58.0
62.5
67.9
69.6
Sumber : Data rekap pengamatan
Atas
1
2
2598 2562
243 244
2776 2890
1045 1179
243 244
3114 4630
2598 2562
1529 1329
609 537
1045 1179
3408 2641
642 828
1045 1179
7018 2574
2598 2562
609 537
1529 1329
1631 2686
281 248
7018 2574
RUANG TERBUKA
Int. Cahaya
Kec. Angin
TINGGI
Tengah
Bawah
Atas
Tengan
Bawah
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
2080 1750 1476 1122 0.26 0.27 0.19 0.06 0.15 0.00 5.0 4.0
231 170 175 256 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 9.0 8.0
2301 2314 2093 1764 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 9.5 7.5
813 946 637 576 11.80 0.00 8.60 0.00 6.80 0.00 11.5 10.0
231 170 175 256 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 14.0 12.0
3378 4580 4458 5068 0.93 0.53 0.54 0.35 0.16 0.22 14.5 13.5
2080 1750 1476 1122 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 15.5 13.9
1138 831 761 459 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 18.0 15.0
340 325 250 202 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 18.0 17.0
813 946 637 576 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 19.0 17.0
1934 1315 1125 903 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 19.0 17.5
408 480 400 378 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 21.0 18.0
813 946 637 576 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 23.0 20.0
4812 4168 2150 2676 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 25.0 22.0
2080 1750 1476 1122 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 27.0 24.0
340 325 250 202 0.28 0.09 0.16 0.07 0.06 0.00 27.5 26.0
1138 831 761 459 0.34 0.19 0.24 0.05 0.18 0.22 28.0 28.0
3306 1822 1370 3270 0.09 0.06 0.00 0.00 0.00 0.00 32.0 29.0
82 176
95
80 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 33.0 31.0
4812 4168 2150 2676 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 36.0 34.0
65
Tabel 6.6 Pengamatan Tanaman Kacang Tanah di Screen House
HARI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Suhu
1
36.5
35.0
34.6
35.0
35.8
34.4
33.5
28.2
32.9
35.0
30.7
27.7
35.0
29.7
36.5
32.9
28.2
32.3
30.4
29.7
2
35.4
35.3
34.5
34.5
25.7
34.4
33.3
28.1
33.6
34.5
30.7
27.7
34.5
29.6
35.4
33.6
28.1
32.4
30.3
29.6
RH
1
35.0
39.5
41.3
39.1
39.1
42.0
42.9
72.8
51.9
39.1
67.8
75.8
39.1
69.6
35.0
51.9
72.8
64.4
69.0
69.6
2
36.2
41.3
43.7
43.9
38.4
42.5
43.1
73.1
53.0
43.9
67.8
75.8
43.9
71.0
36.2
53.0
73.1
63.9
69.4
71.0
Sumber : Data rekap pengamatan
Atas
1
516
145
2086
393
145
9531
516
596
1155
393
1616
491
393
2362
516
1155
596
5086
113
2362
2
559
155
2444
444
155
8059
559
839
1196
444
1582
542
444
2808
559
1196
839
6592
116
2808
SCREEN HOUSE
Int. Cahaya
Tengah
Bawah
1
2
1
2
396 444 300 344
104 101
98
89
1652 1744 1342 2063
375 298 407 287
104 101
98
89
3159 3496 2377 2869
396 444 300 344
468 515 381 358
847 883 798 767
375 298 407 287
1071 1081 821 494
268 350 244 237
375 298 407 287
1874 1966 1532 1356
396 444 300 344
847 883 798 767
468 515 381 358
2147 3592 2193 2378
64
94
40
64
1874 1966 1532 Hari
Atas
1
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.52
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.19
0.00
0.00
0.00
2
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.41
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.09
0.16
0.00
0.00
0.00
Kec. Angin
Tengan
1
2
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.27 0.13
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.07
0.12 0.19
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
Bawah
1
2
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.07 0.05
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.03 0.08
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
TINGGI
1
13.0
15.0
18.0
20.0
21.0
24.5
25.1
28.0
30.0
31.5
32.0
35.0
38.0
42.0
44.0
48.0
49.0
50.0
51.0
54.0
2
16.5
20.0
23.5
27.9
28.0
29.5
33.0
34.0
36.0
38.0
43.0
46.0
49.0
52.0
56.0
61.0
65.0
68.0
72.0
76.0
66
Tabel 6.7 Pengamatan Tanaman Kacang Hijau di Rumah Kaca
HARI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Suhu
1
36.2
36.2
35.1
31.3
36.1
34.7
34.4
32.6
29.4
36.1
31.3
34.7
36.2
36.2
34.4
32.6
29.4
32.7
35.1
32.7
2
36.1
36.2
35.1
31.4
36.2
34.7
44.8
32.6
29.4
36.2
31.4
34.7
36.2
36.1
44.8
32.6
29.4
32.7
35.1
32.7
RH
1
31.4
36.3
38.4
64.7
37.1
40.8
40.7
56.5
67.4
37.1
64.7
40.8
36.3
31.4
40.7
56.5
67.4
61.0
38.4
61.0
2
31.6
37.1
37.6
64.2
37.5
40.7
42.6
56.9
67.4
37.5
64.2
40.7
37.1
31.6
42.6
56.9
67.4
61.3
37.6
61.3
Sumber : Data rekap pengamatan
Atas
1
3202
3202
1763
1421
236
4169
830
469
830
236
1421
4169
3202
3202
1421
469
830
5014
1763
5014
2
6154
6154
2372
1557
295
4715
676
510
676
295
1557
4715
6154
6154
1557
510
676
6488
2372
6488
RUMAH KACA
Int. Cahaya
Tengah
Bawah
1
2
1
2
2186 3494 1946 3202
2186 3494 1946 3202
1482 1695 1067 1760
741 1166 872 1114
185 164 139 143
3968 5311 5434 6564
547 576 619 574
516 430 577 441
547 576 619 574
185 164 139 143
741 1166 872 1114
3968 5311 5434 6564
2186 3494 1946 3202
2186 3494 1946 3202
741 1166 872 1114
516 430 577 441
547 576 619 574
5062 5624 5248 4814
1482 1695 1067 1760
5062 5624 5248 4814
Atas
1
0.00
0.00
0.00
0.00
0.11
0.64
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.10
0.29
0.00
0.00
0.00
2
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.21
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.11
0.07
0.00
0.00
0.00
Kec. Angin
Tengan
1
2
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.09 0.00
0.32 0.13
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.07 0.08
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
Bawah
1
2
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.14 0.13
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.03
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
TINGGI
1
18.0
20.0
22.0
25.0
27.0
28.0
29.0
30.0
31.0
32.0
33.0
37.0
38.0
39.0
42.0
42.5
58.0
58.0
58.0
61.0
2
17.0
19.0
21.0
24.0
27.0
29.0
31.0
33.0
34.0
35.0
36.0
39.0
42.0
43.0
45.5
51.0
53.0
60.0
67.0
71.0
67
Tabel 6.8 Pengamatan Tanaman Kacang Hijau di Ruang Terbuka
HARI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Suhu
1
35.8
35.7
34.9
31.3
36.6
34.8
33.3
32.7
28.7
33.3
31.3
28.4
35.7
35.8
33.3
32.7
28.7
32.4
34.9
32.4
2
35.9
35.8
34.9
31.2
36.5
34.9
33.9
32.7
23.8
33.9
31.2
28.4
35.8
35.9
33.9
32.7
23.8
32.4
34.9
32.4
RH
1
32.2
38.5
36.5
65.3
36.0
39.9
42.4
55.6
70.4
42.4
65.3
71.2
38.5
32.2
42.4
55.6
70.4
62.4
36.5
62.4
2
30.0
37.8
38.3
64.9
36.6
39.9
41.9
56.4
58.8
41.9
64.9
71.2
37.8
30.0
41.9
56.4
58.8
61.7
38.3
61.7
Sumber : Data rekap pengamatan
Atas
1
2718
2718
3249
3277
301
6624
1684
845
1684
3277
3277
671
2718
2718
3277
845
1684
3220
3249
3220
2
2342
2342
5638
3059
315
6602
1612
659
1612
3059
3059
643
2342
2342
3059
659
1612
2044
5638
2044
RUANG TERBUKA
Int. Cahaya
Tengah
Bawah
1
2
1
2
2166 1924 1664 1592
2166 1924 1664 1592
2396 1853 2239 1982
226 3059 2189 1240
226 280 402 423
6768 3442 3820 4404
1132 1219 1035 803
742 527 673 476
1132 1219 1035 803
226 3059 2189 1240
226 3059 2189 1240
391 398 365 429
2166 1924 1664 1592
2166 1924 1664 1592
226 3059 2189 1240
742 527 673 476
1132 1219 1035 803
1468 2242 1758 1514
2396 1853 2239 1982
1468 2242 1758 1514
Atas
1
0.39
0.00
0.00
0.00
0.11
0.64
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.19
0.26
0.00
0.00
0.00
2
0.56
0.00
0.00
0.00
0.00
0.57
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.12
0.00
0.00
0.00
0.14
0.54
0.00
0.00
0.00
Kec. Angin
Tengan
1
2
0.08 0.37
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.15 0.06
0.61 0.35
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.09
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.09 0.14
0.08 0.34
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
Bawah
1
2
0.00 0.27
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.08 0.00
0.23 0.16
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.07
0.04 0.36
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
TINGGI
1
8.0
10.0
13.0
15.0
17.0
18.0
19.0
21.0
23.0
25.0
26.0
29.0
29.7
30.0
31.5
32.0
44.0
48.0
52.0
53.0
2
11.0
14.0
17.0
20.0
22.0
26.3
27.0
27.0
29.5
29.5
31.0
32.0
34.0
37.0
41.0
45.0
47.0
50.0
53.0
57.0
68
Tabel 6.9 Pengamatan Tanaman Kacang Hijau di Screen House
HARI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Suhu
1
35.8
35.5
34.7
30.8
35.4
34.5
33.4
32.7
28.3
34.5
30.8
27.7
35.5
35.8
33.4
32.7
28.3
32.4
34.7
32.4
2
35.8
35.7
34.7
30.8
35.3
34.5
33.7
32.7
28.2
34.5
30.8
27.7
35.7
35.8
33.7
32.7
28.2
32.3
34.7
32.3
RH
1
33.2
39.1
39.6
67.5
40.2
41.3
43.6
55.1
72.4
41.3
67.5
74.0
39.1
33.2
43.6
55.1
72.4
63.7
39.6
63.7
2
33.8
41.2
41.5
67.9
42.0
42.3
43.3
55.5
72.6
42.3
67.9
74.4
41.2
33.8
43.3
55.5
72.6
64.1
41.5
64.1
Sumber : Data rekap pengamatan
Atas
1
521
521
2290
1773
228
1404
1773
498
920
1404
1773
498
521
521
1773
498
920
3213
2290
3213
2
627
627
2016
1458
201
2235
1458
479
933
2235
1458
554
627
627
1458
479
933
3160
2016
3160
SCREEN HOUSE
Int. Cahaya
Tengah
Bawah
1
2
1
2
473 530 392 346
473 530 392 346
1779 1890 1547 1724
838 872 961 1105
146 165 128
99
1484 2566 6277 6367
838 872 961 1105
544 573 410 557
522 681 538 412
1484 2566 6277 6367
838 872 961 1105
248 278 299 303
473 530 392 346
473 530 392 346
838 872 961 1105
544 573 410 557
522 681 538 412
3144 2944 3160 3292
1779 1890 1547 1724
3144 2944 3160 3292
Atas
1
0.00
0.00
0.00
0.00
0.13
0.09
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.09
0.02
0.00
0.00
0.00
2
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.08
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Kec. Angin
Tengan
1
2
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.06 0.09
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.11 2.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
Bawah
1
2
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.06 0.11
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.18 0.08
0.02 2.06
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
TINGGI
1
15.0
19.0
21.0
22.0
23.0
24.0
28.0
30.5
31.5
31.5
40.0
41.0
49.0
53.0
55.0
60.0
62.0
64.0
67.0
70.0
2
13.0
17.0
20.0
22.0
23.6
27.0
29.5
31.0
32.0
35.0
36.5
42.0
47.0
52.0
56.0
61.0
65.0
68.0
71.0
74.0
69
Gambar 6.1 Diagram Tinggi Tanaman Jagung di Rumah Kaca, Screen House, dan
Ruang Terbuka
Tinggi Tanaman Jagung
120.0
Tinggi Tanaman
100.0
80.0
Rumah Kaca
60.0
Ruang Terbuka
40.0
Screen House
20.0
0.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Hari
Sumber : Data rekap pengamatan
Gambar 6.2 Diagram Tinggi Tanaman Kacang Tanah di Rumah Kaca, Screen
House, dan Ruang Terbuka
Tinggi Tanaman Kacang Tanah
70
Tinggi Tanaman
60
50
40
Rumah Kaca
30
Ruang Terbuka
20
Screen House
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Hari
Sumber : Data rekap pengamatan
70
Gambar 6.3 Diagram Tinggi Tanaman Kacang Hijau di Rumah Kaca, Screen
House, dan Ruang Terbuka
Tinggi Tanaman Kacang Hijau
80.0
Tinggi Tanaman
70.0
60.0
50.0
40.0
Rumah Kaca
30.0
Ruang Terbuka
Screen House
20.0
10.0
0.0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Hari
Sumber : Data rekap pengamatan
71
C. Pembahasan
Radiasi atau intensitas cahaya yang dijumpai dalam praktikum pengamatan
kali ini rata-rata radasi paling tinggi terdapat dalam tempat yang terbuka yaitu
dengan rata –rata 1874. Hal ini disebabkan di tempat terbuka cahaya matahari
dapat mengenai permukaan tumbuhan langsung tanpa ada yang menghalangi.
Dalam praktikum pengamatan kali ini rata-rata suhu paling tinggi dijumpai pada
pengamatan di rumah kaca yaitu antara 28-36° C, baik dalam perlakuan
tanaman jagung, kacang kedelai, maupun kacang tanah. Hal ini dikarena dalam
rumah kaca menerapkan prinsip yang mampu memperangkap panas dengan
baik. Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Suhu berkorelasi positif dengan
radiasi matahari. Suhu tanah maupun udara di sekitar tajuk tanaman
(Suhardiyanto 2009).
Kecepatan angin yang dijumpai dalam praktikum pengamatan kali ini
menunjukkan peristiwa 0 dalam pengukuran. Hal ini terjadi akibat disekitar
areal praktikum terdapat beberapa pagar tanaman dan dinding tembok. Kedua
medium ini berfungsi sebagai pematah angin sehingga angin tidak dapat masuk
secara langsung ke tajuk tanaman. Untuk kelembapan paling tinggi dijumpai
dalam screen house, yaitu dapat mencapai 78-80%, baik dalam perlakuan
tanaman jagung, kacang kedelai, maupun kacang tanah. Karena dalam screen
house intensitas matahari sedikit terhalangi sehingga membuat suasana dalam
screen house lebih lembab. Kondisi ini cocok untuk tanaman yang memerlukan
kelembapan tinggi. Kelembaban merupakan salah satu faktor lingkungan
abiotik yang berpengaruh terhadap aktivitas organisme di alam. Kelembaban
merupakan jumlah uap air di udara. Jumlah uap air yang tersimpan di udara
dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan, sehingga kelembaban relatif adalah
persentase uap air yang sebenarnya ada dibandingkan dengan kejenuhan
dibawah temperatur dan tekanan tertentu (Umar 2013).
Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk mendapatkan kondisi
iklim mikro yang sesuai dalam budidaya tanaman adalah pertanian rumah kaca
(greenhouse farming) atau pertanian rumah kasa (screenhouse farming).
72
Pembuatan rumah kaca pada daerah tropis dengan pembuatan rumah kaca pada
daerah sub tropis sangat berbeda. Hal ini disebabkan adanya gerak semu
matahari, jika dilihat dari bumi, matahari seolah-olah berpindah posisi.
Terkadang berada di sebelah utara katulistiwa, kadang pula di sebelah selatan
katulistiwa.
Greenhouse dibuat untuk mempermudah terhadap pengendalian sejumlah
faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, faktor
lingkungan tersebut antara lain adalah suhu udara, cahaya matahari,
kelembaban udara, kecepatan angin, dan unsur hara. Greenhouse yang
dibangun tidak dengan rancangan yang sesuai untuk iklim tropika basah kurang
optimum pemanfaatannya karena tingginya suhu udara didalam rumah
tanaman. Suhu udara di dalam Greenhouse pada siang hari terlalu tinggi bagi
pertumbuhan tanaman (Alahudin, 2013).
Pembuatan
rumah kaca pada daerah subtropis perlu sekali untuk
memperhatikan adanya gerak semu matahari. Pembuatan rumah kaca harus
memperhatikan adanya gerak semu matahari agar dapat mengoptimalkan
sumber energi yang ada. Sehingga secara tidak langsung, rumah kaca tersebut
akan dapat mampu menghasilkan tanaman yang baik pula.Rumah kasa dapat
memfasilitasi dan mengontrol kondisi lingkungan yang dibutuhkan oleh
tanaman, melindungi tanaman dari curah hujan yang tinggi dan kelebihan
intensitas cahaya. Perbaikan Teknik Budidaya untuk tanaman holtikultur, yaitu
dengan menggunakan screen house atau rumah paranet. Konsep ini lebih
mengarah kepada metode protektif, maksud dari protektif disini adalah
tanaman- tanaman budidaya yang kita budidayakan ditanam didalam paranet,
dan paranet ini lebih melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit.
Penggunaan yang cocok dalam pembudidayaan tanaman pada daerah tropis
adalah penggunaan screen house karena suhu di dalamnya tidak terlalu tinggi,
sedangkan penggunaan rumah kaca kurang cocok pada daerah tropis.
73
D. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah kami dilakukan, dapat
disimpulkan yaitu perbandingan kondisi iklim mikro yang berada di rumah
kaca, screen house, dan tempat terbuka ternyata sangat berbeda. Hal ini
dikarenakan ketiga tempat tersebut mempunyai perlakuan yang berbedabeda. Pada rumah kaca terdapat beberapa perlakuan khusus yang
menyebabkan suhu yang ada menjadi lebih tinggi, dan RHnya lebih rendah.
Perlakuan ini dilakukan agar tanaman yang ada di dalam rumah kaca dapat
terlindung dari hujan, angin dan hama atau penyakit. Pada screen house
bertujuan untuk melindungi tanaman yang memerlukan perlindungan
sehingga tidak terpapar radiasi surya secara langsung sehingga tanaman
dapat tumbuh secara optimal.
2. Saran
Peralatan yang digunakan untuk praktikum sebaiknya dilakukan
perawatan dan kalibrasi sehingga dapat memperpanjang umur penggunaan
ke depannya nanti.
DAFTAR PUSTAKA
Alahudin, Muchlis. 2013. Kondisi Termal Bangunan Greenhouse dan Screenhouse
Pada Fakultas Pertanian Universitas Musamus Merauke. Jurnal Ilmiah
Mustek Anim Ha. Vol. 2(1) : 16 – 27.
Media Suhardiyanto, H 2009. Teknologi Rumah Tanaman untuk lklim Tropika
Basah:Pemodelan dan Pengendalian Lingkungan. Bogor: IPB Press.
Umar, M. R 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Makassar: Unhas Press.
VII.
KECEPATAN ANGIN DI DALAM PERTANAMAN JAGUNG
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Angin dalam budidaya pertanian dapat berpengaruh langsung seperti
merobohkan tanaman. Pengaruh angin secara tidak langsung sangat
komplek baik yang menguntungkan maupun merugikan bagi tanaman.
Dengan adanya angin maka akan membantu dalam penyerbukan tanaman
dan pembenihan alamiah. Kelemahan juga akan terjadi pada penyerbukan
silang dan penyebaran benih gulma yang tidak dikehendaki. Angin juga
merupakan salah satu penyebar hama dan patogen yang dapat mempertinggi
serangan hama dan penyakit yang akan sangat merugikan.
Kecepatan angin adalah kecepatan udara yang bergerak secara
horizontal pada ketinggian dua meter diatas tanah. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kecepatan angin antara lain adalah bentuk bumi akan
mempengaruhi arah dan kecepatan angin. Bagian-bagian pada kecepatan
putaran bumi yang bertambah maka kecepatan angin pun bertambah. Jika
tekanan udara semakin bertambah maka kecepatan dan kuatnya arus angin
juga bertambah.
Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling
bertentangan terhadap laju transpirasi. Angin menyapu uap air hasil
transpirasi sehingga angin menurunkan kelembaban udara di atas stomata,
sehingga meningkatkan kehilangan neto air. Angin menyapu daun, maka
akan mempengaruhi suhu daun. Suhu daun akan menurun dan hal ini dapat
menurunkan tingkat transpirasi. Angin juga membawa gas-gas yang
dibutuhkan oleh tanaman, seperti gas CO2 yang berperan penting sebagai
material fotosintesis. Dalam hal ini dilakukan pengamatan terhadap
kecepatan angin di dalam pertanaman jagung sehingga mempengaruhi
pertumbuhan tanaman jagung.
75
76
2. Tujuan Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh jarak
tanaman terhadap kecepatan angin pada tanaman jagung dan pertumbuhan
tanaman jagung.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum
mengenai
pengukuran
kecepatan
angin
dalam
pertanaman jagung ini dilaksanakan pada hari Selasa, 8 Mei 2018 jam
08.00-09.15. Bertempat di kebun percobaan Fakultas Pertanian UNS desa
Sukosari, Jumantono, Karanganyar.
77
B. Hasil Pengamatan
1. Alat
a. Anemometer
2. Cara Kerja
a. Menyiapkan 4 petak tanam.
b. Menanam jagung pada 2 petak dengan jarak tanam 50 cm x 40 cm
c. Menanam jagung pada 2 petak dengan jarak tanam 25 cm x 40 cm
d. Melakukan pengamatan kecepatan angin di atas tajuk tanaman dan di
dalam tajuk tanaman, lalu dibandingkan antar perbedaan jarak tanam.
3. Data hasil pengamatan
Tabel 7.1 Kecepatan Angin dalam Tanaman Jagung Petak 50 cm x 40 cm
dan 25 cm x 40 cm
SHIFT
07.00-07.45
07.45-08.30
08.30-09.15
09.15-10.00
10.00-10.45
10.45-11.30
11.30-12.15
12.15-13.00
13.00-13.45
Kecepatan Angin
Petak Pertanaman
40x50
40x50
25x50
25x50
(1)
(2)
(3)
(4)
0,345
0,358
0,499
0,463
1,2869
0,9447
1,287
0,3555
5,817
0,756
15,468
0,503
0,521
0,789
0,591
0,523
0,366
0,93
0,748
1,251
0,437
0,568
0,538
0,477
0,167
0,956
0,007
0,037
0,443
0,46
0,4
0,749
0,807
1,083
0,663
0,707
1,132211 0,760522 2,244556 0,562833
0,946367
1,403694
Sumber : Data rekap pengamatan
Tabel 7.2 Tabel Tinggi Tanaman Jagung Petak 50 cm x 40 cm
SAMPEL
1
2
3
4
5
PEMATAH ANGIN
MST 1
MST 2 MST3
50
72
75
39
48
55
62,5
104
112
43
44
60
43
60
71
Sumber : Data rekap pengamatan
78
Tabel 7.3 Tabel Tinggi Tanaman Jagung Petak 25 cm x 40 cm
SAMPEL
1
2
3
4
5
PEMATAH ANGIN
MST 1
MST 2
MST3
62
80
85
67
70
77
47
58
63
47
60
69
58
71
79
Sumber : Data rekap pengamatan
Gambar 7.1 Grafik Rata-rata Kecepatan Angin
Rata - rata kecepatan angin
2.5
Kecepatan angin
2
1.5
1
Series 1
0.5
0
40x50 (1)
40x50 (2)
25x50 (3)
Perlakuan
Sumber : Data rekap pengamatan
25x50 (4)
79
C. Pembahasan
Kecepatan angin adalah cepat lambatnya angin bertiup pada suatu tempat.
Angin merupakan besaran vektor yang mempunyai arah dan kecepatan. Angin
adalah gerak udara yang sejajar dengan permukaan bumi. Udara bergerak dari
daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Angin terjadi
disebabkan oleh adanya beda tekanan horizontal. Angin permukaan memiliki
gaya gesek karena adanya kekasaran permukaan bumi. Gaya gesek
menyebabkan kecepatan angin melemah (Nurhayati dan Aminuddin, 2016).
Angin sendiri memiliki peran yang besar dalam dunia pertanian. Angin
memiliki peran dalam proses polinasi atau penyerbukan pada tumbuhan. Akan
tetapi tidak setiap angin memiliki manfaat bagi makhluk hidup khusunya
tanaman. Angin pada kecepatan tertentu dapat bersifat destruktif atau merusak
bagi tanaman sehingga dapat menyebabkan tanaman rubuh, meningkatkan laju
evapotranspirasi, dan lain – lain.
Tanaman akan tumbuh dengan baik apabila memenuhi syarat-syarat
pertumbuhannya. Pada proses pematangan buah semakin tinggi suhu semakin
cepat matang dan angin akan membantu mempercepat proses penyerbukan
sarinya. Namun angin akan mengakibatkan tanaman layu apabila angin bertiup
terlalu kencang serta membawa dan mendorong perkembangan penyakit pada
tanaman. Perkembangan organisme terutama jamur akan berkembang cepat
apabila dipengaruhi oleh besarnya kelembaban udara di suatu tempat. Dengan
adanya perkiraan cuaca akan memberikan manfaat dan mengurangi dampak
serta kerugian yang akan terjadi (Fachry et al., 2017).
Daerah pertanaman yang memiliki jarak tanam yang lebih rapat memiliki
tinggi yang lebih tinggi dari pertanaman dengan jarak tanam yang relatif
renggang. Data pengamatan menunjukkan bahwa kecepatan angin pada jarak
tanam yang rapat lebih kecil. Hal ini disebabkan jarak tanam yang dekat juga
berperan sebagai pematah angin, sehingga kecepatan angin dapat berkurang
secara signifikan. Pertumbuhan tanaman juga lebih baik pada kecepatan angin
yang rendah.
80
D. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa kecepatan angin berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Tanaman
yang ditanam pada jarak tanam yang relatif dekat dan dilindungi pematah
angin memiliki laju pertumbuhan yang lebih cepat dari pada tanaman yang
ditanam pada jarak tanam yang relatif renggang. Pematah angin berfungsi
untuk mengurangi kecepatan angin secara signifikan. Pematah angin sendiri
dapat berupa vegetasi maupun bangunan yang dibangun khusus pada tempat
dan ketinggian tertentu.
2. Saran
Tempat untuk praktikum pengamatan kecepatan angin seharusnya
dapat mendukung pengamatan. Sehingga dapat diperoleh data yang akurat
dan kredibel bagi praktikan nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Nurhayati dan J Aminuddin. 2016. Pengaruh Kecepatan Angin Terhadap
Evapotranspirasi
Berdasarkan
Metode
Penman
di
Kebun
Stroberi
Purbalingga. Journal of Islamic Science and Technology. Vol. 2(1) : 21 – 28.
Fachry, Astuti Kirana, Zulhendri Kamus, dan Sugeng Nugroho. 2017. Studi ALat
dan Hasil Pengukuran Kecepatan Angin Menggunakan Instrumen
Agroclimate Automatic Weather Station (AAWS) di BMKG Sicincin. Pillar
of Physic. Vol. 9(3) : 01 – 08.
VIII.
KLASIFIKASI IKLIM
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca pada suatu wilayah dalam
jangka waktu yang relatif lama. Klasifikasi iklim merupakan usaha untuk
mengidentifikasi dan mencirikan perbedaan iklim yang terdapat di bumi.
Akibat perbedaan latitude (posisi relatif terhadap khatulistiwa, garis
lintang), letak geografi, dan kondisi topografi, suatu tempat memiliki
kekhasan iklim. Sifat-sifat iklim antara lain berlaku untuk waktu yang lama,
meliputi daerah yang luas, merupakan hasil rata-rata cuaca, bukan
merupakan pencatatan baru.
Unsur-unsur iklim tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling
berinteraksi dan saling mempengaruhi. Perilaku salah satu unsur iklim di
suatu wilayah atau tempat merupakan resultant dari bermacam-macam
unsur iklim lainya. Pola perilaku iklim di bumi cukup rumit, sehingga ada
kecenderungan bahwa karakteristik dan pola tertentu dari unsur-unsur iklim
di berbagai daerah yang letaknya saling berjauhan sekalipun. Faktor utama
tersebut dapat berupa salah satu unsur iklim (pengendali) atau letak
geografisnya.
Keadaan iklim tiap wilayah seperti daerah dingin, daerah panas,
gurun, stepa atau hutan tropis ternyata tersebar di berbagai tempat sehingga
membutuhkan suatu system penamaan untuk kelompok-kelompok yang
sama tersebut. Sistem penamaan terhadap pokok bahasan dalam setiap
cabang ilmu yang mendasarkan pada sifat-sifat yang sama atau
persamaannya kita kenal sebagai sistem klasifikasi. Cabang ilmu lain
misalnya ilmu tanah, botani, dan entomologi dalam membahas formulasiformulasi kesamaan tentang sifat unsur-unsur iklim di suatu wilayah
sehingga dapat dikelompokkan menjadi kelas-kelas iklim. Pada hakekatnya
kegunaan klasifikasi iklim adalah suatu metode untuk memperoleh efisiensi
informasi dalam bentuk yang umum dan sederhana. oleh karena itu analisis
82
83
statik unsur-unsur iklim dapat dilakukan untuk menjelaskan dan memberi
batas pada tipe-tipe iklim secara kuantitatif, umum dan sederhana.
Klasifikasi iklim biasanya terkait dengan bioma atau provinsi
floristik karena iklim mempengaruhi vegetasi asli yang tumbuh di suatu
kawasan. Klasifikasi iklim yang paling umum dikenal adalah klasifikasi
Koeppen dan Geiger. Klasifikasi ini berlaku untuk seluruh dunia sehingga
sering dirujuk untuk kajian-kajian geologis dan ekologi. Beberapa negara
mengembangkan klasifikasi iklim sendiri untuk mengatasi variasi iklim
tempatan yang beragam. Indonesia, misalnya, lebih sering menggunakan
sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson (SF), yang ternyata disukai untuk
kajian-kajian kehutanan dan pertanian.
2. Tujuan praktikum
Kegiatan praktikum ini dilaksanakan untuk memahami klasifikasi
iklim berdasarkan data curah hujan selama 10 tahun pada suatu wilayah.
3. Waktu dan tempat praktikum
Kegiatan praktikum mengenai klasifikasi iklim dilaksanakan pada
hari .... pukul .... WIB di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
84
B. Hasil Pengamatan
1. Alat dan cara kerja
a. Klasifikasi Iklim Menurut Schmidt-Ferguson
Sistem iklim ini sangat terkenal di Indonesia. Penyusunan peta iklim
menurut Schmidt-Ferguson lebih banyak digunakan untuk iklim hutan.
Pengklasifikasian iklim menurut Schmidt-Ferguson ini didasarkan pada
nisbah bulan basah dan bulan kering. Pencarian rata-rata bulan kering
atau bulan basah dalam klasifikasian iklim Schmidt-Ferguson dilakukan
dengan membandingkan jumlah atau frekuensi bulan kering atau bulan
basah selama tahun pengataman dengan banyaknya tahun pengamatan.
Bulan lembab dalam penggolongan ini tidak dihitung. Persamaan yang
dikemukaan Schmidt-Ferguson adalah
=
−
−
! ℎ
# 100%
Tabel klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson :
Tipe Iklim
A. (Sangat Basah)
Kriteria
0 < Q < 0,143
B. (Basah)
0,143 < Q < 0,333
C. (Agak Basah)
0,333 < Q < 0,600
D. (Sedang)
0,600 < Q < 1,000
E. (Agak Kering)
1,000 < Q < 1,670
F. (Kering)
1,670 < Q < 3,000
G. (Sangat Kering)
3,000 < Q < 7,000
H. (Luar Biasa Kering)
7,000 < Q
b. Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman
Klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Oldeman didasarkan kepada
jumlah kebutuhan air oleh tanaman. Penyusunan tipe iklimnya
berdasarkan jumlah bulan basah yang berlangsung secara berturut-turut.
Menurut Oldeman suatu bulan dikatakan bulan basah (BB) apabila
85
mempunyai curah hujan bulanan lebih besar dari 200 mm dan dikatakan
bulan kering (BK) apabila curah hujan bulanan lebih kecil dari 100 mm.
Tabel klasifikasi iklim menurut Oldeman
Zona
Kriteria
A
BB lebih dari 9 kali berturut-turut
B
BB 7 sampai 9 kali berturut-turut
C
BB 5 sampai 6 kali berturut-turut
D
BB 3 sampai 4 kali berturut-turut
E
BB kurang dari 3 kali
2. Data hasil pengamatan
Tabel data curah hujan 10 tahun (2003 – 2012) Kabupaten Sragen
Bulan
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Januari
191
334
78
357
190
335
353
396
258
583
Februari
305
227
136
258
418
216
453
311
160
230
Maret
388
196
122
122
433
391
177
625
540
225
April
52
30
80
270
303
42
128
228
362
118
Mei
0
82
15
101
78
110
214
463
238
61
Juni
56
0
135
0
54
44
26
88
20
31
Juli
19
59
62
0
4
0
0
113
43
0
Agustus
0
0
45
0
0
23
0
103
25
0
September
0
0
62
0
0
6
10
200
23
0
Oktober
31
51
71
0
81
256
44
185
112
127
November
270
213
79
59
171
261
278
207
362
253
Desember
404
264
340
178
646
50
158
216
98
233
Menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson maka Kabupaten Sragen
termasuk dalam tipe iklim sedang atau D dengan nilai 0,670. Sedangkan
menurut sistem klasifikasi Oldeman maka Kabupaten Sragen termasuk
dalam zona C karena mengalami bulan basah sebanyak 5 kali berturut-turut
mulai bulan November hingga Maret.
86
C. Pembahasan
Iklim merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
produktivitas tanaman. Berdasarkan gambaran iklim akan dapat diindetifikasi
tipe vegetasi yang tumbuh di lokasi tersebut. Pada kondisi tertentu pengaruh
iklim terhadap vegetasi yang tumbuh di tempat jauh lebih kuat dibandingkan
dengan pengaruh tanah yang sama ternyata vegetasi penutupnya berbeda akibat
kondisi iklim yang berbeda. Untuk mengetahui apakah tanaman atau makhluk
hidup lainnya dapat hidup sesuai pada iklim tertentu, diperlukan informasi iklim
yang lebih rinci dari beberapa dekade dengan nilai rata-rata bulanan dengan
pola sebarannya sepanjang tahun. Sedangkan untuk menduga keragaman
tanaman, diperlukan informasi cuaca harian (Setiawan, 2009).
Klasifikasi iklim penting dalam kegiatan pertanian. Hal ini diperlukan untuk
menentukan jenis dan masa tanam yang cocok bagi suatu jenis tanaman.
Kondisi iklim tertenu hanya cocok untuk satu atau beberapa jenis tanaman saja.
Selain itu, pengamatan iklim juga berguna untuk memperkirakan dinamika
iklim kedepanya.
Iklim selalu berubah menurut ruang dan waktu. Dalam skala waktu
perubahan iklim akan membentuk pola atau siklus tertentu, baik harian,
musiman, tahunan maupun siklus beberapa tahunan. Selain perubahan yang
berpola siklus, aktivitas manusia menyebabkan pola iklim berubah secara
berkelanjutan, baik dalam skala global maupun skala lokal. Selama ini
pemanfaatan data-data iklim lama masih sering digunakan karena kurangnya
penelitian tentang iklim, khususnya skala lokal. Hal ini juga terjadi pada
penentuan zona-zona iklim seperti zona iklim klasifikasi Schmidt-Ferguson. Di
Pulau Lombok Schmidt-Ferguson pernah menganalisa data curah hujan untuk
menentukan tipe-tipe iklim yang di publikasikan pada tahun 1951 dan data-data
itu masih digunakan sampai sekarang (Syakur, 2008).
Perubahan dinamika iklim sekarang sulit untuk diprediksi. Hal ini
disebabkan oleh adanya pemasanan global sebagai akibat dari meingkatnya
konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Gas rumah kaca ini berdampat secara
langsung terhadap lapisan ozon di ionosfer. Ozon sendiri memiliki fungsi yang
87
sangat vital dalam menyaring radiasi matahari yang dipancarkan ke bumi.
Perubahan iklim sekarang tentunya menuntut akan adanya data iklim yang
akurat dan kredibel.
Perubahan iklim saat ini juga dipengaruhi oleh fenomena El-Nino dan
fenomena La-Nina. Fenomena ini juga menyebabkan penurunan dan
peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia. Seiring
dengan sering terjadinya perubahan iklim maka dilakukan penambahan pos-pos
penakar curah hujan yang kemudian timbul perubahan tipe – tipe iklim
berdasarkan klasifikasi Schmidt–Ferguson (Sasminto et al., 2015).
88
D. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
daerah Kabupaten Sragen memiliki iklim sedang menurut klasifikasi
Schmidt-Ferguson dan zona C menurut klasifikasi Oldeman. Curah hujan
memegang peranan penting dalam penentuan tipe iklim pada sistem
klasifikasi Schmidt-Ferguson dan Oldeman. Kondisi curah hujan di
Kabupaten Sragen cukup untuk melakukan kegiatan pertanian.
2. Saran
Data yang digunakan untuk praktikum sebaiknya diperbarui dan
menggunakan data dari beberapa daerah yang berbeda sehingga dapat
diketahui rentang iklim di Indonesia secara umum.
DAFTAR PUSTAKA
Setiawan, Eko. 2009. Kajian Hubungan Unsur Iklim Terhadap Produktivitas Cabe
Jamu (Piper retrofractum Vahl) di Kabupaten Sumenep. Agrivor.
Vol. 2(1) : 1 – 11.
As-Syakur, Abd Rahman. 2008. Evaluasi Zona Agroklimat dari Klasifiaksi
Schmidt-Ferguson Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Geografi
(SIG). Jurnal Pijar MIPA. Vol. 3(1) : 17 – 22.
Sasminto, Retno Ayu, Alexander Tunggul, J. Bambang Rahadi W. 2015. Analisis
Spasial Penentuan Iklim Menurut Klasifikasi Schmidt-Ferguson dan
Oldeman di Kabupaten Ponorogo. Jurnal Sumberdaya Alam dan
Lingkungan. 51 – 56.
Download