PENALARAN DALAM KARANGAN KELOMPOK1 K E L A S C2 1. 2. 3. 4. PRISKY DWI PRAJA ARFAH AISYAH JIHAN JALILAH AFLAH YASMIN 15020180022 15020180023 15020180024 Yang akan dibahas … 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Klasifikasi Fakta Jenis Klasifikasi Persyaratan Klasifikasi Guna Klasifikasi Pengamatan Fakta Fakta dan Penilaian Evidensi dan Penilaian Proses penalaran Apa itu fakta? Fakta adalah apa yang ada, dapat dilihat, dapat disaksikan, atau dirasakan. Fakta selalu benar karena menyatakan apa adanya, tanpa memperhitungkan orang tentangnya. (Rahmawati, 2018:42) Apa itu proses penalaran? Proses penalaran adalah proses penafsiran fakta sebagai dasar untuk menarik suatu simpulan. Karena itu, penalaran memerlukan fakta sebagai unsur dasarnya. (Rahmawati, 2018:42) Klarifikasi Fakta Fakta atau lebih luas lagi konsepnya, tidak terbatas jumlahnya. Akan tetapi suatu dengan keperluan, fakta-fakta yang sangat banyak itu dapat dikelompokkan sehingga menjadi sederhana, lebih mudah dipahami, dan lebih mudah diolah. Pengelompokkan seperti itu disebut klarifikasi. (Rahmawati, 2018:43). Jenis Klarifikasi Klarifikasi adalah pengelompokkan fakta berdasarkan atas ciri atau kriteria tertentu. Klarifikasi ada dua jenis 1 2 klarifikasi sederhana yang hanya mengelompokkan objek menjadi dua kelompok, misalnya: manusia terdiri dari dua jenis yaitu pria dan wanita. Klarifikasi kompleks yang mengelompokkan objek menjadi tiga kelompok atau lebih, misalnya: usia manusia dapat dikelompokkan kedalam beberapa kelompok, yaitu anak balita, anak usia sekolah SD, SMP, dan SMU, orang dewasa, dan manula. . (Widjono, 2007) Persyaratan Klarifikasi 2 Logis dan konsiten, artinya prinsip-prinsip itu harus diterapkan secara menyeluruh kepada kelas bawahannya. Misalnya, jika seorang pustakawan mengelompokkan buku-buku di perpustakaan berdasarkan bidang ilmu, maka buku perbankan akan dikelompokkan ke bagian-bagian ilmu-ilmu ekonomi. (Rahayu, 2007:38-39) 3 1 Prinsipnya jelas: Prinsip merupakan dasar/patokan untuk membuat klarifikasi, berupa ciri yang menonjol yang dapat mencakup semua fakta/benda/gejala yang diklarifikasikan. Lengkap dan menyeluruh. Artinya, dasar pengelompokkan yang dipergunakan harus dikenakan kepada semua anggota kelompol tanpa terkecuali. Misalnya, jika suatu fakultas terdiri atas 2.000 orang mahasisea dan akan diklarifikasi berdasarkan umurnya, maka dasar tersebut harus dikenakan kepada kedua ribu mahasiswa tadi. Tidak boleh terjadi 1.500 mahasiswa berdasarkan umur, dan 500 mahasiswa diklarifikasi berdasarkan asal SMA. Guna Klarifikasi klarifikasi berguna untuk memahami fakta yang diperlukan sebagai dasar penalaran. Dalam menulis, klarifikasi diperlukan untuk mengembangkan topic karangan, membuat kerangka karangan, bahkan menyiapkan bahanbahan untuk mengembangkan karangan. (Rahayu, 2007:36) Modern PowerPoint Presentation Pengamatan Fakta (Rahmawati, 2018:45) penalaran pada dasarnya merupakan proses penafsiran fakta. Ini berarti bahwa fakta itu harus dikenal dengan baik. Pengamatan fakta dapat dilakukan dengan mengamati fakta itu. Pengamatan ialah kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan indra melihat, mendengar, membaui, meraba, dan merasa (mengecap) dengan mengamati fakta-fakta kita dapat berhitung, mengukur, menaksir, memberikan ciri-ciri, serta mengklasifikasikannya. Persyaratan Klarifikasi Karangan pada dasarnya berisi pernyataanpernyataan. Membuat pernyataan dalam karangan harus dibedakan antara fakta, evidensi, dan penilaian untuk menjaga akuratnya pernyataan dalam karangan, maka antara fakta evidensi dan penilaian harus dibedakan penilainnya. Fakta adalah apa yang ada, yang dapat dilihat, disaksikan atau dirasakan. Fakta itu nyata dan selalu benar, berbeda dengan penilaian. Penilaian menyatakan kesimpulan, pertimbangan, pendapat, atau keyakinan tentang fakta. Jadi penilaian bersifat menghakimi atau memvonis sedangkan fakta bebas dari sifat itu. CONTOH “Seorang anak bercerita kepada ibunya bahwa tadi sekolah dia melihat temannya Amat berkelahi dengan Badu.” Ini merupakan cerita faktual. “Anak itu mencuri mangga tetangganya.” Kalimat ini menyatakan fakta, tetapi “anak itu jahat kelakuannya” merupakan perkataan penilaian. Evidensi dan Penilaian Dalam suatu peristiwa atau kejadian terdapat macammacam fakta, apabila fakta-fakta yang ada dihubungkan satu sama lain dengan metode tertentu untuk membuktikan adanya sesuatu, itulah yang dinamakan evidensi. Dengan demikian, evidensi berusaha menyusun sejumlah fakta secara logis untuk menghasilkan fakta yang lebih jelas. fakta-fakta yang dimiliki bukanlah fakta-fakta yang satu sama lainnya berdiri sendiri, melainkan justru bersatu dalam satu fakta yang utuh. Rangkaian fakta-fakta yang membentuk suatu peristiwa atau kejadian. Itulah disebut sebagai kata yang utuh. (Rahmawati, 2018:45) Proses Penalaran Penalaran induktif Proses Penalaran dibagi menjadi dua: proses berpikir logis yang diawali dengan observasi data, pembahasan, dukungan pembuktian, dan diakhiri kesimpulan umum. Kesimpulan ini dapat berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum atas fakta yang bersifat khusus. Penalaran deduktif Penalaran deduktif didasarkan atas prinsip hukum, teori atau keputusan yang berlaku umum untuk suatu hal ataupun gejala. Penalaran deduktif bertolak dari sebuah kesimpulan yang didapat dari satu pernyataan yang umum. Preposisi tempat menarik kesimpulan disebut premis. Penarikan kesimpulan (konklusi) Penalaran induktif dibagi menjadi 4 macam 1. Generalisasi Generalisasi adalah proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang bersifat tertentu untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum. Contohnya: Jika dipanaskan, besi memuai. Jika dipanaskan, tembaga memuai. Jika dipanaskan, emas memuai. Jadi, jika dipanaskan, logam memuai Benar atau tidaknya simpulan dari generalisasi dapat dilihat dengan cara: 1. Data itu harus memadai jumlahnya 2. Data itu harus mewakili keseluruhan 3. Data-data yang bersifat khusus tidak dapat dijadikan data. (Sarmadan dan Alu, 2015:83) 2. Analogi Analogi adalah cara penatikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang bersifat sama. Contohnya: Nina ada lulusan akademu A Nuna dapat menjalankan tugas dengan baik Ali adalah lulusan akademi A. Oleh sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Tujuan penalaran secara analogi yaitu Meramalkan kesamaan Menyingkap kekeliruan Menyusun klasifikasi (Sarmadan dan Alu, 2015:84) 3. Hubungan Kausal Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, tiga hubungan antar masalah sebagai berikut: Sebab-Akibat Akibat dari satu peristiwa yang dianggap penyebab lebih dari satu Akibat-Sebab Akibat-sebab mirip dengan entimen kerena peristiwa sebab merupakan simpulan. Akibat-Akibat Akibat-akinat adalah satu penalaran yang menyiratkan penyebab. Peristiwa “akibat” langsung disimpulkan pada akibat yang lain (Sarmadan dan Alu, 2015:84-85) Penarikan kesimpulan (konklusi) secara deduktif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: Menarik kesimpulan secara langsung Simpulan secara langsung ditarik dari satu premis . Contohnya: Semua ikan berdarah dingin. (Premis) Sebagian yang berdarah dingin adalah ikan. (Simpulan) (Sarmadan dan Alu, 2015:80) Menarik Kesimpulan secara tidak langsung Simpulan secara tidak langsung memerlukan dua premis sebagai data/ Premis pertama bersifat umum dan premis kedua bersifat khusus. Beberapa jenis penalaran deduksi dengan penarikan kesimpulan secara langsung, antara lain: (Sarmadan dan Alu, 2015:80) Silogisme Silogisme merupakan satu cara penalaran yang formal. Kalimat pertama berisi pernyataan umum atau premis mayor (My) Sedangkan kalimat kedua berisi pernyataan khusus atau premis minor (Mn). Dan kalimat ketiga disebut konklusi atau kesimpulan (K) Contoh My: Setiap Manusia akan mati Mn: Si Budi adalah manusia K : Si Budi juga akan mati (Rahmawati, 2018:50) Entinem. Contoh: • “Anda telah memenangkan sayembara ini. K arena itu Anda berhak menerima hadiahnya.” Penalaran diatas sesungguhnya penalaran si logisme yang kalau dipenggal menjadidua ka limat: • Anda telah memenagkan sayambara ini • Karena itu Anda berhak mendapat hadiahnya (Rahmawati, 2018:50-51) Dalam praktek percakapan atau karangan biasanya kita tidak secara formal dan kaku memulai silogisme. Kita tidak menyebutkan premis mayor, premis minor, konklusinya secara persis sebagaimana susunan silogisme dalam contoh-contoh yang telah dikemukakan diatas. Biasanya kita memakai metode penalaran deduktif secara spontan tanpa harus menyatakan secara lengkap susunan yang formal. Yang diperlukan adalah hasil penalaran. Bentuk ini dinamakan entinem Daftar Pustaka Rahayu, Minto. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. PT. Grasindo: Jakarta Rahmawati, Sitti. 2018. Materi Perkuliahan Bahasa Indonesia. De La Macca: Makassar Sarmadan dan La Alu. 2015. Buku Ajar Bahasa Indonesia dan Karya Tulis Ilmiah. Deepublish Publisher: Yogyakarta Widjono. 2007. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. PT. Grasindo: Jakarta Terima kasih atas perhatiannya. Ada pertanyaan?