Uploaded by User13723

Pengaruh Tipe Kepribadian terhadap Perilaku Inovatif

advertisement
1 | Firdaus Muttaqin: Pengaruh Tipe Kepribadian
Perilaku Inovatif pada Pelaku Industri Kreatif
Bandung
PENGARUH TIPE
KEPRIBADIAN TERHADAP
PERILAKU INOVATIF PADA
PELAKU INDUSTRI
KREATIF
DI KOTA BANDUNG
Oleh:
Firdaus Muttaqin
Departemen Psikologi, Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Pendidikan
Indonesia
[email protected]
Ita Juwitaningrum, S.Psi., M.Pd.1
Departemen Psikologi Universitas
Pendidikan Indonesia
Diah Zaleha Wyandini, S.Psi., M.Si2
Departemen Psikologi Universitas
Pendidikan Indonesia
Abstrak: Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh tipe
kepribadian terhadap perilaku
inovatif.
Pendekatan
yang
digunakan adalah pendekatan
kuantitatif dengan analisis regresi.
Sampel dalam penelitian ini
berjumlah 350 pelaku industri
kreatif
di bidang fashion.
Instrumen pada penelitian ini
adalah Big five Inventory (BFI),
dan Innovative Behaviour Scale
(IBS). Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa (1) dari lima
tipe kepribadian hanya tipe
kepribadian openess to experience
yang memiliki pengaruh terhadap
perilaku inovatif sebesar 6%, (2)
sementara untuk tipe kepribadian
1
2
Penulis Penanggung Jawab 1
Penulis Penanggung Jawab 2
terhadap
di Kota
extraversion,
agreeableness,
neuroticism
,
dan
conscientiousness tidak memiliki
pengaruh
terhadap
perilaku
inovatif pada pelaku industri
kreatif di Kota Bandung.
Kata kunci: Tipe Kepribadian,
Perilaku Inovatif, Pelaku Industri
Kreatif.
Abstract: This study aims to
determine the influence of
personality type on innovative
behavior. The approach used is a
quantitative
approach
with
regression analysis. The sample
in this study amounted to 350
creative industry performer in the
field of fashion. The instruments
of this research are Big five
Inventory (BFI), and Innovative
Behavior Scale (IBS). The results
show that (1) out of five
personality types only openess to
experience have an influence on
innovative behavior of 6%, (2)
while
for
extraversion,
agreeableness, neuroticism , and
conscientiousness have no effect
on innovative behavior on
creative industry players in
Bandung.
Keywords: Personality Type,
Innovative Behavior, Creative
Industry Performer.
PENDAHULUAN
Pesatnya perkembangan ekonomi,
pengetahuan dan pembaharuan ilmu, serta
teknologi mendorong hampir semua
organisasi dan industri untuk turut
berkembang. Salah satunya sektor industri
di Kota Bandung yang mengalami
perkembangan pesat (Kartika, 2016).
Sampai tahun 2014, Kota Bandung tercatat
telah memiliki 400 outlet industri kreatif
dan mampu menyerap kurang lebih
2 | Firdaus Muttaqin: Pengaruh Tipe Kepribadian
Perilaku Inovatif pada Pelaku Industri Kreatif
Bandung
334.244 tenaga kerja (Herawati & Rudatin,
2014).
Industri kreatif telah dipetakan oleh
Departemen
Perdagangan
Republik
Indonesia ke dalam 14 subsektor industri,
diantaranya yaitu sektor periklanan
(advertising), arsitektur, pasar barang seni,
kerajinan (craft), desain, pakaian (fashion),
video, film dan fotografi, permainan
interaktif (game), musik, seni pertunjukan,
penerbitan, layanan komputer dan piranti
lunak (software), televisi & radio
(broadcasting),
serta
riset
dan
pengembangan (R&D) (Herawati &
Rudatin, 2014). Dari 14 subsektor tersebut,
industri fashion merupakan salah satu
industri kreatif yang paling unggul di Kota
Bandung (Herawati & Rudatin, 2014).
Industri fashion telah berubah dari
kebutuhan primer manusia sebagai
penutup aurat menjadi kebutuhan akan
mode, gaya dan tren (Jerusalem, 2009).
Berkembangnya bisnis fashion di
Bandung ini dibuktikan dengan banyaknya
pelaku industri yang membuka factory
oulet, percetakan, sablon, dan banyaknya
distribution store (Barilian dkk, 2014).
Perkembangan industri di Kota Bandung
ini membuat para pelaku industri kreatif
harus mempertahakankan eksistensinya
agar mampu bertahan dalam situasi yang
kompetitif.
Salah
satunya
dengan
menerapkan inovasi atau ide-ide baru
dalam bisnis mereka (Shalley, Zhou &
Oldham, 2004). Menurut Li & Zheng
(2014) seorang individu akan sukses ketika
memunculkan perilaku inovatif dalam
melakukan setiap pekerjaanya. Perilaku
inovatif adalah tindakan menghasilkan dan
menerapkan ide-ide baru dalam suatu
pekerjaan untuk mencapai tujuan individu
maupun organisasi (Scott, Bruce, 1994;
Woodman, dkk, 1993; Robert, 2001).
Penerapan
ide-ide
baru
mampu
meningkatkan kinerja suatu perusahaan
atau organisasi, sehingga perilaku inovatif
menjadi aspek penting yang harus selalu
dikembangkan (Etikariena & Muluk,
2014). Perilaku inovatif ini didukung oleh
terhadap
di Kota
kepribadian pelaku bisnis itu sendiri
(Etikariena & Muluk, 2014). Janssen
(2000) menjelaskan bahwa perilaku
inovatif memiliki 3 dimensi, idea
generalization, idea promotion dan idea
realization.
Idea
generaltization
adalah
Kemampuan individu untuk memeperoleh
atau menciptakan ide atau cara baru. Ideide yang dicari bukan hanya sebatas pada
produk, tapi dalam berbagai aspek lain.
Individu dengan idea generalization yang
tinggi mampu mencari peluang dan
menghasilkan gagasan baru. Dimensi yang
kedua adalah idea promotion adalah
Kemampuan individu untuk mencari
dukungan dari lingkungan sekitar untuk
mewujudkan ide atau cara yang telah
ditemukan. Setalah individu menemukan
ide, ide tersebut perlu memeroleh
dukungan dari sekitar sehingga ide
tersebut terlihat semakin nyata dan dapat
diimplementasikan. Idea generalization ini
membedakan perilaku inovasi dengan
kreatifitas. Dimensi yang terakhir adalah
idea realization adalah Kemampuan
individu untuk mengimplementasikan atau
mewujudkan ide-ide baru yang ditemukan
kedalam pekerjaan. Ide baru yang
ditemukan kemudian diwujudkan secara
nyata.
Kepribadian individu yang senang
melakukan pekerjaan dan aktivitas baru
cenderung menggunakan ide-ide baru
dalam melakukan pekerjaan (Rossberger &
Krause, 2014). Sementara individu yang
lebih responsif dan senang membantu
orang
lain
mendorong
pengimplementasian ide-ide baru dalam
suatu pekerjaan (Rossberger & Krause,
2014). Perbedaan kepribadian individu ini
berpengaruh
pada
potensi
untuk
menghasilkan ide-ide baru yang berbeda
pula (Barron & Harrington, 1981; Zhou &
Shalley, 2003). Perilaku inovatif telah
diteliti berdasarkan faktor internal dan
eksternal yang mempengaruhinya (Jung
dalam Abdullah dkk, 2016). Kepribadian
menjadi salah satu faktor internal yang
3 | Firdaus Muttaqin: Pengaruh Tipe Kepribadian
Perilaku Inovatif pada Pelaku Industri Kreatif
Bandung
diprediksi mempengaruhi munculnya
perilaku inovatif.
Penelitian mengenai kepribadian dan
inovatif yang pernah dilakukan Amo dan
Kolvereid (2005) mengukur kepribadian
menggunakan teori dan instrumen yang
dikembangkan oleh Pinchot pada tahun
1985. Selain teori dan instrumen Pinchot
(1985), teori lain yang berkembang
berkembang pada akhir abad ke-20 adalah
big five yang dikembangkan oleh McCrae
dan Costa pada tahun 1992. Teori big five
sebelumnya disebut sebagai model lima
faktor
karena
hanya
bersifat
mengklasifikasikan kepribadian manusia.
Akan tetapi
teori
tersebut
terus
dikembangkan oleh McCrae dan Costa
(1992) menjadi lebih komprehensif agar
dapat digunakan dalam penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan.
Teori teori big five McCrae & Costa
(1992) karena menjelaskan predisposisi
yang tinggi untuk setiap tipenya dan
disusun lebih sistematis (James &
Mazerolle, 2002; Costa & McCrae, 1992).
Teori big five pun telah diteliti secara
longitudinal bagi anak dan dewasa, dan
telah dikonfirmasi mampu mengukur
kepribadian di berbagai kultur dan teknik
asesmen (McCrae & Jhon, 2002;
Piedmont, McCrae & Costa, 1991).
Penelitian ini mengukur lima tipe
kepribadian
yaitu
Neuroticism
,
Extraversion, Openness to experience,
Agreeableness dan Conscientiousness.
Neuroticism
berlawanan dengan
Emotional stability yang mencakup
perasaan-perasaan
negatif,
seperti
kecemasan, kesedihan, mudah marah, dan
tegang.
Openness
to
experience
menjelaskan keluasan, kedalaman, dan
kompleksitas dari aspek mental dan
pengalaman hidup. Extraversion dan
Agreeableness merangkum sifat-sifat
interpersonal, yaitu apa yang dilakukan
seseorang dengan dan kepada orang lain.
Sementara Conscientiousness menjelaskan
perilaku
pencapaian
tujuan
dan
kemampuan mengendalikan dorogan yang
terhadap
di Kota
diperlukan dalam kehidupan sosial
(Jilbeen, 2014).
Feist & Feist (2010) menjabarkan
karakteristik dari tipe kepribadian the big
five yang diungkapkan oleh McCrae &
Costa (1992) secara lebih spesifik sebagai
berikut:
Tipe
Karakteristik
Kepribadian
Skor Tinggi
Extraversion
1.
Penuh
Karakteristik
Skor Rendah
kasih
1.
sayang
Tidak
peduli
dengan sekitar
2.
Mudah bergaul
2.
Penyendiri
3.
Senang bicara
3.
Pendiam
4.
Menyukai
4.
Serius
5.
Tidak peka
sesuatu
yang
dinamis
Agreeableness
Neuroticsm
5.
Bersemangat
1.
Berhati lembut
1.
Keras hati
2.
Mudah percaya
2.
Curiga
3.
Dermawan
3.
Pelit
4.
Ramah
4.
Bermusuhan
5.
Toleran
5.
Kritis
6.
Bersahabat
6.
Mudah marah
1.
Pencemas
1.
Tenang
2.
Tempramental
2.
Tempramen
3.
Sentimental
yang
4.
Emosional
cenderung
5.
Rentan
stabil
3.
Self-esteem
baik
Conscientiousnes
1.
Teliti
1.
Ceroboh
s
2.
Bekerja keras
2.
Malah
3.
Teratur
3.
Tidak
dan
tepat
4.
Ambisius
teratur
dan terlambat
dan
4.
Mudah
gigih
menyerah
Oppeness to
1.
Imajinatif
1.
Realistis
Experience
2.
Kreatif
2.
Tidak kreatif
3.
Inovatif
3.
Konvensional
4.
Memiliki
4.
Tidak memiliki
keingintahuan
keingin tahuan
yang tinggi
5.
Memiliki
yang lebih
5.
Konservatif
kebebasan
berpikir
METODE
Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan metode
korelasional. Partisipan dalam penelitian
ini terdiri dari 350 pelaku industri kreatif
bidang fashion di Kota Bandung. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini
4 | Firdaus Muttaqin: Pengaruh Tipe Kepribadian
Perilaku Inovatif pada Pelaku Industri Kreatif
Bandung
menggunakan teknik teknik nonprobability
sampling
dengan
quota
sampling.
Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuesioner yang terdiri dari
instrumen Big five Inventory yang
dikembangakan oleh John, Naumann &
Soto (2008), serta instrumen Innovative
Behavior Scale dari Janssen (2000).
Terdapat tiga hipotesis dalam
penelitian ini, yaitu:
HTerdapat
:
pengaruh tipe kepribadian
extraversion
dengan
perilaku
1
inovatif pada pelaku industri kreatif
fashion di Kota Bandung.
HTerdapat
:
pengaruh tipe kepribadian
agreeableness terhadap perilaku
2
inovatif pada pelaku industri kreatif
fashion di Kota Bandung.
HTerdapat
:
pengaruh tipe kepribadian
conscientiousness terhadap perilaku
3
inovatif pada pelaku industri kreatif
fashion di Kota Bandung.
HTerdapat
:
pengaruh tipe kepribadian
neuroticism
terhadap perilaku
4
inovatif pada pelaku industri kreatif
fashion di Kota Bandung.
HTerdapat
:
pengaruh tipe kepribadian
openness to experience terhadap
5
perilaku inovatif pada pelaku
industri kreatif fashion di Kota
Bandung.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil perhitungan menunjukkan
bahwa gambaran tipe kepribadian pelaku
industri kreatif pelaku industri kreatif di
Kota Bandung menunjukkan bahwa
mayoritas tipe kepribadian yang dimiliki
oleh pelaku industri kreatif Kota Bandung
yang menjadi responden penelitian ini
adalah aggreableness yaitu sebayak 127
orang atau 36,28%. Sementara itu tipe
kepribadian openness memiliki frekuensi
sebesar 102 orang atau sekitar 29,14%.
Tipe
kepribadian
conscientiousness
dimiliki oleh pelaku industri kreatif Kota
Bandung berjumlah 50 orang atau 14,28%.
Adapun
dengan
tipe
extraversion
berjumlah 32 orang atau 9.14% dan
terhadap
di Kota
neuroticsm berjumlah 39 orang atau
11.14%.
No
Dimensi
Frekuensi
Presentase
1
Exstraversion
32
9,14%
2
Aggreableness
127
36,28%
3
Conscientiousness
50
14,28%
4
Neuroticsm
39
11,14%
5
Openness
102
29,14%
350
100%
Total
Sementara
gambaran
perilaku
inovatif pada pelaku industri kreatif di kota
Bandung relatif memiliki perilaku inovatif
yang tinggi yakni sbebesar 55,15%.
Hasil perhitungan analisis regresi
untuk
meenguji
hipotesis
pertama
menunjukkan bahwa koefisien korelasi (R)
0,001 dengan taraf siginfikansi sebesar
0,993 (>0,005) sehingga H0 diterima.
Artinya tidak terdapat pengaruh antara tipe
kepribadian terhadap perilaku inivatif pada
pelaku industri kreatif. Pengaruh tipe
kepribadian extraversion terhdap perilaku
inovatif adalah sebesar 0%.
McCrae & Costa (2006) menjelaskan
bahwa tipe kepribadian extraversion
menunjukkan kuantitas seorang individu
dalam menjalin suatu relasi, kebutuhan
stimulasi, dan kapasitas untuk mencapai
kebahagiaan. Dikatakan bahwa individu
dengan tipe kepribadian extraversion yang
tinggi
mengindikasikan
kemampuan
individu dalam bersosiliasi, lebih aktif,
berorientasi pada orang lain, optimis dan
penuh afeksi. Sementara level yang rendah
pada dimensi ini disebut individu yang
introvert,
diindentifikasikan
dengan
individu yang pendiam dan penyendiri,
namun tetap bijak dan mandiri (Costa &
Widiger,
2002).
Kecenderungankecenderungan tersebut, bisa menjadi
predisposisi yang sesuai untuk tipe
kepribadian extraversion namun bukan
merupakan hal yang memengaruhi
perilaku inovatif. Individu dengan tipe
5 | Firdaus Muttaqin: Pengaruh Tipe Kepribadian
Perilaku Inovatif pada Pelaku Industri Kreatif
Bandung
kepribadian extraversion yang tinggi
memiliki
kecenderungan
kebih
berorientasi kepada orang lain, hal ini
menjadi tidak sesuai dengan salah satu
dimesi perilaku inovatif
yaitu idea
generalization dimana individu memiliki
kemampuan untuk memeperoleh atau
menciptakan ide atau cara baru yang
diperoleh dari dirinya sendiri (Janssen,
2000).
Selanjutnya hasil analisis regresi
untuk
menguji
hipotesis
kedua
menunjukkan nilai koefisien korelasi (R)
sebesar 0,35 dengan taraf signifikansi
sebesar 0,623 (>0,005) yang menunjukkan
bahwa H0 diterima. Hasil ini berarti tidak
ada pengaruh dari tipe kepribadian
agreeableness terhadap perilaku inovatif.
Sama dengan tipe kepribadian extraversion
sebelumnya,
tipe
kepibradian
agreeableness merupakan dimensi sosial
yang menunjukkan jenis interaksi seorang
individu. Pelaku industri kreatif dengan
tipe kerpibadian ini cenderung baik hati,
lembut, penuh kepercayaan, pemaaf dan
memiliki sifat altruistik. Sifatnya yang
ingin membantu orang lain membuat
pelaku industri kreatif dengan tipe
kerpibadian agreeableness menjadi lebih
responsif dan berempati. Sebaliknya, level
rendah pada dimensi ini akan membuat
individu cenderung sinis, kasar, penuh
dengan kecurigaan, tidak kooperatif,
mudah
tersinggung,
manipulatif,
pendendam dan kejam.
Untuk hipotesis yang ke tiga
menunjukkan hasil koefisien korelasi (R)
sebesar 0,064 dengan taraf signifikan
sebesar 0,374 yang berati H0 diterima
artinya tidak terdapat pengaruh antara tipe
kepribadian terhadap perilaku inovatif.
Pelaku industri kreatif dengan tipe
kepribadian neuroticism
menunjukkan
level penyesuaian emosi dan stabilitas
pribadi seorang individu (McCrae &
Costa, 2006). Faktor neuroticism dalam
penelitian
ini
bertanda
negatif.
Neuroticism dalam penelitian ini tidak
berpengaruh terhadap perilaku inovatif.
terhadap
di Kota
Sehingga apabila pelaku industri kreatif
memiliki stabilitas emosi yang baik, dapat
dengan mudah memunculkan perilaku
inovatif. Hal ini selaras dengan penelitian
Pervin (2012) bahwa kreativitas dan
inovasi dipengaruhi oleh kesadaran dan
ketidaksadaran seseorang. Dalam kondisi
sadar, seseorang dengan jernih bisa
mengeluarkan
perilaku
inovatif.
Sebaliknya,
ketidaksadaran
menjadi
penghambat perilaku inovatif muncul.
Hasil perhitungan hipotesis ke empat
menunjukkan bahwa koefisien korelasi (R)
sebesar 0,021 dengan taraf signifikansi
sebesar 0,781 atau H0 diterima yang berarti
tidak ada pengaruh antara tipe kepribadian
conscientiousness
terhadap
perilaku
inovatif.
Hasil
uji
hipotesis
yang
menyebutkan bahwa
tidak adanya
pengaruh yang diberikan oleh tipe
kepribadian
agreeableness
terhadap
perilaku inovatif tidak sesuai dengan
penelitian
terdahulu
tentang
tipe
kepribadian dengan kreativitas yang
menjadi bagian dari perilaku inovatif
dalam dimensi idea generalization yang
dilakukan oleh Widhiastuti (2014). Dalam
penelitian tersebut dikatakan bahwa
perilaku inovatif dipengaruhi oleh salah
satu karakteristik dalam conscientiousness
yaitu motivasi dalam mencapai tujuan.
Pelaku industri kreatif yang memiliki
tipe
kepribadian
conscientiousness
menunjukkan ketekunan, kontrol diri dan
motivasi dalam mencapai tujuan. Individu
yang termasuk tipe ini akan cenderung
terorganisasi, dapat diandalkan, pekerja
keras, mandiri, tepat, teliti, ambisius, dan
tekun. Sedangkan individu dengan level
rendah pada dimensi ini cenderung tidak
memiliki tujuan, tidak dapat diandalkan,
pemalas, ceroboh, lalai, lemah dan
hedonistik.
Kecenderungan-kecenderungan
di
atas seperti terorganisasi dan tekun bisa
menjadi penyebab rendahnya pengaruh
tipe kepribadian ini terhadap perilaku
inovatif. Karena dalam faktor-faktor yang
6 | Firdaus Muttaqin: Pengaruh Tipe Kepribadian
Perilaku Inovatif pada Pelaku Industri Kreatif
Bandung
mempengaruhi perilaku inovatif salah
satunya adalah gaya individu memecahkan
masalah (Scott & Bruce, 1994; Etikariena
& Muluk, 2014). Individu yang cenderung
terorganisir
akan
kesulitan
untuk
menemukan pemecahan masalah yang
berbeda dengan orang lain, karena terbiasa
melakukan aktivitas yang sama.
Untuk menguji hipotesis ke lima
menggunakan analisis regresi didapatkan
hasil yang menunjukkan koefisien korelasi
sebesar 0,244 dengan signifikansi sebesar
0,000 (< 0,005) atau H0 ditolak. Artinya
terdapat pengaruh antara tipe kepribadian
terhadap perilaku inovatif. Pengaruh tipe
kepribadian openness to experience
terhadap perilaku inovatif sebesar 6% dan
sebesar 94% dipengaruhi faktor lain. Hal
ini dikarenakan tipe kepribadian openness
to expereince menunjukkan karakter yang
cenderung suka mencari pengalamanpengalaman baru demi kepentingan
dirinya. (McCrae & Costa, 2006). Individu
dengan dimensi ini akan lebih imajinatif,
memiliki rasa penasaran yang tinggi, dan
mampu menampilkan ide-ide baru yang
tidak konvensional. Sebaliknya, individu
dengan level rendah pada dimensi ini
cenderung konvensional terhadap hal-hal
yang sudah mereka yakini, lebih
konservatif,
dogmatis
dan
rigid.
Perilakunya sudah terarah dan memiliki
kondisi emosi yang kurang responsif.
(Costa & Widiger, 2002).
Dari
penelitian-penelitian
sebelumnya seperti yang dilakukan oleh
George & Zhou (2011), McCrae & Costa
(1997), Sung & Choi (2009) didapatkan
hasil bahwa tipe kepribadian openness to
experience merupakan salah satu prediktor
dari perilaku inovatif. Hal ini dapat
dipahami karena openness to experience
menunjukkan bahwa individu tersebut
imaginatif, berpikiran luas dan tidak
terpaku kepada hal-hal yang konvensional.
(Costa & Widiger, 2002; Mount & Barick,
1995). Pelaku industri kreatif yang
memiliki pemikiran terbuka akan memliki
kecenderungan mencari situasi-siatuasi
terhadap
di Kota
yang tidak familiar yang memungkinkan
dirinya untuk menemukan pengalaman
yang baru dan perspektif baru. (George
dalam Sung & Choi, 2009).
Ketika pertama kali pelaku industri
kreatif denga tipe kepribadian openness to
experience
memunculkan
idea
generalization atau penciptaan ide atau
bisa disebut tahap kreativitas dan dilihat
salah oleh orang lain atau tidak di hargai
oleh orang lain, pelaku industri kreatif
yang memiliki openness to experience
yang tinggi akan lebih fleksibel dan
terbuka meskipun idenya dirasa aneh.
(Sung & Choi, 2009). Pelaku industri
kreatif yang memiliki pemikiran terbuka
akan memliki kecenderungan mencari
situasi-siatuasi yang tidak familiar yang
memungkinkan dirinya untuk menemukan
oengalaman yang baru dan perspektif baru.
(George dalam Sung & Choi, 2009).
Setelah proses penciptaan ide atau idea
generalization, dimensi selanjutnya adalah
idea promotion dimana kemampuan
individu untuk mencari dukungan dari
lingkungan sekitar untuk mewujudkan ide
atau cara yang telah ditemukan. Pada
tahapan ini setelah menemukan ide,
seseorang harus memperoleh dukungan
dari sekitar sehingga ide tersebut terlihat
semakin
nyata
dan
dapat
diimplementasikan.
Tahapan
ini
membedakan perilaku inovasi dengan
kreativitas (Janssen, 2000). Orang dengan
tipe kepribadian openness to experience
memiliki
cara
tersendiri
dalam
menyampaikan idenya untuk mendapatkan
dukungan dengan cara lain.
KESIMPULAN
Penelitian ini memberikan suatu data
baru mengenai tipe kepribadian big five
dan perilaku inovatif pada pelaku industri
kreatif di Kota Bandung. Berdasarkan hasil
analisis pada bab-bab sebelumnya,
didapatkan hasil bahwa hanya tipe
kepribadian openness to experience yang
memlili pengaruh terhadap perilaku
inovatif dengan koefisien determinasi
sebesar 0,060 atau sebesar 6%. Sementara
7 | Firdaus Muttaqin: Pengaruh Tipe Kepribadian
Perilaku Inovatif pada Pelaku Industri Kreatif
Bandung
untuk tipe kepribadian extraversion,
agreeableness,
neuroticism
dan
conscientiousness tidak memiliki pengaruh
terhadap perilaku inovatif pada pelaku
industri kreatif di Kota Bandung.
REFERENSI
Amo, B.W., Kolvereid, L. (2005),
Organizational strategy, individual
personality
and
innovation
behaviour. Journal of Enterprising
Culture, 13(01), 7-19.
Departemen
Perdagangan
Republik
Indonesia. 2008. Pengembangan
Ekonomi Kreatif Indonesia 2025.
Rencana Pengembangan Ekonomi
Kreatif Indonesia 2009-2015, DPRI,
Jakarta.
Etikariena, A., & Muluk, H. (2014).
Hubungan antara memori organisasi
dan perilaku inovatif karyawan.
Jurnal Fakultas Psikologi UI, vol.
18(2), hal. 77-88.
Feist, Jess, & Gregory J. Feist. (2010).
Teori Kepribadian Edisi 7 Buku 1.
Jakarta: Salemba Humanika.
Feist, Jess, & Gregory J. Feist. (2010).
Teori Kepribadian Edisi 7 Buku 2.
Jakarta: Salemba Humanika.
Feist, J., & Feist, G. (2012). Theory of
Personality II. Jakarta: Salemba
Humanika.
George, J. M. & Zhou, J. 2001. When
Openness
to
experience
and
Conscientiousness are Related to
Creative Behavior: An Interactional
Approach. Journal of Applied
Psychology, vol. 86, hal. 513-524.
Herawati, T. Rudatin, C. L. (2014) Potensi
Kota Bandung Sebagai Destinasi
Incentives Melalui Pengembangan
Ekonomi Kreatif, Epigram. Vol.11
No.2, Hal. 95-102.
Janssen, O. (2000). Job demands,
perceptions of effort–reward fairness
and innovative work behaviour.
Journal of Occupational and
Organizational Psychology 2000,
vol. 73, hal. 287–302.
terhadap
di Kota
Li, X & Zheng, Y. (2014). The Influential
Factors of Employees Innovative
Behavior and the Management
Advices. Journal of Service Science
and Management, Vol. 7, hal. 446450.
Limakrisna, N., Sudarso, A., Daryus, C.
(2015). Entrepreneurship Orientation
for Building Business Performance:
An Empirical Study Distro Small
Medium Enterprises Bandung City’,
International Journal of Economics
and Financial Issues, Vol. 5, special
issue, hal.144-149.
McCrae, R. R (1992). Openness to
experience as a basic dimension of
personality. Paper presented at the
annual convention of American
Psychological
Association.
Washington D.C.
McCrae, R. R., & Costa, P. T., Jr. (1997).
Conceptions and correlates of
Openness to experience. In R.
Hogan, J. A. Johnson & S. R. Briggs
(Eds.), Handbook of personality
psychology. Orlando, FL: Academic
Press.
Pervin, L. A., Cervone, D., & Oliver, P. J.
(2012). Psikologi kepribadian: Teori
dan Penelitian (edisi ke-9). Kencana
Prenada Media Group. Jakarta.
Robert, M. L & John, J. H. (2001).
Manajemen
Sumber
Daya
Manusia(Jilid 2). Jakarta : Salemba
Empat.
Scott, & Bruce, R. A. 1994. “Determinants
of Innovative behavior: A Path
Model Of Individual Innovation in
the Workplace”. Academy of
Management Journal.
Shalley, C. E., Zhou, J., & Oldham, G. R.
(2004). The effects of personal and
contextual
characteristics
on
creativity: Where should we go from
here?. Journal of Management,
Vol.30, Hal. 933–958.
Sung, S.Y., & Choi, J.N. (2009). Do Big
five Personality Factors Affect
Individual
Creativity.
The
8 | Firdaus Muttaqin: Pengaruh Tipe Kepribadian
Perilaku Inovatif pada Pelaku Industri Kreatif
Bandung
Moderating Role of Extrinsic
Motivation. Social Behavior and
Personality, Vol. 37(7). Hal. 941956.
Widhiastuti, H. (2014). Big five
Personality
sebagai
Perdiktor
Kreativitas dalam Meingkatkan
terhadap
di Kota
Kinerja Anggota Dewan. Jurnal
Psikologi, vol. 41(1). Hal. 115-133.
Woodman, R. W., Sawyer, J. E., &
Griffin, R. W. (1993). Toward a
theory of organizational creativity.
Academy of Management Review,
Vol. 18, Hal. 293-321.
Download