1 | Firdaus Muttaqin: Pengaruh Tipe Kepribadian Perilaku Inovatif pada Pelaku Industri Kreatif Bandung PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP PERILAKU INOVATIF PADA PELAKU INDUSTRI KREATIF DI KOTA BANDUNG Oleh: Firdaus Muttaqin Departemen Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia [email protected] Ita Juwitaningrum, S.Psi., M.Pd.1 Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Diah Zaleha Wyandini, S.Psi., M.Si2 Departemen Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tipe kepribadian terhadap perilaku inovatif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan analisis regresi. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 350 pelaku industri kreatif di bidang fashion. Instrumen pada penelitian ini adalah Big five Inventory (BFI), dan Innovative Behaviour Scale (IBS). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa (1) dari lima tipe kepribadian hanya tipe kepribadian openess to experience yang memiliki pengaruh terhadap perilaku inovatif sebesar 6%, (2) sementara untuk tipe kepribadian 1 2 Penulis Penanggung Jawab 1 Penulis Penanggung Jawab 2 terhadap di Kota extraversion, agreeableness, neuroticism , dan conscientiousness tidak memiliki pengaruh terhadap perilaku inovatif pada pelaku industri kreatif di Kota Bandung. Kata kunci: Tipe Kepribadian, Perilaku Inovatif, Pelaku Industri Kreatif. Abstract: This study aims to determine the influence of personality type on innovative behavior. The approach used is a quantitative approach with regression analysis. The sample in this study amounted to 350 creative industry performer in the field of fashion. The instruments of this research are Big five Inventory (BFI), and Innovative Behavior Scale (IBS). The results show that (1) out of five personality types only openess to experience have an influence on innovative behavior of 6%, (2) while for extraversion, agreeableness, neuroticism , and conscientiousness have no effect on innovative behavior on creative industry players in Bandung. Keywords: Personality Type, Innovative Behavior, Creative Industry Performer. PENDAHULUAN Pesatnya perkembangan ekonomi, pengetahuan dan pembaharuan ilmu, serta teknologi mendorong hampir semua organisasi dan industri untuk turut berkembang. Salah satunya sektor industri di Kota Bandung yang mengalami perkembangan pesat (Kartika, 2016). Sampai tahun 2014, Kota Bandung tercatat telah memiliki 400 outlet industri kreatif dan mampu menyerap kurang lebih 2 | Firdaus Muttaqin: Pengaruh Tipe Kepribadian Perilaku Inovatif pada Pelaku Industri Kreatif Bandung 334.244 tenaga kerja (Herawati & Rudatin, 2014). Industri kreatif telah dipetakan oleh Departemen Perdagangan Republik Indonesia ke dalam 14 subsektor industri, diantaranya yaitu sektor periklanan (advertising), arsitektur, pasar barang seni, kerajinan (craft), desain, pakaian (fashion), video, film dan fotografi, permainan interaktif (game), musik, seni pertunjukan, penerbitan, layanan komputer dan piranti lunak (software), televisi & radio (broadcasting), serta riset dan pengembangan (R&D) (Herawati & Rudatin, 2014). Dari 14 subsektor tersebut, industri fashion merupakan salah satu industri kreatif yang paling unggul di Kota Bandung (Herawati & Rudatin, 2014). Industri fashion telah berubah dari kebutuhan primer manusia sebagai penutup aurat menjadi kebutuhan akan mode, gaya dan tren (Jerusalem, 2009). Berkembangnya bisnis fashion di Bandung ini dibuktikan dengan banyaknya pelaku industri yang membuka factory oulet, percetakan, sablon, dan banyaknya distribution store (Barilian dkk, 2014). Perkembangan industri di Kota Bandung ini membuat para pelaku industri kreatif harus mempertahakankan eksistensinya agar mampu bertahan dalam situasi yang kompetitif. Salah satunya dengan menerapkan inovasi atau ide-ide baru dalam bisnis mereka (Shalley, Zhou & Oldham, 2004). Menurut Li & Zheng (2014) seorang individu akan sukses ketika memunculkan perilaku inovatif dalam melakukan setiap pekerjaanya. Perilaku inovatif adalah tindakan menghasilkan dan menerapkan ide-ide baru dalam suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan individu maupun organisasi (Scott, Bruce, 1994; Woodman, dkk, 1993; Robert, 2001). Penerapan ide-ide baru mampu meningkatkan kinerja suatu perusahaan atau organisasi, sehingga perilaku inovatif menjadi aspek penting yang harus selalu dikembangkan (Etikariena & Muluk, 2014). Perilaku inovatif ini didukung oleh terhadap di Kota kepribadian pelaku bisnis itu sendiri (Etikariena & Muluk, 2014). Janssen (2000) menjelaskan bahwa perilaku inovatif memiliki 3 dimensi, idea generalization, idea promotion dan idea realization. Idea generaltization adalah Kemampuan individu untuk memeperoleh atau menciptakan ide atau cara baru. Ideide yang dicari bukan hanya sebatas pada produk, tapi dalam berbagai aspek lain. Individu dengan idea generalization yang tinggi mampu mencari peluang dan menghasilkan gagasan baru. Dimensi yang kedua adalah idea promotion adalah Kemampuan individu untuk mencari dukungan dari lingkungan sekitar untuk mewujudkan ide atau cara yang telah ditemukan. Setalah individu menemukan ide, ide tersebut perlu memeroleh dukungan dari sekitar sehingga ide tersebut terlihat semakin nyata dan dapat diimplementasikan. Idea generalization ini membedakan perilaku inovasi dengan kreatifitas. Dimensi yang terakhir adalah idea realization adalah Kemampuan individu untuk mengimplementasikan atau mewujudkan ide-ide baru yang ditemukan kedalam pekerjaan. Ide baru yang ditemukan kemudian diwujudkan secara nyata. Kepribadian individu yang senang melakukan pekerjaan dan aktivitas baru cenderung menggunakan ide-ide baru dalam melakukan pekerjaan (Rossberger & Krause, 2014). Sementara individu yang lebih responsif dan senang membantu orang lain mendorong pengimplementasian ide-ide baru dalam suatu pekerjaan (Rossberger & Krause, 2014). Perbedaan kepribadian individu ini berpengaruh pada potensi untuk menghasilkan ide-ide baru yang berbeda pula (Barron & Harrington, 1981; Zhou & Shalley, 2003). Perilaku inovatif telah diteliti berdasarkan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhinya (Jung dalam Abdullah dkk, 2016). Kepribadian menjadi salah satu faktor internal yang 3 | Firdaus Muttaqin: Pengaruh Tipe Kepribadian Perilaku Inovatif pada Pelaku Industri Kreatif Bandung diprediksi mempengaruhi munculnya perilaku inovatif. Penelitian mengenai kepribadian dan inovatif yang pernah dilakukan Amo dan Kolvereid (2005) mengukur kepribadian menggunakan teori dan instrumen yang dikembangkan oleh Pinchot pada tahun 1985. Selain teori dan instrumen Pinchot (1985), teori lain yang berkembang berkembang pada akhir abad ke-20 adalah big five yang dikembangkan oleh McCrae dan Costa pada tahun 1992. Teori big five sebelumnya disebut sebagai model lima faktor karena hanya bersifat mengklasifikasikan kepribadian manusia. Akan tetapi teori tersebut terus dikembangkan oleh McCrae dan Costa (1992) menjadi lebih komprehensif agar dapat digunakan dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Teori teori big five McCrae & Costa (1992) karena menjelaskan predisposisi yang tinggi untuk setiap tipenya dan disusun lebih sistematis (James & Mazerolle, 2002; Costa & McCrae, 1992). Teori big five pun telah diteliti secara longitudinal bagi anak dan dewasa, dan telah dikonfirmasi mampu mengukur kepribadian di berbagai kultur dan teknik asesmen (McCrae & Jhon, 2002; Piedmont, McCrae & Costa, 1991). Penelitian ini mengukur lima tipe kepribadian yaitu Neuroticism , Extraversion, Openness to experience, Agreeableness dan Conscientiousness. Neuroticism berlawanan dengan Emotional stability yang mencakup perasaan-perasaan negatif, seperti kecemasan, kesedihan, mudah marah, dan tegang. Openness to experience menjelaskan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas dari aspek mental dan pengalaman hidup. Extraversion dan Agreeableness merangkum sifat-sifat interpersonal, yaitu apa yang dilakukan seseorang dengan dan kepada orang lain. Sementara Conscientiousness menjelaskan perilaku pencapaian tujuan dan kemampuan mengendalikan dorogan yang terhadap di Kota diperlukan dalam kehidupan sosial (Jilbeen, 2014). Feist & Feist (2010) menjabarkan karakteristik dari tipe kepribadian the big five yang diungkapkan oleh McCrae & Costa (1992) secara lebih spesifik sebagai berikut: Tipe Karakteristik Kepribadian Skor Tinggi Extraversion 1. Penuh Karakteristik Skor Rendah kasih 1. sayang Tidak peduli dengan sekitar 2. Mudah bergaul 2. Penyendiri 3. Senang bicara 3. Pendiam 4. Menyukai 4. Serius 5. Tidak peka sesuatu yang dinamis Agreeableness Neuroticsm 5. Bersemangat 1. Berhati lembut 1. Keras hati 2. Mudah percaya 2. Curiga 3. Dermawan 3. Pelit 4. Ramah 4. Bermusuhan 5. Toleran 5. Kritis 6. Bersahabat 6. Mudah marah 1. Pencemas 1. Tenang 2. Tempramental 2. Tempramen 3. Sentimental yang 4. Emosional cenderung 5. Rentan stabil 3. Self-esteem baik Conscientiousnes 1. Teliti 1. Ceroboh s 2. Bekerja keras 2. Malah 3. Teratur 3. Tidak dan tepat 4. Ambisius teratur dan terlambat dan 4. Mudah gigih menyerah Oppeness to 1. Imajinatif 1. Realistis Experience 2. Kreatif 2. Tidak kreatif 3. Inovatif 3. Konvensional 4. Memiliki 4. Tidak memiliki keingintahuan keingin tahuan yang tinggi 5. Memiliki yang lebih 5. Konservatif kebebasan berpikir METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Partisipan dalam penelitian ini terdiri dari 350 pelaku industri kreatif bidang fashion di Kota Bandung. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini 4 | Firdaus Muttaqin: Pengaruh Tipe Kepribadian Perilaku Inovatif pada Pelaku Industri Kreatif Bandung menggunakan teknik teknik nonprobability sampling dengan quota sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari instrumen Big five Inventory yang dikembangakan oleh John, Naumann & Soto (2008), serta instrumen Innovative Behavior Scale dari Janssen (2000). Terdapat tiga hipotesis dalam penelitian ini, yaitu: HTerdapat : pengaruh tipe kepribadian extraversion dengan perilaku 1 inovatif pada pelaku industri kreatif fashion di Kota Bandung. HTerdapat : pengaruh tipe kepribadian agreeableness terhadap perilaku 2 inovatif pada pelaku industri kreatif fashion di Kota Bandung. HTerdapat : pengaruh tipe kepribadian conscientiousness terhadap perilaku 3 inovatif pada pelaku industri kreatif fashion di Kota Bandung. HTerdapat : pengaruh tipe kepribadian neuroticism terhadap perilaku 4 inovatif pada pelaku industri kreatif fashion di Kota Bandung. HTerdapat : pengaruh tipe kepribadian openness to experience terhadap 5 perilaku inovatif pada pelaku industri kreatif fashion di Kota Bandung. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil perhitungan menunjukkan bahwa gambaran tipe kepribadian pelaku industri kreatif pelaku industri kreatif di Kota Bandung menunjukkan bahwa mayoritas tipe kepribadian yang dimiliki oleh pelaku industri kreatif Kota Bandung yang menjadi responden penelitian ini adalah aggreableness yaitu sebayak 127 orang atau 36,28%. Sementara itu tipe kepribadian openness memiliki frekuensi sebesar 102 orang atau sekitar 29,14%. Tipe kepribadian conscientiousness dimiliki oleh pelaku industri kreatif Kota Bandung berjumlah 50 orang atau 14,28%. Adapun dengan tipe extraversion berjumlah 32 orang atau 9.14% dan terhadap di Kota neuroticsm berjumlah 39 orang atau 11.14%. No Dimensi Frekuensi Presentase 1 Exstraversion 32 9,14% 2 Aggreableness 127 36,28% 3 Conscientiousness 50 14,28% 4 Neuroticsm 39 11,14% 5 Openness 102 29,14% 350 100% Total Sementara gambaran perilaku inovatif pada pelaku industri kreatif di kota Bandung relatif memiliki perilaku inovatif yang tinggi yakni sbebesar 55,15%. Hasil perhitungan analisis regresi untuk meenguji hipotesis pertama menunjukkan bahwa koefisien korelasi (R) 0,001 dengan taraf siginfikansi sebesar 0,993 (>0,005) sehingga H0 diterima. Artinya tidak terdapat pengaruh antara tipe kepribadian terhadap perilaku inivatif pada pelaku industri kreatif. Pengaruh tipe kepribadian extraversion terhdap perilaku inovatif adalah sebesar 0%. McCrae & Costa (2006) menjelaskan bahwa tipe kepribadian extraversion menunjukkan kuantitas seorang individu dalam menjalin suatu relasi, kebutuhan stimulasi, dan kapasitas untuk mencapai kebahagiaan. Dikatakan bahwa individu dengan tipe kepribadian extraversion yang tinggi mengindikasikan kemampuan individu dalam bersosiliasi, lebih aktif, berorientasi pada orang lain, optimis dan penuh afeksi. Sementara level yang rendah pada dimensi ini disebut individu yang introvert, diindentifikasikan dengan individu yang pendiam dan penyendiri, namun tetap bijak dan mandiri (Costa & Widiger, 2002). Kecenderungankecenderungan tersebut, bisa menjadi predisposisi yang sesuai untuk tipe kepribadian extraversion namun bukan merupakan hal yang memengaruhi perilaku inovatif. Individu dengan tipe 5 | Firdaus Muttaqin: Pengaruh Tipe Kepribadian Perilaku Inovatif pada Pelaku Industri Kreatif Bandung kepribadian extraversion yang tinggi memiliki kecenderungan kebih berorientasi kepada orang lain, hal ini menjadi tidak sesuai dengan salah satu dimesi perilaku inovatif yaitu idea generalization dimana individu memiliki kemampuan untuk memeperoleh atau menciptakan ide atau cara baru yang diperoleh dari dirinya sendiri (Janssen, 2000). Selanjutnya hasil analisis regresi untuk menguji hipotesis kedua menunjukkan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,35 dengan taraf signifikansi sebesar 0,623 (>0,005) yang menunjukkan bahwa H0 diterima. Hasil ini berarti tidak ada pengaruh dari tipe kepribadian agreeableness terhadap perilaku inovatif. Sama dengan tipe kepribadian extraversion sebelumnya, tipe kepibradian agreeableness merupakan dimensi sosial yang menunjukkan jenis interaksi seorang individu. Pelaku industri kreatif dengan tipe kerpibadian ini cenderung baik hati, lembut, penuh kepercayaan, pemaaf dan memiliki sifat altruistik. Sifatnya yang ingin membantu orang lain membuat pelaku industri kreatif dengan tipe kerpibadian agreeableness menjadi lebih responsif dan berempati. Sebaliknya, level rendah pada dimensi ini akan membuat individu cenderung sinis, kasar, penuh dengan kecurigaan, tidak kooperatif, mudah tersinggung, manipulatif, pendendam dan kejam. Untuk hipotesis yang ke tiga menunjukkan hasil koefisien korelasi (R) sebesar 0,064 dengan taraf signifikan sebesar 0,374 yang berati H0 diterima artinya tidak terdapat pengaruh antara tipe kepribadian terhadap perilaku inovatif. Pelaku industri kreatif dengan tipe kepribadian neuroticism menunjukkan level penyesuaian emosi dan stabilitas pribadi seorang individu (McCrae & Costa, 2006). Faktor neuroticism dalam penelitian ini bertanda negatif. Neuroticism dalam penelitian ini tidak berpengaruh terhadap perilaku inovatif. terhadap di Kota Sehingga apabila pelaku industri kreatif memiliki stabilitas emosi yang baik, dapat dengan mudah memunculkan perilaku inovatif. Hal ini selaras dengan penelitian Pervin (2012) bahwa kreativitas dan inovasi dipengaruhi oleh kesadaran dan ketidaksadaran seseorang. Dalam kondisi sadar, seseorang dengan jernih bisa mengeluarkan perilaku inovatif. Sebaliknya, ketidaksadaran menjadi penghambat perilaku inovatif muncul. Hasil perhitungan hipotesis ke empat menunjukkan bahwa koefisien korelasi (R) sebesar 0,021 dengan taraf signifikansi sebesar 0,781 atau H0 diterima yang berarti tidak ada pengaruh antara tipe kepribadian conscientiousness terhadap perilaku inovatif. Hasil uji hipotesis yang menyebutkan bahwa tidak adanya pengaruh yang diberikan oleh tipe kepribadian agreeableness terhadap perilaku inovatif tidak sesuai dengan penelitian terdahulu tentang tipe kepribadian dengan kreativitas yang menjadi bagian dari perilaku inovatif dalam dimensi idea generalization yang dilakukan oleh Widhiastuti (2014). Dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa perilaku inovatif dipengaruhi oleh salah satu karakteristik dalam conscientiousness yaitu motivasi dalam mencapai tujuan. Pelaku industri kreatif yang memiliki tipe kepribadian conscientiousness menunjukkan ketekunan, kontrol diri dan motivasi dalam mencapai tujuan. Individu yang termasuk tipe ini akan cenderung terorganisasi, dapat diandalkan, pekerja keras, mandiri, tepat, teliti, ambisius, dan tekun. Sedangkan individu dengan level rendah pada dimensi ini cenderung tidak memiliki tujuan, tidak dapat diandalkan, pemalas, ceroboh, lalai, lemah dan hedonistik. Kecenderungan-kecenderungan di atas seperti terorganisasi dan tekun bisa menjadi penyebab rendahnya pengaruh tipe kepribadian ini terhadap perilaku inovatif. Karena dalam faktor-faktor yang 6 | Firdaus Muttaqin: Pengaruh Tipe Kepribadian Perilaku Inovatif pada Pelaku Industri Kreatif Bandung mempengaruhi perilaku inovatif salah satunya adalah gaya individu memecahkan masalah (Scott & Bruce, 1994; Etikariena & Muluk, 2014). Individu yang cenderung terorganisir akan kesulitan untuk menemukan pemecahan masalah yang berbeda dengan orang lain, karena terbiasa melakukan aktivitas yang sama. Untuk menguji hipotesis ke lima menggunakan analisis regresi didapatkan hasil yang menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,244 dengan signifikansi sebesar 0,000 (< 0,005) atau H0 ditolak. Artinya terdapat pengaruh antara tipe kepribadian terhadap perilaku inovatif. Pengaruh tipe kepribadian openness to experience terhadap perilaku inovatif sebesar 6% dan sebesar 94% dipengaruhi faktor lain. Hal ini dikarenakan tipe kepribadian openness to expereince menunjukkan karakter yang cenderung suka mencari pengalamanpengalaman baru demi kepentingan dirinya. (McCrae & Costa, 2006). Individu dengan dimensi ini akan lebih imajinatif, memiliki rasa penasaran yang tinggi, dan mampu menampilkan ide-ide baru yang tidak konvensional. Sebaliknya, individu dengan level rendah pada dimensi ini cenderung konvensional terhadap hal-hal yang sudah mereka yakini, lebih konservatif, dogmatis dan rigid. Perilakunya sudah terarah dan memiliki kondisi emosi yang kurang responsif. (Costa & Widiger, 2002). Dari penelitian-penelitian sebelumnya seperti yang dilakukan oleh George & Zhou (2011), McCrae & Costa (1997), Sung & Choi (2009) didapatkan hasil bahwa tipe kepribadian openness to experience merupakan salah satu prediktor dari perilaku inovatif. Hal ini dapat dipahami karena openness to experience menunjukkan bahwa individu tersebut imaginatif, berpikiran luas dan tidak terpaku kepada hal-hal yang konvensional. (Costa & Widiger, 2002; Mount & Barick, 1995). Pelaku industri kreatif yang memiliki pemikiran terbuka akan memliki kecenderungan mencari situasi-siatuasi terhadap di Kota yang tidak familiar yang memungkinkan dirinya untuk menemukan pengalaman yang baru dan perspektif baru. (George dalam Sung & Choi, 2009). Ketika pertama kali pelaku industri kreatif denga tipe kepribadian openness to experience memunculkan idea generalization atau penciptaan ide atau bisa disebut tahap kreativitas dan dilihat salah oleh orang lain atau tidak di hargai oleh orang lain, pelaku industri kreatif yang memiliki openness to experience yang tinggi akan lebih fleksibel dan terbuka meskipun idenya dirasa aneh. (Sung & Choi, 2009). Pelaku industri kreatif yang memiliki pemikiran terbuka akan memliki kecenderungan mencari situasi-siatuasi yang tidak familiar yang memungkinkan dirinya untuk menemukan oengalaman yang baru dan perspektif baru. (George dalam Sung & Choi, 2009). Setelah proses penciptaan ide atau idea generalization, dimensi selanjutnya adalah idea promotion dimana kemampuan individu untuk mencari dukungan dari lingkungan sekitar untuk mewujudkan ide atau cara yang telah ditemukan. Pada tahapan ini setelah menemukan ide, seseorang harus memperoleh dukungan dari sekitar sehingga ide tersebut terlihat semakin nyata dan dapat diimplementasikan. Tahapan ini membedakan perilaku inovasi dengan kreativitas (Janssen, 2000). Orang dengan tipe kepribadian openness to experience memiliki cara tersendiri dalam menyampaikan idenya untuk mendapatkan dukungan dengan cara lain. KESIMPULAN Penelitian ini memberikan suatu data baru mengenai tipe kepribadian big five dan perilaku inovatif pada pelaku industri kreatif di Kota Bandung. Berdasarkan hasil analisis pada bab-bab sebelumnya, didapatkan hasil bahwa hanya tipe kepribadian openness to experience yang memlili pengaruh terhadap perilaku inovatif dengan koefisien determinasi sebesar 0,060 atau sebesar 6%. Sementara 7 | Firdaus Muttaqin: Pengaruh Tipe Kepribadian Perilaku Inovatif pada Pelaku Industri Kreatif Bandung untuk tipe kepribadian extraversion, agreeableness, neuroticism dan conscientiousness tidak memiliki pengaruh terhadap perilaku inovatif pada pelaku industri kreatif di Kota Bandung. REFERENSI Amo, B.W., Kolvereid, L. (2005), Organizational strategy, individual personality and innovation behaviour. Journal of Enterprising Culture, 13(01), 7-19. Departemen Perdagangan Republik Indonesia. 2008. Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025. Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2015, DPRI, Jakarta. Etikariena, A., & Muluk, H. (2014). Hubungan antara memori organisasi dan perilaku inovatif karyawan. Jurnal Fakultas Psikologi UI, vol. 18(2), hal. 77-88. Feist, Jess, & Gregory J. Feist. (2010). Teori Kepribadian Edisi 7 Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika. Feist, Jess, & Gregory J. Feist. (2010). Teori Kepribadian Edisi 7 Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika. Feist, J., & Feist, G. (2012). Theory of Personality II. Jakarta: Salemba Humanika. George, J. M. & Zhou, J. 2001. When Openness to experience and Conscientiousness are Related to Creative Behavior: An Interactional Approach. Journal of Applied Psychology, vol. 86, hal. 513-524. Herawati, T. Rudatin, C. L. (2014) Potensi Kota Bandung Sebagai Destinasi Incentives Melalui Pengembangan Ekonomi Kreatif, Epigram. Vol.11 No.2, Hal. 95-102. Janssen, O. (2000). Job demands, perceptions of effort–reward fairness and innovative work behaviour. Journal of Occupational and Organizational Psychology 2000, vol. 73, hal. 287–302. terhadap di Kota Li, X & Zheng, Y. (2014). The Influential Factors of Employees Innovative Behavior and the Management Advices. Journal of Service Science and Management, Vol. 7, hal. 446450. Limakrisna, N., Sudarso, A., Daryus, C. (2015). Entrepreneurship Orientation for Building Business Performance: An Empirical Study Distro Small Medium Enterprises Bandung City’, International Journal of Economics and Financial Issues, Vol. 5, special issue, hal.144-149. McCrae, R. R (1992). Openness to experience as a basic dimension of personality. Paper presented at the annual convention of American Psychological Association. Washington D.C. McCrae, R. R., & Costa, P. T., Jr. (1997). Conceptions and correlates of Openness to experience. In R. Hogan, J. A. Johnson & S. R. Briggs (Eds.), Handbook of personality psychology. Orlando, FL: Academic Press. Pervin, L. A., Cervone, D., & Oliver, P. J. (2012). Psikologi kepribadian: Teori dan Penelitian (edisi ke-9). Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Robert, M. L & John, J. H. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia(Jilid 2). Jakarta : Salemba Empat. Scott, & Bruce, R. A. 1994. “Determinants of Innovative behavior: A Path Model Of Individual Innovation in the Workplace”. Academy of Management Journal. Shalley, C. E., Zhou, J., & Oldham, G. R. (2004). The effects of personal and contextual characteristics on creativity: Where should we go from here?. Journal of Management, Vol.30, Hal. 933–958. Sung, S.Y., & Choi, J.N. (2009). Do Big five Personality Factors Affect Individual Creativity. The 8 | Firdaus Muttaqin: Pengaruh Tipe Kepribadian Perilaku Inovatif pada Pelaku Industri Kreatif Bandung Moderating Role of Extrinsic Motivation. Social Behavior and Personality, Vol. 37(7). Hal. 941956. Widhiastuti, H. (2014). Big five Personality sebagai Perdiktor Kreativitas dalam Meingkatkan terhadap di Kota Kinerja Anggota Dewan. Jurnal Psikologi, vol. 41(1). Hal. 115-133. Woodman, R. W., Sawyer, J. E., & Griffin, R. W. (1993). Toward a theory of organizational creativity. Academy of Management Review, Vol. 18, Hal. 293-321.