“ PENGARUH PELAKSANAAN MAINTENANCE UNTUK EFISIENSI BIAYA OPERASIONAL PERUSAHAAN “ (Studi pada PT. JAYA ETIKA BETON) Oleh : Try Wahyu Widodo 201610160311369 PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2018 1. Latar Belakang Masalah Dalam melancaran suatu proses produksi, perusahaan perlu melakukan penyesuaian terhadap perkembangan teknologi untuk mendukung kinerja perusahaan. Hal tersebut dapat diupayakan agar perusahaan tidak mengalami masalah yang diakibatkan oleh berhentinya suatu proses produksi. Suatu proses produksi bergantung kepada teknologi yang digunakan untuk menghasilkan suatu output atau hasil. Teknologi yang digunakan pada perusahaan manufaktur yaitu mesin yang dapat mempermudah dalam proses produksi. Sehingga perusahaan dapat memanfaatkan waktu, biaya, dan tenaga kerja secara optimal. Perusahaan yang menggunakan teknologi mesin harus dapat menjaga kondisi mesin-mesin itu sendiri, seperti menjaga kebersihan, kestabilan, dan keefektifannya, sehingga perusahaan dapat menghasilkan produk yang berkualitas, menunjang proses produksi, kelancaran dalam proses produksi, sehingga memperoleh keuntungan yang maksimal. Oleh karena itu, mesin-mesin harus dirawat dan dipelihara dengan baik agar dapat meminimalkan resiko terjadinya kerusakan pada mesin yang dipakai. Gejala tersebut menyebabkan perusahaan mempunyai keinginan untuk menjaga agar mesin tersebut tetap berfungsi dengan baik, salah satunya dengan melakukan pemeliharaan. Permasalahan mengenai pemeliharaan seringkali terjadi didalam sebuah perusahaan yang melibatkan banyak mesin dan peralatan, misalnya terjadi kerusakan kecil sampai kerusakan fatal, yang menyebabkan mesin mengalami kerusakaan atau konsleting pada bagian-bagian tertentu, sehingga akan mengganggu rencana produksi yang telah direncanakan. Kerusakaan yang terjadi pada mesin tentu sangat berpengaruh pada proses produksi, sehingga kapasitas produk, biaya tenaga kerja, biaya produksi meningkat. Oleh sebab itu maka pemeliharan (maintenance) pada mesin-mesin harus dilakukan secara rutin dan teratur agar dapat memaksimalkan kinerja dan usia mesin tersebut, selain itu juga dapat melancarkan proses produksi agar tetap terjamin kontinuitasnya. Jika perusahaan dapat menjaga kondisi mesin-mesin yang digunakan pada kegiatan proses produksinya, maka proses produksi dapat terus berlangsung tanpa kendala. Setiap perusahaan pasti akan melakukan hal yang satu ini yaitu mengefisienkan biaya yang dimaksudkan untuk adanya suatu cara agar biaya dapat diminimalisir sekecil mungkin tidak membengkak dan merugikan perusahaan karena tidak adanya perencanaan dan strategi yang matang untuk melakukan kegiatan produksi. Maka oleh sebab itu efisiensi biaya sangatlah berpengaruh pada sebuah kelangsungan hidup sebuah perusahaan, yang dilakukan dengan sebuah perhitungan yang matang dalam suatu kegiatan atau produksi dengan menghitung dari segala aspek maupun faktor dari sebuah produksi tersebut agar terdapat sebuah hitungan yang sangat jelas dan pasti agar perusahaan dapat melakukan kegiatan produksinya tidak terdapat kekeliruan ataupun menjadi sebuah kesalahan. Dengan adanya efesiensi biaya perusahaan dapat mengalihkan biaya yang tadinya akan dipakai untuk produksi bisa dialihkan ke departemen lain agar lebih membantu maupun menutup kerugian yang terdapat didepartemen lain. Adanya sebuah hubungan yang sangat berpengaruh antara maintenance mesin disebuah perusahaan dengan efisiensi biaya. Hal itu berhubungan positif karena dengan melakukan efisiensi biaya pada maintenance perusahaan dapat berhemat dan memotong biaya dari yang seharusnya dikeluarkan. Ini dikarenakan adanya perhitungan pada kegiatan maintenance yang dilakukan dengan bertujuan memaksimalkan kerja mesin dengan biaya yang sekecil – kecilnya. Itu bisa terjadi dengan melakukan perhitungan yang tepat didalam maintenance dengan memperhitungkan perbaikan mesin, jam kerja mesin, umur mesin, biaya mesin, perawatan berkala mesin, jumlah mesin, dan lain – lain. Sehingga ketentuan standar mesin dapat berjalan terus sesuai dengan kinerja mesin tidak berkurang dengan dilakukannya maintenance agar dapat memaksimalkan kerja serta menghemat biaya perusahaan dari kerusakaan yang tidak perlu ataupun dapat mempersiapkan dari kerusakaan yang tiba – tiba terjadi. PT JAYA ETIKA BETON merupakan perusahaan dimana mesin dan peralatan merupakan alat produksi yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam produktivitas di dalam suatu organisasi atau perusahaan, dimana produktivitas yang ada dalam perusahaan ini sangat bergantung pada mesin. Mesin pengaduk atau pencampur bahan merupakan yang sangat penting yang gunakan oleh PT. JAYA ETIKA BETON untuk operasional nya sehari-hari untuk memproduksi beton. Beton merupakann produk utama yang dihasilkan oleh PT. JAYA ETIKA BETON disamping melakukan sebuah kontruksi pada bangunanbangunan. Perusahaan ini bergerak dibidang konturksi dan beton jadi yang khususnya untuk beton irigasi atau pengairan. Dimana produksi yang dilakukakan oleh perusahaan ini setiap hari berjalan, maka perusahaan PT. JAYA ETIKA BETON perlu menjaga mesin produksinya dengan baik dan benar. Dengan demikian dapat terjaga kelanjutan operasional dan produktivitas tetap optimal dan tidak boros biaya. Pemeliharaan merupakan kegiatan memelihara atau menjaga fasilitas peralatan perusahaan, mengadakan perbaikan, penyesuaian / mengganti yang diperlukan agar kegiatan proses produksi dapat berlangsung sesuai dengan apa yang direncanakan. Dalam pelaksanaan perlu dihindarkan maintenance yang tidak teratur, dimana pentingnya maintenance baru dirasakan setelah peralatan yang digunakan macet / rusak. Bila hal ini sempat terjadi maka akan berdampak langsung dengan tingkat operasional produksi yang dicapai. Pemeliharaan atau perawatan mesin dan peralatan yang dilakukan sangat diperlukan sekali oleh perusahaan ini dalam melaksanakan aktivitas proses produksinya setiap hari agar dapat berjalan dengan lancar dan tanpa hambatan. Pemeliharaan atau perawatan mesin dan peralatan merupakan salah satu fungsi yang sangat penting dalam menjamin kelancaran pelaksanaan aktivitas proses produksi. Ada 2 kategori dalam pemeliharaan (maintenance) mesin yang digunakan oleh perusahaan, diantaranya pemeliharaan secara berkala (preventive) dan pemeliharaan bila ada kerusakan saja (corrective). Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pemeliharaan (maintenance) mesin pada sebuah perusahaan biasanya dihitung berdasarkan total cost terkecil. Namun perusahaan menganggap bahwa biaya untuk pemeliharaan (maintenance) tersebut hanya akan menambah biaya produksinya saja, sehingga membuat perusahaan tidak ingin terlalu mengutamakan pemeliharaan (maintenance) pada mesin-mesinnya, maka efek yang akan muncul dalam jangka panjang, adalah kesulitan dalam proses produksinya karena mesin-mesin tidak dipelihara (maintenance) secara rutin dan teratur. Maka hal itu akan berpengaruh buruk terhadap perkembangan perusahaan diantaranya yaitu mesin mengalami kerusakan pada bagian tertentu, bahkan mesin tidak dapat digunakan dan tidak dapat beroperasi sama sekali, sehingga pada akhirnya perusahaan harus mengeluarkan biaya yang jauh lebih besar untuk memperbaiki mesin yang rusak. Bahkan perusahaan harus siap mengganti atau membeli mesin yang baru. Pemeliharaan (maintenance) yang dilaksanakan dengan baik pada mesin-mesin nantinya akan berdampak positif terhadap pencapaian target jumlah produksi. Oleh karena itu perusahaan harus mampu melakukan pemeliharaan (maintenance) terhadap mesinmesinnya dengan tepat, seperti melakukan pengecekan, perbaikan dan pergantian atas kerusakan– kerusakan pada bagian spareparts yang terdapat pada mesin, agar perusahaan tersebut dapat mengefisienkan biaya perawatan yang harus dikeluarkan. PT. JAYA ETIKA BETON berusaha agar mesin-mesin produksinya tetap beroperasi normal, meminimalkan jumlah gangguan listrik yang dapat mengurangi pendapatan dari gangguan listrik yang di akibatkan padamnya arus listrik serta berusaha menghindari kerusakan mesin yang parah. Adapun kegiatan yang dilakukan atau yang dilaksanakan oleh pihak perusahaan PT JAYA ETIKA BETON adalah preventive maintanance, dimana pemeliharaan dilakukan sebelum terjadi kerusakan. Pelaksanaan dan tanggung jawab atas kerusakan peralatan tesebut ditangani oleh departemen pemeliharaan yang ada diperusahaan tersebut. Namun demikian dalam operasionalnya bagian pemeliharaan harus memperhatikan dan melaksanakan syarat-syarat tertentu agar pekerjaan pemeliharaan dapat diselesaikan dengan efisien. Pemeliharaan yang baik tentu akan menghasilkan kerja mesin dan peralatan akan baik pula, kegiatan pemeliharaan yang kurang baik akan menghasilkan kerja mesin dan peralatan yang kurang baik pula. Dengan melakukan kegiatan pemeliharaan yang baik akan menghasilkan mesin – mesin dan peralatan yang dapat dipakai dalam jangka waktu yang relatif lama, dan kegiatan atau proses produksi berjalan tanpa hambatan karena mesin dan peralatan jarang rusak. Juga dengan pemeliharaan yang baik akan memperkecil kerusakan besar serta biaya pemeliharaan yang tinggi akan dapat ditekan sekecil mungkin disebabkan terhindarnya kerusakan besar atau kerusakan total. Sedangkan pemeliharaan yang kurang baik tentu akan menghasilkan kerja mesin dan peralatan yang tidak baik. Kerja mesin dan peralatan yang tidak baik seperti; mesin atau peralatan akan cepat rusak, sehingga tingkat kegunaannya akan cepat pula menurun. Dengan tidak berjalannya mesin dan peralatan produksi secara efektif karena seringnya terjadi kerusakan akibat pemeliharaan mesin dan peralatan yang kurang baik menyebabkan semakin tingginya biaya yang dikeluarkan. Untuk mengetahui frekuensi besarnya anggaran biaya dan realisasi biaya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 1.1 Anggaran Dan Realisasi Biaya Pemeliharaan Mesin Pada PT. JAYA ETIKA BETON tahun 2015-2017 Tah Anggaran Realisasi Biaya un Biaya Pemeliharaan Pemeliharaan Presentase selisih Biaya Pememliharaan 2015 25.000.000 26.000.000 4% 2016 30.000.000 32.500.000 8,3% 2017 35.000.000 35.502.500 1,4% Sumber : PT. JAYA ETIKA BETON Dari tabel 1.1 dapat kita lihat perkembangan dari anggaran biaya maintenance dari tahun 2015-2017. Pada tahun 2015 anggaran biaya maintenance sebesar Rp.25.000.000 sedangkan realisasi biayanya sebesar Rp.26.000.000 dengan persentase selisih anggaran biaya 4%. Pada tahun 2016 anggaran biaya maintenance Rp.30.000.000 sedangkan realisasi biayanya sebesar Rp.32.500.000 dengan persentase selisih anggaran biaya 8,3 %. Pada tahun 2017 anggaran biaya maintenance sebesar Rp.35.000.000 sedangkan realisasi biayanya sebasar Rp.35.502.500 dengan persentase pencapaian anggaran biaya 1,4%. Anggaran biaya maintenance nampak dari tabel diatas selalu meningkat dari tahun 2015 -2017. peningkatan ini terjadi lumayan tajam dari tahun-ketahun tetapi pencapaian biaya pemeliharan semakin menurun. Realisasi biaya pemeliharaan yang selalu meningkat dari anggaran yang ditetapkan dalam jangka panjang maupun jangka pendek akan menimbulkan dampak negatif bagi perusahaan. Dalam menjalankan proses produksi sebaiknya pimpinan dan semua karyawan harus bekerjasama agar tercapai hasil yang maksimal dan mesin dan peralatan dapat terjaga dan tahan lama serta realisasi biaya pemeliharaan dapat diperkecil. Sehingga perusahaan tidak selalu mengalami kenaikan biaya. Dalam melaksanakan pemeliharaan tergantung dari kebijakan pimpinan perusahaan. Namun dalam operasinya kegiatan pemeliharan dilakukan oleh bagian service yang berada dalam perusahaan tersebut yang dilakukan seefisien mungkin. Hal ini dilakukan agar menjaga kondisi mesin dan peralatan dalam keadaan yang baik, karena pemeliharaan yang baik tentu akan menghasilkan kerja mesin yang baik pula, kegiatan pemeliharan yang kurang baik akan menghasilkan kerja mesin yang tidak baik pula tentunya. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk menganalisa masalah yang dihadapi oleh perusahaan PT. JAYA ETIKA BETON yang dituangkan dalam judul: “Pengaruh Pelaksanaan Maintenance Untuk Efisiensi Biaya Operasional Perusahaan“(Studi pada PT. JAYA ETIKA BETON) 2. Perumusan Masalah 1. Bagaimana sistem pelaksanaan maintenance mesin pada PT JAYA ETIKA BETON ? (Deskriptif) 2. Apakah pelaksanaan maintenance berpengaruh pada efisiensi biaya operasional pada PT JAYA ETIKA BETON ? (Asosiatif) 3. Apakah ada perbedaan pemeliharaan yang digunakan antara mesin yang baru dan lama pada PT JAYA ETIKA BETON ? (Comparatif) 3. Tujuan Penelitian 1. Untuk mendiskripsikan sistem pelaksanaan maintenance pada PT JAYA ETIKA BETON. 2. Untuk menguji pengaruh pelaksanaan maintenance terhadap efisiensi biaya operasional pada PT JAYA ETIKA BETON. 3. Untuk membandingkan apakah ada perbedaan dalam pemeliharaan mesin yang baru dengan mesin lama pada PT JAYA ETIKA BETON. 4. Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dalam membangun ilmu pengetahuan tentang maintenance dan lebih mengenal konsep dari preventive maintenance dan corrective maintenance dalam suatu perusahaan terutama di PT JAYA ETIKA BETON dengan baik dan benar. Manfaat Praktis - Bagi Peneliti 1. Menambah pengetahuan akan pemeliharaan pada suatu perusahaan. 2. Dapat menerapkan dan mengerti tentang pemeliharaan ketika bekerja. - Bagi Perusahaan 1. Dapat meningkatkan kemampuan dalam pemeliharaan pada mesin. 2. Dapat memberikan masukan maupun saran bagi pihak perusahaan untuk memperbaiki cara terhadap pemeliharaan mesin yang digunakan agar proses produksi bisa berjalan lancar. - Bagi Pembaca Dapat dijadikan referensi penulis lain untuk dapat memahami ilmu pengetahuan dari Maintenance dalam perusahaan, dan sebagai bahan referensi untuk penyusunan skripsi dan materi dalam perkuliahan 5. Kajian Pustaka Kaijan pustaka ini menguraikan tentang teori-teori dan pengertianpengertian yang mendukung penelitian ini, teori-teori dan pengertian yang akan dijelaskan dalam kajian pustaka ini yaitu manajemen produksi dan operasi, ruang lingkup manajemen produksi dan operasi, pengambilan keputusan dalam manajemen operasional, pengertian Maintenance, Maintenance Preventive, Maintenance Corrective, Maintenance Overhoul, perhitungan Maintenance, hubungan antara maintenance dengan proses produksi. Selanjutnya teori-teori yang akan digunakan menyelesaikan dan membahas permasalahan yang di hadapi perusahaan. Manajemen Operasi Manajemen operasi didalamnya berisi kegiatan tentang bagaimana menciptakan barang dan jasa yang di tawarkan perusahaan kepada konsumen dan berbagai kegiatan yang dilakukan untuk menjaga proses produksi dapat berjalan secara efisien dan efektif. Pengertian manajemen operasi tidak terlepas dari pengertian manajemen pada umumnya, yaitu mengandung unsur adanya kegiatan yang dilakukan dengan mengkoordinasikan berbagai kegiatan dan sumber daya untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Manajemen operasi adalah sebuah fungsi bisnis atau fungsi operasi yang berperan menghasilkan barang dan atau jasa atau kombinasinya melalui proses transformasi dari sumber daya produksi menjadi keluaran yang diinginkan sehingga dapat memberikan nilai kepada pelanggan. Ruang Lingkup Manajemen Operasional Ruang lingkup manajemen produksi dan operasi menurut K. M Starr (dalam Manahan P. Tampubolon 2014:7) yaitu mencakup perancangan atau penyiapan sistem produksi dan operasi, serta pengoperasian dari sistem produksi dan operasi. Pembahasan dalam perancangan atau desain dari sistem produksi dan operasi meliputi: 1. Seleksi dan rancangan atau desain hasil operasi (produk). Kegiatan produksi dan operasi harus dapat menghasilkan produk, berupa barang dan jasa, secara efektif dan efisien, sertadengan mutu atau kualitas yang baik.oleh karena itu setiap kegiatan produksi dan operasi harus dimulai dari penyeleksian dan perancangan produk yang akan dihasilkan. Kegiatan ini harus diawali dengan kegiatan-kegiatan penelitian atau riset, serta usaha- usaha pengembangan prooduk yang sudah ada. Dengan hasil riset dan pengembangan produk ini, maka diseleksi dengan diputuskan produk apa yang akan dihasilkan dan bagaimana desain dari produk itu, yang menggambarkan pada spesifikasi dari produk tersebut. Untuk penyeleksian dan perancangan produk, perlu diterapkan konsep-konsep standarisasi, simplikasi dan speliasisasi. Akhirnya dalam pembahasan ini perlu dikaji hubungan timbal balik yang erat antara seleksi produk dan rancangan produk dengan kapasitan produk dan operasi. 2. Seleksi dan perancangan proses dan peralatan. Setelah produk didesain, maka kegiatan yang harus dilakukan untuk merealisasikan suaha untuk menghasilkan usahanya adalah menentukan jenis proses yang akan dipergunakan serta peralatannya. Dalam hal ini kegiatan harus dimulai dari penyeleksian dan pemilihan akan jenis proses yang akan dipergunakan, yang tidak terlepas dari produk yang akan dihasilkan. Kegiatan selanjutnya adalah menentukan teknologi dan peralatan yang akan dipilih dalam pelaksanaan kegiatan produksi tersebut. Penyeleksian dan penentian peralatan dipilih, tidak hanya mencangkup mesin dan peralatan tetapi juga mencangkup bangunan dan lingkungan kerja. 3. Pemilian lokasi dan site perusahaan dan unit produksi. Kelancaran produksi dan operasi perusahaan sangat dipengaruhi oleh kelancaran mendapatka sumber-sumber bahan dan masukan (inputs), serta ditentukan pula oleh kelancaran dan biaya penyampaian atau suplai produk yang dihasilkan berupa barang jadi dan biaya penyampaian atau suplai produk yang dihasilkan berupa barang jadi atau jasa ke pasar. Oleh karena itu untuk menjamin kelancara, maka sangat penting peranan dari pemilihan lokasi dan site tersebut, perlu diperhatikan faktor jarak, kelancaran dan biaya pengankutan dari sumber-sumber bahan dan masukan (inputs), serta biaya pengangkutan dari barang jadi ke pasar. 4. Rancangan tata letak (lay-out) dan arus kerja proses. Kelancaran dalam proses produksi dan operasi ditentukan pula oleh salah satu faktor yang terpenting didalam perusahaan atau unit, yaitu rancangan tata letak (lay-out) dan arus kerja proses. Rancangan tata letak harus mempertimbangkan beberapa faktor, kerja optimalisasi dari waktu pergerakan dalam proses, kemungkinan kerusakan yang terjadi kaerna pergerakan dalam proses akan meminimalisasikan biaya yang timbul dari pergerakan dalam proses atau material handling. 5. Rancangan tugas pekerja. Rancangan tugas pekerjaan merupakan bagian yang intergral dari rancangan sistem. Dalam melaksanakan fungsi produksi dari operasi, maka organisasi kerja harus di susun, karena organisasi kerja sebagai dasar pelaksanaan tugas pekerjaan, merupakan alat atau wadah kegiatan yang hendaknya dapat membantu pencapaian tujuan perusahaan atau unit produksi dan operasi tersebut. Rancangan tugas pekerjaan harus merupakan salah satu kesatuan dari human enginering, dalam rangka untuk menghasilkan rancangan kerja yang optimal. Disamping itu dalam penyusunan rancangan tugas pekerjaan yang harus pula memerhatikan kelengkapan tugas yang terkait dengan variabel tugas dalam struktur teknologi, dan mutu atau kualitas suasana kerja yang ditentukan oleh variable manusia. 6. Strategi produksi dan operasi serta pemilihan kapasitas. Sebenarnya rancangan sistem produksi dan operasi harus disusun dengan landasan strategi produksi dan operasi yang disiapkan terlebih dahulu. Dalam strategi produksi dan operasi harus terdapat pernyataan tentang maksud dan tujuan dari produksi dan operasi, serta misi kebijakan-kebijakan dasar atau kunci untuk lima bidang, yaitu proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja, dan mutu atau kualitas. Semua hal tersebut merupakan landasan bagi penyusunan strategi produksi dan operasi, maka ditentukanlah pemilihan kapasitas yang akan dijalankan dalam bidang produksi dan operasi. Ruang lingkup manajemen operasi disini menjelaskan bahwa sebelum perusahaan ingin menghasilkan produk dengan mutu yang baik, harus melalui tahapan penelitian dan riset tentang bagaimana perancangan dan penyeleksian dari produk yang ingin di hasilkan. Pemeliharaan (Maintenance) Kata pemeliharaan diambil dari bahasa yunani terein artinya merawat, menjaga, dan memelihara. Pada perusahaan kategori menengah atas dan mengenah ke bawah, pemeliharaan (maintenance) masih kurang diperhatikan, karena kegiatannya cukup kompleks dan bukan hanya dilakukan sekali waktu saja. Hasil dari pemeliharaan tidak dapat dirasakan secara langsung saat melakukan pemeliharaan, namun hasilnya dapat dirasakan pada masa yang akan datang. Apabila pemeliharaan tidak dilakukan, maka secara berangsur mesin- mesin dan fasilitas lainnya itu akan mengalami kerusakan, dan akhirnya akan berakibat fatal sehingga merugikan perusahaan. Dampak yang paling dirasakan adalah berkurangnya umur ekonomis serta tingkat penyusutan yang tinggi. Kurang diperhatikannya pemeliharaan diantaranya disebabkan oleh keterbatasan dana yang dibutuhkan, dan rumitnya tugas pemeliharaan. Namun bagi kegiatan operasi perusahaan, pemeliharaan sudah menjadi kewajiban dengan pelaksanaan dan kesadaran untuk melakukan pemeliharaan terhadap fasilitas-fasilitas produksi. Maintenance adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk memelihara, memperbaiki serta menjaga mesin dan peralatannya agar selalu berada dalam kondisi operasi yang siap pakai, sehingga kontinuitas proses produksi dapat berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan dan keuntungan yang diharapkan dapat tercapai dan penggantian yang diperlukan agar terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan. Fungsi Maintenance : Menurut Agus Ahyari, (2002:351) fungsi pemeliharaan adalah agar dapat memperpanjang umur ekonomis dari mesin dan peralatan produksi yang ada serta mengusahakan agar mesin dan peralatan produksi tersebut selalu dalam keadaan optimal dan siap pakai untuk pelaksanaan proses produksi”. Adapun menurut Agus Ahyari, (2002:349) keuntungankeuntungan yang akan diperoleh dengan adanya pemeliharaan yang baik terhadap mesin, adalah sebagai berikut: 1. Mesin dan peralatan produksi yang ada dalam perusahaan yang bersangkutan akan dapat dipergunakan dalam jangka waktu panjang. 2. Pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan berjalan dengan lancar. 3. Dapat menghindarkan diri atau dapat menekan sekecil mungkin terdapatnya kemungkinan kerusakan-kerusakan dari mesin dan peralatan produksi selama proses produksi berjalan. 4. Peralatan produksi yang digunakan dapat berjalan stabil dan baik, maka proses dan pengendalian kualitas proses harus dilaksanakan dengan baik pula. 5. Dapat dihindarkannya kerusakan-kerusakannya total dari mesin dan peralatan produksi yang digunakan. 6. Apabila mesin dan peralatan produksi berjalan dengan baik, maka penyerapan bahan baku dapat berjalan normal. 7. Dengan adanya kelancaran penggunaan mesin dan peralatan produksi dalam perusahaan, maka perkembangan mesin dan peralatan produksi yang ada semakin baik. Helen Deresky (dalam Manahan P. Tampubolon 2014:150) tujuan utama fungsi pemeliharaan adalah : 1. Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana produksi. 2. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak terganggu. 3. Untuk membantu mengurangi penyimpangan yang terjadi di luar batas dan menjaga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan selama waktu yang ditentukan sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan mengenai investasi tersebut. 4. Untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan serendah mungkin,dengan melaksanakan kegiatan maintenance secara efektif dan efisien keseluruhannya. 5. Menghindari kegiatan maintenance bahayakan keselamatan para pekerja. yang dapat mem- 6. Mengadakan suatu kerja sama yang erat dengan fungsifungsi utama lainnya dari suatu perusahaan dalam rangka untuk mencapai tujuan utama perusahaan,yaitu tingkat keuntungan atau return of invesment yang sebaik mungkin dan total biaya yang rendah. Kegiatan-kegiatan dalam pemeliharaan : Peranan pemeliharaan tidak hanya untuk menjaga perusahaan tetap dapat bekerja secara optimal, sehingga pesanan dari pelanggan dapat terpenuhi sesuai dengan jadwal, tetapi juga untuk menjaga agar perusahaan dapat bekerja secara efisien dengan menekan atau mengurangi kemacetan-kemacetan menjadi sekecil mungkin. Kegiatan pemeliharaan dalam sautu perusahaan menurut Manahan P. Tampubolon (2004:255) meliputi berbagai kegiatan sebagai berikut: 1. Inspeksi (Inspection) Kegiatan inspeksi meliputi kegiatan pengecekan atau pemeriksaan secara berkala dimana maksud kegiatan inspeksi ini adalah untuk mengetahui apakah perusahaan selalu mempunyai peralatan atau fasilitan produksi yang baik untuk menjamin kelancaran proses produksi. Sehingga jika seandainya terjadi kerusakan, maka dapat segera diadakan perbaikan-perbaikan yang diperlukan sesuai dengan laporan hasil inspeksi, dan berusaha untuk mencegah sebab-sebab timbulnya kerusakan dengan melihat sebab-sebab kerusakan yang di peroleh dari hasil inspeksi. Oleh karena itu, hasil laporan inspeksi haruslah memuat keadaan peralatan yang di inspeksi, sebab-sebab terjadinya kerusakan bila ada, usaha-usaha penyesuaian atau perbaikan kecil yang telah dilakukan dan saran-saran atau usul-usul perbaikan atau penggantian yang diperlukan. 2. Kegiatan Teknik (Engineering) Kegiatan teknik meliputi kegiatan percobaan atas peralatan yang baru dibeli, dan kegiatan-kegiatan pengembangan peralatan atau kompnen peralatan yang perlu diganti, serta melakukan penelitian-penelitian pengembangan tersebut. Dalam terhadap kegiatan kemungkinan inilah dilihat kemampuan untuk mengadakan perubahan-perubahan dan perbaika- perbaikan bagi perluasan dan kemajuan dari fasilitas atau peralatan perusahaan. Oleh karena itu kegiatan teknik ini sangan diperlukan terutama apabila dalam perbaikan mesinyang rusak tidak didapatkan atau diperoleh komponen yang sama dengan yang dibutuhkan. 3. Kegiatan Produksi (Production) Kegiatan produksi ini merupakan kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya, yaitu memperbaiki dan meresparasi mesin-mesin dan peralatan. Secara fisik, melaksanakan pekerjaan yang disarankan atau yang diusulkan dalam kegiatan inspeksi dan teknik, melaksanakan kegiatan service dan perminyakan (lubrication). Kegiatan produksi ini dimaksudkan agar kegiatan perusahaan dapat berjalan lancar sesuai dengan rencana, dan utnuk itu diperlukan usaha-usaha perbaikan segera jika kerusakan pada peralatan. 4. Kegiatan Administrasi (Clerical Work) Pekerjaan administrasi ini merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan-pencatatan mengenai biayabiaya yang terjadi dalam melakukan perkerjaan-pekerjaan pemeliharaan dan biaya-biaya yang berhubungan dengan kegiatan pemeliharaan, komponen (sparepart) yang dibutuhkan, laporan kemajuan (progress report) tentang apa yang telah dikerjakan, waktu dilakukannya inspeksi dan perbaikan, serta lamanya perbaikannya tersebut, dan komponen (sparepart) yang tersedia di bagian pemeliharaan. Jadi dalam pencatatan ini termasuk penyusunan planing dan scheduling, yaitu rencana kapan suatu mesin harus di cek atau di periksa, di minyaki atau di service dan di reparasi. 5. Pemeliharaan Bangunan (Housekeeping) Kegiatan pemeliharaan bangunan merupakan kegiatan untuk menjaga agar bangunan gedung tetap terpelihara dan terjamin kebersihannya. Klasifikasi Pemeliharaan : Menurut Jay Heizer dan Barry Render, (2015:757) dalam bukunya “Operations Management” terdapat dua tipe pemeliharaan yaitu Preventive Maintenance dan Corrective Maintenance. Preventive Maintenance Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2015:757) menyatakan a plan that involves routine inspections, servicing, and keeping facilities in good repair to prevent failure. Secara umum, kegiatan pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) merupakan kegiatan yang rutin dalam menjaga fasilitas atau peralatan perusahaan sehingga tidak terjadi kerusakan pada saat proses produksi. Sehingga fasilitas yang mendapatkan pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) akan terjamin kelancaran kerjanya karena selalu diusahakan dalam kondisi atau keadaan yang siap dipergunakan untuk setiap operasi atau proses produksi pada setiap saat. Corrective Maintenance Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2001:704) menyatakan remedial maintenance that occurs when equipment fails and must be repaired on an emergency or pryority basis. Secara umum pemeliharaan korektif (corrective maintenance) merupakan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan apabila peralatan atau fasilitas produksi mengalami kerusakan atau hasil produksi mengalami kerusakan atau hasil produk tidak sesuai dengan rencana. Secara sepintas dapat dilihat bahwa kegiatan corrective maintenance jauh lebih murah biayanya dibandingkan dengan mengadakan preventive maintenance. Hal itu karena pemeliharaan korektif (corrective maintenance) dilakukan apabila terjadi kerusakan pada fasilitas ataupun alat produksi. Tetapi sekali kerusakan terjadinya pada fasilitas atau peralatan selama proses produksi berlangsung, maka akibat dari kebijaksanaan corrective maintenance saja akan jauh lebih besar dari pada preventive maintenance. Sehingga dalam hal ini perusahaan perlu mempertimbangkan tentang kebijakan yang dilakukan perawatan fasilitas atau peralatan sehingga efisiensi dalam perawatan dapat terpenuhi. Efiseiensi Efisiensi dapat dikatakan sebagai proses menghasilkan sesuatu dari sedikitnya pemakaian input atau sumberdaya tetapi menghasilkan keluaran optimal. Efisiensi bisa diartikan penghematan sumberdaya yang digunakan untuk input tetapi dengan hasil yang sama. Berikut adalah pengertian efisiensi menurut para ahli : Menurut Steven P. Robbins and Mary C. (2012:36) : “efficiency refers to getting the most output from the last amount of inputs”. Artinya : efisiensi mengacu pada mendapatkan keluaran yang paling optimal dari sedikitnya jumlah input. Sedangkan menurut Gareth R. Jones and Jennifer George M. (2010:6) :“A measure of how well or how productively resources are used to achieve a goal”. Artinya : ukuran dari seberapa baik atau seberapa produktif sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan. Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli tersebut penulis menyimpulkan efisiensi adalah kemampuan suatu unit dalam mengelola sumberdaya menjadi input dengan keluaran yang diinginkan dengan jumlah input yang lebih sedikit guna mencapai tujuan. Jenis-jenis efisiensi : Efisiensi yang dilakukan perusahaan menurut Mary Perry (dalam Aam Slamet Rusydiana dan tim smart consulting 2013:15) ternyata terdiri dari tiga jenis yaitu technical efficiency, allocative efficiency, dan economic efficiency. Berikut adalah penjelasan dari ketiga jenis efisiensi tersebut : 1. Technical efficiency Technical efficiency adalah efisiensi yang merefleksikan kemampuan perusahaan untuk mencapai level output yang optimal dengan menggunakan tingkat input tertentu. Efisiensi ini mengukur proses produksi dalam menghasilkan sejumlah output tertentu dengan menggunakan input seminimal mungkin. Dengan kata lain, suatu proses produksi dikatakan efisien secara teknis apabila output dari suatu barang tidak dapat lagi ditingkatkan tanpa mengurangi output dari barang lain. 2. Allocative efficiency Allocative efficiency adalah efisiensi yang merefleksikan kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan penggunaan inputnya dengan struktur harga dan tekhnologinya. Terminologi efisiensi Pareto sering disamakan dengan efisiensi alokatif. Efisiensi Pareto mengatakan bahwa input produksi digunakan secara efisien apabila input tersebut tidak mungkin lagi digunakan untuk meningkatkan suatu usaha tanpa menyebabkan setidak- tidaknya keadaan suatu usaha yang lain menjadi lebih buruk. Dengan kata lain, apabila input dialokasikan untuk memproduksi output yang tidak dapat digunakan atau tidak diinginkan konsumen, hal ini berarti input tersebut tidak digunakan secara efisien. 3. Economic efficiency Economic efficiency yaitu kombinasi antara efisiensi teknikal dan efisiensi alokatif. Untuk tingkat output tertentu, suatu perusahaan produksinya dikatakan efisien secara ekonomi jika perusahaan tersebut menggunakan biaya dimana biaya per unit dari output adalah yang paling minimal. Dengan kata lain, untuk tingkat output tertentu, suatu proses produksi dikatakan efisien secara ekonomi jika tidak ada proses lainnya yang dapat digunakan untuk memproduksi tingkat output tersebut pada biaya per unit yang paling kecil. Hubungan Pemeliharaan dengan efisiensi Hubungan efisiensi dengan pemeliharaan adalah dengan melakukan kegiatan pemeliharaan terhadap fasilitas pabrik dapat mengurangi kemacetan dan kendala sekecil mungkin sehingga sistem dapat bekerja secara efisien. Hal tersebut dengan pernyataan Koesmawan A. Sobandi dan Sobarsa Kosasih dalam penelitian Irawan Harnadi Bangun (2014) yang berjudul Perencanaan Pemeliharaan Mesin produksi dengan menggunakan Metode Reliability Centred Maintenance (RCM) II pada mesin Blowing OM, yang menyatakan bahwa “ perawatan diartikan sebagai suatu kegiatan pemeliharaan fasilitas pabrik serta mengadakan perbaikan, penyesuaian atau penggantian sehingga apabila perawatan dilakukan dengan menyeluruh dan teratur maka akan berguna untuk menjamin kontinuitas proses produksi dan umur dari fasilitas produksi itu sehingga diperlukan suatu keadaan operasi produksi sesuai dengan yang direncanakan. Hal ini dapat dicapai dengan cara mengurangi kemacetan atau kendala sekecil mungkin, sehingga sistem dapat bekerja secara efisien”. Berdasarkan pernyataan tersebut hubungan pemeliharaan dengan efisiensi adalah jika pemeliharaan dilakukan dengan dengan benar maka dapat dapat mengurangi kemacetan dan kendala dalam proses produksi sehingga menciptakan efisiensi biaya pemeliharaan dan keadaan operasi produksi sesuai dengan yang direncanakan. 6. Kerangka Pemikiran Perusahaan yang menjalankan kegiatan dengan menggunakan peralatan atau mesin pasti akan melakukan sebuah kegiatan perawatan dan pemeliharaan terhadap peralatan, kendaraan, dan mesin-mesin yang dimilikinya. Kegiatan pemeliharaan harus dilakukan dan wajib karena sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup sebuah perusahaan terutama seperti industri makanan yang membuat produknya menggunakan sebuah mesin. Apabila pemeliharaan tidak dilakukan maka akan terjadi sebuah kerusakan pada pada mesin yang dapat menimbulkan kerugian pada perusahaan yang dimana mesin tersebut harus berhenti berproduksi karena adanya bagian-bagian yang tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya, dengan adanya kerusakaan pada mesin yang ditimbulkan akibat tidak adanya pemeliharaan perusahaan pun harus memperbaiki mesin tersebut agar dapat berkerja seperti sebelumnya yaitu tidak rusak. Ini sangatlah fatal bagi perusahaan yang sangat bergantung pada sebuah mesin, karena akan timbul biaya biaya yang tidak diinginkan seperti melakukan pembelian mesin baru atau pengganti, adanya kemungkinan turun mesin, berhentinya kegiatan produksi, kerugian biaya akibat tidak terpenuhinya keinginan konsumen, kerugian biaya yang lebih besar dibandingkan dengan melakukan pemeliharaan, terjadinya keterlambatan dan antrian dalam kegiatan produksi. Hal-hal tersebut adalah yang akan terjadi apabila sebuah perusahaan tidak melakukan sebuah kegiatan pemeliharaan (maintenance). Setiap kegiatan perawatan yang dilakukan terhadap mesin dan peralatan pasti menimbulkan biaya, seperti biaya penggantian suku cadang dan gaji untuk karyawan bagian pemeliharaan. Biaya tersebut dikeluarkan sangat sebanding dengan jalannya kelangsungan hidup mesin agar dapat berjalan dengan baik dan lancer sehingga dapat memperpanjang umur sebuah mesin dan memaksimalkan kerja mesin. Karena perusahaan menggunakan mesin tersebut maka akan adanya kerusakan dari bagian-bagian spare part maupun bagian mesin itu sendiri. Ini adalah biaya yang harus dihitung agar tidak merugikan perusahaan dengan biaya yang sangat besar. Pemeliharaan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu pemeliharaan Preventif dan Correctif, yaitu pemeliharaan preventif adalah dengan dilakukannya pemeliharaan terhadap mesin secara berkala untuk mencegah kerusakan sedangkan pemeliharaan correctif adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan ketika sesudah adanya kerusakan atau disebut dengan memperbaiki mesin ketika terjadi kerusakan. Kedua pemeliharaan tersebut memiliki perbedaan dalam menghitung jumlah biaya yanhg harus dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang melakukan pemeliharaan. Biaya pemeliharaan dapat diefisiensikan dengan membandingkan biaya pemeliharaan preventif dan biaya pemeliharaan korektif maka dapat dipilih kebijakan pemeliharaan yang membutuhkan biaya pemeliharaan yang paling rendah sehingga menciptakan efisiensi biaya pemeliharaan yang dikeluarkan. Sesuai dengan pernyataan Jay Heizer and Barry Render yang dialih bahasakan oleh Chriswan Sungkono (2010:366) dengan membandingkan biaya pemeliharaan preventif dan pemeliharaan kerusakan maka dapat dipilih kebijakan pemeliharaan yang paling rendah. Jadi tujuan diadakannya kegiatan pemeliharaan adalah untuk menjaga agar mesin dan peralatan berjalan efektif dan efisien. Sehingga dapat mengurangi kerusakan dan kemacetan yang akan terjadi serta dapat dilakukan analisis perbandingan biaya antara pemeliharaan preventif dengan pemeliharaan korektif. Diantara kedua pemeliharaan tersebut mana yang lebih baik untuk dijalankan dan dapat menghasilkan biaya yang paling ekonomis sehingga perusahaan dapat mengefisienkan atau meminimumkan biaya pemeliharaan yang telah dikeluarkan. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Pemeliharaan 1. Preventive Maintenance Efisiensi Biaya Pemeliharaan 2. Corrective Maintenance 7. Hipotesis Dari permasalahan diatas maka dapat di rumuskan hipotesis sebagai berikut : H0 : Tidak adanya pengaruh pelaksanaan maintenance yang baik terhadap efisiensi biaya perusahaan. H1 : Adanya pengaruh pelaksanaan maintenance yang baik terhadap efisiensi biaya perusahaan. 8. Definisi Operasional, Variabel dan Pengukuran No 1 Definisi Operasional dan Variabel : Variabel Definisi Operasional Indikator Maintenance Tindakan yang dilakukan - Pemeliharaan (Independent untuk menjaga atau yang direncanakan Variable) memperbaiki suatu alat atau mesin sampai suatu kondisi yang dapat - Pemeliharaan diterima. yang tidak direncanakan 2 Efisiensi Biaya Penghematan (Dependent untuk mencapai tujuan - Kuantitas Variable) yang telah ditetapkan ekonomi - Biaya - Kualitas Pengukuran Skala Pengukuran No 1 Variabel Nominal Maintenance Kerusakan Ordinal Interval Rasio Keahlian Lama Biaya yang (Skill) mesin dikeluarkan Mesin tidak rusak 2 Efisiensi Biaya Kebijakan Besar Perbandingan Biaya Anggaran keputusan Biaya dana yang anggaran digunakan dengan tahun lalu 9. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini menliputi: 1. Penelitian Lapangan (Field Research) Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung ke tempat penelitian yaitu PT JAYA ETIKA BETON guna memperoleh data primer dan data sekunder yang dibutuhkan. a. Wawancara (Interview) Adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara peneliti dan nara sumber. Dengan cara ini diharapkan dapat memperoleh data atau informasi tentang kegiatan perusahaan, mesin, jumlah jam kerja, kegiatan pemeliharaan yang dilakukan, biaya, kerusakan pada mesin dan dapat diketahui masalah yang dihadapi. b. Historis (Longitudinal) Adalah suatu usaha untuk memberikan interprestasi dari bagian trend yang naik turun dari suatu keadaan di masa yang lampau yang membandingkan berguna dengan untuk memahami keadaan sekarang kenyataan, dan dapat meramalkan keadaan yang akan datang. c. Dokumentasi Adalah teknik mengabadikan gmabar yang digunakan untuk mengetahui gambaran umum perusahaan, aktivitas dan struktur organisasinya. 2. Studi Keperpustakaan (Library Research) Yaitu penelitian untuk memperoleh data sekunder dilakukan, dengan cara mengambil dari catatan, literatur – literatur, internet, jurnal, sumber data dalam bentuk laporan yang ada di PT JAYA ETIKA BETON dan hasil penelitian pihak lain yang akan digunakan untuk melandasi analisis pembahasan dan sebagai perbandingan dalam mengadakan penelitian yang berhubungan dengan topik yang dibahas, serta dokumen perusahaan. 10. Populasi, Sampling dan Sampel Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi adalah semua unit-unit mesin dan peralatan yang digunakan oleh PT. JAYA ETIKA BETON Sampling Sampling ialah cara mengumpulkan data untuk menyeleksi dan mengambil beberapa subjek atau objek dari populasi yang telah di tentukan. Dalam penelitian ini teknik sampling yang di gunakan adalah random sampling Sampel penelitian Sampel adalah bagian dari populasi untuk dijadikan sebagai contoh untuk mewakili populasi yang ada. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan yakni mesin-mesin produksi PT. JAYA ETIKA BETON. 11. Metode Analisis Data Analisis data yang digunakan penulis adalah metode analisa deskriptif komperatif yaitu dengan cara mengumpulkan data kemudian ditabulasikan selanjutnya diuaraikan secara sistematis. Teknik analisis data yang digunakan untuk melakukan analisis: Penulis menggunakan rumus analisis biaya pemeliharaan perbaikan untuk menghitung biaya-biaya dari preventive maintenance. Disamping itu pula dihitung biaya-biaya corrective maintenance, kemudian dianalisis masing-masing biaya antara preventive maintenance dengan corrective maintenance dengan rumus sebagai berikut : 1. Analisis Biaya pemeliharaan perbaikan a. Berapa biaya pelaksanaan untuk pemeliharaan preventif dan korektif b. Mencari distribusi probabilitas kerusakan yang terjadi selama periode tertentu misal satu bulan atau satu tahun dengan rumus : Jumlah kerusakan mesin selama 1 periode (tahun) Jumlah mesin c. Menggunakan rata-rata umur mesin d. Preventive Maintenance, merupakan pemeliharaan yang dilakukan sebelum terjadi kerusakan, dengan langkah-langkah sebagai berikut : Keterangan : Bn : jumlah kerusakan yang diperkirakan dalam periode tertentu (tahun) N : jumlah mesin Pn : probabilitas kerusakan pada bulan ke-n n : periode pemeliharaan i : 1,2,3......n tahun e. Corrective Maintenance merupakan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadi kerusakan. Untuk mengetahui biaya corrective maintenance dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Keterangan : TCr : Total biaya pemeliharaan perbaika N : Jumlah mesin Cr : Biaya perbaikan suatu kerusakan : Periode x probabilitasnya f. Tahap terakhir memasukkan semua hasil perhitungan ke dalam tabel Setelah menghitung biaya pemeliharaanya kemudian kita tabulasi ke dalam tabel selanjutnya kita uraikan secara sistematis. 12. Pengujian Hipotesis Uji hipotesisi yang dilakukan dengan menggunakan metode uji signifikansi simultan (uji F), dan uji parsial (uji T) a. Uji signifikansi simultan (uji F) Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh terhaadap variabel dependen secara bersama -sama. Hipotesis yang dajukan H0 : b1 = b2 = 0, artinya secara bersama – sama tidak terdapat pengaruh pelaksanaan maintenance yang baik terhadap efisiensi biaya perusahaan. H1 : b1 ≠ b2 ≠ 0, artinya secara bersama – sama terdapat pengaruh pelaksanaan maintenance yang baik terhadap efisiensi biaya perusahaan. Kriteria pengambilan keputusan dilakukan dengaan memmbandingkan H1 di dukung jika FHitung > FTebel. Jika yang terjadi demikian maka hipotesis dapat diterima. b. Uji T Uji T dilakukan untuk mengetahui apakah antara variabel dependen terhadap variabel independen berpengaruh segnifikan secara terpisah. Keputusan untuk menerima ataupun menolak hipotesis dengan membandingkan nilai Thitung dengan TTabel. Apabila Thitung > TTabel, maka hipotesis diterima artinya veriabel independen tersebut berpengaruh positif terpisah dengan variabel dependen. DAFTAR PUSTAKA Aam Slamet Rusydiana dan tim smart consulting. 2013, Data Envelopment Analysis, Smart Publising, Jakarta. Agus Sulistiawan. 2014. Preventive Maintenance Pada Mesin Fiter Air Dengan Menggunakan Metode Age Replacement Sebagai Pengoptimalan Biaya Down Time. Jurnal Teknik Mesin 3(2): 1-10. Antonius Lukmandani, Hadi Santosa, dan Anastasia Lidya Maukar. 2011. Penjadwalan Perawatan. Jurnal Teknik Industri 10(1): 103-116. Eddy Herjanto. 2011. Manajemen Operasi, Edisi 3 Revisi, cetakan ketujuh, Grasindo, Jakarta. Heizer, Jay and Render, Barry, 2010, Manajemen Operasi, buku 2, edisi 9 Salemba Empat, Pearson Edition. Irawan Hamadi Bangun, Arif Rahman, dan Zefry Darmawan. 2014. Perencanaan Pemeliharaan Mesin Produksi Dengan Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM) II Pada Mesin Blowing OM. Jurnal Universitas Brawijaya 2(5): 997-1008. Ivan Soesetyo, Liem Yenny, dan Bendatu. 2014. Penjadwalan Predictive Maintenance dan Biaya Perawatan Mesin Pellet. Jurnal Titra 2(2): 147- 154. Koesmawan A. Sobandi dan Sobarsih Kosasih 2014. Manajemen Operasi Bagian Kedua, Mitra Wacana Media, Jakarta. Malayu S. P. Hasibuan. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia, edisi revisi, Bumi Aksara, Jakarta. Manahan P. Tampubolon. 2014. Manajemen Operasi dan Rantai Pemasok, edisi pertama, Mitra Wacana Media, Jakarta. M. Sayuti Muhammad dan Muhammad Sidiq Rifai’i. 2013. Evaluasi Manajemen Perawatan Mesin Dengan Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance. Jurnal Mesin Industri 2(1): 9-13. Schroeder, Roger G., Gold Stein, Susan Meyer, and Rungthusanatham, M. Johnny, 2011, Operations Management Contemporary Concepts And Case, Fifth edition,Mc Graw Hill International Edition. Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Bisnis, Alfa Beta.CV, Bandung. T. Hani Handoko. 2012, Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi, edisi 1, BPFE Yogyakarta.