15 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan media alami bagi pertumbuhan tanaman. Tanah yang produktif harus dapat menyediakan lingkungan yang optimum baik secara fisik, kimia, dan biologis untuk dapat menghasilkan biomassa dan produksi tanaman yang tinggi serta dapat digunakan secara berkelanjutan. Tanah secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran serta menyuplai kebutuhan air dan hara ke akar tanaman. Secara kimiawi, tanah berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi. Sedangkan secara biologis, tanah berfungsi sebagai habitat bagi organisme tanah yang turut berpartisipasi aktif dalam penyediaan unsur hara tanaman. Lahan pertanian yang digunakan secara terus menerus untuk pertanaman tanaman pangan dapat menurunkan kualitas tanah dan produktivitas apabila tidak menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang memadai. Menurut Arsyad (2006) upaya konservasi tanah dan air ditujukan untuk mencegah erosi, memperbaiki tanah yang rusak, dan memelihara, serta meningkatkan produktivitas tanah agar tanah dapat digunakan secara berkelanjutan (lestari). Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dapat menurunkan kondisi fisik, kimia, dan biologi tanah, sehingga tanah menjadi kurang subur dan produksi tanaman dapat menurun. Sisa tanaman yang banyak diangkut keluar areal pertanaman atau dibakar dan hanya sedikit yang dikembalikan ke tanah setelah pemanenan, dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan hara, hilangnya lapisan atas tanah yang menyebabkan penurunan bahan organik, kesuburan tanah, dan terjadi erosi. Kondisi tersebut dapat diantisipasi melalui tindakan konservasi tanah dan air yang baik salah satunya yaitu dengan pemupukan bahan organik berupa sisa-sisa tanaman atau pupuk hijau (Suwardjo, 1981). Penggunaan sisa tanaman sebagai mulsa merupakan salah satu teknik konservasi lahan yang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Penggunaan sisa-sisa tanaman sebagai mulsa dapat mengurangi benturan langsung butiran hujan, efektif menekan aliran permukaan serta erosi, memperbaiki infiltrasi, menjaga kelembaban tanah, mengurangi fluktuasi suhu tanah, dan 16 2 meningkatkan aktivitas biota tanah (Kohnke dan Bertrand, 1959). Disamping berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah, mulsa juga berpengaruh terhadap produksi tanaman karena dapat menciptakan kondisi tanah yang baik untuk perkembangan akar tanaman dan dapat menekan pertumbuhan gulma, sehingga mengurangi persaingan dalam memanfaatkan unsur hara dan air dari tanah. Mulsa dapat berasal dari hijauan hasil pangkasan tanaman pagar, tanaman strip rumput, dan sisa tanaman. Mulsa dapat terdiri atas sisa tanaman yang cepat melapuk dan lambat melapuk. Bahan hijauan atau biomassa yang cepat melapuk seperti sisa tanaman kacang-kacangan, berguna untuk memperbaiki struktur tanah dan menyediakan hara secara cepat, sedangkan biomasa yang relatif lambat melapuk seperti jerami padi, batang jagung, berguna untuk menghambat laju aliran permukaan. Bahan hijauan tersebut disebarkan di atas permukaan tanah secara rapat untuk menghindari kerusakan permukaan tanah dari terpaan hujan dan angin. 1.2. Tujuan 1. Mempelajari pengaruh penggunaan sisa-sisa tanaman terhadap sifat fisik tanah yaitu bobot isi dan porositas. 2. Mempelajari pengaruh penggunaan sisa-sisa tanaman terhadap sifat biologi tanah yaitu jumlah makrofauna tanah. 3. Mempelajari pengaruh penggunaan sisa-sisa tanaman terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. 1.3. Hipotesis Pemberian sisa tanaman jagung sebagai mulsa dapat memperbaiki sifat fisik tanah dan meningkatkan populasi fauna tanah, serta meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.