Laporan Akhir Kultur Fitoplanton Nama : Elwina Putri Mita Npm : E1i016004 Di perairan air tawar terdapat organisme yang berdasarkan cara hidupnya dibedakan atas plankton, neuston, nekton dan bentos. Tumbuh-tumbuhan yang mudah terlihat oleh mata disebut makrofita. Keberadaan makrovita diperairan dapat digunakan sebagai naungan dan tempat makan untuk berbagai jenis hewan, memberi ruang hidup pada mikroorganisme dan menjaga keseimbangan proses dekomposisi bahan organic dalam menyerap karbondioksida dan melepas oksigen. Fitoplankton diperaiaran air tawar didominasi oleh alga hijau. Fitoplankton dikonsumsi oleh zooplankton dan ikan. Fitoplankton dapat berperan sebagai salah satu dari parameter ekologi yang dapat menggambarkan kondisi suatu perairan.Fitoplankton menghuni hampir setiap ruang dalam massa air yang dapat dicapai oleh sinar matahari (zone eufotik), dan merupakan komponen flora yang paling besar peranannya sebagai produsen primer di suatu perairan (Nontji, 1984). Proses kultur fitoplanton Tujuan dalam praktikum ini ialah agar mahasiswa dapat mengetahui cara kultur fitoplankton skala intermediet dan untuk mengamati pertumbuhan fitoplankton. Adapun Alat dan Bahan yang digunakan adalahAlat seperti: erlemeyer 50 Ml, air pump, lampu neon panjang, selang aerasi, kran aerasi, pemberat aerasi, pipit plastik, pipet tetes, mikroskop, hemocytometer, dan gelas ukur, sedangkan untu bahan nya klorin(kaporit), alkohol 70%, pupuk conwy, air laut dan lodin. Dilakukan sterilisasi alat agar beberapa alat tidak terkontaminasi oleh organisme lain.Dilakukan perendaman selama kurang lebih 4 jam. Kemudian setelah 4 jam, dilakukan pencucian alat-alat yang sudah direndam menggunakan sabun cair. Setelah dicuci hingga bersih, maka alat-alat tersebut disemprotkan dengan menggunakan alkohol 70% lalu dikeringkan di dalam rakalat. Alat-alat yang telah kering kemudian disterilkan dengan metode perebusan dengan menggunakan air tawar (suhu 100 °C-125 °C) hingga mendidih. Peralatan yang telah disterilkan kemudian dikeringkan.. Air laut yang telah sterilisasisi digunakan 1 sebagai media kultur Tetrasilmis sp.dan mengKultur fitoplankton dengan cara sebagai berikut: 1. menyiapkan alat dan bahan 2. men-set instalasi aerasi dan pencahayaan 3. menuangkan bibit kedalam botol duran sebanyak 200 mL 4. menambahkan air laut steril sebanyak 800 mL 5. memasukan selang aerasi kedalam botol duran 6. menambahkan pupuk conwy sebanyak 1 mL/ Liter 7. menghitung kepadatan fitoplankton setiap 24 jam Tetraselmis sp. termasuk alga hijau, mempunyai sifat selalu bergerak, berbentuk oval elips, mempunyai empat buah flagella pada ujung depannya yang berukuran 0,75-1,2 kali panjang badan dan berukuran 10x6x5 µm. Menurut Mujiman (1984), Sel-sel Tetraselmis sp. berupa sel tunggal yang berdiri sendiri. Ukurannya 7-12 µm, berkolorofil sehingga warnanya pun hijau cerah. Pigmen penyusunnya terdiri dari klorofil. Karena memiliki flagella maka Tetraselmis dapat bergerak seperti hewan. Pigmen klorofil Tetraselmis sp. terdiri dari dua macam yaitut karotin dan xantofil. Inti sel jelas dan berukuran kecil serta dinding sel mengandung bahan sel lulosa dan pektosa.Tetraselmis tumbuh dengan kondisi salinitas optimal antara 25 dan 35 ppm (Fabregas et al, 1984). Menurut Griffith et al (1973)mengatakan bahwa Tetraselmis sp. masih dapat mentoleransi suhu antara 15-350C, sedangkan suhu optimal berkisar antara 23-250C. Reproduksi Tetraselmis sp. terjadi secara vegetatif aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual dimulai dengan membelahnya protoplasma sel menjadi dua, empat, delapan dalam bentuk zoospore setelah masing-masing melengkapi diri dengan flagella. Sedangkan reproduksi secara seksual, setiap sel mempunyai gamet yang identik (isogami) kemudian dengan bantuan substansi salah satu gamet tersebut ditandai dengan bersatunya kloroplast yang kemudian menurunkan zygote yang sempurna (Erlina dan Hastuti, 1986). Pada pengamatan kali ini untuk hari ke 0 dan ke 1 pertumbuhan Tetrasilmis sp sangat kecil dikarenakan sel-sel sedang beradaptasi dengan lingkungan medim yang baru, mamasuki fase pengurangan tepatnya terjadi di hari 2 ke 2 ditandai dengan terjadinya penurunan pertumbuhan hal tersebut yang sering di katakan sebagai fase pengurangan selanjutnya memasuki fase stationer hari ke 3 yang mana fase dimana fitoplanton akan relatif konstan, sel-sel membelah dengah cepat dan konstan mengikuti kurva logaritmik hal itu terjadi pada hari ke 4 dan yang terakhir fase kematian tepatnya dihari ke 5 jumlah sel menurun akibat laju reproduksi lebih lambat. Berdasarkan hasil praktikum pertumbuhan Tetraselmis pada medium yang berbeda pada Skala laboratorium dan kultur semi massal tidak terdapat beda nyata yang ditunjukkan pada pertumbuhannya setelah dilakukan pengujian menggunakan tabel anova. DAFTAR PUSTAKA Burlew, J.S. 1995. Algal Culture from Laboratories to Pilot Plant. Carnegie Institution of Washington. Coutteau, P. 1979. Micro-algae in: Manual on Production and Use of Live Food for Aquakultur. FAO fisheries Technical Papper. Lavens, P and P. Sorgeloos Edition. Rome. Italia. Erlina, A. Hastuti, W. 1986. Kultur Plankton-BBAP. Ditjen Perikanan. Jepara. Fabregas, Jaime., dkk. 1984. Growth of Marine Microalga Tetraselmis svecica in Batch Culture with Different Salinities and Concentration. Publisher. B.V. Amsterdam. Hase, E. 1962. Cell Division. Physiologys and Biochemistry of Algae. Academic Press. New York and London. Mujiman, Ahmad. 1984. Makanan Ikan. Cetakan 14. Penebar Swadaya. Jakarta. Prescott, G. W. 1978. How to Know The Freshwater Algae. Wne. Brown Company Publisher.\ Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Diponegoro. Semarang. 3