BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sikap Seks Pranikah 2.1.1

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.
Sikap Seks Pranikah
2.1.1. Pengertian Sikap
Sikap (attitude) merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial yang
membahas unsur sikap baik sebagai individu maupun kelompok. Banyak kajian
dilakukan untuk merumuskan pengertian sikap, proses terbentuknya sikap, maupun
perubahan. Eagly & Chaiken (1993) mengemukakan bahwa sikap dapat diposisikan
sebagai hasil evaluasi terhadap obejk sikap yang dieksperesikan kedalam prosesproses kognitif, afektif, dan perilaku.
2.1.2. Komponen Sikap
Baron dan Byrne (2000) menyatakan bahwa ada tiga komponen sikap. Tiga
komponen sikap itu adalah komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen
konatif.
1. Komponen Kognitif (komponen emosional)
Komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan yaitu
hal – hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap sikap.
1
2. Komponen Afektif
Komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap
objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang
merupakan hal yang negative. Komponen ini menunjukan arah sikap, yaitu positif
dan negatif.
3. Komponen Konatif (komponen perilaku)
Komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap
objek sikap. Komponen ini menunjukan intensitas sikap, yaitu menunjukan besar
kecilnya kecenderungan bertindak atau berprilaku seseorang terhadap objek sikap.
2.1.3. Fungsi Sikap
D. Katz (Luthans, 1995) menjelaskan empat fungsi sikap. Empat fungsi sikap
itu adalah fungsi penyesuaian diri, fungsi pertahanan diri, fungsi ekspresi nilai, dan
fungsi pengetahuan.
1. Fungsi penyesuaian diri
Bahwa orang cenderunFg mengembangkan sikap yang akan membantu untuk
mencapai tujuannya secara maksimal.
2
2. Fungsi pertahanan diri
Mengacu pada pengertian bahwa sikap dapat melindungi seseorang dari
keharusan untuk mengakui kenyataan tentang dirinya.
4. Fungsi ekspresi nilai
Bahwa sikap membantu ekspresi positif nilai-nilai dasar seseorang,
memamerkan citra dirinya, dan aktualisasi diri.
5. Fungsi pengetahuan
Bahwa sikap membantu seseorang menetapakn standar evaluasi terhadap
suatu hal. Standar itu menggambarkan keteraturan, kejelasan, dan stabilitas kerangka
acu pribadi seseorang dalam menghadapi objek atau peristiwa di sekelilingnya.
2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Azwar S (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap yaitu:
1. Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar pembentukan sikap apabila
pengalaman tersebut meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah
terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan
faktor emosional.
3
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Individu pada umumnya cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau
searah dengan sikap seseorang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain
dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan untuk menghindari konflik dengan
orang yang dianggap penting tersebut.
3. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dapat memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat
asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis
pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.
4. Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya,
berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi
oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.
5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat
menentukan sistem kepercayaan. Tidaklah mengherankan apabila pada gilirannya
konsep tersebut mempengaruhi sikap.
4
6. Faktor emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi
yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego.
2.1.5. Pengertian Seks Pranikah
Sikap seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual
baik yang dilakukan sendiri, dengan lawan jenis maupun sesame jenis tanpa adanya
ikatan pernikahan menurut agama (Sarwono,2003)
2.1.6. Bentuk Aktivitas Seks Pranikah
Adapun bentuk aktivitas Seks pranikah (dalam Herni Krisnawati & Ardiani
Sulistiani, 2009)
1) Berfantasi Seksual
Adalah perilaku membayangkan atau mengimajinasikana aktivitas seksual
yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme.
2) Berpegangan Tangan
Adalah aktivitas seksual yang tidak terlalu menimbulkan rangsangan seksual
yang kuat, namun biasanya muncul keinginan untuk mencoba aktivitas
seksual lainnya hingga kepuasan seksual dapat tercapai.
5
3) Cium Kering
Adalah aktivitas seksual berupa sentuhan pipi dengan pipi, dan pipi dengan
bibir.
4) Cium Basah
Adalah kegiatan seksual berupa sentuhan bibir dengan bibir.
5) Meraba
Adalah aktivitas meraba bagian-bagian sensitive rangsangan seksual, seperti:
payudara, leher, paha atas, vagina, penis, pantat, dll.
6) Berpelukan
7) Mastrubasi dan Onani
Adalah perilaku seksual yang merangsang organ kelain umtuk mendapatkan
kepuasana seksual. Perilaku ini secara psikologis menimbulkan kontroversi
perasaan bersalah dan perasaan puas.
8) Oral Genital
Adalah perilaku seksual yang memasukan alat kelamin kedalam mulut
pasangannya atau lawan jenis.
9) Petting
Adalah keseluruhan aktivitas non intercourse hingga menempelkan alat
kelamin.
6
10) Intercourse
Adalah aktivitas seksual dengan memasukan alat kelamin laki-laki kedalam
alat kelamit perempuan.
2.1.7. Faktor penyebab seks pranikah
Hurlock (1990) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi remaja
terhadap eks bebas (dalam Dessy Lianna, 2007).
a. Meningkatnya Libido Seksualitas
Perubahan hormonal pada remaja yang dapat meningkatkan hasrat
seksual. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran
dalam bentuk perilaku seksual tertentu. Bila remaja salah dalam
menyalurkan hasrat tersebut dapat terjadi perilaku seks bebas yang
mengakibatkan kehamilan pada remaja perempuan.
b. Penundaan Usia Kawin
Penyaluran ini tidak bias segera dilakukan karena adanya penundaan
usia perkawinan secara hukum oleh karena adanya UU tentang
perkawinan yang menetapkan batas usia menikah yaitu sedikitnya usia
16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria.
c. Tabu-larangan
Sementara usia perkawinan ditunda, norma-norma agama tetap
berlaku dimana seseorang dilarang untuk melakukan seks bebas atau
seks pranikah, bahkan larangan berkembang lebih jauh kepada tingkah
7
laku lain seoerti berciuman atau mastrubasi. Bagi remaja yang tidak
dapat menahan diri akan terdapat kecenderungan untuk melanggar
larangan tersebut.
d. Kurangnya Informasi Tentang Seks
Kecenderungan pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya
penyebab informasi dan rangsangan seks melalui media massa
menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang berada dalam
periode ingin tahu dan ingin mencoba segala sesuatu, dan meniru apa
yang dilihatnya adan didengarnya, khususnya karena remaja belum
pernah mengetahuan masalah seksual secara lengkap.
e. Komunikasi antara Orangtua dan Anak
Orangtua sendiri, baik karena ketidaktahuannya akan pentingnya
pendidikan seks kepada anak maupun karena sikapnya yang masih
menabukan pembicaraan mengenai masalah seksual dengan anak
cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah yang satu ini.
Anak juga akan merasa malu bila akan bertanya tentang masalah seks
kepada orangtuanya dan mereka akan mencari tahu dari orang lain.
f. Pergaulan yang Semakin Bebas
Karena adanya kecenderungan pergaulan yang makin bebas antara pria
dan wanita dalam masyarakat sebagai akiba berkembangnya peran dan
pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita makin sejajar dengan
pria.
8
g. Wilayah Tempat Tinggal
Perubahan dikota yang lebih cepat dari didesa, karena informasi dikota
lebih cepat diterima dari pada didesa. Cepatnya arus informasi yang
diterima juga dapat mempengaruhi informasi yang salah masuk
kekota.
h. Jenis Kelamin
Laki-laki lebih terbuka, lebih serba boleh, lebih akstrim dalam
pendapatannya tentang seksualitas, sedangkan wanita lebih malu-malu
dan lebih tidak tahu menahu.
2.2.
Kepribadian (Big Five Personality)
2.2.1. Definisi Kepribadian dan Big Five Personality
Kata personality
dalam bahasa inggris berasal dari bahasa yunani-kuno
prosopon atau persona, yang artinya ‘topeng’ yang biasa dipakai artis dalam teater.
Jadi konsep awal dari pengertian personality (pada masyarakat awam) adalah tingkah
laku yang ditampakan kelingkungan sosial – kesan mengenai diri yang diinginkan
agar dapat ditangkap oleh lingkungan sosial.
Kepribadian dapat dikatakan sebagai total jumlah dari cara-cara individu
bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain. Terdapat karakteristik-karakteristik yang
umumnya melekat dalam masing-masing diri individu. Karakteristik tersebut yang
ketika ditunjukan dalam berbagai situasi disebut trait kepribadian. Trait kepribadian
9
ini menunjukan berbagai perilaku dari individu dalam berbagai pola yang sebenarnya.
Semakin konsisten dan sering munculnya karakteristik ini dalam berbagai situasi,
makan akan semakin mendeskripsikan karakteristik seorang individu (Robbin &
Judge, 2008)
Trait merupakan isitilah untuk bagian dari perilaku seseorang yang konsisten.
Trait manusia adalah bersifat internal yang berarti bahwa individu membawa
keinginan mereka, kebutuhan dan keinginan dari satu situasi ke situasi yang
berikutnya. Selanjutnya, keinginan dan kebutuhan ini yang akan diangap menjadi
sebagai penyebab perilaku individu. Perlu diketahui bahwa penyebab perilaku dalam
konteks ini berarti bahwa trait yang dimiliki individu dapat menjelaskan perilaku
tertentu dari individu (Larsen & Buss, 2008).
Terdapat beberapa pendekatan yang dikemukakan oleh para ahli untuk
memahami trait individu. Salah satunya adalah five factor model atau yang lebih
sering disebut dengan big five personality milik Costa & McCrae (Feist, 2008). Five
faktor model adalah pengenalan lima komponen yang berbeda yang ketika disajikan
bersama akan memberikan gambaran yang sebenarnya tentang bagaimana tipe
seseorang dalam memberikan respon pada suatu situasi atau pada orang lain (Landy
& Conte, 2004).
Berdasarkan uraian yang telah dibahas disimpulkan bahwa trait adalah bagian
dari kepribadian individu. Selanjutnya kepribadian adalah sebuah karakteristik di
10
dalam diri individu yang relative menetap, bertahan, memiliki pengaruh terhadap cara
individu berfikir dan berprilaku terhadap lingkungan. Sedangkan Big Five Personality
(Costa & McCrae dalam Feist 2008) merupakan pendekatan teoritis yang mengacu
pada lima trait kepribadian yakni trait conscientiousness (kenuranian), extraversion
(keterbukaan), agreeableness (kebersetujuan), neuroticsm (kecemasan) dan openess to
experience (terbuka kepada pengalaman).
2.2.2. Trait Big Five Personality
Trait – trait di dalam big five personality menurut Costa dan McCrae (dalam
Feist 2008) meliputi :
a. Extraversion (Keterbukaan)
Extraversion menilai kuantitas dan intensitas interaksi interpersonal,
level aktifitasnya, kebutuhan untuk didukung dan kemampuan untuk
berbahagia. Pribadi yang memiliki skor extraversion tinggi cenderung penuh
perhatian, mudah bergabung, aktif berbicara, menyukai kelucuan, aktif dan
bersemangat. sebaliknya pribadi yang memiliki skor extraversion rendah
cenderung cuek, penyendiri pendiam, serius, pasif dan kurang sanggup
mengekspresikan emosi yang kuat.
b. Conscientiousness (Kenuranian)
11
Conscientiousness
sebagai
pribadi
yang
tertib/teratur,
penuh
pengendalian diri, terorganisasikan, ambisius, focus pada pencapaian, dan
disiplin-diri. Umumnya individu dengan skor conscientiousness yang tinggi
memiliki karakteristik pekerja keras, peka terhadap suara hati, tepat waktu dan
tekun. Sebaliknya, individu yang rendah skor conscientiousnessnya cenderung
tidak terorganisasikan, malas, ceroboh, dan tidak berarah tujuan, dan
tampaknya mudah menyerah jika sutau proyek menjadi sulit.
c. Agreeableness (Kebersetujuan)
Trait agreeableness sebagai individu yang cenderung mudah
memepercayai siapapun, murah hati, suka menolong, dapat meneirma keadaan
dan baik hati. Sedangkan individu yang memiliki skor agreeableness yang
rendah secara umum mudah curiga, pelit, tidak ramah, mudah terluka dan
selalu mengkritik orang lain.
d. Openness to Experience (Terbuka Kepada Pengalaman)
Menjelaskan bahwa individu dengan keterbukaan yang tinggi
umumnya kreatif, imajinatif, orisinal, penuh ingin tahu, liberal dan menyukai
keragaman. Sebaliknya, mereka yang memiliki skor rendah dalam openness to
experience biasanya konvensional, lebih realistic, konservatif, dan tidak
begitu ingin tahu.
e. Neuroticism (Neurotisme)
12
Bahwa individu yang memiliki skor neurotisme yang tinggi cenderung
mudah cemas, temperamental, mengasihani-diri, memiliki kesadran diri yang
tinggi, emosional, dan rapuh terhadap gangguan yang berkaitan dengan stress.
Sebaliknya individu dengan skor neurotisme yang rendah biasanya tenang,
bertempramen-lembut, puas diri dan tidak berperasaan.
2.3.
Kerangka Berpikir
Sikap seks pranikah mahasiswa dipengaruhi oleh banyak hal, selain
daribbfaktor pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, orang lain yang
dianggap penting, media massa, pengaalaman pribadi, lembaga pendidikan, lembaga
agama dan emosi dari dalam individu. Sikap seksual bisa terwujud positif ataupun
negative, sikap posititf kecenderungan tindakan adalah mendukung seksual pranikah
sedangkan sikap negatif kecenderungan tindakan adalah menghindari seksual
pranikah (Azwar,2009).
Perilaku seksual pranikah dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang
bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik, berkencan, berpegangan tangan,
mencium pipi, berpelukan, mencium bibir, memegang buah dada diatas baju,
emmegang buah dada dibalik baju, memegang alat kelamin diatas baju, memegang
alat kelamin dibawah baju, dan melakukan senggama (Sarwono, 2003). Pergaulan
bebas yang akhir-akhir ini terjadi adalah karena mereka mencari pengetahuan dan
informasi tentang seksualitas sendiri lewat teman yang sama – sama belum tahu
13
akibat dari seks bebas, majalah – majalah porno, video dan tempat hiburan malam
yang memberikan akses informasi tanpa sensor sehingga proses kematangan alat
reproduksi tidak diimbangi dengan informasi yang baik.
Sikap seks pranikah pada
mahasiswa baik positif maupun negatif dapat terbentuk dari kepribadian masingmasing
individu.
Kepribadian
merupakan
organisme
psikofisiologis
yang
mempengaruhi pikiran, perasaan dan tingkah laku seseorang dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungan serta dalam menghadapi masalah-masalah dalam situasi
tertentu. Jadi, mahasiswa dihadapkan dengan stimulus seks pranikah yang membuat
sikap mahasiswa menjadi positif atau negatif yang dipengaruhi oleh kepribadian
mahasiswa dalam menyesuaikan dirinya dengan stimulus yang diterimanya.
Teori kepribadian yaitu suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi
untuk melihat kepribadian manusia melalui traits yang tersusun dalam lima domain
kepribadian yaitu neuroticism, extraversion, openness to experiences, agreeableness
dan conscientiousness.
Menurut Costa dan McCrae (dalam Feist 2008) bahwa skor neuroticism yang
tinggi cenderung mudah cemas, temperamental, memiliki kesadaran diri yang tinggi,
emosional dan rapuh terhadap gangguan yang berkaitan dengan stress. Extraversion
menilai kuantitas dan intensitas interaksi interpersonal, level aktifitasnya, kebutuhan
untuk didukung dan kemampuan untuk bahagia. Openness to experience menjelaskan
bahwa individu dengan keterbukaan yang tinggi umumnya keatif, imajinatif, orisisnil,
penuh ingin tahu, liberal dan menyukai keragaman.
14
Menurut Costa dan McCrae (dalam Feist 2008) agreeableness sebagai
individu yang cenderung mudah mempercayai siapapun, murah hati, suka menolong,
dapat menerima keadaan dan baik hati. Conscientiousness sebaagai pribadai yang
teratur, penuh pengendalian diri, terorganisasikan, ambisius, fokus pada pencapaian
dan displin-diri. Berdasarkan hal diatas, yang mempengaruhi sikap seks pranikah
adalah kepribadian yang dimiliki mahasiswa. Kepribadian unik dan banyak teori yang
mengenai keprribadian dan salah satunya big five personality, begitu pula dengan
sikap. Sikap seks pranikah dapat dikatakan positif apabila mahasiwa menyetujui atau
mendukung sikap seks pranikah.dan sikap seks pranikah dapat dikatakan negatif
apabilamahasiswa tidak menyetujui atau tidak mendukung sikap seks pranikah.
Big Five Personality :
-
Extraversion
-
Conscientiousness
-
Agreeableness
-
Openness to Experience
Sikap Seks Pranikah
- Neuroticism
2.4.
Hipotesis
Ha
= Ada hubungan antara big five personality dengan sikap seks
pranikah
15
Download