Uploaded by User11126

PENGARUH PELAKSANAAN MAINTENANCE UNTUK EFISIENSI BIAYA OPERASIONAL PERUSAHAAN

advertisement
“ PENGARUH PELAKSANAAN MAINTENANCE UNTUK EFISIENSI
BIAYA OPERASIONAL PERUSAHAAN “
(Studi pada PT. JAYA ETIKA BETON)
Oleh :
Try Wahyu Widodo
201610160311369
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
1. Latar Belakang Masalah
Dalam melancaran suatu proses produksi, perusahaan perlu
melakukan penyesuaian terhadap perkembangan teknologi untuk
mendukung kinerja perusahaan. Hal tersebut dapat diupayakan agar
perusahaan tidak mengalami masalah yang diakibatkan oleh berhentinya
suatu proses produksi. Suatu proses produksi bergantung kepada
teknologi yang digunakan untuk menghasilkan suatu output atau hasil.
Teknologi yang digunakan pada perusahaan manufaktur yaitu mesin
yang
dapat
mempermudah
dalam
proses
produksi.
Sehingga
perusahaan dapat memanfaatkan waktu, biaya, dan tenaga kerja secara
optimal.
Perusahaan yang menggunakan teknologi mesin harus dapat
menjaga kondisi mesin-mesin itu sendiri, seperti menjaga kebersihan,
kestabilan,
dan
keefektifannya,
sehingga
perusahaan
dapat
menghasilkan produk yang berkualitas, menunjang proses produksi,
kelancaran dalam proses produksi, sehingga memperoleh keuntungan
yang maksimal. Oleh karena itu, mesin-mesin harus dirawat dan
dipelihara dengan baik agar dapat meminimalkan resiko terjadinya
kerusakan pada mesin yang dipakai. Gejala tersebut menyebabkan
perusahaan mempunyai keinginan untuk menjaga agar mesin tersebut
tetap berfungsi dengan baik, salah satunya dengan melakukan
pemeliharaan. Permasalahan mengenai pemeliharaan seringkali terjadi
didalam sebuah perusahaan yang melibatkan banyak mesin dan
peralatan, misalnya terjadi kerusakan kecil sampai kerusakan fatal, yang
menyebabkan mesin mengalami kerusakaan atau konsleting pada
bagian-bagian tertentu, sehingga akan mengganggu rencana produksi
yang telah direncanakan.
Kerusakaan yang terjadi pada mesin tentu sangat berpengaruh pada
proses produksi, sehingga kapasitas produk, biaya tenaga kerja, biaya
produksi meningkat. Oleh sebab itu maka pemeliharan (maintenance)
pada mesin-mesin harus dilakukan secara rutin dan teratur agar dapat
memaksimalkan kinerja dan usia mesin tersebut, selain itu juga dapat
melancarkan proses produksi agar tetap terjamin kontinuitasnya. Jika
perusahaan dapat menjaga kondisi mesin-mesin yang digunakan pada
kegiatan proses produksinya, maka proses produksi dapat terus
berlangsung tanpa kendala.
Setiap perusahaan pasti akan melakukan hal yang satu ini yaitu
mengefisienkan biaya yang dimaksudkan untuk adanya suatu cara agar
biaya dapat diminimalisir sekecil mungkin tidak membengkak dan
merugikan perusahaan karena tidak adanya perencanaan dan strategi
yang matang untuk melakukan kegiatan produksi. Maka oleh sebab itu
efisiensi biaya sangatlah berpengaruh pada sebuah kelangsungan hidup
sebuah perusahaan, yang dilakukan dengan sebuah perhitungan yang
matang dalam suatu kegiatan atau produksi dengan menghitung dari
segala aspek maupun faktor dari sebuah produksi tersebut agar terdapat
sebuah hitungan yang sangat jelas dan pasti agar perusahaan dapat
melakukan kegiatan produksinya tidak terdapat kekeliruan ataupun
menjadi sebuah kesalahan. Dengan adanya efesiensi biaya perusahaan
dapat mengalihkan biaya yang tadinya akan dipakai untuk produksi bisa
dialihkan ke departemen lain agar lebih membantu maupun menutup
kerugian yang terdapat didepartemen lain.
Adanya sebuah hubungan yang sangat berpengaruh antara
maintenance mesin disebuah perusahaan dengan efisiensi biaya. Hal itu
berhubungan positif karena dengan melakukan efisiensi biaya pada
maintenance perusahaan dapat berhemat dan memotong biaya dari
yang seharusnya dikeluarkan. Ini dikarenakan adanya perhitungan pada
kegiatan maintenance yang dilakukan dengan bertujuan memaksimalkan
kerja mesin dengan biaya yang sekecil – kecilnya. Itu bisa terjadi dengan
melakukan perhitungan yang tepat didalam maintenance dengan
memperhitungkan perbaikan mesin, jam kerja mesin, umur mesin, biaya
mesin, perawatan berkala mesin, jumlah mesin, dan lain – lain. Sehingga
ketentuan standar mesin dapat berjalan terus sesuai dengan kinerja
mesin tidak berkurang dengan dilakukannya maintenance agar dapat
memaksimalkan kerja serta menghemat biaya perusahaan dari
kerusakaan yang tidak perlu ataupun dapat mempersiapkan dari
kerusakaan yang tiba – tiba terjadi.
PT JAYA ETIKA BETON merupakan perusahaan dimana mesin dan
peralatan merupakan alat produksi yang mempunyai peranan yang
sangat penting dalam produktivitas di dalam suatu organisasi atau
perusahaan, dimana produktivitas yang ada dalam perusahaan ini
sangat bergantung pada mesin. Mesin pengaduk atau pencampur bahan
merupakan yang sangat penting yang gunakan oleh PT. JAYA ETIKA
BETON untuk operasional nya sehari-hari untuk memproduksi beton.
Beton merupakann produk utama yang dihasilkan oleh PT. JAYA ETIKA
BETON disamping melakukan sebuah kontruksi pada bangunanbangunan. Perusahaan ini bergerak dibidang konturksi dan beton jadi
yang khususnya untuk beton irigasi atau pengairan. Dimana produksi
yang dilakukakan oleh perusahaan ini setiap hari berjalan, maka
perusahaan PT. JAYA ETIKA BETON perlu menjaga mesin produksinya
dengan baik dan benar. Dengan demikian dapat terjaga kelanjutan
operasional dan produktivitas tetap optimal dan tidak boros biaya.
Pemeliharaan merupakan kegiatan memelihara atau menjaga
fasilitas peralatan perusahaan, mengadakan perbaikan, penyesuaian /
mengganti yang diperlukan agar kegiatan proses produksi dapat
berlangsung sesuai dengan apa yang direncanakan. Dalam pelaksanaan
perlu dihindarkan maintenance yang tidak teratur, dimana pentingnya
maintenance baru dirasakan setelah peralatan yang digunakan macet /
rusak. Bila hal ini sempat terjadi maka akan berdampak langsung dengan
tingkat operasional produksi yang dicapai.
Pemeliharaan atau perawatan mesin dan peralatan yang dilakukan
sangat diperlukan sekali oleh perusahaan ini dalam melaksanakan
aktivitas proses produksinya setiap hari agar dapat berjalan dengan
lancar dan tanpa hambatan. Pemeliharaan atau perawatan mesin dan
peralatan merupakan salah satu fungsi yang sangat penting dalam
menjamin kelancaran pelaksanaan aktivitas proses produksi.
Ada 2 kategori dalam pemeliharaan (maintenance) mesin yang
digunakan oleh perusahaan, diantaranya pemeliharaan secara berkala
(preventive) dan pemeliharaan bila ada kerusakan saja (corrective).
Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan pemeliharaan (maintenance)
mesin pada sebuah perusahaan biasanya dihitung berdasarkan total
cost terkecil. Namun perusahaan menganggap bahwa biaya untuk
pemeliharaan (maintenance) tersebut hanya akan menambah biaya
produksinya saja, sehingga membuat perusahaan tidak ingin terlalu
mengutamakan pemeliharaan (maintenance) pada mesin-mesinnya,
maka efek yang akan muncul dalam jangka panjang, adalah kesulitan
dalam proses produksinya karena mesin-mesin tidak dipelihara
(maintenance) secara rutin dan teratur. Maka hal itu akan berpengaruh
buruk terhadap perkembangan perusahaan diantaranya yaitu mesin
mengalami kerusakan pada bagian tertentu, bahkan mesin tidak dapat
digunakan dan tidak dapat beroperasi sama sekali, sehingga pada
akhirnya perusahaan harus mengeluarkan biaya yang jauh lebih besar
untuk memperbaiki mesin yang rusak. Bahkan perusahaan harus siap
mengganti atau membeli mesin yang baru. Pemeliharaan (maintenance)
yang dilaksanakan dengan baik pada mesin-mesin nantinya akan
berdampak positif terhadap pencapaian target jumlah produksi. Oleh
karena itu perusahaan harus mampu melakukan pemeliharaan
(maintenance)
terhadap
mesinmesinnya
dengan
tepat,
seperti
melakukan pengecekan, perbaikan dan pergantian atas kerusakan–
kerusakan pada bagian spareparts yang terdapat pada mesin, agar
perusahaan tersebut dapat mengefisienkan biaya perawatan yang harus
dikeluarkan.
PT. JAYA ETIKA BETON berusaha agar mesin-mesin produksinya
tetap beroperasi normal, meminimalkan jumlah gangguan listrik yang
dapat mengurangi pendapatan dari gangguan listrik yang di akibatkan
padamnya arus listrik serta berusaha menghindari kerusakan mesin
yang parah. Adapun kegiatan yang dilakukan atau yang dilaksanakan
oleh pihak perusahaan PT JAYA ETIKA BETON adalah preventive
maintanance,
dimana
pemeliharaan
dilakukan
sebelum
terjadi
kerusakan. Pelaksanaan dan tanggung jawab atas kerusakan peralatan
tesebut
ditangani
oleh
departemen
pemeliharaan
yang
ada
diperusahaan tersebut. Namun demikian dalam operasionalnya bagian
pemeliharaan harus memperhatikan dan melaksanakan syarat-syarat
tertentu agar pekerjaan pemeliharaan dapat diselesaikan dengan efisien.
Pemeliharaan yang baik tentu akan menghasilkan kerja mesin dan
peralatan akan baik pula, kegiatan pemeliharaan yang kurang baik akan
menghasilkan kerja mesin dan peralatan yang kurang baik pula. Dengan
melakukan kegiatan pemeliharaan yang baik akan menghasilkan mesin
– mesin dan peralatan yang dapat dipakai dalam jangka waktu yang
relatif lama, dan kegiatan atau proses produksi berjalan tanpa hambatan
karena mesin dan peralatan jarang rusak. Juga dengan pemeliharaan
yang baik akan memperkecil kerusakan besar serta biaya pemeliharaan
yang tinggi akan dapat ditekan sekecil mungkin disebabkan terhindarnya
kerusakan besar atau kerusakan total.
Sedangkan pemeliharaan yang kurang baik tentu akan menghasilkan
kerja mesin dan peralatan yang tidak baik. Kerja mesin dan peralatan
yang tidak baik seperti; mesin atau peralatan akan cepat rusak, sehingga
tingkat kegunaannya akan cepat pula menurun. Dengan tidak
berjalannya mesin dan peralatan produksi secara efektif karena
seringnya terjadi kerusakan akibat pemeliharaan mesin dan peralatan
yang kurang baik menyebabkan semakin tingginya biaya yang
dikeluarkan.
Untuk mengetahui frekuensi besarnya anggaran biaya dan realisasi
biaya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1.1 Anggaran Dan Realisasi Biaya Pemeliharaan Mesin
Pada PT. JAYA ETIKA BETON tahun 2015-2017
Tah
Anggaran
Realisasi Biaya
un
Biaya
Pemeliharaan
Pemeliharaan
Presentase selisih
Biaya
Pememliharaan
2015
25.000.000
26.000.000
4%
2016
30.000.000
32.500.000
8,3%
2017
35.000.000
35.502.500
1,4%
Sumber : PT. JAYA ETIKA BETON
Dari tabel 1.1 dapat kita lihat perkembangan dari anggaran biaya
maintenance dari tahun 2015-2017. Pada tahun 2015 anggaran biaya
maintenance sebesar Rp.25.000.000 sedangkan realisasi biayanya
sebesar Rp.26.000.000 dengan persentase selisih anggaran biaya 4%.
Pada tahun 2016 anggaran biaya maintenance Rp.30.000.000
sedangkan
realisasi
biayanya
sebesar
Rp.32.500.000
dengan
persentase selisih anggaran biaya 8,3 %. Pada tahun 2017 anggaran
biaya
maintenance
sebesar
Rp.35.000.000
sedangkan
realisasi
biayanya sebasar Rp.35.502.500 dengan persentase pencapaian
anggaran biaya 1,4%.
Anggaran biaya maintenance nampak dari tabel diatas selalu
meningkat dari tahun 2015 -2017. peningkatan ini terjadi lumayan tajam
dari tahun-ketahun tetapi pencapaian biaya pemeliharan semakin
menurun.
Realisasi biaya pemeliharaan yang selalu meningkat dari anggaran
yang ditetapkan dalam jangka panjang maupun jangka pendek akan
menimbulkan dampak negatif bagi perusahaan. Dalam menjalankan
proses produksi sebaiknya pimpinan dan semua karyawan harus
bekerjasama agar tercapai hasil yang maksimal dan mesin dan peralatan
dapat terjaga dan tahan lama serta realisasi biaya pemeliharaan dapat
diperkecil. Sehingga perusahaan tidak selalu mengalami kenaikan biaya.
Dalam melaksanakan pemeliharaan tergantung dari kebijakan
pimpinan perusahaan. Namun dalam operasinya kegiatan pemeliharan
dilakukan oleh bagian service yang berada dalam perusahaan tersebut
yang dilakukan seefisien mungkin. Hal ini dilakukan agar menjaga
kondisi mesin dan peralatan dalam keadaan yang baik, karena
pemeliharaan yang baik tentu akan menghasilkan kerja mesin yang baik
pula, kegiatan pemeliharan yang kurang baik akan menghasilkan kerja
mesin yang tidak baik pula tentunya.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk menganalisa
masalah yang dihadapi oleh perusahaan PT. JAYA ETIKA BETON yang
dituangkan dalam judul: “Pengaruh Pelaksanaan Maintenance Untuk
Efisiensi Biaya Operasional Perusahaan“(Studi pada PT. JAYA
ETIKA BETON)
2. Perumusan Masalah
1. Bagaimana sistem pelaksanaan maintenance mesin pada PT JAYA
ETIKA BETON ? (Deskriptif)
2. Apakah pelaksanaan maintenance berpengaruh pada efisiensi biaya
operasional pada PT JAYA ETIKA BETON ? (Asosiatif)
3. Apakah ada perbedaan pemeliharaan yang digunakan antara mesin
yang baru dan lama pada PT JAYA ETIKA BETON ? (Comparatif)
3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendiskripsikan sistem pelaksanaan maintenance pada PT
JAYA ETIKA BETON.
2. Untuk menguji pengaruh pelaksanaan maintenance terhadap
efisiensi biaya operasional pada PT JAYA ETIKA BETON.
3. Untuk membandingkan apakah ada perbedaan dalam pemeliharaan
mesin yang baru dengan mesin lama pada PT JAYA ETIKA BETON.
4. Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dalam
membangun ilmu pengetahuan tentang maintenance dan lebih
mengenal konsep dari preventive maintenance dan corrective
maintenance dalam suatu perusahaan terutama di PT JAYA ETIKA
BETON dengan baik dan benar.

Manfaat Praktis
- Bagi Peneliti
1.
Menambah
pengetahuan
akan
pemeliharaan
pada
suatu
perusahaan.
2.
Dapat menerapkan dan mengerti tentang pemeliharaan ketika
bekerja.
- Bagi Perusahaan
1. Dapat meningkatkan kemampuan dalam pemeliharaan pada mesin.
2. Dapat memberikan masukan maupun saran bagi pihak perusahaan
untuk memperbaiki cara terhadap pemeliharaan mesin yang
digunakan agar proses produksi bisa berjalan lancar.
- Bagi Pembaca
Dapat dijadikan referensi penulis lain untuk dapat memahami ilmu
pengetahuan dari Maintenance dalam perusahaan, dan sebagai
bahan referensi untuk penyusunan skripsi dan materi dalam
perkuliahan
5. Kajian Pustaka
Kaijan pustaka ini menguraikan tentang teori-teori dan pengertianpengertian yang mendukung penelitian ini, teori-teori dan pengertian yang
akan dijelaskan dalam kajian pustaka ini yaitu manajemen produksi dan
operasi, ruang lingkup manajemen produksi dan operasi, pengambilan
keputusan dalam manajemen operasional, pengertian Maintenance,
Maintenance Preventive, Maintenance Corrective, Maintenance Overhoul,
perhitungan Maintenance, hubungan antara maintenance dengan proses
produksi. Selanjutnya teori-teori yang akan digunakan menyelesaikan dan
membahas permasalahan yang di hadapi perusahaan.

Manajemen Operasi
Manajemen
operasi
didalamnya
berisi
kegiatan
tentang
bagaimana menciptakan barang dan jasa yang di tawarkan
perusahaan kepada konsumen dan berbagai kegiatan yang dilakukan
untuk menjaga proses produksi dapat berjalan secara efisien dan
efektif. Pengertian manajemen operasi tidak terlepas dari pengertian
manajemen pada umumnya, yaitu mengandung unsur adanya
kegiatan yang dilakukan dengan mengkoordinasikan berbagai
kegiatan dan sumber daya untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Manajemen operasi adalah sebuah fungsi bisnis atau fungsi operasi
yang
berperan
menghasilkan
barang
dan
atau
jasa
atau
kombinasinya melalui proses transformasi dari sumber daya produksi
menjadi keluaran yang diinginkan sehingga dapat memberikan nilai
kepada pelanggan.

Ruang Lingkup Manajemen Operasional
Ruang lingkup manajemen produksi dan operasi menurut K. M
Starr (dalam Manahan P. Tampubolon 2014:7) yaitu mencakup
perancangan atau penyiapan sistem produksi dan operasi, serta
pengoperasian dari sistem produksi dan operasi.
Pembahasan dalam perancangan atau desain dari sistem
produksi dan operasi meliputi:
1. Seleksi dan rancangan atau desain hasil operasi (produk).
Kegiatan produksi dan operasi harus dapat menghasilkan
produk, berupa barang dan jasa, secara efektif dan efisien,
sertadengan mutu atau kualitas yang baik.oleh karena itu setiap
kegiatan produksi dan operasi harus dimulai dari penyeleksian
dan perancangan produk yang akan dihasilkan. Kegiatan ini
harus diawali dengan kegiatan-kegiatan penelitian atau riset,
serta usaha- usaha pengembangan prooduk yang sudah ada.
Dengan hasil riset dan pengembangan produk ini, maka
diseleksi dengan diputuskan produk apa yang akan dihasilkan
dan bagaimana desain dari produk itu, yang menggambarkan
pada spesifikasi dari produk tersebut. Untuk penyeleksian dan
perancangan
produk,
perlu
diterapkan
konsep-konsep
standarisasi, simplikasi dan speliasisasi. Akhirnya dalam
pembahasan ini perlu dikaji hubungan timbal balik yang erat
antara seleksi produk dan rancangan produk dengan kapasitan
produk dan operasi.
2. Seleksi dan perancangan proses dan peralatan.
Setelah produk didesain, maka kegiatan yang harus dilakukan
untuk merealisasikan suaha untuk menghasilkan usahanya
adalah menentukan jenis proses yang akan dipergunakan serta
peralatannya. Dalam hal ini kegiatan harus dimulai dari
penyeleksian dan pemilihan akan jenis proses yang akan
dipergunakan, yang tidak terlepas dari produk yang akan
dihasilkan. Kegiatan selanjutnya adalah menentukan teknologi
dan peralatan yang akan dipilih dalam pelaksanaan kegiatan
produksi tersebut. Penyeleksian dan penentian peralatan dipilih,
tidak hanya mencangkup mesin dan peralatan tetapi juga
mencangkup bangunan dan lingkungan kerja.
3. Pemilian lokasi dan site perusahaan dan unit produksi.
Kelancaran
produksi dan
operasi perusahaan
sangat
dipengaruhi oleh kelancaran mendapatka sumber-sumber
bahan dan masukan (inputs), serta ditentukan pula oleh
kelancaran dan biaya penyampaian atau suplai produk yang
dihasilkan berupa barang jadi dan biaya penyampaian atau
suplai produk yang dihasilkan berupa barang jadi atau jasa ke
pasar. Oleh karena itu untuk menjamin kelancara, maka sangat
penting peranan dari pemilihan lokasi dan site tersebut, perlu
diperhatikan faktor jarak, kelancaran dan biaya pengankutan dari
sumber-sumber bahan dan masukan (inputs), serta biaya
pengangkutan dari barang jadi ke pasar.
4. Rancangan tata letak (lay-out) dan arus kerja proses.
Kelancaran dalam proses produksi dan operasi ditentukan
pula oleh salah satu faktor yang terpenting didalam perusahaan
atau unit, yaitu rancangan tata letak (lay-out) dan arus kerja
proses. Rancangan tata letak harus mempertimbangkan
beberapa faktor, kerja optimalisasi dari waktu pergerakan dalam
proses, kemungkinan kerusakan yang terjadi kaerna pergerakan
dalam proses akan meminimalisasikan biaya yang timbul dari
pergerakan dalam proses atau material handling.
5. Rancangan tugas pekerja.
Rancangan tugas pekerjaan merupakan bagian yang intergral
dari rancangan sistem. Dalam melaksanakan fungsi produksi
dari operasi, maka organisasi kerja harus di susun, karena
organisasi kerja sebagai dasar pelaksanaan tugas pekerjaan,
merupakan alat atau wadah kegiatan yang hendaknya dapat
membantu pencapaian tujuan perusahaan atau unit produksi
dan operasi tersebut. Rancangan tugas pekerjaan harus
merupakan salah satu kesatuan dari human enginering, dalam
rangka untuk menghasilkan rancangan kerja yang optimal.
Disamping itu dalam penyusunan rancangan tugas pekerjaan
yang harus pula memerhatikan kelengkapan tugas yang terkait
dengan variabel tugas dalam struktur teknologi, dan mutu atau
kualitas suasana kerja yang ditentukan oleh variable manusia.
6. Strategi produksi dan operasi serta pemilihan kapasitas.
Sebenarnya rancangan sistem produksi dan operasi harus
disusun dengan landasan strategi produksi dan operasi yang
disiapkan terlebih dahulu. Dalam strategi produksi dan operasi
harus terdapat pernyataan tentang maksud dan tujuan dari
produksi dan operasi, serta misi kebijakan-kebijakan dasar atau
kunci untuk lima bidang, yaitu proses, kapasitas, persediaan,
tenaga kerja, dan mutu atau kualitas. Semua hal tersebut
merupakan landasan bagi penyusunan strategi produksi dan
operasi, maka ditentukanlah pemilihan kapasitas yang akan
dijalankan dalam bidang produksi dan operasi.
Ruang lingkup manajemen operasi disini menjelaskan bahwa
sebelum perusahaan ingin menghasilkan produk dengan mutu yang
baik, harus melalui tahapan penelitian dan riset tentang bagaimana
perancangan dan penyeleksian dari produk yang ingin di hasilkan.

Pemeliharaan (Maintenance)
Kata pemeliharaan diambil dari bahasa yunani terein artinya
merawat, menjaga, dan memelihara. Pada perusahaan kategori
menengah
atas
dan
mengenah
ke
bawah,
pemeliharaan
(maintenance) masih kurang diperhatikan, karena kegiatannya
cukup kompleks dan bukan hanya dilakukan sekali waktu saja.
Hasil dari pemeliharaan tidak dapat dirasakan secara langsung
saat melakukan pemeliharaan, namun hasilnya dapat dirasakan
pada masa yang akan datang. Apabila pemeliharaan tidak
dilakukan, maka secara berangsur mesin- mesin dan fasilitas
lainnya itu akan mengalami kerusakan, dan akhirnya akan
berakibat fatal sehingga merugikan perusahaan. Dampak yang
paling dirasakan adalah berkurangnya umur ekonomis serta tingkat
penyusutan yang tinggi.
Kurang diperhatikannya pemeliharaan
diantaranya disebabkan oleh keterbatasan dana yang dibutuhkan,
dan rumitnya tugas pemeliharaan. Namun bagi kegiatan operasi
perusahaan, pemeliharaan sudah menjadi kewajiban dengan
pelaksanaan dan kesadaran untuk melakukan pemeliharaan
terhadap fasilitas-fasilitas produksi.
Maintenance adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk
memelihara, memperbaiki serta menjaga mesin dan peralatannya
agar selalu berada dalam kondisi operasi yang siap pakai, sehingga
kontinuitas proses produksi dapat berjalan sesuai dengan apa yang
direncanakan dan keuntungan yang diharapkan dapat tercapai dan
penggantian yang diperlukan agar terdapat suatu keadaan operasi
produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan.
Fungsi Maintenance :
Menurut Agus Ahyari, (2002:351) fungsi pemeliharaan
adalah agar dapat memperpanjang umur ekonomis dari mesin dan
peralatan produksi yang ada serta mengusahakan agar mesin dan
peralatan produksi tersebut selalu dalam keadaan optimal dan siap
pakai untuk pelaksanaan proses produksi”.
Adapun menurut Agus Ahyari, (2002:349) keuntungankeuntungan yang akan diperoleh dengan adanya pemeliharaan
yang baik terhadap mesin, adalah sebagai berikut:
1. Mesin dan peralatan produksi yang ada dalam perusahaan
yang bersangkutan akan dapat dipergunakan dalam jangka
waktu panjang.
2. Pelaksanaan
proses
produksi
dalam
perusahaan
yang
bersangkutan berjalan dengan lancar.
3. Dapat menghindarkan diri atau dapat menekan sekecil mungkin
terdapatnya kemungkinan kerusakan-kerusakan dari mesin
dan peralatan produksi selama proses produksi berjalan.
4. Peralatan produksi yang digunakan dapat berjalan stabil dan
baik, maka proses dan pengendalian kualitas proses harus
dilaksanakan dengan baik pula.
5. Dapat dihindarkannya kerusakan-kerusakannya total dari mesin
dan peralatan produksi yang digunakan.
6. Apabila mesin dan peralatan produksi berjalan dengan baik,
maka penyerapan bahan baku dapat berjalan normal.
7. Dengan adanya kelancaran penggunaan mesin dan peralatan
produksi dalam perusahaan, maka perkembangan mesin dan
peralatan produksi yang ada semakin baik.
Helen Deresky (dalam Manahan P. Tampubolon 2014:150)
tujuan utama fungsi pemeliharaan adalah :
1. Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai
dengan rencana produksi.
2. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa
yang dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi
yang tidak terganggu.
3. Untuk membantu mengurangi penyimpangan yang terjadi di
luar batas dan menjaga modal yang diinvestasikan dalam
perusahaan selama waktu yang ditentukan sesuai dengan
kebijaksanaan perusahaan mengenai investasi tersebut.
4. Untuk
mencapai
tingkat
biaya
pemeliharaan
serendah
mungkin,dengan melaksanakan kegiatan maintenance secara
efektif dan efisien keseluruhannya.
5. Menghindari
kegiatan
maintenance
bahayakan keselamatan para pekerja.
yang
dapat
mem-
6. Mengadakan suatu kerja sama yang erat dengan fungsifungsi utama lainnya dari suatu perusahaan dalam rangka
untuk mencapai tujuan utama perusahaan,yaitu tingkat
keuntungan atau return of invesment yang sebaik mungkin
dan total biaya yang rendah.
Kegiatan-kegiatan dalam pemeliharaan :
Peranan pemeliharaan tidak hanya untuk menjaga perusahaan
tetap dapat bekerja secara optimal, sehingga pesanan dari
pelanggan dapat terpenuhi sesuai dengan jadwal, tetapi juga untuk
menjaga agar perusahaan dapat bekerja secara efisien dengan
menekan atau mengurangi kemacetan-kemacetan menjadi sekecil
mungkin.
Kegiatan pemeliharaan dalam sautu perusahaan menurut
Manahan P. Tampubolon (2004:255) meliputi berbagai kegiatan
sebagai berikut:
1. Inspeksi (Inspection)
Kegiatan inspeksi meliputi kegiatan pengecekan atau
pemeriksaan secara berkala dimana maksud kegiatan inspeksi
ini adalah untuk mengetahui apakah perusahaan selalu
mempunyai peralatan atau fasilitan produksi yang baik untuk
menjamin
kelancaran
proses
produksi.
Sehingga
jika
seandainya terjadi kerusakan, maka dapat segera diadakan
perbaikan-perbaikan yang diperlukan sesuai dengan laporan
hasil inspeksi, dan berusaha untuk mencegah sebab-sebab
timbulnya kerusakan dengan melihat sebab-sebab kerusakan
yang di peroleh dari hasil inspeksi. Oleh karena itu, hasil laporan
inspeksi haruslah memuat keadaan peralatan yang di inspeksi,
sebab-sebab terjadinya kerusakan bila ada, usaha-usaha
penyesuaian atau perbaikan kecil yang telah dilakukan dan
saran-saran atau usul-usul perbaikan atau penggantian yang
diperlukan.
2. Kegiatan Teknik (Engineering)
Kegiatan teknik meliputi kegiatan percobaan atas peralatan
yang baru dibeli, dan kegiatan-kegiatan
pengembangan
peralatan atau kompnen peralatan yang perlu diganti, serta
melakukan
penelitian-penelitian
pengembangan
tersebut.
Dalam
terhadap
kegiatan
kemungkinan
inilah
dilihat
kemampuan untuk mengadakan perubahan-perubahan dan
perbaika- perbaikan bagi perluasan dan kemajuan dari fasilitas
atau peralatan perusahaan. Oleh karena itu kegiatan teknik ini
sangan diperlukan terutama apabila dalam perbaikan mesinyang rusak tidak didapatkan atau diperoleh komponen yang
sama dengan yang dibutuhkan.
3. Kegiatan Produksi (Production)
Kegiatan produksi ini merupakan kegiatan pemeliharaan yang
sebenarnya, yaitu memperbaiki dan meresparasi mesin-mesin
dan peralatan. Secara fisik, melaksanakan pekerjaan yang
disarankan atau yang diusulkan dalam kegiatan inspeksi dan
teknik, melaksanakan kegiatan service dan perminyakan
(lubrication). Kegiatan produksi ini dimaksudkan agar kegiatan
perusahaan dapat berjalan lancar sesuai dengan rencana, dan
utnuk itu diperlukan usaha-usaha perbaikan segera jika
kerusakan pada peralatan.
4. Kegiatan Administrasi (Clerical Work)
Pekerjaan
administrasi
ini
merupakan
kegiatan
yang
berhubungan dengan pencatatan-pencatatan mengenai biayabiaya yang terjadi dalam melakukan perkerjaan-pekerjaan
pemeliharaan dan biaya-biaya yang berhubungan dengan
kegiatan pemeliharaan, komponen (sparepart) yang dibutuhkan,
laporan kemajuan (progress report) tentang apa yang telah
dikerjakan, waktu dilakukannya inspeksi dan perbaikan, serta
lamanya perbaikannya tersebut, dan komponen (sparepart)
yang tersedia di bagian pemeliharaan. Jadi dalam pencatatan ini
termasuk penyusunan planing dan scheduling, yaitu rencana
kapan suatu mesin harus di cek atau di periksa, di minyaki atau
di service dan di reparasi.
5. Pemeliharaan Bangunan (Housekeeping)
Kegiatan pemeliharaan bangunan merupakan kegiatan untuk
menjaga agar bangunan gedung tetap terpelihara dan terjamin
kebersihannya.
Klasifikasi Pemeliharaan :
Menurut Jay Heizer dan Barry Render, (2015:757) dalam
bukunya “Operations Management” terdapat dua tipe pemeliharaan
yaitu Preventive Maintenance dan Corrective Maintenance.

Preventive Maintenance
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2015:757) menyatakan a
plan that involves routine inspections, servicing, and keeping
facilities in good repair to prevent failure.
Secara umum, kegiatan pemeliharaan pencegahan (preventive
maintenance) merupakan kegiatan yang rutin dalam menjaga
fasilitas atau peralatan perusahaan sehingga tidak terjadi
kerusakan pada saat proses produksi. Sehingga fasilitas yang
mendapatkan pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance)
akan terjamin kelancaran kerjanya karena selalu diusahakan dalam
kondisi atau keadaan yang siap dipergunakan untuk setiap operasi
atau proses produksi pada setiap saat.

Corrective Maintenance
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2001:704) menyatakan
remedial maintenance that occurs when equipment fails and must be
repaired on an emergency or pryority basis.
Secara umum pemeliharaan korektif (corrective maintenance)
merupakan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan apabila peralatan
atau fasilitas produksi mengalami kerusakan atau hasil produksi
mengalami kerusakan atau hasil produk tidak sesuai dengan
rencana.
Secara sepintas dapat dilihat bahwa kegiatan corrective
maintenance jauh lebih murah biayanya dibandingkan dengan
mengadakan preventive maintenance. Hal itu karena pemeliharaan
korektif (corrective maintenance) dilakukan apabila terjadi kerusakan
pada fasilitas ataupun alat produksi. Tetapi sekali kerusakan
terjadinya pada fasilitas atau peralatan selama proses produksi
berlangsung,
maka
akibat
dari
kebijaksanaan
corrective
maintenance saja akan jauh lebih besar dari pada preventive
maintenance.
Sehingga
dalam
hal
ini
perusahaan
perlu
mempertimbangkan tentang kebijakan yang dilakukan perawatan
fasilitas atau peralatan sehingga efisiensi dalam perawatan dapat
terpenuhi.

Efiseiensi
Efisiensi dapat dikatakan sebagai proses menghasilkan
sesuatu dari sedikitnya pemakaian input atau sumberdaya tetapi
menghasilkan
keluaran
optimal.
Efisiensi
bisa
diartikan
penghematan sumberdaya yang digunakan untuk input tetapi
dengan hasil yang sama. Berikut adalah pengertian efisiensi
menurut para ahli :
Menurut Steven P. Robbins and Mary C. (2012:36) : “efficiency
refers to getting the most output from the last amount of
inputs”.
Artinya : efisiensi mengacu pada mendapatkan keluaran yang
paling optimal dari sedikitnya jumlah input.
Sedangkan menurut Gareth R. Jones and Jennifer George M.
(2010:6) :“A measure of how well or how productively
resources are used to achieve a goal”.
Artinya : ukuran dari seberapa baik atau seberapa produktif sumber
daya yang digunakan untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli tersebut
penulis menyimpulkan efisiensi adalah kemampuan suatu unit
dalam mengelola sumberdaya menjadi input dengan keluaran yang
diinginkan dengan jumlah input yang lebih sedikit guna mencapai
tujuan.
Jenis-jenis efisiensi :
Efisiensi yang dilakukan perusahaan menurut Mary Perry
(dalam Aam Slamet Rusydiana dan tim smart consulting 2013:15)
ternyata terdiri dari tiga jenis yaitu technical efficiency, allocative
efficiency, dan economic efficiency. Berikut adalah penjelasan dari
ketiga jenis efisiensi tersebut :
1.
Technical efficiency
Technical efficiency adalah efisiensi yang merefleksikan
kemampuan perusahaan untuk mencapai level output yang
optimal dengan menggunakan tingkat input tertentu. Efisiensi ini
mengukur proses produksi dalam menghasilkan sejumlah output
tertentu dengan menggunakan input seminimal mungkin.
Dengan kata lain, suatu proses produksi dikatakan efisien
secara teknis apabila output dari suatu barang tidak dapat lagi
ditingkatkan tanpa mengurangi output dari barang lain.
2. Allocative efficiency
Allocative efficiency adalah efisiensi yang merefleksikan
kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan penggunaan
inputnya dengan struktur harga dan tekhnologinya. Terminologi
efisiensi Pareto sering disamakan dengan efisiensi alokatif.
Efisiensi Pareto mengatakan bahwa input produksi digunakan
secara efisien apabila input tersebut tidak mungkin lagi
digunakan
untuk
meningkatkan
suatu
usaha
tanpa
menyebabkan setidak- tidaknya keadaan suatu usaha yang lain
menjadi lebih buruk. Dengan kata lain, apabila input dialokasikan
untuk memproduksi output yang tidak dapat digunakan atau
tidak diinginkan konsumen, hal ini berarti input tersebut tidak
digunakan secara efisien.
3. Economic efficiency
Economic efficiency yaitu kombinasi antara efisiensi teknikal
dan efisiensi alokatif. Untuk tingkat output tertentu, suatu
perusahaan produksinya dikatakan efisien secara ekonomi jika
perusahaan tersebut menggunakan biaya dimana biaya per unit
dari output adalah yang paling minimal. Dengan kata lain, untuk
tingkat output tertentu, suatu proses produksi dikatakan efisien
secara ekonomi jika tidak ada proses lainnya yang dapat
digunakan untuk memproduksi tingkat output tersebut pada
biaya per unit yang paling kecil.

Hubungan Pemeliharaan dengan efisiensi
Hubungan efisiensi dengan pemeliharaan adalah dengan
melakukan kegiatan pemeliharaan terhadap fasilitas pabrik dapat
mengurangi kemacetan dan kendala sekecil mungkin sehingga
sistem dapat bekerja secara efisien. Hal tersebut dengan
pernyataan Koesmawan A. Sobandi dan Sobarsa Kosasih dalam
penelitian Irawan Harnadi Bangun (2014) yang berjudul
Perencanaan
Pemeliharaan
Mesin
produksi
dengan
menggunakan Metode Reliability Centred Maintenance (RCM) II
pada mesin Blowing OM, yang menyatakan bahwa “ perawatan
diartikan sebagai suatu kegiatan pemeliharaan fasilitas pabrik
serta mengadakan perbaikan, penyesuaian atau penggantian
sehingga apabila perawatan dilakukan dengan menyeluruh dan
teratur maka akan berguna untuk menjamin kontinuitas proses
produksi dan umur dari fasilitas produksi itu sehingga diperlukan
suatu
keadaan
operasi
produksi
sesuai
dengan
yang
direncanakan. Hal ini dapat dicapai dengan cara mengurangi
kemacetan atau kendala sekecil mungkin, sehingga sistem dapat
bekerja secara efisien”.
Berdasarkan pernyataan tersebut hubungan pemeliharaan
dengan efisiensi adalah jika pemeliharaan dilakukan dengan
dengan benar maka dapat dapat mengurangi kemacetan dan
kendala dalam proses produksi sehingga menciptakan efisiensi
biaya pemeliharaan dan keadaan operasi produksi sesuai
dengan yang direncanakan.
6. Kerangka Pemikiran
Perusahaan yang menjalankan kegiatan dengan menggunakan
peralatan atau mesin pasti akan melakukan sebuah kegiatan perawatan
dan pemeliharaan terhadap peralatan, kendaraan, dan mesin-mesin
yang dimilikinya. Kegiatan pemeliharaan harus dilakukan dan wajib
karena sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup sebuah
perusahaan
terutama seperti industri makanan
yang membuat
produknya menggunakan sebuah mesin.
Apabila pemeliharaan tidak dilakukan maka akan terjadi sebuah
kerusakan pada pada mesin yang dapat menimbulkan kerugian pada
perusahaan yang dimana mesin tersebut harus berhenti berproduksi
karena adanya bagian-bagian yang tidak dapat bekerja sebagaimana
mestinya, dengan adanya kerusakaan pada mesin yang ditimbulkan
akibat tidak adanya pemeliharaan perusahaan pun harus memperbaiki
mesin tersebut agar dapat berkerja seperti sebelumnya yaitu tidak rusak.
Ini sangatlah fatal bagi perusahaan yang sangat bergantung pada
sebuah mesin, karena akan timbul biaya biaya yang tidak diinginkan
seperti melakukan pembelian mesin baru atau pengganti, adanya
kemungkinan turun mesin, berhentinya kegiatan produksi, kerugian
biaya akibat tidak terpenuhinya keinginan konsumen, kerugian biaya
yang lebih besar dibandingkan dengan melakukan pemeliharaan,
terjadinya keterlambatan dan antrian dalam kegiatan produksi. Hal-hal
tersebut adalah yang akan terjadi apabila sebuah perusahaan tidak
melakukan sebuah kegiatan pemeliharaan (maintenance).
Setiap kegiatan perawatan yang dilakukan terhadap mesin dan
peralatan pasti menimbulkan biaya, seperti biaya penggantian suku
cadang dan gaji untuk karyawan bagian pemeliharaan. Biaya tersebut
dikeluarkan sangat sebanding dengan jalannya kelangsungan hidup
mesin agar dapat berjalan dengan baik dan lancer sehingga dapat
memperpanjang umur sebuah mesin dan memaksimalkan kerja mesin.
Karena perusahaan menggunakan mesin tersebut maka akan adanya
kerusakan dari bagian-bagian spare part maupun bagian mesin itu
sendiri. Ini adalah biaya yang harus dihitung agar tidak merugikan
perusahaan dengan biaya yang sangat besar.
Pemeliharaan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu pemeliharaan
Preventif dan Correctif, yaitu pemeliharaan preventif adalah dengan
dilakukannya pemeliharaan terhadap mesin secara berkala untuk
mencegah kerusakan sedangkan pemeliharaan correctif adalah kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan ketika sesudah adanya kerusakan atau
disebut dengan memperbaiki mesin ketika terjadi kerusakan. Kedua
pemeliharaan tersebut memiliki perbedaan dalam menghitung jumlah
biaya yanhg harus dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang melakukan
pemeliharaan.
Biaya
pemeliharaan
dapat
diefisiensikan
dengan
membandingkan biaya pemeliharaan preventif dan biaya pemeliharaan
korektif maka dapat dipilih kebijakan pemeliharaan yang membutuhkan
biaya pemeliharaan yang paling rendah sehingga menciptakan efisiensi
biaya pemeliharaan yang dikeluarkan. Sesuai dengan pernyataan Jay
Heizer and Barry Render yang dialih bahasakan oleh Chriswan
Sungkono (2010:366) dengan membandingkan biaya pemeliharaan
preventif dan pemeliharaan kerusakan maka dapat dipilih kebijakan
pemeliharaan yang paling rendah.
Jadi tujuan diadakannya kegiatan pemeliharaan adalah untuk
menjaga agar mesin dan peralatan berjalan efektif dan efisien. Sehingga
dapat mengurangi kerusakan dan kemacetan yang akan terjadi serta
dapat dilakukan analisis perbandingan biaya antara pemeliharaan
preventif dengan pemeliharaan korektif. Diantara kedua pemeliharaan
tersebut mana yang lebih baik untuk dijalankan dan dapat menghasilkan
biaya yang paling ekonomis sehingga perusahaan dapat mengefisienkan
atau meminimumkan biaya pemeliharaan yang telah dikeluarkan.
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Pemeliharaan
1. Preventive
Maintenance
Efisiensi Biaya
Pemeliharaan
2. Corrective
Maintenance
7. Hipotesis
Dari permasalahan diatas maka dapat di rumuskan hipotesis
sebagai berikut :
H0 : Tidak adanya pengaruh pelaksanaan maintenance yang baik terhadap
efisiensi biaya perusahaan.
H1 : Adanya pengaruh pelaksanaan maintenance yang baik terhadap
efisiensi biaya perusahaan.
8. Definisi Operasional, Variabel dan Pengukuran

No
1
Definisi Operasional dan Variabel :
Variabel
Definisi Operasional
Indikator
Maintenance
Tindakan yang dilakukan
- Pemeliharaan
(Independent
untuk menjaga atau
yang direncanakan
Variable)
memperbaiki suatu alat
atau mesin sampai suatu
kondisi yang dapat
- Pemeliharaan
diterima.
yang tidak
direncanakan
2
Efisiensi Biaya
Penghematan
(Dependent
untuk mencapai tujuan - Kuantitas
Variable)
yang telah ditetapkan

ekonomi - Biaya
- Kualitas
Pengukuran
Skala Pengukuran
No
1
Variabel
Nominal
Maintenance Kerusakan
Ordinal
Interval
Rasio
Keahlian
Lama
Biaya yang
(Skill)
mesin
dikeluarkan
Mesin
tidak
rusak
2
Efisiensi
Biaya
Kebijakan
Besar
Perbandingan
Biaya
Anggaran
keputusan
Biaya
dana
yang
anggaran
digunakan dengan tahun
lalu
9. Metode Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan
data
yang
digunakan
penulis
untuk
memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini menliputi:
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara pengamatan
secara langsung ke tempat penelitian yaitu PT JAYA ETIKA BETON
guna memperoleh data primer dan data sekunder yang dibutuhkan.
a. Wawancara (Interview)
Adalah
proses
memperoleh
keterangan
untuk
tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka
antara peneliti dan nara sumber. Dengan cara ini diharapkan
dapat memperoleh data atau informasi tentang kegiatan
perusahaan, mesin, jumlah jam kerja, kegiatan pemeliharaan
yang dilakukan, biaya, kerusakan pada mesin dan dapat
diketahui masalah yang dihadapi.
b. Historis (Longitudinal)
Adalah suatu usaha untuk memberikan interprestasi dari
bagian trend yang naik turun dari suatu keadaan di masa yang
lampau
yang
membandingkan
berguna
dengan
untuk
memahami
keadaan
sekarang
kenyataan,
dan
dapat
meramalkan keadaan yang akan datang.
c. Dokumentasi
Adalah teknik mengabadikan gmabar yang digunakan untuk
mengetahui gambaran umum perusahaan, aktivitas dan struktur
organisasinya.
2. Studi Keperpustakaan (Library Research)
Yaitu penelitian untuk memperoleh data sekunder dilakukan,
dengan cara mengambil dari catatan, literatur – literatur, internet,
jurnal, sumber data dalam bentuk laporan yang ada di PT JAYA
ETIKA BETON dan hasil penelitian pihak lain yang akan digunakan
untuk melandasi analisis pembahasan dan sebagai perbandingan
dalam mengadakan penelitian yang berhubungan dengan topik
yang dibahas, serta dokumen perusahaan.
10. Populasi, Sampling dan Sampel

Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi adalah semua unit-unit mesin dan peralatan
yang digunakan oleh PT. JAYA ETIKA BETON

Sampling
Sampling ialah cara mengumpulkan data untuk menyeleksi dan
mengambil beberapa subjek atau objek dari populasi yang telah di
tentukan. Dalam penelitian ini teknik sampling yang di gunakan adalah
random sampling

Sampel penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi untuk dijadikan sebagai contoh
untuk mewakili populasi yang ada. Dalam penelitian ini sampel yang
digunakan yakni mesin-mesin produksi PT. JAYA ETIKA BETON.
11. Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan penulis adalah metode analisa
deskriptif komperatif yaitu dengan cara mengumpulkan data kemudian
ditabulasikan selanjutnya diuaraikan secara sistematis.
Teknik analisis data yang digunakan untuk melakukan analisis:
Penulis menggunakan rumus analisis biaya pemeliharaan
perbaikan untuk menghitung biaya-biaya dari preventive maintenance.
Disamping itu pula dihitung biaya-biaya corrective maintenance,
kemudian
dianalisis
masing-masing
biaya
antara
preventive
maintenance dengan corrective maintenance dengan rumus sebagai
berikut :
1. Analisis Biaya pemeliharaan perbaikan
a. Berapa biaya pelaksanaan untuk pemeliharaan preventif dan
korektif
b. Mencari distribusi probabilitas kerusakan yang terjadi selama
periode tertentu misal satu bulan atau satu tahun dengan rumus :
Jumlah kerusakan mesin selama 1 periode (tahun)
Jumlah mesin
c. Menggunakan rata-rata umur mesin
d. Preventive
Maintenance,
merupakan
pemeliharaan
yang
dilakukan sebelum terjadi kerusakan, dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
Keterangan :
Bn : jumlah kerusakan yang diperkirakan dalam periode tertentu
(tahun)
N : jumlah mesin
Pn : probabilitas kerusakan pada bulan ke-n
n : periode pemeliharaan
i : 1,2,3......n tahun
e. Corrective Maintenance merupakan kegiatan pemeliharaan
yang dilakukan setelah terjadi kerusakan. Untuk mengetahui
biaya corrective maintenance dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
Keterangan :
TCr
: Total biaya pemeliharaan perbaika
N
: Jumlah mesin
Cr
: Biaya perbaikan suatu kerusakan
: Periode x probabilitasnya
f. Tahap terakhir memasukkan semua hasil perhitungan ke dalam
tabel
Setelah menghitung biaya pemeliharaanya kemudian kita
tabulasi ke dalam tabel selanjutnya kita uraikan secara sistematis.
12. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesisi yang dilakukan dengan menggunakan metode uji
signifikansi simultan (uji F), dan uji parsial (uji T)
a. Uji signifikansi simultan (uji F)
Uji
ini
dilakukan
untuk
mengetahui
apakah
variabel
independen berpengaruh terhaadap variabel dependen secara
bersama -sama.
Hipotesis yang dajukan
H0 : b1 = b2 = 0, artinya secara bersama – sama tidak terdapat
pengaruh pelaksanaan maintenance yang baik terhadap efisiensi
biaya perusahaan.
H1 : b1 ≠ b2 ≠ 0, artinya secara bersama – sama terdapat pengaruh
pelaksanaan maintenance yang baik terhadap efisiensi biaya
perusahaan. Kriteria pengambilan keputusan dilakukan dengaan
memmbandingkan H1 di dukung jika FHitung > FTebel. Jika yang terjadi
demikian maka hipotesis dapat diterima.
b. Uji T
Uji T dilakukan untuk mengetahui apakah antara variabel
dependen terhadap variabel independen berpengaruh segnifikan
secara terpisah. Keputusan untuk menerima ataupun menolak
hipotesis dengan membandingkan nilai Thitung dengan TTabel. Apabila
Thitung > TTabel, maka hipotesis diterima artinya veriabel independen
tersebut berpengaruh positif terpisah dengan variabel dependen.
DAFTAR PUSTAKA
Aam Slamet Rusydiana dan tim smart consulting. 2013, Data Envelopment
Analysis, Smart Publising, Jakarta.
Agus Sulistiawan. 2014. Preventive Maintenance Pada Mesin Fiter Air
Dengan
Menggunakan
Metode
Age
Replacement
Sebagai
Pengoptimalan Biaya Down Time. Jurnal Teknik Mesin 3(2): 1-10.
Antonius Lukmandani, Hadi Santosa, dan Anastasia Lidya Maukar. 2011.
Penjadwalan Perawatan. Jurnal Teknik Industri 10(1): 103-116.
Eddy Herjanto. 2011. Manajemen Operasi, Edisi 3 Revisi, cetakan ketujuh,
Grasindo, Jakarta.
Heizer, Jay and Render, Barry, 2010, Manajemen Operasi, buku 2, edisi 9
Salemba Empat, Pearson Edition.
Irawan Hamadi Bangun, Arif Rahman, dan Zefry Darmawan. 2014.
Perencanaan Pemeliharaan Mesin Produksi Dengan Menggunakan
Metode Reliability Centered Maintenance (RCM) II Pada Mesin
Blowing OM. Jurnal Universitas Brawijaya 2(5): 997-1008.
Ivan Soesetyo, Liem Yenny, dan Bendatu. 2014. Penjadwalan Predictive
Maintenance dan Biaya Perawatan Mesin Pellet. Jurnal Titra 2(2):
147- 154.
Koesmawan A. Sobandi dan Sobarsih Kosasih 2014. Manajemen Operasi
Bagian Kedua, Mitra Wacana Media, Jakarta.
Malayu S. P. Hasibuan. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia, edisi
revisi, Bumi Aksara, Jakarta.
Manahan P. Tampubolon. 2014. Manajemen Operasi dan Rantai Pemasok,
edisi pertama, Mitra Wacana Media, Jakarta.
M. Sayuti Muhammad dan Muhammad Sidiq Rifai’i. 2013. Evaluasi
Manajemen Perawatan Mesin Dengan Menggunakan Metode
Reliability Centered Maintenance. Jurnal Mesin Industri 2(1): 9-13.
Schroeder, Roger G., Gold Stein, Susan Meyer, and Rungthusanatham, M.
Johnny, 2011, Operations Management Contemporary Concepts
And Case, Fifth edition,Mc Graw Hill International Edition.
Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Bisnis, Alfa Beta.CV, Bandung.
T. Hani Handoko. 2012, Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi,
edisi 1, BPFE Yogyakarta.
Download