Uploaded by User11733

Tingkat Literasi Internet dan Penyebaran Informasi Hoax

advertisement
i
Laporan Studi Pustaka (KPM 403)
TINGKAT LITERASI INTERNET DAN PENYEBARAN
INFORMASI HOAX
QONA’AH OKTAVIANI
I34150128
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang berjudul “TINGKAT
LITERASI INTERNET DAN PENYEBARAN INFORMASI HOAX" merupakan
hasil karya ilmiah saya sendiri dan belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada
suatu perguruan tinggi ataupun lembaga, serta tidak mengandung bahan-bahan yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain, kecuali sebagai rujukan yang dinyatakan
dalam naskah. Demikian, pernyataan ini saya tulis dengan sesungguh-sungguhnya dan
saya bersedia bertanggungjawab atas pernyataan ini.
Bogor, Mei 2018
Qona’ah Oktaviani
NIM. I34150128
iii
ABSTRAK
QONA’AH OKTAVIANI. Tingkat Literasi Internet dan Penyebaran Informasi Hoax.
Dibimbing oleh SUTISNA RIYANTO.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) menyebabkan aktivitas
komunikasi bagi manusia menjadi semakin mudah. Salah satu bentuk perkembangan
TIK yaitu internet. Pertukaran informasi pada internet dapat dilakukan dengan waktu
yang singkat dan tidak lagi terkendala oleh jarak antar komunikan. Dampak dari internet
tidak selalu positif. Kebebasan pemanfaatan internet membuat banyak informasi hoax
beredar di masyarakat. Agar dapat terhindar dari dampak negatif internet, maka
dibutuhkan literasi internet bagi para pengguna internet. Tujuan dari tulisan ini adalah
untuk mengukur tingkat literasi internet masyarakat dan mengidentifikasi faktor-faktor
yang berhubungan dengan literasi internet, serta mengidentifikasi penyebaran informasi
hoax. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode analisis bahan
pustaka berupa skripsi, jurnal ilmiah, buku teks, artikel, serta laporan hasil penelitian
lainnya. Hasil dari rangkuman pustaka menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor
internal dan faktor eksternal yang berhubungan dengan literasi internet masyarakat dan
tingkat literasi internet dapat diukur dengan menggunakan Individual Competence
Framework, serta penyebaran informasi hoax dapat diukur menggunakan dua indikator
yaitu tingkat penerimaan informasi hoax dan tingkat motivasi penyebaran informasi
hoax.
Kata kunci: internet, literasi media, penyebaran informasi hoax
ABSTRACT
QONA’AH OKTAVIANI. Level of Internet Literacy and Hoax Information
Dissemination. Supervised by SUTISNA RIYANTO.
The development of information and communication technology (ICT) causes
communication activities for humans becomes easier. One form of development of ICT
is the internet. The exchange of information on the Internet can be done with a short
time and no longer constrained by the distance between the communicant. The impact
of the internet is not always positive. Freedom of utilization of the internet makes a lot
of hoax information circulating in the community. In order to avoid the negative impact
of the internet, it takes Internet literacy for internet users. The purpose of this paper is
to measure the level of internet community literacy and identify factors related to
internet literacy, as well as identify the dissemination of hoax information. The method
used in this paper is the method of library material analysis in the form of thesis,
scientific journals, textbooks, articles, and reports of other research results. The results
of the library summary indicate that there are several internal factors and external
factors related to the internet literacy of the community and the level of Internet literacy
can be measured by using the Individual Competence Framework, and the hoax
information dissemination can be measured using two indicators, namely the
acceptance level of hoax information and the level of information dissemination
motivation Hoax.
Keywords: internet, internet literacy, hoax information dissemination
4
TINGKAT LITERASI INTERNET DAN PENYEBARAN
INFORMASI HOAX
Oleh
Qona’ah Oktaviani
I34150128
Laporan Studi Pustaka
Sebagai Syarat Kelulusan KPM 403
pada
Mayor Sains Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat
Departemen Sains Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
5
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang berjudul “TINGKAT
LITERASI INTERNET DAN PENYEBARAN INFORMASI HOAX"merupakan
hasil karya ilmiah saya sendiri dan belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada
suatu perguruan tinggi ataupun lembaga, serta tidak mengandung bahan-bahan yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain, kecuali sebagai rujukan yang dinyatakan
dalam naskah. Demikian, pernyataan ini saya tulis dengan sesungguh-sungguhnya dan
saya bersedia bertanggungjawab atas pernyataan ini.
Bogor, Mei 2018
Qona’ah Oktaviani
NIM. I34150128
6
7
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan karunia
dan hidayah yang tercurah selama ini kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Studi Pustaka yang berjudul “Tingkat Literasi Internet Remaja
Desa dan Penyebaran Informasi Hoax”. Laporan ini merupakan salah satu syarat
kelulusan Mata Kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains Komunikasi
dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Pada proses penyususunan makalah ini penulis menemui banyak kesulitan dan
hambatan, tetapi berkat dorongan dari berbagai pihak alhamdullilah penulis dapat
melewatinya. Penulis banyak mendapat arahan, bimbingan, dan saran dari berbagai
pihak yang sangat berguna bagi penulis. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Sutisna Riyanto selaku
dosen pembimbing Studi Pustaka yang telah membimbing, mendukung, dan
memberikan inspirasi yang luar biasa dalam penyusunan studi pustaka. Kepada
orangtua penulis yaitu Ayahanda Imam Santoso dan Ibunda Mamah Faridah yang telah
memberikan dukungan materi maupun moral serta doa dan dukungan yang tulus sejak
penulis lahir hingga saat ini. Kepada kakak-kakak penulis yaitu Suci Novellianingrum,
Annisa Noor Baeti dan Dian Mustikasari penulis mengucapkan terimakasih atas
motivasi yang telah diberikan dan kesediannya menjadi teman cerita yang baik serta
selalu memberikan nasihat sehingga penulis dapat melalui banyak hal dengan lancar.
Kepada Mohammad Irfan Rachman yang selalu ada untuk membantu dan
memberikan dukungan penulis mengucapkan terimakasih. Kepada sahabat penulis di
kampus yaitu Gopi Setiawan Sihombing, Dzikra Aura Nindita, Elzahra Tiara Yurida
dan Fifi Fatatiatul Hidayah yang selalu memberikan dorongan pada penulis untuk
menyelesaikan Studi Pustaka ini penulis juga mengucapkan terimakasih. Seluruh
keluarga besar SKPM 52 atas kebersamaannya dan senior SKPM atas kesediaannya
berbagi pengalaman dan memberikan saran-saran dalam penulisan Laporan Studi
Pustaka ini serta semua pihak yang telah memberikan semangat, dukungan, dan saran
kepada penulis selama proses penulisan Laporan Studi Pustaka.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh
sebab itu penulis dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran yang membangun
agar makalah ini lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan
sumbangan bagi khasanah ilmu pengetahuan Indonesia.
Bogor, Mei 2018
Penulis
8
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ............................................................................................................. ii
ABSTRAK ..................................................................................................................... iii
PERNYATAAN ........................................................................................................ 5
PRAKATA...................................................................................................................... 7
DAFTAR ISI................................................................................................................... 8
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 9
Latar Belakang ............................................................................................................ 9
Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 10
Metode Penulisan ...................................................................................................... 10
RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA............................................................... 11
Perilaku Pengguna dan Informasi Hoax di Media Sosial.......................................... 11
Mengembangkan Model Literasi Media yang Berkebhinnekaan dalam
Menganalisis Informasi Berita Palsu (Hoax) di Media Sosial .................................. 13
Literasi Internet dan Partisipasi Politik Masyarakat Pemilih dalam Aktifitas
Pemanfaatan Media Baru .......................................................................................... 15
Literasi Media Internet di Kalangan Mahasiswa ...................................................... 17
Literasi Internet pada Siswa Sekolah Menengah Pertama ........................................ 19
Penggunaan Internet Sebagai Media Pembelajaran pada Mahasiswa IAIN Palu ..... 21
Literasi Media Digital Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Bengkulu ............. 23
Klasifikasi Pengguna Media Sosial Twitter dalam Persebaran Hoax
Menggunakan Metode Backpropagation .................................................................. 25
Literasi Internet pada Perempuan Desa..................................................................... 27
Tingkat Literasi Media Masyarakat di Wilayah Perbatasan Papua .......................... 29
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 35
Penyebaran Informasi Hoax ...................................................................................... 35
Literasi Internet ......................................................................................................... 35
Remaja Desa.............................................................................................................. 37
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Literasi Internet ...................................... 38
SIMPULAN .................................................................................................................. 39
Hasil Rangkuman dan Pembahasan .......................................................................... 39
Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi............................................ 40
Usulan Kerangka Analisis Baru ................................................................................ 40
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 42
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................................... 44
9
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) menyebabkan
aktivitas komunikasi bagi manusia menjadi semakin mudah. Pertukaran informasi dapat
dilakukan dengan waktu yang singkat dan tidak lagi terkendala oleh jarak antar
komunikan. Perkembangan TIK juga mendorong terjadinya perkembangan media
massa. Media massa merupakan salah satu sarana untuk pengembangan kebudayaan,
bukan hanya budaya dalam pengertian seni dan simbol tetapi juga dalam pengertian
pengembangan tatacara, mode, gaya hidup dan norma-norma. (Mc Quail, 1987). Salah
satu contoh perkembangan media massa adalah perubahan jenismedia. Saat ini, secara
garis besar jenis media tidak hanya terbagi menjadi media cetak dan media elektronik,
namun juga terdapat jenis baru yaitu media siber. Beberapa contoh media siber adalah
website, portal berita, blog, dan media sosial. Keseluruhan media siber mucul karena
adanya internet.
Internet (kependekan dari interconnected-networking) ialah sistem global dari
seluruh jaringan komputer yang saling terhubung menggunakan str Internet Protocol
Suite (TCP/IP) untuk melayani miliaran pengguna di seluruh dunia (Suyanto, 2007).
Adanya internet menyebabkan mudahnya informasi mengalir diantara masyarakat.
Untuk mendapatkan berita dari berbagai negara di seluruh dunia tidak perlu
memerlukan waktu yang lama. Siapapun dapat mengakses internet tidak memerhatikan
biaya yang mahal maupun tua-mudanya seseorang. Kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) juga semakin memudahkan pengguna dalam mengakses internet.
Saat ini internet tidak hanya dapat diakses melalui komputer ataupun laptop, tetapi juga
melalui ponsel. Fitur-fitur khusus seperti surel, media sosial, bahkan e-banking
sekalipun saat ini dapat dengan mudah diakses melalui ponsel.
Banyaknya fasilitas dan luasnya pemanfaatan internet tidak selalu memberikan
dampak positif khususnya bagi orang yang tidak mau membaca. World's Most Literate
Nations Ranked (2016) peringkat literasi negara Indonesia menduduki urutan ke 60 dari
61 negara persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, dari
segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di
atas negara-negara Eropa (Nugroho, 2017). Fakta lainnya, menurut APJII (2016), lebih
dari 50 persen dari seluruh penduduk Negara Indonesia atau sekitar 143 juta orang telah
terhubung jaringan internet sepanjang 2016. Warga Jakarta tercatat paling banyak
menuangkan segala bentuk curhatan di Twitter lebih dari 10 juta tweet setiap hari
dilanjutkan dengan Bandung menduduki peringkat enam. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa Indonesia memiliki dua kota yang menduduki peringkat sepuluh
besar dalam survei tersebut. Menanggapi fakta-fakta diatas, dengan literasi yang rendah
namun masyarakat Indonesia sangat aktif dalam media sosial, menyebabkan masyarakat
Indonesia sangat mudah terprovokasi dengan berita hoax.
Hoax adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah
benar adanya. Informasi tersebut mampu menggiring interpretasi pengguna sesuai
dengan yang diharapkan oleh orang-orang yang memiliki kepentingan di dalamnya dan
tidak jarang menyebabkan keonaran diantara masyarakat. Hoax terus tersebar di media
massa khususnya internet meskipun pembuat dan penyebarnya dapat dipidanakan.
Seperti yang terdapat dalam Undang Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan
Hukum Pidana Pasal 14 ayat 1 bahwa barang siapa, dengan menyiarkan berita atau
pemberitahuan bohong, dengan sengaja menerbitkan keonaran dikalangan rakyat,
dihukum dengan hukuman penjara setinggi-tingginya sepuluh tahun. Portal berita yang
10
paling banyak dibaca adalah yang memiliki kecenderungan menampilkan isi (konten)
berita yang hanya terdiri dari beberapa alinea, bahkan penyajiannya cenderung tak
lengkap dalam satu berita. Untuk mendapatkan informasi lengkap, pembaca dipaksa
untuk membaca lebih dari satu berita. Banyaknya persebaran hoax bahkan dapat
membuat kelompok terpelajar sekalipun tidak bisa membedakan mana berita yang
benar, advertorial dan hoax. Menanggapi permasalahan diatas, masyarakat Indonesia
membutuhkan tingkat literasi media yang baik.
Literasi media adalah pemahaman sumber, teknologi komunikasi, kode yang
digunakan, pesan yang dihasilkan, seleksi, interpretasi dan dampak dari pesan tersebut
(Rubin, 1998). Kemampuan untuk mengkritisi media sangat diperlukan agar individu
dapat memilah dan menyaring informasi yang positif dengan informasi yang negatif
yang didapatkan dari internet. Kemampuan juga literasi media perlu dimiliki setiap
individu di era saat ini karena tingginya tingkat keterdedahan masyarakat terhadap
berbagai media massa. Media terus berkembang dalam berbagai bentuk di seluruh
lapisan masyarakat. Media yang sangat berpengaruh yaitu media sosial seperti facebook,
twitter, line, dan lain sebagainya. Apabila masyarakat Indonesia memiliki tingkat
literasi media yang baik maka meskipun berita hoax sangat marak tersebar bebas,
masyarakat secara otomatis dapat mengenali berita hoax dan tidak mudah mempercayai
berita tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang tingkat literasi
media internet dan penyebaran informasi hoax.
Tujuan Penulisan
Laporan studi pustaka ini bertujuan untuk mengetahui tingkat literasi media
masyarakat dalam penyebaran informasi hoax. Secara spesifik, laporan studi pustaka ini
bertujuan untuk :
1. Menjelaskan penyebaran informasi hoax
2. Menjelaskan tingkat literasi internet masyarakat
3. Menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat literasi internet
masyarakat
Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan Studi Pustaka ini yaitu
metode analisis data sekunder yang relevan dengan topik Studi Pustaka. Adapun data
sekunder yang dikumpulkan dengan cara mengumpulkan dan mengkaji berbagai hasil
penelitian baik berupa jurnal ilmiah, buku teks, dan skripsi. Kemudian bahan pustaka
yang sudah terkumpul dibaca, dipelajari, diringkas, dan dianalisis serta dikritisi
sehingga menjadi suatu tulisan ilmiah yang berisi tinjauan teoritis dan tinjauan faktual
beserta analisis dan sintesisnya. Studi Pustaka ini menghasilkan kerangka pemikiran
serta pertanyaan penelitian yang akan digunakan sebagai acuan dalam penelitian
selanjutnya.
11
RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA
Dalam penulisan ini, dilakukan meringkas dan menganalisis pustaka dari
duabelas pustaka yang berupa jurnal ilmiah, skripsi, dan makalah yang dipresentasikan
dalam pertemuan ilmiah yang diterbitkan dalam prosiding. Duabelas pustaka tersebut
dipilih berdasarkan topik yang dianggap paling relevan dengan topik penulisan. Tujuan
dari meringkas dan menganalisis pustaka ini adalah agar dapat mengetahui dan
menganalisis lebih jauh terkait variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian
selanjutnya.
Rangkuman 1
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Tanggal Unduh
:
Perilaku Pengguna dan Informasi Hoax di
Media Sosial
2017
Jurnal
Elektronik
Dedi Rianto Rahadi
Malang dan Universitas Merdeka Malang
Manajemen dan Kewirausahaan
5(1): 58-70
http://jurnal.unmer.ac.id/index.php/jmdk/art
icle/download/1342/933
21 Februari 2018
Ringkasan Pustaka
Saat ini media sosial merupakan media komunikasi yang efektif, tranparan dan
efisien serta memiliki peran penting sebagai agen perubahan dan pembaharuan. Media
sosial sebagai jembatan untuk membantu proses peralihan dari masyarakat yang
tradisional ke masyarakat yang modern. Banyaknya media online dan media sosial yang
menawarkan berbagai akses kemudahan akan lebih efektif dan bermanfaat bila
dijadikan sebagai wadah dalam memberikan masukan, kritik maupun saran dalam
pembangunan. Permasalah yang timbul dari penggunaan media sosial saat ini adalah
banyaknya hoax yang menyebar luas, bahkan orang terpelajar pun tidak bisa bedakan
mana berita yang benar, advertorial dan hoax. Penyebaran tanpa dikoreksi maupun
dipilah, pada akhirnya akan berdampak pada hukum dan informasi hoax-pun telah
memecah belah publik. Masyarakat diharapkan lebih bijak dalam memanfaatkan media
sosial. Bagaimana memanfaatkan media sosial serta meminimalisir informasi hoax
sebagai sarana untuk bertukar informasi dengan pemerintah. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui dan menganalisis manfaat media sosial dan antisipasi hoax dalam bertukar
informasi dengan pemerintah.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dirancang untuk
mengumpulkan
informasi
tentang
keadaan-keadaan
yang
sementara
berlangsung.Informan dalam penelitian adalah pengguna yang memiliki media sosial
dan pernah menerima informasi hoax, dengan jumlah pengguna sebanyak 122 orang dan
dipilih secara acak dari beberapa profesi yang dilingkungan civitas akademik
Universitas Presiden. Pengumpulan data dilakukan dengan instrumen dalam bentuk
kuesioner. Data sekunder diperoleh dari studi literatur yang relevan dengan penelitian.
12
Analisis data dilakukan dengan cara reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Lokasi penelitian dilakukan di Universitas Presiden.
Data yang dihasilkan dari penelitian ini menggambarkan bahwa kepentingan
penggunaan internet di lingkungan civitas akademik Universitas Presiden meliputi
informasi (information utility), kesenangan (leisure/fun activities), komunikasi
(communication), dan transaksi (transaction). Pelanggaran etika penggunaan internet
pada penelitian ini yaitu penyalahgunaan freedom of speech yang berbentuk penyebaran
berita palsu. Penelitian ini menyatakan bahwa hak Freedom of Speech seringkali
disalahartikan dan disalahgunakan untuk menciptakan berita hoax yang bertujuan untuk
membuat sensasi pada media sosial tersebut atau memang sengaja agar pengguna
internet dapat mampir pada website pembuat berita hoax tersebut agar mendapat
keuntungan dari jumlah pengunjung. Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan
perilaku pengguna media sosial dalam menanggapi informasi Hoax cukup beragam
dengan berbagai latar belakang pengguna. Dari hasil penelitian juga menunjukkan
perilaku pengguna media sosial paham terhadap informasi hoax, alasan, dampak, cara
mengatasi serta cara tanggung jawab dalam penyebaran informasi hoax.
Hasil penelitian ini mengungkapkan ada dua faktor yang menyebabkan
pengguna cenderung mudah percaya pada informasi hoax. Pada dasarnya perilaku
pengguna lebih cenderung percaya informasi hoax, jika informasinya sesuai dengan
opini atau sikap yang dimiliki. Kedua, perasaan positif akan timbul dalam diri seseorang
jika opini atau keyakinannya mendapat pengakuan dan cenderung tidak akan
mempedulikan apakah informasi yang diterimanya benar atau salah. Mereka akan untuk
menyebarkan kembali informasi tersebut tanpa ada filter. Kondisi ini diperparah jika si
penyebar informasi hoax memiliki pengetahuan yang kurang dalam memanfaatkan
internet. Literasi media memang sangat diperlukan untuk dapat menangkal efek negatif
dari diseminasi pesan melalui media massa, karena umumnya setiap individu memaknai
pesan yang diterima dari media berdasarkan pemahaman individu tersebut.
Analisis Pustaka
Penelitian ini meneliti dimensi kepentingan penggunaan internet civitas
akademik Universitas Presiden dan informasi hoax di sosial media serta bagaimana
peran pemerintah dalam menanggulangi penyebaran informasi hoax. Hasil penelitian
menunjukkan dimensi kepentingan penggunaan internet civitas akademik Universitas
Presidenmeliputi informasi (information utility), kesenangan (leisure/fun activities),
komunikasi (communication), dan transaksi (transaction). Hasil penelitian juga
menunjukkan pengguna media sosial paham terhadap informasi hoax, alasan, dampak,
cara mengatasi serta cara tanggung jawab dalam penyebaran informasi hoax. Ada dua
faktor yang menyebabkan pengguna cenderung mudah percaya pada informasi hoax.
Pertama, pada dasarnya perilaku pengguna lebih cenderung percaya informasi hoax, jika
informasinya sesuai dengan opini atau sikap yang dimiliki. Kedua, perasaan positif akan
timbul dalam diri seseorang jika opini atau keyakinannya mendapat pengakuan dan
cenderung tidak akan mempedulikan apakah informasi yang diterimanya benar atau
salah. Alasan penyebaran hoax adalah untuk merubah atau mempengaruhi opini publik,
supaya menjadi viral dimedia sosial, ingin merubah kebijakan pemerintah yang tidak
sesuai, ingin menghakimi atau mencela perbuatan personal yang melanggar hukum,
mendukung elemen masyarakat tertentu, persaingan bisnis, minimnya tindakan hukum.
Untuk mencegah penyebaran Hoax dapat dilakukan dengan literasi media. Sehingga
keterampilan literasi media sangat dibutuhkan oleh masyarakat agar dapat menangkal
efek negatif dari diseminasi pesan melalui media massa.
13
Rangkuman 2
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Kota dan Nama Penerbit
:
:
:
:
:
:
Nama Jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL
:
:
:
Tanggal Unduh
:
Mengembangkan Model Literasi Media yang
Berkebhinnekaan dalam Menganalisis
Informasi Berita Palsu (Hoax) di Media
Sosial
2017
Jurnal
Elektronik
Vibriza Juliswara
Yogyakarta dan STISIP Kartika Bangsa
Yogyakarta
Pemikiran Sosiologi
4(2): 142-164
https://journal.ugm.ac.id/jps/article/view/285
86/pdf
21 Februari 2018
Ringkasan Pustaka
Pemanfaatan media sosial di Indonesia saat ini berkembang luar biasa. Meski
begitu, perkembangan teknologi informasi kehidupan didunia nyata tidak pararel
dengan kehidupan di dunia maya. Akhir-akhir ini media sosial dipenuhi berita ujaran
kebencian, bentuk-bentuk intoleransi dan informasi palsu (hoax). Hal ini berlangsung
khususnya pada situasi politik tertentu, misalnya pada saat Pemilu, Pilpres dan pada
masa Pilkada serentak di beberapa wilayah di Indonesia, dimana terdapat indikasi
adanya persaingan politik dan kampanye hitam yang juga dilakukan melalui media
sosial. Masyarakat sebagai konsumen informasi dirasa masih belum bisa membedakan
mana informasi yang benar dan mana informasi yang palsu atau hoax belaka. Beberapa
faktor mempengaruhi terjadinya hal ini diantaranya yaitu ketidaktahuan masyarakat
dalam menggunakan media sosial secara bijaksana. Kegaduhan yang terjadi di media
sosial dinilai bisa merambat ke dunia nyata jika tidak segera diatasi. Perbincangan yang
terdapat di media sosial berpotensi mengkonstruksi pemahaman publik mengenai suatu
hal dalam kehidupan masyarakat. Kegaduhan di media sosial dapat berdampak dalam
kehidupan riil karena media sosial ini juga membentuk konstruksi pemaknaan tentang
asumsi sosial kita. Pada akhirnya konsep tentang kebinekaan mengalami dekonstruksi
oleh argumen-argumen yang ikut dibentuk melalui media sosial. Dalam merespon
persoalan semacam itu, Kemenkominfo diharapkan dapat merumuskan konsep yang
sesuai dalam mengantisipasi terjadinya kegaduhan di media sosial. Kondisi semacam itu
pula menjadi tuntutan bagi pemerintah untuk merumuskan konsep pendidikan literasi
berbasis multikulturalisme kepada masyarakat. Konsep-konsep yang didasari oleh nilainilai primordialitas itu harus perlahan dikikis melalui reaktualisasi konsep
kebhinnekaan. Dengan demikian, kerukunan berbangsa masyarakat Indonesia dapat
dipelihara sebaik mungkin. Masyarakat Indonesia saat ini umumnya senang berbagi
informasi.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bertujuan menjelaskan
fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data. Pendekatan kualitatif
merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
bergantung dari pengamatan pada manusia, baik dalam kawasannya maupun dalam
14
peristilahannya. Penelitian ini mengembangkan suatu penggunaan model literasi
informasi yang dikenal sebagai model ‘Empowering Eight‟ atau E8‟ karena mencakup 8
komponen dalam menemukan dan menggunakan informasi. Model Empowering Eight
(E8) menggunakan pendekatan pemecahan masalah untuk mengolah sumber informasi
sebagai basis pembelajaran atau resource-based learning. Secara khusus, studi kasus
yang dikembangkan dengan mempraktikkan model „Empowerung Eight‟ atau E8 ini
memilih polemik atas berita hoax mengenai „Serbuan Orang Cina ke Indonesia’ yang
menjadi perdebatan publik sejak pertengahan tahun 2016.
Hasil dari penelitian ini adalah sebuah pengembangan model literasi media yang
berkebhinnekaan dalam menganalisis informasi berita palsu (hoax) di media sosial.
Terdapat delapan tahapan model literasi media tersebut. Pertama, tahapan identifikasi
sumber berita. Kedua, tahapan eksplorasi sumber berita. Ketiga, tahapan seleksi dan
rekaman informasi. Keempat, tahapan evaluasi informasi.Berdasarkan identifikasi,
eksplorasi, seleksi dan evaluasi berita, maka tahapan berikutnya yaitu tahapan kelima
adalah menyusun rangkaian informasi baru. Keenam, tahapan mengklarifikasi dan
perbandingan sumber. Selanjutnya tahapan tujuh yaitu penilaian output, menjadi suatu
langkah penting dalam membahas hasil framing literasi media, misalnya dengan
membandingkan pendapat para pakar atau ahli.Tahapan terakhir yaitu tahapan delapan,
perlu untuk terus memperbaharui informasi dan mengikuti perkembangan pewacanaan
atas pemberitaan yang menjadi polemik dan sumber berita hoax. Meskipun pemberitaan
di media online mengenai polemik atas „serbuan 10 juta warga Cina‟ telah diperbaharui
untuk menangkal persebaran berita hoax melalui media sosial, ternyata perkembangan
wacana mengenai hal tersebut tetap berlangsung bahkan berkembang menjadi wacana
baru, misalnya tentang „serbuan Tenaga Kerja Asing Cina dan ancaman Komunisme‟.
Analisis Pustaka
Penelitian ini mengembangkan suatu penggunaan model literasi informasi yang
dikenal sebagai model ‘Empowering Eight‟ atau E8‟. Hasil dari penelitian ini adalah
sebuah pengembangan model literasi media yang berkebhinnekaan dalam menganalisis
informasi berita palsu (hoax) di media sosial. Terdapat delapan tahapan model literasi
media tersebut. Pertama, tahapan identifikasi sumber berita. Kedua, tahapan eksplorasi
sumber berita. Ketiga, tahapan seleksi dan rekaman informasi. Keempat, tahapan
evaluasi informasi. Berdasarkan identifikasi, eksplorasi, seleksi dan evaluasi berita,
maka tahapan berikutnya yaitu tahapan kelima adalah menyusun rangkaian informasi
baru. Keenam, tahapan mengklarifikasi dan perbandingan sumber. Selanjutnya tahapan
tujuh yaitu penilaian output, menjadi suatu langkah penting dalam membahas hasil
framing literasi media, misalnya dengan membandingkan pendapat para pakar atau ahli.
Tahapan terakhir yaitu tahapan delapan, perlu untuk terus memperbaharui informasi dan
mengikuti perkembangan pewacanaan atas pemberitaan yang menjadi polemik dan
sumber berita hoax. Selain itu, penyebaran informasi hoax dipengaruhi oleh tingkat
literasi seseorang. Netizen yang memiliki kemampuan literasi media cukup tinggi, tak
hanya sadar pada etika berkomunikasi saja tetapi juga memiliki keterampilan
kosntruktif dalam menerima, memproduksi dan membagikan muatan informasi (berita).
Pentingnya kesadaran atas pemanfaatan media sosial yang bisa menghadirkan rasa
damai, rasa aman, serta keselamatan di tengah-tengah masyarakat menjadi suatu pesan
moral yang penting dalam mengembangkan literasi media bagi publik di Indonesia yang
masyarakatnya beragam. Masyarakat sebaiknya menyelidiki benar atau tidak informasi
yang akan dibagikannya.
15
Rangkuman 3
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Kota dan Nama Penerbit
:
:
:
:
:
:
Nama Jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL
:
:
:
Tanggal Unduh
:
Literasi Internet dan Partisipasi Politik
Masyarakat Pemilih dalam Aktifitas
Pemanfaatan Media Baru
2012
Jurnal
Elektronik
Bambang Mudjiyanto
Jakarta dan Kementerian Komunikasi dan
Informatika
Studi Komunikasi dan Media
16(1): 1-16
https://media.neliti.com/media/publications/1
96615-ID-literasi-internet-dan-partisipasipoliti.pdf
21 Februari 2018
Ringkasan Pustaka
Partisipasi politik merupakan aspek yang sangat penting dan merupakan ciri
khas bagi negara yang menganut paham politik demokrasi. Pada negara yang telah
memiliki tingkat modernisasi politik yang berjalan dengan baik, maka tingkat partisipasi
politik warganegaranya juga tentu tinggi. Indonesia sebagai salah satu negara yang
menganut paham politik demokrasi, seharusnya memiliki tingkat partisipasi politik yang
tinggi. Namun pada kenyataannya, dilihat dari pengalaman Indonesia menggelar
pemilu, tingkat tidak menggunakan hak pilih (golput) justru mengalami peningkatan.
Penelitian ini ingin menelaah lebih jauh menyangkut perubahan bentuk partisipasi
politik masyarakat Indonesia sebelumnya, yang khususnya diorientasikan dalam
hubungannya dengan pemanfaatan media baru (internet). Oleh karena itu, tujuan dari
penelitian ini adalah mengetahui kadar pemanfaatan media baru masyarakat yang
sifatnya dioerientasikan pada bentuk-bentuk kegiatan partisipasi politik dan mengetahui
keterkaitan kadar pemanfaatan media baru masyarakat dengan faktor literasi internet.
Penelitian ini menggunakan menggunakan paradigma positivistik melalui
pendekatan kuantitatif dengan metode survey. Tipe penelitiannya berupa penelitian
korelasional, yakni berupa pengujian hipotesis menyangkut hubungan dua variabel.
Sampling area penelitian ini adalah ibukota provinsi Bengkulu, yaitu Bengkulu.
Populasi penelitian ini adalah para anggota masyarakat pemilih yang terdaftar di Kantor
Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD). Populasi sasarannya yaitu para anggota
masyarakat pemilih yang terdaftar di Kantor Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD)
berdasarkan Dapil (sub Dapil) yang terambil secaramulti stage simple random sampling.
Sampling responden dilakukan dengan teknik acak sederhanadengan cara mengundi
nomor-nomor urut anggota masyarakat pemilih yang ada dalam daftar KPUD.Jumlah
responden yakni sebanyak 100 responden.Pengumpulan data primer dilakukan dengan
menggunakan kuesioner terstruktur (instrument). Pengaplikasian instrument tersebut
dilakukan setelah melakukan pretest instrument yang nilai reliabilitas statistik
Cronbach’s Alpha-nya sebesar minimal 0,85. Data primer didapatkan dengan cara
menggunakan kuisioner terstruktur dan akan diolah menggunakan komputer melalui
Program SPSS for Windows. Untuk membuktikan kebenaran hipotesis, akan dilakukan
16
uji statistik (Chi square atau X2) dengan ukuran keeratan pada uji contingency Pearson
dalam kategori Guilford.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa kebanyakan responden berkategori
generasi millenial yaitu yang tahun lahirnya lebih dari tahun 1982 yang artinya
kebanyakan responden berusia muda. Ada tujuh produk TIK yang dimiliki mereka
dalam kehidupan sehari-hari yaitu Telepon; Faximile; Komputer; Internet; e-Mail;
Website; dan Handphone. Namun demikian, Handphone tampaknya yang paling umum
dimiliki oleh responden. Khusus mengenai internet, meskipun data penelitian
menunjukkan tingkat kepemilikannyasecara pribadi oleh responden itu relatif kecil
jumlahnya, namun dari data penelitian ternyata mengindikasikan bahwa kalangan
responden yang jumlahnya kecil itu tetap berusaha agar bisamengakses informasi
melalui internet meskipun tidak dimilikinya secara pribadi. Dalam penelitian ini, uraian
temuan penelitian tentang literasi internet mengacu pada kemandirian responden dalam
kaitan menggunakan pengetahuan teori dan praktik menyangkut search engine, alamat
web site, akses informasi, browser, e-mail, pembuatan email/blog, dan menjadi inisiator
diskusi melalui blog atau situs jejaring sosial terkait dengan internet sebagai medium
komunikasi dan pengelolaan informasi. Peneliti membagi tingkat literasi internet
masyarakat ke dalam tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Penggolongan
tersebut didasarkan pada total skor yang diperoleh responden melalui kuisioner
terstruktur yang diberikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden
masih tergolong ke dalam tingkat literasi internet rendah. Sedangkan untuk mengukur
tingkat partisipasi politik melalui internet diukur melalui kegiatan seseorang atau
sekelompok orang untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik melalui media baru
yang dilakukan seperti melalui chatting room, e-mail, blog, status dalam jejaring sosial,
forum-forum diskusi dalam internet dan website yang diorientasikan untuk
mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah pusat maupun daerah di bidang
politik, ekonomi, sosial, budaya, militer dan agama. Peneliti menggolongkan tingkat
partisipasi politik masyarakat melalui internet menjadi empat kategori, yaitu apatis,
spectator, gladiator, dan pengkritik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas
responden tegolong ke dalam kategori apatis. Hasil uji statistic hipotesis menunjukkan
bahwa diantara kedua variabel memiliki hubungan yang signifikan, tetapi pada ukuran
keeratan kontingensi Pearson, hubungannya sangat lemah.
Analisis Pustaka
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan internet oleh masyarakat
terkait kepentingan melakukan partisipasi politik dan untuk mengetahui keterkaitan
kadar pemanfaatan internet masyarakat dengan faktor literasi internet. Tingkat literasi
internet diukur dengan mengacu kepada kemandirian responden dalam kaitan
menggunakan pengetahuan teori dan praktik menyangkut : 1) search engine; 2) alamat
web site; 3) akses informasi; 4) browser; 5) e-mail; 6) pembuatan e-mail/blog; dan 7)
menjadi inisiator diskusi melalui blog atau situs jejaring sosial terkait dengan internet
sebagai medium komunikasi dan pengelolaan informasi yang dilakukan dengan cara
scoring. Hasil scoring digolongkan menjadi tiga tingkatan literasi internet, yaitu rendah,
sedang, dan tinggi. Partisipasi politik pada penelitian ini diukur dengan cara mengukur
keaktifan masyarakat berpartisipasi dalam kehidupan politik melalui chatting room; email; blog; status dalam jejaring sosial; forum-forum diskusi dalam internet; dan web
site. Keaktifan masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas-fasilitas pada internet tersebut
akan diukur dan dikelompokkan menjadi empat tipologi partisipasi politik melalui
internet, yaitu apatis, spectator, gladiator, dan pengkritik.
17
Rangkuman 4
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
:
:
:
:
Nama Editor
Kota dan Nama Penerbit
:
:
Nama Jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL
:
:
:
Tanggal Unduh
:
Literasi Media Internet di Kalangan
Mahasiswa
2015
Jurnal
Elektronik
Gracia Rachmi Adiarsi; Yolanda Stellarosa;
Martha Warta Silaban
Jakarta dan The London School of Public
Relations
Humaniora
6(4): 470-482
https://media.neliti.com/media/publications/1
66992-ID-literasi-media-internet-dikalangan-maha.pdf
18 Februari 2018
Ringkasan Pustaka
Perkembangan teknologi, khususnya teknologi komunikasi saat ini sangatlah
pesat. Perkembangan komunikasi tersebut telah berdampak dalam kehidupan
bermasyarakat. Dampak dari perkembangan teknologi komunikasi semakin terlihat
dengan adanya perkembangan media massa secara online. Perkembangan teknologi
komunikasi yang semakin canggih ini juga diikuti dengan makin mudahnya seseorang
mengakses informasi, baik berita, hiburan, media sosial dan lainnya. Halini tidak
terlepas dari mudahnya mengakses Internet melalui ponsel cerdas atau smartphone.
Internet pada dasarnya adalah media yang netral, maka manusia sebagai pengguna yang
dapat menentukan tujuan media tersebut digunakan dan manfaat yang dapat diambil.
Berdasarkan asumsi tersebut, maka pendidikan media dan pemahaman akan
penggunaannya menjadi suatu hal yang penting bagi semua orang. Terutama, dalam
penelitian ini adalah para mahasiswa yang kerap menggunakan Internet untuk mencari
beragam informasi untuk menunjang pendidikannya. Pemahaman dan penggunaan
media ini disebut literasi media Internet. Kemampuan literasi media, khususnya media
Internet, wajib dimiliki para mahasiswa jika tidak ingin tertinggal dan menjadi asing di
antara lingkungan yang sudah diterpa arus informasi digital. Literasi media para
mahasiswa akan penggunaan media Internet dapat mengurangi efek buruk dari
penggunaan media tersebut. Maka diharapkan dengan literasi media terhadap media
internet, para pengguna (khususnya mahasiswa) dapat meminimalisir dampak negatif
yang didapatkan dari penggunaan media tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Pada penelitian ini data diperoleh melalui hasil wawancara dan penelitian
kepustakaan karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk berupaya memahami
fenomena dan realitas menurut subjek, bukan mencari kebenaran maupun moralitas
judgement. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan Focus Group
Discussion (FGD) dengan 14 informan yang terdiri dari 8 orang mahasiswa yang
mengakses internet di atas 5 jam per hari dan 6 orang mahasiswa yang mengakses
internet kurang dari 5 jam per hari. Data sekunder diperoleh dari studi literature yang
relevan dengan penelitian. Analisis data dilakukan dengan cara reduksi data, penyajian
18
data, dan penarikan kesimpulan. Lokasi penelitian dilakukan di perguruan tinggi di
daerah Jakarta Pusat dan Tangerang.
Data yang dihasilkan dari penelitian ini adalah macam-macam pola pemanfaatan
internet yang dilakukan oleh dua golongan informan, yaitu informan yang mengakses
internet lebih dari 5 jam per hari dan informan yang mengakses internet kurang dari 5
jam per hari. Pada golongan informan yang memiliki frekuensi mengakses internet lebih
dari 5 jam per hari menunjukkan perilaku mengakses internet selama 24 jam untuk
membuka media sosial (Twitter, Path, Instagram, dsb) dan juga pesan instant
(WhatsApp, Blackberry Messenger, LINE, dsb) melalui ponsel pintar. Rata-rata
informan pada golongan ini menyatakan bahwa mereka mengakses situs berita melalui
tautan yang ada di Twitter. Sedangkan untuk golongan informan dengan frekuensi
mengakses internet kurang dari 5 jam per hari menunjukkan bahwa umumnya mereka
mengakses internet hanya 30 menit hingga 4 jam setiap harinya. Informan pada
golongan ini mengakses internet untuk membuka media sosial yaitu Facebook dan juga
pesan instant seperti WhatsApp dan Blackberry Messenger. Selain itu, informan pada
golongan ini cenderung lebih menyukai mengakses informasi melalui media cetak
maupun media elektronik seperti televisi, dan mereka hanya akan mengakses situs berita
di internet apabila telah mendengar informasinya terlebih dahulu melalui teman atau
keluarga. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa meskipun pada umumnya para
informan lebih mengkritisi informasi yang menarik perhatian mereka saja, tetapi ini
membuktikan bahwa remaja khususnya mahasiswa dapat bersikap kritis akan informasi
yang dikonsumsinya. Literasi media memang sangat diperlukan untuk dapat menangkal
efek negatif dari diseminasi pesan melalui media massa, karena umumnya setiap
individu memaknai pesan yang diterima dari media berdasarkan pemahaman individu
tersebut.
Analisis Pustaka
Pada penelitian ini peneliti meneliti macam-macam pola pemanfaatan internet
yang dilakukan oleh dua golongan mahasiswa, yaitu mahasiswa yang mengakses
internet lebih dari 5 jam per hari dan golongan mahasiswa yang mengakses internet
kurang dari 5 jam per hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa pada
golongan pertama umumnya mengakses internet selama 24 jam penuh sedangkan
mahasiswa pada golongan kedua umumnya hanya mengakses internet selama 30 menit
hingga 4 jam per hari. Hal yang menarik dari penelitian ini adalah meskipun kedua
golongan mahasiswa menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam akses internet,
tetapi kedua golongan mahasiswa tersebut memiliki pola pemanfaatan internet yang
hampir sama. Tujuan utama kedua golongan mahasiswa tersebut dalam memanfaatkan
internet adalah untuk membuka sosial media dan pesan instant. Selain itu, kedua
golongan mahasiswa juga tidak rutin mencari informasi berita melalui portal-portal
berita online. Sikap kritis akan pesan media yang dikonsumsinya tidak sepenuhnya juga
tertanam dalam diri narasumber. Umumnya para narasumber lebih mengkritisi
informasi yang menarik perhatian mereka. Mereka tidak terima begitu saja yang
disampaikan oleh media tetapi akan mencari tahu dan membandingkan dengan berbagai
media lainnya serta memaknai pesan yang ditangkap dari media berdasarkan
pemahaman individu tersebut. Sehingga keterampilan literasi media sangat dibutuhkan
oleh mahasiswa agar dapat menangkal efek negatif dari diseminasi pesan melalui media
massa, karena umumnya setiap individu memaknai pesan yang diterima dari media
berdasarkan pemahaman individu tersebut.
19
Rangkuman 5
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Kota dan Nama Penerbit
:
:
:
:
:
:
Nama Jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL
:
:
:
Tanggal Unduh
:
Literasi Internet pada Siswa Sekolah
Menengah Pertama
2014
Jurnal
Elektronik
Noneng Sumiaty dan Neti Sumiaty
Bandung dan Balai Pengkajian dan
Pengembangan Komunikasi dan
Informatika Bandung
Penelitian Komunikasi
17(1): 77-88
https://bppkibandung.id/index.php/jpk/articl
e/download/8/10
21 Februari 2018
Ringkasan Pustaka
Perkembangan teknologi dan informasi yang pesat memungkinkan siapapun
dapat mengakses, menggunakan, dan berbagi informasi serta pengetahuan. Untuk
penguasaan informasi, masyarakat membutuhkan suatu keterampilan khusus, seperti
literasi informasi dan literasi media (termasuk media baru/internet). Konsep baru literasi
memasukkan komponen-komponen berikut ini untuk memperkaya pengetahuan dan
keterampilan berfikir kritis manusia dengan memadukan perkembangan sosial,
profesional, dan teknologi, yakni: 1) Literasi teknologi: kemampuan untuk
memanfaatkan media baru seperti internet untuk mengakses dan mengomunikasikan
informasi secara efektif; 2) Literasi informasi: kemampuan untuk mengumpulkan,
mengorganisasikan, menyaring dan mengevaluasi informasi dan untuk membentuk
opini yang kokoh berdasarkan kemampuan tersebut; 3) Kreativitas media: kapasitas
individu yang terus berkembang dimana pun untuk membuat dan menyebarluaskan
konten pada berbagai khalayak; 4) Tanggung jawab dan kompetensi sosial: kompetensi
untuk memperhitungkan akibat-akibat sosial dari publikasi online dan tanggung jawab
terhadap anak-anak. Literasi di era digital mutlak diperlukan karena saat ini internet
bukan hanya digunakan sebagai sarana komunikasi ataupun sarana mencari informasi
saja, tetapi juga telah digunakan sebagai sarana untuk pemenuhan hampir semua
kebutuhan masyarakat. Peneliti melakukan penelitian dengan judul “Literasi Internet
pada Siswa SMP” karena saat ini pengguna internet sudah merambah ke berbagai
golongan, mulai dari anak-anak, remaja, dan orang dewasa termasuk siswa SMPN 8
Kabupaten Purwakarta. Tujuan penelitian ini adalah peneliti ingin membahas mengenai
tingkat literasi internet pada siswa SMPN 8 kelas 8 Kabupaten Purwakarta.
Pendekatan penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan
metode deskriptif eksploratif. Pengumpulan data melalui wawancara dan observasi
untuk dapat diketahui bagaimana tingkat literasi internet siswa SMPN 8 di Kabupaten
Purwakarta. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif agar dapat memperoleh
pemahaman yang mendasar terhadap masalah-masalah sosial secara holistik dan
impresif dengan menggabungkan analisis dan interpretasi data yang disajikan secara
naratif. Informan adalah para siswa SMPN 8 Kabupaten Purwakarta yang merupakan
pengguna internet baik yang memiliki komputer maupun yang tidak memiliki komputer.
20
Sampel untuk informan adalah masing-masing 2 orang dari setiap kelas 8 SMP tersebut
(total ada 14 informan), karena siswa kelas 9 tidak ada saat penelitian dan menurut
peneliti kelas 7 masih termasuk siswa yang masih baru.
Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa informan mengetahui tentang
internet dari berbagai sumber, mulai dari kakak informan, teman-teman sepermainan,
teman-teman sekolah hingga guru Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Sementara tempat yang paling sering digunakan informan untuk menggunakan internet
adalah warnet, baik untuk mecari tugas maupun hanya untuk sekedar membuka
facebook. Waktu yang informan habiskan setiap kali mengakses internet berkisar antara
satu sampai dua jam setiap kali akses. Namun, dinyatakan bahwa informan tidak setiap
hari mengakses internet. Dalam penelitian ini, peneliti mengkategorikan tingkat literasi
internet informan ke dalam dua kategori, yaitu basic skill (pemahaman dan penguasaan
internet secara dasar) dan moderate skill (pemahaman dan penguasaan internet secara
menengah ditandai dengan kemampuan informan untuk membuat/mempublikasikan
informasi secara online dan membuat data digital). Penelitian tersebut menunjukkan
bahwa sebagian besar informan hanya memahami dan menguasai internet secara dasar
(basic skill) dan hanya dua informan yang dinyatakan termasuk ke dalam kategori
moderate skill. Dapat disimpulkan bahwa seluruh informan termasuk ke dalam kategori
pemahaman dan penguasaan internet dasar (basic skill) karena semua informan telah
mengenal internet sejak sekolah dasar, sehingga mereka sudah mengetahui dasar-dasar
internet. Sedangkan hanya terdapat dua informan yang tergolong pemahaman dan
penguasaan internet menengah (moderate skill) tetapi belum menguasai secara
keseluruhan,
karena
meskipun
telah
memiliki
kemampuan
untuk
membuat/mempublikasikan informasi secara online, tetapi terdapat satu item yang tidak
dipahami dan dikuasai oleh kedua informan tersebut, yaitu membuat/mempublikasikan
berita online.
Analisis Pustaka
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang tingkat literasi
internet padasiswa SMPN 8 Kabupaten Purwakarta. Peneliti mengkategorikan
keterampilan penggunaan internet kedalam tiga kategori yaitu basic skill, moderate
skill, dan advanced skill. Hampir seluruh informan telah memahami dan menguasai
dasar tentang internet, namun masih ada informan yang belum menguasai dan
memahaminya. Pemahaman dan penguasaan menengah (moderate skill) tentang
internet, ada beberapa informan yang menguasai dan memahami dua item saja, dari lima
item moderate skill, seperti pernah membuat/memublikasikan informasi secara online,
dan membuat/memublikasikan berita online. Satu item lagi hampir semua informan
tidak memahami dan menguasainya dalam hal membuat/memublikasikan berita online.
Berarti penguasaan informan terhadap internet pada level moderat masih belum
menguasai secara keseluruhan. Kekuatan dari penelitian ini adalah pemilihan objek
penelitian yang menarik, karena memang sasaran empuk internet adalah remaja.
Sehingga memang dibutuhkan penelitian untuk menganalisis tingkat literasi internet
pada remaja sehingga dapat diberikan saran dan solusi untuk meningkatkan
pengetahuan literasi internet pada remaja agar mereka dapat menyaring dampak positif
maupun negatif dari internet.
21
Rangkuman 6
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Tanggal Unduh
:
Penggunaan Internet Sebagai Media
Pembelajaran pada Mahasiswa IAIN Palu
2015
Jurnal
Elektronik
Hamka
Palu dan IAIN Palu
Studia Islamika
12(1): 95-119
https://jurnalhunafa.org/index.php/hunafa/a
rticle/download/383/358
21 Februari 2018
Ringkasan Pustaka
Penggunaan internet sebagai media pembelajaran merupakan suatu keharusan
dalam merespon perkembangan teknologi informasi yang berimplikasi terhadap
pergeseran paradigma dalam dunia pendidikan saat ini. Teknologi informasi telah
menawarkan berbagai kemudahan dalam pembelajaran. Diantara berbagai fasilitas yang
tersedia, terdapat lima fasilitas yang umum dimanfaatkan dalam bidang pendidikan,
yaitu World Wide Web (www.), FTP (File Transfer Protokol), E-Mail, Mailing List, dan
News Group. Penggunaan internet di kalangan pelajar yang paling umum adalah untuk
belajar atau mengerjakan tugas, E-Mail, bermain permainan online, situs chat, dan hobi
dan minat. Sedangkan untuk mengetahui intensitas pemanfaatan internet seseorang,
terdapat dua hal yang harus diamati yaitu frekuensi penggunaan internet serta durasi
penggunaan internet setiap kali mengakses internet. The Graphic Visualization &
Usability Center, the Georgia Institute of Technology menggolongkan pengguna
internet berdasarkan intensitas penggunaan internet ke dalam heavy users, medium
users, dan light users. Masih banyak lagi penelitian yang mengkaji tentang penerapan
internet dalam dunia pendidikan, khususnya sebagai media pembelajaran. Namun,
sepanjang telaah penulis, belum ada yang secara khusus mengkaji tentang penerapan
internet sebagai media pembelajaran pada mahasiswa IAIN Palu. Kondisi real yang
ditemukan pada pra penelitian menunjukkan bahwa: 1) paradosen IAIN Palu umumnya
telah mengikuti pelatihan penggunaan internet dan E-learning dalam pembelajaran; 2)
jaringan internet berbasis wifi tersedia di semua jurusan; 3) penggunaan internetdan
terutama penerapan e-learning belum berjalan secara optimal. Sehingga dalam
penelitian ini, penulis mencoba menganalisa dan menjelaskan pola, faktor-faktor yang
mempengaruhi serta respon mahasiswa terhadap penggunaan internet sebagai media
pembelajaran dan atau penerapan e-learning dalam pembelajaran di IAIN Palu.
Penelitian ini menggunakan metode yang bersifat kualitatif, yakni berupaya
menghimpun data, mengolah dan menganalisa secara kualitatif dan mendefenisikannya
secara kualitatif pula. Pengumpulan data dilakukan melalui metode: angket, wawancara
mendalam, observasi, dan dokumentasi. Metode-metode ini digunakan secara
berbarengan dan saling mendukung satu sama lain. Data yang diperoleh dianalisis
dengan menggunakan Analisis Interaktf Miles dan Huberman. Teknik analisis ini
padadasarnya terdiri dari 3 komponen yaitu: reduksi data, penyajiandata dan penarikan
serta pengujian kesimpulan.
22
Hasil penelitian ini mengkategorikan objek kajian penelitian penggunaan
internet sebagai media pembelajaran ke dalam tiga bentuk, yaitu penggunaan web
searching, penggunaan email, dan penggunaan e-learning. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa motivasi mahasiswa menggunakan internet sebagai media
pembelajaran bukan untuk memperluas dan memperdalam wawasan, melainkan untuk
memudahkan mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dosen.
Penggunaan email oleh mahasiswa umunya hanya digunakan sebatas sebagai saluran
untuk pengumpulan tugas kepada dosen. Meskipun begitu, tidak semua mahasiswa
memiliki email karena memiliki email pribadi belum dianggap sebagai suatu kebutuhan
yang harus dipenuhi. Selanjutnya pembelajaran melalui e-learning merupakan
pembelajaran yang paling sedikit digunakan. Terdapat faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap penggunaan internet sebagai media pembelajaran di IAIN Palu, yaitu kurang
tersedianya sarana prasana dan juga minimnya sumberdaya manusia yang tersedia untuk
mengelola pembelajaran berbasis online. Meskipun begitu, mayoritas mahasiswa
menyambut positif mengenai rencana pembelajaran berbasis online meskipun masih
banyak mahasiswa yang merasa terbebani akan biaya internet, sehingga diharapkan
pihak IAIN dapat menyediakan fasilitas internet gratis untuk mendukung metode
pembelajaran di IAIN Palu.
Analisis Pustaka
Hasil penelitian ini mengkategorikan objek kajian penelitian penggunaan
internet sebagai media pembelajaran ke dalam tiga bentuk, yaitu penggunaan web
searching, penggunaan email, dan penggunaan e-learning. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa motivasi mahasiswa menggunakan internet sebagai media
pembelajaran bukan untuk memperluas dan memperdalam wawasan, melainkan untuk
memudahkan mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dosen.
Penggunaan email oleh mahasiswa umunya hanya digunakan sebatas sebagai saluran
untuk pengumpulan tugas kepada dosen. Meskipun begitu, tidak semua mahasiswa
memiliki email karena memiliki email pribadi belum dianggap sebagai suatu kebutuhan
yang harus dipenuhi. Selanjutnya pembelajaran melalui e-learning merupakan
pembelajaran yang paling sedikit digunakan. Terdapat faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap penggunaan internet sebagai media pembelajaran di IAIN Palu, yaitu kurang
tersedianya sarana prasarana dan juga minimnya sumberdaya manusia yang tersedia
untuk mengelola pembelajaran berbasis online. Meskipun begitu, mayoritas mahasiswa
menyambut positif mengenai rencana pembelajaran berbasis online meskipun masih
banyak mahasiswa yang merasa terbebani akan biaya internet, sehingga diharapkan
pihak IAIN dapat menyediakan fasilitas internet gratis untuk mendukung metode
pembelajaran di IAIN Palu. Peneliti telah mampu menjelaskan pola-pola pemanfaatan
internet apa saja yang dijadikan sebagai media pembelajaran bagi mahasiswa IAIN
Palu. Peneliti telah mampu memberikan solusi yang relevan untuk memecahkan
permasalahan yang ada, meskipun saran yang diberikan oleh peneliti masih
menitikberatkan kepada peningkatan sarana prasarana fasilitas internet daripada saran
untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengakses dan menganalisis
informasi lewat media internet (literasi media).
23
Rangkuman 7
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Kota dan Nama Penerbit
:
:
:
:
:
:
Nama Jurnal
Volume (edisi): hal
Alamat URL
:
:
:
Tanggal Unduh
:
Literasi Media Digital Mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Bengkulu
2016
Jurnal
Elektronik
Juliana Kurniawati dan Siti Baroroh
Bengkulu dan Universitas Muhammadiyah
Bengkulu
Komunikator
8(2): 51-66
https://journal.umy.ac.id/index.php/jkm/arti
cle/view/2069
22 Maret 2018
Ringkasan Pustaka
Pengaruh New Media atau “Media Baru” demikian besar terhadap masyarakat
secara individu maupun kelompok. Berbagai penelitian telah membuktikan betapa
dahsyatnya pengaruh media baru dalam hidup bermasyarakat terutama berpengaruh
pada generasi muda dalam hal ini terhadap mahasiswa. Pengaruhnya diantaranya terjadi
perubahan pola dan bentuk komunikasi antara anak dengan orang tua, antara remaja
dalam lingkungan pertemanannya, demikian juga antara mahasiswa terhadap dosen.
Keberadaan media baru juga sedikit banyak merubah gaya hidup mahasiswa, dimana
mahasiswa jaman sekarang lebih pasif dalam proses komunikasi langsung dan lebih
terfokus kepada informasi-informasi yang mereka akses dari media baru. Ketika ada
forum diskusi di kelas, untuk mencari jawaban mahasiswa lebih sering membuka search
engine google daripada mencari jawaban di buku-buku referensi. Kedekatan media
digital dengan mahasiswa selain membawa dampak baik juga membawa dampak buruk.
Informasi yang disajikan dalam internet belum tentu benar adanya. Apabila penerima
informasi tidak melakukan cross check maka dapat terjadi kesalahan persepsi yang
dampaknya tidak baik bagi diri sendiri maupun masyarakat. Untuk menjawab
permasalahan tersebut maka perlu dikenalkan dengan media literacy atau literasi media,
yaitu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk dapat menganalisis terpaan pesanpesan dari media sehingga media dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
komunikasi antar manusia dengan benar dan optimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui tingkat literasi media digital mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Bengkulu yang ditinjau dari aspek individual competence.
Penelitan ini menggunakan metode survei. Pendekatan yang dilakukan dalam
penelitian ini mengunakan pendekatan yang bersifat deskriptif yaitu penelitian yang
diarahkan untuk memberikan gejala-gejala secara sistematis dan akurat mengenai sifatsifat populasi atau daerah tertentu. Informasi didapatkan melalui kuesioner yang
dibagikan kepada pada responden. Data primer didapatkan dari mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Bengkulu yang berstatus aktif pada tahun ajaran 2015-2016 dengan
menggunakan teknik quota sampling dan incidental sampling. Data sekunder diperoleh
dari sumber tertulis serperti sumber buku, majalah ilmiah, sumber arsip, dan
dokumentasi pribadi. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Bengkulu yang berstatus aktif pada tahun ajaran 2015-2016.
24
Hasil penelitian ini menggambarkan tingkat literasi media digital mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Bengkulu yang ditinjau dari aspek individual competence
serta faktor-faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Peneliti membatasi pengertian
literasi media digital sebagai keahlian atau kemampuan seseorang memanfaatkan
komputer, internet, telepon, PDA, dan peralatan digital yang lain sebagai alat penunjang
komunikasi secara benar dan optimal. Peneliti menggunakan Individual Competence
Framework sebagai alat ukur dalam mengukur tingkat literasi mediayang terdiri dari
Personal Competence dan Social Competence. Personal Competence terdiri dari
kategori use skills dan critical understanding, sedangkan Social Competence terdiri dari
kategori communicative abilities. Peneliti menggolongkan tingkat literasi media
responden ke dalam tiga tingkat, yaitu basic, medium, dan advanced. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pemahaman mengenai
fungsi media digital dalam kategori sedang, yang berarti bahwa responden yang
memiliki smartphone rata-rata belum mengetahui fungsi-fungsi media digital secara
mendalam. Hasil penelitian dalam ranah use skills menunjukkan bahwa mayoritas
responden berada pada kategori medium, karena mereka telah menggunakan internet
untuk tujuan yang beragam tetapi belum mampu memilah isi situs pada internet.
Sedangkan untuk ranah critical understanding, hasil penelitian menunjukkan bahwa
mayoritas responden berada dalam kategori basic yang berarti bahwa responden belum
memiliki kemampuan yang baik untuk menganalisa konten media dan kemampuan
untuk berkomunikasi lewat media masih terbatas. Hasil pada ranah communicative skills
juga menunjukkan bahwa mayoritas responden masih berada dalam kategori basic
karena masih terbatasnya kemampuan responden dalam berkomunikasi melalui media.
Maka, total score Individual Competence responden menunjukkan bahwa responden
masih berada dalam kategori basic.
Analisis Pustaka
Hasil penelitian ini menggambarkan tingkat literasi media digital mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Bengkulu yang ditinjau dari aspek individual competence
serta faktor-faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pemahaman mengenai fungsi media
digital dalam kategori sedang, yang berarti bahwa responden yang memiliki smartphone
rata-rata belum mengetahui fungsi-fungsi media digital secara mendalam. Hasil
penelitian dalam ranah use skills menunjukkan bahwa mayoritas responden berada pada
kategori medium, karena mereka telah menggunakan internet untuk tujuan yang
beragam tetapi belum mampu memilah isi situs pada internet. Sedangkan untuk ranah
critical understanding, hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden
berada dalam kategori basic yang berarti bahwa responden belum memiliki kemampuan
yang baik untuk menganalisa konten media dan kemampuan untuk berkomunikasi lewat
media masih terbatas. Hasil pada ranah communicative skills juga menunjukkan bahwa
mayoritas responden masih berada dalam kategori basic karena masih terbatasnya
kemampuan responden dalam berkomunikasi melalui media. Maka, total score
Individual Competence responden menunjukkan bahwa responden masih berada dalam
kategori basic. Penelitian ini tidak menjelaskan faktor-faktor apa saja yang berhubungan
dengan tingkat Individual Competence responden.
25
Rangkuman 8
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
:
:
:
:
Nama Editor
Kota dan Nama Penerbit
Nama Prosiding
Volume (edisi): hal
Alamat URL
:
:
:
:
:
Tanggal Unduh
:
Klasifikasi Pengguna Media Sosial Twitter
dalam Persebaran Hoax Menggunakan
Metode Backpropagation
2017
Makalah Prosiding
Elektronik
Kemas Muslim Lhaksmana; Fhira Nhita;
Ageng Budhiarto
Bandung dan Universitas Telkom
E-Proceeding of Engineering
4(2): 3082-3090
http://openlibrary.telkomuniversity.ac.id/pus
taka/files/136625/jurnal_eproc/klasifikasipengguna-media-sosial-twitter-dalampersebaran-hoax-menggunakan-metodebackpropagation.pdf
22 Maret 2018
Ringkasan Pustaka
Saat ini media sosial merupakan media komunikasi yang efektif, tranparan dan
efisien serta memiliki peran penting sebagai agen perubahan dan pembaharuan. Media
sosial berperan sebagai jembatan untuk membantu proses peralihan dari masyarakat
yang tradisional ke masyarakat yang modern. Media sosial mempunyai peranan
strategis selain sebagai transformasi informasi, media sosial juga dapat menjadi sarana
komunikasi antar sesama masyarakat maupun antara masyarakat dengan pemerintah
dalam menyampaikan keluhan maupun menyampaikan berbagai aspirasi.Pada situs
jejaring sosial twitter terdapat banyak hal positif dan negatif pada penggunaannya.
Twitter selain memudahkan orang untuk berbagi informasi juga membawa dampak
buruk, seperti penyalahgunaan informasi (pencemaran nama baik, hoax, gosip,
kampanye hitam, penipuan, pornografi, dan yang lainya). Hoax merupakan berita yang
tersebar tanpa diketahui kebenaran atau faktanya. Umumnya hoax muncul ketika
seseorang berusaha untuk menipu atau mengakali seseorang untuk mempercayai
sesuatu. Hoax tersebar melalui mekanisme pembicaraan antar orang atau tulisan yang
ada di media sosial, sehingga menyebabkan hoax tersebar dengan cepat. Dengan
demikian untuk dapat mengenali ciri-ciri pengguna situs jejaring sosial twitter yang
berpotensi menyebarkan berita hoax, maka dibutuhkan metode yang dapat mempelajari
dan membaca ciri-ciri tersebut. Metode backpropagation merupakan salah satu program
komputasi untuk penerapan neural network atau jaringan syaraf tiruan yang sering
digunakan untuk memecahkan masalah non-linier serta networkmultilayer.
Backpropagation menggunakan pelatihan terbimbing atau terstruktur (train neural
network) dan dalam pengaturan jumlah lapisan (layer) mudah dilakukan sehingga
mudah diterapkan dalam berbagai masalah. Backpropagation mampu melakukan proses
learning (belajar) seperti halnya otak manusia yang mampu menyimpan semua
pengetahuan yang sudah di pelajarinya dan menghasilkan tingkat error yang terkecil.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Jaringan Syaraf Tiruan (JST)
dengan algoritma Backpropagation (BP) yang digunakan untuk proses learning.
26
Penelitian menggunakan metode neuralnetwork yang sebelumnya pernah dilakukan
untuk branch prediction dan kadar polutan. Metode backpropagation dianggap metode
yang cocok untuk mendeteksi perilaku pengguna yang berpotensi menyebarkan hoax
yang dapat menghasilkan tingkat error terkecil dan tingkat akurasinya dinyatakan dalam
bentuk confusion matrix dengan menggunakan metode evaluasi F1-measure. Data yang
digunakan oleh penulis adalah data akun yang langsung diambil dari media sosial
twitter dengan katakunci #RIPbritney yang berkaitan dengan hoax. Pemilihan akun
dilakukan berdasarkan isi konten tweets dan perilaku pengguna. Data set disusun
berdasarkan attribute yang digunakan seperti jumlah followers, following, jumlah
tweets dan keaktifan penggunayang berdampak pada diterimanya dan tersebarnya suatu
berita.
Hasil penelitian ini adalah penulis membuat flowchart dari rancangan sistem
mengenai klasifikasi pengguna media sosial twitter dalam pernyebaran hoax. Proses
pertama adalah menyiapkan data twitter dengan teknik crawling. Kemudian data harus
melalui proses preprosesing diantaranya adalah seleksi data. Dimana data hasil crawling
harus diseleksi berdasarkan attribute, dan isi konten tweet itu sendiri sebagai kelas yang
akan digunakan dalam pengujian. Kemudian data harus dibagi menjadi dua bagian yaitu
data training dan data testing. Pada pengujian backpropagation memerlukan data
training sebagai proses belajar untuk membentuk model pola. Setelah backpropagation
melakukan proses pembelajaran, maka data testing akan digunakan sebagai data
masukan atau inputan. Data testing akan di proses menggunakan propagasi maju. Dalam
tahap akhir sistem akan mencatat perormansi proses pembelajaran (learning) dan
percobaan (testing). Proses pengujian menggunakan 2 skenario klasifikasi dengan 3
nilai belajar (learning rate) yang diujikan untuk membandingkan hasil nilai error
terkecil yg didapatkan dari 3 nilai belajar tersebut. Pengujian dilakukan menggunakan
metode backpropagation setiap skema pengujian dilakukan 3 kali percobaan untuk
membangun model agar mendapatkan hasil arsitektur yang baik. Kemudian
dibandingkan dengan hasil nilai akurasi tiap percobaan. Berdasarkan Pengujian diatas,
hasil pada metode bacpropagation lavenberg-marquadt memiliki performansi diatas
72% dengan MSE lebih kecil dari backpropagation gradien descent dengan nilai
0,1967.
Analisis Pustaka
Penelitian ini menghasilkan sebuah metode untuk melakukan klasifikasi
pengguna media sosial twitter dalam persebaran hoax. Adapun tujuan klasifikasi adalah
untuk mempermudah mengenali, membandingkan dan mempelajari. Membandingkan
berarti mencari persamaandan perbedaan sifat atau ciri pada suatu hal. Flowchart
tersebut memiliki beberapa proses. Hasil penelitian ini menghasilkan performansi
sistem yang baik tetapi mendapatkan error yang besar dengan nilai rataan kesalahan
28%. Hal ini disebabkan karena adanya data pengguna yang memiliki kemiripan
karakterteristik yang hampir sama pada kelas yang menyebarkan dengan yang tidak
menyebarkan sehingga mempengaruhi pada pelatihan dan pengujian. Sehingga sistem
tidak dapat mengklasifikasikan data secara keseluruhan dengan benar. Metode
backpropagation trainlm dan traingd dapat diimplementasikan dengan baik. Pada
penggunaan learning rate yang besar pada metode backpropagation dapat
mempengaruhi nilai MSE yang lebih rendah. Pemilihan akun dilakukan berdasarkan isi
konten tweets dan perilaku pengguna. Data set disusun berdasarkan attribute yang
digunkan seperti jumlah followers, following, jumlah tweets dan keaktifan pengguna
yang berdampak pada diterimanya dan tersebarnya suatu berita.
27
Rangkuman 9
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
:
:
:
:
:
Nama Editor
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
:
Volume (edisi): hal
Alamat URL
:
:
Tanggal Unduh
:
:
:
Literasi Internet pada Perempuan Desa
2017
Jurnal
Elektronik
Rehia Karenina Isabella Barus dan Ressi
Dwiana
Medan dan Universitas Medan Area
Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial
9(1):84-89
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/j
upiis/article/view/6471
22 Februari 2018
Ringkasan Pustaka
Internet adalah bentuk media yang keterjangkauannya semakin meluas. Bukan
hanya besar di jumlah pengguna, internet juga digunakan oleh berbagai lapisan
masyarakat. Individu maupun organisasi, pemerintah maupun non-pemerintah, lembaga
ekonomi, sosial, politik, budaya, semuanya aktif menggunakan internet. Selain itu,
peruntukannya tidak hanya terfokus pada hal-hal serius dan bermanfaat. Internet juga
menjadi media untuk hiburan hingga melakukan kegiatan kriminal. Terdapat sembilan
modus penipuan di internet, di antaranya mengarahkan pengguna ke situs palsu, survei
palsu, dan penggunaan aplikasi yang dapat mencuri password dan data pribadi.Selain
penipuan, tindakan kejahatan penculikan dan perdagangan manusia juga kerap
menggunakan internet, terutama media sosial Facebook, sering digunakan sebagai alat
untuk menjebak korban. Meskipun internet memiliki banyak efek negatif, resiko
penggunaan internet tidak bisa menjadi landasan sikap untuk menjauhi media tersebut.
Hal ini karena terpaan internet tidak lagi bisa dihindari. Kehadirannya sudah ada di
mana-mana, dan sebagian dari penggunaannya pun memberikan manfaat yang baik
terhadap masyarakat. Oleh sebab itu maka yang menjadi fokus utama yaitu bagaimana
memaksimalkan literasi internet agar penggunaannya memberi manfaat yang lebih
ketimbang mudarat. Terdapat dua hal penting yang harus dieksplorasi dalam
menanggapi permasalahan diatas. Yang pertama adalah akses terhadap perangkat
internet (gadget). Yang kedua sikap dan pandangan perempuan terhadap internet. Kedua
hal tersebut dianggap penting karena dapat menjadi dasar pemikiran dalam pemaparan
pelatihan literasi internet. Maka, tujuan penelitian ini adalah menganalisis akses
perempuan dalam pemanfaatan internet dan menganalisis sikap perempuanterhadap
penggunaan internet.
Penelitian ini menggunakan sebuah studi kasus. Studi kasus sendiri bukanlah
sebuah pilihan metodologi, melainkan pilihan objek yang akan dipelajari. Untuk
mempelajari sebuah objek/kasus, tergantung pada ketertarikan dan latar belakang
keilmuan seseorang, jadi bisa menggunakan metodologi kualitatif maupun kuantitatif.
Namun di dalam penelitian ini, telah yang digunakan adalah metode kualitatif.
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus karena kemampuan pendekatan
tersebut untuk mempelajari fenomena kultural dan sosial pada kejadian dan seting yang
sebenarnya. Oleh karena itu, studi kasus mengakomodir kebutuhan untuk mempelajari
langsung fenomena tersebut pada keadaan alaminya. Populasi penelitian ini adalah
28
perempuan yang menjadi anggota serikat dari LSM Hapsari. Jumlah responden pelitian
ini adalah 15 orang. Mereka menjadi subjek penelitian karena LSM Hapsari sebagai
lembaga yang melakukan pemberdayaan perempuan menggunakan beberapa jenis
media sebagai alat advokasinya. Selain radio, LSM Hapsari juga memiliki akun
Facebook. Karena itu, asumsi peneliti adalah bahwa para anggota LSM tersebut juga
sudah siap untuk menjadi pengguna aktif media baru.
Hasil penelitian ini adalah bagaimana akses perempuan desa terhadap
pemanfaatan internet dan sikap perempuan terhadap penggunaan internet. Data yang
didapatkan oleh peneliti menyatakan bahwa kepemilikan perangkat internet masih dapat
dikatakan normal. Rerata tersebut menunjukkan bahwa satu pengguna memiliki tidak
lebih dari satu perangkat internet. Hampir separuh dari pengguna gadget adalah anakanak (di bawah umur 18 tahun). Ketika dieksplorasi lebih lanjut didapati bahwa dari 15
peserta pelatihan, hanya 10 di antaranya yang menggunakan perangkat telepon
genggam, dan 8 saja yang memiliki akses kepada internet (smartphone) dengan catatan
bahwa tidakselalu perangkat tersebut diisi dengan paket data internet. Dari semua
peserta pelatihan, hanya 2 orang saja yang melakukan pengawasan secara berkala
terhadap penggunaan internet kepada anak-anak. Berkaitan dengan akses
terhadapinternet, diawali dengan pertanyaan mengenai ketersediaan paket data internet
yang ada di perangkat. Dari 8 pengguna smartphone, hanya 3 orang saja yang secara
terus-menerus memiliki paket data internet di perangkat mereka. Sementara 5 lainnya
sangat tergantung kepada ketersediaan dana (ekonomi) atau kesediaan anak atau suami
untuk mengisikan paket data internet mereka (keterampilan). Dari 8 pengguna
smartphone tersebut, hanya 5 orang saja yang berkuasa penuh terhadap perangkat yang
mereka miliki. Sementara 3 lainnya kerap harus meminjamkan gadget kepada anak atau
suami. Tidak jarang, perangkat tersebut dibawa kerja atau kuliah oleh anggota keluarga
mereka. Sementara untuk penguasaan teknis, dari 8 pengguna smartphone, hanya 2
orang saja yang benar-benar mengetahui cara menggunakan fitur-fitur yang ada
diperangkat mereka. Sementara 6 lainnya hanya menguasai sebagian saja karena
sebagian fitur lainnya sudah tersedia secara otomatis atau diunduh oleh anggota
keluarga lainnya.
Analisis Pustaka
Hasil penelitian ini adalah bagaimana akses perempuan desa terhadap
pemanfaatan internet dan sikap perempuan terhadap penggunaan internet. Dari
rangkaian informasi di atas, terlihat jelas bahwa perempuan desa memiliki pengetahuan
teknis yang sangat minim terhadap internet. Ketika dieksplorasi lebih lanjut didapati
bahwa dari 15 peserta pelatihan, hanya 10 di antaranya yang menggunakan perangkat
telepon genggam, dan 8 saja yang memiliki akses kepada internet (smartphone) dengan
catatan bahwa tidak selalu perangkat tersebut diisi dengan paket data internet. Hal ini
berimplikasi kepada unsur-unsur lainnya, di antaranya pengawasan. Pengawasan
penggunaan internet merupakan tanggungjawab keluarga, terutama ibu di dalam sistem
masyarakat Indonesia. Dari semua peserta pelatihan, hanya 2 orang saja yang
melakukan pengawasan secara berkala terhadap penggunaan internet kepada anak-anak.
Hal tersebut dilakukan dengan dua cara, pertama memberikan anak perangkat internet
dan sesekali membuka berbagai aplikasi yang dimiliki oleh anak. Kedua, tidak
memberikan anak perangkat internet namun sesekali meminjamkan gadget kepada anak
yang mempergunakannya dihadapan si ibu. Berkaitan dengan akses terhadap internet
ditentukan oleh beberapa asepek yaitu mengenai ketersediaan paket data internet yang
ada di perangkat, kuasa terhadap perangkat yang mereka miliki, dan penguasaan teknis.
29
Rangkuman 10
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Kota dan Nama Penerbit
:
:
:
:
:
:
Nama Jurnal
:
Volume (edisi): hal
Alamat URL
:
:
Tanggal Unduh
:
Tingkat Literasi Media Masyarakat di
Wilayah Perbatasan Papua
2014
Jurnal
Elektronik
Christiany Juditha
Makassar dan Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Komunikasi dan
Informatika
Communication Spectrum
3(2): 107-120
http://journal.bakrie.ac.id/index.php/Journal
_Communication_spectrum/article/view/176
1/1362
22 Februari 2018
Ringkasan Pustaka
Perkembangan dunia di akhir abad ke-20 ditandai dengan kemajuan teknologi
informasi yang sangat pesat sehingga menghasilkan suatu revolusi teknologi baru
setelah teknologi mesin uap dan teknologi tenaga listrik. Pemanfaatan teknologi
informasi sangat penting dalam kegiatan manusia dan organisasi, mengubah pola
kehidupan dan pola kerja, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi, dan memengaruhi tatanan sosial. Negara Republik Indonesia
merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau dengan situasi geografis dan
populasi penduduk yang heterogen, baik dari segi sosial ekonomi, politik, budaya,
maupun agama. Situasi ini seringkali menyebabkan terjadinya kesenjangan dalam
berbagai bidang kehidupan, salah satunya adalah kesenjangan digital (digital divide).
Disamping itu, kesenjangan antara mereka yang mendapat keuntungan dari teknologi
dan mereka yang tidak mendapatkannya. Masalah lain adalah disparitas ketersediaan
infrastruktur antara perkotaan dan pedesaan, serta antara wilayah barat dan timur
Indonesia masih besar. Hingga akhir tahun 2008, masih terdapat lebih dari 31 ribu desa
belum memiliki fasilitas telekomunikasi dan internet, lebih dari 80% infrastruktur pos
dan telematika terkonsentrasi di Jawa, Bali, dan Sumatera. Pembangunan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) secara nasional masih lemah yang antara lain ditandai
dengan masih kurangnya infrastruktur, rendahnya penggunaan TIK dan tingkat melek
masyarakat. Kondisi tersebut menuntut dilakukannya usaha peningkatan kualitas dan
kuantitas serta kemampuan infrastruktur TIK yang makin meningkat dan terjangkau
oleh masyarakat pengguna TIK. Upaya tersebut akan mampu meningkatkan kapasitas
SDM dan masyarakat dalam memanfaatkan jasa akses telekomunikasi dan TIK yang
secara ekonomi akan meningkatkan kualitas dan taraf hidup masyarakat. Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang literasi media masyarakat di wilayah
perbatasan Papua.
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan kuantitatif yang
bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan suatu fenomena yang hasilnya dapat
digeneralisasikan. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai penelitian ini yaitu untuk
mendeskripsikan literasi media masyarakat di wilayah perbatasan, di Papua maka lokasi
30
yang dipilih oleh penulis yaitu kabupaten yang juga letaknya berbatasan langsung
dengannegara tetangga (Papua New Guini) yaitu Kabupaten Kerom, Kecamatan Arso,
Desa Asyaman dan Yuwanain. Pengambilan sampel menggunakan stratified random
sampling. Stratifikasi diperlukan supaya heterogenitas dari populasi diharapkan
bisatercermin dalam sampel. Karakteristik dasar populasi yang dijadikan acuan
penentuan sampel stratifikasi, di antaranya yaitu proporsi persebaran penduduk di lokasi
penelitian terpilih. Jumlah responden dalam penelitian ini yaitu 77 orang. Penelitian ini
disamping mengumpulkan data primer melalui kuesioner, juga mengumpulkan data
sekunder melalui catatan atau data pendukung yang dihimpun peneliti dilapangan.
Hasil penelitian ini menyatakan terdapat empat media media utama yang sering
digunakan oleh responden yaitu media televisi, telepon selular, menyusul internet, dan
radio. Media utama bagi responden yang berada diwilayah perbatasan Papua adalah
media televisi diikuti oleh telepon selular, menyusul internet, dan terakhir adalah radio.
Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki media televisi
dan menonton televisi setiap hari di rumah sendiri. Kebanyakan responden
menghabiskan waktu selama lebih dari 3 jam sehari untuk menonton televisi dan
tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi dan hiburan. Acara televisi yang sering
ditonton responden adalah siaran berita. Media selanjutnya yaitu telepon selular, hanya
dimanfaatkan untuk berkomunikasi saja melalui telepon dan pesan singkat atau SMS.
Literasi media TIK berikutnya yang dimanfaatkan masyarakat perbatasan adalah
internet. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa internet masih sangat kurang
dimanfaatkan oleh masyarakat di desa Asyaman dan Yuwanai. Ini disebabkan karena
infrastruktur TIK untuk dapat berinternet dengan baik di wilayah perbatasan terbilang
sangat minim dan jaringan internet yang masih sangat lambat. Responden pedesaan
umumnya memiliki kadar literasi TIK yang rendah. Sebagian kecil saja di antaranya
yang memiliki kadar literasi TIK tinggi dengan karakteristik dari anggota masyarakat
pedesaan kelompok Xers dan Millenial. Ada indikasi bahwa faktor-faktor karakteristik
menyangkut kelompok umur; jenis pekerjaan; tingkat pendidikan; keterlibatan dalam
kursus komputer; dan kosmopolitanisme, berhubungan dengan kadar literasi TIK
masyarakat pedesaan.
Analisis Pustaka
Penelitian ini menggambarkan literasi media masyarakat di wilayah perbatasan
Papua. Terdapat empat media media utama yang sering digunakan oleh responden yaitu
media televisi, telepon selular, internet, dan radio. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa internet masih sangat kurang dimanfaatkan oleh masyarakat di desa Asyaman
dan Yuwanai. Hal ini disebabkan karena infrastruktur TIK untuk dapat berinternet
dengan baik di wilayah perbatasan terbilang sangat minim dan jaringan internet yang
masih sangat lambat. Responden pedesaan umumnya memiliki kadar literasi TIK yang
rendah. Sebagian kecil di antaranya ada yang memiliki kadar literasi TIK tinggi dengan
karakteristik dari anggota masyarakat pedesaan kelompok Xers dan Millenial. Ada
indikasi bahwa faktor-faktor karakteristik menyangkut kelompok umur, jenis pekerjaan,
tingkat pendidikan, dan keterlibatan dalam kursus komputer, berhubungan dengan kadar
literasi TIK masyarakat pedesaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat
yang kebanyakan berprofesi sebagai siswa/mahasiswa kebanyakan memanfaatkan
internet karena tuntutan pendidikan mereka.
31
Rangkuman 11
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
:
Volume (edisi): hal
Alamat URL
:
:
:
:
:
:
Tanggal Unduh
:
:
:
Penyebaran Hoax dan Hate Speech sebagai
Representasi Kebebasan Berpendapat
2016
Jurnal
Elektronik
Dewi Maria Herawati
Jakarta dan Universitas 17 Agustus 1945
PROMEDIA
2(2): 138-155
http://journal.uta45jakarta.ac.id/index.php/k
om/article/download/793/510
18 Maret 2018
Ringkasan Pustaka
Kebebasan berpendapat telah lama diatur dalam perundang-undangan baik yang
tertuang pada hukum internasional Pasal 29 Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi
Manusia maupun Undang-undang Dasar 1945 pasal 28. Kebebasan mengeluarkan
pendapat ini merupakan hak asasi manusia yang paling mendasar. Hak berpendapat
mencakup kebebasan berpendapat secara lisan maupun tulisan. Sebelumnya kebebasan
ini hanya terbatas melalui media massa seperti televisi, radio dan koran, ataupun melalui
demonstrasi dan sebagainya. Namun saat ini, dengan berkembangnya teknologi dan
makin maraknya media sosial yang bermunculan di internet, maka ruang untuk
berpendapat makin terbuka luas. Pesatnya media sosial mendorong adanya perubahan
dalam pola identitas masyarakat cyber dan pola pendistribusian informasi yang selama
ini telah terkotak-kotakkan dalam media tradisional. Pengguna didorong untuk
memublikasikan konten yang sifatnya pribadi seperti data diri mulai dari tanggal lahir,
gender, keyakinan, penyertaan foto diri dan seterusnya hingga penyediaan ruang untuk
berinteraksi di jejaring tersebut. Netizen memperlakukan akun dalam sosial media
sebagai ruang privat mereka. Pola pendistribusian informasi tidak lagi berlangsung
secara pasif seperti yang selama ini terjadi pada media tradisional seperti koran, televisi,
dan radio. Pergeseran fungsi dan peran tersebut, netizen memegang kontrol terhadap
produksi dan distribusi informasi. Dengan adanya kebebasan ini, warga cyber dapat
membuat informasi dan mendistribusikan informasi yang dianggapnya penting kepada
semua khalayak. Fenomena kebebasan pembuatan dan pendistribusian informasi di
dalam media sosial menyebabkan bebasnya kontrol akan konten informasi yang tersebar
di kalangan netizen. Hal tersebut memicu timbulnya berita palsu atau sering disebut
sebagai hoax dan informasi yang berisikan kebencian (hate speech).
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bertujuan menjelaskan
fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data. Pendekatan kualitatif
merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
bergantung dari pengamatan pada manusia, baik dalam kawasannya maupun dalam
peristilahannya. Pembahasan penelitian ini didapatkan dari fenomena sosial yang pernah
terjadi dan dibandingkan dengan beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan
topik penelitian. Penelitian ini juga menganalisis fenomena sosial tersebut dan
mengaitkan hal tersebut dengan pola komunikasi dan pendekatan psikologis.
32
Hasil penelitian ini yaitu analisis penyebaran hoax dan hate speech sebagai
representasi kebebasan berpendapat. Penelitian ini mengungkapkan jenis hoax yang
paling sering diterima berupa tulisan sebesar 62,10%, gambar 37,50%, dan video
sebanyak 0,40%. Sementara itu, bentuk ujaran kebencian yang masuk dalam tindak
pidana KUHP yaitu penghinaan, pencemaran nama baik, penistaan, perbuatan tidak
menyenangkan, provokasi, penghasutan, dan penyebaran berita bohong. Temuan yang
didapat antara lain beberapa alasan warga internet menyalurkan hoax adalah didapat
dari orang yang dipercaya sebesar 47,10%, mengira bermanfaat 31,90%, mengira info
tersebut benar 18%, dan ingin jadi pertama yang tahu sebanyak 3%. Melihat siklus ini,
penyebaran berita hoax membentuk pola komunikasi di masyarakat cyber yaitu 10 dari
90, yang berarti 10% warga internet membuat berita hoax dan sebanyak 90% sisanya
menyebarkan informasi tersebut secara sukarela melalui media sosial. Warga net diterpa
berita hoax 44,30% setiap hari dan mendapatkan lebih dari satu kali dalam sehari
sebesar 17,20. Penerimaan masyarakat akan informasi tersebut dimungkinkan karena
beberapa alasan, yaitu sebesar 40,60% mereka menganggap hoax dapat memengaruhi
opini publik, sebesar 28,90% masyarakat merasa senang akan berita heboh, sebesar
22,90% masyarkat beranggapan bahwa belum adanya tindakan hukum terhadap
penyebaran hoax, dan sebesar 7,60% masyarakat melihat hoax dapat dimanfaatkan
sebagai bisnis.
Analisis Pustaka
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penyebaran hoax dan hate speech
sebagai representasi dari hak kebebasan berpendapat. Dua kasus terbanyak yang
menjadi penyebaran hoax yaitu isu politik sebanyak 91,8% dan isu SARA yang
mencapai 88,6%. Masyarakat banyak mendapatkan isu tersebut melalui media sosial
sebanyak 92,4%, situs 34,9%, televisi 8,7%, media cetak 5%, email 3,1%, dan radio
1,2%. Oleh karena itu media online berperan penting dalam penyebaran berita palsu
yang berkembang dalam masyarakat. Dampak negatif yang sering kali terjadi dengan
adanya penyebaran berita palsu dan ujaran kebencian ini cukup meresahkan. Mulai dari
mendapatkan rasa malu, pemberian sanksi sosial baik dari netizen maupun masyarakat
secara umum, kehilangan reputasi, hingga mengancam nyawa. Penyebaran hoax
disebabkan kurangnya pengetahuan akan sumber situs informasi tersebut dan adanya
kesamaan pemikiran dengan isi dari informasi yang disebarkan. Kemudian, hoax yang
berisikan kesamaan informasi dengan opini maupun sikap yang diambil akan lebih
dipercaya oleh warga internet. Pada saat mereka mendapatkan informasi yang disukai
maka pengecekan akan kebenaran informasi tersebut berkurang. Biasanya penyebaran
berita palsu tersebut merupakan topik-topik yang sedang viral di media sosial dan
kemudian dijadikan rujukan utama. Penerimaan masyarakat akan informasi tersebut
dimungkinkan karena beberapa alasan, yaitu sebesar 40,60% mereka menganggap hoax
dapat memengaruhi opini publik, sebesar 28,90% masyarakat merasa senang akan berita
heboh, sebesar 22,90% masyarkat beranggapan bahwa belum adanya tindakan hukum
terhadap penyebaran hoax, dan sebesar 7,60% masyarakat melihat hoax dapat
dimanfaatkan sebagai bisnis. Alasan warga internet menyalurkan hoax adalah didapat
dari orang yang dipercaya sebesar 47,10%, mengira bermanfaat 31,90%, mengira info
tersebut benar 18%, dan ingin jadi pertama yang tahu sebanyak 3%. Dengan adanya
fenomena diatas, dapat disimpulkan bahwa para pengguna media sosial menggunakan
teknologi internet tanpa memiliki sikap dan budaya kritis akan persoalan yang akan
dihadapinya.
33
Rangkuman 12
Judul
:
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Kota dan Nama Penerbit
Nama Jurnal
:
Volume (edisi): hal
Alamat URL
:
:
:
:
:
:
Tanggal Unduh
:
:
:
Media Literacy Siswa Muslim Surabaya
dalam Penggunaan Internet
2015
Jurnal
Elektronik
Agus Santoso
Jakarta dan Universitas 17 Agustus 1945
Komunikasi Islam
5(1): 84-97
http://jki.uinsby.ac.id/index.php/jki/article/d
ownload/72/53
18 Maret 2018
Ringkasan Pustaka
Media literacy pada awalnya dikonsepkan sebagai semacam keterampilan untuk
memahami sifat komunikasi, khususnya dalam hubungannya dengan telekomunikasi
dan media massa. Selanjutnya konsep ini diterapkan pada beragam gagasan yang
berupaya untuk menjelaskan bagaimana media menyampaikan pesan-pesan mereka, dan
mengapa demikian. Perkembangan teknologi informasi yang terjadi saat ini ikut
berperan dalam mempengaruhi media literacy siswa. Siswa akan dihadapkan dengan
lingkungan yang menyediakan berbagai alternatif saluran informasi yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka. Salah satu dari saluran
informasi tersebut adalah internet. Internet merupakan sumber informasi yang tidak
terbatas dan dapat diakses kapan dan dimana pun selama 24 jam. Sedangkan sumbersumber tercetak mempunyai keterbatasan akses yaitu tempat dan waktu serta kebaruan
dari koleksi tersebut. Jika dikaitkan dengan dunia pendidikan maka adanya teknologi
informasi tersebut akan menciptakan berbagai saluran informasi pendidikan yang
memanfaatkan teknologi informasi. Keberadaan internet sebagai salah satu saluran
informasi yang berbasiskan teknologi menjadi salah satu pesaing peran perpustakaan
perguruan tinggi sebagai sumber informasi bagi siswa. Sehingga jika diamati, siswa saat
ini dalam menemukan informasi tidak hanya memanfaatkan perpustakaan sekolah dan
buku umum saja, namun juga memanfaatkan internet. Berkenaan dengan hal tersebut,
saat ini penggunaan media internet sebagai saluran informasi semakin meningkat.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran media literacy siswa SMA Al
Hikmah Surabaya dalam penggunaan media internet yang dilihat dari personal
competence dan social competence.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk
memberikan deskripsi tentang realitas media literacy siswa SMA Al Hikmah Surabaya
yang merupakan Sekolah yang Menuju Sekolah Nasional Bertaraf Internasional
khususnya dalam penggunaan media internet. Penelitian ini menggunakan Individual
Competence Framework sebagai dasar utama untuk mengukur media literacy siswa
khususnya dalam penggunaan media internet. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa pada SMA yang menuju Sekolah Nasional Bertaraf Internasional di
Surabaya dalam hal ini adalah seluruh siswa SMA Al Hikmah Surabaya. Teknik
pengumpulan data yaitu memberikan kuesioner kepada siswa SMA Al Hikmah
34
Surabaya. Sampel dipilh secara random sampling dengan tujuan supaya semua anggota
populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi responden.
Hasil penelitian ini adalah gambaran media literacy siswa SMA Al Hikmah
Surabaya dalam penggunaan media internet yang dilihat dari personal competence dan
social competence. Penelitian ini mengemukakan media literacy responden dalam
menggunakan internet berdasarkan personal competence pada kategori technical skill
menunjukkan bahwa siswa SMA Al Hikmah Surabaya tergolong pada tingkatan media
literacy tipe advanced. Pada kategori technical skill ini siswa pada tipe advanced
menunjukkan kemampuan untuk mengakses dan mengoperasikan media secara baik.
Media literacy siswa SMA Al Hikmah Surabaya dalam menggunakan internet yang
dilihat berdasarkan personal competence pada kategori critical understanding
menunjukkan bahwa siswa SMA Al Hikmah Surabaya tergolong pada tingkatan media
literacy tipe advanced. Pada kategori critical understanding ini siswa pada tipe
advanced menunjukkan kemampuan untuk menganalisis dan mengevaluasi konten
media secara komprehensif. Berdasarkan waktu pemakaian internet siswa SMA Al
Hikmah termasuk dalam kelompok heavy users, karena mereka mengakses internet
sebanyak 2 jam/hari sehingga dalam waktu satu bulan mereka mengakses sebanyak 60
jam. Tujuan dan motivasi siswa SMA Al Hikmah Surabaya, peneliti membagi menjadi
empat kelompok kepentingan penggunaan internet, yaitu: 1) Email 2) Aktifitas
kesenangan, 3) Kepentingan informasi, 4) Transaksi (Transaction). Media literacy
siswa SMA Al Hikmah Surabaya dalam menggunakan internet yang dilihat berdasarkan
social competence pada kategori communicative abilities menunjukkan bahwa siswa
SMA Al Hikmah Surabaya tergolong pada tingkatan media literacy tipe medium.
Analisis Pustaka
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran media literacy siswa SMA
Al Hikmah Surabaya dalam penggunaan media internet yang dilihat dari personal
competence dan social competence. Peneliti membagi personal competence menjadi dua
indikator yaitu technical skills dan critical understanding. Technical skill setidaknya
menggambarkan kemampuan menggunakan komputer dan internet serta kemampuan
menggunakan media secara aktif. Pengguna internet berdasarkan waktu yang diperlukan
untuk mengakses internet terbagi dalam: 1) Heavy users, pengguna internet yang
menghabiskan waktu lebih dari 40 jam per bulan. 2) Medium users, pengguna internet
yang menghabiskan waktu antara 10 sampai 40 jam per bulan. 3) Light users, pengguna
internet yang memghabiskan waktu kurang dari 10 jam per bulan. Waktu pemakaian
internet siswa SMA Al Hikmah termasuk dalam kelompok heavy users, karena mereka
mengakses internet sebanyak 2 jam/hari sehingga dalam waktu satu bulan mereka
mengakses sebanyak 60 jam. Tujuan dan motivasi siswa SMA Al Hikmah Surabaya,
peneliti membagi menjadi empat kelompok kepentingan penggunaan internet, yaitu: 1)
Email 2) Aktifitas kesenangan, 3) Kepentingan informasi, 4) Transaksi (Transaction).
Social competence terdiri dari communicative abilities, yaitu mencakup: kemampuan
untuk membangun relasi sosial, mampu mengaktifkan kerjasama kelompok yang
memungkinkan dirinya untuk memecahkan masalah, berpatisipasi dalam lingkungan
masyarakat melalui media, kemampuan seseorang dalam memanfaatkan media internet
untuk berpatisipasi dalam wilayah publik, kemampuan dalam membuat konten media.
Sebagian siswa SMA Al Hikmah termasuk dalam tipe medium karena belum mampu
memenuhi indikator kemampuan seseorang dalam memanfaatkan media internet untuk
berpatisipasi dalam wilayah publik dan kemampuan dalam membuat konten media.
35
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN
Penyebaran Informasi Hoax
Hoax adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah
benar adanya. Sedangkan menurut Muhammad Alwi Dahlan Ahli Komunikasi dari
Universitas Indonesia (UI) menyatakan hoax merupakan manipulasi berita yang sengaja
dilakukan dan bertujuan untuk memberikan pengakuan atau pemahaman yang salah
(Ilham, 2017). Pada penelitian sebelumnya Juliswara (2017) menyatakan penyebaran
informasi hoax dipengaruhi oleh tingkat literasi seseorang.
Pada penelitian sebelumnya Herawati (2016) menjelaskan bahwa terdapat
beberapa alasan yang menyebabkan informasi hoax mudah diterima oleh masyarakat
yaitu: (1) mereka menganggap hoax dapat memengaruhi opini publik, (2) Masyarakat
merasa senang akan berita heboh, (3) Masyarakat beranggapan bahwa belum adanya
tindakan hukum terhadap penyebaran hoax, dan (4) Masyarakat melihat hoax dapat
dimanfaatkan sebagai bisnis. Sedangkan, menurut Rahadi (2017) pada dasarnya
perilaku pengguna lebih cenderung percaya informasi hoax, jika: (1) Informasinya
sesuai dengan opini atau sikap yang dimiliki dan (2) Perasaan positif akan timbul dalam
diri seseorang jika opini atau keyakinannya mendapat pengakuan. Menurut Herawati
(2016) alasan warga internet menyalurkan hoax adalah: (1) Didapat dari orang yang
dipercaya, (2) Mengira bermanfaat, (3) Mengira info tersebut benar, dan (4) Ingin jadi
pertama yang tahu.
Berdasarkan berbagai penjelasan diatas, maka peneliti akan menggunakan dua
indikator dalam penyebaran informasi hoax. Pertama, tingkat penerimaan informasi
hoax: (1) Masyarakat merasa senang akan berita heboh dan (2) Informasinya sesuai
dengan opini atau sikap yang dimiliki. Peneliti memilih satu indikator dari Herawati
(2016) dan satu indikator dari Rahadi (2017) karena hanya dua indikator tersebut yang
dianggap relevan dengan penelitian penulis yang berasumsi bahwa hubungan tingkat
literasi internet dengan tingkat penerimaan informasi hoax bersifat negatif. Kedua,
tingkat motivasi penyebaran informasi hoax: (1) Didapat dari orang yang dipercaya, (2)
Mengira bermanfaat, (3) Mengira info tersebut benar, dan (4) Ingin jadi pertama yang
tahu. Peneliti memilih indikator dari Herawati (2016) karena indikator tersebut sangat
relevan dengan penelitian ini.
Literasi Internet
Literasi internet memiliki banyak pengertian, dan di antaranya diartikan Doyle
(1996) sebagai kemampuan dalam menggunakan pengetahuan teori dan praktik dalam
hubungannya dengan internet sebagai medium komunikasi dan pengelolaan informasi.
Sedangkan menurut O‟Sullivan dan Scott (2000) literasi informasi internet didefinisikan
sebagai kemampuan untuk mengakses dan mengevaluasi informasi online. Hofstetter
(2003) memberikan perspektif yang lebih komprehensif tentang melek internet sebagai
keterampilan termasuk dengan konektivitas, keamanan, komunikasi, multimedia, dan
pengembangan halaman web. Sementara menurut (Mudjiyanto, 2012) literasi internet
yaitu kemampuan untuk melakukan aktivitas komunikasi, pencarian informasi dan
sejenisnya melalui medium internet guna memenuhi kebutuhan yang dimungkinkan
terjadi hanya bila seseorang telah memiliki literasi komputer.
Menurut Baran (2015) terdapat delapan elemen yang menyusun kemampuan
literasi media seseorang, yaitu:
1. Keterampilan berpikir kritis. Seorang individu seharusnya mengetahui persis
tujuan dirinya saat mengonsumsi media dan berpikir kritis tentang konten yang
diterimanya dari media massa. Hal ini agar seorang individu dapat
36
bertanggungjawab terhadap dampak yang dihasilkan dari pesan-pesan media
massa tersebut bagi dirinya sendiri.
2. Pemahaman proses komunikasi massa. Agar seorang individu dapat lebih
menghargai konten dari suatu pesan media massa, seharusnya setiap individu
mengetahui komponen-komponen proses produksi komunikasi massa tersebut
dan mengetahui bagaimana komponen tersebut satu sama lainnya dapat saling
berhubungan.
3. Kesadaran dampak media terhadap individu. Seseorang yang mengonsumsi
pesan dari media massa harus memiliki kesadaran bahwa media massa pasti
memiliki dampak bagi diri individu seseorang maupun bagi masyarakat.
4. Strategi menganalisis dan mendiskusikan pesan.
5. Kesadaran tentang isi media sebagai teks yang memberi wawasan bagi budaya
dan kehidupan. Beragamnya informasi yang terdapat di media massa,
menyebabkan saat ini media massa dipandang sebagai salah satu media untuk
mensosialisasikan suatu budaya kepada masyarakat.
6. Kemampuan menikmati, memahami dan menghargai isi media. Agar seorang
individu dapat mengendalikan makna konten media untuk kesenangan dan
apresiasi pribadinya, seorang individu harus belajar untuk menikmati,
memahami, dan mengapresiasi konten media, termasuk kemampuan untuk
mendekati berbagai jenis konten media.
7. Pengembangan keterampilan produksi yang efektif dan bertanggung jawab.
Literasi media tidak hanya didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami
konten media secara efektif dan efisien, tetapi juga kemampuan untuk
memproduksi konten media secara efektif dan efisien. Sehinga seorang individu
yang media-literate harus dapat mengembangkan kemampuannya untuk
memproduksi konten media yang bermanfaat.
8. Pemahaman akan kewajiban etis dan moral praktisi media. Agar dapat membuat
penilaian yang adil terhadap penampilan dari suatu media, seorang individu
seharusnya mengetahui dan memahami mengenai peraturan-peraturan
pengoperasian media, kewajiban etis dan moral praktisi media, dan juga tekanan
persaingan antar media yang mempengaruhi kinerja pratisi media.
Pada penelitian sebelumnya Santoso (2015) menjelaskan konsep Individual
Competence Framework sebagai alat ukur literasi media. Individual Competence adalah
kemampuan seseorang dalam menggunakan dan memanfaatkan media, seperti untuk
menggunakan, memproduksi, menganalisis, dan mengkomunikasikan pesan melalui
media. Individual Competence terdiri dari dua kategori yaitu Personal Competence dan
Social Competence. Personal Competence adalah kemampuan seseorang dalam
menggunakan media dan menganalisis konten-konten media yang dapat diukur melalui
dua indikator, yaitu Technical Skills (kemampuan teknik dalam menggunakan media)
dan Critical Understanding (kemampuan kognitif dalam menggunakan media seperti
memahami, menganalisis, dan mengevaluasi konten media).
Indikator penilaian technical skills (European Commission, 2009) yaitu:
1. Kemampuan menggunakan komputer
2. Kemampuan menggunakan internet
3. Jumlah frekuensi penggunaan internet
4. Lamanya waktu yang digunakan dalam mengakses internet
Indikator penilaian Critical skills (European Commission, 2009) yaitu:
1. Pengetahuan tentang media
2. Pengetahuan tentang regulasi media
37
Kategori Social Competence adalah kemampuan individu dalam berkomunikasi
dan membangun relasi sosial lewat media serta mampu memproduksi konten media.
Social Competence individu dapat diukur melalui indikator Communicative Abilities,
yaitu kemampuan komunikasi dan partisipasi melalui media.
Indikator penilaian Communicative Abilities (European Commission, 2009)
yaitu:
1. Kemampuan untuk membangun relasi sosial melalui internet
2. Berpatisipasi dalam lingkungan masyarakat melalui internet
3. Kemampuan dalam membuat konten media pada internet
Menurut Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (2006)
kemampuan literasi internet pada setiap individu akan memiliki pola yang berbedabeda, sesuai dengan kebutuhan hidup dan kedewasaan individu. Hal ini karena setiap
individu memiliki tingkat keterdedahan terhadap media yang berbeda-beda satu sama
lain. Selain itu, setiap individu pasti memiliki pengetahuan dan pengalaman yang
berbeda-beda terkait dengan pesan media sehingga tingkat literasi media setiap individu
jelas berbeda. Berdasarkan penjelasan diatas, maka alat pengukuran yang akan dipakai
untuk mengukur tingkat literasi internet pada penelitian ini adalah Individual
Competence Framework.
Remaja Desa
Salah satu media yang memasuki pedesaan adalah internet. Namun, tingkat
literasi masyarakat pedesaan biasanya masih sangat rendah. Menurut Juditha (2014)
internet masih sangat kurang dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Asyaman dan
Yuwanai yaitu desa-desa di perbatasan papua. Ini disebabkan karena infrastruktur TIK
untuk dapat berinternet dengan baik di wilayah perbatasan terbilang sangat minim dan
jaringan internet yang masih sangat lambat. Namun Juditha (2014) juga
mengungkapkan, sebagian kecil di antara masyarakat desa, yang memiliki kadar literasi
TIK tinggi tergolong pada kelompok Xers dan Millenial. Sehingga, terdapat indikasi
bahwa faktor-faktor karakteristik menyangkut kelompok umur, jenis pekerjaan, tingkat
pendidikan, dan keterlibatan dalam kursus komputer, berhubungan dengan kadar literasi
TIK masyarakat pedesaan.
Penelitian terdahulu mengenai literasi internet telah banyak menjelaskan tingkat
internet oleh mahasiswa maupun remaja yang tinggal diperkotaan. Terdapat satu
penelitian dari Barus dan Dwiana (2017) yang memilih lokasi di desa namun objek
penelitiannya adalah perempuan yang telah menjadi ibu atau istri. Padahal, remaja
memiliki kapasitas untuk belajar internet lebih cepat namun remaja juga berada pada
usia yang belum matang sehingga rawan menyalahgunakan internet ataupun
terprovokasi dengan berita yang tidak benar. Berdasarkan penjelasan diatas maka,
responden yang akan menjadi penelitian adalah responden pada kelompok umur remaja
dan tinggal di pedesaan.
Masa remaja adalah masa peralihan dimana perubahan secara fisik dan
psikologis dari masa kanak-kanak ke masa dewasa Perubahan psikologis yang terjadi
pada remaja meliputi intelektual, kehidupan emosi, dan kehidupan sosial. Perubahan
fisik mencakup organ seksual yaitu alat-alat reproduksi sudah mencapai kematangan
dan mulai berfungsi dengan baik. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang
berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang
lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik
(Santrock, 2003). Juga mengatakan bahwa remaja adalah suatu masa ketika individu
mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi
dewasa.
38
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Literasi Internet
Tingkat literasi internet pada diri masing-masing individu jelas berbeda-beda.
Hal ini salah satunya disebabkan karena setiap individu memiliki latar belakang yang
berbeda-beda. Perbedaan latar belakang tersebut menyebabkan setiap individu memiliki
pengetahuan yang berbeda dan pada akhirnya menafsirkan pesan dari media secara
berbeda-beda pula.
Tabel 1 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat literasi individu menurut beberapa
ahli
No Pengarang
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Hamka (2015) Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penggunaan
1.
internet sebagai media pembelajaran:
1. Ksarana prasarana
2. Ketersediaan sumberdaya manusia untuk mengelola
pembelajaran berbasis online.
Kurniawati dan Faktor yang mempengaruhi Tingkat literasi media:
2.
Baroroh (2016) 1. Pengenalan internet pertama kali
2. Orang yang pertama kali mengenalkan internet
3. Peraturan penggunaan internet dari orang tua
4. Waktu akses internet
5. Situs yang sering diakses
Barus dan
Tingkat literasi perempuan desa dipengaruhi oleh:
3.
Dwiana (2017) 1. Kekurangan sumber daya informasi
2. Kekurangan waktu untuk mempelajari internet.
Juditha (2014) Kadar literasi TIK masyarakat pedesaan dipengaruhi oleh:
4.
1. Kelompok umur
2. Jenis pekerjaan
3. Tingkat pendidikan
4. Keterlibatan dalam kursus komputer
Santoso (2015) Tingkat literasi media individu dapat dihambat oleh:
5.
1. Faktor sosial
2. Status ekonomi
3. Cacat
4. Etnis
5. Peran individu
6. Motivasi individu.
Faktor yang dapat meningkatkan literasi media individu:
1. Personalitas individu, yaitu apabila individu memiliki
personalitas yang skeptis maka individu tersebut dapat
diasumsikan memiliki tingkat literasi media yang lebih
tinggi dari individu yang mudah percaya.
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa banyak faktor yang mempengaruhi
tingkat literasi internet individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat literasi
internet pun beragam, bisa merupakan faktor internal, maupun faktor eksternal. Variabel
yang akan digunakan dalam penelitian adalah faktor internal yaitu usia, pekerjaan,
tingkat pendidikan, dan status ekonomi. Hal ini karena faktor internal dianggap paling
signifikan dalam mempengaruhi tingkat literasi internet individu.
39
SIMPULAN
Hasil Rangkuman dan Pembahasan
Hoax adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah
benar adanya. Hoax bertujuan untuk membuat opini publik, menggiring opini publik,
membentuk persepsi juga untuk hufing fun yang menguji kecerdasan dan kecermatan
pengguna internet dan media sosial. Penyebaran informasi hoax dapat diukur
menggunakan dua indikator. Pertama, tingkat penerimaan informasi hoax: (1)
Masyarakat merasa senang akan berita heboh dan (2) Informasinya sesuai dengan opini
atau sikap yang dimiliki. Kedua, tingkat motivasi penyebaran informasi hoax: (1)
Didapat dari orang yang dipercaya, (2) Mengira bermanfaat, (3) Mengira info tersebut
benar, dan (4) Ingin jadi pertama yang tahu. Penyebaran informasi hoax dipengaruhi
oleh tingkat literasi seseorang. Netizen yang memiliki kemampuan literasi media cukup
tinggi, tak hanya sadar pada etika berkomunikasi saja tetapi juga memiliki keterampilan
kosntruktif dalam menerima, memproduksi dan membagikan muatan informasi (berita).
Literasi internet membutuhkan keterampilan untuk mengakses, menganalisis,
mengevaluasi dan mengkomunikasikan pesan-pesan yang didapatkan dari internet yang
dimungkinkan terjadi hanya bila seseorang telah memiliki literasi komputer. Saat ini
literasi media dianggap sebagai suatu keterampilan yang wajib dimiliki oleh para
pengguna internet karena dengan keterampilan ini pengguna dapat terhindar dari
dampak negatif penggunaan internet. Salah satu cara mengukur tingkat literasi media
individu adalah dengan menggunakan Individual Competence Framework (ICF) yaitu
kemampuan seseorang dalam menggunakan dan memanfaatkan media, seperti untuk
menggunakan, memproduksi, menganalisis, dan mengkomunikasikan pesan melalui
media. ICF yang terdiri dari tiga indikator, yaitu Technical Skills, Critical
Understanding, dan Communicative Abilities. Indikator penilaian technical skills yaitu
kemampuan menggunakan komputer, kemampuan menggunakan internet, jumlah
frekuensi penggunaan internet, lamanya waktu yang digunakan dalam mengakses
internet. Indikator penilaian Critical skills yaitu pengetahuan tentang media dan
pengetahuan tentang regulasi media. Indikator penilaian Communicative Abilities yaitu
kemampuan untuk membangun relasi sosial melalui internet, berpatisipasi dalam
lingkungan masyarakat melalui internet, kemampuan dalam membuat konten media
pada internet. Setiap indikator tersebut akan diukur dengan cara mengkategorikan
individu ke dalam tiga kategori, yaitu basic skills, moderate skills, dan advanced skills.
Perbedaan tingkat literasi media oleh setiap individu berhubungan dengan
beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Beberapa faktor yang
cukup signifikan berpengaruh terhadap tingkat literasi media individu adalah faktor
usia, pekerjaan, tingkat pendidikan, dan status ekonomi. Menurut hasil penelitian
sebelumnya, individu dengan usia yang lebih muda cenderung lebih memiliki tingkat
literasi media yang lebih tinggi karena memiliki semangat yang lebih tinggi untuk
mempelajari internet. Sedangkan untuk tingkat pendidikan, individu dengan usia yang
sama tetapi memiliki tingkat pendidikan yang berbeda juga memiliki tingkat literasi
media yang berbeda pula. Individu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi
cenderung memiliki tingkat literasi media yang lebih tinggi. Status ekonomi, individu
dengan tingkat ekonomi yang lebih tinggi cenderung memiliki tingkat literasi media
yang lebih tinggi pula, karena memiliki akses lebih banyak terhadap pemanfaatan
internet.
40
Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi
Hoax terus tersebar di media massa khususnya internet meskipun pembuat dan
penyebarnya dapat dipidanakan. Portal berita yang paling banyak dibaca adalah yang
memiliki kecenderungan menampilkan isi (konten) berita yang hanya terdiri dari
beberapa alinea, bahkan penyajiannya cenderung tak lengkap dalam satu berita. Untuk
mendapatkan informasi lengkap, pembaca dipaksa untuk membaca lebih dari satu
berita. Rahadi (2017) menjelaskan bahwa terdapat beberapa alasan yang menyebabkan
informasi hoax mudah diterima oleh masyarakat: (1) Informasinya sesuai dengan opini
atau sikap yang dimiliki dan (2) Perasaan positif akan timbul dalam diri seseorang jika
opini atau keyakinannya mendapat pengakuan. Untuk mengurangi dampak negatif dari
informasi hoax tersebut, muncul istilah literasi media atau yang biasa disebut dengan
literasi internet. Menurut O‟Sullivan dan Scott (2000) literasi informasi internet
didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengakses dan mengevaluasi informasi online.
Tingkat literasi internet pada diri masing-masing individu jelas berbeda-beda
tergantung pada pengetahuan serta pengalaman masing-masing orang. Hal ini salah
satunya disebabkan karena setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda-beda.
Perbedaan latar belakang tersebut menyebabkan setiap individu memiliki pengetahuan
yang berbeda dan pada akhirnya menafsirkan pesan dari media secara berbeda-beda
pula. Perbedaan tersebut juga ada pada tingkat literasi masyarakat pedesaan dan
perkotaan. Menurut Juditha (2014) internet masih sangat kurang dimanfaatkan oleh
masyarakat di Desa Asyaman dan Yuwanai yaitu desa-desa di perbatasan papua. Selain
itu, objek pada penelitian terdahulu biasanya adalah mahasiswa maupun remaja yang
tinggal di perkotaan. Sehingga, peneliti tertarik untuk memilih responden remaja desa.
Berdasarkan perumusan masalah diatas, pertanyaan penelitian yang penulis
yaitu:
1. Bagaimana tingkat keterlibatan dalam informasi hoax?
2. Bagaimana tingkat literasi internet remaja desa?
3. Bagaimana hubungan tingkat literasi internet remaja desa dengan tingkat
keterlibatan dalam informasi hoax?
Usulan Kerangka Analisis Baru
Perwakilan Kementerian Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, dalam berita
online CNN Indonesia mengatakan bahwa ada sebanyak 800 ribu situs yang terindikasi
sebagai penyebar hoax (Pratama 2016). Jumlah ini tentu sangat besar. Selain itu,
menurut penelitian Rahadi (2017) sebanyak 122 orang (seluruh responden) menyatakan
bahwa alasan mereka menyebarkan informasi hoax adalah ingin merubah kebijakan
pemerintah yang tidak sesuai. Artinya, banyak pihak yang pernah menyebarkan
informasi hoax. Padahal, Rahadi (2017) juga mengungkapkan bahwa perilaku pengguna
media sosial paham terhadap informasi hoax, alasan, dampak, cara mengatasi serta cara
tanggung jawab dalam penyebaran informasi hoax. Namun, ketanyaannya masih banyak
masyarakat yang menerima informasi hoax. Keterlibatan dalam informasi hoax diukur
menggunakan dua indikator. Pertama, tingkat penerimaan informasi hoax: (1)
Masyarakat merasa senang akan berita heboh dan (2) Informasinya sesuai dengan opini
atau sikap yang dimiliki. Kedua, tingkat motivasi penyebaran informasi hoax: (1)
Didapat dari orang yang dipercaya, (2) Mengira bermanfaat, (3) Mengira info tersebut
benar, dan (4) Ingin jadi pertama yang tahu.
Perilaku penyebaran hoax melalui media sosial sangat dipengaruhi oleh pembuat
berita baik itu individu maupun berkelompok, dari yang berpendidikan rendah sampai
yang tinggi, dan terstruktur rapi. (Lazonder, Biemans, & Wopereis, 2000) menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan antara seseorang yang memiliki keahlian khusus dalam
41
menggunakan search engine dengan orang yang masih baru atau awam dalam
menggunakan search engine. Pengguna yang memiliki pengalaman lebih banyak dalam
memanfaatkan search engine, akan cenderung lebih sistematis dalam melakukan
penelusuran dibandingkan dengan yang masih minim pengalaman (novice). Artinya
literasi internet berpengaruh pada keterlibatan seseorang pada informasi hoax.
Menurut O‟Sullivan dan Scott (2000) literasi informasi internet didefinisikan
sebagai kemampuan untuk mengakses dan mengevaluasi informasi online. Salah satu
cara untuk mengukur tingkat literasi media individu adalah dengan menggunakan
Individual Competence Framework yaitu kemampuan seseorang dalam menggunakan
dan memanfaatkan media, seperti untuk menggunakan, memproduksi, menganalisis,
dan mengkomunikasikan pesan melalui media. Terdapat tiga indikator yang akan
diukur,yaitu Technical Skills, Critical Understanding, dan Communicative Abilities.
Perbedaan tingkat literasi media oleh setiap individu berhubungan dengan beberapa
faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Beberapa faktor yang cukup
signifikan berpengaruh terhadap tingkat literasi media individu adalah faktor usia,
pekerjaan, tingkat pendidikan, dan status ekonomi. Menurut hasil penelitian
sebelumnya, individu dengan usia yang lebih muda cenderung lebih memiliki tingkat
literasi media yang lebih tinggi karena memiliki semangat yang lebih tinggi untuk
mempelajari internet.
Karakteristik Internal Remaja
Desa
1.
2.
3.
4.
Usia
Tingkat Pendidikan
Jenis Pekerjaan
Tingkat Ekonomi
Tingkat Literasi Internet
Karakteristik Eksternal
Remaja Desa
1. Keluarga
2. Teman
Individual Competence
Framework:
1. Tingkat Technical Skills
2. Tingkat Critical Understanding
3. Tingkat Communicative
Abilites
Tingkat Keterlibatan dalam
Informasi Hoax
1. Tingkat Penerimaan Informasi
Hoax
2. Motivasi Penyebaran Informasi
Hoax
Keterangan :
: Berhubungan
Gambar 1. Kerangka Analisis
42
DAFTAR PUSTAKA
APJII. 2016. Buletin APJII [buletin]. [Internet]. [Diunduh Feb 25, 2018]. Terdapat
pada:
https://apjii.or.id/downfile/file/BULETINAPJIIEDISI05November2016.pdf
Baran SJ. 2015. Introduction to Mass Communication: Media Literacy and Culture. 8th
ed. New York (US): McGraw-Hill Education.
Ciolek T, Matius. 20003. The Internet and its users: The physical dimensions of
cyberpolitics in Eastern Asia. [Diunduh Mei 1, 2018]. Terdapat pada:
www.ciolek.com/PAPERS/oregon-2003-HYPERLINKtext.html""http://www.ciolek.com/PAPERS/oregon-2003-text.html"text.html
[Depkominfo] Departemen Komunikasi dan Informatika RI. 2006. The Strategic Blue
Print of Planning And Develoving The ICT-Literate Resources in Indonesia,
Version 1.0. Jakarta: Depkominfo. [Diunduh Mei 1, 2018]. Terdapat pada:
https://www.academia.edu/4139703/Literasi_TIK_dimuat_di_widyariset_LIPI_
2008
Doyle C. 1996. Information literacy: status report from the United States. In D. Booker
(Ed.), Learning for life: information literacy and the autonomous learner (p. 3948)
European Commission. 2009, Commission recommendation: on Media literacy in the
Digital Environment for a More Competitive Audio Visual and Content Industry
and an Inclusive Knowledge Society. Commission and the European
communities, Brussels
Hamka. 2015. Penggunaan Internet Sebagai Media Pembelajaran Pada Mahasiswa IAIN
Palu [jurnal]. 12(1):95-119. [Internet]. [Diunduh Feb 27, 2018]. Terdapat pada:
https://jurnalhunafa.org/index.php/hunafa/article/download/383/358
Herawati DM. 2016. Penyebaran Hoax dan Hate Speech sebagai Representasi
Kebebasan Berpendapat [jurnal]. 2(2):138-155. [Internet]. [Diunduh Feb 27,
2018].
Terdapat
pada:
http://journal.uta45jakarta.ac.id/index.php/kom/article/download/793/510
Ilham. 2017. Ahli: Hoax Merupakan Kabar yang Direncanakan [artikel]. [Internet].
[Diunduh
Feb
27,
2018].
Terdapat
pada:
http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/17/01/11/ojm2pv361-ahlihoax-merupakan-kabar-yang-direncanakan
Juliswara V. 2017. Mengembangkan Model Literasi Media yang Berkebhinnekaan
dalam Menganalisis Informasi Berita Palsu (Hoax) di Media Sosial [jurnal].
4(2):142-164. [Internet]. [Diunduh Mei 1, 2018]. Terdapat pada:
https://journal.ugm.ac.id/jps/article/view/28586/pdf
Lazonder AW, Biemans HJ dan Wopereis IGHJ. 2000. Differences between novice and
experienced users in search information on the World Wide Web. [Diunduh Mei
1,
2018].
Terdapat
pada:
https://doi.org/10.1002/(sici)10974571(2000)51:6<576::aid-asi9>3.0.co;2- 7
McQuail D. 1987. Teori Komunikasi Massa. Erlangga: Jakarta.
Mudjiyanto B. 2012. Literasi internet dan partisipasi politik masyarakat pemilih dalam
aktifitas pemanfaatan media baru (survey masyarakat pemilih pilkada, kasus
masyarakat kota bengkulu) [jurnal]. Jurnal Studi Komunikasi dan Media.
[Internet]. 16(1): 1-16. [Diunduh Mei 1, 2018]. Terdapat pada: http://www.ejurnal.com/2016/04/literasi-internet-dan-partisipasi.html
Nugroho S. 2017. Orang Indonesia: Sudah Malas Baca, Cerewet Pula di Medsos
[artikel]. [Internet]. [Diunduh Feb 27, 2018]. Terdapat pada:
43
https://id.linkedin.com/pulse/sudah-malas-baca-cerewet-pula-di-medsossuharjo-jojo-nugroho
O‟Sullivan M. dan Scott T. 2000. Teaching Internet Information Literacy: a critical
evaluation, Multimedia Schools. 44(7): 40-42.
Pratama AB. 2016. Ada 800 Ribu Situs Penyebar Hoax di Indonesia [artikel]. [Internet].
[Diunduh
Maret
21,
2018].
Terdapat
pada:
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20161229170130-185-182956/ada800-ribu-situs-penyebar-hoax-di-indonesia
Rahadi DR. 2017. Perilaku Pengguna Dan Informasi Hoax Di Media Sosial [jurnal].
5(1):58-70. [Internet]. Diunduh Maret 21, 2018]. Terdapat pada:
http://jurnal.unmer.ac.id/index.php/jmdk/article/download/1342/933
Rubin A. 1998. Media Literacy: Editor‟s note. Journal of Communication. 48(1): 3–4.
Santoso A. 2015. Media literacy siswa muslim surabaya dalam penggunaan internet. J.
Komunikasi
Islam.
5(1):
83-97.
Diunduh
dari:
http://www.ejurnal.com/2016/04/media-literacy-siswa-muslim-surabaya.html
Santrock .2003. John W. Adolescence. Perkembangan Remaja. Edisi Keenam. Jakarta:
Erlangga.
Sumiaty dan Sumiaty. 2014. Literasi internet pada siswa sekolah menengah pertama. J.
Penelitian Komunikasi. 17(1):77-88. [Internet]. [Diunduh Feb 27, 2018].
Terdapat pada: http://bppkibandung.id/index.php/jpk/article/download/8/10
Suyanto AH. Pengenalan Internet [jurnal]. Jurnal Komputer. [Internet]. [Diunduh Maret
21,
2018].
Terdapat
pada:
http://jurnalkomputer.com/attachments/article/93/PENGENALAN%20INTERN
ET.pdf
[Undang-undang] Undang-undang Nomor 1 Pasal 14 Ayat 1 Tahun 1946 tentang
Peraturan Hukum Pidana
World's Most Literate Nations Ranked (WMLN). 2016. Mar 7, 2016.
https://webcapp.ccsu.edu/?news=1767&data
44
RIWAYAT HIDUP
Qona‟ah Oktaviani dilahirkan di Pemalang pada tanggal 3 Oktober 1997.
Penulis adalah anak terakhir dari empat bersaudara yang terlahir dari pasangan Imam
Santoso dan Faridah. Penulis memulai pendidikannya di Taman Kanak-Kanak
Dharmawanita Surabaya pada tahun 2001-2003. Lalu, Sekolah Dasar Negeri 2
Kebondalem pada tahun 2003-2009. Penulis melanjutkan sekolahnya di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 2 Pemalang pada tahun 2009-2012 dan Sekolah Menengah
Atas Negeri 1 Pemalang pada tahun 2012-2015. Pada tahun 2015, penulis melanjutkan
studinya di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas
Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SBMPTN.
Selama penulis menimba ilmu di Institut Pertanian Bogor, penulis bergabung
dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) PSM IPB Agriaswara. Pada tahun 2015
penulis mengikuti Konser Angkatan sebagai penyanyi dalam paduan suara dan sebagai
pemain piano pada salah satu lagu. Tahun 2016 penulis kembali mengikuti Konser
sebagai penyanyi dalam paduan suara namun konser ini disebut Konser Internal. Lalu
pada tahun 2018, penulis bekerja paruh waktu pada PT. Paragon Technology and
Innovation sebagai Wardah Beauty Agent (WBA). Disini penulis aktif mengembangkan
bakat dan minat dalam bidang fotografi dan videografi dengan membuat berbagai
poster, aktif dalam kegiatan pembuatan video promosi, serta mendesain proposal. Tahun
2018 penulis juga mulai mengembangkan bisnis dalam bidang kecantikan sebagai
Makeup Artist.
Download