Uploaded by User10780

MINI REVIEW

advertisement
1
MINI REVIEW
MEMBRAN PERPADUAN KITOSAN YANG
BERPOTENSI SEBAGAI PEMBALUT LUKA
Oleh :
Andi Nursanti
G451160151
PASCA SARJANA KIMIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2017
2
A.
Latar Belakang
Polymer-based membrane is a very important material to support the
development in various fields of biomedicine. Polymer-based membrane research
is mostly done to look for materials that are competitive, strategic, and
biodegredable. One application of polymer-based membrane in the biomedical field
is wound bandaging membrane.
Wound dressing is one tool that used in wound healing. Based on the
wound type, suitable dressing material must be used. Dressing selection should be
based on its ability to a) provide or maintain moist environment b) enhance
epidermal migration c) promote angiogenesis and connective tissue synthesis d)
allow gas exchange between wounded tissue and environment e) maintain
appropriate tissue temperature to improve the blood flow to the wound bed and
enhances epidermal migration f) provide protection against bacterial infection and
g) should be non-adherent to the wound and easy to remove after healing h) must
provide debridement action to enhance leucocytes migration and support the
accumulation of enzyme and i) must be sterile, non-toxic and non-allergic.
( Dhivyaa et al. 2015)
Dressing are widely studied at this time, is derived from natural polymers
such as chitosan. Chitosan is a biopolymer derived from chitin, which is found in
nature as a major structural polymer in arthropod exoskeleton and crustacean shells.
Chitosan is a by-product of the fishery industry but produces enormous benefits as
a biomaterial because of its intrinsic attractive properties, such as biodegradation,
biocompatibility (non-toxic), has antimicrobial and hemostatic activity. Due to its
cationic nature, chitosan is able to form a gel in a slightly acidic solution. The
positive level of amino groups is protonated so that chitosan is bioadhesi, which
increases its retention in its application, besides chitosan antibacterial activity
caused by electrostatic interaction between amino group of prototype chitosan and
phosphate negatively charged from cell wall component of bacteria. In particular
this bond increases the permeability of cell membranes and promotes the release of
fundamental biological compounds from bacterial cells. . Application of wound
dressings with chitosan can act as a penetration enhancer by opening a close
connection of the epithelium and accelerating wound healing (Franco et al, 2017).
3
In this mini review paper will be briefly reviewed some studies using chitosan that
has the potential as a wound dressing membrane.
B.
Isi
1. Membran paduan Kitosan-PVA dengan Teknik Elektrospining
In a study conducted by Chellamani et al. (2012) chitosan combined with a
synthesis polymer that is PVA by using electrospining. Electrospining is a
technology commonly used for electrostatic fiber formation that utilizes electric
power to produce polymer fibers. The resulting polymer Nanofibers have a very
large surface to volume ratio and surface flexibility; because such properties make
polymer nanofibers used in many applications in wound healing. Manufacture of
alloy membranes based on natural polymer nanoparticles and synthetic polymers
will produce a primary wound membrane membrane that can protect against
bacterial attacks, retain moisture around the wound, have good mechanical
properties, and can cover wound.
Figure 1. Elektrospining
Electrospining is used to produce nanomembrane PVA / chitosan. Pva and
chitosan solutions were prepared separately and mixed in various mixed
proportions (10% PVA solution and 1% chitosan solution with 4 different ratios of
80/20, 70/30, 60/40 and 50/50). From the results of the research, the best PVA /
Chitosan (PCNWD) wound dressing is 50/50 which has high vapor transmission
properties and good antimicrobial activity. The PCNWD substrate has no
cytotoxicity effect and excellent odor-absorbing ability. The PVA / Chitosan
4
bandage does not cause skin irritation even after 72 hours of contact with the wound
and the time required for wound healing when using PCNWD 50% faster than
wound without the use of wound dressing
Figure 2. Wound healing of open wounds and wounds using PVA/nanomembrane
2. Membran Paduan Nano Partikel Titanium Dioksida-Kitosan-Pektin
Pada penelitian yang dilakukan oleh Archana et al. (2013) kitosan dipadukan
titanium dioksida-pektin yang dibuat menjadi pembalut nano untuk aplikasi dalam
pembalut luka. Adanya sifat fotoaktif TiO2 merupakan semikonduktor yang
memiliki fotoaktivitas dan stabilitas kimia tinggi, juga bersifat nontoksik. Pektin
sebagai bahan komposit di bidang industri farmasi dan pengobatan kesehatan.
Secara potensial sebagai pengantar obat ke saluran cerna bisa dalam bentuk matriks
tablet, matriks gel, pelapis pada dressing salep dikarenakan pektin meruapakan
bahan profilaksis alami yang dapat melawan keracunan terhadap ion-ion yang
beracun. Pada penelitian ini digunakan kitosan dengan ph netral dengan aktivitas
antibakteri yang sangat rendah. Sehingga dengan memanfaatka sifat dari pektin
TiO2 dibuatlah paduan antara kitosan-pektin dibuat dengan metode coating yang
diharapkan dapat menghasilkan pembalut luka yang jauh lebih baik dari
sebelumnya. Karakterisasi juga dilakukan dengan FTIR, TGA, DSC, SEM dan
TEM. Parameter fisikokimia nano dressing dievaluasi dengan berbagai teknik
variasi teknik, yaitu uji pembekuan darah utuh, pengukuran rasio hemolisis, uji
sitotoksisitas, uji antibakteri. Efisiensi penyembuhan luka disiapkan dilakukan
secara invivo.
5
Dari hasil penelitian yang dilakukan dihasilkan dressing dengan adanya
aktivitas antibakteri yang sangat baik dapat menghambat E. coli, S. aureus, P.
aeruginosa, B. subtilis, (2) memiliki biokompatibilitas yang sangat baik dan (3)
efisiensi penyembuhan meningkat (4) swellable air yang baik di alam. Spektrum IR
material menunjukkan formulasi polielektrolit kompleks (PEC) antara pektin dan
kitosan. Studi morfologi menunjukkan titanium dioksida nano partikel terdistribusi
dengan baik ke dalam dressing. Kekuatan mekanik campuran (1;1) meningkat.
Material dressing (pembalut) kitosan-pektin-TiO2 menyerap lebih banyak eksudat,
sehingga dapat menjaga luka tetap lembab tanpa risiko dehidrasi atau eksudat
akumulasi. Membran paduan tersebut menurunkan sitotoksisitas. Penyembuhan
luka denga uji invivo menunjukkan bahwa nano dressing yang memiliki efek
penyembuhan yang jauh lebih cepat dibandingkan dengan kitosan(Archana et al.
2013)
Gambar 3. Penyembuhan luka menggunakan nano dressing
3. Membran Paduan Nano Partikel Titanium Dioksida-Kitosan-Pektin
Pada penelitian yang dilakukan oleh Kumar et al. (2012) digunakan paduan
antara kitosan-hidrogel dan ZnO sebagai pembalut luka. Hydrogel memberikan
6
sensasi dingin dan lingkungan yang lembab, sekaligus berperan sebagai penghalang
bagi mikroba.
Pada penelitian tersebut dikembangkan komposit kitosan hidrogel / nano
oksida (CZBs) melalui penggabungan nanopartikel oksida seng (nZnO) menjadi
kitosan hidrogel. Metode yang digunakan yaitu metode coating. Perban
nanokomposit dikarakterisasi menggunakan Fourier mengubah spektroskopi
inframerah (FT-IR), difraktometri sinar-X (XRD), dan pemindaian mikroskop
elektron (SEM). Sebagai tambahan, efek pembengkakan, degradasi, pembekuan
darah, antibakteri, sitokompatibilitas, pelekatan sel pada materi, dan infiltrasi sel ke
dalam perban komposit dievaluasi.
Gambar 4. Skema representasi komposit kitosan hidrogel / nZnO
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa komposit nanopartike kitosan
hidrogel / nZnO menunjukkan porositas ~80% dari total volume perban dan
menyerap volume besar terhadap eksudat luka. CZBs menunjukkan control
degradasi, peningkatan pembekuan darah, dan platelet yang sangat baik
kemampuan sitokompatibilitas pada uji in vitro menunjukkan bahwa viabilitas sel
infiltrasi yang lebih baik. Evaluasi penyembuhan luka secara in vivo terbukti
meningkatkan kemampuan penyembuhan luka. CZB tidak menyebabkan toksisitas
sel. Studi aktivitas antibakteri in vitro dan in vivo terbukti membantu epitelisasi
kolagen dan deposisi kolagen lebih cepat. Semua penelitian ini menunjukkan
bahwa CZBs dapat digunakan untuk luka bakar, kronis, dan infeksi luka pada
diabetes (Kumar et al. 2012)
7
Gambar 4. Penyembuhan luka
C. Kesimpulan
Pembalut luka berfungsi memelihara lingkungan yang lembab di
permukaan luka, memungkinkan pertukaran gas, bertindak sebagai penghalang
bagi mikroorganisme dan menghilangkan kelebihan eksudat (Zahedi et al. 2010).
Idealnya pembalut luka harus tidak beracun, tidak menimbulkan alergi, memiliki
sifat antimikroba dan terbuat dari bahan biomaterial yang banyak tersedia Pembalut
luka dapat dibuat dari membran berbahan dasar polimer. Bahan pembalut yang
banyak diteliti pada saat ini, yaitu berasal dari polimer alam diantaranya adalah
kitosan.
Dari 3 ulasan jurnal diatas dengan menggunakan polimer kittosan dapat
disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh
Archana et al. (2013)
menghasilkan membran komposit nano dressing jauh lebih baik dan proses
penyembuhan luka pada uji invivo jauh lebih cepat yaitu 16 hari dibandingkan
penelitian yang dilakukan oleh Kumar et al. (2012) dan Chellamani et al. (2012).
8
DAFTAR PUSTAKA
Archana D, Dutta J, Dutta PK. 2013. Evaluation of chitosan nano dressing for
wound healing: characterization, in vitro and in vivo studies. Int J Biol Macromol.
57:193-203. doi:10.1016/j.ijbiomac.2013.03.002
Chellamani KP, Sundaramoorthy K, Suresham T. 2012. Wound dressing made out
of poly vinyl alcohol/chitosan nanomembranes, J Acad Ind Res. 1:342–347.
Kumar PT, Lakshmanan VK, Anilkumar TV, Ramya C, Reshmi P, Unnikrishnan
AG, Nair SV, Jayakumar R. 2012. Flexible and microporous chitosan
hydrogel/nano ZnO composite bandages for wound dressing: in vitro and in
vivo evaluation. ACS Appl Mater Interfaces. 4(5):2618-29.
doi:10.1021/am300292v
Download