BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesepian (loneliness) 1. Pengertian Kesepian Menurut Sullivan (1955), kesepian (loneliness) merupakan pengalaman sangat tidak menyenangkan yang dialami ketika seseorang gagal untuk membangun hubungan dekat dengan orang lain. Akan tetapi, kesepian bukan termasuk kelainan jika masih dalam intensitas yang rendah. Moustakas (1961) berpendapat bahwa ada kesepian berupa kenyataan dalam diri dari kehidupan manusia dimana perasaan sedih yang berkepanjangan dan rasa sakit dalam dirinya. Kesepian diri yaitu ketika seseorang menyadari bahwa dirinya adalah orang yang terisolasi dan sendiri dalam kesepian. Weiss (1973), kesepian tidak disebabkan oleh kesendirian tetapi adanya hubungan namun tidak adanya kepastian hubungan yang dibutuhkan dan semacam keterampilan untuk mengatur hubungan. Banyak kasus kesepian adalah tanggapan terhadap tidak adanya hubungan dekat.Hal. Rendahnya kemampuan berkomunikasi perlu menjadi pertimbangan lain. Peplau dan Perlman (1982) mengungkapkan bahwa kesepian adalah respon yang diberikan seseorang terhadap ketidakselarasan antara yang diinginkan dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sosialnya. Proses kognitif terutama atribusi memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap pengalaman kesepian.Kesepian lebih diartikan sebagai efek dari pada respon kaena mempunyai pengaruh negatif. Menurut Hawkey & Cacioppo (2010), kesepian merupakan pengalaman emosional yang tidak 14 15 menyenangkan yang dihasilkan dari tingkat memadai atau rendahnya kualitas hubungan sosial. Ini adalah pengalaman yang umum di seluruh rentang kehidupan dengan sebanyak 80 persen anak-anak dan remaja dan 40 persen orang yang berusia di atas 65 tahun melaporkan merasa kesepian. Anak-anak pada dasarnya belum mempunyai banyak pengalaman untuk berkomunikasi dan menjalin hubungan sosial sehingga merupakan sebuah hal biasa dibandingkan dengan orang dewasa atau remaja. Bruno (2000) menyatakan bahwa kesepian adalah suatu keadaan mental dan emosional yang terutama dicirikan dengan adanya perasaan-perasaan terasing dan kurangnya hubungan yang bermakna dengan orang lain. Penelitian ini mengambil definisi teori yang diungkapkan oleh Russel, dkk (1980) Kesepian adalah perasaan subjektif individu dikarenakan tidak adanya keeratan hubungan. Kondisi tersebut dapat berupa keadaan sementara yang disebabkan oleh perubahan yang kronis dalam kehidupan sosial individu. Kesepian emosional disebabkan karena kegagalan menjalin kelekatan dalam hubungan dan kegagalan untuk berintegrasi secara sosial. Berdasarkan beberapa definisi variabel di atas, maka dapat ditemukan kesimpulan bahwa, kesepian merupakan sebuah keadaan yang menyedihkan di mana seseorang merasa terisolasi dan jauh dari hubungan sosial secara langsung maupun komunikasi dengan orang di sekitar. 16 2. Aspek-aspek kesepian Peneliti menggunakan skala yang disusun oleh Russel, dkk (1980) yaitu R-UCLA Loneliness scale. Pada skala ini terdapat 20 aitem pernyataan berdasarkan pada aspek: a) Personality atau kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu dari sistem psikofisik yang menentukan karakteristik perilaku dan berpikir. b) Social Desirability adalah kebutuhan individu untuk berintegrasi dan diterima oleh lingkungan sosial di mana individu berada. c) Depression atau depresi merupakan sikap dan perasaan yang dicirikan dengan adanya perasaan tidak berharga, tidak bersemangat, murung, bersedih hati dan cenderung pada kegagalan. Bruno (2000) bahwa kesepian adalah suatu keadaan mental dan emosional yang terutama dicirikan dengan adanya perasaan-perasaan terasing dan kurangnya hubungan yang bermakna dengan orang lain.Teori ini digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan karena teori yang diungkapkan relevan dengan tujuan penelitian ini bahwa rendahnya kualitas hubungan sosial menjadi penyebab kesepian. Subjek penelitian yang akan dilakukan adalah mahasiswa yang selalu bertemu dengan banyak orang di lingkungan kampus namun masih ada mahasiswa yang merasa kesepian karena kurangnya hubungan yang berkualitas dengan teman-temannya. 17 Kesepian adalah suatu keadaan mental dan emosional yang dicirikan dengan adanya perasaan terasingkan dan hubungan yang kurang bermakna dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Bruno (2000) yang menjadi aspek-aspek kesepian, yaitu: a) Isolasi Suatu keadaan dimana seseorang merasa terasing dari tujuan tujuan dan nilai-nilai dominan dalam masyarakat kemenangan, agresivitas, manipulasi merupakan faktor-faktorpemicu munculnya keterasingan. b) Penolakan Penolakan adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak diterima, diusir dan dihalau oleh lingkungannya. Seseorang yang kesepian akan merasa dirinya ditolak dan ditinggalkan walaupun berada ditengah-tengah keramaian. c) Perasaan Kesepian Perasaan kosong dalam diri. Banyak orang disekitarnya tetapi ia merasakan kehammpaan dalam diri. d) Keterasingan Mempunyai banyak orang yang dikenal namun tidak mempunyai hubungan dekat. Tidak dapat menjalin hubungan yang erat dan menghindari adanya kelekatan dengan orang lain. e) Merasa disalah mengerti Suatu keadaan dimana seseorang merasa seakan-akan dirinya disalahkan dan tidak berguna.Seseorang yang selalu merasa disalah 18 mengerti dapat menimbulkan rasa rendah diri, rasa tidak percaya diri dan merasa tidak mampu untuk bertindak. f) Merasa tidak dicintai Suatu keadaan dimana seseorang tidak mendapatkan kasih sayang, tidak diperlukan secara lembut dan tidak dihormati, merasa tidak dicintai akan jauh dari persahabatan dan kerjasama. Suatu perhatian dalam analisis transaksi adalah suatu unit pengakuan.Unit ini adalah merupakan penghargaan atau bukti utama dari cinta atau kasih sayang.Setiap orang membutuhkan perhatian supaya dapat berkembang disetiap tahapan umurnya. Perhatian yang diperoleh secara teratur adalah cara terbaik untuk mengatasi kesepian. Tanpa adanya perhatian seseorang dapat menjadi terasing secara emosional. g) Gelisah Suatu keadaan dimana seseorang merasa resah, tidak nyaman dan tentram didalam hati atau merasa selalu khawatir, tidak senang, dan perasaan galau dilanda kecemasan. h) Bosan Suatu perasaan seseorang yang merasa jenuh tidak menyenangkan tidak menarik, merasa lemah, orang-orang yang pembosan biasanya orangorang yang tidak pernah menikmati keadaan-keadaan yang ada. 19 i) Tidak mempunyai sahabat Tidak ada seseorang yang berada disampingnya, tidak ada hubungan, tidak dapat berbagi.Orang yang paling tidak berharga adalah orang yang tidak mempunyai sahabat. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kesepian adalah keadaan psikologis berupa afektif maupun kognitif yang berhubungan dengan isolasi, penolakan, perasaan kesepian, yang meliputi keterasingan, tidak diterima orang lain, merasa disalah mengertikan, merasa tidak dicintai, gelisah, bosan, tidak mempunyai sahabat. Russel, dkk (1980) Kesepian adalah perasaan subjektif individu dikarenakan tidak adanya keeratan hubungan. Kondisi tersebut dapat berupa keadaan sementara yang disebabkan oleh perubahan yang kronis dalam kehidupan sosial individu. Kesepian emosional disebabkan karena kegagalan menjalin kelekatan dalam hubungan dan kegagalan untuk berintegrasi secara sosial. Aspek-aspek kesepian yaitu: personality, social desirability, depression. Variabel kesepian diukur menggunakan R-UCLA loneliness scale (Russel dkk, 1980) merevisi skala dengan 20-item mengukur kesepian yang berisi dua subskala yang bernama "intimate others" dan "social others". Koefisien konsistensi internal 0,94. Skala signifikan berkorelasi dengan pengukuran depresi (nilai r koefisien 0.50) dan kecemasan (pada nilai r 0.30) (russel dkk., 1980). 20 B. Pengungkapan Diri (Self-Disclosure) 1. Pengertian Pengungkapan Diri Pengungkapan diri (self-disclosure) pertama kali diungkapkan oleh Jourard (Joinson dan Paine, 2006) yaitu suatu proses dimana seseorang dapat diketahui keadaan dan kondisinya melalui informasi yang diungkapkan kepada orang lain. Pengungkapan diri terlihat tidak mudah karena adanya interaksi secara langsung dengan cara bertatap muka, sedangkan saat ini pengungkapan diri lebih mudah dikarenakan adanya sarana media sosial internet, meskipun tidak mendalam. Menurut Derlega, dkk (1987) pengungkapan diri merupakan salah satu faktor yang penting untuk mengembangkan hubungan dekat seperti persahabaan dan keintiman. Pengungkapan diri akan lebih berguna dalam hubungan antara dua orang sebagai pasangan untuk menjalin keintiman dengan cara berkomunikasi. Untuk menjalin keintiman dengan seseorang yang dekat diperlukan pengungkapan diri, pengungkapan diri yang dilakukan yaitu secara verbal. Menurut Altman & Taylor (1973) pengungkapan diri adalah proses memberitahu oranglain tentang perasaan seseorang seperti kedekatan, sikap, dan pengalaman. Collin dan Miller (1994) berpendapat bahwa, pengungkapan diri dapat diartikan sebagai informasi tentang diri sendiri yang secara verbal diungkapkan kepada orang lain dan berbentuk sebuah komunikasi. Dalam 21 penelitian yang relevan dengan konteks kekinian, pengungkapan diri tidak hanya dialakukan secara verbal tetapi dapat berupa tulisan melalui media sosial internet. Pengungkapan diri adalah pesan-pesan tentang diri yang dikomunikasikan kepada orang lain. Dengan kata lain, Pengungkapan diri adalah cara menunjukkan kepada orang lain siapa diri kita dan apa saja yang kita inginkan (Wheeless & Grotz, 1976 dalam Leung, 2002) Berdasarkan uraian di atas, pengungkapan diri dalam penelitian ini dimaknai sebagai proses memberitahukan informasi tentang diri kepada orang lain berupa pendapat, pengalaman, dan harapan dengan tujuan agar orang lain mengetahui kondisi dan keadaan pelaku pengungkapan diri. 2. Aspek-Aspek Pengungkapan Diri Pengungkapan diri akan berbeda setiap masing-masing individu. (Wheeles & Grotz dalam 1978dalam Leung,2002) mengungkapkan komponen pengungkapan diri sebagai berikut: a. Jumlah (amount) Jumlah dari pengungkapan diri dapat diukur melalui banyaknya frekuensi dan juga durasi waktu yang digunakan seseorang untuk mengungkapkan diri terhadap orang lain. Pengungkapan diri yang baik adalah pengungkapan diri yang banyak tetapi membutuhkan waktu yang sedikit untuk mengutarakan maksud atau tujuan. 22 b. Valensi (valence) Valensi merupakan hal positif atau negatif yang dinyatakan dalam pengungkapan diri.Pernyataan yang baik dalam pengungkapan diri meliputi hal-hal yang menyenangkan didengar ataupun yang tidak menyenangkan dari diri individu. c. Ketepatan dan kejujuran (accuracy and honesty) Ketepatan pengungkapan diri individu dipengaruhi oleh seberapa besar individu memahami tentang dirinya.Pemahaman yang besar individu tentang dirinya akan membuat informasi yang diungkapkan semakin tepat. Pengungkapan diri yang baik adalah ketika individu tidak menambah atau mengurangi informasi yang sebenarnya sehingga lawan bicaranya dapat mengetahui informasi dengan jelas dan tepat. d. Maksud (intention) Kemampuan individu untuk mengutarakan informasi yang ingin diungkapkan kepada orang lain,serta kemampuan individu untuk mengontrol informasi yang sedang diungkapkan. Semakin luas informasi yang diungkapkan maka akan semakin akrab hubungan yang terjadi. e. Kedalaman (intimacy) Seberapa dalam individu mengungkapkan informasi tentang dirinya sendiri.Apakah individu hanya mengungkapkan hal-hal yang 23 bersifat permukaan bersifat umum atau pengungkapan diri tentang informasi yang bersifat intim atau pribadi.Pengungkapan diri yang baik adalah pengungkapan diri yang bersifat pribadi tentang dirinya sendiri. 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Diri Devito (1989) mengungkapkan beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk mengungkapkan diri, yaitu: a. Faktor Internal 1. Jenis kelamin (gender) Dalam berbagai situasi tidak ada perbedaan antara lakilaki dan perempuan dalam hal pengungkapan diri.Laki-laki dan perempuan dapat sama-sama terbuka ketika mengungkapkan diri. 2. Ras, kebangsaan, dan umur Ras kulit hitam lebih jarang mengungkapkan diri dibandingkan dengan individu kulit putih.Dilihat dari kebangsaan, individu di Amerika lebih mengungkapkan diri daripada individu di Jerman, Inggris atau Timur Tengah. Pada usia 17-50 tahun pengungkapan diri meningkat dan menurun setelah usia tersebut. 24 3. Topik Topik dalam pengungkapan diri mencakup tentang halhal kehidupan baik pribadi maupun umum. Seperti kepribadian, pendapatan, keadaan fisik, minat, opini, sikap, kehidupan sosial, pekerjaan. b. Faktor Eksternal 1. Pengungkapan diri dari orang lain (the dyadic effect) Pengungkapan diri dari orang lain menjadi sebuah rangsangan secara langsung yang diterima oleh seseorang sehingga memiliki keinginan untuk melakukan pengungkapan diri juga. Pengungkapan diri akan semakin baik jika bersifat positif dan saling menguatkan. 2. Jumlah pendengar Pengungkapan diri akan lebih efektif jika dilakukan terhadap jumlah pendengar yang sedikit. Pengungkapan diri akan lebih bersifat interaktif jika terjadi antara dua orang saja misalnya pengungkapan diri yang dilakukan oleh pasangan suami isatri. Pengungkapan diri seseorang akan lebih mudah menghadapi reaksi satu orang dibandingkan dengan menghadapi reaksi sekelompok orang. Umumnya informasi yang diungkapkan adalah sesuatu yang bersifat personal dan privasi, jika informasi diungkapkan terhadap banyak orang maka pengungkapan diri akan dianggap sebagai sesuatu yang 25 umum dan kurang mendapatkan respon. Oleh karena itu, pengungkapan diri dengan satu orang akan lebih mudah mendapatkan respon dan memudahkan pengontrolan terhadap pengungkapan diri yang dilakukan. 3. Nilai Nilai yaitu apa yang diungkapkan adalah hal yang bersifat positif atau negatif. Pengungkapan diri berkaitan dengan hal positif lebih disukai daripada hal yang negatif. 4. Hubungan dan penerimaan informasi Seseorang yang menjadi patner mengungkapkan diri akan mempengaruhi kemungkinan dan frekuensi pengungkapan diri. Individu cenderung akan mengungkapkan diri pada seseorang yang hangat, penuh perhatian, memberikan dukungan dan mau menerima individu apa adanya. Pengungkapan diri merupakan kesadaran seseorang untuk memberikan informasi tentang diri sendiri kepada orang lain. Faktor-faktor seperti hubungan dan penerimaan informasi, ras, kebangsaan dan umur, jenis kelamin, nilai, topik, jumlah pendengar, serta pengungkapan diri orang lain mempengaruhi seseorang untuk mengungkapkan diri. Adanya faktor-faktor tersebut, seseorang akan mempertimbangkan bagaimana, pengungkapan diri harus dilakukan. kapan, di mana, serta dengan siapa 26 C. Hubungan Antara Kesepian dan Pengungkapan Diri Menurut Sullivan (1955), kesepian merupakan pengalaman sangat tidak menyenangkan yang dialami ketika seseorang gagal untuk membangun hubungan dekat dengan orang lain. Weiss (1973) berpependapat bahwa, kesepian tidak disebabkan oleh kesendirian tetapi adanya hubungan namun tidak adanya kepastian hubungan yang dibutuhkan dan sebuah keterampilan untuk menjalin hubungan dekat.Dalam banyak kasus kesepian adalah tanggapan terhadap tidak adanya hubungan dekat.Rendahnya kemampuan berkomunikasi perlu menjadi pertimbangan lain. Jones (Peplau dan Perlman, 1982), menyebutkan bahwa orang yang kesepian pada umumnya menunjukkan pola pengungkapan diri yang tertutup atau kurang intim.Menurut Darlega dan Grzelak (Peplau dan Perlman 1982), timbulnya keintiman bergantung dari keterbukaan diri. Pearson (1983) menjelaskan bahwa terdapat beberapa keuntungan yang didapat secara langsung dari keterbukaan diri, keuntungan tersebut antara lain adalah seseorang akan lebih dapat memahami dan menerima dirinya sendiri, juga lebih dapat menerima dan memahami orang lain sehingga dapat mengembangkan hubungan yang lebih mendalam dan. Artinya, komunikasi yang terjadi menggunakan media sosial internet hanyalah komunikasi yang mentah. Seseorang hanya sekedar memberitahukan dan tidak ada keinginan untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang ia hadapi. Oleh karena itu, komunikasi yang terjadi hanya sebatas orang tahu jika ia mempunyai masalah dan kemungkinan untuk terjadi pengungkapan diri yang mendalam sangat kecil. 27 Pengungkapan diri menjadi kurang berfungsi optimal ketika seseorang hanya melalui secara berlebihan menggunakan jejaring sosial. Sears, Freedman dan Peplau (1994) mengatakan apabila seseorang merasa kehilangan hubungan yang dekat, kurang adanya perhatian satu dengan yang lain, meskipun ia berinteraksi dengan orang banyak, dia akan merasa kesepian. Penelitian yang dilakukan oleh Solano, Batten dan Parish (Sears, Freedman & Peplau, 1994) menyatakan bahwa mahasiswa yang kesepian biasanya memiliki pola pengungkapan diri yang tidak wajar, mencurahkan isi hati kepada seseorang yang baru saja dikenal atau mengungkapkan hal yang luar biasa sedikit tentang dirinya sendiri. Para peneliti menyatakan bahwa tingkat pengungkapan yang tidak tepat ini bisa mengganggu pengembangan hubungan yang akrab. Inilah fenomena yang terjadi di media sosial di mana seseorang mengungkapkan dirinya kepada semua orang, bahkan kepada orang yang tidak dikenal sama sekali. D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengajukan hipotesis yang akan diuji kebenarannya, yaitu “ada hubungan antara kesepian dan pengungkapan diri melalui media internet pada mahasiswa”.