Uploaded by User10253

01 Kunci KIMIA 11B K-13 2017

advertisement
Setelah mempelajari bab ini, peserta didik mampu:
1.
menjelaskan konsep asam-basa serta sifat larutan asam dan basa;
2.
menentukan pH larutan asam kuat, asam lemah, basa kuat, dan basa lemah;
3.
terampil merancang, menyimpulkan, dan menyajikan hasil percobaan penentuan trayek pH indikator dari bahan alam;
4.
terampil merancang, menyimpulkan, dan menyajikan hasil percobaan penentuan asam lemah dan asam kuat, serta basa
lemah dan basa kuat;
5.
menghitung pH larutan asam maupun basa.
Berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai, peserta didik:
1.
mensyukuri ciptaan Tuhan Yang Maha Esa berupa penggunaan prinsip asam-basa dalam kehidupan sehari-hari;
2.
memiliki rasa ingin tahu, disiplin, bertanggung jawab, kreatif, ulet, dan proaktif dalam kelompok praktikum.
Larutan Asam-Basa
Mempelajari
Sifat Larutan Asam dan
Basa
Konsep Asam-Basa
Mencakup
•
•
•
Teori Arrhenius
Teori Brønsted-Lowry
Teori Lewis
Penentuan pH Larutan
Asam Kuat dan Basa Kuat
Mencakup
•
•
•
Sifat Asam
Sifat Basa
Identifikasi Asam-Basa
Penentuan pH Larutan Asam
Lemah dan Basa Lemah
Mencakup
•
•
•
pH, pOH, dan pKw
Penentuan pH Asam Kuat
Penentuan pH Basa Kuat
Mencakup
•
•
•
•
Derajat Ionisasi
Tetapan Kesetimbangan
serta pH Asam Lemah
dan Basa Lemah
Konsep pH dalam Pencernaan
Peranan Asam-Basa dalam
Berbagai Bidang
Mampu
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Menjelaskan konsep asam-basa menurut Arrhenius, Brønsted-Lowry, dan Lewis.
Menjelaskan dan membedakan sifat asam dan basa.
Menentukan trayek pH indikator asam-basa dari bahan alam.
Mengidentifikasi sifat asam dan basa dengan bahan yang ada di sekitar dengan cara sederhana maupun dengan alat ukur pH.
Menjelaskan pengertian pH larutan asam dan pOH larutan basa serta pKw.
Menjelaskan pengertian derajat ionisasi, Ka, dan Kb serta pengaruhnya terhadap asam lemah dan basa lemah.
Menentukan pH asam kuat, asam lemah, basa kuat, dan basa lemah.
Menyebutkan peranan asam dan basa dalam kehidupan sehari-hari.
Mensyukuri anugerah Tuhan Yang Mahakuasa atas senyawa asam dan basa yang ada di sekitar dengan memanfaatkannya
untuk kepentingan masyarakat luas.
Kimia Kelas XI
1
A. Pilihan Ganda
Teori Lewis menjelaskan asam sebagai spesi yang
menerima pasangan elektron bebas.
1. Jawaban: c
Menurut Arrhenius, asam adalah senyawa yang
menghasilkan ion H+ saat dilarutkan dalam air,
misal H2CO3. Menurut Arrhenius, senyawa Ba(OH)2
bersifat basa karena menghasilkan ion OH– dalam
air. Arrhenius tidak dapat menjelaskan sifat NH3
yang sebenarnya bersifat basa. NH4Cl dan BaSO4
adalah garam yang masing-masing bersifat asam
dan netral. Teori Arrhenius belum bisa menjelaskan
sifat kedua garam tersebut.
5. Jawaban: a
Pasangan asam-basa Brønsted-Lowry disebut juga
pasangan asam-basa konjugasi.
Pasangan asam-basa konjugasi pada reaksi 1) yaitu
HCl dengan Cl– dan H2O dengan H3O+. Reaksinya
sebagai berikut.
2. Jawaban: d
Menurut Brønsted-Lowry, asam merupakan spesi
yang mendonorkan proton, sedangkan basa adalah
spesi yang menerima proton. Dengan demikian,
dalam reaksi:
CH 3COOH( aq ) + H 2O( )
CH 3COO –( aq ) +
H3O+(aq)
yang berperan sebagai asam adalah CH3COOH
karena mendonorkan proton kepada H2O yang
bersifat basa. Pada reaksi sebaliknya, CH3COO–
berperan sebagai basa karena menerima proton
dari H3O+ yang berperan sebagai asam. Teori yang
menjelaskan CH3COOH bersifat asam karena
melepaskan H+ adalah teori Arrhenius.
Pasangan asam-basa konjugasi pada reaksi 2) yaitu
H2SO4 dan HSO4– dan Cl– dengan HCl. Reaksinya
sebagai berikut.
H2SO4(aq) + Cl–(aq) → HSO4–(aq) + HCl(aq)
3. Jawaban: b
Asam fosfat (H3PO4) merupakan asam poliprotik
yang menghasilkan 3 ion H+. Reaksi ionisasi asam
fosfat sebagai berikut.
H+(aq) + H2PO4–(aq)
Tahap 1: H3PO4(aq)
Tahap 2: H2PO4–(aq)
H+(aq) + HPO42–(aq)
Tahap 3: HPO42–(aq)
H+(aq) + PO43–(aq)
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Ionisasi total: H3PO4(aq)
3H+(aq) + PO43–(aq)
Jadi, reaksi ionisasi asam fosfat adalah
H3PO4(aq)
3H+(aq) + PO43–(aq).
4. Jawaban: b
Menurut Brønsted-Lowry dalam reaksi NH3(aq) +
H2O( ) NH4+(aq) + OH–(aq), amonia bersifat basa
karena menerima proton dari H2O. Reaksi amonia
dengan air menghasilkan ion OH– sesuai teori
Arrhenius, tetapi teori Arrhenius tidak dapat
menjelaskan sifat basa amonia dalam air. Teori
yang menjelaskan basa sebagai spesi yang
memberikan pasangan elektron adalah teori Lewis.
Cl–(aq) + H3O+(aq)
HCl(aq) + H2O( )
asam 1
basa 2
asam 1
basa 1
basa 2
asam 2
basa 1
asam 2
6. Jawaban: c
a.
NH3(g) + Cl–(aq)
asam 1
NH2–(aq) + HCl(aq)
basa 2
basa 1
asam 2
pasangan asam-basa konjugasi
pasangan asam-basa konjugasi
b.
NH3(g) + HCO3–(aq)
NH2–(aq) + H2CO3(aq)
asam 1
basa 1
basa 2
asam 2
pasangan asam-basa konjugasi
pasangan asam-basa konjugasi
c.
NH3(g) + H2PO4–(aq)
basa 2
asam 1
NH4+(aq) + HPO42–(aq)
asam 2
basa 1
pasangan asam-basa konjugasi
pasangan-asam basa konjugasi
d.
NH3(g) + H2PO4–(aq)
NH2–(aq) + H3PO4(aq)
asam 1
basa 1
basa 2
asam 2
pasangan asam-basa konjugasi
pasangan asam-basa konjugasi
e.
NH3(g) + HCO3–(aq)
NH2–(aq) + H2CO3(aq)
asam 1
basa 1
basa 2
asam 2
pasangan asam-basa konjugasi
pasangan asam-basa konjugasi
2
Larutan Asam Basa
Jadi, senyawa NH3 yang bersifat basa ditunjukkan pada reaksi c.
7. Jawaban: e
Basa Lewis adalah spesi yang dapat mendonorkan
pasangan elektron bebas ke spesi lain. Dengan
demikian, molekul basa Lewis harus memiliki
pasangan elektron bebas, misal H2O. Atom pusat
pada BCl3, PCl5, AlF3, dan SO2 tidak mempunyai
pasangan elektron bebas sehingga tidak berperan
sebagai basa Lewis.
8. Jawaban: e
Pada kulit valensi atom N dalam molekul NH3
terdapat tiga pasang elektron yang berikatan (N – H)
dan satu pasang elektron bebas (tidak berpasangan). Pada atom B dalam molekul BF3 terdapat tiga pasang elektron yang berikatan (B – F).
Sepasang elektron bebas pada atom N dapat
disumbangkan kepada atom pusat B yang kemudian
digunakan secara bersama-sama membentuk
ikatan kovalen koordinasi (B – N). Atom B pada
BF3 bertindak sebagai asam Lewis. Asam Lewis
merupakan spesi yang bertindak sebagai penerima
pasangan elektron bebas, sedangkan basa Lewis
merupakan spesi yang bertindak sebagai pemberi
pasangan elektron bebas. Jadi, atom B pada BF3
bertindak sebagai asam Lewis karena menerima
pasangan elektron bebas.
9. Jawaban: d
Dalam reaksi H2O( ) + SO3(aq) → H2SO4(aq), H2O
berperan sebagai basa karena mendonorkan
pasangan elektron bebas. Pasangan elektron bebas
dari O pada H2O berikatan kovalen dengan S dari
SO 3 membentuk senyawa H 2 SO 4 . Dengan
demikian, SO3 menerima pasangan elektron bebas
sehingga berperan sebagai asam Lewis.
10. Jawaban: c
H2O( ) + CN–(aq) → HCN(aq) + OH– (aq)
asam 2
asam
asam
konjugasi
basa
konjugasi
HNO3(aq) ® H+(aq) + NO3–(aq)
Jumlah ion H+ = 1 (asam monoprotik)
2H+(aq) + S2–(aq)
b. H2S(aq)
Jumlah ion H+ = 2 (asam poliprotik)
c. KOH(aq) → K+(aq) + OH–(aq)
Jumlah ion OH– = 1 (basa monoprotik)
d. Al(OH)3(aq) Al3+(aq) + 3OH–(aq)
Jumlah ion OH– = 3 (basa poliprotik)
Jadi, yang merupakan asam dan basa poliprotik
berturut-turut yaitu H2S dan Al(OH)3.
2. a.
Asam Basa
basa 2
1. Teori Arrhenius menentukan sifat asam-basa
senyawa berdasarkan kemampuannya menghasilkan ion H+ dan ion OH– dalam air. Senyawa
K2CO3 tidak mengandung ion H+ dan ion OH–
sehingga teori Arrhenius tidak dapat menjelaskan
sifat asam-basanya. Berbeda dengan teori
Brønsted-Lowry yang menentukan sifat asam-basa
berdasarkan transfer proton sehingga sifat
senyawa K2CO3 dijelaskan sebagai berikut.
K2CO3(aq) + 2H2O( ) → 2KOH(aq) + H2CO3(aq)
basa
F
H
F H
|
|
| |
F – B + : N – H ⎯→ F – B : N – H
|
|
| |
F
H
F H
asam 1
B. Uraian
3.
Teori
Arrhenius
Teori
Brønsted-Lowry
Teori
Lewis
OH–
Bersifat basa karena membentuk
OH– dalam air.
Bersifat basa
karena dapat
menerima proton
Bersifat basa karena dapat mendonorkan pasangan elektron
bebas.
NH3
Tidak dapat dijelaskan dengan
teori Arrhenius.
Bersifat basa
karena dapat
menerima proton.
Bersifat basa karena dapat mendonorkan pasangan elektron
bebas.
H2O
Tidak dapat dijelaskan dengan
teori Arrhenius.
Bersifat amfoter
karena dapat
menerima atau
memberikan proton (membentuk
H3O+ dan OH–)
Bersifat amfoter
karena menerima
pasangan elektron
bebas sekaligus
mendonorkan pasangan elektron
bebas.
BCl3
Tidak dapat dijelaskan dengan
teori Arrhenius.
Tidak dapat dijelaskan dengan
teori BrønstedLowry.
Bersifat asam
karena dapat
menerima pasangan elektron
bebas.
Senyawa
basa 1
Jadi, pasangan asam-basa konjugasi dalam reaksi
tersebut adalah H2O dengan OH– serta CN–dengan
HCN.
4. a.
HCl(g) + H2O( ) → H3O+(aq) + Cl–(aq)
asam
basa
asam
konjugasi
basa
konjugasi
Kimia Kelas XI
3
b.
HC2O4–(aq) + NH3(aq) → H2C2O4(aq) + NH2–(aq)
basa
asam
asam
konjugasi
basa
konjugasi
5. Persamaan reaksi Lewis untuk reaksi tersebut
sebagai berikut.
H
O
O
|
↑
↑
H – O : + S → O → HO – S – OH
↓
c.
CH3COOH(aq) + HCl(aq) →
basa
d.
+
CH3COOH2+(aq)
basa
konjugasi
asam
konjugasi
H2SO3(aq) + H2O(aq) → H3O+(aq) + HSO3–(aq)
asam
e.
asam
Cl–(aq)
basa
asam
konjugasi
Basa
Lewis
↓
O
Asam
Lewis
H2O berperan sebagai basa Lewis karena mendonorkan pasangan elektron bebas, sedangkan
SO3 berperan sebagai asam karena menerima
pasangan elektron bebas.
basa
konjugasi
NH4+(aq) + CO32–(aq) → NH3(aq) + HCO3–(aq).
asam
basa
basa
konjugasi
asam
konjugasi
A. Pilihan Ganda
1. Jawaban: c
Sifat-sifat larutan basa antara lain menghasilkan
OH– dalam air, tidak mengubah warna kertas
lakmus biru, mengubah warna kertas lakmus
merah menjadi biru, bersifat kaustik, dan terasa
licin. Sementara itu, sifat larutan asam antara lain
bersifat korosif, berasa masam, menghasilkan ion
H+ dalam air, dan bereaksi dengan logam menghasilkan gas hidrogen. Jadi, sifat larutan basa
ditunjukkan oleh angka 2), 3), dan 5).
2. Jawaban: b
Sifat tanah ditentukan dari kandungan zat yang
ada di dalamnya. Tanah pertanian yang terlalu
banyak mendapat pupuk kompos atau tanah
gambut masih mengandung zat organik yang
belum terdekomposisi sempurna. Keadaan ini
membuat tanah menjadi asam yang dapat diuji
dengan kertas lakmus dan pH-meter. Uji kertas
lakmus merah tidak akan berubah warna,
sedangkan uji kertas lakmus biru akan berubah
menjadi merah. Kandungan ion H+ dalam tanah
yang bersifat asam sangat tinggi sehingga pH tanah
< 7. Pengujian sifat tanah dengan hasil kertas
4
O
Larutan Asam Basa
lakmus merah berubah menjadi biru atau kertas
lakmus biru tidak berubah warna menunjukkan sifat
tanah basa. Tanah basa mengandung ion OH–
tinggi sehingga pH tanah > 7.
3. Jawaban: e
Air jeruk bersifat asam yang mempunyai pH di
bawah 7. Dengan demikian, pH-nya dapat ditentukan dengan indikator yang mempunyai trayek di
bawah 7, misal bromkresol hijau dan metil jingga.
Oleh karena itu, indikator yang tepat ditunjukkan
oleh angka 4) dan 5). Sementara itu, indikator
fenolftalein dan alizarin kuning mempunyai trayek
pH di atas 7 sehingga lebih sesuai untuk menentukan pH zat yang bersifat basa. Bromtimol biru
mempunyai trayek pH di sekitar pH 7 sehingga
kurang teliti untuk menentukan pH asam.
4. Jawaban: a
Larutan yang mampu mengubah warna kertas
lakmus merah menjadi biru bersifat basa, misal
Na2CO3. Larutan H3PO4, NH4Cl, H2C2O4, dan
CH3COOH merupakan senyawa yang bersifat
asam. Larutan-larutan ini tidak mengubah warna
kertas lakmus merah, tetapi mampu memerahkan
kertas lakmus biru.
5. Jawaban: e
Larutan X mempunyai pH 9,8 (di atas 7) sehingga
bersifat basa. Larutan basa apabila diuji dengan
kertas lakmus biru tidak akan mengubah warna
kertas lakmus tersebut. Apabila larutan X diuji
dengan kertas lakmus merah akan mengubah
warna kertas lakmus menjadi biru. Larutan basa
mempunyai jumlah Jumlah OH– lebih banyak dalam
larutannya daripada jumlah H+. Sifat larutan X
sama dengan larutan NaOH yaitu basa. Larutan
H2SO4 merupakan larutan asam sehingga sifat
larutan X berbeda dengan larutan H2SO4. Reaksi
larutan basa dengan asam menghasilkan garam,
misal reaksi larutan X (basa) dengan larutan H2SO4
(asam).
6. Jawaban: a
Larutan organik yang tidak mengubah warna kertas
lakmus merah tetapi memerahkan kertas lakmus
biru menunjukkan bahwa larutan tersebut bersifat
asam. Berdasarkan data, pada suasana asam
bunga kana akan menghasilkan warna merah. Oleh
karena itu, reaksi uji antara larutan organik dengan
bunga kana akan menghasilkan warna merah.
Begitu pula dengan indikator alami lainnya akan
menghasilkan warna sesuai warna indikator pada
keadaan asam. Bunga sepatu menghasilkan warna
merah, kubis ungu menghasilkan warna merah
muda, umbi bit menghasilkan warna biru, dan kulit
manggis menghasilkan warna cokelat kemerahan.
7. Jawaban: c
Obat mag merupakan zat yang bersifat basa. Jika
diuji dengan kertas lakmus merah warna kertas
lakmus berubah menjadi biru. Air abu juga merupakan zat yang bersifat basa dan akan menghasilkan
warna yang sama saat diuji dengan kertas lakmus
merah. Sementara itu, cuka, vitamin C, jus
mangga, dan air aki adalah zat yang bersifat asam.
Jika keempat zat tersebut diuji dengan kertas
lakmus merah, warna kertas lakmus (tidak berubah).
8. Jawaban: c
Hasil pengujian menunjukkan kertas lakmus merah
tidak berubah warna. Pengujian dengan indikator
daun pacar menghasilkan warna merah, indikator
kunyit menghasilkan warna kuning, dan indikator
kubis ungu menghasilkan warna merah muda. Hasil
ini menunjukkan bahwa larutan uji bersifat asam.
Di antara larutan tersebut yang bersifat asam
adalah HNO3. NaCl dan K2SO4 merupakan garam
yang bersifat netral. NH 4 OH dan Ca(OH) 2
merupakan larutan yang bersifat basa.
9. Jawaban: e
Hasil pengujian yang tepat terhadap larutan
tersebut sebagai berikut.
Nama
Larutan
a.
b.
c.
d.
e.
Garam dapur
Air suling
Air sabun
Air kapur
Kalium hidroksida
Warna Kertas Warna Kertas
Lakmus Merah Lakmus Biru
Sifat
Setelah
Setelah
Pencelupan
Pencelupan
Merah
Merah
Biru
Biru
Biru
Biru
Biru
Biru
Biru
Biru
Netral
Netral
Basa
Basa
Basa
10. Jawaban: d
1) Larutan I
Indikator lakmus: larutan berwarna biru
→ pH ≥ 8,3
Indikator metil merah: larutan berwarna kuning
→ pH ≥ 6,2
Indikator bromtimol biru (BTB): larutan
berwarna biru → pH ≥ 7,6
Jadi, pH larutan I ≥ 8,3
pH
2)
6,2
7,6 8,3
Larutan II
Indikator lakmus: larutan berwarna merah →
pH ≤ 4,5
Indikator metil merah: larutan berwarna jingga
→ 4,2 ≤ pH ≤ 6,2
Indikator bromtimol biru (BTB): larutan
berwarna kuning → pH ≤ 6,0
Jadi, 4,2 ≤ pH ≤ 4,5
pH
4,2 4,5
6,0 6,2
Dengan demikian, pH larutan I dan larutan II
berturut-turut yaitu pH ≥ 8,3 dan 4,2 ≤ pH ≤ 4,5.
B. Uraian
1. Untuk mengetahui sifat asam-basa suatu larutan
dapat dilakukan dengan cara menguji larutan tersebut menggunakan indikator asam-basa. Indikator
asam-basa akan memberikan warna yang berbeda
pada lingkungan asam dan basa. Contoh indikator
asam-basa adalah kertas lakmus merah dan biru.
Kertas lakmus merah dan biru akan menunjukkan
warna merah dalam larutan asam dan warna biru
dalam larutan basa.
Kimia Kelas XI
5
2. Larutan HClO4 termasuk larutan asam karena
mempunyai pH di bawah 7 dan bersifat korosif.
Sifat-sifat larutan HClO4 sebagai berikut.
a. Menghasilkan ion H+ dalam air.
b. Mampu memerahkan kertas lakmus biru.
c. Mampu bereaksi dengan logam menghasilkan
gas H2 dan garam.
d. Mampu bereaksi dengan senyawa basa membentuk garam.
3. Bunga sepatu dan bunga mawar merah dapat
digunakan untuk menentukan sifat asam-basa
larutan karena bunga tersebut menunjukkan warna
berbeda dalam suasana asam atau basa. Bunga
sepatu memberikan warna merah dalam larutan
asam dan warna kuning dalam larutan basa. Bunga
mawar merah memberikan warna merah muda
dalam larutan asam dan warna hijau dalam larutan
basa.
4. Larutan H2CO3 adalah larutan yang bersifat asam,
sedangkan larutan NH4OH bersifat basa. Larutan
dalam botol I menunjukkan warna kuning saat diuji
dengan bunga kana, warna kuning saat pengujian
A. Pilihan Ganda
1. Jawaban: b
M HNO3 = 0,01 M
[H+] = M × valensi
= 0,01 M × 1
= 0,01
pH = –log [H+]
= –log (0,01)
=2
Jadi, pH larutan HNO3 tersebut sebesar 2,0.
[H+] = [OH–] =
w
K
2. Jawaban: a
Kw = [H+][OH–]
=
3. Jawaban: e
Larutan asam monovalen dengan pH paling besar
memiliki konsentrasi paling kecil. Berdasarkan
tabel tersebut, larutan HCl memiliki konsentrasi
paling kecil sehingga pH-nya paling besar. Jadi,
larutan HCl 5 × 10–6 M memiliki pH paling besar.
Larutan Asam Basa
5. Pengujian larutan menggunakan indikator metil
merah, larutan berwarna jingga maka pH larutan
4,4 ≤ pH ≤ 6,2. Pengujian larutan menggunakan
indikator bromtimol biru, larutan berwarna hijau
maka pH larutan 6,0 ≤ pH ≤ 7,6. Pengujian larutan
menggunakan indikator metil jingga, larutan
berwarna kuning maka pH larutan ≥ 4,4. Pengujian
larutan menggunakan indikator bromkresol hijau,
larutan berwarna biru maka pH larutan ≥ 5,4. Jadi,
pH untuk larutan elektrolit tersebut berkisar antara
6,0 ≤ pH ≤ 6,2.
4. Jawaban: c
1) 100 mL HNO3 0,05 M
HNO3(aq) → H+(aq) + NO3–(aq)
[H+] = [HNO3] = 0,05 M
pH = –log (0,05) = –log 5 × 10–2 = 2 – log 5
2)
50 mL H2SO4 0,01 M
H2SO4(aq) → 2H+(aq) + SO42–(aq)
[H+] = 2 × [H2SO4] = 2 × 0,01 M = 0,02
pH = –log (0,02) = –log 2 × 10–2 = 2 – log 2
3)
100 mL HCl 0,005 M
HCl(aq) → H+(aq) + Cl–(aq)
[H+] = [HCl] = 0,005 M
pH = –log (0,005) = –log 5 × 10–3 = 3 – log 5
4)
200 mL HBr 0,02 M
HBr(aq) → H+(aq) + Br–(aq)
[H+] = [HBr] = 0,02 M
pH = –log (0,02) = –log 2 × 10–2 = 2 – log 2
5,47 × 10−14
[H+] = 2,34 × 10–7
Jadi, konsentrasi H+ dalam air pada suhu 50°C
sebesar 2,34 × 10–7.
6
dengan daun pacar air, warna jingga saat diuji
dengan kunyit, dan warna merah saat diuji dengan
umbi bit. Berdasarkan hasil tersebut, larutan dalam
botol I bersifat basa. Dengan demikian, larutan
dalam botol I berisi NH4OH. Larutan dalam botol II
menunjukkan warna merah saat diuji dengan bunga
kana, warna merah saat pengujian dengan daun
pacar air, warna kuning saat diuji dengan kunyit,
dan warna biru saat diuji dengan umbi bit. Hasil
tersebut menunjukkan larutan II bersifat asam.
Dengan demikian, larutan dalam botol II berisi
H2CO3.
5)
50 mL HClO4 0,01 M
HClO4(aq) → H+(aq) + ClO4–(aq)
[H+] = [HClO4] = 0,01 M
pH = –log (0,01) = –log 10–2 = 2
Jadi, pasangan larutan yang mempunyai pH yang
sama adalah H2SO4 dan HBr atau larutan 2) dan
4).
5. Jawaban: c
V1 × M1 = V2 × M2
10 mL × 0,01 M = 250 mL × M2
M2 = 0,0004 M = 4 × 10–4 M
[H+] = 2 × [H2SO4] = 2 × (4 × 10–4 M) = 8 × 10–4
pH = –log [H+] = –log 8 × 10-4 = 4 – log 8
Jadi, pH larutan H2SO4 encer sebesar 4 – log 8.
6. Jawaban: e
pH = 11 + log 2
pOH = 14 – (11 + log 2) = 3 – log 2
pOH = –log [OH–] = 3 – log 2 = –log 2 × 10–3
[OH–] = 2 × 10–3 M
M NaOH = [OH–] = 2 × 10–3 M
mol = M × volume NaOH
= (2 × 10–3 M) × 3 liter
= 6 × 10–3 mol
Jadi, banyak mol dalam 1 liter larutan NaOH
sebesar 6 × 10–3 mol.
7. Jawaban: b
1) larutan Ba(OH)2 0,01 M
Ba(OH)2(aq) → Ba2+(aq) + 2OH–(aq)
[OH–] = 2 × [Ba(OH)2]
= 2 × 0,01 M
= 2 × 10–2 M
pOH = –log [OH–]
= –log (2 × 10–2)
= 2 – log 2
pH = 14 – pOH
= 14 – (2 – log 2)
= 12 + log 2
2)
3)
larutan Mg(OH)2 0,05 M
Mg(OH)2(aq) → Mg2+(aq) + 2OH–(aq)
[OH–] = 2 × [Mg(OH)2]
= 2 × 0,05 M
= 10–1 M
pOH = –log [OH–]
= –log (10–1)
=1
pH = 14 – pOH
= 14 – 1
= 13
larutan Ca(OH)2 0,005 M
Ca(OH)2(aq) → Ca2+(aq) + 2OH–(aq)
[OH–] = 2 × [Ca(OH)2]
= 2 × 0,005 M
= 10–2 M
pOH = –log [OH–]
= –log (10–2)
=2
pH = 14 – pOH
= 14 – 2
= 12
4)
larutan NaOH 0,001 M
NaOH(aq) → Na+(aq) + OH–(aq)
[OH–] = [NaOH]
= 0,001 M
= 10–3
pOH = –log [OH–]
= –log (10–3)
=3
pH = 14 – pOH
= 14 – 3
= 11
5)
larutan KOH 0,005 M
KOH(aq) → K+(aq) + OH–(aq)
[OH–] = [KOH]
= 0,005 M
= 5 × 10–3 M
pOH = –log [OH–]
= –log (5 × 10–3)
= 3 – log 5
pH = 14 – pOH
= 14 – (3 – log 5)
= 11 + log 5
Jadi, urutan larutan dari yang paling basa yaitu
larutan Mg(OH)2, Ba(OH)2, Ca(OH)2, KOH, dan
NaOH yang ditunjukkan oleh angka 2) - 1) - 3) - 5)
- 4).
8. Jawaban: a
NaOH(aq) → Na+(aq) + OH–(aq)
pH = 13 + log 5
pOH = 14 – pH
= 14 – (13 + log 5)
= 1 – log 5
[OH–] = 5 × 10–1 M
[NaOH] = 5 × 10–1 M
M=
m
Mr
m
×
5 · 10–1 = 40 ·
m=
1.000
V
1.000
200
5
40 × 5 × 10−1
5
= 4 gram
Kimia Kelas XI
7
Kadar NaOH dalam cuplikan
=
massa NaOH
massa cuplikan
× 100%
4
= 5 × 100%
= 80%
Jadi, kadar NaOH dalam cuplikan adalah 80%.
9. Jawaban: c
MOH(aq) ⎯→ M+(aq) + OH–(aq)
[OH–]= [MOH] = 0,4 = 4 × 10–1 M
pOH = –log (4 × 10–1)
= 1 – log 4
pH = 14 – pOH
= 14 – (1 – log 4)
= 13 + log 4
1) KOH 0,5 M
KOH(aq) ⎯→ K+(aq) + OH–(aq)
KOH bervalensi 1
[OH–] = 1 × 0,5 M = 0,5 M
pOH = –log [OH–]
= –log 5 × 10–1
= 1 – log 5
pH = pKw – pOH
= 14 – (1 – log 5)
= 13 + log 5
2) NaOH 0,3 M
NaOH(aq) ⎯→ Na+(aq) + OH–(aq)
NaOH bervalensi 1
[OH–] = 1 × 0,3 M = 0,3 M
pOH = –log [OH–]
= –log 3 × 10–1
= 1 – log 3
pH = pKw – pOH
= 14 – (1 – log 3)
= 13 + log 3
3) Ba(OH)2 0,2 M
Ba(OH)2(aq) ⎯→ Ba2+(aq) + 2OH–(aq)
Ba(OH) bervalensi 2
[OH–] = 2 × 0,2 M
= 0,4 M
pOH = –log [OH–]
= –log 4 × 10–1
= 1 – log 4
pH = pKw – pOH
= 14 – (1 – log 4)
= 13 + log 4
4) Ca(OH)2 0,1 M
Ca(OH)2(aq) ⎯→ Ca2+(aq) + 2OH–(aq)
Ca(OH)2 basa bervalensi 2
[OH–] = 2 × 0,1 M = 0,2 M
pOH = –log [OH–]
= –log 2 × 10–1
= 1 – log 2
pH = pKw – pOH
8
Larutan Asam Basa
= 14 – (1 – log 2)
= 13 + log 2
5) Mg(OH)2 0,4 M
Mg(OH)2(aq) ⎯→ Mg2+(aq) + 2OH–(aq)
Mg(OH)2 bervalensi 2
[OH–] = 2 × 0,4 M
= 0,8 M
pOH = –log [OH–]
= –log 8 × 10–1
= 1 – log 8
pH = pKw – pOH
= 14 – (1 – log 8)
= 13 + log 8
Jadi, larutan yang memiliki pH sama dengan larutan
basa kuat MOH 0,4 M adalah Ba(OH)2 0,2 M.
10. Jawaban: d
Asam H2A merupakan asam bivalen.
pH = 1 → [H+] = 10–1
H2A(aq) → 2H+ + A2–(aq)
M=
[H + ]
2
M=
0,05 M =
Mr =
=
10 −1
2
= 0,05 M
10 × ρ × %
Mr
10 × 1,25 gram mL−1 × 0,384%
Mr
4,8
0,05
Jadi, Mr asam tersebut sebesar 96 gram mol–1.
B. Uraian
1. H2SO4(aq) → 2H+(aq) + SO42–(aq)
[H+] = 2 × [H2SO4]
[H+] = 2 × 0,01
= 0,02 M
= 2 × 10–2 M
Kw = [H+] [OH–]
–14
1,47 × 10 = (2 × 10–2)[OH–]
[OH–] = 7,35 × 10–13 M
pH larutan = –log [H+]
= –log (2 × 10–2)
= 2 – log 2
Jadi, konsentrasi ion H+ dalam larutan adalah
2 × 10–2 M, sedangkan konsentrasi OH– adalah
7,35 × 10–13 M. pH larutan 2 – log 2.
2. pH = 11,6
pH = 11 + 0,6 = 11 + log 4
pOH = 14 – pH = 14 – (11 + log 4) = 3 – log 4
pOH = –log [OH–]
3 – log 4 = –log [OH–]
[OH–] = 4 × 10–3
Ba(OH)2(aq) → Ba2+(aq) + 2OH–(aq)
[OH–] = 2 × [Ba(OH)2]
4 × 10–3 = 2 × [Ba(OH)2]
[Ba(OH)2] = 2 × 10–3
Jadi, konsentrasi larutan Ba(OH)2 tersebut 2 × 10–3 M.
3. a.
b.
c.
H2SO4 0,02 M
[H+] = [H2SO4] × valensi
[H+] = (0,02 M) × 2 = 0,04
pH = –log [H+]
= –log 0,04 = –log 4 × 10–2 = 2 – log 4
Ca(OH)2 0,005 M
[OH–] = [Ca(OH)2] × valensi
[OH–] = (0,005 M) × 2 = 0,01
pOH = –log [OH–]
= –log 0,01 = –log 10–2 = 2
pH = 14 – pOH
= 14 – 2 = 12
HNO3 0,005 M
[H+] = [HNO3] × valensi
[H+] = (0,005 M) × 1 = 0,005
pH = –log [H+]
= – log 0,005 = –log 5 × 10–3 = 3 – log 5
2 × 10–2 =
ρ HCl ⋅ V HCl
M r HCl
×
1,1 ⋅ V HCl
36,5
1.000
500
×
1.000
V
2 × 10−2 × 36,5
1,1× 2
= 0,332 mL
Jadi, volume HCl pekat yang diperlukan sebanyak
0,332 mL.
5. Misal basa bervalensi dua tersebut adalah M(OH)2.
massa basa M(OH)2 = 29 mg = 0,029 gram
M(OH)2(aq) → M+(aq) + 2OH–(aq)
pH = 11 + log 5
pOH = 14 – pH
= 14 – (11 + log 5) = 3 – log 5
= –log [OH–] = –log 5 × 10–3
[OH–] = 5 × 10–3 M
[OH–] = [M(OH)2] × valensi
5 × 10–3 M = [M(OH)2] × 2
[M(OH)2] =
MM(OH) =
2
2,5 × 10–3 =
5 × 10 −3
2
m
Mr
= 2,5 × 10–3 M
1.000
× volume
0,029 gram
58 gram mol−1
1.000
× volume
1.000
2,5 × 10–3 = 0,0005 × volume
2,5 × 10 −3
0,0005
4. HCl(aq) → H+(aq) + Cl–(aq)
[H+] = 2 × 10–2 M
[HCl] = [H+] = 2 × 10–2 M
M=
V HCl =
1.000
= volume
volume = 200 mL
Jadi, volume larutan yang dibuat dari 0,029 gram
basa M(OH)2 sebanyak 200 mL.
2
A. Pilihan Ganda
1. Jawaban: e
Larutan yang termasuk asam lemah adalah
HCOOH. Larutan HBr, HCl, HNO3, dan H2SO4
merupakan larutan asam kuat.
2. Jawaban: b
pH = 3 – log 5
–log [H+] = –log 5 × 10–3
[H+] = 5 × 10–3
[H+] = α × M
0,005 = α × 0,02 M
α = 0,25
Jadi, nilai derajat ionisasi asam lemah tersebut
adalah 0,25.
3. Jawaban: c
Kekuatan asam dari asam lemah ditentukan oleh
harga Ka-nya. Semakin besar harga Ka, kekuatan
asam semakin besar. HF mempunyai nilai Ka
paling besar, sedangkan HCN mempunyai nilai Ka
paling kecil. Dengan demikian, urutan asam dari
yang paling lemah yaitu HCN – HClO – CH3COOH
– HF. Urutan tersebut ditunjukkan oleh angka 2) 3) - 4) - 1).
4. Jawaban: c
H2CO3(aq) → 2H+(aq) + CO32–(aq)
pH = 5 – log 2
–log [H+] = –log 2 × 10–5
[H+] = 2 × 10–5
Kimia Kelas XI
9
2×
4×
[H+] =
Ka ×M
10–5
K a × 0,001
10–10
=
10–3 =
10–6 = 2 × 10–4 × [HCOOH]
[HCOOH] = 5 × 10–3 M
= Ka × 0,001
Ka = 4 × 10–7
Jadi, nilai tetapan ionisasi H2CO3
sebesar 4 × 10–7.
5. Jawaban: d
[H+] =
Ka ×M
[H+] =
6,4 × 10−4 × 0,1
=
= 8 × 10–3 = 8 × 10–4
Jadi, besar konsentrasi H+ dalam larutan tersebut
sebanyak 8 × 10–3 M.
6. Jawaban: d
Ka × M
10–4 =
1,8 ⋅ 10−5 × M
M = 5,5 × 10–4 M
pH = 5 → [H+] = 10–5
10–5 =
1,8 ⋅ 10−5 × M
M = 5,5 × 10
–6
M
Pengenceran: V1 · M1 = V2 · M2
misal: V1 = 1 L
1 × 5,5 × 10–4 = V2 × 5,5 × 10–6
⇔
V2 = 100 L
Jadi, larutan asam sitrat akan mengalami perubahan
pH dari 4 menjadi 5 jika diencerkan 100 kali.
7. Jawaban: b
pH = 3
[H+] = 10–3 M
Ka = 2 × 10–5
Ka ×M
10–3 =
2 × 10−5 × M
10–5
=2×
×M
M = 0,05 M
Jadi, konsentrasi asam lemah HX tersebut adalah
0,05 M.
8. Jawaban: d
pH = 3
[H+] = 10–3
10
1.000
V
5 × 10–3 =
JP
6,02 × 1023
×
1.000
250
4
5 × 10−3 × 6,02 × 1023
4
9. Jawaban: c
[OH–] = α × [NH4OH]
= 20% × (0,01) = 0,002
pOH = 3 – log 2
pH = 14 – pOH
= 14 – (3 – log 2)
= 11 + log 2
Jadi, nilai pOH dan pH larutan NH4OH tersebut
berturut-turut yaitu 3 – log 2 dan 11 + log 2.
10. Jawaban: d
[OH–] = α × b
= 1% × 0,1
= 10–3
pOH= –log 10–3
=3
pH = 14 – pOH
= 14 – 3
= 11
11. Jawaban: e
LOH(aq) → L+(aq) + OH–(aq)
[H+] =
[H+] =
×
pOH = –log [OH–]
= –log (0,002)
= –log 2 × 10–3
pH = 4 → [H+] = 10–4
10–6
JP
6,02 × 1023
= 7,525 × 1020 molekul
≈ 7,5 × 1020 molekul
[H+]
[H+] =
1.000
V
[HCOOH] =
−6
[H+]
64 × 10
[HCOOH] = mol ×
JP =
6,4 × 10−5
[H+] =
2 × 10−4 × [HCOOH]
K a × [HCOOH]
Larutan Asam Basa
pH awal = 11
pOH = 3, [OH–] =10–3 M
[OH–] =
10–3 =
K b × [LOH]
10−6 × [LOH]
10–3 = 10–6 × [LOH]
[LOH] = 1 M
pH akhir setelah pengenceran = 10
pOH = 4, [OH–] =10–4 M
K b × [LOH]
[OH–] =
10−6 × [LOH]
10–4 =
10–8
10–6
=
× [LOH]
[LOH] = 10–2 M
K a × [CH3COOH]
10–3 =
10−5 × [CH3COOH]
10–6 = 10–5 × [CH3COOH]
Sebelum dan sesudah pengenceran jumlah mol
tetap sama.
M1 × V1 = M2 × V2
1 M × 0,1 L = 10–2 M × V2
V2 = 10 L
Volume akhir setelah pengenceran sebanyak 10 L.
Dengan demikian, larutan diencerkan sebanyak
10 L
0,1 L
[H+] =
= 100 kali.
12. Jawaban: d
[CH3COOH] = 10–5
Larutan diencerkan hingga 1 liter.
M1 × V1 = M2 × V2
–1
10 M × 0,1 L = M2 × 1 L
M2 = 10–2 M
[H+] =
K a × [CH3COOH]
[H+] =
10−5 × [CH3COOH]
=
10 −5 × 10−2
(M1 × V1) + (M 2 × V2 ) + (M 3 × V3 )
V total
[H+] =
=
(0,5 × 300) + (0,25 × 500) + (0 × 200)
300 + 500 + 200
[H+] = 10–3,5
=
150 + 125
1.000
M total =
= 0,275 M
Jadi, konsentrasi asam menjadi 0,275 M.
13. Jawaban: a
pH = 8 + log 9
pOH = 14 – (8 + log 9) = 6 – log 9
[OH–] = 9 × 10–6
[OH–] =
9 × 10–6 =
K b × [Fe(OH)3 ]
9 × 10−10 × [Fe(OH)3 ]
81 × 10–12 = 9 × 10–10 × [Fe(OH)3]
−12
10−7
pH = –log [H+]
= –log (10–3,5)
= 3,5
Jadi, pH larutan setelah diencerkan menjadi 3,5.
15. Jawaban: b
massa Al(OH)3 = 39 mg = 0,039 gram
Mr Al(OH)3 = 78
mol Al(OH)3 =
0,039
78
M larutan Al(OH)3 =
= 0,0005 mol = 5 × 10–4 mol
0,0005 mol
0,125 L
= 0,004 M
Konsentrasi OH– dalam larutan Al(OH)3:
[OH–] =
K b × [Al(OH)3 ]
10−5 × 0,004
[Fe(OH)3] =
81 × 10
9 × 10−10
= 9 × 10–2
[OH–] =
[Fe(OH)3] =
massa
Mr
1L
volume
[OH–] = 4 × 10−8
[OH–] = 2 × 10–4
1L
0,2 L
pOH = –log [OH–]
= –log 2 × 10–4
pOH = 4 – log 2
pH = 14 – pOH
= 14 – (4 – log 2)
= 10 + log 2
Jadi, pH larutan Al(OH)3 tersebut adalah 10 + log 2.
×
9 × 10–2 = massa ×
107
9 × 10–2 = massa × 5
107
massa = 1,926 gram
Jadi, massa serbuk Fe(OH)3 yang harus dilarutkan
dalam 200 mL larutannya sebanyak 1,926 gram.
14. Jawaban: b
CH3COOH(aq) → H+(aq) + CH3COO–(aq)
pH = 3
[H+] = 10–3
Kimia Kelas XI
11
B. Uraian
1. [H+] =
4. pH = 9
pOH = 14 – pH
= 14 – 9
=5
Ka ×M
[H+] =
7,2 × 10−10 × 0,2
[H+] =
14,4 × 10−11 =
1,44 × 10−10
[H+] = 1,2 × 10–5
[H+] =
3 × 10–3 =
9×
10–6
b=
K a × 0,05
= Ka × 0,05
Ka =
9 × 10 −6
0,05
= 1,8 × 10–4
α2 =
Ka
M asam
1,8 × 10 −4
0,05
= 0,0036
volume NH3 = mol NH3 × 22,4 L mol–1
= 2 × 10–6 mol × 22,4 L mol–1
= 44,8 × 10–6 L
= 4,48 × 10–5 L
Jadi, volume gas NH3 yang diperlukan sebanyak
4,48 × 10–5 L.
5. mol NaOH =
massa Mg(OH)2 dalam 200 mL:
[OH–] =
10–6 =
(10−11) × M
= 5 × 10–3 mol
−12
10
10−11
M=
massa
Mr
×
58
massa
58
M NaOH = mol ×
= 0,1 M
0,1 = massa ×
1L
volume
1L
0,2 L
×5
massa = 1,16 gram
Jadi, massa Mg(OH) 2 yang larut dalam
200 mL larutannya sebanyak 1,16 gram.
derajat ionisasi (α):
α2 =
=
3 × 10 21
6 × 10 23
= 0,5 × 10–2
M=
0,1 =
=
JP
6,0 × 10 23
Kb × M
10–12 = 10–11 × M
Kb
M basa
1,0 × 10
0,1
−11
Larutan Asam Basa
1.000
V
= 5 × 10–3 ×
1.000
500
2
= 10–2 M
[OH–] = [NaOH] × valensi
= 10–2 × 1
= 10–2 M
pH sama, berarti pOH sama dan [OH–] sama.
[OH–] NaOH = [OH–] basa lemah
10–2 =
Kb × b
10–2 =
Kb × 1
10–4 = Kb
Kb = 10–4
Jadi, Kb asam lemah tersebut 10–4.
= 10–10
α = 10–5
Jadi, derajat ionisasi Mg(OH)2 sebesar 10–5.
12
2 × 10 −5
mol NH3 = b × V air
= 5 × 10–6 M × 0,4 L
= 2 × 10–6 mol
Jadi, nilai Ka dan derajat ionisasi (α) dalam larutan
HCOOH tersebut berturut-turut yaitu 1,8 × 10-4 dan
0,06.
b.
10 −10
= 0,5 × 10–5 = 5 × 10–6 M
α = 0,06
3. a.
Kb × b
2 × 10−5 × b
10–10 = 2 × 10–5 × b
Ka ×M
=
[OH–] =
10–5 =
pH = –log [H+]
= –log (1,2 × 10–5)
pH = 5 – log 1,2
= 5 – 0,08
pH = 4,92
Jadi, pH larutan tersebut 4,92.
2.
[OH–] = 10–5 M
Kimia Kelas XI
13
Peranan Asam-Basa dalam Berbagai Bidang
Konsep pH dalam Pencemaran
Tetapan Kesetimbangan
Derajat Ionisasi
Penentuan pH Basa Kuat
Penentuan pH Asam Kuat
pH, pOH, dan pKw
Penentuan pH Larutan
Asam Lemah dan Basa Lemah
Penentuan pH Larutan
Asam Kuat dan Basa Kuat
Larutan Asam-Basa
Sifat Larutan Asam-Basa
Konsep Asam-Basa
Identifikasi Asam-Basa
Sifat Basa
Sifat Asam
Teori Lewis
Teori Brønsted-Lowry
Teori Arrhenius
2)
A. Pilihan Ganda
CN–(aq) + H2O( ) → HCN(aq) + OH–(aq)
basa
1. Jawaban: c
Menurut Arrhenius senyawa basa adalah senyawa
yang mampu menghasilkan ion OH– dalam air,
misal senyawa Ba(OH)2. Sementara itu, senyawa
asam dijelaskan sebagai senyawa yang mampu
menghasilkan ion H+ dalam air. Teori asam-basa
yang melibatkan donor pasangan elektron bebas
dijelaskan oleh Lewis. Teori asam-basa yang
melibatkan pengikatan dan pelepasan proton
dijelaskan oleh Brønsted-Lowry.
2. Jawaban: d
Oleh karena teori asam-basa Arrhenius hanya
melihat kemampuan zat menghasilkan ion H+ dan
OH – , H 2 O dianggap bersifat netral karena
menghasilkan ion H + maupun ion OH– sama
banyak. Teori Arrhenius mempunyai kelemahan
karena tidak dapat menjelaskan sifat senyawa jika
dilarutkan dalam pelarut selain air (H2O).
3)
basa
konjugasi
basa
asam
konjugasi
basa
konjugasi
HSO4–(aq) + H2O( ) → H3O+(aq) + SO42–(aq)
asam
5)
asam
konjugasi
H2SO3(aq) + H2O( ) → H3O+(aq) + HSO3–(aq)
asam
4)
asam
basa
asam
konjugasi
basa
konjugasi
H2O( ) + NH(aq)3 → NH4+(aq) + OH–(aq)
asam
basa
basa
konjugasi
asam
konjugasi
3. Jawaban: a
HSO4–(aq) + CO32–(aq) → SO42–(aq) + HCO3–(aq)
asam
basa
basa
konjugasi
asam
konjugasi
Asam menurut teori Brønsted-Lowry adalah zat
yang mendonorkan H+ (proton), sedangkan basa
adalah spesi yang menerima H+ (proton). Jadi, zat
yang berperan sebagai asam adalah HSO 4–,
sedangkan zat yang bersifat basa adalah CO32–.
4. Jawaban: a
Menurut teori Lewis dalam reaksi SnCl4( ) + 2Cl–(aq)
→ SnCl 62–( aq ), SnCl 4 merupakan spesi yang
bersifat asam (menerima pasangan elektron
bebas), sedangkan 2Cl– merupakan spesi yang
bersifat basa (mendonorkan pasangan elektron
bebas). Menurut teori Brønsted-Lowry, dalam reaksi
HBr(aq) + H2O( ) → Br–(aq) + H3O+(aq), HBr
berperan sebagai asam (mendonorkan proton) dan
H2O berperan sebagai basa (menerima proton).
Sementara itu, Br – berperan sebagai basa
konjugasi dan H3O+ adalah asam konjugasi.
5. Jawaban: e
1) CH3COOH(aq) + H2O(
asam
14
Larutan Asam Basa
) → CH3COO–(aq) + H3O+(aq)
basa
basa
konjugasi
asam
konjugasi
H2O pada reaksi 1), 3) dan 4) berperan sebagai
basa, sedangkan H2O pada reaksi 2) dan 5)
berperan sebagai asam. Dengan demikian,
pasangan reaksi yang mempunyai H2O dengan
sifat berbeda adalah reaksi 4) dan 5).
6. Jawaban: e
Sifat zat dalam reaksi berdasarkan teori BrønstedLowry sebagai berikut.
SO42–(aq) + HNO3(aq) → HSO4–(aq) + NO3–(aq)
basa
asam
(menerima proton)
(mendonorkan proton)
asam
konjugasi
basa
konjugasi
7. Jawaban: e
Reaksi H2O + SO3 → H2SO4 merupakan reaksi
asam-basa menurut Lewis. H2O berperan sebagai
basa Lewis karena mendonorkan pasangan
elektron bebas, sedangkan SO3 berperan sebagai
asam karena menerima pasangan elektron bebas
membentuk senyawa H2SO4. Teori asam-basa
yang melibatkan transfer proton dijelaskan oleh
Brønsted-Lowry. Asam merupakan spesi yang
mendonorkan proton, sedangkan basa adalah
spesi yang menerima proton.
8. Jawaban: c
Asam-basa konjugasi adalah dua zat yang mempunyai selisih satu atom H atau satu proton (H+).
Misalnya H2CO3 dan HCO3–.
9. Jawaban: a
1) HS–(aq) + H+(aq) → H2S(aq)
basa
2)
asam
H3PO4(aq) → H2PO4–(aq) + H+(aq)
amfoter
(asam dan
basa)
3)
basa
konjugasi
asam
konjugasi
NH3(aq) + H2O( ) → NH4+(aq) + OH–(aq)
basa
4)
asam-basa
konjugasi
asam
asam
konjugasi
basa
konjugasi
SO42–(aq) + HNO3(aq) → HSO4–(aq) + NO3–(aq)
basa
asam
asam
konjugasi
basa
konjugasi
Pasangan spesi yang keduanya bersifat asam
adalah H+ dan H2O.
10. Jawaban: d
Warna Kertas
Larutan
K
L
M
N
O
Lakmus
Merah
Merah
Biru
Biru
Merah
Merah
Lakmus
Biru
Biru
Biru
Biru
Merah
Biru
Sifat
Larutan
Netral
Basa
Basa
Asam
Netral
11. Jawaban: b
Indikator asam-basa dapat menunjukkan warna
berbeda pada kondisi asam dan basa. Bahan alami
yang dapat digunakan sebagai indikator alami
antara lain kunyit, bunga kana, umbi bit, kubis
ungu, dan bunga kamboja.
12. Jawaban: d
Air limbah 1
Hasil uji indikator metil jingga: warna kuning →
pH ≥ 4,4
Hasil uji indikator bromkresol hijau: warna biru →
pH ≥ 5,4
Hasil uji indikator bromtimol biru: warna kuning →
pH ≤ 6,0
Jadi, pH air limbah 1 adalah 5,4 ≤ pH ≤ 6,0.
Air limbah 2
Hasil uji indikator metil jingga: warna kuning → pH
≥ 4,4
Hasil uji indikator bromkresol hijau: warna hijau →
3,8 ≤ pH ≤ 5,4
Hasil uji indikator bromtimol biru: warna kuning →
pH ≤ 6,0
Jadi, pH air limbah 2 adalah 4,4 ≤ pH ≤ 5,4.
13. Jawaban: b
Hasil pengujian menunjukkan warna ungu yang
berarti larutan bersifat basa kuat. Contoh KOH.
Hasil uji larutan lainnya sebagai berikut.
Larutan
Warna Kertas Indikator
HF
KOH
NaCl
HClO4
NH 4OH
Merah muda
Ungu tua
Hijau
Merah tua
Ungu muda
14. Jawaban: b
Larutan H2SO4 0,1 M merupakan larutan asam kuat
sehingga saat diuji dengan indikator fenolftalein
akan menunjukkan larutan tidak berwarna karena
pH di bawah 7. Pengujian dengan indikator
bromtimol biru menghasilkan warna kuning karena
sifat H2SO4 yang asam. Oleh karena asam kuat,
pH larutan H2SO4 0,1 M sangat rendah sehingga
warna larutan saat diuji dengan lakmus dan metil
jingga berturut-turut adalah merah dan merah.
15. Jawaban: e
Semakin kecil harga pH larutan, semakin kuat sifat
asam, sedangkan semakin besar harga pH larutan,
semakin lemah sifat asamnya. Jadi, urutan tingkat
keasaman dari yang paling tinggi adalah sari buah
anggur, susu, darah, hati ayam, dan air abu atau
5), 3), 2), 4), dan 1).
16. Jawaban: b
200 mL HCl 0,04 M
[H+] = [HCl] × valensi
[H+] = 0,04 × 1 = 0,04
pH = –log [H+]
= –log 0,04
pH = –log 4 × 10–2
= 2 – log 4
Jadi, pH larutan HCl 0,04 tersebut adalah 2 - log 4
17. Jawaban: d
misal V1 = V, V2 = 100V
HBr(aq) → H+(aq) + Br–(aq)
pH = 3, [H+] = 10–3
[HBr] = [H+] = 10–3 M
Kimia Kelas XI
15
Setelah diencerkan 100 kali:
M1 × V1 = M2 × V2
10–3 × V = M2 × 100V
M2 = 10–5
Kb = 10–5
Jadi, nilai Kb amonia sebesar 10–5.
[H+] setelah diencerkan = M2 × valensi
= 10–5 × 1
= 10–5
pH = –log [H+]
= –log 10–5 = 5
Jadi, pH larutan setelah diencerkan adalah 5.
18. Jawaban: b
pH = 12 + log 4
pOH = 14 – (12 + log 4) = 2 – log 4
[OH–] = 4 × 10–2
[OH–] = [basa] × valensi
4 × 10–2 = [basa] × 2
[basa] =
4 × 10 −2
2
[basa] =
massa
Mr
2 × 10–2 =
0,29
Mr
= 0,02 = 2 × 10–2
1L
volume
1L
0,25 L
×
×
Mr = 58
Mr tiap-tiap basa sebagai berikut.
Be(OH)2 = 43
Mg(OH)2 = 58
Ca(OH)2 = 74
Sr(OH)2 = 122
Ba(OH)2 = 171
Jadi, basa yang dimaksud adalah Mg(OH)2.
19. Jawaban: e
Kekuatan asam lemah dapat diketahui dari nilai
Ka-nya. Semakin besar nilai Ka, kekuatan asam
lemah semakin besar. Berdasarkan data dalam
tabel tersebut, urutan kekuatan asam lemah dari
yang paling besar adalah HP > HK > HM > HN >
HQ > HR > HL > HS. Dengan demikian, pernyataan
yang tepat ditunjukkan pada opsi e yaitu asam
HM lebih kuat daripada asam HL.
21. Jawaban: a
Larutan yang mengandung ion OH– merupakan
larutan basa yang ditandai dengan membirukan
kertas lakmus merah dan tidak merubah warna
kertas lakmus biru. Larutan basa ditunjukkan oleh
larutan P dan S. Larutan yang tidak mengubah
warna kertas lakmus merah maupun biru adalah
larutan netral, misal larutan R. Larutan yang
memerahkan kertas lakmus biru dan tidak
mengubah warna kertas lakmus merah adalah
larutan asam, misal larutan Q dan T.
22. Jawaban: e
Limbah X:
Hasil uji dengan bromtimol biru = biru → pH ≥ 7,6.
Hasil uji dengan timol hijau = biru → pH ≥ 2,8.
Hasil uji dengan fenolftalein = tidak berwarna →
pH ≤ 8,0.
Hasil uji dengan metil merah = kuning → pH ≥ 6,2.
Jadi, 7,6 ≤ pH limbah X ≤ 8,0.
Limbah Y:
Hasil uji dengan bromtimol biru = kuning → pH ≤
6,0.
Hasil uji dengan timol hijau = biru → pH ≥ 2,8.
Hasil uji dengan fenolftalein = tidak berwarna →
pH ≤ 8,0.
Hasil uji dengan metil merah = oranye → 4,4 ≤ pH
≤ 6,2.
Jadi, 4,4 ≤ pH limbah Y ≤ 6,0.
23. Jawaban: e
KOH(aq) → K+(aq) + OH–(aq)
pH = 13, pOH = 14 – pH = 14 – 13 = 1
[OH–] = 10–1 M
[KOH] = [OH–] = 10–1 M
M=
10–1 =
V=
20. Jawaban: e
mol =
massa
Mr
M larutan =
1,7 gram
17 gram mol−1
0,1 mol
= 0,1 M
1L
=
α = 1% = 0,01
α=
Kb
M
0,01 =
Kb
0,1
10–4 =
16
Kb
10
−1
Larutan Asam Basa
=
= 0,1 mol
massa
Mr
×
1.000
V
1.000
1,4
× V
56
1,4 × 1.000
10−1 × 56
1.400
5,6
= 250 mL
Jadi, volume air yang diperlukan adalah 250 mL.
24. Jawaban: b
[OH–] campuran =
([OH− ]1 × V1) + ([OH− ]2 × V2 )
V1 + V2
=
([KOH] × valensi × V1) + ([Ca(OH)2 × valensi × V2 )
V1 + V2
=
(0,01× 1× 100) + (0,01× 2 × 100)
100 + 100
1+ 2
3
= 200 = 200 = 1,5 × 10–2 M
pOH= –log (1,5 × 10–2)
2)
= 2 – log 1,5
pH = 14 – pOH
= 14 – (2 – log 1,5)
= 12 + log 1,5
M RbOH =
25. Jawaban: b
H2SO4(aq) → 2H+(aq) + SO42–(aq)
CH3COOH(aq)
CH3COO–(aq) + H+(aq)
[H+] campuran =
=
=
=
=
=
pH = pKw – pOH
= 14 – (2 – log 5) = 12 + log 5
0,01 mol RbOH dalam 1 liter larutan
([H+ ]1 × V1) + ([H+ ]2 × V2 )
V1 + V2
3)
V1 + V2
(0,05 × 2 × 100) + ( 10−5 × 10−1 × 400)
100 + 400
10 + (10 −3 × 400)
500
10 + 0,4
500
M NaOH =
= 0,0208 ≈ 0,02 M
=
pH = –log [H+]
= –log (0,02)
= 2 – log 2
4)
massa NaOH
(1 × Ar Na) + (1 × Ar O) + (1 × Ar H)
=
0,4 gram
((1 × 23) + (1 × 16) + (1 × 1)) gram mol−1
=
0,4 gram
40 gram mol−1
= 10–3
pH = 3
Perbandingan pH larutan NaOH : pH larutan HF
⇔ 13 : 3.
27. Jawaban: d
1) 0,1 mol KOH dalam 2 liter larutan
=
0,1mol
2L
mol NaOH
volume NaOH
0,01mol
1L
= 0,01 M
0,1 mol Sr(OH)2 dalam 2 liter larutan
= 0,05 M
KOH(aq) → K+(aq) + OH–(aq)
[OH–] = [KOH] × valensi = 0,05 × 1 = 0,05 M
pOH = –log [OH–] = –log 5 × 10–2 = 2 – log 5
mol Sr(OH)2
volume Sr(OH)2
=
0,1mol
2L
= 0,05 M
Sr(OH)2(aq) → Sr2+(aq) + 2OH–(aq)
[OH–] = [Sr(OH)2] × valensi
= 0,05 × 2
= 0,1 M
pOH = –log [OH–]
= –log 10–1
=1
pH = pKw – pOH
= 14 – 1
= 13
10−5 ⋅ 10−1
mol KOH
volume KOH
massa NaOH
M r NaOH
=
M Sr(OH)2 =
Ka ⋅ a
M KOH =
= 0,01 M
NaOH(aq) → Na+(aq) + OH–(aq)
[OH–] = [NaOH] × valensi
= 0,01 × 1
= 0,01 M
pOH = –log [OH–]
= –log 10–2 = 2
pH = pKw – pOH
= 14 – 2 = 12
26. Jawaban: a
1) NaOH 0,1 M
[OH–] = [NaOH] · valensi
= 0,1 × 1
= 0,1 = 10–1
pOH = 1
pH = pKw – pOH
= 14 – 1 = 13
2) HF 0,1 M (Ka = 10–5)
=
0,01mol
1L
= 0,01 mol
10,4
500
[H ] =
=
RbOH(aq) → Rb+(aq) + OH–(aq)
[OH–] = [RbOH] × valensi = 0,01 × 1 = 0,01 M
pOH = –log [OH–] = –log 10–2 = 2
pH = pKw – pOH
= 14 – 2 = 12
0,4 gram NaOH dalam 1 liter larutan
Mol NaOH =
([H2SO4 ] × 2 × V1) + ( K a ⋅ [CH3COOH] × V2 )
+
mol RbOH
volume RbOH
5)
0,74 gram Ca(OH)2 dalam 0,5 liter larutan
mol Ca(OH)2
=
massa Ca(OH)2
M r Ca(OH)2
Kimia Kelas XI
17
=
massa Ca(OH)2
(1 × Ar Ca) + (2 × Ar O) + (2 × Ar H)
=
0,74 gram
((1 × 40) + (2 × 16) + (2 × 1)) gram mol−1
=
0,74 gram
(40 + 32 + 2) gram mol−1
=
0,74 gram
74 gram mol−1
[Ca(OH)2] =
= 5 × 10–3 M
mol Ca(OH)2
volume Ca(OH)2
=
0,01mol
0,5 L
= 0,02 M
Ca(OH)2(aq) → Ca2+(aq) + 2OH–(aq)
[OH–] = [Ca(OH)2] × valensi
= 0,02 × 2
= 0,04 M
pOH = –log [OH–]
= –log 4 × 10–2
= 2 – log 4
pH = pKw – pOH
= 14 – (2 – log 4)
= 12 + log 4
Jadi, harga pH terbesar terdapat pada larutan
0,1 mol Sr(OH)2 dalam 2 liter larutan.
28. Jawaban: a
Massa HCl = ρ HCl × V HCl
= 1,08 g mL–1 × 10 mL
= 10,8 g
Larutan HCl mengandung 18,25% berat HCl
18,25
= 100 × 10,8 g = 1,97 g
Mol HCl =
=
M HCl =
M=
massa
Mr
5 × 10–3 =
massa
74
massa =
= 0,01 mol
M Ca(OH)2 =
10−2
2
massa HCl
M r HCl
×
×
1.000
V
1.000
250
4
5 × 10−3 × 74
4
= 9,25 × 10–2 gram
Kadar Ca(OH)2 dalam cuplikan
=
massa Ca(OH)2
massa cuplikan
=
9,25 × 10−2
8
× 100%
× 100%
= 1,1560%
30. Jawaban: a
N2H5OH
N2H5+ + OH–
[OH–] =
K b × [N2H5OH]
3,4 × 10−6 × [N2H5OH]
[N2H5OH] = 3,4 × 10–2 M
Mol N2H5OH = 3,4 × 10–2 M × 0,5 L
= 1,7 × 10–2 mol
Massa N2H5OH = mol × Mr
= 1,7 × 10–2 × 50
= 0,85 gram
Jadi, massa N2H5OH sebesar 0,85 gram.
3,4 × 10–4 =
B. Uraian
1,97 g
36,5 g mol−1
= 0,05 mol
1. a.
HCl(aq) + H2O( ) → H3O+(aq) + Cl–(aq)
asam
basa
mol HCl
V HCl
asam
konjugasi
basa
konjugasi
1.000
= 0,05 mol × 500 L = 0,1 M
[H+] = M HCl × valensi
HCl berperan sebagai asam karena mendonorkan H+ ke H2O, sedangkan Cl– adalah
basa konjugasinya yang telah kehilangan proton (H+). Sementara itu, H2O berperan sebagai
basa karena menerima proton (H+) dari HCl,
sedangkan H3O+ adalah asam konjugasinya.
= 0,1 × 1
= 10–1
pH = –log [H+] = –log 10–1 = 1
Jadi, pH HCl setelah pengenceran adalah 1.
29. Jawaban: c
Ca(OH)2(aq) → Ca2+(aq) + 2OH–(aq)
pH = 12, pOH = 14 – pH = 14 – 12 = 2
[OH–] = 10–2 M
[OH–] = [Ca(OH)2] × valensi
10–2 = [Ca(OH)2] × 2
18
Larutan Asam Basa
b.
NH3(g) + HC2O4–(aq) → H2C2O4(aq) + NH2–(aq)
asam
basa
asam
konjugasi
basa
konjugasi
NH3 berperan sebagai asam karena mendonorkan H+ ke HC2O4–, sedangkan NH2–
adalah basa konjugasinya yang telah
kehilangan proton (H+). Sementara itu, HC2O4–
berperan sebagai basa karena menerima
proton (H+) dari NH3, sedangkan H2C2O4
adalah asam konjugasinya.
2. a.
b.
3. a.
HSO4– dapat bersifat asam karena dapat
menerima proton membentuk H2SO4.
Reaksi: HSO4– + H+ → H2SO4
HSO4– dapat bersifat basa karena dapat
melepaskan proton membentuk SO42–.
Reaksi: HSO4– → SO42– + H+
Jadi, HSO4– dapat bersifat asam juga basa
sehingga dapat dikatakan bersifat amfoter.
[H2CO3] =
=
= 4 × 10–4
pH = –log (4 × 10–4)
= 4 – log 4
6. pH = 11
pOH = pKw – pH = 14 – 11 = 3
–log [OH–] = 3
–log [OH–] = –log 10–3
[OH–] = 10–3
[OH–] =
1.000
V (mL)
6,2 gram
62 gram mol−1
×
10–3 =
1.000
1.000
= 0,1 M
=
4 × 10
−8
= 2 × 10–4
Jadi, konsentrasi H+ dalam larutan sebesar
2 × 10–4 M.
Persentase H2CO3 yang telah terionisasi
dalam larutan:
Kb
M
Kb × b
K b × 0,1
= Kb × 10–1
Kb = 10–5
Jadi, Kb obat sebesar 10–5.
7.
α=
0,2% =
0,2
100
=
4 × 10–6 =
Kb
M
4 × 10−9
M
4 × 10−9
M
4 × 10−9
M
M = 10–3
−7
=
4 × 10
0,1
=
4 × 10−6
= 2 × 10–3
Jadi, persentase H2CO3 yang terionisasi
dalam larutan sebesar 2 × 10–3.
4. Pengujian dengan indikator metil merah menunjukkan warna kuning sehingga pH sampel ≥ 6,3.
Pengujian dengan indikator BTB menghasilkan
warna biru sehingga pH sampel ≥ 7,6. Pengujian
dengan indikator fenolftalein tidak menghasilkan
larutan berwarna sehingga pH larutan ≤ 8,3. Dengan
demikian, pH sampel berada di antara 7,6 sampai
8,3 atau 7,6 ≤ pH ≤ 8,3.
5. massa asetil salisilat = 2 × 0,36 gram = 0,72 gram
M=
10
4 × 10−7 × 0,1
=
α=
–6
Ka ×M
[H+] =
b.
×
10−5 × 16 × 10−3
=
Konsentrasi H+ dalam larutan:
massa
Mr
Ka × M
[H+] =
1.000
V
massa
Mr
×
0,72
1.000
[OH–] =
Kb × M
[OH–] =
4 × 10−9 × 10−3
4 × 10−12
[OH–] = 2 × 10–6
[OH–] =
pOH = log [OH–]
= –log 2 × 10–6
= 6 – log 2
pH = 14 – pOH
= 14 – (6 – log 2)
= 8 + log 2
Jadi, pH larutan tersebut adalah 8 + log 2
8. Reaksi tersebut merupakan reaksi asam-basa
Lewis yang melibatkan penggunaan pasangan
elektron bebas. (CH3)2O berperan sebagai basa
Lewis karena mendonorkan pasangan elektron
bebasnya, sedangkan BF3 berperan sebagai asam
Lewis karena menerima pasangan elektron bebas.
= 180 × 250
= 0,016 M
Kimia Kelas XI
19
9. [H+] campuran =
([asam]1 × V1 × valensi) + ([asam]2 × V2 × valensi)
V1 + V2
=
(0,1× 100 × 1) + (0,1× 100 × 2)
100 + 100
=
10 + 20
200
=
30
200
= 0,15 M
= 1,5 × 10–1 M
pH = –log (1,5 × 10–1)
= 1 – log 1,5
Jadi, pH campuran tersebut adalah 1 – log 1,5.
10. Asam HX(aq) → H+(aq) + X–(aq)
[H+] =
Ka ×M
[H+] =
4 × 10−6 × 10−2
4 × 10−8
[H+] = 2 × 10–4
[H+] =
20
Larutan Asam Basa
pH = –log [H+]
= –log (2 × 10–4)
= 4 – log 2
Asam H2Y(aq) → 2H+(aq) + Y–(aq)
[H+] =
Ka ×M
[H+] =
1,6 × 10−3 × 0,01
[H+] = 1,6 × 10−5
[H+] = 4 × 10–3
pH = –log [H+]
= –log (4 × 10–3)
= 3 – log 4
Larutan asam H2Y mempunyai pH lebih rendah
atau lebih asam daripada HX. Hal ini dipengaruhi
oleh nilai Ka yang lebih besar daripada nilai Ka HX.
Setelah mempelajari bab ini, peserta didik mampu:
1. menjelaskan sifat-sifat larutan garam;
2. menentukan pH larutan garam;
3. menjelaskan kegunaan hidrolisis.
Berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai, peserta didik:
1. mensyukuri karunia Tuhan berupa akal pikiran dalam mengaplikasikan proses hidrolisis untuk mengolah dan menjaga
keseimbangan alam;
2. mampu mengembangkan rasa ingin tahu, disiplin, jujur, kerja sama, dan peduli lingkungan dalam melakukan percobaan serta
menyajikan dan menganalisis data hasil percobaan;
3. menghargai kerja individu dan kelompok dalam mengerjakan tugas.
Kesetimbangan Ion dalam Larutan Garam
Mempelajari
Reaksi Kesetimbangan Ion dan
Sifat Larutan Garam
Mencakup
•
•
Sifat-Sifat dan pH Larutan
Garam
Kegunaan Hidrolisis
Mampu
•
•
•
•
•
•
•
Menjelaskan reaksi hidrolisis garam beserta contohnya.
Menjelaskan sifat-sifat larutan garam.
Menentukan pH larutan garam.
Menjelaskan kegunaan hidrolisis dalam kehidupan sehari-hari.
Menyajikan hasil dan laporan praktikum hidrolisis garam.
Mensyukuri karunia Tuhan berupa akal pikiran dalam mengaplikasikan proses hidrolisis
untuk mengolah dan menjaga keseimbangan alam.
Mempunyai kreativitas tinggi dan menghargai hasil kerja teman kelompoknya.
Kimia Kelas XI
21
A. Pilihan Ganda
1. Jawaban: a
Tetapan kesetimbangan (K) dirumuskan sebagai
perbandingan konsentrasi kanan dibagi konsentrasi kiri dipangkatkan masing-masing koefisiennya. Tetapan kesetimbangan basa HS– (Kb HS–)
diperoleh dari reaksi:
HS– + H2O dgf H2S + OH–
K=
[H2S][OH− ]
[HS− ][H2O]
K[H2O] = Kb =
[H2S][OH− ]
[HS − ]
2. Jawaban: d
Besar [OH–] dalam larutan garam yang berasal
dari asam lemah dan basa kuat dirumuskan
sebagai berikut.
[OH–] =
Kw
Ka
·M
Jadi, besar [OH–] berbanding terbalik dengan
akar kuadrat Ka-nya.
3. Jawaban: b
NaF merupakan garam yang berasal dari basa
kuat (NaOH) dan asam lemah (HF) sehingga
bersifat basa. Garam bersifat basa ini dapat
terhidrolisis sebagian (parsial). Persamaan
ionisasi dan hidrolisis NaF sebagai berikut.
NaF(aq) → Na+(aq) + F–(aq)
F–(aq) + H2O( ) dgf HF(aq) + OH–(aq)
4. Jawaban: b
Reaksi ionisasi aluminium klorida (AlCl3):
AlCl3(aq) → Al3+(aq) + 3Cl–(aq)
AlCl3 berasal dari basa lemah (Al(OH)3) dan
asam kuat (HCl). Dalam air, kation basa lemah
(Al 3+ ) akan bereaksi dengan air sedangkan
anion dari asam kuat (Cl – ) tidak bereaksi.
Persamaan reaksi-nya sebagai berikut.
Al3+(aq) + 3H2O( ) dgf Al(OH)3(aq) + 3H+(aq)
Pada reaksi hidrolisis tersebut dihasilkan ion H+.
Adanya ion H + dalam larutan inilah yang
memerahkan kertas lakmus biru.
5. Jawaban: b
Peristiwa hidrolisis terjadi pada ion yang berasal
dari asam lemah atau basa lemah. Sementara
itu, ion dari asam kuat dan basa kuat tidak
mengalami reaksi hidrolisis. Reaksi ionisasi dari
larutan tersebut sebagai berikut.
22
Kesetimbangan Ion dalam Larutan Garam
NH4NO3(aq) → NH4+(aq) + NO3–(aq)
NH4+(aq) + H2O( ) dgf NH4OH(aq) + H+(aq)
NO3–(aq) + H2O( ) →
/
+
2) KCl(aq) → K (aq) + Cl–(aq)
K+(aq) + H2O( ) →
/
Cl–(aq) + H2O( ) →
/
3) FeCl3(aq) → Fe3+(aq) + 3Cl–(aq)
Fe 3+ (aq) + 3H 2 O( ) dgf Fe(OH) 3 (aq) +
3H+(aq)
Cl–(aq) + H2O( ) →
/
4) NaCN(aq) → Na+(aq) + CN–(aq)
Na+(aq) + H2O( ) →
/
CN–(aq) + H2O( ) dgf HCN(aq) + OH–(aq)
5) K2SO4(aq) → 2K+(aq) + SO42–(aq)
K+(aq) + H2O( ) →
/
SO42–(aq) + H2O( ) →
/
Jadi, peristiwa hidrolisis terdapat pada larutan 1),
3), dan 4).
1)
6. Jawaban: c
Garam KX mempunyai pH 9 sehingga bersifat
basa. Garam ini berasal dari basa kuat dan asam
lemah.
KX(aq) → K+(aq) + X–(aq)
0,01 M
0,01 M
0,01 M
K+(aq) + H2O( ) →
/
X–(aq) + H2O( ) dgf HX(aq) + OH–(aq)
pH = 9
pOH = pKw– pH = 14 – 9 = 5
pOH = –log [OH–]
5 = –log [OH–]
–5
–log 10 = –log [OH–]
[OH–] = 10–5 M
[OH–] =
10–5 =
10–10 =
Kw
Ka
×M =
10 −14
Ka
10 −14
Ka
Kw
Ka
× [X − ]
× 0,01
· 10–2
10–10 · Ka = 10–14 · 10–2
Ka =
10−16
10−10
= 10–6
Jadi, Ka asam HX sebesar 10–6.
7. Jawaban: b
Mol NaOH = 0,005 L × 0,01 M
= 5 × 10–5 mol
Mol CH3COOH = 0,005 L × 0,01 M
= 5 × 10–5 mol
NaOH(aq) + CH3COOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O( )
5 × 10–5
–
–
Mol mula-mula : 5 × 10–5
Mol reaksi
: 5 × 10–5
5 × 10–5
5 × 10–5
5 × 10–5
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
5 × 10–5
Mol sisa
:
–
–
5 × 10–5
Mol CH3COONa = 5 × 10–5 mol
5 × 10−5 mol
[CH3COONa]
= 1 × 10−2 L
= 5 × 10–3 M
CH3COONa(aq) → CH3COO–(aq) + Na+(aq)
5 × 10–3 M
5 × 10–3 M
5 × 10–3 M
CH3COO–(aq) + H2O( ) dgf CH3COOH(aq) + OH–(aq)
Na+(aq) + H2O( ) →
/
CH3COONa berasal dari asam lemah dan basa
kuat sehingga bersifat basa.
[OH–] =
=
=
Kw
Ka
Kw
Ka
10 −14
10 −5
=
=
Kw
Ka
10–6 =
× [CH3COO ]
10 −14
1,8 × 10 −5
× 7,2 × 10 −3
4 × 10 −12
= 2 × 10–6
pOH = –log [OH–]
= –log 2 × 10–6
= 6 – log 2
pH = 14 – pOH
= 14 – (6 – log 2)
= 8 + log 2
Jadi, pH larutan sebesar 8 + log 2.
× [C6H5COO− ]
10 −14
5 × 10
⋅ 5 × 10−3
−
Kw
Ka
10–3 =
× [CH3COO− ]
8. Jawaban: d
Larutan CH3COO– bersifat basa karena menghasilkan ion OH–.
=
[OH–] =
×M
= 5 × 10 −12
= 2,2 × 10–6 M
pOH = –log 2,2 × 10–6
= 6 – log 2,2
pH = pKw – pOH
= 14 – (6 – log 2,2)
= 8 + log 2,2
Jadi, pH larutan campuran yang terbentuk sebesar
8 + log 2,2.
[OH–]
9. Jawaban: b
Larutan C6H5COONa memiliki pH = 11 sehingga
bersifat basa. Garam ini berasal dari asam lemah
dan basa kuat.
C6H5COONa(aq) → C6H5COO–(aq) + Na+(aq)
Na+(aq) + H2O( ) →
/
–
C6H5COO (aq) + H2O( ) dgf C6H5COOH(aq) + OH–(aq)
pH = 11
pOH = pKw – pH
= 14 – 11 = 3
pOH = –log [OH–]
3 = –log [OH–]
–3
–log 10 = –log [OH–]
[OH–] = 10–3
10 −14
5 × 10 −10
−10
× [C6H5COO− ]
× [C6H5COO–]
5 × 10–16 = 10–14 [C6H5COO–]
[C6H5COO–] =
5 × 10 −16
10 −14
[C6H5COO–] = 0,05 M
M=
0,05 =
g
Mr
g
144
1.000
V
1.000
×
200
×
g = 1,44 gram
Jadi, massa C6H5COONa yang harus dilarutkan
sebesar 1, 44 gram.
10. Jawaban: c
Mol asam propanoat = 0,06 L × 0,01 M
= 6 × 10–4 mol
Mol KOH = 0,06 L × 0,01 M = 6 × 10–4 mol
CH3CH2COOH(aq) + KOH(aq) → CH3CH2COOK(aq) + H2O( )
Mol mula-mula : 6 × 10–4 6 × 10–4
–
–
Mol reaksi
: 6 × 10–4 6 × 10–4
6 × 10–4
6 × 10–4
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Mol reaksi
:
–
–
6 × 10–4
6 × 10–4
[CH3CH2COOK] =
6 × 10 −4 mol
0,12 L
= 5 × 10–3 M
CH3CH2COOK(aq) → CH3CH2COO–(aq) + K+(aq)
5 × 10–3 M
5 × 10–3 M
5 × 10–3 M
CH3CH2COO–(aq) + H2O( ) dgfCH3CH2COOH(aq)
+ OH–(aq)
K+(aq) + H2O( ) →
/
CH3CH2COOK bersifat basa karena menghasilkan ion OH–.
Kimia Kelas XI
23
[OH–] =
=
=
Kw
Ka
10 −14
2 ⋅ 10 −4
[5 × 10 −3 ]
25 × 10 −14
= 5 × 10–7
pOH = –log [OH–]
= –log 5 × 10–7
= 7 – log 5
pH = 14 – pOH
= 14 – (7 – log 5)
= 7 + log 5
Jadi, pH larutan yang terbentuk sebesar 7 + log 5.
B. Uraian!
1. Empat kemungkinan sifat garam jika dilarutkan
dalam air sebagai berikut.
a. Jika garam yang terbentuk berasal dari asam
kuat dan basa kuat, larutan garam bersifat
netral. Ion-ion dalam larutan tidak bereaksi
dengan air sehingga tidak terjadi reaksi
hidrolisis.
b. Jika garam yang terbentuk berasal dari asam
kuat dan basa lemah, ikatan dalam larutan
garam akan dipecah dan bersifat asam
(dihasilkan ion H+).
c. Jika garam yang terbentuk berasal dari basa
kuat dan asam lemah, ikatan dalam larutan
garam akan dipecah dan bersifat basa
(dihasilkan ion OH–).
d. Jika garam yang terbentuk berasal dari asam
lemah dan lemah, larutan garam akan
terhidrolisis sempurna tetapi sifat asam
ataupun basa tergantung pada konstanta
kesetimbangan dari Ka dan Kb. Jika nilai Ka
lebih besar daripada Kb, larutan garam bersifat asam dan sebaliknya.
2. a.
b.
3. 1)
2)
24
Reaksinya sebagai berikut.
Pb(NO3)2 → Pb2+(aq) + 2NO3–(aq)
Pb2+(aq) + 2H2O( ) dgf Pb(OH)2(aq) + 2H+(aq)
NO3–(aq) + H2O( ) →
/
[OH3CH2COO− ]
Reaksi hidrolisis H2CO3 sebagai berikut.
H2CO3(aq) + H2O( ) dgf H3O+(aq) + HCO3–(aq)
Air pada reaksi tersebut bertindak sebagai
basa Bronsted-Lowry karena menerima
proton dari H2CO3.
Larutan KBr berasal basa kuat (KOH) dan
asam kuat (HBr) sehingga tidak terjadi reaksi
hidrolisis. Larutan ini bersifat netral.
Larutan Pb(NO3)2 berasal dari basa lemah
(Pb(OH)2) dan asam kuat (HNO3). Larutan
ini akan mengalami hidrolisis parsial.
Kesetimbangan Ion dalam Larutan Garam
3)
4)
Garam Pb(NO 3 ) 2 bersifat asam karena
menghasilkan ion H+.
Larutan Na2HPO4 berasal dari basa kuat
(NaOH) dan asam lemah (H3PO4) sehingga
mengalami hidrolisis parsial. Reaksinya
sebagai berikut.
Na2HPO4 → 2Na+(aq) + HPO42–(aq)
2Na+(aq) + H2O( ) →
/
HPO42–(aq) + H2O( ) dgf H2PO4–(aq) + OH–(aq)
Garam Na 2 HPO 4 bersifat basa karena
menghasilkan ion OH–.
Larutan (NH4)2CO3 berasal dari basa lemah
(NH4OH) dan asam lemah (H2CO3) sehingga
mengalami hidrolisis total. Reaksinya sebagai
berikut.
(NH4)2CO3 → 2NH4+(aq) + CO32–(aq)
NH4+(aq) + H2O( ) dgf NH4OH(aq)+ H+(aq)
CO32–(aq) + H2O( ) dgf HCO3–(aq) + OH–(aq)
Sifat larutan (NH4)2CO3 bergantung harga
Ka dan Kb.
4. pH larutan NH4OH
[OH–] =
Kb × M
=
10−5 × 0,1
=
10−6
[OH–] = 10–3 M
pOH = –log [OH–]
= –log 10–3
= 3
pH
= pKw – pOH
= 14 – 3
= 11
pH larutan HCN
[H+] = K a × M
= 10−4 × 0,1
= 10−5
= 10–2,5 M
pH = –log [H+] = –log 10–2,5 = 2,5
Persamaan reaksi:
NH4OH(aq) + HCN(aq) → NH4CN(aq) + H2O( )
Larutan garam NH4CN terbentuk dari basa lemah
(NH 4 OH) dan asam lemah (HCN) sehingga
mengalami hidrolisis total.
[H+] =
Kw × Ka
Kb
=
10−14 × 10 −4
10 −5
=
10 −13
10–6,5
=
M
pH = –log [H+]
= –log 10–6,5
= 6,5
Jadi, pH larutan campuran sebesar 6,5.
5. pH larutan basa lemah LOH = 11 + log 4
pOH = pKw – pH
= 14 – (11 + log 4)
= 3 – log 4
–log [OH–] = –log 4 × 10–3
[OH–]= 4 × 10–3
[OH–]=
Kb × M
4 × 10–3 = K b × 0,1
16 × 10–6 =Kb × 0,1
Kb =16 × 10–5
= 1,6 × 10–4
A. Pilihan Ganda
1. Jawaban: c
Larutan Zn(NO3)2 merupakan larutan garam yang
berasal dari basa lemah (Zn(OH)2) dan asam
kuat (HNO3) sehingga garam ini bersifat asam.
Larutan KBr merupakan larutan garam yang
berasal dari basa kuat (KOH) dan asam kuat
(HBr) sehingga garam ini bersifat netral. Larutan
Na2HPO4 merupakan larutan garam yang berasal
dari basa kuat (NaOH) dan asam lemah (H3PO4)
sehingga garam ini bersifat basa. Larutan KNO2
merupakan larutan garam yang berasal dari basa
kuat (KOH) dan asam lemah (HNO2) sehingga
garam ini bersifat basa.
100
Mol LOH = 1.000 L × 0,1 M
= 0,01 mol
100
Mol HI = 1.000 L × 0,1 M
= 0,01 mol
LOH(aq) + HI(aq) → LI(aq) + H2O( )
Mol mula-mula : 0,01
0,01
–
–
Mol reaksi
: 0,01
0,01
0,01
0,01
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Mol sisa
:
–
–
0,01
0,01
[LI] =
0,01mol
0,2 L
= 0,05 M
LI(aq) → L+(aq) + I–(aq)
0,05 M
0,05 M
0,05 M
L+(aq) + H2O( ) dgf LOH(aq) + H+(aq)
0,05 M
I–(aq) + H2O( ) →
/
Larutan LI berasal dari basa lemah (LOH) dan
asam kuat (HI) sehingga bersifat asam.
[H+] =
=
Kw
Kb
×M =
10
−14
1, 6 × 10
−4
Kw
Kb
× [L+ ]
· 5 × 10−2
3,125 × 10−12
= 1,8 × 10–6 M
pH = –log 1,8 × 10–6
= 6 – log 1,8
Jadi, pH larutan campuran yang terbentuk
sebesar 6 – log 1,8.
=
2. Jawaban: e
Larutan garam yang harga pH-nya tidak dipengaruhi
oleh konsentrasi molarnya yaitu larutan garam
yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah,
misal CH3COONH4. CH3COONH4 terbentuk dari
asam lemah (CH 3 COOH) dan basa lemah
(NH4OH). Harga pH-nya tergantung harga Ka dan
Kb. Sementara itu, Al2(SO4)3 terbentuk dari asam
kuat (H2SO4) dan basa lemah (Al(OH)3) sehingga
bersifat asam. HCOONa terbentuk dari asam
lemah (HCOOH) dan basa kuat (NaOH) sehingga
bersifat basa. CaCl2 terbentuk dari asam kuat
(HCl) dan basa kuat Ca(OH)2 sehingga bersifat
netral. NH4NO3 terbentuk dari asam kuat (HNO3)
dan basa lemah (NH 4OH) sehingga bersifat
Kimia Kelas XI
25
asam. Oleh karena itu, Al 2(SO4)3, HCOONa,
CaCl2, dan NH4NO3 harga pH-nya tergantung
pada konsentrasi molarnya.
3. Jawaban: b
Garam yang membirukan kertas lakmus merah
merupakan garam bersifat basa. Garam ini
berasal dari basa kuat seperti NaOH, KOH, dan
Ba(OH) 2 serta asam lemah seperti HF dan
CH 3 COOH. Sementara itu, HCl dan HNO 3
merupakan asam kuat, sedangkan NH4OH dan
Al(OH)3 merupakan basa lemah. Jadi, garam
yang bersifat basa yaitu NaF dan CH3COOK,
terdapat pada angka 1) dan 3).
4. Jawaban: c
Larutan kalsium asetat (CH3COO)2Ca terbentuk
dari asam lemah (CH3COOH) dan basa kuat
(Ca(OH)2) sehingga bersifat basa.
(CH3COO)2Ca(aq) → Ca2+(aq) + 2CH3COO–(aq)
0,01 M
0,01 M
CH3COO–(aq) + H2O( ) dgf
Ca2+(aq) + H2O( ) →
/
Kh =
0,02 M
CH3COOH(aq) + OH–(aq)
Kw
Ka
0,05 M
NH4+(aq)
0,05 M
+ H2O( ) dgf NH4OH(aq) + H+(aq)
0,05 M
Cl–(aq) + H2O( ) →
/
[H+] =
Kw
Kb
×M
=
Kw
Kb
× [NH4+ ]
=
10
−14
10
× 0,05
−5
= 5 × 10−11
= 2,2 × 10–5,5 M
pH = –log [H+]
= –log (2,2 × 10–5,5)
= 5,5 – log 2,2
Jadi, pH larutan campuran yang terbentuk sebesar
5,5 – log 2,2.
6. Jawaban: a
Amonium nitrat = NH4NO3
g
1.000
V
=
K h × [CH3COO − ]
[NH4NO3] = M ×
r
=
10−9 × 0,02
[NH4+] = [NH4NO3]
pH larutan = 6
–log [H+] = –log 10–6
[H+] = 10–6
= 2 × 10−11
= 1,4 × 10–5,5 M
pOH = –log (1,4 × 10–5,5)
= 5,5 – log 1,4
pH
= 14 – (5,5 – log 1,4)
= 8,5 + log 1,4
Jadi, pH larutan natrium asetat sebesar 8,5 + log 1,4.
[H+] =
Kw
Kb
[H+] =
Kw
g 1.000
×
×
K b 80
V
5. Jawaban: c
Mol HCl =
10
1.000
L × 0,1 M
= 0,001 mol
Mol NH4OH =
10
1.000
L × 0,1 M
HCl(aq) + NH4OH(aq) → NH4Cl(aq) + H2O( )
Mol mula-mula : 0,001
0,001
–
–
Mol reaksi
: 0,001
0,001
0,001
0,001
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Mol sisa
:
–
–
0,001
0,001
[NH4Cl] =
0,001mol
0,02 L
= 0,05 M
Larutan NH4Cl merupakan larutan garam yang
berasal dari basa lemah (NH4OH) dan asam kuat
(HCl) sehingga bersifat asam.
Kesetimbangan Ion dalam Larutan Garam
× [NH4+ ]
10−14
10–6 =
2 × 10 −5
g
= 0,001 mol
26
0,05 M
NH4NO3(aq) → NH4+(aq) + NO3–(aq)
Kh × M
[OH–] =
NH4Cl(aq) → NH4+(aq) + Cl–(aq)
×
g 1.000
×
80 1.000
10−14
10–12 = 80 ×
2 × 10−5
10–12 =
g=
g × 10 −14
1,6 × 10 −3
1,6 × 10 −15
10 −14
= 0,16 gram
Jadi, massa amonium nitrat yang dilarutkan
sebesar 0,16 gram.
7. Jawaban: d
Mol K2S =
massa K 2S
Mr K 2S
=
5,50 g
110 g mol−1
(pH > 7). CaSO4 merupakan garam yang berasal
dari basa kuat (Ca(OH)2) dan asam kuat (H2SO4)
sehingga bersifat netral (pH = 7). Jadi, garam yang
memiliki pH = 7 terdapat pada larutan 3) dan 5).
9. Jawaban: e
= 0,05 mol
M K2S =
=
100
Mol NH4OH = 1.000 L × 0,06 M = 0,006 mol
mol K 2S
volume laru tan
400
Mol C6H5COOH = 1.000 × 0,015 M = 0,006 mol
pH C6H5COOH = 3,5 – log 3
0,05 mol
0,05 L
=1M
Garam K2S terbentuk dari basa kuat (KOH) dan
asam lemah (H2S) sehingga bersifat basa.
K2S(aq) → 2K+(aq) + S2–(aq)
1M
2M
1M
S2–(aq) + 2H2O( ) dgf H2S(aq) + 2OH–(aq)
1M
K+(aq) + H2O( ) →
/
–log [H+]= 3,5 – log 3
–log [H+]= –log 3 × 10–3,5 M
[H+] = 3 × 10–3,5 M
[H+] =
3 × 10–3,5 =
Ka =
Ka × M
K a × 0,015
9 × 10−7
0,015
= 6 × 10–5
[OH–] =
Kw
Ka
×M
=
Kw
Ka
× [S2 − ]
=
10−14
5 × 10−10
=
2 × 10−5
×1
= 4,47 × 10–3 M
pOH = –log [OH–]
= –log (4,47 × 10–3)
= 3 – log 4,47
pH = 14 – pOH
= 14 – (3 – log 4,47)
= 11 + log 4,47
Jadi, larutan yang terjadi mempunyai pH =
11 + log 4,47.
8. Jawaban: d
Larutan garam yang memiliki pH = 7 berasal dari
basa kuat dan asam kuat. Al2(SO4)3 merupakan
garam yang berasal dari basa lemah (Al(OH)3)
dan asam kuat (H2SO4) sehingga bersifat asam
(pH < 7). NH4CN merupakan garam yang berasal
dari basa lemah (NH4OH) dan asam lemah (HCN)
sehingga pH tergantung harga Ka dan Kb-nya.
BaCl2 merupakan garam yang berasal dari basa
kuat (Ba(OH)2) dan asam kuat (HCl) sehingga
bersifat netral (pH = 7). CH3COONa merupakan
garam yang berasal dari basa kuat (NaOH) dan
asam lemah (CH3COOH) sehingga bersifat basa
NH4OH(aq) + C6H5COOH(aq) → C6H5COONH4(aq) + H2O( )
Mol mula-mula :
0,006
0,006
–
–
Mol reaksi
:
0,006
0,006
0,006
0,006
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Mol sisa
:
–
–
0,006
0,006
Garam C6H5COONH4 yang terbentuk berasal
dari asam lemah dan basa lemah.
pH = 7 – log 2
pH = –log [H+]
–log [H+] = –log 2 × 10–7
[H+] = 2 × 10–7
[H+] =
2 × 10–7 =
4 × 10–14 =
Ka
Kb
×Kw
6 × 10 −5
Kb
× 10 −14
(6 × 10 −5 ) × 10 −14
Kb
Kb = 1,5 × 10–5
pH larutan NH4OH mula-mula:
[OH–] =
=
Kb × M
(1,5 × 10−5 ) × 0,06
9 × 10−7 = 3 × 10–3,5 M
pOH = –log 3 × 10–3,5
[OH–] = 3,5 – log 3
pH
= 14 – (3,5 – log 3)
= 10,5 + log 3
Jadi, pH larutan NH4OH sebesar 10,5 + log 3.
=
Kimia Kelas XI
27
10. Jawaban: c
Kurva tersebut merupakan kurva titrasi antara
asam lemah dan basa kuat. pH larutan awal
berasal dari pH asam lemah. Pada penambahan
10–49,9 mL titran, larutan bersifat sebagai buffer
karena mengandung asam lemah dan garamnya.
Titik ekuivalen terjadi pada pH > 7 karena larutan
hanya mengandung garam yang mengalami
hidrolisis parsial. Pada penambahan 50,1–60 mL
titran, larutan bersifat basa kuat karena
mengandung sisa basa.
11. Jawaban: d
Mol NH4NO3 = massa NH4NO3
Mr NH4NO3
=
=
[NH4NO3] =
8g
(28 + 4 + 48) g mol−1
8g
= 0,1 mol
80 g mol−1
0,1mol
0,01L
= 10 M
Garam NH 4 NO 3 terbentuk dari basa lemah
(NH 4 OH) dan asam kuat (HNO 3 ) sehingga
bersifat asam.
NH4NO3(aq) → NH4+(aq) + NO3–(aq)
NH4+(aq) + H2O( ) dgf NH4OH(aq) + H+(aq)
NO3–(aq) + H2O( ) →
/
Kw
Kb
×M
=
Kw
Kb
× [NH4+ ]
=
10
−14
10
10
−5
−8
[OH–]
[OH–]
[HCOONa] = [HCOO–] = mol =
Vtotal
10–4
[H+]
M
= Kw
(10–4)
10–14
=
[OH–]
= 10–10 M
12. Jawaban: d
Campuran larutan yang menghasilkan garam
terhidrolisis sebagian dan bersifat basa adalah
campuran larutan basa kuat dengan asam lemah
dengan jumlah mol sama. Berdasarkan pilihan
jawaban tersebut, campuran antara 50 mL
CH3COOH 0,5 M dengan 50 mL KOH 0,5 M akan
menghasilkan garam CH3COOK yang bersifat
basa.
13. Jawaban: a
Larutan garam yang mengalami hidrolisis dan
memiliki pH > 7 adalah garam yang terbentuk dari
basa kuat dan asam lemah. Senyawa pembentuk
Kesetimbangan Ion dalam Larutan Garam
0,02
0,5
= 0,04 M
Larutan garam HCOONa bersifat basa karena
terbentuk dari asam lemah (HCOOH) dan basa
kuat (NaOH).
=
Jadi, [OH–] sebesar 10–10 M.
28
HCOOH(aq) + NaOH(aq) → HCOONa(aq) + H2O( )
Mol mula-mula : 0,02
0,02
–
–
Mol bereaksi : 0,02
0,02
0,02
0,02
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Mol sisa
:
–
–
0,02
0,02
=
× 10
=
14. Jawaban: d
Mol HCOOH = M × V = 0,05 M × 0,4 L = 0,02 mol
Mol NaOH = M × V = 0,2 M × 0,1 L = 0,02 mol
[OH–] =
[H+] =
=
dari larutan garam tersebut sebagai berikut.
1) CaS berasal basa kuat (Ca(OH)2) dan asam
lemah (H2S).
2) CH3COOK berasal asam lemah (CH3COOH)
dan basa kuat (KOH).
3) NaClO4 berasal dari basa kuat (NaOH) dan
asam kuat (HClO4).
4) CuSO4 berasal dari basa lemah (Cu(OH)2)
dan asam kuat (H2SO4).
5) BaF2 berasal dari basa kuat (Ba(OH)2) dan
asam lemah (HF).
Jadi, garam yang memiliki pH > 7 terdapat pada
larutan nomor 1), 2), dan 5). Sementara itu, larutan
nomor 3) bersifat netral (pH = 7) dan larutan
nomor 4) bersifat asam (pH < 7).
Kw
Ka
× [HCOO − ]
10
−14
2 × 10
−4
× 0,04
2 × 10 −12
= 2 × 10–6
pOH = –log [OH–]
= –log ( 2 × 10–6)
= 6 – log 2
pH = 14 – (6 – log 2 )
= 8 + log 2
Jadi, pH yang terbentuk adalah 8 + log 2 .
15. Jawaban: a
Garam (NH 4 ) 2 SO 4 merupakan garam asam
karena pada reaksi hidrolisis dihasilkan ion H+.
(NH4)2SO4(aq) → 2NH4+(aq) + SO42–(aq)
NH4+(aq) + H2O( ) dgf NH4OH(aq) + H+(aq)
SO42–(aq) + H2O( ) →
/
pH = 5,5
–log [H +] = 10–5,5
[H +] = 10–5,5
[H +]
Kw
Kb
=
10 −14
10–5,5 =
× [NH4+ ]
1,8 × 10 −5
10–11
18. Jawaban: e
Reaksi yang terjadi:
HClO(aq) + NaOH(aq) → NaClO(aq) + H2O( )
NaClO(aq) → Na+(aq) + ClO–(aq)
× [NH4+ ]
= 5,6 ×
[NH4+] = 0,018
10–10
Na+(aq) + H2O( ) →
/
ClO–(aq) + H2O( ) dgf HClO(aq) + OH–(aq)
Garam NaClO bersifat basa karena menghasilkan
ion OH–.
[NH4+]
[(NH4)2SO4] =
1
2
× [NH4+]
=
1
2
× 0,018
[OH–] =
Kh =
= 9 × 10–3
=
g
1.000
[(NH4)2SO4] = M ×
V
r
9×
10–3
=
g=
g
132
9 × 10
× 132 × 400
1.000
16. Jawaban: e
Garam Na 2 C 2 O 4 terbentuk dari basa kuat
(NaOH) dan asam lemah (H2C2O4) sehingga
bersifat basa.
Na2C2O4(aq) → 2Na+(aq) + C2O42–(aq)
0,8 M
+ H2O( ) →
/
C2O42–(aq) + 2H2O( ) dgf H2C2O4(aq) + 2OH–(aq)
2Na+(aq)
[OH–] =
=
=
Kw
Ka
× [C2O42− ]
10
−14
5, 4 × 10
−5
= 5 × 10–7
M1 × V1
−3
0,8 M
10 −14
2 × 10 −8
[ClO–]1 = V
total
= 0,48
Jadi, garam (NH 2 ) 2 SO 4 yang dilarutkan
sebanyak 0,48 gram.
0,8 M
Kw
Ka
Nilai [ClO–] untuk setiap percobaan:
1.000
400
×
K h × [ClO − ]
× 0,8
1,5 × 10 −10
= 1,2 × 10–5
pOH = –log (1,2 × 10–5)
= 5 – log 1,2
pH = 14 – (5 – log 1,2)
= 9 + log 1,2
Jadi, pH larutan Na2C2O4 sebesar 9 + log 1,2.
17. Jawaban: d
Reaksi hidrolisis yang bersifat asam pada reaksi
tersebut ditandai dengan dihasilkannya ion H+.
Sedangkan reaksi hidrolisis yang bersifat basa
ditandai dengan dihasilkannya ion OH–. Jadi,
reaksi nomor 3) dan 4) merupakan reaksi hidrolisis
garam yang bersifat asam. Sementara itu, reaksi
1), 2), dan 5) adalah reaksi hidrolisis untuk garam
yang bersifat basa.
M 2 × V2
[ClO–]2 = V
total
M 3 × V3
[ClO–]3 = V
total
=
25 × 0,1
50
= 0,05 M
=
50 × 0,2
100
=
100 × 0,05
200
= 0,1M
= 0,025 M
Jadi, nilai pH dari masing-masing percobaan:
[OH–]1 =
=
K h × [ClO− ]1
5 × 10 −7 × 0,05
= 1,6 × 10–4
pOH = 4 – log 1,6
pH = 14 – (4 – log 1,6)
= 10 + log 1,6
[OH–]2 =
K h × [ClO− ]2
=
5 × 10 −7 × 0,1
= 2,2 × 10–4
pOH = 4 – log 2,2
pH = 14 – (4 – log 2,2)
= 10 + log 2,2
[OH–]3 =
=
K h × [ClO− ]3
5 × 10 −7 × 0,025
= 1,1 × 10–4
pOH = 4 – log 1,1
pH = 14 – (4 – log 1,1)
= 10 + log 1,1
Jadi, urutan kenaikan pH campuran adalah 3),
1), dan 2).
Kimia Kelas XI
29
19. Jawaban: c
g
Mr
3,6
144
M C7H5NaO2 =
=
×
×
(2 × 10–6)2 =
1.000
V
1.000
1.000
= 0,025
Garam natrium benzoat terbentuk dari asam
lemah (asam benzoat) dan basa kuat (NaOH).
C6H5COONa(aq) → C6H5COO–(aq) + Na+(aq)
0,025 M
0,025 M
C6H5COO–(aq) + H2O( )
OH–(aq)
Na+(aq) + H2O( ) →
/
[OH–] =
=
=
Kw
Ka
dgf
−14
6, 5 × 10
−5
3,85 × 10 −12
= 2 × 10–6
pOH = –log [OH–]
= –log 2 × 10–6
= 6 – log 2
= 6 – 0,3 = 5,7
pH =14 – 5,7
= 8,3
Jadi, pH larutan sebesar 8,3.
20. Jawaban: d
Campuran antara NH 3 (basa lemah) dengan
HNO2 (asam lemah) akan menghasilkan garam
yang mengalami hidrolisis sempurna.
[H+] =
Kw
Kb
× Ka
pH larutan campuran = 6 – log 2
[H+] = 2 × 10–6
Kw = 10–14
Mencari nilai Ka HNO2:
pH = 3,5 – log 3
–log [H+] = –log 3 × 10–3,5
[H+] = 3 × 10–3,5
[H+] =
Ka × M
3 × 10–3,5 = K a × 0,0075
(3 × 10–3,5)2 = Ka × 0,0075
Ka =
9 ×10 −7
0,0075
= 1,2 × 10–4
Mencari nilai Kb:
[H+] =
2 × 10–6 =
30
Kw
Kb
× Ka
−14
10
Kb
× 1,2 × 10−4
Kesetimbangan Ion dalam Larutan Garam
1,2 × 10 −18
4 × 10 −12
Kb × M
[OH–] =
C6H5COOH(aq) +
× 0,025
× 1,2 × 10–4
= 3 × 10–7
pH larutan NH3 mula-mula:
0,025 M
× [C6H5COO − ]
10
Kb =
10 −14
Kb
=
3 × 10 −7 × 0,003
=
9 × 10 −10
= 3 × 10–5
pOH = –log [OH–]
= –log 3 × 10–5
= 5 – log 3
pH = 14 – (5 – log 3)
= 9 + log 3
Jadi, pH mula-mula NH3 sebesar 9 + log 3.
21. Jawaban: c
Garam KOCN adalah garam yang berasal dari
basa kuat (KOH) dan asam lemah (HOCN)
sehingga bersifat basa.
[KOCN] =
=
g
Mr
×
16,2
81
1.000
V
×
1.000
200
=1M
KOCN(aq) → K+(aq) + OCN–(aq)
1M
1M
1M
K+(aq) + H2O( ) ⎯→
/
OCN–(aq) + H2O( ) dgfHOCN(aq) + OH–(aq)
[OH–] =
=
=
Kw
Ka
× [OCN− ]
10 −14
10 −6
×1
1 × 10 −8
= 10–4
Kw = [OH–] × [H+]
10–14 = 10–4 × [H+]
[H+] =
10 −14
10 −4
= 10–10
Jadi, nilai [H+] sebesar 10–10.
22. Jawaban: c
Larutan AlCl3 terbentuk dari basa lemah (Al(OH)3)
dan asam kuat (HCl) sehingga bersifat asam.
AlCl3(aq) → Al3+(aq) + 3Cl–(aq)
0,1 M
0,1 M
Kw
Kb
[H+] =
× [Al3 + ]
10 −14
=
0,1 M
10 −5
× 0,1
1 × 10 −10
= 10–5
pH = –log [H+]
= –log 10–5
=5
Jadi, larutan AlCl3 memiliki pH = 5 sehingga warna
larutan dengan indikator metil merah akan
berwarna jingga karena pH larutan terdapat pada
rentang pH 4,8–6,0, yaitu antara warna merah
dan kuning.
=
23. Jawaban: d
Larutan CH3COONa terbentuk dari asam lemah
(CH3COOH) dan basa kuat (NaOH) sehingga
bersifat basa.
[CH3COONa] =
=
g
Mr
12,3
82
×
×
1.000
V
1.000
250
= 0,6 M
Larutan CH3COONa diencerkan dengan penambahan 500 mL air sehingga konsentrasinya
menjadi:
M1 × V1 = M2 × V2
0,6 × 250 = M2 × 750
M2 =
= 0,2 M
pH larutan:
CH3COONa(aq) → CH3COO–(aq) + Na+(aq)
0,2 M
0,2 M
CH3COO–(aq) + H2O( ) dgf CH3COOH(aq) + OH–(aq)
Na+(aq) + H2O( ) →
/
[OH–]=
=
=
Kw
Ka
× [CH3COO− ]
10 −14
10 −5
25. Jawaban: b
Natrium benzoat (C6H5COONa) adalah garam
basa karena berasal dari asam lemah
(C6H5COOH) dan basa kuat (NaOH).
C6H5COONa(aq) → C6H5COO–(aq) + Na+(aq)
C6H5COO–(aq) + H2O( ) dgf C6H5COOH(aq) + OH–(aq)
Na+(aq) + H2O( ) →
/
[OH–] =
=
0,6 × 250
750
0,2 M
24. Jawaban: e
Reaksi hidrolisis:
XY(aq) + H2O(aq) dgf XOH(aq) + Y–(aq) + H+(aq)
Reaksi tersebut menghasilkan ion H+ sehingga
garam tersebut bersifat asam. Senyawa garam
yang memiliki persamaan reaksi hidrolisis seperti
persamaan tersebut adalah NH4Cl. Senyawa
NH4Cl terbentuk dari basa lemah (NH4OH) dan
asam kuat (HCl) sehingga bersifat asam.
Persamaan reaksi hidrolisisnya sebagai berikut.
NH4Cl(aq) + H2O(aq) dgf NH4OH(aq) + Cl–(aq) +
H+(aq)
Sementara itu, senyawa NaCl dan BaSO4 tidak
mengalami reaksi hidrolisis karena berasal dari
asam kuat dan basa kuat. Adapun senyawa
CaCO 3 mengalami hidrolisis sebagian dan
bersifat basa karena berasal dari basa kuat dan
asam lemah. Senyawa (NH 4 ) 2 S mengalami
hidrolisis total karena berasal dari asam lemah
dan basa lemah.
× 0,2
2 × 10 −10
= 1,4 × 10–5
pOH = –log [OH–]
= –log 1,4 × 10–5
= 5 – log 1,4
pH = 14 – (5 – log 1,4)
= 9 + log 1,4
Jadi, pH larutan menjadi 9 + log 1,4.
=
Kw
Ka
× [C6H5COO− ]
10 −14
6 × 10 −5
× 0,03
5 × 10 −12
= 2,2 × 10–6
[C6H5COO–] = [C6H5COOH] = 2,2 × 10–6
Jadi, konsentrasi asam benzoat [C6H5COOH]
sebesar 2,2 × 10–6.
26. Jawaban: c
Garam K 2X merupakan garam basa karena
memiliki pH > 7, yaitu 10 + log 5.
pH = 10 + log 5
pOH = 14 – (10 + log 5)
= 4 – log 5
pOH = –log [OH–]
4 – log 5 = –log [OH–]
–log 5 × 10–4 = –log [OH–]
[OH–] = 5 × 10–4
K2X(aq) + 2H2O( ) → 2K+(aq) + H2X + 2OH–
[OH–] =
Kw
Ka
× [X 2 − ]
Kimia Kelas XI
31
10 −14
(5 × 10–4)2 =
2 × 10
10 −14
2,5 × 10–7 =
[X 2–]
=
−9
2 × 10 −9
(2,5 × 10
−7
× [X2–]
× [X2–]
) × (2 × 10
−9
)
10 −14
[CH3NH3Cl] =
[K2X] =
g
Mr
×
1.000
V
=
0,05 =
1,1
Mr
×
1.000
200
=
Mr = 110
Mr K2X = 110
((2 × Ar) K + Ar X) = 110
((2 × 39) + Ar X) = 110
Ar X = 110 – 78 = 32
Jadi, massa atom relatif X adalah 32.
27. Jawaban: c
Metilamina (CH3NH2) merupakan basa lemah
sedangkan HCl merupakan asam kuat sehingga
titik ekuivalen terjadi pada pH < 7 karena larutan
mengandung garam CH3NH3Cl yang bersifat
asam dan mengalami hidrolisis parsial.
1) Konsentrasi HCl:
Ma × Va × a = Mb × Vb × b
Ma × 45 × 1 = 0,1 × 25 × 1
Ma =
2)
0,1 × 25 × 1
45
2 × 10–4 =
(2 ×
10–4)2 =
Kb =
3)
= 0,056 M
Nilai Kb metilamina:
pH = 10 + log 2
pOH = 14 – (10 + log 2)
= 4 – log 2
pOH = –log [OH–]
4 – log 2 = –log [OH–]
–log 2 × 10–4 = –log [OH–]
–log [OH–] = 2 × 10–4 M
[OH–] =
Kb × M
K b × 0,1
Kb × 0,1
4 × 10 −8
0,1
Kw
Kb
[H+] =
= 0,05 M
[K2X] = [X2–] = 0,05 M
32
CH3NH2 + HCl → CH3NH3Cl
Mol mula-mula:
2,5
2,5
–
Mol bereaksi :
2,5
2,5
2,5
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Mol sisa
:
–
–
2,5
= 4 × 10–7
pH saat titik ekivalen:
Mol CH3NH2 = M × V = 25 mL × 0,1 M
= 2,5 mmol
Mol HCl = M × V = 45 mL × 0,056 M
= 2,5 mmol
Kesetimbangan Ion dalam Larutan Garam
2,5
70
= 0,036 M
× [CH3NH3+ ]
10 −14
4 × 10 −7
× 0,036
9 × 10 −10
= 3 × 10–5
pH = –log [H+]
= –log (3 × 10–5)
= 5 – log 3
28. Jawaban:
Mol NH3 = 0,5 mol
Mol HCl = M × V = 2,5 M × 0,2 L = 0,5 mol
NH3(g) + HCl(aq) → NH4Cl(aq)
Mol mula-mula : 0,5
0,5
–
Mol bereaksi : 0,5
0,5
0,5
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Mol sisa
: –
–
0,5
[NH4Cl] =
0,5
200
= 2,5 × 10–3
Garam NH4Cl merupakan garam asam karena
berasal dari asam kuat (HCl) dan basa lemah
(NH3).
[H+] =
=
=
Kw
Kb
× [NH4+ ]
10 −14
10 −5
× 2,5 × 10 −3
2,5 × 10 −12
= 1,6 × 10–6
pH = –log [H+]
= –log 1, × 10–6
= 6 – log 1,6
Jadi, pH larutan sebesar 6 – log 1,6.
29. Jawaban: c
Mol Ca(OH)2 = M × V = 0,2 × 0,05 = 0,01 mol
Mol H2CO3 = M × V = 0,2 × 0,05 = 0,01 mol
Ca(OH)2(aq) + H2CO3(aq) → CaCO3(aq) + 2H2O( )
Mol mula-mula :
0,01
0,01
–
–
Mol bereaksi :
0,01
0,01
0,01
0,02
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Mol sisa
:
–
–
0,01
0,02
[CaCO3] =
0,01
0,1
b.
= 0,1 M
[OH–][H+] = Kw
(10–5,5)[H+]
0,1 M
[OH–] =
=
0,1 M
Kw
Ka
10 −14
10 −5
c.
× 0,1
10 −10
= 10–5
pOH = –log [OH–]
= –log 10–5
=5
pH = 14 – 5 = 9
Jadi, pH larutan sebesar 9 atau 9 + log 1.
B. Uraian
1. a. Al2(SO4)3(aq) → 2Al3+(aq) + 3SO42–(aq)
Al3+(aq) + 3H2O( ) dgf Al(OH)3(aq) + 3H+(aq)
SO42–(aq) + H2O( ) →
/
Garam Al 2 (SO 4 ) 3 bersifat asam karena
menghasilkan ion H+ dalam air.
b. Ba3(PO4)2(aq) → 3Ba2+(aq) + 2PO43–(aq)
Ba2+(aq) + H2O( ) →
/
PO43–(aq) + 3H2O( ) dgf H3PO4(aq) + 3OH–
(aq)
Garam Ba 3(PO 4 ) 2 bersifat basa karena
menghasilkan ion OH– dalam air.
c.
2. a.
NaClO4(aq) → Na+(aq) + ClO4–(aq)
Na+(aq) + H2O( ) →
/
–
ClO4 (aq) + H2O( ) →
/
Garam NaClO4 bersifat netral karena ionionnya tidak bereaksi dengan H2O. Hal ini
disebabkan garam NaClO4 berasal dari basa
kuat (NaOH) dan asam kuat (HClO4).
pH = 8,5
pOH = 14 – 8,5 = 5,5
[OH–] = –log pOH
= –log 5,5
[OH–] = 10–5,5
10 −5,5
[OH–] =
Kw
Ka
10–5,5 =
10 −14
Ka
=
30. Jawaban: a
Garam natrium nitrit (NaNO2) merupakan garam
yang berasal dari basa kuat (NaOH) dan asam
lemah (HNO 2) sehingga bersifat basa. Jadi,
indikator metil merah dan bromtimol biru dalam
larutan natrium nitrit berturut-turut akan berwarna
kuning-biru.
= 10–14
= 10–8,5
0,1 M
× [CO32 − ]
10
[H+] =
CaCO3(aq) + 2H2O( ) dgf Ca2+(aq) + H2CO3(aq) +
2OH–
−14
[CH3COO− ]
0,02
(10–5,5)2 =
10 −14
Ka
0,02
10–11 =
10 −14
Ka
0,02
10 −14 × 0,02
Ka =
10 −11
= 2 × 10–5
3. a.
Mol KOH = 500 mL × 0,03 M = 15 mmol
Mol H2SO4 = 500 mL × 0,015 M = 7,5 mmol
2KOH(aq) + H2SO4(aq) → K2SO4(aq) + 2H2O( )
Mol mula-mula:
15
7,5
–
–
Mol reaksi
:
15
7,5
7,5
15
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Mol sisa
:
–
–
7,5
15
b.
Garam K2SO4 merupakan garam netral karena
berasal dari asam kuat (H2SO4)dan basa kuat
(KOH) sehingga tidak terhidrolisis dalam air.
pH larutan yang terbentuk adalah 7.
Mol HF = 100 mL × 0,001 M = 0,1 mmol
Mol NH4OH = 25 mL × 0,004 M = 0,1 mmol
HF(aq) + NH4OH(aq) → NH4F(aq) + H2O( )
Mol mula-mula: 0,1
0,1
–
–
Mol reaksi
: 0,1
0,1
0,1
0,1
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Mol sisa
:
–
–
0,1
0,1
Garam NH4F berasal dari asam lemah (HF)
dan basa lemah (NH4OH) sehingga mengalami hidrolisis total dalam air. pH larutan
tergantung pada harga Ka dan Kb.
[H+] =
=
=
Kw
Kb
× Ka
10 −14
10 −5
× 1,6 × 10 −4
16 × 10 −14
= 4 × 10–7
pH = –log [H+]
= –log 4 × 10–7
= 7 – log 4
Kimia Kelas XI
33
c. Mol CH3COOH = 200 mL × 0,08 M = 16 mmol
Mol Ba(OH)2 = 50 mL × 0,16 M = 8 mmol
2CH3COOH(aq) + Ba(OH)2(aq) → (CH3COO)2Ba(aq) + 2H2O( )
Mol mula-mula:
16
0,8
–
–
Mol reaksi
:
16
0,8
0,8
16
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Mol sisa
:
–
–
0,8
16
Garam (CH3COO)2Ba berasal dari asam
lemah (CH3COOH) dan basa kuat (Ba(OH)2)
sehingga mengalami hidrolisis sebagian dan
bersifat basa.
[(CH3COO)2Ba] =
0,8
250
= 3,2 × 10–3 M
(CH3COO)2Ba(aq) → 2CH3COO–(aq) + Ba2+(aq)
3,2 × 10–3 M
6,4 × 10–3 M
3,2 × 10–3 M
[OH–] =
10–5 =
Kw
Ka
·M =
10−14
2 × 10−4
Kw
Ka
10–10 = 0,5 × 10–10 × y
Ba2+(aq) + H2O( ) →
/
[HCOOK] = y =
Kw
Ka
−
[CH3COO ]
10 −14
=
1,8 × 10
−5
g
M = M ×
r
× 6,4 × 10 −3
g =
3,6 × 10 −12
=
=
=
10
10
−7
−10
K h · [X − ]
· 0,001
=
10–5
M
5. Garam HCOOK berasal dari basa kuat (KOH) dan
asam lemah (HCOOH) sehingga bersifat basa.
HCOOK(aq) → HCOO–(aq) + K+(aq)
HCOO–(aq)
yM
yM
1.000
V
1.000
200
2 × 84 × 200
1.000
6. Mol asam sianida = 1.000 L × 0,2 M = 0,02 mol
pH = –log [H+]
3 = –log [H+]
[H+] = 10–3 M
[H+] =
Ka · a
10–3 =
K a · 0,2
10–6 =
pOH = –log [OH–]
= –log 10–5
=5
pH = pKw – pOH
= 14 – 5
=9
Jadi, pH larutan garam MX sebesar 9.
yM
×
=2M
100
4. Garam MX bersifat basa karena terhidrolisis
menghasilkan ion OH–.
Kh ·M =
g
84
10−10
0,5 × 10−10
= 24,6 gram
Jadi, massa HCOOK yang dilarutkan sebanyak
24,6 gram.
= 1,9 × 10–6
pOH = –log [OH–]
= –log 1,9 × 10–6
= 6 – log 1,9
pH = 14 – (6 – log 1,9)
= 8 + log 1,9
[OH–] =
=
· [HCOO− ]
·y
CH3COO–(aq) + H2O( ) dgf CH3COOH(aq) + OH–(aq)
[OH–] =
34
K+(aq) + H2O( ) →
/
pH = 9
pOH = pKw – pH
= 14 – 9
=5
pOH = –log [OH–]
5 = –log [OH–]
[OH–] = 10–5 M
yM
+ H2O( ) dgf HCOOH(aq) + OH–(aq)
Kesetimbangan Ion dalam Larutan Garam
Ka =
Ka · 0,2
10 −6
0,2
= 5 × 10–6
0,8 g
Mol NH4OH = 35 g mol−1 = 0,02 mol
HCN(aq) + NH4OH(aq) → NH4CN(aq) + H2O( )
Mol mula-mula : 0,02
0,02
–
–
Mol reaksi
: 0,02
0,02
0,02
0,02
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Mol sisa
:
–
–
0,02
0,02
NH4CN merupakan larutan garam yang berasal
dari basa lemah (NH4OH) dan asam lemah (HCN)
sehingga harga pH bergantung pada Ka dan
Kb-nya.
Kw
Kb
[H+] =
·Ka
=
10−14
10−5
=
50 × 10−16
· 5 × 10−6
= 7 × 10–8 M
pH = –log [H+] = –log (7 × 10–8) = 8 – log 7
Jadi, pH larutan yang terbentuk sebesar 8 – log 7.
7. Larutan garam MCl terbentuk dari basa lemah
(MOH) dan asam kuat (HCl).
MCl(aq) → M+(aq) + Cl–(aq)
yM
yM
M+(aq)
yM
+ H2O( ) dgf MOH(aq) + H+(aq)
yM
Cl–(aq) + H2O( ) →
/
pH = 5 – log 5
–log [H+] = –log 5 × 10–5
[H+] = 5 × 10–5 M
[H+] =
5 × 10–5 =
Kw
Kb
×y
10−14
×y
5 × 10−6
10−14
25 × 10–10 = 5 × 10−6 × y
y = 1,25 M
[M+] = M
α =
Kw
Kb × M
=
10−14
5 × 10−6 × 1,25
=
16 × 10 −10
= 4 × 10–5
= 4 × 10–5 × 100%
= 4 × 10–3 %
= 0,004%
Jadi, derajat hidrolisis larutan garam MCl 0,004%.
8. α =
Kh =
Kh
[M ]
Kw
Ka
−14
Kh = 10 −5 = 2,5 × 10–10
4 × 10
α=
1
200
100
Kh
[M ]
5 × 10–5 =
= 5 × 10–5
2,5 × 10 −10
[M ]
(5 × 10–5)2 =
[M] = 0,1 M
K2CO3(aq) → 2K+(aq) + CO32–(aq)
0,1 M
0,1 M
Mr K2CO3 = (2 × Ar K) + Ar C + (3 × Ar O)
= (2 × 39) + 12 + (3 × 16)
= 138
M=
0,1 =
g
Mr
g
138
1.000
V
1.000
× 200
×
13,8 = 5 g
g = 2,76 gram
Jadi, garam yang harus dilarutkan sebesar
2,76 gram.
9. Mencari Nilai Kb:
pH L(OH)3 = 10 + log 6
pOH = 14 – (10 + log 6)
= 4 – log 6
[OH–] = –log pOH
= –log (4 – log 6)
= 6 × 10–4
Kb × M
[OH] =
(6 ×
10–4)2
= Kb × 0,03
3,6 × 10 −7
0,03
Kb =
= 1,2 × 10–5
Garam LCl3 mempunyai nilai pH = 5 sehingga
merupakan garam asam.
LCl3(aq) + 3H2O( ) → L(OH)3(aq) + 3Cl–(aq) + 3H+(aq)
pH = 5
–log [H+] = 5
–log [H+] = –log 10–5
[H+] = 10–5
[H+] =
10–5 =
(10–5)2 =
[L3+] =
Kw
Kb
× [L3 + ]
10 −14
× [L3 + ]
1,2 × 10 −5
10 −14
1,2 × 10 −5
× [L3+]
10 −10 × 1,2 × 10 −5
10 −14
= 0,12 M
[L3+] = [LCl3] = 0,12
[LCl3] =
g
Mr
×
1.000
V
Kimia Kelas XI
35
9,75
Mr
0,12 =
×
1.000
500
9,75 × 1.000
0,12 × 500
Mr =
= 162,5
Mr LCl3 = 162,5
Mr LCl3 = Ar L + (3 × Ar Cl)
162,5 = Ar L + (3 × 35,5)
Ar L = 162,5 – 106,5 = 56
Jadi, nomor atom relatif L adalah 56 g mol–1.
10. Mol NH3:
nNH
v
3
=
NH3
n
NH3
0,25
=
nNH =
3
Mol
Vtotal
O2
O2
1,28
32
1,28
32
× 0,25
Kesetimbangan Ion dalam Larutan Garam
= 2 × 10–5
NH4Br(aq) → NH4+(aq) + Br–(aq)
[H+] =
1
0,01
500
=
2 × 10–5
NH4+(aq) + H2O(
Br–(aq) + H2O( )
= 0,01 mol
Mol asam bromida (HBr):
pH = 2 – log 4
–log [H+] = 2 – log 4
–log [H+] = –log 4 × 10–2
[H+] = 4 × 10–2
+
[H ] = M × a
4 × 10–2 = M × 1
M = 4 × 10–2
36
[NH4Br] =
2 × 10–5
n
v
Mol HBr = M × V = 4 × 10–2 × 0,25 = 0,01 mol
HBr(aq) + NH3(aq) → NH4Br(aq)
Mol mula-mula: 0,01
0,01
–
Mol reaksi
: 0,01
0,01
0,01
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Mol sisa
:
–
–
0,01
Garam NH4Br merupakan garam asam karena
memiliki pH = 5.
=
=
Kw
Kb
2 × 10–5
) dgf NH4OH(aq) + H+(aq)
→
/
× [NH4+ ]
10 −14
10 −5
× 2 × 10 −5
2 × 10 −14
= 1,4 × 10–7
pH = –log [H+]
= –log 1,4 × 10–7
= 7 – log 1,4
Jadi, pH larutan sebesar 7 – log 1,4.
Setelah mempelajari bab ini, peserta didik mampu:
1. menjelaskan macam-macam larutan penyangga, prinsip kerja, dan sifat-sifatnya;
2. menghitung pH larutan penyangga;
3. membuat larutan penyangga dengan pH tertentu;
4. menjelaskan pengaruh penambahan asam atau basa serta pengenceran terhadap pH larutan penyangga;
5. menjelaskan peran larutan penyangga.
Berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai, peserta didik:
1. mensyukuri keberadaan larutan penyangga sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa;
2. cermat, teliti, bertanggung jawab, dan kreatif dalam setiap kegiatan.
Larutan Penyangga dan Peranannya
Mempelajari
Sifat-Sifat dan Peran Larutan Penyangga
Mencakup
•
•
•
•
•
Macam-Macam Larutan Penyangga
Prinsip Kerja Larutan Penyangga
Sifat-Sifat Larutan Penyangga
Pengaruh Penambahan Asam atau Basa serta
Pengenceran terhadap pH Larutan Penyangga
Peran Larutan Penyangga
Mampu
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Membedakan larutan penyangga dan bukan penyangga.
Menjelaskan macam-macam larutan penyangga.
Menjelaskan prinsip kerja larutan penyangga.
Menentukan daerah kurva larutan penyangga.
Menyebutkan sifat-sifat larutan penyangga.
Membuat larutan penyangga dengan pH tertentu.
Menjelaskan pengaruh penambahan asam atau basa serta pengenceran terhadap
pH larutan penyangga.
Menjelaskan peran larutan penyangga.
Membuat artikel peran larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup dan kehidupan
sehari-hari.
Mensyukuri keberadaan larutan penyangga sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Menunjukkan sikap cermat, teliti, bertanggung jawab, dan kreatif dalam setiap
kegiatan.
Kimia Kelas XI
37
A. Pilihan Ganda
1. Beberapa pasangan larutan sebagai berikut.
1) HNO3 dan NaNO3
2) CH3COOH dan (CH3COO)2Ba
3) HI dan KI
4) NH3 dan (NH4)2SO4
5) HCN dan Ca(CN)2
Larutan penyangga ditunjukkan oleh pasangan
....
a. 1) dan 2)
b. 1) dan 4)
c. 2) dan 3)
d. 3) dan 5)
e. 4) dan 5)
38
Larutan Penyangga dan Peranannya
Jawaban: e
Larutan penyangga adalah campuran dari:
1) asam lemah dan garamnya;
2) basa lemah dan garamnya;
3) asam lemah dengan basa kuat dan jika
direaksikan tersisa asam lemah; serta
4) basa lemah dengan asam kuat dan jika
direaksikan tersisa basa lemah.
Berdasarkan pengertian tersebut, penjelasan
setiap campuran sebagai berikut.
1) HNO3 dan NaNO3 bukan merupakan larutan
penyangga karena campuran dari asam kuat
HNO3 dan NaNO3 (garam dari asam kuat
dan basa kuat).
2)
CH3COOH dan (CH3COO)2Ba merupakan
larutan penyangga karena campuran dari
asam lemah CH 3 COOH dan garamnya
(CH3COO)2Ba (basa konjugasi/ garam dari
basa kuat).
3) HI dan KI bukan merupakan larutan
penyangga karena campuran dari asam kuat
HI dan garamnya KI (garam dari asam kuat
dan basa kuat).
4) NH 3 dan (NH 4 ) 2 SO 4 merupakan larutan
penyangga karena campuran dari basa
lemah NH3 dan (NH4)2SO4 (asam konjugasi/
garam dari asam kuat).
5) HCN dan Ca(CN) 2 merupakan larutan
penyangga karena campuran dari asam
lemah HCN dan garamnya Ca(CN)2 (basa
konjugasi/ garam dari basa kuat).
Jadi, campuran yang merupakan larutan
penyangga yaitu 2), 4), dan 5).
2. Satu liter larutan yang mengandung 0,2 mol HNO2
(Ka HNO2 = 5 × 10–4) dan 0,05 mol Ca(NO2)2
mempunyai pH . . . .
a. 3 – log 2
b. 3
c. 11 – log 2
d. 11
e. 11 + log 2
Jawaban: b
[HNO2] =
nHNO2
VLarutan
[Ca(NO2)2] =
=
=
0,2 mol
1L
= 0,2 M
nCa(NO2 )2
VLarutan
0,05 mol
1L
= 0,05 M
Ca(NO2)2(aq) → Ca2+(aq) + 2NO2–(aq)
[NO2–]garam = 2[Ca(NO2)2]
[H+] = Ka ×
[HNO2 ]
[NO2− ]garam
[HNO ]
= Ka × 2[Ca(NO2 ) ]
2 2
= 5 × 10–4 ×
0,2 M
2 × 0,05 M
= 1 × 10–3
pH = –log [H+]
= –log (1 × 10–3)
=3
Jadi, pH larutan tersebut adalah 3.
3. Perhatikan data percobaan pengukuran pH
beberapa larutan berikut!
Berdasarkan data percobaan tersebut, larutan
penyangga basa ditunjukkan oleh angka . . . .
a. (1) dan (3)
b. (1) dan (4)
c. (2) dan (3)
d. (2) dan (5)
e. (4) dan (5)
Jawaban: b
Larutan penyangga adalah larutan yang dapat
mempertahankan harga pH, meskipun ditambah
sedikit asam, basa, atau air. Terdapat dua jenis
larutan penyangga yaitu larutan penyangga asam
dan larutan penyangga basa. Larutan penyangga
asam memiliki pH < 7, seperti larutan (2) dan
(5), sedangkan larutan penyangga basa memiliki
pH > 7, seperti larutan (1) dan (4). Larutan (3)
bukan merupakan larutan penyangga karena
terjadi perubahan harga pH yang cukup signifikan
setelah penambahan sedikit asam, basa, atau
air.
4. Sebanyak 100 mL larutan HCOOH 0,1 M direaksikan dengan 25 mL larutan NaOH 0,2 M.
Jika Ka HCOOH = 2 × 10–4 dan log 2 = 0,3, pH
larutan setelah reaksi adalah . . . .
a. 5,3
b. 4,7
c. 4,3
d. 3,7
e. 2,7
Jawaban: d
Mol HCOOH = MHCOOH × VHCOOH
= 100 mL × 0,1 M = 10 mmol
Mol NaOH = MNaOH × VNaOH
= 25 mL × 0,2 M = 5 mmol
HCOOH(aq) + NaOH(aq) → HCOONa(aq) + H2O(A)
Mula-mula: 10 mmol
5 mmol
–
–
Reaksi
: 5 mmol
5 mmol
5 mmol
5 mmol
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
: 5 mmol
–
5 mmol
5 mmol
HCOONa(aq) → HCOO–(aq) + Na+(aq)
[HCOO–]garam = [HCOONa]
Kimia Kelas XI
39
Campuran 2)
nNH = MNH × VNH
[HCOOH]
[HCOO − ]garam
[H+] = Ka ×
3
[HCOOH]
[HCOONa]
= Ka ×
= 2 × 10–4
pH = –log [H+]
= –log (2 × 10–4)
= 4 – log 2
= 4 – 0,3
= 3,7
Jadi, pH larutan setelah reaksi adalah 3,7.
= 0,03 mol
5. Beberapa campuran larutan sebagai berikut.
1) 100 mL larutan NH3 0,2 M dan 100 mL larutan
H2SO4 0,1 M
2) 100 mL larutan NH3 0,4 M dan 150 mL larutan
HCl 0,2 M
3) 100 mL larutan HCN 0,3 M dan 200 mL
larutan KOH 0,05 M
4) 100 mL larutan HF 0,1 M dan 150 mL larutan
NaOH 0,05 M
5) 100 mL larutan HI 0,2 M dan 100 mL larutan
KOH 0,1 M
Campuran yang dapat membentuk larutan
penyangga ditunjukkan oleh angka . . . .
a. 1), 2), dan 3)
b. 1), 3), dan 5)
c. 2), 3), dan 4)
d. 2), 4), dan 5)
e. 3), 4), dan 5)
Jawaban: c
Campuran 1)
nNH = MNH × VNH
3
= 0,2 M ×
nH
2
3
100
1.000
L
= 0,02 mol
= MH SO × VH
SO
4
2
4
= 0,1 M ×
2SO4
100
1.000
L
= 0,01 mol
2NH3(aq) + H2SO4(aq) → (NH4)2SO4(aq)
Mula-mula: 0,02 mol
0,01 mol
–
Reaksi
: 0,02 mol
0,01 mol
0,01 mol
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
:
–
–
0,01 mol
Campuran 100 mL larutan NH3 0,2 M dan 100 mL
larutan H2SO4 0,1 M tidak membentuk larutan
penyangga karena hanya tersisa garam
(NH4)2SO4.
40
150
1.000
= 0,2 M ×
3
L
= 0,04 mol
nHCl = MHCl × VHCl
5 mmol
5 mmol
= 2 × 10–4 ×
3
100
1.000
= 0,4 M ×
mol HCOOH
volume total
mol HCOONa
volume total
= Ka ×
3
Larutan Penyangga dan Peranannya
L
NH3(aq) + HCl(aq) → NH4Cl(aq)
Mula-mula: 0,04 mol
0,03 mol
–
Reaksi : 0,03 mol
0,03 mol
0,03 mol
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
: 0,01 mol
–
0,03 mol
Campuran 100 mL larutan NH3 0,4 M dan 150 mL
larutan HCl 0,2 M dapat membentuk larutan
penyangga karena tersisa basa lemah NH3 dan
garam NH4Cl.
Campuran 3)
nHCN = MHCN × VHCN
= 0,3 M ×
100
1.000
L
= 0,03 mol
nKOH = MKOH × VKOH
= 0,05 M ×
200
1.000
L
= 0,01 mol
HCN(aq) + KOH(aq) → KCN(aq) + H2O(A)
Mula-mula: 0,03 mol
0,01 mol
–
–
Reaksi
: 0,01 mol
0,01 mol
0,01 mol 0,01 mol
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
: 0,02 mol
–
0,01 mol 0,01 mol
Campuran 100 mL larutan HCN 0,3 M dan 200 mL
larutan KOH 0,05 M dapat membentuk larutan
penyangga karena tersisa asam lemah HCN dan
garam KCN.
Campuran 4)
nHF = MHF × VHF
= 0,1 M ×
100
1.000
L
= 0,01 mol
nNaOH = MNaOH × VNaOH
= 0,05 M ×
150
1.000
L
= 0,0075 mol
HF(aq) + NaOH(aq) → NaF(aq) + H2O(A)
Mula-mula: 0,01 mol
0,0075 mol
–
–
Reaksi : 0,0075 mol
0,0075 mol
0,0075 mol 0,0075 mol
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
: 0,0025 mol
–
0,0075 mol 0,0075 mol
Campuran 100 mL larutan HF 0,1 M dan 150 mL
larutan NaOH 0,05 M dapat membentuk larutan
penyangga karena tersisa asam lemah HF dan
garam NaF.
Campuran 5)
Campuran 100 mL larutan HI 0,2 M dan 100 mL
larutan KOH 0,1 M tidak membentuk larutan
penyangga karena berasal dari asam kuat HI dan
basa kuat KOH.
Jadi, campuran yang dapat membentuk larutan
penyangga ditunjukkan angka 2), 3), dan 4).
6. pH larutan yang terbentuk dari pencampuran
150 mL larutan KF 0,1 M dan 150 mL larutan HF
0,2 M adalah 4 – log 6. Nilai konstanta asam
(Ka) HF adalah . . . .
a. 2 × 10–6
b. 4 × 10–6
c. 1 × 10–4
d. 3 × 10–4
e. 6 × 10–4
Jawaban: d
pH = –log [H+]
4 – log 6 = –log [H+]
–log (6 × 10–4) = –log [H+]
[H+] = 6 × 10–4
KF(aq) → K+(aq) + F–(aq)
[F–]garam = [KF]
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(A)
Mula-mula: 0,04 mol
x mol
–
–
Reaksi
: x mol
x mol
x mol
x mol
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
:(0,04 – x) mol
–
x mol
x mol
CH3COONa(aq) → CH3COO–(aq) + Na+(aq)
[CH3COO–]garam = [CH3COONa]
Volume total = (100 + 100) mL = 200 mL = 0,2 L
[HF]
[F − ]garam
[H+] = Ka ×
[HF]
[KF]
6 × 10
2
−4
[CH3COO − ]garam
[CH 3 COOH]
[H+] = Ka × [CH COONa]
3
mol CH3COOH/volume total
mol CH3COONa/volume total
[H+] = Ka ×
1×
10–5
=1×
10–5
×
(0,04 − x) mol
0,2 L
x mol
0,2 L
x mol = (0,04 – x) mol
2x = 0,04 mol
x = 0,02 mol
=
mol NaOH
volume NaOH
0,02 mol
0,1L
= 0,2 M
Jadi, konsentrasi larutan NaOH dalam larutan
tersebut adalah 0,2 M.
0,2 M
0,1 M
6 × 10–4 = Ka ×
[CH3COOH]
[H+] = Ka ×
M NaOH =
[H+] = Ka ×
Ka =
pH = 5
–log [H+] = 5
–log [H+] = –log (1 × 10–5)
[H+] = 1 × 10–5
= 3 × 10–4
Jadi, nilai konstanta asam (K a ) HF adalah
3 × 10–4.
7. Sebanyak 100 mL larutan CH 3COOH 0,4 M
(Ka = 1 × 10–5) dicampur dengan 100 mL larutan
NaOH mempunyai pH sebesar 5. Konsentrasi
larutan NaOH dalam campuran tersebut adalah
....
a. 0,1 M
d. 0,4 M
b. 0,2 M
e. 0,5 M
c. 0,3 M
Jawaban: b
Mol CH3COOH = MCH COOH × VCH COOH
3
= 0,4 M ×
= 0,04 mol
3
100
1.000
L
8. Suatu garam dengan indeks basa lemah 1
(M r = 53,5 g mol –1 ) ditambahkan ke dalam
200 mL larutan NH 3 0,2 M (K b = 1 × 10 –5 )
sehingga pH larutan menjadi 9. Massa garam
yang ditambahkan sebanyak . . . .
a. 1,07 gram
b. 2,14 gram
c. 3,21 gram
d. 4,28 gram
e. 5,35 gram
Jawaban: b
nNH = MNH × VNH
3
3
= 0,2 M ×
3
200
1.000
L
= 0,04 mol
pH = 9
pOH = 14 – pH
= 14 – 9
=5
Kimia Kelas XI
41
pOH
–log [OH–]
–log [OH–]
[OH–]
= –log [OH–]
=5
= –log (1 × 10–5)
= 1 × 10–5
[OH–] = Kb ×
[NH3 ]
n × [garam]
[OH–] = Kb ×
mol garam/ volume total
[H+] = Ka ×
0,04 mol
mol garam
Mol garam = 0,04 mol
Massa garam = Mr garam × mol garam
Massa garam = 53,5 g mol–1 × 0,04 mol
= 2,14 gram
Jadi, massa garam yang ditambahkan sebanyak
2,14 gram.
9. Sebanyak 100 mL larutan Ba(OH)2 dengan pH = 13
ditambahkan ke dalam 150 mL larutan HCOOH
0,2 M. Jika diketahui Ka HCOOH = 2 × 10–4,
pH larutan yang terbentuk adalah . . . .
a. 4 – log 8
b. 4 – log 4
c. 4 – log 2
d. 10 + log 2
e. 10 + log 4
Jawaban: b
pOH Ba(OH)2 = 14 – pH
= 14 – 13
=1
pOH = –log [OH–]
1 = –log [OH–]
–1
–log (1 × 10 ) = –log [OH–]
[OH–] = 1 × 10–1
Ba(OH)2(aq) → Ba2+(aq) + 2OH–(aq)
[Ba(OH)2] =
1
2
[OH–]
=
1
2
(1 × 10–1 M)
= 0,05 M
nBa(OH ) = MBa(OH ) × VBa(OH )
2
2
2
= 0,05 M × 100 L
= 5 mmol
nHCOOH = MHCOOH × VHCOOH
= 0,2 M × 150 mL
= 30 mmol
2HCOOH(aq) + Ba(OH)2(aq) → (HCOO)2Ba(aq) + 2H2O(A)
Mula-mula: 30 mmol
5 mmol
–
–
Reaksi : 10 mmol
5 mmol
5 mmol
10 mmol
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
: 20 mmol
–
5 mmol
10 mmol
(HCOO)2Ba(aq) → Ba2+(aq) + 2HCOO–(aq)
Larutan Penyangga dan Peranannya
[HCOOH]
[HCOO − ]garam
[HCOOH]
= Ka × 2[(HCOO) Ba]
2
= Ka ×
mol NH3 / volume total
1 × 10–5 = 1 × 10–5 ×
42
[HCOO–]garam = 2[(HCOO2)Ba]
mol HCOOH
volume total
2 × mol (HCOO)2Ba
volume total
= 2 × 10–4 ×
20 mmol
2 × 5 mmol
= 4 × 10–4
pH = –log [H+]
= –log (4 × 10–4)
= 4 – log 4
Jadi, pH larutan yang terbentuk adalah 4 – log 4.
10. Berikut ini pasangan senyawa/ion yang dapat
bertindak sebagai larutan penyangga.
1) HCOOH dan HCOO–
2) H2PO4– dan HPO42–
3) H2CO3 dan HCO3–
4) NH3 dan NH4+
5) H2S dan HS–
Pasangan senyawa/ion yang terdapat dalam
cairan luar sel dalam darah manusia ditunjukkan
oleh angka . . . .
a. 1)
b. 2)
c. 3)
d. 4)
e. 5)
Jawaban: c
Sistem penyangga ekstrasel (di luar sel) dalam
darah berupa pasangan penyangga karbonat
H2CO3/HCO3– yang berperan menjaga pH darah.
Pasangan penyangga fosfat (H 2PO 4–/HPO 42– )
berperan menjaga pH cairan intrasel.
B. Uraian
1. pH campuran 100 mL larutan CH3COOH 0,5 M
dengan 50 mL larutan CH 3 COONa adalah
5 – log 9. Tentukan konsentrasi CH3COONa!
(Ka = 1,8 × 10–5)
Jawaban:
pH = –log [H+]
5 – log 9 = –log [H+]
–log (9 × 10–5) = –log [H+]
[H+] = 9 × 10–5
nCH
3COOH
= MCH
3COOH
= 0,5 M ×
= 0,05 mol
× VCH
100
1.000
L
3COOH
nCH
3 COONa
= MCH
3COONa
=xM×
× VCH
50
1.000
3COONa
L
= 0,05x mol
CH3COONa(aq) → CH3COO–(aq) + Na+(aq)
[CH3COO–]garam = [CH3COONa]
[H+]
= Ka ×
[H+] = Ka ×
[H+] = Ka ×
[CH3COOH]
[CH3COO − ]garam
[CH 3 COOH]
[CH 3 COONa]
mol CH3COOH
volume total
mol CH3COONa
volume total
9 × 10–5 = 1,8 × 10–5 ×
x =
0,05 mol
0,05x mol
1,8
9
2. Berapakah volume larutan HNO2 0,2 M dan KOH
0,1 M masing-masing yang harus dicampurkan
agar diperoleh 200 mL larutan penyangga dengan
pH = 3 (Ka HNO2 = 5 × 10–4)?
Jawaban:
pH = –log [H+]
3 = –log [H+]
–3
log (1 × 10 ) = –log [H+]
[H+] = 1 × 10–3
Misal:
VHNO = Va mL
2
VKOH = Vb mL
nHNO = MHNO × VHNO
nKOH
2
=
=
=
=
=
2
0,2 M × Va mL
0,2Va mmol
MKOH × VKOH
0,1 M × Vb mL
0,1Vb mmol
HNO2(aq) + KOH(aq) → KNO2(aq) + H2O(A)
Mula-mula:
0,2Va mmol 0,1Vb mmol
–
–
Reaksi :
0,1Vb mmol 0,1Vb mmol 0,1Vb mmol 0,1Vb mmol
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
:
0,1(2Va – Vb) mmol
–
0,1Vb mmol 0,1Vb mmol
KNO2(aq) → K+(aq) + NO2–(aq)
[NO2–]garam = [KNO2]
[HNO2 ]
[NO2− ]garam
[HNO2 ]
[H+] = Ka × [KNO ]
2
[H+] = Ka ×
mol HNO2
volume total
mol KNO2
volume total
0,1(2Va − Vb ) mmol
0,1Vb mmol
0,1(2Va − Vb ) mmol
0,1Vb mmol
1 × 10–3 = 5 × 10–4 ×
2 =
2Vb = 2Va – Vb
3Vb = 2Va
Va
Vb
=
3
2
Va = VHNO =
3
5
2
= 0,2
Jadi, konsentrasi CH3COONa sebanyak 0,2 M.
2
[H+] = Ka ×
Vb = VKOH =
2
5
× 200 mL = 120 mL
× 200 mL = 80 mL
Jadi, volume larutan HNO2 0,2 M dan KOH 0,1 M
masing-masing yang harus dicampurkan
sebanyak 120 mL dan 80 mL.
3. Hitunglah massa kristal Ba(OH) 2 yang harus
ditambahkan ke dalam 150 mL larutan asam
formiat 0,2 M (K a asam formiat = 2 × 10 –4 )
sehingga terbentuk larutan penyangga
dengan pH = 5 – log 4! (Ar: Ba = 137 g mol–1,
O = 16 g mol–1; C = 12 g mol–1; dan H = 1 g mol–1)
Jawaban:
Misal:
nBa(OH) = x mol
2
nHCOOH = MHCOOH × VHCOOH
= 0,2 M ×
150
1.000
L
= 0,03 mol
pH = –log [H+]
5 – log 4 = –log [H+]
–log (4 × 10–5) = –log [H+]
[H+] = 4 × 10–5
2HCOOH(aq) + Ba(OH)2(aq) → (HCOO)2Ba(aq) + 2H2O(A)
Mula-mula: 0,03 mol
x mol
–
–
Reaksi : 2x mol
x mol
x mol
2x mol
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
:(0,03 – 2x) mol
–
x mol
2x mol
(HCOO)2Ba(aq) → Ba2+(aq) + 2HCOO–(aq)
[HCOO–]garam = 2[(HCOO)2Ba]
Kimia Kelas XI
43
[HCOOH]
[HCOO − ]garam
[H+] = Ka ×
[HCOOH]
[H+] = Ka × 2[(HCOO) Ba]
2
[H+]
mol HCOOH
volume total
= Ka ×
2 × mol (HCOO)2Ba
volume total
4 × 10–5 = 2 × 10–4 ×
0,4x = 0,03 – 2x
2,4x = 0,03
0,03
2,4
x =
(0,03 − 2x ) mol
2x mol
= 0,1 M ×
= 0,0125
Massa BaOH2 = nBa(OH) × Mr Ba(OH)
2
2
= 0,0125 mol × 171 g mol–1
= 2,1375 g
Jadi, massa kristal Ba(OH) 2 yang harus
ditambahkan sebanyak 2,1375 g atau 2,14 g
(hasil pembulatan).
4. Sebanyak 100 mL larutan NH3 0,1 M (Kb NH3 =
2 × 10–5) dicampurkan dengan 50 mL larutan
NH4Br 0,4 M. Tentukan pH campuran larutan
tersebut dan bandingkan dengan:
a. pH larutan setelah penambahan 10 mL
larutan HCl 0,1 M dan
b. pH larutan setelah penambahan 5 mL larutan
KOH 0,2 M.
Jawaban:
pH campuran larutan
nNH = MNH × VNH
3
3
3
100
1.000
= 0,1 M ×
L
4
= MNH
Br
× VNH
Br
4
L
= 0,02 mol
NH4Br(aq) → NH4+(aq) + Br–(aq)
[NH4+]garam = [NH4Br]
[OH–] = Kb ×
[NH3 ]
[NH+4 ]garam
[NH3 ]
= Kb × [NH Br]
4
= Kb ×
mol NH3
volume total
mol NH4Br
volume total
= 2 × 10–5 ×
0,01 mol
0,02 mol
= 1 × 10–5
44
L
= 0,001 mol
HCl(aq) → H+(aq) + Cl–(aq)
[H+] = [HCl]
mol H+ = mol HCl
Pada saat campuran larutan NH3 dan NH4Br
ditambahkan 10 mL larutan HCl 0,1 M,
larutan HCl akan terionisasi secara
sempurna sehingga menghasilkan ion H+ dan
ion Cl–. Ion H+ yang dihasilkan tersebut akan
bereaksi dengan NH3 sehingga konsentrasi
NH 3 dalam larutan akan berkurang dan
konsentrasi ion NH 4+ bertambah. Berikut
reaksinya.
NH3(aq)
+
H+(aq)
→
NH4+(aq)
Mula-mula: 0,01 mol
0,001 mol
0,02 mol
Reaksi
: 0,001 mol
0,001 mol
0,001 mol
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
: 0,009 mol
–
0,021 mol
[OH–] = Kb ×
[NH3 ]
[NH+4 ]garam
[NH3 ]
4Br
50
1.000
= 0,4 M ×
10
1.000
= Kb × [NH Br]
4
= 0,01 mol
nNH
pH = 14 – pOH
= 14 – (–log [OH–])
= 14 – (–log (1 × 10–5))
= 14 – 5
=9
Jadi, pH campuran larutan tersebut adalah 9.
a. pH larutan setelah penambahan 10 mL
larutan HCl 0,1 M
nHCl = MHCl × VHCl
Larutan Penyangga dan Peranannya
= Kb ×
mol NH3
volume total
mol NH4Br
volume total
= 2 × 10–5 ×
0,009 mol
0,021 mol
= 8,57 × 10–6
pH = 14 – pOH
= 14 – (–log [OH–])
= 14 – (–log (8,57 × 10–6))
= 14 – (6 – log 8,57)
= 14 – 5,067
= 8,933
Selisih pH sebelum dengan setelah
penambahan 10 mL larutan HCl 0,1 M
= 9 – 8,993 = 0,067. Selisih tersebut sangat
kecil sehingga dapat diabaikan.
b.
pH larutan setelah penambahan 5 mL larutan
KOH 0,2 M
nKOH = MKOH × VKOH
= 0,2 M ×
5
1.000
L
= 0,001 mol
KOH(aq) → K+(aq) + OH–(aq)
[OH–] = [KOH]
mol OH– = mol KOH
Pada saat campuran larutan NH3 dan NH4Br
ditambahkan 5 mL larutan KOH 0,2 M,
larutan KOH akan terionisasi secara
sempurna sehingga menghasilkan ion K+ dan
ion OH–. Ion OH– yang dihasilkan tersebut
akan bereaksi dengan ion NH4+ dari garam
sehingga konsentrasi ion NH4+ dalam larutan
akan berkurang dan konsentrasi NH 3
bertambah. Berikut reaksinya.
NH+4(aq) + OH–(aq) → NH3(aq) + H2O(A)
Mula-mula: 0,02 mol
0,001 mol
0,01 mol
–
Reaksi : 0,001 mol
0,001 mol
0,001 mol
0,001 mol
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
: 0,019 mol
–
0,011 mol
0,001 mol
[OH–] = Kb ×
= Kb ×
= Kb ×
Campuran larutan tersebut menghasilkan larutan
penyangga dengan pH 3 – log 1,75. Berapakah
pH larutan HF sebelum penambahan larutan
Ca(OH)2? (Ka HF = 7 × 10–4)
Jawaban:
pH = –log [H+]
3 – log (1,75) = –log [H+]
–log (1,75 × 10–3) = –log [H+]
[H+] = 1,75 × 10–3
nHF = MHF × VHF = x M × 100 mL = 100x mmol
nCa(OH) = MCa(OH) × VCa(OH)
2
2
2
= 0,01 M × 100 mL
= 1 mmol
2HF(aq) + Ca(OH)2(aq) → CaF2(aq) + 2H2O(A)
Mula-mula: 100x mmol
1 mmol
–
–
Reaksi : 2 mmol
1 mmol
1 mmol
2 mmol
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
:(100x – 2) mmol
–
1 mmol
2 mmol
CaF2(aq) → Ca2+(aq) + 2F–(aq)
[F–]garam = 2[CaF2]
[H+] = Ka ×
[HF]
[NH3 ]
[H+] = Ka × 2[CaF ]
2
[NH+4 ]garam
[NH3 ]
[NH4Br]
[H+]
mol NH3
volume total
mol NH4Br
volume total
= 2 × 10–5 ×
0,011 mol
0,019 mol
= 1,16 × 10–5
pH = 14 – pOH
= 14 – (–log [OH–])
= 14 – (–log (1,16 × 10–5))
= 14 – (5 – log 1,16)
= 14 – 4,935
= 9,065
Selisih pH sebelum dengan setelah penambahan 5 mL larutan HCl 0,2 M = 9,065 – 9 =
0,065. Selisih tersebut sangat kecil sehingga
dapat diabaikan.
5. Perhatikan gambar berikut!
[HF]
[F − ]garam
= Ka ×
mol HF
volume total
2 × mol CaF2
volume total
1,75 × 10–3 = 7 × 10–4 ×
(100 x − 2) mmol
2 × 1 mmol
3,5 × 10–3 = 7 × 10–4(100x – 2)
5 = 100x – 2
x =
7
100
= 7 × 10–2
[HF] = x M = 7 × 10–2 M
[H+] =
=
K a × [HF]
(7 × 10 −4 )(7 × 10 −2 )
49 × 10 −6
= 7 × 10–3
pH larutan HF sebelum penambahan larutan
Ca(OH)2:
pH = –log [H+]
= –log (7 × 10–3)
= 3 – log 7
Jadi, pH larutan HF sebelum penambahan larutan
Ca(OH)2 adalah 3 – log 7.
=
Kimia Kelas XI
45
46
Larutan Penyangga dan Peranannya
Pengenceran
Penambahan
Asam atau Basa
Dalam
Kehidupan
Sehari-hari
Dalam Tubuh
Makhluk Hidup
Pengaruh Penambahan
Asam atau Basa serta
Pengenceran terhadap
pH Larutan Penyangga
Fungsi Larutan
Penyangga
Larutan
Penyangga
Sifat-Sifat
Larutan
Penyangga
Prinsip Kerja
Larutan
Penyangga
Macam-Macam
Larutan
Penyangga
pH Larutan Tetap jika Diencerkan
pH Larutan Relatif Tetap jika Ditambah Sedikit Asam atau Basa
pH Larutan Penyangga Paling Stabil jika pH = pKa atau pH = pKb
pKa – 1 < pH < pKa + 1 atau pKb – 1 < pH < pKb + 1
Nilai Ka dan Kb Selalu Tetap pada Suhu Tetap
Larutan Penyangga Basa
Larutan Penyangga Asam
Larutan Penyangga Basa
Larutan Penyangga Asam
Mol HCOOH = MHCOOH × VHCOOH
A. Pilihan Ganda
1. Di laboratorium disediakan beberapa larutan
sebagai berikut.
100
= 0,20 M × 1.000 L
= 0,02 mol
Ba(OH)2(aq) + 2HCOOH(aq) → (HCOO)2Ba(aq) + 2H2O(A)
Mula-mula: 0,005 mol
0,02 mol
–
–
Reaksi : 0,005 mol
0,01 mol
0,005 mol
0,01 mol
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
:
–
0,01 mol
0,005 mol
0,01 mol
Pasangan larutan yang dapat membentuk larutan
penyangga ditunjukkan oleh angka . . . .
a. (1) dan (2)
b. (1) dan (5)
c. (2) dan (3)
d. (2) dan (4)
e. (3) dan (5)
Jawaban: c
Larutan (1) dan (2)
Mol CH3COOH = MCH COOH × VCH COOH
3
3
= 0,10 M ×
100
1.000
= 0,01 mol
Mol Ba(OH)2 = MBa(OH) × VBa(OH)
2
= 0,05 M ×
100
1.000
L
2
L
= 0,005 mol
2CH3COOH(aq) + Ba(OH)2(aq) → (CH3COO)2Ba(aq) + 2H2O(A)
Mula-mula: 0,01 mol
0,005 mol
–
–
Reaksi : 0,01 mol
0,005 mol
0,005 mol
0,01 mol
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
:
–
–
0,005 mol
0,01 mol
Pasangan tersebut tidak dapat membentuk
larutan penyangga karena tidak memiliki sisa
asam lemah, tetapi hanya menghasilkan sisa
garam.
Larutan (1) dan (5)
Pasangan antara CH 3 COOH dan HCl jika
dicampurkan tidak akan bereaksi karena samasama bersifat asam.
Larutan (2) dan (3)
Mol Ba(OH)2 = MBa(OH) × VBa(OH)
2
2
100
= 0,05 M × 1.000 L
= 0,005 mol
Pasangan tersebut dapat membentuk larutan
penyangga karena tersisa asam lemah dan
garamnya.
Larutan (2) dan (4)
Pasangan antara Ba(OH) 2 dan NH 3 jika
dicampurkan tidak akan bereaksi karena samasama bersifat basa.
Larutan (3) dan (5)
Pasangan antara HCOOH dan HCl jika
dicampurkan tidak akan bereaksi karena samasama bersifat asam.
Jadi, pasangan yang dapat membentuk larutan
penyangga adalah (2) dan (3).
2. Larutan penyangga dengan pH 9 dapat dibuat
dengan mencampurkan 100 mL larutan amonium
0,2 M (Kb = 1 × 10–5) dengan 50 mL larutan asam
sulfat dengan konsentrasi . . . .
a. 0,05 M
d. 0,20 M
b. 0,10 M
e. 0,25 M
c. 0,15 M
Jawaban: b
Mol NH3 = MNH × VNH
3
3
100
1.000
= 0,2 M ×
L
= 0,02 mol
Mol H2SO4 = MH SO × VH
2
2SO4
4
=xM ×
50
1.000
L
= 0,05x mol
pH = 9
pOH = 14 – pH = 14 – 9 = 5
pOH = –log [OH–]
5 = –log [OH–]
–5
–log (1 × 10 ) = –log [OH–]
–log [OH–] = –log (1 × 10–5)
[OH–] = 1 × 10–5
2NH3(aq) + H2SO4(aq) → (NH4)2SO4(aq)
Mula-mula:
0,02 mol
0,05x mol
–
Reaksi
: 0,10x mol
0,05x mol
0,05x mol
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
:(0,02 – 0,10x) mol
–
0,05x mol
Kimia Kelas XI
47
(NH4)2SO4(aq) → 2NH4+(aq) + SO42–(aq)
[NH4+]garam = 2[(NH4)2SO4]
[NH3 ]
[OH–] = Kb ×
[NH4+ ]garam
[OH–] = Kb ×
2 × mol (NH4 )2 SO4 / volume total
mol NH3 / volume total
1 × 10–5 = 1 × 10–5 × (0,02 − 0,10x ) mol
2 × 0,05x mol
0,10x = 0,02 – 0,10x
0,20x = 0,02
x = 0,10 M
Jadi, konsentrasi asam sulfat adalah 0,10 M.
3. Suatu larutan penyangga terdiri atas 100 mL
larutan NH3 0,02 M dan 200 mL NH4Cl 0,01 M.
Larutan tersebut mempunyai pH = 9. Harga
konstanta basa (Kb) NH3 tersebut adalah . . . .
a. 2 × 10–4
d. 1 × 10–5
–4
b. 1 × 10
e. 1 × 10–6
–5
c. 2 × 10
Jawaban: d
nNH = MNH × VNH
3
3
100
1.000
4 Cl
× VNH
Cl
4
200
1.000
L
[NH4+]garam = [NH4Cl]
[OH–] = Kb ×
[NH3 ]
[NH+4 ]garam
[NH3 ]
[OH–] = Kb × [NH Cl]
4
= Kb ×
1 × 10–5 = Kb ×
[CH3COOH]
[CH3COO − ]garam
[CH3COOH]
[CH3COONa]
10–6
=1×
10–5
×
4Cl
= 0,002 mol
pOH = 14 – pH = 14 – 9 = 5
pOH = –log [OH–]
5 = –log [OH–]
–log (1 × 10–5) = –log [OH–]
[OH–] = 1 × 10–5
NH4Cl(aq) → NH4+(aq) + Cl–(aq)
mol NH3
volume total
mol NH4Cl
volume total
0,002 mol
0,002 mol
Kb = 1 × 10–5
Jadi, konstanta basa (Kb) NH3 adalah 1 × 10–5.
48
= Ka ×
1×
= 0,01 M ×
[OH–]
[H+] = Ka ×
L
= 0,002 mol
= MNH
[CH3COO–]garam = [CH3COONa]
3
= 0,02 M ×
nNH
4. Sebanyak 1 L larutan CH3COOH 0,1 mempunyai
pH = 3 (Ka = 1 × 10–5). Jika dikehendaki pH
larutan menjadi 6, ke dalam larutan harus
ditambah CH3COONa sebanyak . . . .
a. 0,1 mol
d. 10 mol
b. 1,0 mol
e. 20 mol
c. 5,0 mol
Jawaban: b
nCH COOH = MCH COOH × VCH COOH
3
3
3
= 0,1 M × 1 L
= 0,1 mol
pH = 6
pH = –log [H+]
6 = –log [H+]
–log (1 × 10–6) = –log [H+]
[H+] = 1 × 10–6
CH3COONa(aq) → CH3COO–(aq) + Na+(aq)
Larutan Penyangga dan Peranannya
1 × 10–6 = 1 × 10–5 ×
mol CH 3COOH
volume total
mol CH 3COONa
volume total
0,1 mol
mol CH 3 COONa
mol CH3COONa = 1,0 mol
Jadi, CH3COONa yang harus ditambahkan agar
pH menjadi 6 sebanyak 1,0 mol.
5. Perbandingan volume larutan HNO2 0,1 M dan
KOH 0,1 M yang dibutuhkan untuk membentuk
larutan penyangga dengan pH = 4 (Ka HNO2 =
5 × 10–4) adalah . . . .
a. 1 : 3
b. 3 : 4
c. 4 : 3
d. 5 : 6
e. 6 : 5
Jawaban: e
Misal:
VHNO = Va L
2
VKOH = Vb L
nHNO = MHNO × VHNO
2
2
2
= 0,1 M × Va L
= 0,1Va mol
nKOH = MKOH × VKOH
= 0,1 M × Vb L
= 0,1Vb mol
pH =
4=
–4
–log (1 × 10 ) =
[H+] =
–log[H+]
–log[H+]
–log[H+]
1 × 10–4
HNO2(aq) + KOH(aq) → KNO2(aq) + H2O(A)
0,1Vb mol
–
–
Mula-mula : 0,1Va mol
Reaksi : 0,1Vb mol
0,1Vb mol
0,1Vb mol
0,1Vb mol
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
: 0,1(Va – Vb) mol
–
0,1Vb mol
0,1Vb mol
KNO2(aq) → K+(aq) + NO2–(aq)
[NO2–]garam = [KNO2]
[H+] = Ka ×
[HNO2 ]
[NO2− ]garam
[H+]
[HNO2 ]
[KNO2 ]
[H+]
= Ka ×
= Ka ×
Jawaban: a
nCH COOH = MCH COOH × VCH COOH
3
3
3
= 0,1 M × 150 mL
= 15 mmol
nNaOH = MNaOH × VNaOH
= 0,05 M × 100 mL
= 5 mmol
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(A)
Mula-mula: 15 mmol
5 mmol
–
–
Reaksi : 5 mmol
5 mmol
5 mmol
5 mmol
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
: 10 mmol
–
5 mmol
5 mmol
CH3COONa(aq) → CH3COO–(aq) + Na+(aq)
[CH3COO–]garam = [CH3COONa]
[H+] = Ka ×
mol HNO2
volume total
= Ka ×
mol KNO2
volume total
1 ×10–4 = 5 × 10–4 ×
0,1(Va − Vb ) mol
0,1Vb mol
=1×
[CH3COOH]
[CH3COO − ]garam
[CH3COOH]
[CH3COONa]
10–5
×
Vb = 5(Va – Vb)
6Vb = 5Va
Va
Vb
=
6
5
Jadi, perbandingan volume larutan HNO2 0,1 M
dan KOH 0,1 M yang dibutuhkan untuk
membentuk larutan penyangga dengan pH = 4
adalah 6 : 5.
6. Perhatikan gambar berikut!
pH campuran larutan yang terbentuk adalah . . . .
(Ka CH3COOH = 1 × 10–5)
a. 5 – log 2
b. 5
c. 9 – log 2
d. 9
e. 9 + log 2
= 1 × 10–5 ×
mol CH 3COOH
volume total
mol CH 3COONa
volume total
10 mmol
5 mmol
= 2 × 10–5
pH = –log [H+]
= –log (2 × 10–5)
= 5 – log 2
Jadi, pH campuran larutan yang terbentuk adalah
5 – log 2.
7. Ke dalam 250 mL larutan CH 3COOH 0,2 M
ditambahkan kristal KOH (Mr KOH = 56 g mol–1)
sebanyak p gram sehingga terbentuk larutan
penyangga dengan pH = 6. Jika diketahui
Ka CH3COOH = 1 × 10–5, banyaknya p adalah . . . .
a. 1,26 gram
b. 1,40 gram
c. 2,52 gram
d. 2,80 gram
e. 3,78 gram
Jawaban: c
nCH COOH = MCH COOH × VCH COOH
3
3
= 0,2 M ×
3
250
1.000
L
= 0,05 mol
pH = –log [H+]
6 = –log [H+]
–6
–log (1 × 10 ) = –log [H+]
[H+] = 1 × 10–6
Kimia Kelas XI
49
Misal : nKOH = x mol
Konsentrasi larutan setelah pengenceran:
Mula-mula: 0,05 mol
x mol
–
–
Reaksi :
x mol
x mol
x mol
x mol
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
: (0,05 – x) mol
–
x mol
x mol
[HNO2] =
CH3COOH(aq) + KOH(aq) → CH3COOK(aq) + H2O(A)
CH3COOK(aq) → K+(aq) + CH3COO–(aq)
[CH3COO–]garam = [CH3COOK]
[H+]
= Ka ×
[H+] = Ka ×
[H+]
=1×
10–5
[Ca(NO2)2] =
=
×
10 mmol
400 mL
mol CH 3COOK
volume total
[H+] = Ka ×
(0,05 − x ) mol
x mol
= Ka ×
[HNO2 ]
[NO2 − ]garam
[HNO2 ]
2[Ca(NO2 )2 ]
= 5 × 10–4 ×
8. Sebanyak 100 mL larutan asam nitrit 0,1 M
ditambahkan ke dalam 50 mL larutan kalsium
nitrit 0,2 M. pH larutan penyangga setelah
diencerkan dengan 250 mL adalah . . . .
(Ka HNO2 = 5 × 10–4)
a. 4 – log 5
b. 4 – log 2,5
c. 5 – log 1
d. 10 + log 2,5
e. 10 + log 5
Jawaban: b
nHNO = MHNO × VHNO
2
2
2
= 0,1 M × 100 mL
= 10 mmol
2)2
Vtotal
[NO2–]garam = 2[Ca(NO2)2]
0,05
1,1
= MCa(NO
nCa(NO2 )2
mol CH 3COOH
volume total
Massa KOH = nKOH × Mr KOH
p = 0,045 mol × 36 g mol–1
= 2,52 g
Jadi, banyaknya p sebesar 2,52 gram.
× VCa(NO
2)2
= 0,2 M × 50 mL
= 10 mmol
Vtotal = 100 mL + 50 mL + 250 mL
= 400 mL
50
= 0,025 M
= 0,025 M
Ca(NO2)2(aq) → Ca2+(aq) + 2NO2–(aq)
[CH3COOH]
[CH3COOK]
x = 0,045
nKOH = 0,045 mol
2)2
10 mmol
400 mL
[CH3COO − ]garam
0,1x = 0,05 – x
nCa(NO
Vtotal
[CH3COOH]
1 × 10–6 = 1 × 10–5 ×
x=
=
nHNO2
Larutan Penyangga dan Peranannya
0,025 M
2 × 0,025 M
= 2,5 × 10–4
pH = –log [H+]
= –log (2,5 × 10–4)
= 4 – log 2,5
Jadi, pH larutan penyangga setelah diencerkan
dengan 250 mL air adalah 4 – log 2,5.
9. Larutan NaOH 0,1 M ditambahkan ke dalam 200 mL
larutan HCN 0,05 M (K a HCN = 1 × 10 –7 )
sehingga pH larutan berubah menjadi 7 – log 3.
Volume larutan NaOH 0,1 M yang ditambahkan
sebanyak . . . .
a. 10 mL
b. 15 mL
c. 20 mL
d. 25 mL
e. 30 mL
Jawaban: d
pH = –log [H+]
7 – log 3 = –log [H+]
–log (3 × 10–7) = –log [H+]
[H+] = 3 × 10–7
Misal:
VNaOH = Vb mL
n HCN = MHCN × VHCN
= 0,05 M × 200 mL
= 10 mmol
nNaOH = MNaOH × VNaOH
= 0,1 M × Vb mL
= 0,1Vb mmol
HCN(aq)
+
NaOH(aq) → NaCN(aq) + H2O(A)
Mula-mula:
10 mmol
0,1Vb mmol
–
–
Reaksi :
0,1Vb mmol
0,1Vb mmol 0,1Vb mmol 0,1Vb mmol
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
: (10 – 0,1Vb) mmol
–
0,1Vb mmol 0,1Vb mmol
NaCN(aq) → Na+(aq) + CN–(aq)
[CN–]garam = [NaCN]
[H+] = Ka ×
[HCN]
[CN− ]garam
[H+] = Ka ×
[HCN]
[NaCN]
3 × 10–7 = 1 × 10–7 ×
3=
mol HCN
volume total
mol NaCN
volume total
(10 − 0,1Vb ) mmol
0,1Vb mmol
0,3Vb = 10 – 0,1Vb
0,4Vb = 10
Vb =
10
0,4
= 25 mL
Jadi, volume larutan NaOH 0,1 M yang
ditambahkan sebanyak 25 mL.
10. Pasangan larutan berikut yang mempunyai pH > 7
adalah . . . .
a. HCOOH dan HCOOK
b. Ba(OH)2 dan Ba(CN)2
c. HNO3 dan NaNO3
d. NH3 dan NH4Br
e. HF dan CaF2
Jawaban: d
Larutan penyangga yang mempunyai pH > 7
(penyangga basa) terbuat dari basa lemah dan
garamnya. Misal NH 3 dan NH 4 Br. Larutan
HCOOH dan HCOOK serta HF dan CaF 2
merupakan larutan penyangga asam (pH < 7).
Larutan Ba(OH)2 dan Ba(CN)2 serta HNO3 dan
NaNO3 bukan merupakan larutan penyangga.
11. Diketahui data percobaan pencampuran larutan
asam-basa sebagai berikut.
Berdasarkan data percobaan tersebut, larutan
dengan pH yang tidak berubah jika diencerkan,
ditambah sedikit asam atau basa terbentuk pada
percobaan . . . .
a. (1) dan (2)
b. (1) dan (4)
c. (2) dan (3)
d. (3) dan (5)
e. (4) dan (5)
Jawaban: c
Larutan yang memiliki pH tidak berubah jika
diencerkan, ditambah sedikit asam atau basa
merupakan larutan penyangga (larutan buffer).
Larutan penyangga adalah campuran dari:
1) asam lemah dan garamnya,
2) basa lemah dan garamnya,
3) asam lemah dengan basa kuat dan jika
direaksikan tersisa asam lemah, serta
4) basa lemah dengan asam kuat dan jika
direaksikan tersisa basa lemah.
Percobaan (1)
nH SO = MH SO × VH SO
2
4
2
4
2
4
= 0,2 M × 5 mL
= 1 mmol
nNH = MNH × VNH
3
3
3
= 0,3 M × 5 mL
= 1,5 mmol
H2SO4(aq) + 2NH3(aq) → (NH4)2SO4(aq)
Mula-mula: 1 mmol
1,5 mol
–
Reaksi
: 0,75 mmol
1,5 mol
0,75 mmol
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
: 0,25 mmol
–
0,75 mmol
Hasil pencampuran 5 mL larutan H2SO4 0,2 M
dengan 5 mL larutan NH3 0,3 M bukan merupakan
larutan penyangga karena tersisa asam kuat
H2SO4.
Percobaan (2)
nH SO = MH SO × VH SO
2
4
2
4
2
4
= 0,2 M × 5 mL
= 1 mmol
nNH = MNH × VNH
3
3
3
= 0,3 M × 10 mL
= 3 mmol
H2SO4(aq) + 2NH3(aq) → (NH4)2SO4(aq)
Mula-mula: 1 mmol
3 mmol
–
Reaksi : 1 mmol
2 mmol
1 mmol
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
:
–
1 mmol
1 mmol
Hasil pencampuran 5 mL larutan H2SO4 0,2 M
dengan 10 mL larutan NH3 0,3 M merupakan
larutan penyangga karena tersisa basa lemah
NH3 dan garam asam kuat (NH4)2SO4 (asam
konjugasi).
Kimia Kelas XI
51
Percobaan (3)
nH SO = MH SO × VH SO
2
4
2
4
2
4
= 0,2 M × 10 mL
= 2 mmol
nNH = MNH × VNH
3
3
3
= 0,3 M × 15 mL
= 4,5 mmol
H2SO4(aq) + 2NH3(aq) → (NH4)2SO4(aq)
Mula-mula: 2 mmol
4,5 mmol
–
Reaksi
: 2 mmol
4 mmol
2 mmol
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
:
–
0,5 mmol
2 mmol
Hasil pencampuran 10 mL larutan H2SO4 0,2 M
dengan 15 mL larutan NH3 0,3 M merupakan
larutan penyangga karena tersisa basa lemah
NH3 dan garam asam kuat (NH4)2SO4 (asam
konjugasi).
Percobaan (4)
nH SO = MH SO × VH SO
2
4
2
4
2
4
= 0,2 M × 15 mL
= 3 mmol
nNH = MNH × VNH
3
3
3
= 0,3 M × 10 mL
= 3 mmol
H2SO4(aq) + 2NH3(aq) → (NH4)2SO4(aq)
Mula-mula: 3 mmol
3 mmol
–
Reaksi : 1,5 mmol
3 mmol
1,5 mmol
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
: 1,5 mmol
–
1,5 mmol
Hasil pencampuran 15 mL larutan H2SO4 0,2 M
dengan 10 mL larutan NH 3 0,3 M bukan
merupakan larutan penyangga karena tersisa
asam kuat H2SO4.
Percobaan (5)
nH SO = MH SO × VH SO
2
4
2
4
2
4
= 0,2 M × 15 mL
= 3 mmol
nNH = MNH × VNH
3
3
3
= 0,3 M × 20 mL
= 6 mmol
12. Sebanyak 300 mL larutan penyangga dengan
pH = 5 – log 5 terbentuk dari larutan HCOOH
0,1 M (K a HCOOH = 2 × 10 –4 ) dan larutan
Ca(OH)2 0,2 M. Volume larutan HCOOH 0,1 M
dan Ca(OH)2 0,2 M yang harus ditambahkan
untuk membentuk larutan penyangga tersebut
masing-masing sebanyak . . . .
a. 250 mL dan 50 mL
b. 225 mL dan 75 mL
c. 150 mL dan 150 mL
d. 75 mL dan 225 mL
e. 50 mL dan 250 mL
Jawaban: a
Misal:
VHCOOH = Va mL
VCa(OH) = Vb mL
2
nHCOOH = MHCOOH × VHCOOH
= 0,1 M × Va mL
= 0,1Va mmol
nCa(OH) = MCa(OH) × VCa(OH)
2
2
2
= 0,2 M × Vb mL
= 0,2Vb mmol
pH = –log[H+]
5 – log 5 = –log[H+]
–log (5 × 10–5) = –log[H+]
[H+] = 5 × 10–5
2HCOOH(aq) + Ca(OH)2(aq) → (HCOO)2Ca(aq) + 2H2O(A)
0,2Vb mmol
–
–
Mula-mula:
0,1Va mmol
Reaksi :
0,4Vb mmol
0,2Vb mmol 0,2Vb mmol 0,4Vb mmol
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
: 0,1(Va – 4Vb) mmol
–
0,2Vb mmol 0,4Vb mmol
(HCOO)2Ca(aq) → Ca2+(aq) + 2HCOO–(aq)
[HCOO–]garam = 2[(HCOO)2Ca]
[H+] = Ka ×
[HCOOH]
[HCOO − ]garam
[H+] = Ka ×
[HCOOH]
2[(HCOO)2 Ca]
[H+] = Ka ×
H2SO4(aq) + 2NH3(aq) → (NH4)2SO4(aq)
Mula-mula: 3 mmol
6 mmol
–
Reaksi
: 3 mmol
6 mmol
3 mmol
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
:
–
–
3 mmol
Hasil pencampuran 15 mL larutan H2SO4 0,2 M
dengan 20 mL larutan NH 3 0,3 M bukan
merupakan larutan penyangga karena hanya
tersisa garam (NH4)2SO4.
Jadi, larutan yang memiliki pH tidak berubah jika
diencerkan, ditambahkan sedikit asam atau basa
terbentuk pada percobaan (2) dan (3).
52
Larutan Penyangga dan Peranannya
mol HCOOH
volume total
2 × mol (HCOO) 2 Ca
volume total
5 × 10–5 = 2 × 10–4 ×
0,1(Va − 4Vb ) mmol
2 × 0,2Vb mmol
5 × 10–5 × 4Vb = 2 × 10–4(Va – 4Vb)
Vb = (Va – 4Vb)
5Vb = Va
Va
Vb
=
5
1
Va =
=
Vb =
=
5
6
5
6
1
6
1
6
× Vlarutan
[OH–] = Kb ×
× 300 mL = 250 mL
[NH ]
3 akhir
[OH–] = Kb × [NH Br]
4
akhir
× Vlarutan
mol NH 3 akhir
× 300 mL = 50 mL
Jadi, larutan HCOOH 0,1 M dan Ca(OH)2 0,2 M
yang harus ditambahkan untuk membentuk
larutan penyangga dengan pH = 5 – log 5 masingmasing sebanyak 250 mL dan 50 mL.
13. Suatu larutan penyangga mengandung larutan
NH3 0,2 M (Kb NH3 = 2 × 10–5) dan NH4Br 0,4 M.
Jika diinginkan pH larutan bertambah satu
satuan, ke dalam 1 L larutan penyangga tersebut
harus ditambahkan . . . .
a. 0,1 mol KOH
b. 0,2 mol HNO3
c. 0,2 mol Ba(OH)2
d. 0,3 mol NaOH
e. 0,3 mol HCl
Jawaban: d
NH4Br(aq) → NH4+(aq) + Br–(aq)
[NH4+]garam = [NH4Br]
pH awal:
[OH–] = Kb ×
[NH3 ]
[NH+4 ]garam
[NH ]
3
= Kb × [NH Br]
4
= 2 × 10–5 ×
[NH3 ]
[NH+4 ]garam
0,2 M
0,4 M
= 1 × 10–5
pOH = –log [OH–] = –log (1 × 10–5) = 5
pH = 14 – pOH = 14 – 5 = 9
pH akhir yang diinginkan = pH awal + 1 = 9 +1 = 10
pOH = 14 – pH = 14 – 10 = 4
pOH = –log [OH–]
4 = –log [OH–]
–4
–log (1 × 10 ) = –log [OH–]
[OH–] = 1 × 10–4
Jika ditambahkan sejumlah x mol senyawa ke
dalam larutan penyangga maka:
nNH
= nNH
+ x mol
3 akhir
3 awal
= (MNH × VNH ) + x mol
3
3
= (0,2 M × 1 L) + x mol
= (0,2 + x) mol
nNH Br
= nNH Br
– x mol
4
akhir
4
awal
= (MNH Br × VNH Br) – x mol
4
4
= (0,4 M × 1 L) – x mol
= (0,4 – x) mol
[OH–]
= Kb ×
volume total
mol NH 4Brakhir
volume total
(0,2 + x ) mol
[OH–] = 2 × 10–5 × (0,4 − x ) mol
(0,2 + x )
(0,4 − x )
(0,2
+ x)
2 × 10–5 (0,4 − x )
(0,2 + x )
(0,4 − x )
1 × 10–4 = 2 × 10–5 ×
10 × 10–5 =
5=
2 – 5x = 0,2 + x
1,8 = 6x
x=
1,8
6
= 0,3
Jumlah [NH 4+] garam setelah reaksi berkurang
karena ion [NH4+]garam bereaksi dengan ion OH–
dari basa kuat. Dengan demikian, jika diinginkan
pH larutan penyangga bertambah satu satuan
maka ke dalam 1 L larutan tersebut harus
ditambahkan 0,3 mol NaOH (basa kuat valensi 1).
14. Kristal CaX 2 yang dapat larut sempurna,
ditambahkan ke dalam larutan asam lemah HX
(Ka = 5 × 10–5) sehingga larutan mengandung
0,1 M HX. Jika pH larutan = 5 – log 5, konsentrasi
CaX2 yang terkandung dalam larutan adalah . . . .
a. 0,02 M
d. 0,50 M
b. 0,05 M
e. 1,00 M
c. 0,20 M
Jawaban: b
pH = –log [H+]
5 – log 5 = –log [H+]
–log (5 × 10–5) = –log [H+]
[H+] = 5 × 10–5
M HX = 0,1 M
CaX2(aq) → Ca2+(aq) + 2X –(aq)
[X –]garam = 2[CaX2]
[H+] = Ka ×
[HX ]
[X − ]garam
[H+] = Ka ×
[HX ]
2[CaX 2 ]
5 × 10–5 = 5 × 10–5 ×
0,1 M
2[CaX 2 ]
2[CaX2] = 0,1 M
[CaX2] = 0,05 M
Jadi, konsentrasi CaX2 yang terkandung dalam
larutan adalah 0,05 M.
Kimia Kelas XI
53
15. Pada pengukuran pH beberapa larutan diperoleh
data sebagai berikut.
[H+] = Ka ×
[HCOOH]
[HCOO − ]garam
[HCOOH]
[H+] = Ka × 2[(HCOO) X ]
2
[H+] = Ka ×
mol HCOOH
volume total
2 × mol (HCOO) 2 X
volume total
0,004 mol
2 × 10–5 = 2 × 10–4 × 2 × mol (HCOO) X
2
Berdasarkan data di atas, yang merupakan
larutan penyangga ditunjukkan oleh angka . . . .
a. 1)
d. 4)
b. 2)
e. 5)
c. 3)
Jawaban: b
Larutan yang mempunyai sifat penyangga jika
ditambah dengan sedikit basa, asam, atau
diencerkan tidak akan mengubah pH-nya secara
signifikan. Larutan penyangga bersifat mampu
mempertahankan pH. Berdasarkan data tersebut,
larutan 2) merupakan larutan penyangga.
Sementara itu, larutan 1), 3), 4), dan 5) bukan
merupakan larutan penyangga karena pH
berubah cukup signifikan.
16. Sebanyak 2,6 gram garam (HCOO)2X ditambahkan
ke dalam 100 mL larutan HCOOH 0,04 M
(Ka HCOOH = 2 × 10–4) sehingga pH larutan
menjadi 5 – log 2. Unsur X yang terkandung
dalam garam tersebut adalah . . . . (Ar: H =
1 g mol–1; C = 12 g mol–1; O = 16 g mol–1; Mg =
24 g mol–1; Ca = 40 g mol–1; Fe = 56 g mol–1;
dan Ba = 137 g mol–1)
a. Ba
d. Mg
b. Ca
e. Mn
c. Fe
Jawaban: b
pH = –log [H+]
5 – log 2 = –log [H+]
–log (2 × 10–5) = –log [H+]
[H+] = 2 × 10–5
nHCOOH = MHCOOH × VHCOOH
= 0,04 M ×
100
1.000
L
= 0,004 mol
(HCOO)2X(aq) → 2HCOO–(aq) + X 2+(aq)
[HCOO–]garam = 2[(HCOO)2X ]
54
Larutan Penyangga dan Peranannya
2 × 10–1 × mol (HCOOH)2X = 0,004 mol
mol (HCOOH)2X =
0,004 mol
2 × 10 −1
mol (HCOOH)2X = 0,02 mol
Mr (HCOO)2X =
=
massa (HCOO)2X
mol (HCOO)2X
2,6 g
0,02 mol
= 130 g mol–1
Mr (HCOO)2X = (2 x Ar H) + (2 x Ar C) + (4 x Ar O)
+ (1 x Ar X)
130 g mol–1 = (2 x 1 g mol–1) + (2 x 12 g mol–1)
+ (4 x 16 g mol–1) + Ar X
130 g mol–1 – 90 g mol–1= Ar X
Ar X = 40 g mol–1
Jadi, unsur X yang terkandung dalam garam
tersebut adalah Ca.
17. Air liur merupakan larutan penyangga karena
mengandung senyawa . . . .
a. fosfat
b. karbonat
c. hemoglobin
d. asam sitrat
e. asam benzoat
Jawaban: a
Air liur dapat mempertahankan pH dalam mulut
sekitar 6,8. Air liur mengandung larutan
penyangga fosfat yang dapat menetralkan asam
yang dihasilkan dari proses fermentasi sisa-sisa
makanan oleh bakteri. Dengan demikian, gigi
tidak mudah berlubang sehingga kuman tidak
dapat masuk ke bagian dalam gigi. Penyangga
fosfat, karbonat, dan hemoglobin juga terdapat
di dalam darah. Sementara itu, asam sitrat dan
asam benzoat merupakan larutan penyangga
yang berfungsi sebagai pengawet makanan/
minuman.
18. Padatan garam L2SO4 ditambahkan ke dalam
larutan basa lemah LOH sehingga konsentrasi
LOH menjadi 0,1 M dan konsentrasi L2SO4 0,05 M.
Jika Kb LOH = 1 × 10–5, pH larutan tersebut
adalah . . . .
a. 11
b. 9 + log 2
c. 9
d. 5
e. 5 – log 2
Jawaban: c
L2SO4(aq) → 2L+(aq) + SO42–(aq)
[L+]
garam
= 2[L2SO4]
[OH–] = Kb ×
= Kb ×
[LOH]
[L+ ]garam
[NH4+]garam = [NH4Br]
[OH–] = Kb ×
[NH3 ]
[NH+4 ]garam
[NH3 ]
[NH4Br]
3 × 10–5 = 2 × 10–5 ×
[NH3 ]
[NH4Br]
0,1M
2 × 0,05 M
=
[NH3 ]
[NH4Br]
3
2
Jadi, perbandingan konsentrasi antara larutan
NH3 dan NH4Br dalam larutan tersebut adalah
3 : 2.
= 1 × 10–5
pOH = –log [OH–]
= –log (1 × 10–5)
=5
pH = 14 – pOH = 14 – 5 = 9
Jadi, pH larutan tersebut adalah 9.
19. Pada campuran buffer asam lemah dan
garamnya, pH campuran sama dengan pKa jika
....
a. pH + pOH = 14
b. konsentrasi asam = 1 M
c. konsentrasi garam = 1 M
d. derajat ionisasi asam = 0,1
e. konsentrasi asam = konsentrasi garam
Jawaban: e
Harga pH untuk campuran buffer asam lemah
dan garamnya adalah pH = pKa + log
NH4Br(aq) → NH4+(aq) + Br–(aq)
[OH–] = Kb ×
[LOH]
2[L2SO4 ]
= 1 × 10–5 ×
Jawaban: d
pOH = 14 – pH
= 14 – (9 + log 3)
= 5 – log 3
pOH = –log [OH–]
5 – log 3 = –log [OH–]
–log (3 × 10–5) = –log [OH–]
[OH–] = 3 × 10–5
[G]
[A]
Jadi, harga pH akan sama dengan pKa, jika
konsentrasi asam = konsentrasi garam.
20. Suatu larutan penyangga yang terdiri atas larutan
NH3 (Kb NH 3 = 2 × 10–5) dan NH 4Br dengan
volume yang sama memiliki pH = 9 + log 3.
Perbandingan konsentrasi antara larutan NH3
dengan NH4Br dalam larutan tersebut adalah
....
a. 1 : 3
b. 2 : 3
c. 2 : 5
d. 3 : 2
e. 3 : 5
21. Penambahan 100 mL larutan natrium formiat
0,5 M ke dalam 150 mL larutan asam formiat
1,0 M (Ka asam formiat = 4 × 10–4) mengakibatkan
. . . . (log 2 = 0,30 dan log 6 = 0,78)
a. kenaikan pH sebesar 1,22
b. kenaikan pH sebesar 1,52
c. kenaikan pH sebesar 2,00
d. penurunan pH sebesar 1,22
e. penurunan pH sebesar 2,00
Jawaban: a
pH sebelum penambahan natrium formiat:
[H+] =
K a [HCOOH]
=
4 × 10 −4 (1,0)
= 2 × 10–2
pH = –log [H+]
= –log (2 × 10–2)
= 2 – log 2
= 2 – (0,30)
= 1,70
pH setelah penambahan natrium formiat:
nHCOOH = MHCOOH × VHCOOH
= 1,0 M ×
150
1.000
L
= 0,15 mol
nHCOONa = MHCOONa × VHCOONa
= 0,5 M ×
100
1.000
L
= 0,05 mol
Kimia Kelas XI
55
HCOONa(aq) → HCOO–(aq) + Na+(aq)
[HCOO–]
garam
[H+] = Ka ×
= [HCOONa]
[HCOOH]
[HCOO − ]garam
= Ka ×
[HCOOH]
[HCOONa]
= Ka ×
mol HCOOH
volume total
mol HCOONa
volume total
= 4 × 10–4 ×
0,15 mol
0,05 mol
= 12 × 10–4
pH = –log [H+]
= –log (12 × 10–4 )
= 4 – log 12
= 4 – (log 2 + log 6)
= 4 – (0,30 + 0,78)
= 2,92
Perubahan pH yang terjadi
= pH setelah penambahan – pH sebelum
penambahan
= 2,92 – 1,70
= 1,22
Jadi, penambahan larutan natrium formiat ke
dalam larutan asam formiat mengakibatkan
kenaikan pH sebesar 1,22.
22. Campuran antara asam lemah HA 0,2 M dengan
garam MA 0,4 M mempunyai pH sebesar 4,85.
Harga konstanta asam (Ka) HA adalah . . . .
a. 1 × 10–6
b. 7 × 10–6
c. 1 × 10–5
d. 3 × 10–5
e. 7 × 10–5
Jawaban: b
MA(aq) → M+(aq) + A–(aq)
[A–]garam = [MA]
pH = pKa – log
[HA ]
[A − ]garam
pH = pKa – log
[HA ]
[MA ]
4,85 = pKa – log
[0,2]
[0,4]
pKa = 4,85 + (0,3) = 5,15
pKa = –log Ka
5,15 = –log Ka
Ka = 7 × 10–6
Jadi, harga konstanta asam (Ka) HA = 7 × 10–6.
56
Larutan Penyangga dan Peranannya
23. Campuran berikut ini yang merupakan larutan
penyangga dan mempunyai harga pH = pKa
adalah . . . .
a. 200 mL NH3 0,1 M + 100 mL NH4Cl 0,1 M
b. 100 mL NH3 0,1 M + 200 mL NH4Cl 0,1 M
c. 100 mL CH 3 COOH 0,2 M + 200 mL
CH3COONa 0,1 M
d. 100 mL CH 3 COOH 0,1 M + 200 mL
CH3COONa 0,1 M
e. 100 mL HNO2 0,1 M + 100 mL KNO2 0,2 M
Jawaban: c
Larutan penyangga akan mempunyai harga
pH = pKa jika jumlah mol asam lemahnya =
jumlah mol garamnya.
1) 200 mL NH3 0,1 M + 100 mL NH4Cl 0,1 M
Mol NH3 = 200 mL × 0,1 M = 20 mmol
Mol NH4Cl = 100 mL × 0,1 M = 10 mmol
2) 100 mL NH3 0,1 M + 200 mL NH4Cl 0,1 M
Mol NH3 = 100 mL × 0,1 M = 10 mmol
Mol NH4Cl = 200 mL × 0,1 M = 20 mmol
3) 100 mol CH 3 COOH 0,2 M + 200 mL
CH3COONa 0,1 M
Mol CH3COOH= 100 mL × 0,2 M = 20 mmol
Mol CH 3 COONa = 200 mL × 0,1 M =
20 mmol
4) 100 mL CH 3 COOH 0,1 M + 200 mL
CH3COONa 0,1 M
Mol CH3COOH= 100 mL × 0,1 M = 10 mmol
Mol CH 3 COONa = 200 mL × 0,1 M =
20 mmol
5) 100 mL HNO2 0,1 M + 100 mL KNO2 0,2 M
Mol HNO2 = 100 mL × 0,1 M = 10 mmol
Mol KNO2 = 100 mL × 0,2 M = 20 mmol
Jadi, campuran larutan yang merupakan larutan
penyangga adalah 100 mL CH3COOH 0,2 M +
200 mL CH3COONa 0,1 M.
24. Jika 1 gram kristal NaOH (Mr = 40 g mol –1)
dimasukkan ke dalam 500 mL larutan CH3COOH
0,1 M (Ka = 1,0 × 10–5) akan dihasilkan larutan . . . .
a. asam dengan pH 3
b. penyangga dengan pH 5
c. penyangga dengan pH 9
d. basa dengan pH 12 + log 2,5
e. penyangga dengan pH 2 – log 5
Jawaban: b
Mol NaOH =
massa NaOH
Mr NaOH
1g
= 40 g mol−1
= 0,025 mol
Mol CH3COOH = MCH
3COOH
× VCH
3COOH
500
= 0,1 M × 1.000 L
= 0,05 mol
NaOH(aq) +
CH3COOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(A)
Mula-mula: 0,025 mol 0,05 mol
–
–
Reaksi : 0,025 mol 0,025 mol
0,025 mol 0,025 mol
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
:
–
0,025 mol
0,025 mol 0,025 mol
Larutan tersisa asam lemah dan garamnya
sehingga terbentuk larutan penyangga.
CH3COONa(aq) → Na+(aq) + CH3COO–(aq)
[CH3COO–]garam = [CH3COONa]
[H+] = Ka ×
[H+] = Ka ×
= Ka ×
NH3(g)
NH4Cl(aq) → NH4+(aq) + Cl(aq)
[NH4+]garam = [NH4Cl]
[OH–] = Kb ×
[NH3 ]
[OH–] = Kb ×
mol CH3COOH/ volume total
mol CH3COONa/ volume total
0,025 mol
0,025 mol
= 1,0 × 10–5
pH = –log [H+] = –log (1,0 × 10–5) = 5
Jadi, penambahan kristal NaOH ke dalam larutan
CH 3 COOH tersebut menghasilkan larutan
penyangga dengan pH 5.
25. Gas amoniak dialirkan ke dalam 100 mL larutan
HCl 0,1 M sehingga terbentuk larutan penyangga
dengan pH 8 + log 4. Jika Kb NH3 = 2 × 10–5,
volume gas NH 3 yang dialirkan (diukur pada
keadaan standar) sebanyak . . . .
a. 134,4 mL
b. 224,0 mL
c. 268,8 mL
d. 336,0 mL
e. 448,0 mL
Jawaban: c
Misal:
nNH = x mol
3
nHCl = MHCl × VHCl
= 0,1 M ×
100
1.000
L
= 0,01 mol
pOH = 14 – pH
= 14 – (8 + log 4)
= 6 – log 4
pOH = –log [OH–]
6 – log 4 = –log [OH–]
–log (4 × 10–6) = –log [OH–]
[OH–] = 4 × 10–6
mol NH3
volume total
mol NH4Cl
volume total
4 × 10–6 = 2 × 10–5 ×
[CH3COOH]
[CH3COONa]
= 1,0 × 10–5 ×
[NH3 ]
[NH+4 ]garam
[OH–] = Kb × [NH Cl]
4
[CH3COOH]
[CH3COO − ]garam
HCl(aq) → NH4Cl(aq)
+
Mula-mula:
x mol
0,01 mol
–
Reaksi
: 0,01 mol
0,01 mol
0,01 mol
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
:(x – 0,01) mol
–
0,01 mol
(x − 0,01)mol
0,01 mol
2 × 10–3 = (x – 0,01)
x = 0,012
VNH = nNH × 22,4 L mol–1
3
3
= 0,012 mol × 22,4 L mol–1
= 0,2688 L
= 268,8 mL
Jadi, volume gas NH3 yang dialirkan (diukur ada
keadaan standar) sebanyak 268,8 mL.
26. Suatu campuran terbuat dari 200 mL larutan
anilina 0,05 M (Kb C6H5NH2 = 4 × 10–10) dan
50 mL larutan HCl 0,1 M. Pernyataan yang
sesuai dengan campuran tersebut adalah . . .
a. [H+] = 4 × 10–10.
b. pH larutan = 4 + log 4.
c. [C6H5NH2] < [C6H5NH3+].
d. jumlah ion Cl– > 0,005 mol.
e. terbentuk larutan penyangga asam.
Jawaban: b
nC H NH = MC H NH × VC H NH
6 5
2
6 5
2
= 0,05 M ×
6 5
200
1.000
2
L
= 0,01 mol
nHCl = MHCl × VHCl
= 0,1 M ×
50
1.000
L
= 0,005 mol
C6H5NH2(aq) + HCl(aq) →
C6H5NH3Cl(aq)
Mula-mula: 0,01 mol
0,005 mol
–
Reaksi : 0,005 mol
0,005 mol
0,005 mol
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
: 0,005 mol
–
0,005 mol
Campuran 200 mL larutan anilina 0,05 M dan
50 mL larutan HCl 0,1 M membentuk larutan
penyangga basa karena setelah bereaksi tersisa
basa lemah C6H5NH2 dengan asam konjugasinya
atau garam C6H5NH3Cl.
Kimia Kelas XI
57
C6H5NH3Cl(aq) → C6H5NH3+(aq) + Cl–(aq)
[C6H5NH3+]garam = [Cl–] = [C6H5NH3Cl]
Mol asam konjugasi (C 6H 5NH 3+) = mol Cl – =
mol C6H5NH3Cl = 0,005 mol
[OH–] = Kb ×
[C6H5NH2 ]
[C6H5NH3+ ]garam
= Kb ×
[C6H5NH2 ]
[C6H5NH3Cl]
= Kb ×
mol C6H5NH2
volume total
mol C6H5NH3Cl
volume total
= 4 × 10–10 ×
0,005 mol
0,005 mol
= 4 × 10–10
pH = 14 – pOH
= 14 – (–log [OH–])
= 14 – (–log (4 × 10–10))
= 14 – (10 – log 4)
= 4 + log 4
Jadi, Pernyataan yang sesuai dengan campuran
tersebut adalah pH larutan = 4 + log 4.
27. Larutan penyangga dengan pH = 6 dapat dibuat
dengan menambahkan garam CH 3 COONa
(Mr = 82 g mol –1) ke dalam 200 mL larutan
CH3COOH 0,1 M. Jika diketahui Ka CH3COOH
= 1 × 10 –5 , massa garam CH 3COONa yang
ditambahkan ke dalam larutan sebanyak . . . .
a. 4,10 gram
d. 16,4 gram
b. 8,20 gram
e. 20,5 gram
c. 12,3 gram
Jawaban: d
pH = –log [H+]
6 = –log [H+]
–6
–log (1 × 10 ) = –log [H+]
[H+] = 1 × 10–6
nCH COOH = MCH COOH × VCH COOH
3
3
3
= 0,1 M ×
200
1.000
L
Mol CH3COONa =
2 × 10 −7mol
10 −6
= 0,2 mol
Massa CH3COONa
= mol CH3COONa × Mr CH3COONa
= 0,2 mol × 82 g mol–1
= 16,4 gram
Jadi, massa garam CH3COONa yang ditambahkan
ke dalam larutan sebanyak 16,4 gram.
28. Darah manusia mempunyai pH konstan
mendekati 7,4 meskipun zat-zat yang bersifat
asam dan basa terus-menerus masuk ke dalam
darah. Hal ini karena dalam darah manusia
terdapat kesetimbangan . . . .
a. H+(aq) + H2O(A) U H3O+(aq)
b. H2O(A) U H+(aq) + OH–(aq)
c.
d.
H2CO3(aq) U H+(aq) + HCO3–(aq)
H3PO4(aq) U 3H+(aq) + PO43–(aq)
e. H2CO3(aq) U 2H+(aq) + CO32–(aq)
Jawaban: c
Cairan dalam tubuh makhluk hidup merupakan
larutan penyangga. Contoh plasma darah (cairan
darah) mengandung gas CO2 yang membentuk
pasangan asam-basa konjugasi antara asam
karbonat dan ion hidrogen karbonat. Campuran
ini membentuk larutan penyangga untuk mempertahankan pH larutan/cairan di luar sel darah.
H2CO 3 akan menyangga apabila basa (OH –)
masuk ke dalam tubuh. Reaksinya sebagai
berikut.
H2CO3(aq) + OH–(aq) U HCO3–(aq) + H2O(A)
Ion bikarbonat akan menyangga apabila asam
(H+) masuk ke dalam tubuh. Reaksinya sebagai
berikut.
HCO3–(aq) + H+(aq) U H2CO3(aq)
29. Larutan penyangga dapat dibuat dari campuran
larutan HCOOH dengan larutan Ca(OH) 2 .
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan,
diperoleh data sebagai berikut.
= 0,02 mol
CH3COONa(aq) → CH3COO–(aq) + Na+(aq)
[CH3COO–]garam = [CH3COONa]
[CH3COOH]
[H+] = Ka ×
[CH3COO − ]garam
[H+] = Ka ×
[CH3COOH]
[CH3COONa]
[H+] = Ka ×
mol CH3COOH
volume total
mol CH3COONa
volume total
0,02 mol
1 × 10–6 = 1 × 10–5 × mol CH COONa
3
58
Larutan Penyangga dan Peranannya
Jika diketahui Ka HCOOH = 1 × 10–4, urutan
percobaan berdasarkan kenaikan pH larutan
penyangga yang terbentuk adalah . . . .
a. (1), (2), dan (3)
b. (2), (1), dan (3)
c. (2), (3), dan (1)
d. (3), (2), dan (1)
e. (3), (1), dan (2)
Jawaban: b
Percobaan (1)
nHCOOH = MHCOOH × VHCOOH
= 0,2 M × 200 mL = 40 mmol
nCa(OH) = MCa(OH) × VCa(OH)
2
2
2
= 0,3 M × 50 mL = 15 mmol
2HCOOH(aq) + Ca(OH)2(aq) → (HCOO)2Ca(aq) + 2H2O(A)
Mula-mula:
40 mmol
15 mmol
–
–
Reaksi :
30 mmol
15 mmol
15 mmol
30 mmol
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
:
10 mmol
–
15 mmol
30 mmol
(HCOO)2Ca(aq) → 2HCOO–(aq) + Ca2+(aq)
[HCOO–]garam = 2[(HCOO)2Ca]
[H+] = Ka ×
[HCOOH]
[HCOO − ]garam
[HCOOH]
= Ka × 2[(HCOO) Ca]
2
= Ka ×
mol HCOOH
volume total
2 × mol (HCOO)2Ca
volume total
10–4
10 mmol
2 × 15 mmol
=1×
×
= 3,33 × 10–5
pH = –log [H+]
= –log (3,33 × 10–5)
= 5 – log 3,33
= 5 – 0,53
= 4,47
Percobaan (2)
nHCOOH = MHCOOH × VHCOOH
= 0,3 M × 150 mL
= 45 mmol
nCa(OH) = MCa(OH) × VCa(OH)
2
2
2
= 0,1 M × 100 mL
= 10 mmol
2HCOOH(aq) + Ca(OH)2(aq) → (HCOO)2Ca(aq) + 2H2O(A)
Mula-mula: 45 mmol
10 mmol
–
–
Reaksi : 20 mmol
10 mmol
10 mmol
20 mmol
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
: 25 mmol
–
10 mmol
20 mmol
(HCOO)2Ca(aq) → 2HCOO–(aq) + Ca2+(aq)
[HCOO–]garam = 2[(HCOO)2Ca]
[H+] = Ka ×
[HCOOH]
[HCOO − ]garam
[HCOOH]
= Ka × 2[(HCOO) Ca]
2
= Ka ×
mol HCOOH
volume total
2 × mol (HCOO)2Ca
volume total
pH = –log [H+]
= –log (1,25 × 10–4)
= 4 – log 1,25
= 4 – 0,1
= 3,9
Percobaan (3)
nHCOOH = MHCOOH × VHCOOH
= 0,1 M × 250 mL
= 25 mmol
nCa(OH) = MCa(OH) × VCa(OH)
2
2
2
= 0,2 M × 50 mL
= 10 mmol
2HCOOH(aq) + Ca(OH)2(aq) → (HCOO)2Ca(aq) + 2H2O(A)
Mula-mula: 25 mmol
10 mmol
–
–
Reaksi : 20 mmol
10 mmol
10 mmol
20 mmol
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
: 5 mmol
–
10 mmol
20 mmol
(HCOO)2Ca(aq) → 2HCOO–(aq) + Ca2+(aq)
[HCOO–]garam = 2[(HCOO)2Ca]
[H+] = Ka ×
[HCOOH]
[HCOO − ]garam
[HCOOH]
= Ka × 2[(HCOO) Ca]
2
= Ka ×
mol HCOOH
volume total
2 × mol (HCOO)2Ca
volume total
= 1 × 10–4 ×
5 mmol
2 × 10 mmol
= 2,5 × 10–5
pH = –log [H+]
= –log (2,5 × 10–5)
= 5 – log 2,5
= 5 – 0,4
= 4,6
Jadi, urutan percobaan berdasarkan kenaikan pH
larutan penyangga yang terbentuk yaitu (2), (1),
dan (3).
30. Sebanyak 0,49 gram garam NaCN ditambahkan ke
dalam 100 mL larutan HCN 0,01 M (Ka = 4 × 10–6).
Perubahan pH yang terjadi pada larutan HCN
sebelum dan sesudah penambahan garam NaCN
adalah . . . . (Ar: Na = 23 g mol–1; C = 12 g mol–1;
N = 14 g mol –1; H = 1 g mol –1; log 2 = 0,3;
log 4 = 0,6)
a. 3,4 menjadi 6,7
b. 3,7 menjadi 6,4
c. 4,4 menjadi 6,7
d. 4,7 menjadi 6,4
e. 5,7 menjadi 6,4
25 mmol
= 1 × 10–4 × 2 × 10 mmol
= 1,25 × 10–4
Kimia Kelas XI
59
Jawaban: b
pH sebelum penambahan garam HCN
[H+] = K a × [HCN] =
pH = –log [H+]
= –log (2 × 10–4)
= 4 – log 2
= 4 – 0,3
= 3,7
n NaCN =
Mol NH3 = MNH × VNH
3
= 0,2 M ×
4 × 10−6 × 0,01 = 2 × 10–4
(NH4)2SO4(aq) → 2NH4+(aq) + SO42–(aq)
[NH4+]garam = 2[(NH4)2SO4]
[OH–] = Kb ×
[NH3 ]
[NH+4 ]garam
[NH3 ]
2 × [(NH4 )2 SO4 ]
=
0,49 g
((1× Ar Na) +(1× Ar C) +(1× Ar N)) g mol−1
= Kb ×
=
0,49 g
((1× 23) +(1× 12) +(1× 14)) g mol−1
= 1,8 × 10–5 ×
=
0,49 g
(23 + 12 + 14) g mol−1
=
0,49 g
49 g mol−1
= 0,01 mol
n HCN = MHCN × VHCN
100
1.000
L
= 0,001 mol
NaCN(aq) → Na+(aq) + CN–(aq)
[CN–]garam = [NaCN]
pH larutan setelah penambahan garam NaCN
[H+] = Ka ×
= Ka ×
= Ka ×
L
= 0,04 mol
massa NaCN
Mr NaCN
= 0,01 M ×
3
200
1.000
[HCN]
[CN− ]garam
[HCN]
[NaCN]
mol HCN
volume total
mol NaCN
volume total
0,001mol
= 4 × 10–6 × 0,01mol
= 4 × 10–7
pH = –log [H+]
= –log (4 × 10–7)
= 7 – log 4
= 7 – 0,6
= 6,4
Jadi, perubahan pH yang terjadi pada larutan
HCN sebelum dan sesudah penambahan garam
NaCN adalah 3,7 menjadi 6,4.
mol NH3 / volume total
2 × mol (NH4 )2SO4 / volume total
= 1,8 × 10–5 ×
0,04 mol
2 × 0,01mol
= 3,6 × 10–5
pOH = –log [OH–]
= –log (3,6 × 10–5)
= 5 – log 3,6
pH = 14 – pOH
= 14 – (5 – log 3,6)
= 9 + log 3,6
Jadi, pH larutan yang terbentuk 9 + log 3,6.
2. Misal:
MNaOH = Mb M
pH = –log [H+]
6 – log 6 = –log [H+]
–log (6 × 10–6) = –log [H+]
[H+] = 6 × 10–6
nNaOH = MNaOH × VNaOH
= Mb × 50 mL
= 50Mb mmol
nC
6H5COOH
= MC
6H5COOH
× VC
6H5COOH
= 0,1 M × 220 mL
= 22 mmol
C6H5COOH(aq) + NaOH(aq) → C6H5COONa(aq) + H2O(A)
Mula-mula:
22 mmol
50Mb mmol
–
–
Reaksi :
50Mb mol
50Mb mmol
50Mb mmol
50Mb mmol
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
:(22 – 50Mb) mmol
C6H5COONa(aq) →
–
50Mb mmol
C6H5COO–(aq)
[C6H5COO–]garam = [C6H5COONa]
B. Uraian
1. Mol (NH4)2SO4 =
=
massa (NH4 )2SO4
Mr (NH4 )2SO4
1,32 g
132 g mol−1
= 0,01 mol
[H+] = Ka ×
[C6H5COOH]
[C6H5COO− ]garam
[C6H5COOH]
= Ka × [C H COONa]
6 5
mol C6H5COOH
= Ka ×
volume total
mol C6H5COONa
volume total
60
Larutan Penyangga dan Peranannya
50Mb mmol
+ Na+(aq)
6 × 10–6 = 6 × 10–5 ×
(22 − 50M b ) mmol
50M b mmol
5Mb = 22 – 50Mb
55Mb = 22
M b = 0,4
Jadi, konsentrasi larutan NaOH yang ditambahkan sebesar 0,4 M.
3. Sebelum penambahan larutan HNO3
nBa(OH) = MBa(OH) × VBa(OH)
2
2
2
= 0,1 M × 50 mL
= 5 mmol
nHF = MHF × VHF
= 0,2 M × 100 mL
= 20 mmol
2HF(aq) + Ba(OH)2(aq) → BaF2(aq) + 2H2O(A)
Mula-mula : 20 mmol
5 mmol
–
–
Reaksi : 10 mmol
5 mmol
5 mmol
10 mmol
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
: 10 mmol
–
5 mmol
10 mmol
BaF2(aq) → Ba2+(aq) + 2F–(aq)
[F–]garam = 2[BaF2]
[H+] = Ka ×
[HF]
[F − ]garam
[HF]
= Ka × 2[BaF ]
2
= Ka ×
mol HF
volume total
2×mol BaF2
volume total
= 7 × 10–4 ×
10 mmol
2 × 5 mmol
= 7 × 10–4
pH = –log [H+]
= –log (7 × 10–4 )
= 4 – log 7
= 3,15
Sesudah penambahan larutan HNO3
nHNO = MHNO × VHNO
3
3
3
= 0,2 M × 10 mL
= 2 mmol
[H+] = Ka ×
[HF]
[F − ]garam
= Ka ×
[HF]
2[BaF2 ]
= Ka ×
mol HF
volume total
2×mol BaF2
volume total
= 7 × 10–4 ×
= 1,05 × 10–3
pH = –log [H+]
= –log (1,05 × 10–3 )
= 3 – log 1,05
= 2,98
Jadi, pH larutan sebelum dan sesudah
penambahan larutan HNO3 berturut-turut adalah
3,15 dan 2,98.
4. Misal:
VNH = Va L
3
V(NH ) SO = Vg L
4 2
4
nNH = MNH × VNH
3
3
3
= 0,2 M × Vb L
= 0,2Vb mol
n(NH ) SO = M(NH ) SO × V(NH ) SO
4 2
4
4 2
4
4 2
4
= 0,05 M × Vg L
= 0,05Vg mol
pOH = 14 – pH
= 14 – (9 + log 9)
= 5 – log 9
pOH = –log [OH–]
5 – log 9 = –log [OH–]
–log (9 × 10–5) = –log [OH–]
[OH–] = 9 × 10–5
(NH4)2SO4(aq) → 2NH4+(aq) + SO42–(aq)
[NH4+]garam = 2[(NH4)2SO4]
[OH–] = Kb ×
2HNO3(aq) + BaF2(aq) → 2HF(aq) + Ba(NO3)2(aq)
Mula-mula: 2 mmol
5 mmol
10 mmol
–
Reaksi : 2 mmol
1 mmol
2 mmol
1 mmol
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
:
–
4 mmol
12 mmol
1 mmol
12 mmol
2 × 4 mmol
[NH3 ]
[NH+4 ]garam
[NH3 ]
= Kb × 2[(NH ) SO ]
4 2
4
= Kb ×
mol NH3
volume total
2 × mol (NH4 )2SO4
volume total
Kimia Kelas XI
61
0,2Vb mol
2 × 0,05Vg mol
9 × 10–5 = 1,8 × 10–5 ×
5Vg = 2Vb
Vb
Vg
[CH3COOH]
Jadi, perbandingan antara volume larutan NH3
0,2 M dan volume larutan (NH4)2SO4 0,05 M
adalah 5 : 2.
5. nHNO = MHNO × VHNO
2
2
= 0,2 M ×
[CH3COO − ]garam
[H+] = Ka × 2[(CH COO) Ca]
3
2
5
2
=
[CH3COOH]
[H+] = Ka ×
mol CH3COOH
volume total
2×mol (CH3COO)2Ca
volume total
= Ka ×
10 mmol
2 × 10–5 = 1 × 10–5 × 2 × mol (CH COO) Ca
3
2
4 × mol (CH3COO)2Ca = 10 mmol
2
250
1.000
[H+]
L
mol (CH3COO)2Ca =
= 0,05 mol
nCa(OH) =
2
=
massa Ca(OH)2
Mr Ca(OH)2
2HNO2(aq) + Ca(OH)2(aq) → Ca(NO2)2(aq) + 2H2O(A)
Mula-mula: 0,05 mol
0,02 mol
–
–
Reaksi : 0,04 mol
0,02 mol
0,02 mol
0,04 mol
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
: 0,01 mol
–
0,02 mol
0,04 mol
Ca(NO2)2(aq) → Ca2+(aq) + 2NO2–(aq)
= 2[Ca(NO2)2]
[H+] = Ka ×
[HNO2 ]
[NO −2 ]garam
[HNO2 ]
= Ka × 2[Ca(NO ) ]
2 2
= Ka ×
mol HNO2
volume total
2 × mol Ca(NO2 )2
volume total
= 5 × 10–4 ×
10–4
0,01 mol
2 × 0,02 mol
= 1,25 ×
pH = –log [H+]
= –log (1,25 × 10–4)
= 4 – log 1,25
Jadi, pH larutan setelah penambahan kristal
Ca(OH)2 tersebut 4 – log 1,25.
6.
3COO)2Ca
× Mr (CH
3COO)2Ca
= 2,5 ×
mol × 158 g mol–1
= 0,395 g
Jadi, massa (CH 3 COO) 2 Ca yang harus
ditambahkan sebanyak 0,395 g.
7. n HCN = MHCN × VHCN
= 0,1 M ×
pH = –log
5 – log 2 = –log [H+]
–log (2 × 10–5) = –log [H+]
[H+] = 2 × 10–5
nCH COOH = MCH COOH × VCH COOH
3
3
3
= 0,1 M × 100 mL
= 10 mmol
[CH3COO–]garam = 2[(CH3COO)2Ca]
Larutan Penyangga dan Peranannya
100
1.000
= 0,01 mol
pH =
6=
–6
–log (1 × 10 ) =
[H+] =
L
–log [H+]
–log [H+]
–log [H+]
1 × 10–6
XCN(aq) → X+(aq) + CN–(aq)
[CN–]garam = [XCN]
[H+] = Ka ×
[HCN]
[CN− ]garam
[H+] = Ka ×
[HCN]
[XCN]
[H+]
= Ka ×
[H+]
(CH3COO)2Ca(aq) → Ca2+(aq) + 2CH3COO–(aq)
62
Massa (CH3COO)2Ca
10–3
= 0,02 mol
[NO2–]garam
mmol
= 2,5 mmol
= 2,5 × 10–3 mol
= n(CH
1,48 g
74 g mol−1
10
4
mol HCN
volume total
mol XCN
volume total
1 × 10–6 = 4 × 10–6 ×
mol XCN =
4 × 10 −8
1× 10 −6
0,01 mol
mol XCN
mol
= 0,04 mol
Massa XCN = mol XCN × Mr XCN
1,96 gram = 0,04 mol × ((1 × Ar X) +
(1 × Ar C) + (1 × Ar N))
1,96 gram = 0,04 mol × (Ar X + (1 × 12 g mol–1)
+ (1 × 14 g mol–1))
1,96 gram = 0,04 mol × (Ar X + 26 g mol–1)
49 g mol–1 = Ar X + 26 g mol–1
Ar X = (49 – 26) g mol–1
Ar X = 23 g mol–1
Unsur X mempunyai Ar = 23 g mol–1 sehingga
unsur X yang dimaksud adalah unsur Na.
8.
pH =
6 – log 4 =
–log (4 × 10–6) =
[H+] =
pH = –log [H+]
= –log (1,05 × 10–4)
= 4 – log 1,05
Jadi, pH campuran larutan asam butirat dan
NaOH adalah 4 – log 1,05.
10. a.
–log [H+]
–log [H+]
–log [H+]
4 × 10–6
= 0,2 M × 150 mL
= 30 mmol
nKOH = MKOH × VKOH
CH3COONa(aq) → CH3COO–(aq) + Na+(aq)
= 0,2 M × 100 mL
= 20 mmol
[CH3COO–]garam = [CH3COONa]
[CH3COOH]
[H+] = Ka ×
[CH3COO − ]garam
[H+] = Ka ×
[CH3COOH]
[CH3COONa]
[CH3COOH]
HCN(aq) + KOH(aq) → KCN(aq) + H2O(A)
Mula-mula: 30 mmol
20 mmol
–
–
Reaksi : 20 mmol
20 mmol
20 mmol
20 mmol
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
: 10 mmol
–
20 mmol
20 m mol
KCN(aq) → K+(aq) + CN–(aq)
4 × 10–6 = 2 × 10–5 × [CH COONa]
3
[CH3COOH]
[CH3COONa]
=
4 × 10 −6
2 × 10 −5
[CH3COOH]
[CH3COONa]
=
1
5
[CN–]garam = [KCN]
[H+] = Ka ×
= Ka ×
Jadi, perbandingan konsentrasi asam asetat
dengan natrium asetat dalam larutan penyangga
tersebut adalah 1 : 5.
= Ka ×
9. Rumus molekul asam butirat = HC4H7O2
nNaOH = MNaOH × VNaOH
= 0,05 M ×
nHC
4 H7 O2
= MHC
100
1.000
4H7O2
= 0,2 M ×
4H7O2
L = 0,04 mol
HC4H7O2(aq) + NaOH(aq) → C4H7O2Na(aq) + H2O(A)
Mula-mula: 0,04 mol
0,005 mol
–
–
Reaksi : 0,005 mol
0,005 mol
0,005 mol
0,005 mol
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
: 0,035 mol
–
0,005 mol
0,005 mol
C4H7O2Na(aq) → C4H7O2–(aq) + Na+(aq)
[C4H7O2–]garam = [C4H7O2Na]
[H+] = Ka ×
[HC4H7O2 ]
[C4H7O−2 ]garam
= Ka ×
[HC4H7O2 ]
[C4H7O2Na]
= Ka ×
mol HC4H7 O2
volume total
mol C4H7 O2Na
volume total
= 1,5 × 10–5 ×
0,035 mol
0,005 mol
[HCN]
[CN− ]garam
[HCN]
[KCN]
mol HCN
volume total
mol KCN
volume total
= 6 × 10–10 ×
L = 0,005 mol
× VHC
200
1.000
pH larutan sebelum penambahan (campuran
larutan HCN dan KOH)
n HCN = MHCN × VHCN
b.
10 mmol
20 mmol
= 3 × 10–10
pH = –log [H+]
= –log (3 × 10–10)
= 10 – log 3
= 9,52
Jadi, pH larutan sebelum penambahan
(campuran larutan HCN dan KOH) adalah
9,52.
pH larutan setelah penambahan 10 mL
larutan HBr 0,2 M
nHBr = MHBr × VHBr
= 0,2 M × 10 mL
= 2 mmol
KCN(aq) → K+(aq) + CN–(aq)
[CN–]garam = [KCN]
mol CN– = mol KCN = 20 mmol
HBr(aq) → H+(aq) + Br–(aq)
[H+] = [HBr]
mol H+ = mol HBr = 2 mmol
= 1,05 × 10–4
Kimia Kelas XI
63
Pada saat larutan penyangga ditambahkan
10 mL larutan HBr 0,2 M, larutan HBr akan
terionisasi secara sempurna menghasilkan
ion H+ dan ion Br–. Ion H+ yang dihasilkan
tersebut akan dinetralkan oleh ion CN– dari
garam sehingga konsentrasi ion CN– dalam
larutan akan berkurang dan konsentrasi HCN
bertambah. Berikut reaksinya.
HCN(aq) + OH–(aq) → CN–(aq) + H2O(A)
Mula-mula: 10 mmol
4 mmol
20 mmol
–
Reaksi : 4 mmol
4 mmol
4 mmol
4 mmol
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
: 6 mmol
–
24 mmol
4 mmol
[H+] = Ka ×
CN–(aq) + H+(aq) → HCN(aq)
= Ka ×
Mula-mula:
20 mmol
2 mmol
10 mmol
Reaksi
:
2 mmol
2 mmol
2 mmol
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
:
18 mmol
–
12 mmol
[H+] = Ka ×
= Ka ×
= 6 × 10–10 ×
volume total
10–10
=4×
pH = –log [H+]
= –log (4 × 10–10)
= 10 – log 4
= 9,40
Jadi, pH setelah penambahan 10 mL larutan
HBr 0,2 M adalah 9,40.
c.
pH larutan setelah penambahan 10 mL
larutan NaOH 0,4 M
nNaOH = MNaOH × VNaOH
= 0,4 M × 10 mL
= 4 mmol
d.
pH larutan setelah penambahan 1 L air
(pengenceran)
Sebelum ditambahkan air, volume larutan
= 150 mL + 100 mL = 250 mL
Volume setelah penambahan 1 L air
(pengenceran) = 1000 mL + 250 mL
= 1.250 mL
[HCN] =
=
nHCN (sisa reaksi a)
volume larutan
10 mmol
1.250 mL
= 8 × 10–3 M
[KCN] =
nKCN (sisa reaksi a)
volume larutan
20 mmol
1.250 mL
NaOH(aq) → Na+(aq) + OH–(aq)
=
[OH–]garam = [NaOH]
= 1,6 × 10–2 M
mol OH– = mol NaOH = 4 mmol
Pada saat larutan penyangga ditambahkan
10 mL larutan NaOH 0,4 M, larutan NaOH
akan terionisasi secara sempurna menghasilkan ion Na+ dan ion OH–. Ion OH– yang
dihasilkan tersebut akan dinetralkan oleh
HCN sehingga konsentrasi HCN dalam
larutan akan berkurang dan konsentrasi CN–
bertambah. Berikut reaksinya.
64
6 mmol
24 mmol
= 1,5 × 10–10
pH = –log [H+]
= –log (1,5 × 10–10)
= 10 – log 1,5
= 9,82
Jadi, pH setelah penambahan 10 mL larutan
NaOH 0,4 M adalah 9,82.
mol HCN
volume total
mol CN−
12 mmol
18 mmol
mol HCN
volume total
mol CN−
volume total
[HCN]
[CN− ]garam
= 6 × 10–10 ×
[HCN]
[CN− ]garam
Larutan Penyangga dan Peranannya
[H+] = Ka ×
= Ka ×
[HCN]
[CN− ]garam
[HCN]
[KCN]
= 6 × 10–10 ×
8 × 10 −3
1,6 × 10 −2
= 3 × 10–10
pH = –log [H+]
= –log (3 × 10–10)
= 10 – log 3
= 9,52
Jadi, pH larutan setelah penambahan
1 L air adalah 9,52.
Setelah mempelajari bab ini, peserta didik mampu:
1. menentukan konsentrasi/kadar asam atau basa berdasarkan data hasil titrasi asam-basa dan
2. menganalisis kurva titrasi asam-basa.
Berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai, peserta didik:
1. menghargai reaksi antara larutan asam dengan basa sebagai salah satu karunia Tuhan Yang Maha Esa dan mensyukurinya
dengan memanfaatkan secara bijaksana;
2. berperilaku teliti, tekun, dan kritis dalam mengumpulkan informasi mengenai titrasi asam-basa;
3. menunjukkan perilaku kerja sama, saling menghargai, santun, serta peduli lingkungan dalam berdiskusi dan mengerjakan
praktikum di laboratorium.
Titrasi Asam-Basa
Mempelajari
Titrasi Asam-Basa
Mencakup
•
•
Stoikiometri Titrasi Asam-Basa
Kurva Titrasi Asam-Basa
Mampu
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Menjelaskan metode titrasi asam-basa dan kegunaannya.
Menentukan konsentrasi dan kemurnian suatu zat melalui titrasi asam-basa.
Mendeskripsikan kurva titrasi asam-basa dan menentukan titik ekuivalen serta titik akhir
titrasi.
Menyajikan hasil percobaan titrasi asam-basa.
Menganalisis kurva titrasi asam-basa berdasarkan data percobaan.
Menyajikan hasil uji alkalinitas air dari berbagai sumber.
Mensyukuri adanya reaksi netralisasi yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Bersikap kritis, tekun, teliti, dan jujur dalam melakukan percobaan.
Menjunjung tinggi sikap kerja sama, saling menghargai, dan santun dalam berdiskusi.
Kimia Kelas XI
65
A. Pilihan Ganda
1. Jawaban: e
Titrat merupakan zat yang akan dititrasi dan
berada dalam labu Erlenmeyer. Zat yang
berfungsi sebagai titrat adalah larutan amonium
hidroksida. Adapun asam klorida merupakan titran
atau titer yaitu larutan baku yang berada dalam
buret. Metil merah berfungsi sebagai indikator. Air
dan amonium klorida merupakan hasil dari reaksi
asam-basa yang terjadi.
2. Jawaban: a
Indikator biasanya bersifat asam lemah. Apabila
indikator yang ditambahkan ke dalam larutan titrat
terlalu banyak, akan memengaruhi pH larutan. Hal
ini akan mengakibatkan hasil titrasi menjadi tidak
tepat. Oleh karena itu, penambahan indikator ke
dalam larutan harus sedikit mungkin agar tidak
mengubah pH larutan.
3. Jawaban: d
Indikator fenolftalein tidak sesuai jika digunakan
sebagai indikator dalam titrasi antara basa lemah
dengan asam kuat karena titik ekuivalen titrasi
terjadi pada pH di bawah 7. Sementara itu, trayek
fenolftalein berada pada pH antara 8,2–10,2. Oleh
karena itu, fenolftalein akan menunjukkan perubahan
warna jauh sebelum titik ekuivalen tercapai.
4. Jawaban: d
Titrasi antara larutan asam asetat dengan larutan
kalium hidroksida merupakan titrasi antara asam
lemah dengan basa kuat. Titik ekuivalen titrasi
tersebut terjadi pada pH > 7. Trayek pH metil
jingga adalah 3,1–4,4, metil merah 4,2–6,3, timol
biru 1,2–2,8, dan bromtimol biru 6,0–7,6. Jika
menggunakan indikator-indikator tersebut, larutan
akan berubah warna jauh sebelum titik ekuivalen.
Indikator yang sesuai adalah kresol ungu dengan
trayek 7,6–9,2.
5. Jawaban: c
Volume rata-rata Ca(OH)2 =
(15 + 16 + 14) mL
3
= 15 mL
VHCl
= 10 mL
MCa(OH) = 0,1 M
2
(V × M × n)HCl = (V × M × n)Ca(OH)
2
10 mL × MHCl × 1 = 15 mL × 0,1 M × 2
3 mmol
MHCl = 10 mL = 0,3 M
Jadi, konsentrasi HCl sebesar 0,3 M.
6. Jawaban: e
Volume KOH yang diperlukan untuk titrasi = 30 mL
(V × M × n)HCOOH = (V × M × n)KOH
(20 mL × M × 1)HCOOH = 30 mL × 0,2 M × 1
20 mL × MHCOOH = 6 mmol
MHCOOH = 0,30 M
Jadi, konsentrasi HCOOH adalah 0,30 M.
7. Jawaban: a
H2C2O4(aq) + 2NaOH(aq) → Na2C2O4(aq) + 2H2O(A)
VH C O = 25 mL
2 2 4
VNaOH = 10 mL
MNaOH = 0,01 M
(V × M × n)H C O = (V × M × n)NaOH
2 2 4
25 mL × MH C O × 2 = 10 mL × 0,01 M × 1
2 2 4
50 mL × MH C O = 0,1 mmol
2 2 4
MH C O = 0,002 M
2 2 4
[H+] =
Titrasi Asam-Basa
=
K a × MH2C2O4
=
5 × 10−2 × 0,002
= 1× 10−4 = 1 × 10–2
pH = –log [H+] = –log (1 × 10–2) = 2 – log 1
Jadi, pH larutan H2C2O4 mula-mula adalah
2 – log 1.
8. Jawaban: b
Massa cuplikan = 0,5 gram
VHCl = 25 mL
MHCl = 0,1 M
Mol ekuivalen HCl = mol ekuivalen NaOH
(V × M × n)HCl = (V × M × n)NaOH
25 mL × 0,1 M × 1 = mol NaOH × 1
mol NaOH = 2,5 mmol = 2,5 × 10–3 mol
Massa NaOH = mol NaOH × Mr NaOH
= 2,5 × 10–3 mol × 40 g mol–1
= 0,1 gram
Kadar NaOH =
=
massa NaOH
massa cuplikan
0,1 gram
0,5 gram
× 100%
× 100%
= 20%
Jadi, kadar NaOH dalam cuplikan adalah 20%.
9. Jawaban: c
Massa L(OH)2 = 0,58 gram
VH SO = 100 mL
2
4
MH SO = 0,1 M
2
66
K a × Ma
4
Mol ekuivalen L(OH)2 = mol ekuivalen H2SO4
(V × M × n)L(OH) = (V × M × n)H SO
2
2
4
mol L(OH)2 × 2 = 100 mL × 0,1 M × 2
mol L(OH)2 = 10 mmol = 0,01 mol
mol L(OH)2 =
0,01 mol =
Mr L(OH)2 =
massa L(OH)2
M r L(OH)2
2
4,5 mmol
0,58 g
M r L(OH)2
0,58 g
0,01 mol
= 58 g mol–1
Mr L(OH)2 = Ar L + (2 × Ar O) + (2 × Ar H)
58 = Ar L + (2 × 16) + (2 × 1)
Ar L = 58 – 32 – 2 = 24 g mol–1
Jadi, massa atom relatif logam L adalah 24 g mol–1.
10. Jawaban: c
mol AgNO3 = VAgNO × MAgNO
3
3
= 15 mL × 0,2 M
= 3 mmol
mol HCl = VHCl × MHCl
= 20 mL × 0,2 M
= 4 mmol
AgNO3(aq) + HCl(aq) → AgCl(s) + HNO3(aq)
Mula-mula : 3 mmol
4 mmol
–
–
Reaksi
: 3 mmol
3 mmol
3 mmol 3 mmol
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
:
–
1 mmol
3 mmol 3 mmol
Kelebihan HCl dinetralkan dengan larutan NaOH
0,1 M.
HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(A)
Mol ekuivalen NaOH = mol ekuivalen HCl
(V × M × n)HCl = (V × M × n)NaOH
1 mmol × 1 = VNaOH × 0,1 M × 1
VNaOH =
1 mmol
0,1 M
2. MH PO = 0,05 M
3
4
VH PO = 30 mL
3
4
VCa(OH) = 50 mL
2
(V × M × n)Ca(OH) = (V × M × n)H PO
2
3
4
50 mL × MCa(OH) × 2 = 30 mL × 0,05 M × 3
MCa(OH) = 100 mL = 0,045 M
2
mol Ca(OH)2 = MCa(OH) × VCa(OH)
2
2
= 0,045 M × 50 mL
= 2,25 mmol
= 2,25 × 10–3 mol
Massa Ca(OH)2 = mol Ca(OH)2 × Mr Ca(OH)2
= 2,25 × 10–3 mol × 74 g mol–1
= 0,1665 gram
Jadi, massa Ca(OH)2 yang terdapat dalam larutan
sebanyak 0,1665 gram.
3. Tentukan volume masing-masing titran yang
diperlukan dalam titrasi berikut, lalu buatlah grafik
titrasi asam-basanya!
a. Sebanyak 25 mL H 2CO 3 0,03 M dititrasi
dengan NaOH 0,05 M.
b. Sebanyak 20 mL NH4OH 0,15 M dititrasi
dengan HCl 0,12 M.
Jawaban:
a.
(V × N)H CO = (V × N)NaOH
2
3
(V × M × n)H CO = (V × M × n)NaOH
2
3
25 mL × 0,03 M × 2 = VNaOH × 0,05 M × 1
VNaOH =
= 30 mL
Jadi, volume larutan NaOH 0,05 M yang
diperlukan sebanyak 30 mL.
Titik ekuivalen terjadi saat volume NaOH
sebanyak 30 mL dengan pH > 7.
= 10 mL
pH
Jadi, volume NaOH 0,1 M yang diperlukan untuk menetralkan kelebihan larutan HCl sebanyak 10 mL.
B. Uraian
1. Standarisasi larutan natrium hidroksida (NaOH)
sebelum digunakan untuk menitrasi bertujuan
mengetahui konsentrasi natrium hidroksida yang
sebenarnya. Larutan NaOH merupakan larutan
yang bersifat higroskopis dan mudah bereaksi
dengan karbon dioksida di udara sehingga selama
disimpan konsentrasi larutan NaOH dapat
berubah. Oleh karena itu, larutan NaOH harus
distandardisasi dengan cara dititrasi menggunakan larutan standard primer, misal larutan
asam oksalat.
1,5 mmol
0,05 M
pH titik
ekuivalen ± 8
8
7
Volume NaOH 0,05 M
b.
30
mL
(V × N )NH OH = (V × N)HCl
4
(V × M × n)NH OH = (V × M × n)HCl
4
20 mL × 0,15 M × 1 = VHCl × 0,12 M × 1
VHCl =
3 mmol
0,12 M
= 25 mL
Kimia Kelas XI
67
Jadi, volume larutan HCl 0,12 M yang
diperlukan sebanyak 25 mL.
Titik ekuivalen terjadi saat volume HCl
sebanyak 25 mL dengan pH < 7.
pH
massa C6H5COOH
= mol C6H5COOH × Mr C6H5COOH
= 0,025 mol × 122 g mol–1
= 3,05 gram
kadar C6H5COOH =
=
7
pH titik ekuivalen < 7
Volume HCl 0,12 M
mL
25
4. Pada saat titrasi:
MNaOH
= 0,05 M
VNaOH
= 10 mL
VC H COOH = 20 mL
6 5
(V × M × n)C H COOH = (V × M × n)NaOH
6 5
20 mL × MC H COOH × 1 = 10 mL × 0,05 M × 1
6 5
MC
6H5COOH
=
0,5 mmol
20 mL
= 0,025 M
MC H COOH dalam 20 mL larutan = MC H COOH
6 5
6 5
dalam 100 mL larutan = 0,025 M
Pengenceran:
V1 = 25 mL
V2 = 100 mL
M2 = 0,025 M
V1 × M1 = V2 × M2
25 mL × M1 = 100 mL × 0,025 M
M1 =
2,5 mmol
25 mL
= 0,1 M
MC H COOH dalam 25 mL larutan = MC H COOH
6 5
6 5
dalam 250 mL larutan = 0,1 M
mol C6H5COOH = MC H COOH × VC H COOH
6 5
6 5
= 0,1 M × 250 mL
= 25 mmol
= 0,025 mol
68
Titrasi Asam-Basa
massa C6H5COOH
massa cuplikan
3,05 g
5g
× 100%
× 100%
= 61%
Jadi, kadar asam benzoat dalam cuplikan sebesar
61%.
5. Volume sampel = 50 mL
Volume H2SO4 = 14 mL
MH SO
= 0,02 M
2
4
Mr CaCO3
= 50 g mol–1
CaCO3 + H2SO4 → CaSO4 + H2O + CO2
Mol CaCO3
= mol H2SO4
= (V × M )H SO
2
4
= 14 mL × 0,02 M
= 0,28 mmol
= 2,8 × 10–4 mol
Massa CaCO3 dalam 50 mL sampel
= mol CaCO3 × Mr CaCO3
= 2,8 × 10–4 mol × 100 g mol–1
= 2,8 × 10–2 gram
= 28 mg
ppm CaCO3 dalam sampel =
=
massa CaCO 3 (mg)
volume (L)
28 mg
0,05 L
= 560 mg L–1
= 560 ppm
Jadi, alkalinitas air dalam sampel sebesar 560 ppm.
A. Pilihan Ganda
4. Jawaban: d
1. Jawaban: a
Pada titrasi asam lemah dengan basa kuat,
sebelum titrasi dilakukan pH larutan merupakan
pH larutan asam lemah (pH < 7). Saat titrasi mulai
dilakukan dan sebelum mencapai titik ekuivalen,
sebagian larutan asam lemah bereaksi dengan
larutan basa kuat membentuk garam dan air.
Pada keadaan ini terbentuk larutan penyangga
asam yaitu sisa asam lemah dengan garamnya.
Pada saat titik ekuivalen tercapai, semua larutan
asam lemah habis bereaksi dengan larutan basa
kuat membentuk garam dan air. Garam tersebut
terhidrolisis sebagian dan bersifat basa sehingga
pH larutan pada titik ekuivalen lebih besar dari 7.
Setelah titik ekuivalen, larutan bersifat basa
(pH > 7) karena terdapat kelebihan ion OH–.
2. Jawaban: a
Reaksi netralisasi merupakan reaksi antara asam
dengan basa yang menghasilkan air dan garam.
HCl (asam klorida) merupakan asam kuat yang
dapat dinetralkan dengan basa lemah maupun
basa kuat, misalnya KOH, NaOH, dan Ba(OH)2.
Larutan akan menjadi netral jika mol ekuivalen
asam sama dengan mol ekuivalen basa. HNO3
dan HClO4 termasuk asam sehingga tidak dapat
digunakan untuk menetralkan HCl.
1) mol ekuivalen HCl = V × M × n
= 50 mL × 0,03 M × 1
= 1,5 mmol
2) mol ekuivalen KOH = V × M × n
= 15 mL × 0,1 M × 1
= 1,5 mmol
3) mol ekuivalen NaOH = V × M × n
= 10 mL × 0,2 M × 1
= 2 mmol
4) mol ekuivalen Ca(OH)2 = V × M × n
= 5 mL × 0,2 M × 2
= 2 mmol
Jadi, 50 mL larutan HCl 0,03 M dapat dinetralkan
oleh 15 mL larutan KOH 0,1 M.
3. Jawaban: c
MHX = 0,2 M
VHX = 20 mL
VLOH = 10 mL
(V × M × n)LOH = (V × M × n)HX
10 mL × MLOH × 1 = 20 mL × 0,2 M × 1
4 mmol
VHCl rata-rata =
⎛ 20 + 20 + 20 ⎞
⎜
⎟
3
⎝
⎠
VBa(OH) rata-rata =
2
mL = 20 mL
⎛ 12 + 13 + 14 ⎞
⎜
⎟
3
⎝
⎠
mL = 13 mL
MBa(OH) = 0,1 M
2
(V × M × n)HCl = (V × M × n)Ba(OH)
2
20 mL × MHCl × 1 = 13 mL × 0,1 M × 2
MHCl = 0,130 M
Jadi, konsentrasi larutan HCl adalah 0,130 M.
5. Jawaban: c
MKOH = 0,1 M
VKOH = 25 mL
VHCl = 20 mL
(V × M × n)HCl = (V × M × n)KOH
20 mL × MHCl × 1 = 25 mL × 0,1 M × 1
MHCl =
2,5 mmol
20 mL
= 0,125 M
mol HCl = MHCl × VHCl
= 0,125 M × 20 mL
= 2,5 mmol
= 2,5 × 10–3 mol
massa HCl = mol HCl × Mr HCl
= 2,5 × 10–3 mol × 36,5 g mol–1
= 0,09125 gram
= 91,25 mg
Jadi, massa HCl yang terdapat dalam 20 mL
larutan sebanyak 91,25 mg.
6. Jawaban: a
VCH COOH = 10 mL
3
VNaOH
= 40 mL
MNaOH
= 0,1 M
(V × M × n)CH COOH = (V × M × n)NaOH
3
10 mL × MCH COOH × 1 = 40 mL × 0,1 M × 1
3
MCH
4 mmol
= 10 mL = 0,4 M
mol CH3COOH = MCH COOH × VCH COOH
3
3
= 0,4 M × 10 mL
= 4 mmol
= 0,004 mol
Massa CH3COOH dalam 10 mL larutan asam cuka
= mol CH3COOH × Mr CH3COOH
= 0,004 mol × 60 g mol–1
= 0,24 gram
3COOH
MLOH = 10 mL = 0,4 M
Jadi, konsentrasi larutan LOH sebesar 0,4 M.
Kimia Kelas XI
69
massa NaOH = mol NaOH × Mr NaOH
= 2 × 10–3 mol × 40 g mol–1
= 0,08 gram
Massa 10 mL larutan asam cuka
=ρ×V
= 950 g L–1 × 10 mL
= 950 g L–1 × 0,01 L
= 9,5 gram
kadar asam cuka =
=
massa CH3COOH
massa larutan
0,24
9,5
kadar NaOH =
× 100%
× 100%
= 2,53%
Jadi, kadar asam cuka sebesar 2,53%.
7. Jawaban: b
Titik ekuivalen pada titrasi larutan HNO3 0,1 M
(asam kuat) dengan larutan KOH 0,1 M (basa
kuat) terjadi pada pH = 7. Indikator yang tepat
untuk menunjukkan titik ekuivalen tersebut adalah
bromtimol biru karena pH titik ekuivalen berada
pada kisaran pH bromtimol biru (6,0 – 7,6).
8. Jawaban: d
Pada awal titrasi pH larutan merupakan pH larutan
titrat yaitu CH3COOH (pH < 7). Ketika larutan
NaOH mulai ditambahkan, sebagian larutan
CH 3 COOH bereaksi dengan larutan NaOH
membentuk garam CH3COONa. Oleh karena di
dalam titrat terdapat garam CH 3COONa dan
larutan CH3COOH maka pH larutan merupakan
pH larutan buffer. pH buffer ditandai dengan pH
larutan yang tidak berubah dengan penambahan
sedikit titran. pH buffer ditunjukkan pada daerah
kurva V. Pada daerah titik ekuivalen, semua
larutan CH3COOH habis bereaksi dengan larutan
NaOH membentuk garam CH3COONa dan air.
Garam tersebut terhidrolisis sebagian dan bersifat
basa sehingga pH titik ekuivalen lebih dari 7.
Setelah titik ekuivalen (daerah Y), pH larutan
ditentukan oleh konsentrasi ion OH– dari larutan
NaOH yang ditambahkan.
9. Jawaban: b
VNaOH = 25 mL
MHCl = 0,1 M
VHCl rata-rata =
⎛ 19 mL + 21 mL + 20 mL ⎞
⎜
⎟
3
⎝
⎠
= 20 mL
2 mmol
MNaOH = 25 mL = 0,08 M
mol NaOH = MNaOH × VNaOH
= 0,08 M × 25 mL
= 2 mmol
= 2 × 10–3 mol
Titrasi Asam-Basa
0,08 gram
2 gram
× 100%
× 100%
= 4%
Jadi, kadar NaOH dalam cuplikan sebesar 4%.
10. Jawaban: c
mol KOH = MKOH × VKOH
= 0,25 M × 200 mL
= 50 mmol
Misal: mol HCl = y mmol
Gas HCl habis bereaksi dengan larutan KOH.
HCl + KOH → KCl + H2O
Mula-mula : y
50
–
–
Reaksi
: y
y
y
y
–––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
: –
50 – y
y
y
Sisa larutan KOH dapat dinetralkan oleh 50 mL
larutan H2SO4 0,4 M.
VH SO = 50 mL
2
4
MH SO = 0,4 M
2
4
Mol KOH = (50 – y) mmol
(V × M × n)KOH = (V × M × n)H SO
4
2
(mol × n)KOH = (V × M × n)H SO
2
4
(50 – y) mmol × 1 = 50 mL × 0,4 M × 2
50 – y = 40
y = 50 – 40 = 10 mmol = 0,01 mol
VHCl = mol HCl × 22,4 L mol–1
= 0,01 mol × 22,4 L mol–1
= 0,224 L = 224 mL
Jadi, nilai x adalah 224 mL.
11. Jawaban: a
Massa KOH = 2,8 gram
MKOH =
(V × M × n)NaOH = (V × M × n)HCl
25 mL × MNaOH × 1 = 20 mL × 0,1 M × 1
70
=
massa NaOH
massa cuplikan
=
Massa KOH
1.000
× V
M r KOH
2,8 g
1.000
× 500 mL
56 g mol−1
= 0,1 M
VHCl = 20 mL
VKOH = 25 mL
(V × M × n)KOH = (V × M × n)HCl
25 mL × 0,1 M × 1 = 20 mL × MHCl × 1
MHCl =
2,5 mmol
20 mL
= 0,125 M
Jadi, konsentrasi HCl yang digunakan untuk
menetralkan 25 mL KOH sebesar 0,125 M.
12. Jawaban: a
VHCl = 20 mL
pH HCl = 2 – log 5
–log [H+] = –log 5 × 10–2
[H+] = 5 × 10–2
[H+] = MHCl × valensi
5 × 10–2 = MHCl × 1
MHCl = 5 × 10–2 M = 0,05 M
pH KOH = 13 + log 2
pOH = 14 – (13 + log 2)
pOH = 1 – log 2
–log [OH–] = –log 2 × 10–1
[OH–] = 2 × 10–1
[OH–] = MKOH × valensi
2 × 10–1 = MKOH × 1
MKOH = 2 × 10–2 M = 0,2 M
(V × M × n)HCl = (V × M × n)KOH
20 mL × 0,05 M × 1 = VKOH × 0,2 M × 1
VKOH =
1 mmol
0,2 M
= 5 mL
Jadi, volume KOH yang diperlukan sebanyak 5 mL.
13. Jawaban: b
VHCl = 300 mL
Massa Ba(OH)2 = 5,13 gram
mol Ba(OH)2 =
=
massa Ba(OH)2
M r Ba(OH)2
= 0,03 mol
= 30 mmol
pH larutan pada akhir reaksi sama dengan 7,
artinya larutan HCl habis bereaksi dengan
Ba(OH)2 (terjadi reaksi penetralan).
(V × M × n)HCl = (V × M × n)Ba(OH)
2
(V × M × n)HCl = mol Ba(OH)2 × n
300 mL × MHCl × 1 = 30 mmol × 2
60 mmol
MHCl = 300 mL = 0,2 M
pH larutan HCl mula-mula:
[H+] = MHCl = 2 × 10–1 M
pH = –log [H+] = –log (2 × 10–1) = 1 – log 2
Jadi, pH larutan sebelum titrasi adalah 1 – log 2.
2
= 50 mL × 0,01 M
= 0,5 mmol
Mol HCl = VHCl × MHCl
= 50 mL × 0,01 M
= 0,5 mmol
Vtotal = VCa(OH) + VHCl
2
= (50 + 50) mL
= 100 mL
MCa(OH) =
2
=
mol sisa Ca(OH)2
Vtotal
0,25 mmol
100 mL
= 2,5 × 10–3 M
[OH–] = MCa(OH) × valensi
2
= 2,5 × 10–3 × 2
= 5 × 10–3 M
pOH = –log [OH–]
= –log (5 × 10–3)
= 3 – log 5
pH = 14 – pOH
= 14 – (3 – log 5)
= 11 + log 5
Jadi, pH larutan campuran tersebut sebesar
11 + log 5.
15. Jawaban: c
Ba(OH)2(aq) + H2SO4(aq) → BaSO4(s) + 2H2O(A)
Massa BaSO4 = 1,165 gram
5,13 g
171 g mol−1
14. Jawaban: e
Mol Ca(OH)2 = VCa(OH) × M(Ca(OH)
Ca(OH)2(aq) + 2HCl(aq) → CaCl2(aq) + 2H2O(A)
Mula-mula :
0,5
0,5
–
–
Reaksi
:
0,25
0,5
0,25
0,5
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
:
0,25
–
0,25
0,5
mol BaSO4 =
=
1,165 g
233 g mol−1
= 0,005 mol
Berdasarkan persamaan reaksi di atas:
Mol Ba(OH)2 = mol H2SO4 = mol BaSO4 = 0,005 mol
mol Ba(OH)2
mol H2SO 4
M Ba(OH)2 × VBa(OH)2
M H2 SO4 × VH2 SO4
0,05 × VBa(OH)2
0,1× VH2 SO4
VBa(OH)2
2
massa BaSO 4
M r BaSO 4
VH2 SO4
VBa(OH)2
VH2 SO4
=
0,005 mol
0,005 mol
=
1
1
=
1
1
=
0,1
0,05
=
2
1
Jadi, perbandingan volume larutan Ba(OH)2 0,05 M
dengan larutan H2SO4 0,1 M adalah 2 : 1.
Kimia Kelas XI
71
16. Jawaban: e
Titik ekuivalen terjadi jika mol ekuivalen asam
sama dengan mol ekuivalen basa.
Mol ekuivalen HCl = VHCl × MHCl × n
= 20 mL × 0,30 M × 1
= 6 mmol
1) Mol ekuivalen NaOH = VNaOH × MNaOH × n
= 4 mL × 0,20 M × 1
= 0,8 mmol
2) Mol ekuivalen NaOH = VNaOH × MNaOH × n
= 8 mL × 0,20 M × 1
= 1,6 mmol
3) Mol ekuivalen NaOH = VNaOH × MNaOH × n
= 15 mL × 0,20 M × 1
= 3 mmol
4) Mol ekuivalen NaOH = VNaOH × MNaOH × n
= 25 mL × 0,20 M × 1
= 5 mmol
5) Mol ekuivalen NaOH = VNaOH × MNaOH × n
= 30 mL × 0,20 M × 1
= 6 mmol
Jadi, pada data 5) terjadi titik ekuivalen.
17. Jawaban: d
VHCl = 8 mL
pH = 2 – log 3 → pH = –log [H+]
[H+] = 3 × 10–2
+
HCl(aq) → H (aq) + Cl–(aq)
[HCl] = [H+] = 3 × 10–2 M = 0,03 M
Mr C3H5(OH)3 = 92 g mol–1
(V × M × n)C H (OH) = (V × M × n)HCl
3 5
3
mol C3H5(OH)3 × n = (V × M × n)HCl
mol C3H5(OH)3 × 3 = 8 mL × 0,03 M × 1
mol CH3H5(OH)3 =
0,24 mol
3
= 0,08 mmol
massa C3H5(OH)3 = mol C3H5(OH)3 × Mr C3H5(OH)3
= 0,08 mmol × 92 g mol–1
= 7,36 mg
Jadi, massa gliserol adalah 7,36 mg.
18. Jawaban: d
Larutan HCl:
pH HCl = 1
pH = –log [H+]
1 = –log [H+]
+
[H ] = 10–1 M = 0,1 M
HCl(aq) → H+(aq) + Cl–(aq)
[HCl] = [H+] = 0,1 M
Misal: VHCl = V mL
Mol HCl = MHCl × VHCl
= 0,1 M × V mL
= 0,1V mmol
Larutan Ca(OH)2:
VCa(OH) = 50 mL
2
72
Titrasi Asam-Basa
pH Ca(OH)2 = 13
pOH = 14 – pH = 14 – 13 = 1
pOH = –log [OH–]
1 = –log [OH–]
[OH–] = 10–1 M = 0,1 M
Ca(OH)2(aq) → Ca2+(aq) + 2OH–(aq)
[Ca(OH)2] =
1
2
× [OH–] =
1
2
× 0,1 M = 0,05 M
Mol Ca(OH)2 = MCa(OH) × VCa(OH)
2
2
= 0,05 M × 50 mL
= 2,5 mmol
pH campuran = 12 + log 5 (di dalam campuran
terdapat kelebihan basa atau Ca(OH)2)
pOH = 14 – pH = 14 – (12 + log 5) = 2 – log 5
pOH = –log [OH–]
2 – log 5 = –log [OH–]
[OH–] = 5 × 10–2 M = 0,05 M
Ca(OH)2(aq) + 2HCl(aq) → CaCl2(aq) + 2H2O(A)
Mula-mula : 2,5
0,1V
–
–
Reaksi
: 0,05V
0,1V
0,1V
0,2V
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
: (2,5 – 0,05V)
–
0,1V
0,2V
[Ca(OH)2] =
mol Ca(OH)2
volume total
=
(2,5 − 0,05V ) mmol
50 mL + V mL
=
⎛ 2,5 − 0,05V ⎞
⎜ 50 + V ⎟
⎝
⎠
M
[OH–] = [Ca(OH)2] × valensi
5
100
5
100
=
⎛ 2,5 − 0,05V ⎞
⎜ 50 + V ⎟
⎝
⎠
×2
5 − 0,1V
= 50 + V
250 + 5V = 500 – 10V
15V = 250
250
V = 15 = 16,7 mL
Jadi, volume larutan HCl yang ditambahkan
sebanyak 16,7 mL.
19. Jawaban: c
VHNO = 20 mL
2
MHNO = y M
2
mol HNO2 = MHNO × VHNO
2
2
= y M × 20 mL
= 20y mmol
mol KOH = MKOH × VKOH
= 0,04 M × 40 mL
= 1,6 mmol
HNO2(aq) + KOH(aq) → KNO2(aq) + H2O(A)
Mula-mula : 20y
1,6
–
–
Reaksi
: 20y
20y
20y
20y
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
:
–
–
20y
20y
Berdasarkan persamaan reaksi tersebut:
1,6 – 20y = 0
20y = 1,6
y = MHNO =
2
1,6
20
(V × M × n)H
2C2O4·2H2O
= 0,08 M
pH awal sebelum titrasi = pH larutan HNO2 awal
[H+] =
VH C O = 10 mL
2 2 4
VNaOH = 5 mL
10 mL × 0,05 M × 2 = 5 mL × MNaOH × 1
1 mmol = 5 mL × MNaOH
1 mmol
K a × M HNO2
MNaOH = 5 mL = 0,2 M
4,5 × 10−4 × 8 × 10−2
=
= (V × M × n)NaOH
= 36 × 10−6
= 6 × 10–3
pH = –log [H+] = –log (6 × 10–3) = 3 – log 6
pH pada titik ekuivalen:
Pada saat titik ekuivalen terbentuk garam KNO2
yang akan terhidrolisis sebagian menghasilkan ion
OH– (bersifat basa).
mol KNO
2
[KNO2] = volume total
Konsentrasi NaOH sebesar 0,2 M.
Reaksi dengan NaOH tepat mengubah H3PO4
menjadi HPO42–, berarti valensi H3PO4 = 2.
H3PO4 → HPO42– + 2H+
Titik ekuivalen antara NaOH dengan H3PO4 saat
berubah menjadi ion HPO42–:
VNaOH = 15 mL
MNaOH = 0,2 M
VH PO = 20 mL
3
4
(V × M × n)NaOH = (V × M × n)H PO
3
4
15 mL × 0,2 M × 1 = 20 mL × MH PO × 2
3
4
3 mmol = 40 mL × MH PO
20 mL × 0,08 M
= 20 mL + 40 mL
3
=
[OH–] =
=
1,6 mmol
60 mL
Kw
Ka
–2
= 2,7 × 10
M
× [NO2− ]
10−14
4,5 × 10−4
× 2,7 × 10−2
= 6 × 10−13
= 7,7 × 10–7
pOH = –log [OH–]
= –log (7,7 × 10–7)
= 7 – log 7,7
pH = 14 – pOH
= 14 – (7 – log 7,7)
= 7 + log 7,7 = 7,8
Titik ekuivalen dapat ditunjukkan dengan indikator
kresol merah karena pH titik ekuivalen berada
dalam rentang pH kresol merah (7,2 – 8,0).
pH setelah titik ekuivalen:
Penambahan larutan KOH menyebabkan pH
larutan naik.
20. Jawaban: b
MH
2C2O4·
2H2O
=
Massa H2C2O 4 ·2H2O 1.000
×
M r H2C2O 4 ·2H2O
V
=
0,63 g
× 1.000
100
126 g mol−1
= 0,05 M
Oleh karena H2C2O4·2H2O dapat menetralkan
NaOH maka mol ekuivalen H2C2O4·2H2O = mol
ekuivalen NaOH.
MH
3PO4
=
3 mmol
40 mL
4
= 0,075 M
Jadi, konsentrasi larutan H3PO4 adalah 0,075 M.
21. Jawaban: b
Massa R–COOH = 0,185 g = 185 mg
VNaOH = 20 mL
MNaOH = 0,125 M
R–COOH(aq) + NaOH(aq) → R – COONa(aq) +
H2O(A)
Mol R–COOH = mol NaOH
Mol R–COOH = 20 mL × 0,125 M
Mol R–COOH = 2,5 mmol
Mol R–COOH =
2,5 mmol =
Massa
Mr
185 mg
Mr
Mr = 74 g mol–1
Mr R–COOH = 74 g mol–1
Mr R + (Ar C + (2 · Ar O) + Ar H) = 74
Mr R + (12 + (2 × 16) + 1) = 74
Mr R + 45 = 74
Mr R = 29
R merupakan alkil yang mempunyai rumus umum
CnH2n + 1. Jika Ar C = 12 g mol–1 dan Ar H = 1 g mol–1,
untuk Mr sejumlah 29 g mol–1 maka R = C2H5.
Jadi, asam organik yang dimaksud adalah
C2H5COOH.
Kimia Kelas XI
73
22. Jawaban: c
mol KOH = MKOH × VKOH
= 0,1 M × 100 mL
= 10 mmol
Vcampuran = 100 mL
Misal: VCH COOH = y mL
3
VHI = (100 – y) mL
Mol CH3COOH = MCH COOH × VCH COOH
3
3
= 0,2 M × y mL
= 0,2y mmol
Mol HI = MHI × VHI
= 0,05 M × (100 – y) mL
= (5 – 0,05y) mmol
Titrasi larutan CH3COOH dengan larutan KOH:
CH3COOH(aq) + KOH(aq) → CH3COOK(aq) +
H2O(A)
mol KOH = mol CH3COOH = 0,2y mmol
Titrasi larutan HI dengan larutan KOH:
HI(aq) + KOH(aq) → KI(aq) + H2O(A)
Mol KOH = mol HI = 5 – 0,05y mmol
Mol KOH = 10 mmol
0,2y mmol + (5 – 0,05y) mmol = 10 mmol
5 + 0,15y = 10
0,15y = 5
y = 33,3 mL
Jadi, volume larutan CH3COOH 0,2 M = 33,3 mL
dan volume larutan HI 0,05 M = 66,7 mL.
23. Jawaban: c
MNaOH = 0,1 M
VNaOH = 22 mL
(V × M × n)C H O = (V × M × n)NaOH
9 8 4
mol C9H8O4 × n = (V × M × n)NaOH
mol C9H8O4 × 1 = 22 mL × 0,1 M × 1
mol C9H8O4 = 2,2 mmol = 2,2 × 10–3 mol
Massa C9H8O4 = mol C9H8O4 × Mr C9H8O4
= 2,2 × 10–3 mol × 180 g mol–1
= 0,396 g
Jadi, massa aspirin yang terkandung dalam
tablet tersebut adalah 0,396 g.
24. Jawaban: c
Asam cuka merupakan asam lemah berbasa satu,
sedangkan NaOH merupakan basa kuat berasam
satu. Persamaan reaksi dalam titrasi tersebut
sebagai berikut.
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq)
+ H2O(A)
Garam yang terbentuk tidak mengendap, tetapi
tetap berupa larutan. Pada titik ekuivalen, semua
larutan asam cuka habis bereaksi dengan larutan
NaOH membentuk garam CH3COONa dan air.
74
Titrasi Asam-Basa
Garam yang terbentuk akan terhidrolisis sebagian
menghasilkan ion OH– sehingga bersifat basa (pH
titik ekuivalen > 7). Indikator yang dapat digunakan
dalam titrasi adalah fenolftalein. Metil merah akan
menunjukkan perubahan warna jauh sebelum titik
ekuivalen tercapai. Pada proses titrasi konsentrasi
NaOH yang digunakan harus diketahui karena
digunakan untuk menentukan konsentrasi titrat.
25. Jawaban: d
Mol ekuivalen H2SO4 = mol ekuivalen Ca(OH)2
(V × M × n)H SO = (V × M × n)Ca(OH)
2
4
2
50 mL × 0,02 M × 2 = 100 mL × MCa(OH) × 2
2
2 mmol = 200 mL × MCa(OH)
2
2 mmol
MCa(OH) = 200 mL = 0,01 M
2
Pengenceran:
V1 × M1 = V2 × M2
20 mL × M1 = 100 mL × 0,01 M
1 mmol
M1 = 20 mL = 0,05 M
Mol Ca(OH)2 dalam larutan awal
=M×V
= 0,05 M × 20 mL
= 1 mmol
Massa Ca(OH)2 dalam larutan awal
= 1 mmol × 74 g mol–1
= 74 mg
Jadi, massa Ca(OH) 2 dalam larutan awal
sebanyak 74 mg.
26. Jawaban: c
VH SO = 75 mL
2
4
pH H2SO4 = 3 – log 6
–log [H+] = –log 6 × 10–3
[H+] = 6 × 10–3
H2SO4(aq) → 2H+(aq) + SO42+(aq)
[H2SO4] =
[H+ ]
2
=
6 × 10 −3 M
2
= 3 × 10–3 M
Mol H2SO4 = VH SO × MH SO
2
4
2
4
= 75 mL × 3 × 10–3 M
= 0,225 mmol
VKOH = 75 ml
pH KOH = 11 + log 4
pOH = 14 – (11 + log 4)
pOH = 3 – log 4
–log [OH–] = –log 4 × 10–3
[OH–] = 4 × 10–3
KOH(aq) → K+(aq) + OH–(aq)
[KOH] = [OH–] = 4 × 10–3
Mol KOH = VKOH × MKOH
= 75 mL × 4 × 10–3 M
= 0,3 mmol
H2SO4(aq) + 2KOH(aq) → K2SO4(aq) + 2H2O(A)
Mula-mula : 0,225
0,3
–
–
Reaksi
: 0,15
0,3
0,15
0,3
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
: 0,075
–
0,15
0,3
Vtotal = VH
2SO4
+ VKOH
= (75 + 75) mL
= 150 mL
[H2SO4]sisa =
mol H2SO 4 sisa
Vtotal
C2H5COOH(aq) + KOH(aq) → C2H5COOK(aq) + H2O(A)
Mula-mula : 50y
0,245
–
–
Reaksi
: 0,245
0,245
0,245
0,245
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
: –
–
0,245
0,245
Berdasarkan reaksi di atas diperoleh:
50y – 0,245 = 0
y = 0,245 = 4,9 × 10–3 M
50
=
0,075 mmol
150 mL
= 5 × 10–4 M
[H+] = [H2SO4] × valensi
[H+] = 5 × 10–4 × 2
= 1 × 10–3
pH = –log [H+]
= –log (1 × 10–3)
=3
Jadi, pH larutan setelah penambahan 75 mL
larutan H2SO4 sebesar 3.
27. Jawaban: c
Titrasi dilakukan antara CH3COOH (asam lemah)
dengan NaOH (basa kuat) dan antara HBr (asam
kuat) dengan NaOH (basa kuat). Sebelum titrasi,
pH larutan awal pada titrasi CH3COOH lebih besar
daripada pH larutan awal pada titrasi HBr. Pada
awal titrasi, mulai terbentuk garam yaitu
CH3COONa dan NaBr. Akan tetapi, jumlah larutan
asam masih banyak sehingga pH larutan belum
berubah secara signifikan. Pada titik ekuivalen,
mol ekuivalen asam sama dengan mol ekuivalen
basa. Reaksi CH 3 COOH dengan NaOH
menghasilkan garam yang bersifat basa (pH titik
ekuivalen > 7), sedangkan reaksi HBr dengan
NaOH menghasilkan garam yang bersifat netral
(pH titik ekuivalen = 7). Oleh karena itu, pH larutan
hasil titrasi CH3COOH lebih besar daripada hasil
titrasi HBr (konsentrasi ion H + pada titrasi
CH3COOH > konsentrasi ion H+ pada titrasi HBr).
Setelah titik ekuivalen, penambahan NaOH
menyebabkan konsentrasi ion OH– semakin besar
(konsentrasi ion H+ semakin kecil) sehingga pH
semakin besar.
28. Jawaban: d
Pada titrasi 50 mL larutan asam propionat encer
dengan 12,25 mL larutan KOH 0,02 M
Mol KOH = VKOH × MKOH
= 12,25 mL × 0,02 M
= 0,245 mmol
Misal: MC H COOH = y M
2 5
Mol C2H5COOH = VC H COOH × MC H COOH
2 5
2 5
= 50 mL × y M
= 50y mmol
MC
2H5
MC
–3 M
COOH = 4,9 × 10
2 H5 COOH
dalam 50 mL larutan = MC
–3
2H 5COOH
dalam 100 mL larutan = 4,9 × 10 M.
Pengenceran:
V1 = 20 mL
V2 = 100 mL
M2 = 4,9 × 10–3 M
V1 × M1 = V2 × M2
20 mL × M1 = 100 mL × 4,9 × 10–3 M
M1 =
4,9 × 10−1 mmol
20 mL
= 2,45 × 10–2 M
MC H COOH dalam 20 mL larutan = MC H COOH
2 5
2 5
dalam 250 mL larutan = 2,45 × 10–2 M.
Dalam 250 mL larutan C2H5COOH:
mol C2H5COOH = MC H COOH × VC H COOH
2 5
2 5
= 2,45 × 10–2 M × 250 mL
= 6,125 mmol
massa C2H5COOH
= mol C2H5COOH × Mr C2H5COOH
= 6,125 mmol × 74 g mol–1
= 453,25 mg
= 0,45325 g
kadar C2H5COOH =
massa C2H5COOH
massa sampel
84% =
0,45325 g
massa sampel
0,84 =
0,45325 g
massa sampel
massa sampel =
× 100%
× 100%
0,45325 g
0,84
= 0,53958 g
= 0,54 g
Jadi, jumlah sampel larutan yang dilarutkan
sebanyak 0,54 gram.
29. Jawaban: b
CaCO3(s) + 2HCl(aq) → CaCl2(aq) + H2O(aq) + CO2(g)
VHCl = 240 mL
MHCl = 0,1 M
Kimia Kelas XI
75
Mol HCl = VHCl × MHCl
= 240 mL × 0,1 M
= 24 mmol
Jadi, jumlah molekul air pada setiap molekul
kristal natrium karbonat adalah 10.
B. Uraian
1
Mol CaCO3 = 2 × mol HCl
=
1
2
× 24 mmol
= 12 mmol = 0,012 mol
Massa CaCO3 = mol CaCO3 × Mr CaCO3
= 0,012 mol × 100 g mol–1
= 1,2 g
Kadar CaCO3 dalam sampel =
1,2 g
4g
× 100%
= 30%
Jadi, kadar CaCO3 dalam sampel sebesar 30%.
30. Jawaban: b
Misal: Mr Na2CO3·xH2O = y g mol–1
Mol Na2CO3·xH2O =
1. Larutan HCOOH merupakan larutan asam lemah.
Konsentrasi larutan dapat ditentukan dengan cara
dititrasi dengan larutan basa kuat, misal NaOH.
Sebelumnya, konsentrasi NaOH yang akan
digunakan sudah diketahui. Indikator yang digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi dapat
berupa fenolftalein. Titrasi dilakukan hingga
larutan berubah warna menjadi merah muda
secara konstan. Volume NaOH yang diperlukan
dicatat dan digunakan untuk menentukan
konsentrasi HCOOH sesuai persamaan:
(V × N )HCOOH = (V × N )NaOH
2. a.
massa Na 2CO 3 ⋅ xH2O
M r Na 2CO 3 ⋅ xH2O
=
14,3 g
y g mol−1
=
14,3
mol
y
Reaksi pelarutan kristal Na2CO3·xH2O dalam air:
NaCO3·xH2O(s) + H2O(A) ⎯→ Na2CO3(aq)
Mol Na2CO3 = mol Na2CO3·xH2O =
14,3
mol
y
MOl HCl = VHCl × MHCl = 0,1 L × 1 M = 0,1 mol
Reaksi penetralan antara Na2CO3 dengan HCl.
Na2CO3(aq) + 2HCl(aq) → 2NaCl(aq) + H2CO3(aq)
m :
14,3
y
0,1
–
–
r :
0,05
0,1
0,1
0,05
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
s :
–
–
0,1
0,05
Pada persamaan reaksi tersebut diperoleh:
14,3
y
– 0,05 = 0
14,3
y
= 0,05
y=
14,3
0,05
y = 286 g mol–1
Mr Na2CO3 · xH2O = 286
(2 × Ar Na) + (1 × Ar C) + (3 × Ar O)
+ (2x × Ar H) + (x × Ar O) = 286
(2 × 23) + (1 × 12) + (3 × 16) + (2x × 1)
+ (x × 16) = 286
106 + (2x) + (16x) = 286
18x = 180
x = 10
76
Titrasi Asam-Basa
b.
Kurva tersebut merupakan kurva titrasi
larutan NH4OH dengan larutan HCl. Sebelum
titrasi, pH larutan awal merupakan pH larutan
NH4OH (basa lemah), sehingga pH larutan
awal cukup tinggi (pH > 7). Selama titrasi,
penambahan larutan HCl mengakibatkan
jumlah ion OH– berkurang sedangkan jumlah
ion H + bertambah sehingga pH larutan
semakin turun. Pada titik ekuivalen, larutan
NH4OH habis bereaksi dengan larutan HCl
dan terbentuk garam yang bersifat asam
sehingga pH titik ekuivalen kurang dari 7.
VHCl = 20 mL
MHCl = 0,01 M
VNH OH = 10 mL
4
(V × M × n)HCl = (V × M × n)NH OH
4
20 mL × 0,01 M × 1 = 10 mL × MNH OH × 1
4
0,2 mmol = 10 mL × MNH OH
4
MNH
4OH
=
0,2 mmol
10 mL
= 0,02 M
Jadi, konsentrasi NH4OH = 0,02 M.
3. Vair danau = VH SO
2
4
= 1 × 106 m3
= 1 × 109 dm3
= 1 × 109 L
pH H2SO4 = 4
pH = –log [H+]
4 = –log [H+]
[H+] = 10–4
H2SO4(aq) → 2H+(aq) + SO42–(aq)
[H2SO4] =
1
2
× [H+]
=
1
2
× 10–4 M
= 5 × 10–5 M
(V × M × n)Ca(OH) = (V × M × n)H SO
2
2
4
mol Ca(OH)2 × n = (V × M × n)H SO
2
4
mol Ca(OH)2 × 2 = 109 L × 5 × 10–5 M × 2
mol Ca(OH)2 = 5 × 104 mol
Mr Ca(OH)2 = 74 g mol–1
Massa Ca(OH)2 = mol Ca(OH)2 x Mr Ca(OH)2
= 5 × 104 mol × 74 g mol–1
= 3,7 × 106 gram
= 3,7 ton
Jadi, massa kapur tohor yang diperlukan untuk
menetralkan 1 juta m3 air danau adalah 3,7 ton.
4. Misal:
Massa NaOH = x gram
x
40
mol NaOH =
mol
Massa KOH = (9,6 – x) gram
mol KOH =
9,6 − x
56
mol
Mol XOH = MXOH × VXOH
= 0,4 M × 200 mL
= 80 mmol
= 0,08 mol
Mr XOH =
=
x
40
mol
6. a.
mol CH3COOH = MCH COOH × VCH COOH
3
3
= 0,1 M × 30 mL
= 3 mmol
MNaOH = 0,2 M
1) pH sebelum titrasi (penambahan 0 mL
larutan NaOH)
pH awal titrasi = pH larutan CH3COOH
[H+] =
=
2)
KOH(aq) + HCl(aq) → KCl(aq) + H2O(A)
mol HCl = mol KOH =
mol HCl =
x
40
mol +
9,6 − x
56
mol
mol
9,6 − x
56
2
10
=
x
40
2
10
=
1,4x + 9,6 − x
56
2
10
=
0,4x + 9,6
56
+
9,6 − x
56
MXOH =
10 mmol
25 mL
= 0,4 M
K a × M CH3COOH
10−5 × 0,1
= 10−6
= 10–3
pH = –log [H+] = –log (10–3) = 3
pH larutan saat penambahan 5 mL
larutan NaOH
mol NaOH = MNaOH × VNaOH
= 0,2 M × 5 mL
= 1 mmol
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(A)
Mula-mula :
3 mmol
1 mmol
–
–
Reaksi
:
1 mmol
1 mmol
1 mmol
1 mmol
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
:
2 mmol
–
1 mmol
1 mmol
Saat penambahan 5 mL larutan NaOH
terdapat sisa CH3COOH (asam lemah)
dan CH 3 COONa (garam) sehingga
terbentuk larutan penyangga yang
bersifat asam.
Mol CH3COONa = 1 mmol
112 = 4x + 96
4x = 16
x=4
Massa NaOH = x = 4 gram
Massa KOH = 9,6 – x = 9,6 – 4 = 5,6 gram
Jadi, massa NaOH sebanyak 4 gram dan massa
KOH sebanyak 5,6 gram.
5. Reaksi netralisasi:
(V × M × n)XOH = (V × M × n)HCl
25 mL × MXOH × 1 = 20 mL × 0,5 M × 1
25 mL × MXOH = 10 mmol
3,2 g
0,08 mol
= 40 g mol–1
Jadi, Mr senyawa basa tersebut adalah 40 g mol–1.
mol HCl = MHCl × VHCl
= 1 M × 200 mL
= 200 mmol
= 0,2 mol
NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(A)
mol HCl = mol NaOH =
Massa XOH
mol XOH
[H+]= Ka ×
mol CH3COOH
mol CH3COONa
= 10–5 ×
3)
2 mmol
1 mmol
= 2 × 10–5
pH = –log [H+]
= –log (2 × 10–5)
= 5 – log 2
pH larutan saat penambahan 15 mL
larutan NaOH
mol NaOH = MNaOH × VNaOH
= 0,2 M × 15 mL
= 3 mmol
Kimia Kelas XI
77
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(A)
Mula-mula :
3 mmol
3 mmol
–
–
Reaksi
:
3 mmol
3 mmol
3 mmol
3 mmol
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
:
–
–
3 mmol
3 mmol
b.
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Saat penambahan 15 mL larutan,
CH 3 COOH habis bereaksi dengan
NaOH (titik ekuivalen) membentuk
garam CH 3 COONa dan air. Garam
CH3COONa terhidrolisis sebagian dan
menghasilkan ion OH–.
[CH3COONa] =
=
mol CH3COONa
Vtotal
3 mmol
30 mL + 15 mol
= 6,7 × 10–2 M
–
[CH3COO ] = [CH3COONa]
= 6,7 × 10–2 M
Kw
Ka
[OH–] =
× [CH3 COO − ]
10−14
=
10−5
× 6,7 × 10−2
= 67 × 10−12
= 8,2 × 10–6
pOH = –log [OH–]
= –log (8,2 × 10–6)
= 6 – log 8,2
pH = 14 – pH
= 14 – (6 – log 8,2)
= 8 + log 8,2
pH larutan saat penambahan 20 mL
larutan NaOH
mol NaOH = MNaOH × VNaOH
= 0,2 M × 20 mL
= 4 mmol
4)
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(A)
Mula-mula :
3 mmol
4 mmol
–
–
Reaksi
:
3 mmol
3 mmol
3 mmol
3 mmol
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
:
–
1 mmol
[NaOH] =
mol NaOH
Vtotal
=
1 mmol
30 mL + 20 mL
= 2 × 10–2 M
pOH = –log [OH–]
= –log (2 × 10–2)
= 2 – log 2
pH = 14 – pH
= 14 – (2 – log 2)
= 12 + log 2
78
Titrasi Asam-Basa
3 mmol
3 mmol
Kurva titrasi 30 mL larutan CH3COOH 0,1 M
dengan larutan NaOH 0,2 M.
Titik ekuivalen
5
10 15 20
25 30 35
Volume NaOH 0,2 M (mL)
7. VNH4OH
awal = 5 mL
Reaksi netralisasi 20 mL larutan NH4OH dengan
15 mL larutan HCl 0,1 M terjadi sebagai berikut.
HCl(aq) + NH4OH(aq) ⎯→ NH4Cl(aq) + H2O(A)
mol HCl = VHCl × MHCl
= 15 mL × 0,1 M
= 1,5 mmol
mol NH4OH = mol HCl = 1,5 mmol
MNH
4OH
=
mol NH4OH
VNH4 OH
=
1,5 mmol
20 mol
= 0,075 M
MNH OH dalam 100 mL larutan = MNH OH dalam
4
4
20 mL larutan = 0,075 M.
Konsentrasi NH 4OH dalam botol ditentukan
dengan rumus pengenceran.
V1 = 5 mL
V2 = 100 mL
M2 = 0,075 M
V1 × M1 = V2 × M2
5 mL × M1 = 100 mL × 0,075 M
M1 = 1,5 M
MNH OH dalam 1 L larutan = MNH OH dalam 5 mL
4
4
larutan = 1,5 M.
NH3(g) + H2O(A) → NH4OH(aq)
mol NH4OH = MNH OH × VNH OH
4
4
= 1,5 M × 1 L
= 1,5 mol
Mol NH3 = mol NH4OH = 1,5 mol
Volume NH3 = mol NH3 × 22,4 L mol–1
= 1,5 mol × 22,4 L mol–1
= 33,6 liter
Jadi, volume gas NH3 yang dialirkan dalam air
sebesar 33,6 L.
8. Mr CuSO4·xH2O = y g mol–1
Jumlah molekul air yang terdapat dalam setiap
molekul kristal adalah 5. Jadi, rumus molekul
kristal tersebut CuSO4·5H2O.
Massa CuSO 4 ·xH2O
M r CuSO 4 ·xH2O
mol CuSO4·xH2O =
=
12,5 g
y g mol−1
=
12,5
y
9. Misal: mol Fe = x mmol
mol HCl = MHCl × VHCl
= 0,2 M × 50 mL
= 10 mmol
mol
CuSO4·xH2O(s) + xH2O(A) → CuSO4(aq)
mol CuSO4 = mol CuSO4·xH2O =
mol CuSO4
V
MCuSO4 =
12,5
mol
y
=
0,5 L
12,5
y
25
y
=
mol
= 100 mL ×
=
2.500
mmol
y
Sisa
mol
2,5
mol
y
=
mol NaOH = MNaOH × VNaOH
= 0,1 M × 300 mL
= 30 mmol
= 0,03 mol
CuSO4(aq) + 2NaOH(aq) → Cu(OH)2(s) + Na2SO4(aq)
m :
2,5
y
0,03
–
–
2,5
5
2,5
2,5
2,5
y
2,5
y
r :
y
y
y
y
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
s :
–
(0,03 –
5
y
)
Sisa larutan NaOH dinetralkan oleh 100 mL
larutan HCl 0,1 M
(V × M × n)NaOH = (V × M × n)HCl
mol NaOH × n = (V × M × n)HCl
(0,03 –
5
y
) mol × 1 = 100 mL × 0,1 M × 1
0,03 –
5
y
mol = 0,01 mol
0,03 –
5
y
Reaksi
2Fe(s) + 6HCl(aq) → 2FeCl3(s) + 3H2(g)
x
10
–
–
:
x
3x
3
x
2
x
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
M
mol CuSO4 dalam 100 mL larutan
25
y
Mula-mula :
:
–
10 – 3x
3
x
2
x
Kelebihan larutan HCl dititrasi dengan 16 mL
larutan KOH 0,25 M.
(V × M × n)HCl = (V × M × n)KOH
mol HCl × n = (V × M × n)KOH
(10 – 3x) mmol × 1 = 16 mL × 0,25 M × 1
(10 – 3x) mmol = 4 mmol
10 – 3x = 4
3x = 6
x = 2 mmol
Mol Fe = 2 mmol
Massa Fe = mol Fe × Ar Fe
= 2 mmol × 56 mg mmol–1
= 112 mg
= 0,112 g
Kadar Fe =
=
massa Fe
massa cuplikan
0,112 g
2g
× 100%
× 100%
= 5,6%
Jadi, kadar besi dalam cuplikan sebesar 5,6%.
10. Massa Na + massa Ca = 74,5 gram
Misal massa Ca = x gram
massa Na = (74,5 – x) gram
x
mol Ca = 40 mol
= 0,01
0,02 =
y=
mol Na =
5
y
5
0,02
= 250 g mol–1
Mr CuSO4·xH2O = 250 g mol–1
(1 × Ar Cu) + (1 × Ar S) + (4 × Ar O)
+ (2x × Ar H) + (x × Ar O)
(1 × 63,5) + (1 × 32) + (4 × 16)
+ (2x) + (x × 16)
159,5 + (18x)
18x
x
(74,5 − x )
23
mol
Logam jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan basa dan gas H2.
1
Na(s) + H2O(A) ⎯→ NaOH(aq) + 2 H2(g)
= 250
= 250
= 250
= 90,5
= 5,02 ≈ 5
(74,5 − x )
23
mol
MNaOH =
mol NaOH
Vair
(74,5 − x )
23
~
=
74,5 − x
23
mol
0,5 L
=
mol
149 − 2x
23
M
Kimia Kelas XI
79
mol NaOH dalam 100 mL larutan
=
149 − 2x
23
=
14,9 − 0,2x
23
Mol HCl = VHCl × MHCl
= 140 mL × 5 M
= 700 mmol = 0,7 mol
M × 0,1 L
14,9 − 0,2x
23
mol
NaOH + HCl ⎯→
NaCl
+ H2 O
14,9 − 0,2x
23
mol HCl = mol NaOH =
149 − 2x + 2,3x
230
mol
mol
x
40
~
MCa(OH) =
2
mol Ca(OH)2
Vair
=
x=
mol
x
mol
40
0,5 L
2x
x
= 40 M = 20 M
mol Ca(OH)2 dalam 100 mL larutan
x
= 20 M × 0,1 L
0,1x
= 20 mol
Ca(OH)2 + 2HCl ⎯→ CaCl2 + 2H2O
mol HCl = 2 × mol Ca(OH)2
0,1x
= 2 × 20 mol
0,2x
= 20 mol
0,1x
= 10 mol
80
Titrasi Asam-Basa
= 0,7 mol
0,3x + 149 = 161
0,3x = 12
Ca(s) + 2H2O(A) ⎯→ Ca(OH)2(aq) + H2(g)
x
40
0,1x
+ 10 = 0,7 mol
12
0,3
= 40 gram
a)
massa Ca = 40 gram
massa Na = 34,5 gram
b)
Na(s) + H2O(A) → NaOH(aq) + 2 H2(g)
1,5 mol
1,5 mol
0,75 mol
Ca(s) + 2H2O(A) → Ca(OH)2(aq) + H2(g)
1 mol
1 mol
1 mol
Mol H2 total = 0,75 mol + 1 mol
= 1,75 mol
VH (STP) = mol H2 × 22,4 L mol–1
2
= 1,75 mol × 22,4 L mol–1
= 39,2 L
Jadi, volume gas H2 yang dihasilkan sebanyak
39,2 L.
1
A. Pilihan Ganda
1. Jawaban: e
Sifat-sifat larutan basa sebagai berikut.
1) Rasanya pahit.
2) Bersifat kaustik (merusak kulit).
3) Terasa licin jika terkena kulit.
4) Mengubah kertas lakmus merah menjadi biru.
5) Apabila dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion OH–.
Dengan demikian, sifat larutan basa ditunjukkan
oleh angka 2), 4), 5), dan 6).
2. Jawaban: d
Menurut Bronsted-Lowry asam adalah zat yang
bertindak sebagai pendonor proton, sedangkan
basa adalah zat yang bertindak sebagai akseptor
proton. Dari kelima opsi tersebut, zat yang bertindak sebagai asam maupun basa adalah HS–.
HS– bertindak sebagai asam: HS– → S2– + H+
HS– betindak sebagai basa: HS– + H+ → H2S
Sementara itu, H2C2O4, H2SO4, dan H3O+ bersifat
asam sedangkan S2– bersifat basa.
3. Jawaban: b
Pasangan asam-basa konjugasi dapat diartikan
sebagai dua senyawa yang mempunyai susunan
atom yang hampir sama tetapi mempunyai
perbedaan satu atom H. Senyawa yang
mempunyai jumlah atom H lebih banyak bertindak
sebagai asam, sedangkan yang mempunyai
jumlah atom H lebih sedikit bertindak sebagai
basa. Pada kedua reaksi tersebut, yang bertindak
sebagai asam-basa konjugasi sebagai berikut.
HSO4–(aq) + CO32–(aq) U HCO3–(aq) + SO42–(aq)
Asam
Basa
Asam
konjugasi
Basa
konjugasi
4. Jawaban: d
Semakin besar harga Ka berarti semakin banyak
ion H+ yang dihasilkan atau semakin kuat asam
tersebut. Urutan kekuatan asam adalah HC > HD
> HB > HA > HE.
5. Jawaban: c
Larutan 1
PP
MJ
MM
BTB
4,4
6,06,2
7,6 8,3
6,2 < pH < 7,6
Larutan 2
MJ
MM
BTB
PP
4,4
6,2
7,6 8,3
7,6 < pH < 8,3
6. Jawaban: c
Asam lemah pada soal tersebut bersifat diprotik
atau mempunyai dua harga Ka. Secara teori, untuk
menghitung nilai [H+] harus dihitung nilai [H+] dari
Ka dan Ka , lalu dijumlahkan. Namun karena nilai
1
2
K a terlalu kecil sehingga dapat diabaikan.
2
Perhitungan pH selanjutnya hanya memperhatikan disosiasi pertama.
[H+] =
=
K a1 × [H 2 CO 3 ]
4,5 × 10 −7 × (0,02)
= 9 × 10 −9
= 3 × 10–4,5
pH = –log [H+]
= –log 3 × 10–4,5
= 4,5 – log 3
Jadi, pH larutan asam karbonat sebesar 4,5 – log 3.
7. Jawaban: a
Mr HNO3 = Ar H + Ar N + (3 × Ar O)
= 1 + 14 + (3 × 16)
= 63 g mol–1
M=
g
Mr
×
3,15
1.000
V (mL)
1.000
= 63 × 1.000
= 0,05 M
Kimia Kelas XI
81
HNO3 merupakan asam kuat:
[H+] = M × valensi asam
= 0,05 × 1
= 0,05
pH = –log [H+]
= –log 5 × 10–2
= 2 – log 5
Jadi, pH larutan sebesar 2 – log 5.
8. Jawaban: d
Larutan Ba(OH) 2 merupakan basa kuat dan
larutan HCl merupakan asam kuat.
Ba(OH)2(aq) → Ba2+(aq) + 2OH–(aq)
(valensi basa 2)
pH = 12
pOH = 14 – 12 = 2
[OH–] = 10–2
[OH–] = M × valensi basa
10–2 = M × 2
M = 5 × 10–3
HCl(aq) → H+(aq) + Cl–(aq) (valensi asam 1)
pH = 2
[H+] = 10–2
[H+] = M × valensi asam
10–2 = M × 1
M = 10–2
Mol Ba(OH)2 = M × V
= 0,005 M × 600 mL
= 3 mmol
Mol HCl = M × V
= 0,01 M × 100 mL
= 1 mmol
Ba(OH)2(aq) + 2HCl(aq) → BaCl2(aq) + 2H2O(A)
Mol mula-mula :
3
1
–
–
Mol bereaksi :
0,5
1
1
2
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Mol sisa
:
2,5
–
1
2
Tersisa basa kuat (Ba(OH)2 sehingga pH menggunakan rumus basa kuat.
mol sisa basa
Vtotal
2,5
= 700 = 3,6 × 10–3 M
[OH–] = M × valensi basa
= 3,6 × 10–3 × 2
= 7,2 × 10–3
pOH = –log [OH–]
= –log 7,2 × 10–3
= 3 – log 7,2
pH = 14 – (3 – log 7,2)
= 11 + log 7,2
Jadi, pH larutan yang terbentuk sebesar
11 + log 7,2.
MBa(OH) =
2
9. Jawaban: b
[H+] =
6 × 10–3 =
82
K a × [CH 3 COOH]
(1,8 × 10 −5 )([CH 3COOH])
Ulangan Tengah Semester
(6 × 10 −3 ) 2
[CH3COOH] = 1,8 × 10 −5
=2M
mol CH3COOH= [CH3COOH] × volume CH3COOH
500
= 2 M × ( 1.000 L)
= 1 mol
massa CH3COOH = mol CH3COOH × Mr
= 1 mol × 60 g mol–1
= 60 g
Jadi, massa CH3COOH dalam 500 mL larutan
seberat 60 g.
10. Jawaban: b
pH setelah penambahan H2SO4 = 3–log 2
–log [H+] = 3–log 2
[H+] = 2 × 10–3
[H+] = [H2SO4] × valensi asam
[H2SO4] =
[H+ ]
Valensi asam
[H2SO4] =
2 × 10−3
2
= 1 × 10–3 M
Volume H2SO4 yang ditambahkan ke dalam air:
V1 · M1 = V2 · M2
V1 · 8 = 4 · (1 × 10–3)
V1 =
4 × 10−3
8
= 5 × 10–4 L
= 5 × 10–1 mL
Jadi, volume H2SO4 yang ditambahkan ke dalam
air sebanyak 0,5 mL.
11. Jawaban: b
Zat pembentuk garam-garam pada tabel tersebut
sebagai berikut.
1) NaClO2 berasal dari basa kuat (NaOH) dan
asam lemah(HClO2). Garam ini mengalami
hidrolisis sebagian dan bersifat basa
sehingga akan membirukan kertas lakmus.
2) K2SO4 berasal dari basa kuat (KOH) dan
asam kuat (H2SO4). Garam ini tidak akan
mengalami hidrolisis (pH=7) sehingga kertas
lakmus tidak berubah.
3) Al(NO3)3 berasal dari basa lemah (Al(OH)3)
dan asam kuat (HNO3). Garam ini bersifat
asam dan mengalami hidrolisis sebagian
sehingga akan memerahkan kertas lakmus.
4) NaCN berasal dari basa kuat (NaOH) dan
asam lemah (HCN). Garam ini mengalami
hidrolisis sebagian dan bersifat basa
sehingga akan membirukan kertas lakmus.
5) HCOOK berasal dari basa kuat (KOH) dan
asam lemah (HCOOH). Garam ini mengalami
hidrolisis sebagian dan bersifat basa
sehingga akan membirukan kertas lakmus.
Jadi, garam yang sesuai dengan uji kertas lakmus
dan mengalami hidrolisis parsial terdapat pada
nomor 1, 4, dan 5.
12. Jawaban: a
m = 1,96 g
MCH
=
g
Mr
1.000
1,96 1.000
· V = 98 · 200 = 0,1 M
Garam CH3COOK terbentuk dari asam lemah
(CH 3COOH) dan basa kuat (KOH) sehingga
bersifat basa.
CH3COOK(aq) → CH3COO–(aq) + K+(aq)
3COOK
0,1 M
0,1 M
0,1 M
CH3COO–(aq) + H2O(A) → CH3COOH(aq) + OH–(aq)
K+(aq + H2O(A) ⎯→
[OH–] =
Kw
Ka
⋅M
=
Kw
Ka
⋅ [CH3 COO − ]
=
Kw
Ka
⋅ 0,1
=
10−14
10−5
⋅ 0,1
–5
10 −10 = 10 M
pOH = –log [OH–] = –log 10–5 = 5
pH = 14 – 5 = 9
Jadi, pH larutan sebesar 9.
=
13. Jawaban: c
mol H2SO4 = MH SO · VH SO
2
4
2
4
= 0,1 M · 0,1 L
= 0,01 mol
mol NH3 = MNH · VNH
3
3
= 0,2 M · 0,1 L
= 0,02 mol
H2SO4(aq) + 2NH3(aq) → (NH4)2SO4(aq)
Mol mula-mula :
0,01
0,02
Mol reaksi
:
0,01
0,02
0,01
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Mol sisa
:
–
–
0,01 mol
n
0,1 M
[H+] =
Kw
Kb
×M
=
Kw
Kb
× [NH+4 ]
0,05 M
NH4+(aq) + H2O(A) → NH4OH(aq)
10−14
=
10−5
× 0,1
= 10 −10
= 10–5
pH = –log [H+] = –log 10–5 = 5
Jadi, pH larutan campuran sebesar 5.
14. Jawaban: b
Larutan yang mengalami hidrolisis total
merupakan larutan dari campuran asam lemah
dan basa lemah.
1) (NH 4) 2SO 4 merupakan garam dari basa
lemah dan asam kuat.
2) (NH4)2CO3 merupakan merupakan garam
dari basa lemah dan asam lemah.
3) K2CO3 merupakan garam dari basa kuat dan
asam lemah.
4) Na3PO4 merupakan garam dari basa kuat
dan asam lemah.
5) KNO3 merupakan garam dari basa kuat dan
asam kuat.
15. Jawaban: b
pH NH3 = 11
pOH NH3 = 14 – 11 = 3
[OH–] = 10–3 M
[OH–] =
10–3
10–6
Kb × M
= K b × 0,1
= Kb × 0,1
Kb =
10 −6
0,1
= 10–5
(NH4)2SO4(aq) → 2NH4+(aq) + SO42–(aq)
0,2 M
0,4 M
0,2 M
NH4+(aq) + H2O(A) → NH4OH(aq) + H+(aq)
SO42–(aq) + H2O(A) ⎯→
[H+] =
Kw
Kb
×M
=
Kw
Kb
× [NH4+ ]
0,01 mol
[(NH4)2SO4] = V = 0,2 L = 0,05 M
Garam (NH4) merupakan garam asam karena berasal dari basa lemah (NH4OH) dan asam kuat (H2SO4).
(NH4)2SO4(aq) → 2NH4+(aq) + SO42–(aq)
0,05 M
SO42–(aq) + H2O(A) ⎯→ H+(aq)
=
10−14
10−5
× 0,4
= 4 × 10−10
= 2 × 10–5 M
pH = –log [H+] = –log 2 × 10–5 = 5 – log 2
Jadi, pH larutan (NH4)2SO4 sebesar 5 – log 2.
Kimia Kelas XI
83
16. Jawaban: a
mol NaOH = MNaOH × VNaOH
= 0,4 M × 0,05 L
= 0,02 mol
mol H2S = MH S × VH S
2
2
= 0,2 M × 0,05 L
= 0,01 mol
2NaOH(aq) + H2S(aq) → Na2S(aq) + 2H2O(aq)
Mol mula-mula :
0,02
0,01
–
–
Mol reaksi
:
0,02
0,01
0,01
0,02
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Mol sisa
:
–
–
0,01
0,02
mol Na2S = 0,01 mol
0,01 mol
n
[Na2S] = V = 0,1 L = 0,1 M
Garam Na2S merupakan garam basa karena
terbentuk dari basa kuat (NaOH) dan asam lemah
(H2S).
Na2S(aq) → 2Na+(aq) + S2–(aq)
0,1 M
0,2 M
0,1 M
Na+(aq) + H2O(A) ⎯→
S2–(aq) + 2H2O(A) → H2S(aq) + 2OH–(aq)
[OH–] =
=
Kw
Ka
2−
⋅ [S ]
−14
10
10−7
⋅ 0,1
= 10−8
= 10–4
pOH = –log [OH–] = –log 10–4 = 4
pH = 14 – pOH = 14 – 4 = 10
Jadi, pH larutan garam yang terbentuk sebesar 10.
17. Jawaban: d
Persamaan reaksi yang terjadi:
2NaOH(aq) + H 2 CO 3 (aq) → Na 2 CO 3 (aq) +
2H2O(A)
Na2CO3(aq) → 2Na+(aq) + CO32–(aq)
Larutan garam yang terbentuk bersifat basa
karena dihasilkan pH sebesar 11.
pH = 11
pOH = 14 – 11 = 3
[OH–] = 10–3
[OH–] =
10–3 =
10–6 =
[CO32–] =
Kw
Ka
× [CO23 − ]
10−14
4 × 10−9
10 −14
4 × 10 −9
M=
massa
Mr
×
1.000
500
0,8 =
massa
40
×
1.000
500
massa =
×[CO32–]
4 × 10−9 × 10−6
10−14
= 0,4 M
Ulangan Tengah Semester
0,8 × 40 × 500
1.000
= 16 g
Jadi, massa NaOH yang dibutuhkan sebanyak
16 gram.
18. Jawaban: d
Persamaan reaksi yang terjadi:
NH3(aq) + C6H5COOH(aq) → C6H5COONH4(aq)
Campuran antara NH3 (basa lemah) dengan asam
benzoat (C6H5COOH) akan menghasilkan garam
yang terhidrolisis sempurna. Nilai pH dapat dicari
dengan rumus berikut.
Kw
Kb
[H+] =
×Ka
pH campuran = 7 – log 5
[H+] = 5 × 10–7
Mencari nilai Ka:
pH C6H5COOH = 4,5 – log 2
[H+] = 2 × 10–4,5
Asam benzoat (C6H5COOH) merupakan asam
lemah sehingga nilai Ka dapat dicari dengan
rumus berikut.
[H+] =
Ka ×M
2 × 10–4,5 = K a × 0,020
4 × 10–9 = Ka × 0,02
Ka = 2 × 10–7
Mencari Nilai Kb:
[H+] =
5 × 10–7 =
25 × 10–14 =
× [CO23 − ]
[Na2CO3] = [CO32–]
84
[NaOH] = 2 × [Na2CO3]
= 2 × [CO32–]
= 2 × 0,4 M
= 0,8 M
Massa NaOH yang diperlukan:
Kb =
Kw
Kb
×Ka
10−14
Kb
10−14
Kb
× 2 × 10−7
× 2 × 10–7
10−14 × (2 × 10−7 )
25 × 10−14
Kb = 8 × 10–9
pH larutan NH3 mula-mula:
[OH–] =
=
Kb × M
8 × 10−9 × 0,06
−10
= 4,8 × 10
= 2,2 × 10–5
pOH = –log [OH–]
= –log 2,2 × 10–5
= 5 – log 2,2
pH
= 14 – (5 – log 2,2)
= 9 + log 2,2
Jadi, pH awal NH3 sebesar 9 + log 2,2.
19. Jawaban: a
Kalium nitrit (KNO 2) merupakan garam basa
karena terbentuk dari basa kuat (KOH) dan asam
lemah (HNO2).
KNO2(aq) → K+(aq) + NO2–(aq)
K+(aq) + H2O(A) ⎯→
NO2–(aq) + H2O(A) U HNO2(aq) + OH–(aq)
Mr KNO2 = Ar K + Ar N + (2 × Ar O)
= 39 + 14 + (2 × 16)
= 85 g mol–1
MKNO =
2
=
1.000
50
massa
Mr
×
0,68
85
1.000
50
×
= 0,16 M
[KNO2] = [NO2–]
[OH–] =
=
Kw
Ka
× [NO2− ]
−14
10
10 −6
= 16 × 10−10
= 4 × 10–5
[OH–] × [H+] = Kw
4 × 10–5 × [H+] = 10–14
10 −14
4 × 10 −5
= 2,5 × 10–10
Jadi, nilai [H+] sebesar 2,5 × 10–10.
20. Jawaban: c
Larutan Na 3PO 4 adalah garam basa karena
terbentuk dari basa kuat (NaOH) dan asam lemah
(H3PO4).
Na3PO4(aq) → 3Na+(aq) + PO43–(aq)
pH = 12
pOH = 14 – 12 = 2
[OH–] = 10–2
[OH–] =
10–2 =
10–4 =
Kw
Ka
× [PO34 − ]
10 −14
× [PO34 − ]
4,3 × 10 −11
10 −14
4,3 × 10 −11
(4,3 × 10−11) × 10 −4
10−14
= 0,43
[Na3PO4] = [PO43–]
MNa
3PO4
=
massa
Mr
× 1.000
V
0,43 = massa × 1.000
164
250
massa = 0,43 × 164 × 250
1.000
= 17,63 gram
Jadi, massa Na3PO4 yang dilarutkan sebesar
17,63 gram.
21. Jawaban: b
Larutan penyangga mengandung campuran asam
lemah dan basa konjugasinya atau basa lemah
dan asam konjugasinya. Oleh karena itu,
pasangan spesi kimia tersebut yang dapat
membentuk larutan penyangga adalah H2CO3 dan
HCO3– dan H2PO4– dan HPO42–, dan HCO3– dan
CO32–. Namun, larutan penyangga yang terdapat
dalam cairan intrasel adalah H2PO4– dan HPO42–.
Penyangga H2CO3 dan HCO3– terdapat dalam
cairan ekstra sel. Adapun larutan penyangga
HCO 3– dan CO 32– tidak terdapat dalam darah
manusia.
22. Jawaban: a
Campuran antara NH4Cl (garam) dan NH3 (basa
lemah, membentuk larutan penyangga basa.
pKb = 5,75
Kb = 10–5,75
pH = 8,25
pOH = 14 – 8,25 = 5,75
[OH–] = 10–5,75
× 0,16
[H+] =
[PO43–] =
× [PO43–]
[OH–] = Kb ×
mol basa
mol garam
10–5,75 = 10–5,75 ×
mol basa
mol garam
mol basa
mol garam
= 1
1
Jadi, perbandingan mol antara NH4Cl : NH3 adalah
1 : 1.
23. Jawaban: e
Larutan penyangga adalah larutan yang dapat
mempertahankan pH akibat penambahan sedikit
asam, sedikit basa, atau pengenceran. Berdasarkan keterangan tersebut, larutan S dan T termasuk
larutan penyangga karena pH relatif stabil terhadap penambahan sedikit asam maupun basa.
Sementara itu, larutan P, Q, dan R cenderung
tidak dapat mempertahankan pH larutan.
Kimia Kelas XI
85
24. Jawaban: a
Mol Al2(SO4)3 = M × V
= 0,2 M × 20 mL
= 4 mmol
pH = 8,5
pOH = 14 – 8,5 = 5,5
[OH–] = 10–5,5
[OH–]
=
10–5,5 =
10–0,5 =
mol Al(OH)3
Kb ×
n × mol Al2 (SO 4 )3
10–5 × mol Al(OH)3
3 × 4 mmol
mol Al(OH)3
12 mmol
mmol Al(OH)3 = 0,316 × 12 mmol
= 3,792 mmol
M = mol
V
VAl(OH) = mol =
3
M
3,792 mmol
0,2 M
= 18,96 mL
Jadi, volume Al(OH)3 yang diperlukan sebesar
18,96 mL.
25. Jawaban: a
Mol NH4OH = M × V
= 2 M × 0,1 L
= 0,2 mol
pH NH4OH = 11
pOH = 14 – 11 = 3
[OH–] = 10–3
[OH–] =
Kb × M
10–3 =
Kb × 2
mol NH4OH
mol NH4Cl
10–5 = 5 × 10–7 ×
mol NH4Cl =
0,2
mol NH4Cl
(5 × 10 −7 ) × 0,2
10 −5
= 0,01 mol
Jadi, mol NH 4Cl yang ditambahkan sebesar
0,01 mol.
26. Jawaban: b
Titik akhir titrasi:
mol ekuivalen H2SO4 = mol ekuivalen NaOH
(a × M × V) H2SO4 = (b × M × V) NaoH
2 × 0,1 M × 10 mL = 1 × M × 20 mL
M NaOH = 0,1 M
86
M=
massa
Mr
×
0,1 =
massa
40
× 1.000
1.000
V (mL)
20
massa = 0,1× 40 × 20
1.000
= 0,08 g
Jadi, massa NaOH yang bereaksi adalah 0,08 g.
27. Jawaban: b
Volume asam klorida (HCl) = 50 mL
pH HCl = 3 – log 2
[H+]= 2 × 10–3
Asam klorida (HCl) merupakan asam kuat
sehingga konsentrasi HCl:
[H+] = M × valensi asam
2 × 10–3 = M × 1
M = 2 × 10–3
Konsentrasi NaOH = 0,01 M
VNaOH = …?
Reaksi penetralan = titrasi, sehingga konsentrasi
NaOH dapat dicari menggunakan rumus titrasi.
mol ekuivalen NaOH = mol ekuivalen HCl
VNaOH × MNaOH × valensi basa
= VHCl × MHCl × valensi asam
VNaOH × 0,01 M × 1 = 50 mL × 0,002 M × 1
VNaOH =
10–6 = Kb × 2
Kb = 5 × 10–7
Campuran antara NH4OH dengan NH4Cl akan
membentuk larutan penyangga basa.
pH = 9
pOH = 14 – 9 = 5
[OH–] = 10–5
[OH–] = Kb ×
Massa NaOH:
Ulangan Tengah Semester
50 mL × 0,002 M
0,01 M
= 10 mL
Jadi, volume NaOH yang dibutuhkan sebanyak
10 mL.
28. Jawaban: d
pH awal NaOH ( basa kuat):
[OH–] = M × valensi basa
= 0,1 × 1
= 0,1
pOH = –log [OH–]
= –log 10–1
=1
pH
= 14 – 1 = 13
pH setelah titrasi:
Mol NaOH = M × V = 0,1 M × 20 mL = 2 mmol
Mol HCl = M × V = 0,1 M × 10 mL = 1 mmol
NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(A)
Mol mula-mula :
2
1
–
–
Mol bereaksi :
1
1
1
1
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Mol sisa
:
1
–
1
1
Tersisa basa kuat (NaOH) sehingga pH
menggunakan rumus basa kuat.
MNaOH =
mol sisa basa
volume total
= 1 = 0,033 M
30
[OH–] = M × valensi basa
= 0,033 M × 1
= 3,3 × 10–2
pOH = –log [IH–]
= –log 3,3 × 10–2
= 2 – log 3,3
pH = 14 – (2 – log 3,3)
= 12 + log 3,3
Jadi, pH awal dan akhir NaOH berturut-turut
adalah 13 dan 12 + log 3,3.
HCO3– + NH4+ U H2CO3 + NH3
c.
Basa
2
d.
Asam
2 mL × 0,1 M × 2 ≠ 10 mL × 0,25 × 1
0,4 ≠ 2,5
2) 6 mL × 0,1 M × 2 ≠ 10 mL × 0,25 × 1
0,6 ≠ 2,5
3) 12,5 mL × 0,1 M × 2 = 10 mL × 0,25 × 1
2,5 = 2,5
4) 25 mL × 0,1 M × 2 ≠ 10 mL × 0,25 × 1
5,0 ≠ 2,5
5) 30 mL × 0,1 M × 2 ≠ 10 mL × 0,25 × 1
6 ≠ 2,5
Jadi, titik ekuivalen terdapat pada percobaan 3).
30. Jawaban: a
VH S = 30 mL
2
MH S = . . . ?
2
valensi asam = 2
VKOH = 20 mL
MKOH = 0,4 M
valensi basa = 1
VH S × MH S × valensi asam
2
2
= VKOH × MKOH × valensi basa
30 mL × MH S × 2 = 20 mL × 0,4 M × 1
2
MH
2S
=
20 mL × 0,4 M × 1
30 mL × 2
= 0,133 M
Jadi, konsentrasi asam sulfida (H2S) sebesar
0,133 M.
B. Uraian
1. a.
HNO2 + CH3COOH U NO2– + CH3COOH2+
Asam
b.
Basa
Basa
konjugasi
Asam
konjugasi
Pasangan asam-basa konjugasi
HNO2 dan NO2–
CH3COOH dan CH3COOH2+
CH3COOH + H2O U CH3COO– + H3O+
Asam
Basa
Basa
konjugasi
Pasangan asam-basa konjugasi
CH3COOH dan CH3COO–
H2O dan H3O+
Asam
konjugasi
Basa
Asam
konjugasi
Basa
konjugasi
Pasangan asam-basa konjugasi
H2C2O4 dan HC2O4–
H2O dan H3O+
2
1)
Asam
Basa
konjugasi konjugasi
Pasangan asam-basa konjugasi
NH4+ dan NH3
HCO3– dan H2CO3
H2C2O4 + H2O U H3O+ + HC2O4–
29. Jawaban: c
Titik ekuivalen terjadi saat mol ekuivalen Ba(OH)2
= mol ekuivalen HI.
VBa(OH) × MBa(OH) × valensi basa
= VHI × MHI × valensi asam
Asam
2. NH4OH U NH+4 + OH–
MNH
4OH
=
g
Mr
·
1.000
V
3,5
1.000
= 35 · 400 = 0,25 M
[OH–] = [NH4OH] · α
= 0,25 × 0,01
= 2,5 × 10–3 M
pOH = –log [OH–]
= –log 2,5 × 10–3
= 3 – log 2,5
pH = pKw – pOH
= 14 – (3 – log 2,5)
= 11 + log 2,5
Jadi, pH larutan NH4OH tersebut 11 + log 2,5.
3. pH LOH = 9 + log 3
pOH = pKw – pH
= 14 – (9 + log 3)
= 5 – log 3
–log [OH–] = –log 3 × 10–5
[OH–] = 3 × 10–5
[OH–] =
3 × 10–5 =
9×
Kb × M
K b × 0,05
10–10
= Kb × 0,05
Kb = 1,8 × 10–8
Garam LNO3 terbentuk dari basa lemah LOH dan
asam kuat HNO3 sehingga bersifat asam.
pH = 5
–log [H+] = –log 10–5
[H+] = 10–5
[H+] =
Kw
Kb
10–5 =
10 −14
1,8 × 10 −8
10–10 =
[L+] =
×M
10−14
1,8 × 10−8
× [L+ ]
× [L+]
1,8 × 10−8 (10−10 )
10−14
= 1,8 × 10–4
Kimia Kelas XI
87
LNO3(aq) → L+(aq) + NO3–(aq)
1,8 × 10–4
1,8 × 10–4
Mol Ca(OH)2 =
1,8 × 10–4
[LNO3] = 1,8 × 10–4 M
MLNO
gLNO3
=
3
M r LNO 3
0,02
M r LNO 3
1,8 × 10–4 =
Mr LNO3 =
×
1.000
V
1.000
0,02 ⋅ 1.000
= 1,8
= 148
4. Konsentrasi kalium sianida (KCN) setelah
pengenceran:
M1 × V1 = M2 × V2
0,4 M × 30 mL = M2 × 100 mL
0,4 M × 30 mL
100 mL
= 0,12 M
Larutan KCN adalah garam basa karena berasal
dari basa kuat (KOH) dan asam lemah (HCN).
KCN(aq) + H2O(A) → K+(aq) + HCN(aq) + OH–(aq)
0,12 M
[OH–]
0,12 M
=
=
=
Kw
Ka
0,12 M
0,12 M
× [CN− ]
10−14
2,4 × 10−4
× 0,12 M
5 × 10−12
= 5 × 10–6
pOH = –log [OH–]
= –log 5 × 10–6
= 6 – log 5
pH
= 14 – (6 – log 5 )
= 8 + log 5
Jadi pH larutan menjadi 8 + log 5 .
5. Larutan penyangga yang berasal dari H2S(asam
lemah) dan CaS (garamnya) adalah penyangga
asam. Apabila larutan penyangga asam
ditambahkan suatu basa maka basa tersebut akan
bereaksi dengan asam lemah untuk mempertahankan pH. Reaksinya sebagai berikut.
Mol H2S = 0,05 mol
Mol CaS = 0,08 mol
88
Ulangan Tengah Semester
0,224
22,4
= 0,01 mol
mol asam
mol garam
0,04
× 10–5 × 0,09
[H+] = Ka ×
Mr LNO3 = (1 × Ar L) + (1 × Ar N) + (3 × Ar O)
148 = Ar L + (1 × 14) + (3 × 16)
148 = Ar L + 14 + 48
148 = Ar L + 62
Ar L = 148 – 62
= 86
Jadi, massa atom relatif atom L adalah 86 g mol–1.
M2 =
=
H2S(aq) + Ca(OH)2(aq) → CaS(aq) + 2H2O(A)
Mol mula-mula : 0,05
0,01
0,08
–
Mol bereaksi : –0,01
–0,01
+0,01
+0,02
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Mol sisa
: 0,04
–
0,09
0,02
× 750
1,8 ⋅ 10 −4 ⋅ 750
mol Ca(OH)2
VSTP
= 8 × 10–6
pH = –log [H+]
= –log 8 × 10–6
= 6 – log 8
Jadi, pH larutan setelah ditambahkan larutan
Ca(OH)2 adalah 6 – log 8.
6. Campuran antara asam asetat (CH 3COOH)
dengan NaOH yang menghasilkan pH = 3
merupakan larutan penyangga asam.
CH3COOH(aq) + NaOH(s) → CH3COONa(aq) +
H2O(A)
Mol CH3COOH = M × V = 0,8 M × 0,5 L = 0,4 mol
pH = 3
[H+] = 10–3
mol CH3COOH
mol CH3COONa
0,4
10–5 × mol CH COONa
3
[H+] = Ka ×
10–3 =
mol CH3COONa =
10−5 × 0,4
10−3
= 0,004 mol
mol NaOH = mol CH3COONa = 0,004 mol
massa NaOH = n × Mr NaOH
= 0,004 mol × 40 g mol–1
= 0,16 g
Jadi, NaOH yang ditambahkan sebanyak 0,16 g.
7. pH sebelum penambahan NaOH
[H+] = Ka ×
mol HCOOH
mol HCOONa
= 2 × 10–4 ×
0,3
0,3
= 2 × 10–4
pH = –log [H+] = –log 2 × 10–4 = 4 – log 2
pH setelah penambahan NaOH
mol NaOH =
massa
Mr
=
2g
40 g mol−1
= 0,05 mol
NaOH(aq) + HCOOH(aq) → HCOONa(aq) + H2O(A)
Mula-mula :
0,05
0,3
0,3
–
Bereaksi : –0,05
–0,05
+0,05
+0,05
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
:
–
0,25
0,35
0,05
[H+] = Ka ×
mol HCOOH
mol HCOONa
= 2 × 10–4 ×
= 1,43 × 10–4
0,25
0,35
pH = –log [H+]
= –log 1,43 × 10–4
= 4 – log 1,43
Massa Ca(OH)2 = n × Mr Ca(OH)2
= 0,075 × 74
= 5,55 gram
8. [NaOH] = 0,1 M
VH SO = 100 mL
2
4
[H2SO4] = 0,2 M
Persamaan reaksi:
2NaOH + H2SO4 → Na2SO4 + 2H2O
mmol ekuivalen H2SO4 = mmol ekuivalen NaOH
MH SO · VH SO · valensi = MNaOH · VNaOH · valensi
2
4
2
4
0,2 M · 100 mL · 2 = 0,1 M · VNaOH · 1
VNaOH =
0,2 ⋅ 100 ⋅ 2
0,1
= 400 mL
Jadi, volume NaOH yang digunakan untuk
menetralkan 100 ml larutan H2SO4 0,2 M adalah
400 mL.
9. Titik ekuivalen: mol Ca(OH)2 = mol HCl
Mol HCl = M × V = 0,2 M × 15 mL = 3 mmol
Mol Ca(OH)2 dalam 500 mL air =
500
20
× 3 mmol
= 75 mmol
= 0,075 mol
Kadar Ca(OH)2 =
5,55
5,92
× 100% = 93,75%
Jadi, kadar Ca(OH)2 dalam cuplikan sebesar 93,75%.
10. Pengenceran:
Larutan baku KOH = larutan KOH hasil pengenceran
Vbaku × Mbaku = Vhasil pengenceran × Mhasil pengenceran
25 mL × Mbaku = 100 mL × Mhasil pengenceran
Titrasi:
Jumlah grek H2SO4 = jumlah grek KOH
VH SO × MH SO × valensi asam
2
4
2
4
= VKOH × MKOH × valensi basa
10 mL × 0,1 N = 20 mL × MKOH × 1
MKOH = 0,05 M
Dari hasil titrasi didapatkan konsentrasi KOH
0,05 M. Konsentrasi tersebut merupakan
konsentrasi KOH hasil pengenceran sehingga
untuk mendapatkan konsentrasi larutan baku
KOH sebagai berikut.
25 mL × Mbaku = 100 mL × 0,05 M
Mbaku =
100 mL × 0,05 M
25 mL
= 0,2 M
Jadi, konsentrasi larutan baku KOH sebesar 0,2 M.
Kimia Kelas XI
89
Setelah mempelajari bab ini, peserta didik mampu:
1. menjelaskan kelarutan dan hasil kali kelarutan (Ksp) beserta hubungannya;
2. menjelaskan pengaruh ion sejenis serta memprediksi terjadinya endapan dari suatu reaksi berdasarkan harga Ksp-nya.
Berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai, peserta didik:
1. menyadari adanya keteraturan pada kelarutan berbagai jenis zat sebagai wujud rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
2. mampu mengembangkan rasa ingin tahu, jiwa kreatif, inovatif, teliti, ulet, dan bertanggung jawab dalam melakukan percobaan
serta mampu menyajikan dan menganalisis data hasil percobaan;
3. menghargai kerja individu dan kelompok dalam mengerjakan tugas.
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Mempelajari
Pengaruh Ion Sejenis dan Perkiraan Terbentuknya
Endapan Berdasarkan Harga Ksp
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)
Mencakup
•
•
•
Kelarutan (s)
Hasil Kali Kelarutan (Ksp)
Hubungan Kelarutan dengan Hasil Kali Kelarutan
Mencakup
•
•
•
•
•
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kelarutan
Penambahan Ion Sejenis
Perkiraan Terbentuknya Endapan Berdasarkan Harga
Ksp
Hubungan Antara Harga Ksp dan pH
Aplikasi Prinsip Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dalam
Kehidupan Sehari-hari
Mampu
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
90
Menjelaskan pengertian kelarutan dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
Menentukan hasil kali kelarutan suatu garam (Ksp).
Menentukan hubungan kelarutan dengan Ksp.
Menjelaskan pengaruh ion sejenis terhadap kelarutan zat.
Menentukan terbentuk atau tidaknya suatu endapan berdasarkan harga Ksp.
Menyajikan hasil rancangan percobaan pemisahan campuran ion logam dalam larutan.
Menyajikan laporan percobaan mengenai pemisahan campuran ion logam dalam larutan.
Menjelaskan aplikasi prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan dalam kehidupan sehari-hari.
Menyadari adanya keteraturan pada kelarutan berbagai jenis zat sebagai wujud rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Mempunyai jiwa kreatif, teliti, dan menghargai hasil kerja kelompoknya.
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Ksp PbCO3 = [Pb2+][CO32–]
7,4 × 10–14 = (s)(s)
7,4 × 10–14 = s2
A. Pilihan Ganda
1. Jawaban: d
Misal: kelarutan Zn(OH)2 = s
Zn(OH)2(s)
Zn2+(aq) + 2OH–(aq)
s
s
Ksp Zn(OH)2 = [Zn2+][OH–]2
8x = (s) (2s)2
8x = 4s3
s=
3)
s
4
2. Jawaban: e
Misal: kelarutan Hg2CO3 = s mol L–1
Hg2CO3(s)
2Hg+(aq) + CO32–(aq)
2s
4)
MnS(s)
s
3
9,0 × 10 −15
4
=
3
2,25 × 10 −15
5)
s
= 2s
= 2(1,31 × 10–5 mol L–1)
= 2,62 × 10–5 mol L–1
Jadi, konsentrasi ion Hg+ dalam larutan jenuh
Hg2CO3 sebesar 2,62 × 10–5 mol L–1.
3. Jawaban: a
Garam yang paling sukar larut adalah garam yang
mempunyai kelarutan paling kecil.
1) CuCN(s)
Cu+(aq) + CN–(aq)
s
Ksp CuCN = [Cu+] [CN–]
3,5 × 10–20 = (s)(s)
3,5 × 10–20 = s2
s
3,5 × 10 −20
= 1,9 × 10–10 mol L–1
Pb2+(aq) + CO32–(aq)
s
[S2–]
3,0 × 10 −14
= 1,7 × 10–7 mol L–1
BiAsO4(s)
Bi3+(aq) + AsO43–(aq)
s
s
s
Ksp BiAsO4 = [Bi3+] [AsO43–]
4,4 × 10–10 = (s) (s)
4,4 × 10–10 = s2
= 1,31 × 10–5 mol L–1
PbCO3(s)
s
Ksp MnS =
3,0 × 10–14 = (s) (s)
3,0 × 10–14 = s2
[Hg+]
2)
s
s=
s=
s=
3
[Mn2+]
s
s
5,5 × 10 −16
4
= 5,2 × 10–6 mol L–1
Mn2+(aq) + S2–(aq)
s=
Ksp Hg2CO3 = [Hg+]2 [CO32–]
9 × 10–15 = (2s)2 (s)
9 × 10–15 = 4s3
s
2s
[OH–]2
Ksp Ni(OH)2 =
5,5 × 10–16 = (s) (2s)2
5,5 × 10–16 = 4s3
3 8x
2x .
s
s
[Ni2+]
= 3 2x
Jadi, kelarutan Zn(OH)2 dalam air murni adalah
3
7,4 × 10 −14
= 2,7 × 10–7 mol L–1
Ni(OH)2(s)
Ni2+(aq) + 2OH–(aq)
s=
2s
4,4 × 10 −10
= 2,1 × 10–5 mol L–1
Jadi, garam yang paling sukar larut adalah
tembaga(I) sianida.
s=
4. Jawaban: e
Misal: kelarutan La(IO3)3 = s mol L–1
La(IO3)3(s)
La3+(aq) + 3IO3–(aq)
s
s
3s
Ksp La(IO3)2 = [La3+] [IO3–]3
7,5 × 10–12 = (s) (3s)3
7,5 × 10–12 = 27s4
s=
4
7,5 × 10 −12
27
= 7,3 × 10–4 mol L–1
Jadi, kelarutan La(IO 3 ) 3 dalam air sebesar
7,3 × 10–4 mol L–1.
Kimia Kelas XI
91
5. Jawaban: a
1) PbCl2(s)
Pb2+(aq) + 2Cl–(aq)
s
s
2s
s
2)
3
1,7 × 10−5
4
s=
= 1,6 × 10–2 mol L–1
[Pb2+] = 1,6 × 10–2 mol L–1
PbCO3(s)
Pb2+(aq) + CO32–(aq)
s
s
s
s = 1 × 10 −13
= 3,2 × 10–7 mol L–1
2+
[Pb ] = 3,2 × 10–7 mol L–1
PbSO4(s)
Pb2+(aq) + SO42–(aq)
s
s
Ksp PbSO4 =
s
[Pb2+]
[SO42–]
2 × 10–8 = s2
s = 2 × 10 −8
= 1,4 × 10–4 mol L–1
2+
[Pb ] = 1,4 × 10–4 mol L–1
PbCrO4(s)
Pb2+(aq) + CrO42–(aq)
s
s
CaCO3(s)
2 × 10–14 = s2
−14
s = 2 × 10
= 1,4 × 10–7 mol L–1
2+
[Pb ] = 1,4 × 10–7 mol L–1
Pb(OH)2(s)
Pb2+(aq) + 2OH–(aq)
s
Ksp Pb(OH)2 =
[Pb2+]
2s
[OH–]2
1 × 10–16 = (s) (2s)2
1 × 10–16 = 4s3
s=
3
1 × 10 −16
4
= 2,9 × 10–6 mol L–1
2+
[Pb ] = 2,9 × 10–6 mol L–1
Jadi, konsentrasi ion timbal terbesar terdapat
dalam larutan jenuh PbCl2 dengan konsentrasi ion
timbal sebesar 1,6 × 10–2 mol L–1.
92
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
3
2,05 × 10 −12
= 1,3 × 10–4 mol L–1
Ca2+(aq) + CO32–(aq)
s
s
2,8 × 10 −9
= 5,3 × 10–5 mol L–1
Jadi, kelarutan Ag2CO3 dalam air lebih besar
daripada kelarutan CaCO3 dalam air (Ag2CO3
lebih mudah larut dalam air dibandingkan CaCO3).
s=
s
s
2s
Ksp MgF2 = [Mg2+] [F–]2
5,2 × 10–11 = (s) (2s)2
5,2 × 10–11 = 4s3
s=
s
2 × 10–14 = (s) (s)
s
−12
3 8,1 × 10
4
Ksp CaCO3 = [Ca2+] [CO32–]
2,8 × 10–9 = (s) (s)
2,8 × 10–9 = s2
Ksp PbCrO4 = [Pb2+] [CrO42–]
5)
s
7. Jawaban: d
MgF2(s)
Mg2+(aq) + 2F–(aq)
2 × 10–8 = (s) (s)
4)
=
s
Ksp PbCO3 = [Pb2+] [CO32–]
1 × 10–13 = (s) (s)
1 × 10–13 = s2
3)
2s
Ksp Ag2CO3 = [Ag+]2 [CO32–]
8,1 × 10–12 = (2s)2 (s)
8,1 × 10–12 = 4s3
Ksp PbCl2 = [Pb2+] [Cl–]2
1,7 × 10–5 = (s) (2s)2
1,7 × 10–5 = 4s3
s=
6. Jawaban: e
2Ag+(aq) + CO32–(aq)
Ag2CO3(s)
−11
3 5,2 × 10
4
= 2,4 × 10–4 mol L–1
[MgF2] = s
= 2,4 × 10–4 mol L–1
= 2,4 × 10–4 mmol mL–1
Mol MgF2 = [MgF2] × volume
= 2,4 × 10–4 mmol mL–1 × 200 mL
= 4,8 × 10–2 mmol
Massa MgF2 = mol MgF2 × Mr MgF2
= 4,8 × 10–2 mmol × 62 mg mmol–1
= 2,976 mg
Jadi, kelarutan MgF2 dalam 200 mL air sebesar
2,976 mg.
8. Jawaban: b
1) SrCO3(s)
s
Sr2+(aq) + CO32–(aq)
s
s
Ksp SrCO3 = [Sr2+] [CO32–]
1 × 10–9 = (s)
1 × 10–9 = s2
(s)
5 × 10–9 = (s) (s)
5 × 10–9 = s2
1 × 10−9
s=
= 3,16 × 10–5 mol L–1
2)
Fe(OH)2(s)
Fe2+(aq)
Ksp Fe(OH)2 =
[Fe2+]
s
+
2OH–(aq)
s
1 × 10–15 = (s)
1 × 10–15
= 4s3
s=
3
2s
[OH–]2
(2s)2
1× 10−15
4
B. Uraian
= 6,29 × 10–6 mol L–1
3)
s = 5 × 10−9
= 7,07 × 10–5 mol L–1
= 7,07 × 10–5 mol L–1 × Mr BaCO3
= 7,07 × 10–5 mol L–1 × 197 g mol–1
= 1,39 × 10–2 g L–1
Jadi, kelarutan BaCO3 adalah 1,39 × 10–2 g L–1.
1. a.
s
s
s
s
= 2 × 10–4 mol L–1
Sr2+(aq) + CrO42–(aq)
s
s = 9,8 × 10 −21
= 9,9 × 10–11 mol L–1
4 × 10−8
s=
s
b.
3,6 × 10−5
Mg3(PO4)2(s)
1×
10–5
massa Mg3 (PO4 )2
Mr Mg3 (PO4 )2
2,62 × 10 −3
262
×
×
3×
c.
2×
s
s
−29
5 6,8 × 10
108
Ksp Pb(OH)2 = 1,4 × 10–20
Pb2+(aq) + 2OH–(aq)
Pb(OH)2(s)
s
s
2s
Ksp Pb(OH)2 = [Pb2+] [OH–]2
1,4 × 10–20 = (s) (2s)2
1.000
1.000
1,4 × 10–20 = 4s3
s=
10–5
10. Jawaban: d
Ba2+(aq) + CO32–(aq)
BaCO3(s)
Ksp BaCO3 = [Ba2+][CO32–]
[AsO43–]2
= 9,1 × 10–7 mol L–1
1.000
V
Ksp Mg3 (PO4)2 = [Mg2+]3 [PO43–]2
= (3 × 10–5)3(2 × 10–5)2
= (27 × 10–15)(4 × 10–10)
= 108 × 10–25
= 1,08 × 10–23
Jadi, hasil kali kelarutan Mg 3 (PO 4) 2 adalah
1,08 × 10–23.
s
s=
= 1 × 10–5 M
3Mg2+(aq) + 2PO43–(aq)
10–5
2s
[Co2+]3
6,8 × 10–29 = (3s)3 (2s)2
6,8 × 10–29 = 108s5
9. Jawaban: c
=
3s
Ksp Co3(AsO4)2 =
(s)
= 6 × 10–3 mol L–1
Jadi, urutan senyawa dari yang paling sukar larut
yaitu Fe(OH)2, SrCO3, CaSO3, dan SrCrO4.
s = [Mg3(PO4)2] =
3Co2+(aq) + 2AsO43–(aq)
s
Ksp SrCrO4 = [Sr2+] [CrO42–]
s=
Ksp Co3(AsO4)2 = 6,8 × 10–29
Co3(AsO4)2
s
3,6 × 10–5 = (s)
3,6 × 10–5 = s2
s
9,8 × 10–21 = (s) (s)
9,8 × 10–21 = s2
4 × 10–8 = (s) (s)
4 × 10–8 = s2
SrCrO4(s)
s
Ksp AlPO4 = [Al3+] [PO43–]
Ksp CaSO3 = [Ca2+][SO32–]
4)
Al3+(aq) + PO43–(aq)
AlPO4(s)
Ca2+(aq) + SO32–(aq)
CaSO3(s)
Ksp AlPO4 = 9,8 × 10–21
−20
3 1,4 × 10
4
= 1,5 × 10–7 mol L–1
d.
Ksp FeS = 8,0 × 10–19
FeS(s)
s
Fe2+(aq) + S2–(aq)
s
s
Ksp FeS = [Fe2+] [S2–]
8,0 × 10–19 = (s) (s)
8,0 × 10–19 = s2
s = 8,0 × 10 −19
= 8,9 × 10–10 mol L–1
Jadi, urutan senyawa-senyawa dari yang paling
mudah larut yaitu Co3(AsO4)2, Pb(OH)2, FeS, dan
AlPO4.
Kimia Kelas XI
93
2. Kelarutan Ni(OH)2 dalam air sebesar 1,86 ppm
artinya sebanyak 1,86 mg Ni(OH)2 larut dalam 1
L air.
s = [Ni(OH)2] =
=
Ni(OH)2(s)
2×
1.000
V
massa Ni(OH)2
Mr Ni(OH)2
×
1,86 × 10-- 3 g
93 g mol--1
1.000
1.000
×
= 2 × 10–5 mol L–1
Ni2+(aq) + 2OH–(aq)
10–5
2×
10–5
4×
10–5
Ksp Ni(OH)2 = [Ni2+] [OH–]2
= (2 × 10–5)(4 × 10–5)2
= 3,2 × 10–14
Jadi, hasil kali kelarutan Ni(OH)2 sebesar 3,2 × 10–14.
3. PbSO4(s)
s
Pb2+(aq) + SO42–(aq)
s
s
Ksp PbSO4 = [Pb2+] [SO42–]
2 × 10–8 = (s)(s)
2 × 10–8 = s2
−8
s = 2 × 10
= 1,41 × 10–4 mol L–1
Mol PbSO4 yang terlarut dalam 500 mL air
= 1,41 × 10–4 mol L–1 × 0,5 L
= 0,705 × 10–4 mol
Massa PbSO4 = mol PbSO4 × Mr PbSO4
= 0,705 × 10–4 mol × 303 g mol–1
= 2,134 × 10–2 gram
Jadi, massa PbSO4 yang larut dalam 500 mL air
adalah 2,13 × 10–2 gram.
A. Pilihan Ganda
1. Jawaban: e
H2SO4(aq) → 2H+(aq) + SO42–(aq)
0,02 M
0,04 M
BaSO4(s)
Ba2+(aq) + SO42–(aq)
s
s
0,02 M
s
Diasumsikan s << 0,02 M sehingga [SO 42– ]
= 0,02 M.
Ksp BaSO4(s) = [Ba2+][SO42–]
1,08 × 10–10 = (s)(0,02)
s=
--10
1,08 × 10
2 × 10 −2
= 5,40 × 10–9 M
Jadi, kelarutan BaSO 4 dalam larutan H 2SO 4
0,02 M sebesar 5,40 × 10–9 M.
94
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
4. s = [CaSO4]
=
massa CaSO4
Mr CaSO4
=
0,136
136
×
×
1.000
V
1.000
1.000
= 0,001 M
= 1 × 10–3 M
Ca2+(aq) + SO42–(aq)
CaSO4(s)
s
s
s
Ksp CaSO4 = [Ca2+] [SO42–]
= (s)(s)
= (1 × 10–3)(1 × 10–3)
= 1 × 10–6
Jadi, hasil kali kelarutan CaSO4 adalah 1 × 10–6.
5. NiS(s)
s
Ni2+(aq) + S2–(aq)
s
s
Ksp NiS = [Ni2+] [S2–]
4,0 × 10–20 = (s)(s)
4,0 × 10–20 = s2
4,0 × 10 −20
= 2,0 × 10–10 mol L–1
= 2,0 × 10–10 mol L–1 × Mr NiS
= 2,0 × 10–10 mol L–1 × 91 g mol–1
= 1,82 × 10–8 g L–1
Jadi, kelarutan NiS dalam air sebesar
1,82 × 10–8 g L–1.
s=
2. Jawaban: b
Vlarutan = 200 mL = 0,2 L
pH = 11
pOH = 14 – pH = 14 – 11 = 3 → [OH–] = 10–3
Mg(OH)2(s)
Mg2+(aq) + 2OH–(aq)
Ksp Mg(OH)2 = [Mg2+][OH–]2
1 × 10–12 = [Mg2+](10–3)2
[Mg2+] =
1,0 × 10--12
10 −6
= 1,0 × 10–6 M
MgCl2(aq)2 → Mg2+(aq) + 2Cl–(aq)
[MgCl2] = [Mg2+]
= 1,0 × 10–6 M
mol MgCl2 = [MgCl2] × Vlarutan
= 1,0 × 10–6 M × 0,2 L
= 2,0 × 10–7 mol
Jadi, MgCl2 yang harus ditambahkan sebanyak
2,0 × 10–7 mol.
3. Jawaban: d
Endapan terbentuk apabila Qsp BaF2 > Ksp BaF2.
Misal: VBaCl2 = VNaF = 1L
1) Pada campuran BaCl2 0,004 M dan NaF 0,020 M
[Ba 2+ ] =
0,004 M × 1L
2L
0,020 M × 1L
2L
= 0,01 M
Pada campuran BaCl2 0,010 M dan NaF 0,015 M
0,01M × 1L
2L
[Ba 2+ ] =
0,015 M × 1L
2L
3)
= 0,0075 M
0,015 M × 1L
2L
0,01 M × 1 L
2L
4)
= 0,005 M, [F – ] =
Ksp BaF2 = 1,7 × 10–7
BaF2(s)
Ba2+(aq) + 2F–(aq)
Qsp BaF2 = [Ba2+] [F–]2
= (0,005) (0,0075)2
= 2,81 × 10–7
Qsp BaF2 > Ksp BaF2 sehingga terbentuk
endapan BaF2.
Pada campuran BaCl2 0,015 M dan NaF 0,010 M
[Ba 2+ ] =
= 0,0075 M, [F – ] =
= 0,005 M
Ksp BaF2 = 1,7 × 10–7
BaF2(s)
Ba2+(aq) + 2F–(aq)
Qsp BaF2 = [Ba2+] [F–]2
= (0,0075) (0,005)2
= 1,88 × 10–7
Qsp BaF2 > Ksp BaF2 sehingga terbentuk
endapan BaF2.
Pada campuran BaCl2 0,020 M dan NaF 0,002 M
[Ba 2+ ] =
0,02 M × 1L
2L
0,002 M × 1L
2L
= 0,001 M
Ksp BaF2 = 1,7 × 10–7
[Ba2+] =
= 0,01 M, [F – ] =
0,08 M × 1L
2L
0,04 M × 1L
2L
= 0,002 M, [F – ] =
Ksp BaF2 = 1,7 × 10–7
BaF2(s)
Ba2+(aq) + 2F–(aq)
Qsp BaF2 = [Ba2+] [F–]2
= (0,002) (0,01)2
= 2 × 10–7
Qsp BaF2 > Ksp BaF2 sehingga terbentuk
endapan BaF2.
2)
5)
BaF2(s)
Ba2+(aq) + 2F–(aq)
Qsp BaF2 = [Ba2+] [F–]2
= (0,01) (0,001)2
= 1 × 10–8
Qsp BaF2 < Ksp BaF2 sehingga tidak terjadi
endapan.
Pada campuran BaCl2 0,080 M dan NaF 0,040 M
= 0,04 M, [F–] = 0,04 M =
= 0,02 M
Ksp BaF2 = 1,7 × 10–7
BaF2(s)
Ba2+(aq) + 2F–(aq)
Qsp BaF2 = [Ba2+] [F–]2
= (0,04) (0,02)2
= 1,6 × 10–5
Qsp BaF2 > Ksp BaF2 sehingga terbentuk
endapan BaF2.
Jadi, campuran larutan yang tidak menghasilkan
endapan adalah BaCl2 0,020 M dan NaF 0,002 M.
4. Jawaban: c
mol CaCl2 = MCaCl2 × VCaCl2
= 0,05 M × 200 mL
= 10 mmol
mol K2CO3 = MK2CO3 × VK2CO3
= 0,05 M × 200 mL
= 10 mmol
CaCl2(aq) +
K2CO3(s) → CaCO3(s) + 2KCl(aq)
Mula-mula: 10 mmol
10 mmol
–
–
Reaksi
: 10 mmol
10 mmol
10 mmol
20 mmol
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
:
–
–
10 mmol
20 mmol
10 mmol
[CaCO3] = 200 mL + 200 mL
= 2,5 × 10–2 M
Qsp CaCO3 = [Ca2+][CO32–]
= (2,5 × 10–2)(2,5 × 10–2)
= 6,25 × 10–4
Qsp > Ksp sehingga terbentuk endapan CaCO3
Massa CaCO3 = mol CaCO3 × Mr CaCO3
= 10 mmol × 100 mg mmol–1
= 1.000 mg
= 1 gram
Jadi, massa zat yang mengendap sebesar 1 gram.
5. Jawaban: d
Misal: kelarutan BaCO3 = s mol L–1
1) Akuades
BaCO3(s)
Ba2+(aq) + CO32–(aq)
s
s
s
Ksp BaCO3 = [Ba2+] [CO32–]
Kimia Kelas XI
95
6. Jawaban: d
Endapan garam terbentuk jika Qsp < Ksp.
Ksp BaCO3 = (s) (s)
K sp BaCO3
s=
2)
Larutan BaCl2 0,10 M
BaCO3(s)
Ba2+(aq) + CO32–(aq)
s
s
BaCl2(aq) →
0,1 M
s
Ba2+(aq)
+ 2Cl–(aq)
0,1 M
0,2 M
Diasumsikan s << 0,1 M sehingga [Ba2+] =
0,1 M.
Ksp BaCO3 = [Ba2+] [CO32–]
Ksp BaCO3 = (0,1) (s)
s=
3)
K sp BaCO3
0,1
Larutan Na2CO3 0,15 M
Ba2+(aq) + CO32–(aq)
BaCO3(s)
s
s
71mg
Mol Na2SO4 = 142 mg mmol−1
= 0,5 mmol
= 5 × 10–4 mol
[Na2SO4] =
= 5 × 10–4 M
Na2SO4(aq) → 2Na+(aq) + SO42–(aq)
[SO42–] = 5 × 10–4 M
[Ca2+] = [Sr2+] = [Ba2+] = 0,01 M
Penambahan Na2SO4 mengakibatkan terbentuknya garam CaSO4, SrSO4, dan BaSO4.
1)
0,30 M
0,15 M
s=
4)
K sp BaCO3
2)
SrSO4(s)
Sr2+(aq) + SO42–(aq)
Ksp SrSO4 = 2,8 × 10–7
QspSrSO4 = [Sr2+] [SO42–]
= (0,01) (5 × 10–4)
= 5 × 10–6
QspSrSO4 > KspSrSO4 ⇒ terbentuk endapan
SrSO4
3)
BaSO4(s)
0,15
Larutan Al2(CO3)3 0,1 M
Ba2+(aq) + CO32–(aq)
BaCO3(s)
s
s
s
Al2(CO3)3(aq) → 2Al3+(aq) + 3CO32–(aq)
0,1 M
0,2 M
0,3 M
Diasumsikan s << 0,3 M sehingga [CO32–] =
0,3 M.
Ksp BaCO3 = [Ba2+] [CO32–]
Ksp BaCO3 = (s) (0,3)
s=
5)
K sp BaCO3
0,3
Larutan (NH4)2CO3 0,20 M
BaCO3(s)
Ba2+(aq) + CO32–(aq)
s
s
s
(NH4)2CO3(aq) → 2NH4+(aq) + CO32–(aq)
0,2 M
0,4 M
0,2 M
Diasumsikan s << 0,2 M sehingga [CO32–] =
0,2 M.
Ksp BaCO3= [Ba2+] [CO32–]
Ksp BaCO3 = (s) (0,2)
s=
K sp BaCO3
0,2
Jadi, kelarutan BaCO3 paling kecil terdapat pada
larutan Al2(CO3)3 0,1 M.
96
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Ca2+(aq) + SO42–(aq)
Qsp CaSO4 = [Ca2+] [SO42–]
= (0,01) (5 × 10–4)
= 5 × 10–6
Qsp CaSO4 < Ksp CaSO4 ⇒ tidak terbentuk
endapan CaSO2
Diasumsikan s << 0,15 M sehingga [CO32–]
= 0,15 M.
Ksp BaCO3 = [Ba2+] [CO32–]
Ksp BaCO3 = (0,15) (s)
CaSO4(s)
Ksp CaSO4 = 2,4 × 10–5
s
Na2CO3(aq) → 2Na+(aq) + CO32–(aq)
0,15 M
5 × 10--4 mol
1L
Ba2+(aq) + SO42–(aq)
Ksp BaSO4 = 1,08 × 10–10
Qsp BaSO4 = [Ba2+] [SO42–]
= (0,01) (5 × 10–4)
= 5 × 10–6
Qsp BaSO4 > Ksp BaSO4 ⇒ terbentuk endapan
BaSO4
Jadi, garam yang akan mengendap yaitu SrSO4
dan BaSO4.
7. Jawaban: c
pH = 9 + log 4
pOH = 14 – pH = 14 – (9 + log 4)= 5 – log 4
pOH = –log [OH–]
5 – log 4 = –log [OH–]
[OH–] = 4 × 10–5 M
Mn(OH)2(s)
Mn2+(aq) + 2OH–(aq)
2 × 10–5 M ≈ 4 × 10–5 M
Ksp Mn(OH)2 = [Mn2+][OH–]2
= (2 × 10–5)(4 × 10–5)2
= 3,2 × 10–14
Jadi, harga Ksp Mn(OH)2 pada suhu tersebut
adalah 3,2 × 10–14.
8. Jawaban: c
Ion-ion yang terdapat dalam labu sebagai berikut.
[CrO42–] = 0,1 mol dm–3 = 0,1 M
[Cl–] = 0,1 mol dm–3 = 0,1 M
[I–] = 0,1 mol dm–3 = 0,1 M
Penambahan larutan AgNO3 ke dalam larutan
yang berisi ion-ion tersebut akan menghasilkan
garam Ag2CrO4, AgCl, dan AgI.
1) Ag2CrO4; Ksp = 3 × 10–12
2Ag+(aq) + CrO42–(aq)
Ag2CrO4(s)
Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2 [CrO42–]
3 × 10–12 = [Ag+]2 (0,1)
[Ag+] =
3 × 10 −12
0,1
− 11
= 3 × 10
= 5,48 × 10–6 M
2)
AgCl; Ksp = 1 × 10–10
Ag+(aq) + Cl–(aq)
AgCl(s)
Ksp AgCl = [Ag+] [Cl–]
1 × 10–10 = [Ag+] (0,1)
1 × 10--10
0,1
[Ag+] =
Ag+(aq) + I–(aq)
Ksp AgI = [Ag+] [I–]
1 × 10–16 = [Ag+] (0,1)
[Ag+]
=
=1×
Urutan senyawa dari yang paling mudah mengendap
(semakin sedikit jumlah ion Ag+ yang dibutuhkan,
senyawa tersebut ion semakin mudah mengendap)
yaitu AgI, AgCl, dan Ag2CrO4.
s
Co2+(aq) + 2OH–(aq)
s
8 × 10 −17
= 4,3 × 10–6
[OH–]
= 2s
= 2(4,3 × 10–6)
= 8,6 × 10–6
pOH = –log[OH–]
= –log (8,6 × 10–6)
= 6 – log 8,6
ph = 14 – (6 – log 8,6)
= 8 + log 8,6
Jadi, pH larutan jenuh Co(OH) 2 pada suhu
tersebut adalah 8 + log 8,6.
10. Jawaban: b
Mol NaOH = VNaOH × MNaOH
= 100 mL × 0,008 M
= 0,8 mmol
Mol CH3COOH = VCH3COOH × MCH3COOH
= 100 mL × 0,008 M
= 0,8 mmol
Vtotal = VNaOH + VCH3COOH
= 100 mL + 100 mL
= 200 mL
Oleh karena mol NaOH sama dengan mol
CH3COOH, maka akan terjadi hidrolisis garam.
Garam yang terbentuk bersifat basa karena
terhidrolisis menghasilkan OH–.
[CH3COONa] =
mol CH3COONa
Vtotal
2s
Ksp Co(OH)2 = [Co2+][OH–]2
3,2 × 10–16 = (s) (2s)2
3,2 × 10–16 = 4s3
=
0,8 mmol
200 mL
= 4 × 10–3 M
CH3COONa(aq) → CH3COO–(aq) + Na+(aq)
4 × 10–3 M
1 × 10--16
0,1
10–15
9. Jawaban: b
Co(OH)2(s)
3
NaOH(aq) + CH3COOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O( )
AgI; Ksp = 1 × 10–16
AgI(s)
=
−16
3 3,2 × 10
4
Mula-mula: 0,8 mmol
0,8 mmol
–
–
Reaksi
: 0,8 mmol
0,8 mmol
0,8 mmol
0,8 mmol
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
:
–
–
0,8 mmol
0,8 mmol
= 1 × 10–9
3)
s=
[OH–] =
=
Kw
Ka
4 × 10–3 M
4 × 10–3 M
× [CH3COO− ]
10−14
10−5
× (4 × 10−3 )
= 4 × 10−12
= 2 × 10–6 M
Fe(OH)2(s)
Fe2+(aq) + 2OH–(aq)
Ksp Fe(OH)2 = [Fe2+] [OH–]2
6 × 10–16 = [Fe2+] (2 × 10–6)2
6 × 10–16 = [Fe2+] (4 × 10–12)
Kimia Kelas XI
97
[Fe2+] =
6 × 10 −16
4 × 10 −12
= 1,5 × 10–4 M
Jadi, [Fe2+] dalam campuran sebesar 1,5 × 10–4 M.
1. Kelarutan PbCrO4 dalam K2CrO4 = 5 × 10–13 mol L–1.
PbCrO4(s)
Pb2+(aq) + CrO42–(aq)
5×
[CrO42–] =
M
5×
10–13
M
5×
10–13
a.
0,001mol
1L
= 1 × 10–3 M
0,04 M
0,08 M
M
s
s
s
Penambahan ion sejenis tidak mengubah harga Ksp.
Ksp PbCrO4 = [Pb2+][CrO42–]
2 × 10–14 = (s) (s)
s=
2 × 10 −14
= 1,4 × 10–7 mol L–1
Jadi, kelarutan PbCrO 4 dalam air sebesar
1,4 × 10–7 mol L–1.
Pb2+(aq) + 2OH–(aq)
2. Pb(OH)2(s)
s
s
2s
[Pb2+][OH–]2
Ksp Pb(OH)2 =
1 × 10–16 = (s) (2s)2
1 × 10–16 = 4s3
s =
−16
3 1 × 10
4
= 2,9 × 10–6 mol L–1
[OH–] = 2s
= 2(2,9 × 10–6)
= 5,8 × 10–6
pOH = –log [OH–]
= –log (5,8 × 10–6)
= 6 – log 5,8
pH = 14 – pOH
= 14 – (6 – log 5,8)
= 8 + log 5,8
= 8 + 0,76
= 8,76
Jadi, pH larutan jenuh Pb(OH)2 pada suhu 25°C
adalah 8,76.
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Pb2+(aq) + 2Cl–(aq)
Ksp PbCl2 = [Pb2+] [Cl–]2
1,7 × 10–5 = [Pb2+] (0,01)2
0,04 M
Berdasarkan persamaan reaksi tersebut, [CrO42–]
= (5 × 10–13 + 0,04) M. Oleh karena 5 × 10–13
<< 0,04 M maka 5 × 10–13 M diabaikan sehingga
[CrO42–] = 0,04 M.
Ksp PbCrO4 = [Pb2+][CrO42–]
= (5 × 10–13)(0,04)
= 2 × 10–14
Misal: kelarutan PbCrO4 dalam air = s mol L–1.
Pb2+(aq) + CrO42–(aq)
PbCrO4(s)
PbCl2; Ksp = 1,7 × 10–5
PbCl2(s)
K2CrO4(aq) → 2K+(aq) + CrO42–(aq)
98
= 1 × 10–2 M
Penambahan ion Pb2+ pada larutan tersebut akan
menghasilkan PbCl2 dan PbCrO4.
B. Uraian
10–13
0,01mol
1L
[Cl–]=
3.
[Pb2+] =
1,7 × 10−5
1× 10−4
= 1,7 × 10–1 M
b.
PbCrO4; Ksp = 2 × 10–14
PbCrO4(s)
Pb2+(aq) + CrO42–(aq)
Ksp PbCrO4 = [Pb2+] [CrO42–]
2 × 10–14 = [Pb2+] (0,001)
[Pb2+] =
2 × 10−14
1× 10−3
= 2 × 10–11
Konsentrasi ion Pb 2+ yang dibutuhkan untuk
mengendapkan PbCrO 4 lebih kecil daripada
konsentrasi ion Pb 2+ yang dibutuhkan untuk
mengendapkan PbCl2. Jadi, larutan yang akan
mengendap terlebih dahulu adalah PbCrO4.
4. Larutan garam paling mudah larut dalam larutan
yang mengandung ion sejenis dengan konsentrasi paling kecil. Ion-ion yang terdapat dalam
AgCl yaitu ion Ag+ dan Cl–. AgCl akan mudah larut
dalam larutan yang mengandung ion Ag+ atau ion
Cl– dengan konsentrasi paling kecil.
1) HCl(aq) → H+(aq) + Cl–(aq)
[Cl–] = [HCl]
= 0,03 M
2) MgCl2(aq) → Mg2+(aq) + 2Cl–(aq)
[Cl–] = 2 × [MgCl2]
= 2 × 0,01 M
= 0,02 M
3) AgNO3(aq) → Ag+(aq) + NO3–(aq)
[Ag+] = [AgNO3]
= 0,05 M
4) AlCl3(aq) → Al3+(aq) + 3Cl–(aq)
[Cl–] = 3 × [AlCl3]
= 3 × 0,015 M
= 0,045 M
Jadi, kristal AgCl paling mudah larut dalam
larutan MgCl2 0,01 M.
5. Misal:
VAgNO3 = VK2CrO4 = V mL
Ag2CrO4(s)
5×
mol AgNO3 = 0,01 M × V mL = 0,01V mmol
mol K2CrO4 = 0,01 M × V mL = 0,01V mmol
2AgNO3(aq) + K2Cr2O4(aq) → Ag2CrO4(s) + 2KNO3(aq)
Mula-mula : 0,01V mol
0,01V mol
–
–
Reaksi
: 0,01V mol
0,01V mol
0,01V mol
0,02V mol
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
:
–
–
0,01V mol
0,02V mol
10–3
2Ag+(aq) + CrO42–(aq)
1 × 10–2 M
M
5 × 10–3 M
Qsp AgCrO4 = [Ag+]2 [CrO42–]
= (1 × 10–2)2 (5 × 10–3)
= 5 × 10–7
Ksp Ag2CrO4 = 6,0 × 10–12
Oleh karena, Qsp AgCrO4 > Ksp AgCrO4 sehingga
terbentuk endapan Ag2CrO4.
0,01V mmol
[AgCrO4] = V mL + V mL = 5 × 10–3 M
A. Pilihan Ganda
Ag2SO4(s)
1. Jawaban: e
CuI(s)
Cu+(aq) + I–(aq)
s
s
s
[Cu+][I–]
Ksp CuI =
1 × 10–14 = (s) (s)
10−14
s=
= 1 × 10–7 mol L–1
AgI(s)
s
Ag+(aq) + I–(aq)
s
s
Ksp AgI = [Ag+][I–]
1 × 10–16 = (s) (s)
1
[SO42–] = 2 [Ag+]
1
= 2 × 2,5 × 10–16 mol L–1
= 1,25 × 10–16 mol L–1
Ksp Ag2SO4 = [Ag+]2 [SO42–]
= (2,5 × 10–16)2 (1,25 × 10–16)
= 7,8125 × 10–48
= 8 × 10–48
Jadi, hasil kali kelarutan Ag2SO4 sebesar 8 × 10–48.
3. Jawaban: a
1) CuS(s)
s
1 × 10−16
s=
2. Jawaban: d
=
jumlah partikel
NA
2)
× 1 mL
= 0,1 mL
= 1 × 10–4 L
[Ag+] =
=
mol Ag+
volume Ag+
2,5 × 10--20 mol
1× 10 −4 L
s
s = 8,0 × 10 −37
= 8,9 × 10–19 mol L–1
[Cu2+] = 8,9 × 10–19 mol L–1
CuC2O4(s)
Cu2+(aq) + C2O42–(aq)
s
= 2,5 × 10–20 mol
volume Ag+ = 2 tetes
=
s
s
s
Ksp CuC2O4 = [Cu2+] [C2O42–]
4,4 × 10–10 = (s) (s)
4,4 × 10–10 = s2
15.000
6 × 1023
2
20
Cu2+(aq) + S2–(aq)
Ksp CuS = [Cu2+] [S2–]
8,0 × 10–37 = (s) (s)
8,0 × 10–37 = s2
= 1 × 10–8 mol L–1
Kelarutan CuI 10 × kelarutan AgI.
Jadi, kelarutan CuI lebih besar daripada kelarutan
AgI.
Mol Ag+ =
2Ag+(aq) + SO42–(aq)
3)
s = 4,4 × 10 −10
= 2,1 × 10–5 mol L–1
[Cu2+] = 2,1 × 10–5 mol L–1
Cu(OH)2(s)
Cu2+(aq) + 2OH–(aq)
s
s
[Cu2+]
2s
[OH–]2
Ksp Cu(OH)2 =
4,8 × 10–20 = (s) (2s)2
4,8 × 10–20 = 4s3
= 2,5 × 10–16 mol L–1
Kimia Kelas XI
99
s=
=
4)
3
1,2 × 10 −20
s
= 2,3 × 10–7
2+
[Cu ] = 2,3 × 10–7 mol L–1
Cu(IO3)2(s)
Cu2+(aq) + 2IO3–(aq)
s
s
Ksp Cu(IO3)2 =
6,9 × 10–8
6,9 × 10–8
2)
s
3s
2s
[Cu2+] = 3s
= 3 × 1,7 × 10–8mol L–1
= 5,1 × 10–8 mol L–1
Jadi, konsentrasi ion tembaga paling kecil terdapat
pada larutan jenuh CuS.
4. Jawaban: e
TIBr(s)
TI+(aq) + Br –(aq)
s
s
s
Ksp TIBr = [TI+] [Br –]
4 × 10–6 = (s) (s)
4 × 10–6 = s2
s = 4,9 × 10−6
= 2,2 × 10–3 mol L–1
3)
s
s
Ksp BaCO3 =
2,6 × 10–9 = (s) (s)
[CO32–]
2,6 × 10−9
s=
= 5,1 × 10–5 mol L–1
4)
Ba2+(aq) + SO42–(aq)
BaSO4(s)
s
s
s
Ksp BaSO4 = [Ba2+] [SO42–]
1,1 × 10–10 = (s) (s)
s=
1,1 × 10−10
= 1,0 × 10–5 mol L–1
Jadi, urutan kelarutan senyawa-senyawa tersebut
dalam air dari yang paling sukar larut dalam air
BaSO4 – BaCO3 – CaCO3 – CaSO4.
s
[Pb2+]
Ksp PbC2O4 =
9 × 10–9 = (s) (s)
9 × 10–9 = s2
V
1.000
L
= 5,68 × 10–4 gram
Jadi, jumlah maksimum talium bromida yang
dapat larut dalam 1 mL air pada suhu tersebut
sebanyak 5,68 × 10–4 gram.
100
s
[Ba2+]
s
= 2 × 10–3 mol L–1 × 284 g mol–1
1
1.000
Ba2+(aq) + CO32–(aq)
BaCO3(s)
6. Jawaban: c
PbC2O4(s)
Pb2+(aq) + C2O42–(aq)
s = 4 × 10 −6
= 2 × 10–3 mol L–1
massa TIBr = s × Mr TIBr ×
s
4,9 × 10–6 = (s) (s)
−37
5 1,4 × 10
108
= 5 12,9 × 10 −40
= 1,7 × 10–8 mol L–1
s
Ksp CaSO4 = [Ca2+] [SO42–]
Ksp Cu3(PO4)2 = [Cu2+]3 [PO43–]2
1,4 × 10–37 = (3s)3 (2s)2
1,4 × 10–37 = 108s5
s=
Ca2+(aq) + SO42–(aq)
CaSO4(s)
3
s
s
s = 7,1× 10−9
= 8,4 × 10–5 mol L–1
2s
[IO3–]
(2s)2
6,9 × 10 −8
4
= 2,6 × 10–3 mol L–1
2+
[Cu ] = 2,6 × 10–3 mol L–1
Cu3(PO4)2(s)
3Cu2+(aq) + 2PO43–(aq)
×
s
Ksp CaCO3 = [Ca2+] [CO32–]
7,1 × 10–9 = (s) (s)
[Cu2+]
= (s)
= 4s3
s=
5)
5. Jawaban: a
Semakin kecil kelarutan suatu zat, zat tersebut
semakin sukar larut dalam air.
Ca2+(aq) + CO32–(aq)
1) CaCO3(s)
−20
3 4,8 × 10
4
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
s
[C2O42–]
9 × 10 −9
= 9,5 × 10–5 mol L–1
= 9,5 × 10–5 mol L–1 × Mr PbC2O4
= 9,5 × 10–5 mol L–1 × 295 g mol–1
= 2,8 × 10–2 g L–1
Jadi, kelarutan PbC 2O 4 pada suhu tersebut
sebesar 2,8 × 10–2 g L–1.
s=
7. Jawaban: a
Pemisahan ion Ag+ secara selektif dari larutan
sampel dapat dilakukan dengan cara mengendapkan ion Ag+, sedangkan ion Mg2+ dan Sr2+ tetap
larut dalam larutan sampel. Terbentuk atau
tidaknya endapan dapat dilihat dari harga Ksp
garam yang terbentuk. Semakin kecil harga Ksp
maka semakin mudah garam tersebut mengendap.
Hasil penambahan reagen-reagen ke dalam
larutan sampel sebagai berikut.
Ag+
Mg2+
Sr2+
KCl
Terbentuk endap- MgCl2 larut
an AgCl
SrCl2 larut
KOH
Terbentuk endap- Terbentuk endap- Sr(OH)2 larut
an AgOH
an Mg(OH)2
K2SO4
Terbentuk endap- MgSO4 larut
an Ag2SO4
K3PO4
Terbentuk endap- Terbentuk endap- Terbentuk endapan Ag3PO4
an Mg3(PO4)2
an Sr3(PO4)2
K2CO3
Terbentuk endap- Terbentuk endap- Terbentuk endapan Ag2CO3
an MgCO3
an SrCO3
Terbentuk endapan SrSO4
Jadi, ion Ag+ dapat dipisahkan dalam larutan
sampel dengan cara menambahkan reagen KCl
0,1 M.
8. Kelarutan ZnS dalam larutan K2S 0,02 M sebesar
. . . . (Ksp ZnS = 2,0 × 10–25)
a. 1,0 × 10–13 mol L–1
b. 1,4 × 10–13 mol L–1
c. 1,0 × 10–23 mol L–1
d. 1,4 × 10–23 mol L–1
e. 2,0 × 10–23 mol L–1
Jawaban: c
ZnS(s)
Zn2+(aq) + S2–(aq)
s
s
3,6 × 10–5 = s2
= 6 × 10–3 mol L–1
Volume air yang menguap
= 500 mL – 125 mL
= 375 mL
= 0,375 L
Jumlah endapan SrCrO 4 yang terbentuk tergantung pada jumlah air yang menguap.
Mol SrCrO4 yang mengendap setelah 375 mL air
diuapkan.
= 0,375 L × 6 × 10–3 mol L–1
= 2,25 × 10–3 mol
Massa SrCrO4 yang mengendap
= mol SrCrO4 × Mr SrCrO4
= 2,25 × 10–3 mol × 204 g mol–1
= 0,459 gram
Jadi, massa SrCrO4 yang mengendap setelah
penguapan sebanyak 0,459 gram.
10. Jawaban: c
1) AgI, Ksp = 10–16
AgI(s)
Ag+(aq) + l–(aq)
s
0,04 M
2)
s = 10−16
= 1 × 10–8 mol L–1
AgCI, Ksp = 10–10
AgCI(s)
Ag+(aq) + Cl–(aq)
s
0,02 M
3)
s
2s
Ksp Ag2S =
9. Jawaban: d
Misal: kelarutan SrCrO4 = s mol L–1
SrCrO4(s)
Sr2+(aq) + CrO42–(aq)
[Sr2+]
Ksp SrCrO4 =
3,6 × 10–5 = (s) (s)
[Ag+]2
s
[S2–]
10–51 = (2s)2 (s)
2 × 10
2 × 10−2
s
s
s = 10−10
= 1 × 10–5 mol L–1
Ag2S, Ksp = 10–51
Ag2S(s)
2Ag+(aq) + S2–(aq)
= 4s3
= 1 × 10–23 mol L–1
Jadi, kelarutan ZnS dalam larutan K2S 0,02 M
sebesar 1 × 10–23 mol L–1.
s
s
Ksp AgCI = [Ag+] [Cl–]
10–10 = s2
--25
s=
s
10–16 = s2
s
Berdasarkan reaksi tersebut diperoleh [S 2– ]
= (s + 0,02) M. Oleh karena s << 0,02 M maka s
diabaikan sehingga [S2–] = 0,02 M.
Ksp ZnS = [Zn2+] [S2–]
2 × 10–25 = (s) (0,02)
s
Ksp AgI = [Ag+] [l–]
K2S(aq) → 2K+(aq) + S2–(aq)
0,02 M
3,6 × 10 −5
s=
s
[CrO42–]
s=
4)
3
10 −51
4
= 6,3 × 10–18 mol L–1
Ag2CO3, Ksp = 10–11
Ag2CO3(s)
2Ag+(aq) + CO32–(aq)
s
2s
s
Ksp Ag2CO3 = [Ag+]2 [CO32–]
Kimia Kelas XI
101
2)
10–11 = (2s)2 (s)
s
= 4s3
3
s=
s
s
10 −11
4
2s
s
Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2 [CrO42–]
10–12 = (2s)2 s
= 4s3
s=
3)
3
10
4
= 6,3 × 10–5 mol L–1
Jadi, garam yang paling sukar larut adalah Ag2S
karena mempunyai harga kelarutan paling kecil.
11. Jawaban: d
Misal: kelarutan MnCO3 = s mol L–1
MnCO3(s)
Mn2+(aq) + CO32–(aq)
s
s
s
[Mn2+]
Ksp MnCO3 =
2 × 10–11 = (s) (s)
2 × 10–11 = s2
[CO32–]
M2 =
--1
4,5 × 10 mol L
100
= 4,5 × 10–8 mol L–1
Jadi, kelarutan MnCO3 setelah diencerkan 100
kali adalah 4,5 × 10–8 mol L–1.
12. Jawaban: b
Ksp AgI = Ksp AgCI = Ksp Ag2CO3 = y
1) AgI(s)
Ag+(aq) + I–(aq)
s
s
[Ag+]
Ksp AgI =
y = (s)(s)
y = s2
s=
[I–]
s
y
s
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
2s
s
Ksp Ag2CO3 = [Ag+]2 [CO32–]
y = (2s)2 (s)
y = 4s3
s=
3y
4
Jadi, hubungan kelarutan ketiga larutan tersebut
yaitu s AgI = s AgCl > s Ag2CO3.
13. Jawaban: e
[Ni2+] = [NiCl2] =
0,001mol
1L
= 10–3 M
Agar Ni(OH)2 tidak mengendap maka Qsp Ni(OH)2
= Ksp Ni(OH)2.
Qsp Ni(OH)2 = Ksp Ni(OH)2
[OH–]2 =
5 × 10--16
1 × 10 −3
= 5 × 10–13
[OH–] = 5 × 10 −13
= 7,1 × 10–7
Ketika NH 4Cl ditambahkan ke dalam larutan
tersebut, NH4Cl dan NH4OH akan membentuk
larutan penyangga yang bersifat basa.
mol NH4OH
[OH–] = Kb × mol NH Cl
4
0,01mol
7,1 × 10–7 = 10–5 × mol NH Cl
4
mol NH4Cl =
1 × 10--7
7,1 × 10--7
= 0,14 mol
Jadi, jumlah NH4Cl yang harus ditambah sebanyak
0,14 mol.
14. Jawaban: c
pH = 8
pOH = 14 – 8 = 6
–log [OH–] = 6
[OH–] = 10–6
[Mn2+] = [Mn(NO3)2] = 0,01 M
Mn(OH)2(s)
102
2Ag+(aq) + CO32–(aq)
[Ni2+] [OH–]2 = 5 × 10–16
(10–3) [OH–]2 = 5 × 10–16
s = 2 × 10 −11
= 4,5 × 10–6 mol L–1
Larutan jenuh MnCO3 diencerkan 100 kali:
M1 = s = 4,5 × 10–6 mol L–1
Misal:
V1 = V L
V2 = 100 V L
V1 × M1 = V2 × M2
V × (4,5 × 10–6 = 100 V × M2
--6
y
Ag2CO3(s)
−12
s=
s
Ksp AgCl = [Ag+] [Cl–]
y = (s) (s)
y = s2
= 1,4 × 10–4 mol L–1
Ag2CrO4, Ksp = 10–12
Ag2CrO4(s)
2Ag+(aq) + CrO42–(aq)
5)
Ag+(aq) + Cl–(aq)
AgCl(s)
Mn2+(aq) + 2OH–(aq)
Qsp Mn(OH)2 = [Mn2+][OH–]2
= (0,01)(10–6)2
= 1 × 10–14
Ksp Mn(OH)2 = 1,9 × 10–13
Oleh karena Qsp < Ksp maka tidak terbentu kendapan Mn(OH)2.
15. Jawaban: d
Pb(OH)2(s)
Pb2+(aq) + 2OH–(aq)
s
s
2s
Ksp Pb(OH)2 = [Pb2+] [OH–]2
1,4 × 10–20 = (s) (2s)2
1,4 × 10–20 = 4s3
s=
3
1,4 × 10
4
−20
= 1,5 × 10–7 mol L–1
[OH–] = 2s
= 2 × 1,5 × 10–7
= 3,0 × 10–7
pOH = –log [OH–]
= –log (3,0 × 10–7)
= 7 – log 3,0
pH = 14 – (7 – log 3,0)
= 7 + log 3,0
16. Jawaban: b
Ksp Mg(OH)2 = 2 × 10–11
[MgCl2] = 1 × 10–3 mol dm–3
= 1 × 10–3 M
MgCl2(aq) → Mg2+(aq) + 2Cl–(aq)
1 × 10–3 M
[Mg2+]
1 × 10–3 M
10–3
2 × 10–3 M
dm–3
=1×
mol
= 1 × 10–3 M
Endapan mulai terbentuk jika Ksp Mg(OH)2 = Qsp
Mg(OH)2.
Mg(OH)2(s)
Mg2+(aq) + 2OH–(aq)
17. Jawaban: d
Kelarutan PbF2 dalam larutan NaF 0,04 M =
2 × 10–5 mol L–1
PbF2(s)
Pb2+(aq) + 2F–(aq)
2 × 10–5 M
2 × 10–5 M
NaF(aq) →
Na+(aq)
0,04 M
0,04 M
s
s
2s
Penambahan ion sejenis tidak mengubah harga Ksp.
Ksp PbF2 = [Pb2+] [F–]2
3,2 × 10–8 = (s) (2s)2
3,2 × 10–8 = 4s3
s=
3
3,2 × 10 −8
4
= 2 × 10–3 mol L–1
Jadi, kelarutan PbF2 dalam air sebesar 2 × 10–3 mol L–1.
18. Jawaban: a
R = 0,08 L·atm mol–1 K–1
P = 38 cmHg = 0,5 atm
T = (27 + 273) K = 300 K
VHCl = 12 mL = 0,012 L
VNH3 = 48 mL = 0,048 L
P × VHCl
nHCl = R × T
0,5 atm × 0,012 L
= 0,08 L atm mol−1 K −1 × 300 K
=
2 × 10 −11
1× 10 −3
= 2 × 10–8
= 1,4 × 10–4 M
pOH = –log [OH–]
= –log (1,4 × 10–4)
= 4 – log 1,4
= 3,85
pH = pKw – pOH
= 14 – 3,85
= 10,15
Jadi, endapan mulai terbentuk pada pH 10,15.
0,04 M
Ksp PbF2 = [Pb2+] [F–]2
= (2 × 10–5) (0,04)2
= 3,2 × 10–8
Misal: kelarutan PbF2 dalam air = s mol L–1.
PbF2(s)
Pb2+(aq) + 2F–(aq)
2 × 10–11 = (1 × 10–3) [OH–]2
[OH–]
+ F–(aq)
Berdasarkan persamaan reaksi tersebut diperoleh:
[Pb2+] = 2 × 10–5 M
[F–] = (4 × 10–5 + 0,04) M
Oleh karena 4 × 10–5 << 0,04 M maka 4 × 10–5 M
diabaikan sehingga [F–] = 0,04 M.
Ksp Mg(OH)2 = Qsp Mg(OH)2
2 × 10–11 = [Mg2+] [OH–]2
[OH–]2 =
4 × 10–5 M
0,006 mol
24
= 0,00025 mol
= 0,25 mmol
nNH =
3
P × VNH 3
R ×T
0,5 atm × 0,048 L
= 0,08 L atm mol−1 K −1 × 300 K
=
0,024
24
= 0,001 mol
= 1 mmol
Kimia Kelas XI
103
HCl(aq) + NH4OH(aq) → NH4Cl(aq) + H2O( )
Mula-mula: 0,25
1
–
–
Reaksi
: 0,25
0,25
0,25
0,25
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
: –
0,75
0,25
0,25
Berdasarkan reaksi di atas diperoleh bahwa di
dalam campuran terdapat sisa basa lemah dan
garam. Sisa basa lemah dan garam tersebut
membentuk larutan penyangga basa sehingga pH
larutan dapat dihitung sebagai berikut.
0,75
0,25
= 7,3 × 10–4 mol L–1
= 3s
= 3 × 7,3 × 10–4 M
= 2,19 × 10–3 M
Jadi, konsentrasi ion IO3– dalam larutan jenuh
La(IO3)3 adalah 2,19 × 10–3 M.
s
s=
Qsp Mg(OH)2 = Ksp Mg(OH)2
= 2,2 × 10–3 M
Jadi, konsentrasi Mg2+ pada larutan jenuh tersebut
adalah 2,2 × 10–3 M.
2)
Ksp LSO4 = [L2+] [SO42–]
1,0 × 10–10 = (s) (s)
1,0 × 10–10 = s2
1,0 × 10 −10
= 1 × 10–5 mol L–1
[LSO4] = s = 1 × 10–5 mol L–1
s=
[LSO4] =
1 × 10–5 =
5,825 × 10-- 4
M r LSO 4
×
20. Jawaban: b
La(IO3)3(s)
La3+(aq) + 3IO–3(aq)
s
s
3s
Ksp La(IO3)3 = [La3+] [IO–3]
7,5 × 10–12 = (s) (3s)3
7,5 × 10–12 = 27s4
104
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
3
5 × 10 −16
4
= 5,0 × 10–6 mol L–1
[OH–]
1.000
250
Mr LSO4 = 233 g mol–1
Ar L + Ar S + (4 × Ar O) = 233 g mol–1
Ar L + 32 g mol–1 + (4 × 16 g mol–1) = 233 g mol–1
Ar L = (233 – 96) g mol–1 = 137 g mol–1
Jadi, massa atom relatif L adalah 137 g mol–1.
2 × 10 −13
4
= 2s
= 2 × 3,7 × 10–5
= 7,4 × 10–5
pOH = –log [OH–]
= –log (7,4 × 10–5)
= 5 – log 7,4
= 5 – 0,87 = 4,13
pH = 14 – 4,13 = 9,87
Ni(OH)2 (Ksp = 5 × 10–16)
Ni2+(aq) + 2OH–(aq)
Ni(OH)2(s)
s
s
2s
Ksp Ni(OH)2 = [Ni2+] [OH–]2
5 × 10–16 = (s) (2s)2
5 × 10–16 = 4s3
s=
1.000
V
×
3
[OH–]
2 × 10 −12
9 × 10 −10
massa LSO4
Mr LSO4
2s
= 3,7 × 10–5 mol L–1
[Mg2+][OH–]2 = 2 × 10–12
[Mg2+](3 × 10–5)2 = 2 × 10–12
19. Jawaban: c
Massa LSO4 = 0,5825 mg = 5,825 × 10–4 g
s
Ksp Mn(OH)2 = [Mn2+] [OH–]2
2 × 10–13 = (s) (2s)2
2 × 10–13 = 4s3
Mg2+(aq) + 2OH–(aq)
[Mg2+] =
7,5 × 10 −12
27
[IO–3]
= 3 × 10–5
Pada larutan tepat jenuh Ksp Mg(OH)2 = Qsp Mg(OH)2.
Mg(OH)2(s)
4
21. Jawaban: a
1) Mn(OH)2 (Ksp = 2 × 10–13)
Mn(OH)2(s)
Mn2+(aq) + 2OH–(aq)
mol NH4OH
[OH–] = Kb × mol NH Cl
4
= 10–5 ×
s=
3)
= 2s
= 2 × 5,0 × 10–6
= 1,0 × 10–5
pOH = –log [OH–]
= –log (1,0 × 10–5)
= 5 – log 1 = 5
pH = 14 – 5 = 9
Co(OH)2 (Ksp = 6 × 10–15)
Co(OH)2(s)
Co2+(aq) + 2OH–(aq)
s
s
2s
Ksp Co(OH)2 = [Co2+] [OH–]2
6 × 10–15 = (s) (2s)2
6 × 10–15 = 4s3
s=
3
6 × 10 −15
4
= 1,1 × 10–5 mol L–1
4)
[OH–] = 2s
= 2 × 1,1 × 10–5
= 2,2 × 10–5
pOH = –log [OH–]
= –log (2,2 × 10–5)
= 5 – log 2,2
= 5 – 0,34
= 4,66
pH = 14 – 4,66 = 9,34
Zn(OH)2 (Ksp = 3 × 10–17)
Zn(OH)2(s)
Zn2+(aq) + 2OH–(aq)
s
s
2s
Ksp Zn(OH)2 = [Zn2+] [OH–]2
3 × 10–17 = (s) (2s)2
3 × 10–17 = 4s3
s=
5)
3
3 × 10 −17
4
= 1,9 × 10–6 mol L–1
[OH–] = 2s
= 1,9 × 10–6
= 3,8 × 10–6
pOH = –log [OH–]
= –log (3,8 × 10–6)
= 6 – log 3,8
= 6 – 0,58 = 5,42
pH = 14 – 5,42 = 8,58
Pb(OH)2 (Ksp = 1 × 10–20)
Pb2+(aq) + 2OH–(aq)
Pb(OH)2(s)
s
s
2s
Ksp Pb(OH)2 = [Pb2+] [OH–]2
1 × 10–20 = (s) (2s)2
1 × 10–20 = 4s3
s=
3
1 × 10 −20
4
= 1,4 × 10–7 mol L–1
[OH–] = 2s
= 2 × 1,4 × 10–7
= 2,8 × 10–7
pOH = –log [OH–]
= –log (2,8 × 10–7)
= 7 – log 2,8
= 7 – 0,45
= 6,55
pH = 14 – 6,55 = 7,45
Jadi, larutan jenuh yang mempunyai pH paling
tinggi adalah Mn(OH)2.
22. Jawaban: b
Mol CaCrO4 = VCaCrO4 × MCaCrO4
= 100 mL × 0,4 M
= 40 mmol
Mol AgNO3 = VAgNO3 × MAgNO3
= 100 mL × 0,4 M
= 40 mmol
Vtotal = VCaCrO4 + VAgNO3
= 100 mL + 100 mL
= 200 mL
CaCrO4(aq) + 2AgNO3(aq) → Ca(NO3)2(aq) + Ag2CrO4(s)
Mula-mula:
40
40
–
–
Reaksi
:
20
40
20
20
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
:
20
–
20
20
[Ag2CrO4] =
=
mol Ag2CrO4
volume total
20 mmol
200 mL
= 0,1 M
2Ag+(aq) + CrO42–(aq)
Ag2CrO4(s)
0,1 M
0,2 M
0,1 M
[Ag+]2 [CrO42–]
(0,2)2 (0,1)
Qsp Ag2CrO4 =
=
= 4 × 10–3
Qsp Ag2CrO4 > Ksp Ag2CrO4 sehingga terbentuk
endapan Ag2CrO4.
s = [Ag2CrO4] =
0,1 =
Massa Ag2CrO4 =
massa Ag2CrO4
Mr Ag2CrO4
massa Ag 2CrO4
332
0,1 × 332 × 200
=
1.000
×
1.000
V
× 1.000
200
6,64 gram
Jadi, massa Ag2CrO4 yang mengendap sebanyak
6,64 gram.
23. Jawaban: b
BaSO3(s)
Ba2+(aq) + SO32–(aq)
s
s
s
Ksp BaSO3 = [Ba2+] [SO32–]
5 × 10–10 = (s) (s)
5 × 10–10 = s2
s = 5 × 10 −10
= 2,2 × 10–5 M
[BaSO3] = s =
2,2 × 10–5 =
massa BaSO3
Mr BaSO3
massa BaSO3
217
massa BaSO3 =
×
×
1.000
V
1.000
200
2,2 × 10--5 × 217
5
= 9,55 × 10–4 gram
Jadi, massa BaSO3 yang terkandung dalam 200
mL larutan jenuhnya sebanyak 9,55 × 10–4 gram.
Kimia Kelas XI
105
Ksp CaCO3 = [Ca2+] [CO32–]
10–8 = (s) (s)
10–8 = s2
24. Jawaban: d
Misal:
[Ag+] = [Ca2+] = [Ba2+] = [Sr2+] = [Pb2+] = y M
1)
Ag2SO4; Ksp = 1,4 × 10–5
Ag2SO4(s)
2Ag+(aq) + SO42–(aq)
Ksp Ag2SO4 = [Ag+]2 [SO42–]
1,4 × 10–5 = (y)2 [SO42–]
[SO42–] =
2)
CaCl2(s) →
3)
0,01 M
1,1 × 10-- 10
y
4)
1)
Air murni
CaCO3(s)
s
106
s
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
s
+
0,02 M
CO32–(aq)
0,01 M
Na2CO3 0,01 M
CaCO3(s)
Ca2+(aq) + CO32–(aq)
0,01 M
5)
s
s
2Na+(aq)
0,02 M
+ CO32–(aq)
0,01 M
Oleh karena s << 0,01 M maka s diabaikan
sehingga [CO32–] = 0,01 M.
Ksp CaCO3 = [Ca2+] [CO32–]
10–8 = (s) (0,01)
s = 1 × 10–6 M
Kelarutan CaCO3 dalam larutan Na 2CO 3
0,01 M sebesar 1 × 10–6 M.
Ca3(PO4)2 0,01 M
CaCO3(s)
Ca2+(aq) + CO32–(aq)
s
s
Ca3(PO4)2(s) →
0,01 M
Ca2+(aq) + CO32–(aq)
s
2K+(aq)
Na2CO3(s) →
Jadi, larutan yang mula-mula mengendap adalah
BaSO4 karena membutuhkan larutan K2SO4(ion
SO42–) paling sedikit.
26. Jawaban: e
Ksp CaCO3 = 10–8
0,02 M
s
s
9 × 10-- 6
y
25. Jawaban: d
Ca3(PO4)2(s)
3Ca2+(aq) + 2PO43–(aq)
Ksp Ca3(PO4)2 = [Ca2+]3 [PO43–]2
0,01 M
Oleh karena s < 0,01 M maka s diabaikan
sehingga [CO32–] = 0,01 M.
Ksp CaCO3 = [Ca2+] [CO32–]
10–8 = (s) (0,01)
s = 1 × 10–6 M
Kelarutan CaCO 3 dalam larutan K 2 CO 3
0,01 M sebesar 1 × 10–6 M.
CaSO4; Ksp = 9 × 10–6
CaSO4(s)
Ca2+(aq) + SO42–(aq)
Ksp CaSO4 = [Ca2+] [SO42–]
9 × 10–6 = (y) [SO42–]
[SO42–] =
+ 2Cl–(aq)
Oleh karena s << 0,01 M maka s diabaikan
sehingga [Ca2+] = 0,01 M.
Ksp CaCl2 = [Ca2+] [CO32–]
10–8 = (0,01) (s)
s = 1 × 10–6 M
Kelarutan CaCO 3 dalam larutan CaCl 2
0,01 M sebesar 1 × 10–6 M.
K2CO3 0,01 M
CaCO3(s)
Ca2+(aq) + CO32–(aq)
K2CO3(s) →
-- 8
s
Ca2+(aq)
s
BaSO4; Ksp = 1,1 × 10–10
BaSO4(s)
Ba2+(aq) + SO42–(aq)
Ksp BaSO4 = [Ba2+] [SO42–]
1,1 × 10–10 = (y) [SO42–]
[SO42–] =
5)
1,7 × 10
y
s
0,01 M
2,5 × 10-- 7
y
PbSO4; Ksp = 1,7 × 10–8
[SO42–] =
CaCl2 0,01 M
CaCO3(s)
Ca2+(aq) + CO32–(aq)
s
1,4 × 10--5
y2
PbSO4(s)
Pb2+(aq) + SO42–(aq)
Ksp PbSO4 = [Pb2+] [SO42–]
1,7 × 10–8 = (y) [SO42–]
4)
2)
SrSO4; Ksp = 2,5 × 10–7
SrSO4(s)
Sr2+(aq) + SO42–(aq)
Ksp SrSO4 = [Sr2+] [SO42–]
2,5 × 10–7 = (y) [SO42–]
[SO42–] =
3)
−8
s = 10
= 10–4 M
s
3Ca2+(aq)
0,03 M
+ 2PO43–(aq)
0,02 M
Oleh karena s << 0,03 M maka s diabaikan
sehingga [Ca2+] = 0,03 M.
Ksp CaCO3 = [Ca2+] [CO32–]
10–8 = (0,03) (s)
s = 3,3 × 10–7 M
Kelarutan CaCO3 dalam larutan Ca3(PO4)2
0,01 M sebesar 3,3 × 10–7 M.
Jadi, kelarutan CaCO3 paling kecil terdapat pada
larutan Ca3(PO4)2 0,01 M.
27. Jawaban: c
pH = 7 + log 2
pOH = 14 – (7 + log 2)
= 7 – log 2
[OH–] = 2 × 10–7
X(OH)3(s)
X 3+(aq) + 3OH–(aq)
2
3
× 10–7 ≈ 2 × 10–7
2
= ( 3 × 10–7)(2 × 10–7)3
= 5,3 × 10–28
28. Jawaban: b
Kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh adanya ion
sejenis, suhu, dan jenis pelarut. Adanya ion sejenis
akan memperkecil kelarutan suatu zat. Secara
umum kelarutan suatu zat akan semakin besar
seiring meningkatnya suhu. Zat polar akan mudah
larut dalam pelarut polar dan zat nonpolar akan
mudah larut dalam pelarut nonpolar. Dengan
demikian, kelarutan MgF2 dalam NaF 0,1 M lebih
kecil daripada kelarutannya dalam air. Kelarutan
MgF2 dalam air dipengaruhi oleh ion sejenis dalam
senyawa NaF serta suhu.
29. Jawaban: c
pH = 11 + log 5
pOH = 14 – (11 + log 5)
= 3 – log 5
[OH–] = 5 × 10–3
Cd(OH)2(s)
Cd2+(aq) + 2OH–(aq)
Ksp Cd(OH)2 = [Cd2+] [OH–]2
7,2 ×
=
[Cd2+](5
×
7,2 × 10
2,5 × 10 −5
= 2,88 × 10–10 M
Jadi, kelarutan Cd(OH)2 dalam larutan NaOH
dengan pH = 11 + log 5 adalah 2,88 × 10–10 M.
30. Jawaban: d
Mg(OH)2(s)
s
= 1,14 × 10–4 M
Kelarutan Mg(OH)2 dalam air sebesar 1,14 × 10–4 M.
Ketika ditambah asam klorida, ion H + akan
bereaksi dengan ion OH–. Akibatnya ion OH–
berkurang dan kesetimbangan bergeser ke kanan
sehingga kelarutan Mg(OH) 2 semakin besar.
Penambahan larutan MgCl2 (ion sejenis) akan
memperkecil kelarutan Mg(OH)2. Semakin tinggi
suhunya, kelarutan Mg(OH)2 semakin besar.
Jadi, penyertaan yang benar mengenai kelarutan
Mg)OH)2 ditunjukkan oleh angka 2) dan 4).
B. Uraian
s
6 × 10–12 = (s) (2s)2
6 × 10–12 = 4s3
3s
s=
s
4
1,0 × 10 −22
27
= 1,39 × 10–6 mol L–1
= 1,39 × 10–6 mol L–1 × Mr Ag3AsO4
= 1,39 × 10–6 mol L–1 × 463 g mol–1
= 6,44 × 10–4 g L–1
Jadi, kelarutan Ag3ASO4 sebesar 6,44 × 10–4 g L–1.
2. Misal: kelarutan SrF2 = s mol L–1
SrF2(s)
Sr2+(aq) + 2F–(aq)
s
s
2s
[Sr2+]
Ksp SrF2 =
[F–]2
3,0 × 10–9 = (s) (2s)2
3,0 × 10–9 = 4s3
s=
3
3,0 × 10 −9
4
[F–]
= 2s
= 2 × 9,1 × 10–4 mol L–1
= 1,82 × 10–3 mol L–1
Garam SrF 2 bersifat basa karena ketika terhidrolisis dalam air menghasilkan ion OH–.
F–(aq) + H2O( )
HF(aq) + OH–(aq)
Mg2+(aq) + 2OH–(aq)
Ksp Mg(OH)2 = [Mg2+] [OH–]2
3Ag+(aq) + AsO43–(aq)
Ksp Ag3AsO4 = [Ag+]3 [AsO43–]
1,0 × 10–22 = (3s)3 (s)
1,0 × 10–22 = 27s4
[OH–] =
s
6 × 10 −12
4
= 9,1 × 10–4 mol L–1
10–3)2
--1 5
[Cd2+] =
3
1. Ag3AsO4(s)
Ksp X(OH)3 = [X 3+] [OH–]3
10–15
s=
2s
=
Kw
Ka
× [F − ]
10 −14
6 × 10 −4
× 1,82 × 10 −3
= 1,74 × 10–7
Kimia Kelas XI
107
pOH = –log [OH–]
= –log(1,74 × 10–7)
= 7 – log 1,74
pH = 14 – (7 – log 1,74)
= 7 + log 1,74
Jadi, pH larutan jenuh SrF2 sebesar 7 + log 1,74.
4. Mol NH4OH = MNH4OH × VNH4OH
= 0,2 M × 100 mL
= 20 mmol
Mol HCl = MHCl × VHCl
= 0,1 M × 100 mL
= 10 mmol
a.
s
–
10 mmol
10 mmol
mol NH4OH
10 mmol
= 1 × 10–5 × 10 mmol
= 1 × 10–5
Pada saat larutan tepat jenuh:
Qsp Zn(OH)2 = Ksp Zn(OH)2
[Zn2+] [OH–]2 = Ksp Zn(OH)2
[Zn2+] (10–5)2 = 1 × 10–15
c.
Konsentrasi ion OH– dalam 200 mL larutan:
100 mL
[OH–] = 200 mL × 10–3 M = 5 × 10–4 M
Konsentrasi setiap ion:
100 mL
[Co2+] = 200 mL × 2 × 10–6 M = 1 × 10–6 M
100 mL
[Fe2+] = 200 mL × 2 × 10–6 M = 1 × 10–6 M
[Ca2+] = 200 mL × 2 × 10–6 M = 1 × 10–6 M
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
s
2s
10–6)(5
Qsp Ca(OH)2 = (1 ×
× 10–4)2
–13
= 2,5 × 10
Qsp Ca(OH)2 < Ksp Ca(OH)2 sehingga tidak
terbentuk endapan Ca(OH)2.
Jadi, hidroksida yang mengendap adalah Co(OH)2
dan Fe(OH)2.
6. a.
Kelarutan Cd(OH)2 dalam air murni
Cd(OH)2(s)
Cd2+((aq) + 2OH–(aq)
s
s
2s
[Cd2+][OH–]2
KspCd(OH)2 =
1 × 10–14 = (s)(2s)2
1 × 10–14 = 4s3
1 × 10
1 × 10--1 0
pH = 11
pOH = 14 – pH
= 14 – 11
=3
–log [OH–] = 3
–log [OH–] = –log 10–3
[OH–] = 10–3 M
Ca(OH)2, Ksp = 5,5 × 10–6
Ca(OH)2(s)
Ca2+(aq) + 2OH–(aq)
s
= 1 × 10–5
Jadi, konsentrasi ion Zn2+ pada saat larutan tepat
jenuh adalah 1 × 10–5 M.
108
2s
Qsp Fe(OH)2 = (1 ×
× 10–4)2
= 2,5 × 10–13
Qsp Fe(OH)2 > Ksp Fe(OH)2 sehingga terbentuk endapan Fe(OH)2.
--15
100 mL
s
10–6)(5
[OH–] = Kb × mol NH Cl
4
5.
Fe(OH)2, Ksp = 8 × 10–15
Fe(OH)2(s)
Fe2+(aq) + 2OH–(aq)
s
Oleh karena terdapat sisa basa lemah (NH4OH)
dan garamnya (NH4Cl) maka terbentuk larutan
penyangga basa.
[Zn2+] =
2s
Qsp Co(OH)2 = (1 ×
× 10–4)2
–13
= 2,5 × 10
Qsp Co(OH)2 > Ksp Co(OH)2 sehingga terbentuk endapan Co(OH)2.
NH4OH(aq) + HCl(aq) → NH4Cl(aq) + H2O( )
: 10 mmol
s
10–6)(5
b.
Mula-mula: 20 mmol
10 mmol
–
–
Reaksi
: 10 mmol
10 mmol
10 mmol
10 mmol
––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
Co(OH)2, Ksp = 2 × 10–16
Co(OH)2(s)
Co2+(aq) + 2OH–(aq)
s=
b.
−14
3 1× 10
4
= 1,4 × 10–5 M
Jadi, kelarutan Cd(OH)2 dalam air murni
sebesar 1,4 × 10–5 M.
Kelarutan Cd(OH) 2 dalam larutan kOH
dengan pH = 10
pH = 10
pOH = 14 – 10 = 4
[OH–] = 10–4
Ksp Cd(OH)2 = [Cd2+][OH–]2
1 × 10–14 = [Cd2+] (10–4)2
1 × 10–14 = (s) (10–8)
s=
1 × 10 −14
1 × 10 −8
= 1 × 10–6 M
Jadi, kelarutan Cd(OH)2 dalam larutan KOH
dengan pH = 10 sebesar 1 × 10–6 M.
7. Berdasarkan harga Ksp kedua zat tersebut diketahui
bahwa Co(OH)2 lebih mudah mengendap daripada
Cd(OH)2.
[Co2+] = [Cd2+] = 10–2 M
Pada larutan jenuh Cd(OH)2:
Qsp Cd(OH)2 = Ksp Cd(OH)2
[Cd2+] [OH–]2 = 1,0 × 10–14
(10–2) [OH–]2 = 1,0 × 10–14
[OH–]2 =
1 × 10 −14
1 × 10 −2
= 1,0 × 10–12
= 1,0 × 10–6
pOH = –log (1 × 10–6) = 6
pH = 14 – 6 = 8
Pada pH = 8 larutan Cd2+ belum mengendap
sebagai Cd(OH)2 sedangkan pada larutan Co2+:
pH = 8
pOH = 6 → [OH–] = 10–6
[Co2+] = 10–2
Qsp Co(OH)2 = [Co2+][OH]2 = (10–2) (10–6)2 = 10–14
Oleh karena Qsp Co(OH)2 > Ksp Co(OH)2 maka
terbentuk ke endapan Co(OH)2.
Pada larutan jenuh Co(OH)2:
Qsp Co(OH)2 = Ksp Co(OH)2
[Co2+] [OH–]2 = 2,0 × 10–16
(10–2) [OH–]2 = 2,0 × 10–16
[OH–]
--16
[OH–]2 =
2,0 × 10
1,0 × 10 −2
= 2,0 × 10–14
[OH–] = 1,4 × 10–7
pOH = –log [OH–] = –log (1,4 × 10–7) = 7 – log 1,4
pH = 14 – (7 – log 1,4) = 7 + log 1,4
Pada pH = 7 + log 1,4 larutan Co 2+ belum
mengendap sebagai Co(OH)2 sedangkan pada
larutan Cd2+:
Qsp Cd(OH)2 = [Cd2+][OH–]2
= (10–2)(1,4 × 10–7)2 = 2 × 10–16
Qsp Cd(OH)2 < Ksp Cd(OH)2 sehingga tidak terbentuk endapan Cd(OH)2.
Jadi, daerah pH yang memungkinkan untuk
memisahkan ion Co2+ dan Cd2+ adalah 7 + log
1,4 < pH ≤ 8, yaitu saat ion Co2+ mengendap
sebagai Co(OH) 2 sedangkan ion Cd 2+ tetap
sebagai larutan.
X2+(aq) + 2Y–(aq)
8. XY2(s)
Ksp XY2 = 1 × 10–10
Volume total = 250 mL + 250 mL = 500 mL = 0,5 L
[X2+] =
[Y–] =
mol X 2+
volume total
mol Y 2+
volume total
4 × 10 −3 mol
0,5 L
=
=
2 × 10 −3 mol
0,5 L
= 8 × 10–3 M
= 4 × 10–3 M
Qsp XY2 = [X2+][Y–]2
= (8 × 10–3)(4 × 10–3)2
= (8 × 10–3)(16 × 10–6)
= 128 × 10–9 = 1,28 × 10–7
Oleh karena Qsp XY2 > Ksp XY2 maka terbentuk
endapan XY2.
9. V = 1 tetes =
1
20
× 1 mL = 5 × 10–2 mL = 5 × 10–5 L
Massa NiS = 9,1 × 10–14 mg = 9,1 × 10–17 g
NiS(s) =
=
massa NiS
Mr NiS
×
9,1 × 10--17
91
1.000
V
1.000
× 5 × 10−5
–11
= 2 × 10 M
NiS(s)
Ni2+(aq) + S2–(aq)
2 × 10–11 M
2 × 10–11 M
2 × 10–11 M
[Ni2+][S2–]
Ksp NiS =
= (2 × 10–11)(2 × 10–11) = 4 × 10–22
Jadi, Ksp NiS pada suhu tersebut adalah 4 × 10–22.
10. MgCl2(aq) → Mg2+(aq) + 2Cl–(aq)
0,002 M
0,002 M
0,004 M
Na2CO3(aq) + MgCl2(aq) → MgCO3 + 2NaCl(aq)
Endapan MgCO3 mulai terbentuk saat larutan
tepat jenuh.
Qsp MgCOH3 = Ksp MgCO3
[Mg2+] [CO32–] = 6 × 10–6
(2 × 10–3) [CO32–] = 6 × 10–6
[CO32–] =
6 × 10--6
2 × 10 −3
= 3,0 × 10–3
Na2CO3(aq) → 2Na+(aq) + CO32–(aq)
[Na2CO3] = [CO32–] = 3 × 10–3 M
Mol Na2CO3 = [Na2CO3] × volume larutan
= 3 × 10–3 M × 0,1 L = 3 × 10–4 mol
Massa Na2CO3 = mol Na2CO3 × Mr Na2CO3
= 3 × 10–4 mol × 106 g mol-1
= 0,0318 g
Jadi, massa Na2CO3 yang ditambahkan agar
mulai terbentuk endapan MgCO 3 sebanyak
0,0318 g.
Kimia Kelas XI
109
Setelah mempelajari bab ini, peserta didik mampu:
1. mendeskripsikan sistem koloid, sifat, dan cara pembuatannya.
2. menjelaskan penerapan sistem koloid dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
3. merancang pembuatan sistem koloid berdasarkan cara dispersi atau kondensasi.
Berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai, peserta didik:
1. mensyukuri karunia Tuhan Yang Maha Esa berupa sistem koloid dan memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan seharihari.
2. berperilaku teliti, objektif, kritis, kerja sama, saling menghargai, dan santun dalam pengamatan dan diskusi.
Koloid
Mempelajari
Sistem Dispersi Koloid
Sifat-Sifat Koloid
Mencakup
Mencakup
•
•
•
•
Sol
Aerosol
Emulsi
Busa
Pembuatan Koloid
•
•
•
•
•
•
•
•
Efek Tyndall
Gerak Brown
Elektroforesis
Adsorpsi
Koagulasi
Dialisis
Koloid Pelindung
Koloid Liofil dan Liofob
Penerapan Koloid dalam
Kehidupan Sehari-hari
dan Industri
Mencakup
•
•
Cara Kondensasi
Cara Dispersi
Mencakup
•
•
•
•
Bidang
Bidang
Bidang
Bidang
Industri
Makanan
Farmasi
Kosmetik
Mampu
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
110
Koloid
Mendeskripsikan sistem koloid dan perbedaannya dengan sistem dispersi yang lain.
Menyebutkan dan menjelaskan jenis-jenis koloid.
Menjelaskan sifat-sifat koloid.
Menjelaskan penerapan sifat-sifat koloid dalam berbagai bidang.
Menjelaskan pembuatan koloid secara kondensasi dan dispersi.
Menjelaskan penggunaan koloid dalam kehidupan sehari-hari dan industri.
Menyajikan laporan tertulis hasil identifikasi koloid di lingkungan sekitar.
Menyajikan data hasil percobaan dan laporan mengenai sifat dan pembuatan koloid.
Menyajikan produk dan laporan mengenai pembuatan produk koloid secara sederhana.
Mensyukuri karunia Tuhan Yang Maha Esa berupa sistem koloid dan memanfaatkannya untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Bersikap teliti, cermat, objektif, dan kritis saat melakukan pengamatan dalam percobaan.
Menghargai pendapat orang lain dan berbahasa santun saat berdiskusi.
A. Pilihan Ganda
B. Uraian
1. Jawaban: a
Cat, mayones, debu, margarin, dan kecap
merupakan sistem koloid. Cat dan kecap
termasuk sol cair, mayones termasuk emulsi cair,
debu termasuk aerosol padat, serta margarin
termasuk emulsi padat. Cuka, air garam, dan sari
buah jeruk termasuk larutan. Air tepung dan air
kopi termasuk suspensi.
2. Jawaban: b
1)
2)
3)
4)
5)
Fase
Terdispersi
Medium
Pendispersi
Gas
Gas
Cair
Cair
Padat
Cair
Padat
Gas
Cair
Gas
Nama
Koloid
Contoh
Koloid
Busa cair
Busa padat
Aerosol cair
Emulsi cair
Aerosol padat
Busa sabun
Styrofoam
Awan
Susu
Debu
Dengan demikian, styrofoam termasuk dispersi
koloid yang partikelnya tersusun seperti angka 2).
3. Jawaban: d
Santan termasuk sistem koloid. Sistem koloid
tidak dapat disaring dengan kertas saring biasa
karena ukuran fase terdispersinya. Ukuran partikel
terdispersi dalam santan 10–7 – 10–5 cm. Dengan
demikian, zat terdispersi dalam santan tidak dapat
disaring dengan kertas saring biasa dan hanya
dapat disaring dengan kertas saring ultra.
4. Jawaban: a
Di antara zat-zat tersebut, hanya protoplasma
yang didispersikan ke dalam air dapat membentuk
koloid. Asam sulfat, alkohol, gula, dan garam akan
membentuk larutan saat dilarutkan dalam air.
5. Jawaban: b
Minyak ikan termasuk dispersi koloid emulsi cair.
Emulsi cair memiliki fase terdispersi cair dan
medium pendispersi cair. Zat yang juga termasuk
dispersi koloid emulsi cair adalah santan. Tinta
termasuk dispersi koloid sol cair. Busa sabun dan
krim kocok termasuk dispersi koloid busa cair.
Mentega termasuk dispersi koloid emulsi padat.
1. Larutan dan koloid terlihat homogen secara kasat
mata. Akan tetapi, secara mikroskopis larutan
tampak berbeda dengan koloid. Larutan tetap
terlihat homogen, sedangkan koloid tampak
heterogen. Partikel terlarut dalam larutan tidak
dapat disaring meskipun dengan kertas saring
ultra. Sementara partikel dalam koloid dapat
dipisahkan dengan kertas saring ultra. Diameter
partikel larutan < 10–7 cm, sedangkan diameter
partikel koloid 10–7 – 10–5 cm.
2. Stainless steel merupakan paduan logam. Paduan
logam termasuk dispersi koloid tipe sol padat. Sol
padat memiliki fase terdispersi padat dalam
medium pendispersi padat. Stainless steel atau
baja tahan karat terbuat dari unsur besi, silikon,
krom, karbon, nikel, dan mangan.
3. Aerosol padat terbentuk apabila partikel-partikel
padat yang sangat halus terdispersi ke dalam
medium pendispersi gas. Contoh angin puting
beliung. Pada saat terjadi angin puting beliung,
partikel-partikel debu beterbangan di udara
dengan kecepatan tinggi. Sementara itu, aerosol
cair terbentuk apabila partikel-partikel cair
terdispersi ke dalam medium pendispersi gas.
Contoh kabut. Kabut yang terlihat seperti lapisan
tebal menutupi jarak pandang merupakan partikel
air yang berada dalam udara.
4. Sistem koloid yang terdapat dalam darah termasuk sol cair. Partikel padat yang terdispersi
dalam darah berupa zat makanan yaitu
karbohidrat, protein, dan lemak. Dalam darah juga
terdapat hormon dan sisa metabolisme yang tidak
diperlukan tubuh. Partikel padat tersebut
terdispersi dalam cairan yaitu plasma darah.
5. Putih telur yang dikocok terus-menerus akan
membentuk krim kocok. Krim kocok ini termasuk
dispersi koloid busa cair. Pada saat terbentuk krim
kocok tersebut, partikel-partikel gas terdispersi
dalam medium pendispersi cair.
Kimia Kelas XI
111
A. Pilihan Ganda
1. Jawaban: b
Sistem koloid tampak keruh tanpa endapan,
sedangkan larutan tampak jernih. Salah satu sifat
koloid berupa efek Tyndall. Sifat efek Tyndall
ditunjukkan oleh hamburan berkas cahaya.
Jalannya cahaya melewati partikel zat akan
terlihat. Dengan demikian, zat yang termasuk
dispersi koloid ditunjukkan oleh angka 1) dan 3).
2. Jawaban: c
Terjadinya gerak zig-zag disebabkan adanya
pergerakan partikel-partikel dari koloid dalam
medium pendispersi yang akan menghasilkan
tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu
sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari
segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup
kecil, tumbukan yang terjadi cenderung tidak
seimbang. Dengan demikian, terdapat suatu
resultan tumbukan yang mengakibatkan
perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi
gerak zig-zag.
3. Jawaban: b
Tawas yang dicampurkan ke dalam air kotor akan
membentuk koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif
sehingga air kotor yang merupakan koloid
bermuatan negatif akan menggumpal. Proses
penggumpalan ini merupakan proses koagulasi.
4. Jawaban: e
Prinsip elektroforesis digunakan untuk
membersihkan asap pada cerobong pabrik
(industri). Elektroforesis merupakan pergerakan
partikel koloid di bawah medan listrik. Prinsip
dialisis digunakan untuk proses cuci darah bagi
penderita gagal ginjal. Prinsip koagulasi
digunakan untuk penjernihan air menggunakan
tawas. Gerak Brown dapat mengakibatkan koloid
menjadi stabil dan tidak mengendap meskipun
didiamkan dalam waktu lama. Efek Tyndall terjadi
pada peristiwa sorot lampu proyektor di gedung
bioskop yang tampak jelas saat ada debu atau
asap rokok.
5. Jawaban: d
Proses koagulasi atau penggumpalan dapat terjadi
dengan mencampurkan koloid dengan larutan yang
berbeda muatan. As2S3 merupakan koloid yang
bermuatan negatif. Koloid negatif paling efektif
dikoagulasikan dengan larutan yang bermuatan
positif paling besar. K3PO4 memiliki muatan positif
satu, MgSO4 memiliki muatan positif dua, Ba(NO3)2
112
Koloid
memiliki muatan positif dua, FeCl3 memiliki muatan
positif tiga, dan FeSO4 memiliki muatan positif dua.
Jadi, larutan yang paling efektif mengkoagulasikan
As2S3 adalah FeCl3.
6. Jawaban: e
Elektrodialisis adalah proses dialisis menggunakan elektrode. Tujuannya untuk menarik ion sisa
penambahan elektrolit agar keluar dari dispersi
koloid.
7. Jawaban: c
Sol liofob fase terdispersinya mempunyai afinitas
kecil terhadap medium pendispersinya sehingga
mudah diendapkan meskipun dengan penambahan sedikit elektrolit. Sedikit menunjukkan gerak
Brown saat diamati menggunakan mikroskop ultra,
mampu mengadsorpsi medium pendispersinya,
partikel-partikelnya kurang mampu menghamburkan cahaya, dan medium yang diadsorpsi
berupa molekul merupakan sifat sol liofil.
8. Jawaban: a
Koloid hidrofil adalah koloid yang partikel-partikel
terdispersinya mudah menarik air. Contoh gelatin,
protein, lem kanji, lem karet, busa sabun, dan agaragar. Sementara itu, sol belerang dan mayones
merupakan koloid hidrofob yaitu koloid yang tidak
stabil dalam medium polar yang berupa air jika tidak
diberi emulgator atau koloid pelindung.
9. Jawaban: b
Koloid pelindung merupakan koloid yang dapat
melindungi atau menstabilkan koloid lain agar
tidak terjadi koagulasi. Koloid pelindung bekerja
dengan cara membentuk pembungkus berupa
lapisan di sekeliling partikel koloid lain. Adanya
lapisan tersebut akan melindungi muatan koloid
sehingga partikel koloid tidak menggumpal atau
terpisah dari mediumnya.
10. Jawaban: b
Minyak silikon merupakan koloid pelindung pada
cat yaitu untuk melindungi campuran warna cat
dengan oksida-oksida logam. Kasein merupakan
koloid pelindung dalam susu yaitu melindungi
lemak agar tetap menyatu dengan medium
pendispersinya. Terjadinya solvatasi pada koloid
liofil atau hidrofil bertujuan agar terbentuk
selubung sehingga koloid terhindar dari agregasi.
Penggunaan kantong semipermeabel untuk
mengurangi ion-ion pengganggu terjadi pada
proses hemodialisis sehingga merupakan
peristiwa dialisis.
B. Uraian
1. Berkas sinar matahari yang melewati celah-celah
daun pada pagi hari akan tampak jelas jika suasana
sedang berkabut. Peristiwa tersebut berhubungan
dengan sifat koloid berupa efek Tyndall. Efek
Tyndall merupakan efek penghamburan berkas
sinar oleh partikel-partikel yang terdapat dalam
sistem koloid sehingga jalannya sinar terlihat.
Kabut merupakan koloid tipe aerosol cair yaitu fase
terdispersi cair dalam medium pendispersi gas.
2. Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif, sedangkan
koloid As2S3 bermuatan negatif sehingga jika
dicampur keduanya akan terkoagulasi karena
berbeda muatan.
3. Asam amino akan bermuatan positif, negatif, dan
netral jika larutan asam amino diatur pada pH
tertentu. Pemisahan asam amino dapat dilakukan
dengan elektroforesis. Asam amino tersebut
ditempatkan dalam tabung U dan dialiri arus listrik
melalui dua elektrode yang diletakkan di kedua
mulut tabung. Dengan demikian, akan terjadi
medan listrik yang mengakibatkan asam amino
terpisah. Asam amino yang bermuatan positif akan
menuju katode, asam amino yang bermuatan
negatif akan menuju anode, dan asam amino netral
tidak akan terpengaruh oleh kedua elektrode.
4. Sol hidrofil atau liofil dikatakan bersifat reversible
karena fase terdispersi pada sol hidrofil dapat
dipisahkan dengan cara pemanasan. Zat padat
yang terpisah ini dapat kembali menjadi sol
apabila dicampurkan dengan air. Contoh sifat
reversible ini dapat ditemui pada sol agar-agar.
Agar-agar dalam air panas berupa sol, setelah
didinginkan berubah menjadi gel. Gel akan
menjadi sol kembali setelah dipanaskan.
5. Contoh penerapan koloid pelindung yang dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai
berikut.
a. Pada pembuatan es krim digunakan gelatin
untuk mencegah pembentukan kristal besar
es atau gula.
b. Pada pembuatan cat dicampurkan minyak
silikon untuk melindungi campuran zat warna
dan oksida logam.
c. Pada pembuatan margarin digunakan lesitin
untuk menstabilkan butiran-butiran halus air
dalam margarin.
A. Pilihan Ganda
1.
2.
Jawaban: e
Pembuatan koloid secara kondensasi dilakukan
dengan cara penggabungan partikel-partikel halus
(molekuler) menjadi partikel yang lebih besar
dinamakan kondensasi. Contoh berbagai cara
pembuatan koloid secara kondensasi yaitu reaksi
pengendapan, reaksi hidrolisis, reaksi substitusi,
reaksi redoks, dan penggantian pelarut.
Sementara itu, cara mekanik, peptisasi, busur
Bredig, dan homogenisasi merupakan proses
pembuatan koloid secara dispersi yaitu
pembuatan koloid yang berasal dari partikel besar.
Jawaban: d
Pembuatan sol As2S3 dengan mengalirkan gas
H2S ke dalam larutan As2O3 dinamakan reaksi
pemindahan/substitusi (kondensasi). Pembuatan
sol belerang dengan mengalirkan gas H2S ke
dalam larutan SO 2 dinamakan reaksi redoks
(kondensasi). Pembuatan sol AgCl dengan
mereaksikan perak nitrat encer dengan larutan HCl
dinamakan reaksi pengendapan (kondensasi).
Pembuatan sol emas dengan melompatkan bunga
api listrik dari elektrode Au dalam air dinamakan
busur Bredig (dispersi). Pembuatan sol Fe(OH)3
dengan menambahkan larutan FeCl3 jenuh ke
dalam air yang mendidih dinamakan reaksi
hidrolisis (kondensasi).
3.
Jawaban: c
Sol Fe(OH)3 dibuat dari senyawa FeCl3 yang
ditambahkan ke dalam air mendidih. Larutan
FeCl3 akan terionisasi menghasilkan ion Fe3+. Ion
Fe 3+ akan terhidrolisis menjadi sol Fe(OH) 3.
Contoh pembuatan koloid dengan cara mekanik
yaitu pada pembuatan mentega. Contoh
pembuatan koloid dengan cara peptisasi yaitu
pada pembuatan sol perak iodida (AgI). Contoh
pembuatan koloid dengan cara reaksi redoks yaitu
pada pembuatan sol emas. Contoh pembuatan
koloid dengan cara homogenisasi yaitu pada
pembuatan susu.
4.
Jawaban: b
Pembuatan koloid dengan cara membuat partikelpartikel fase terdispersi menggunakan loncatan
bunga api listrik merupakan pembuatan koloid
dengan cara busur Bredig. Pembuatan koloid
dengan cara pendinginan dilakukan dengan cara
menggumpalkan suatu larutan sehingga menjadi
koloid. Pembuatan koloid dengan cara pengembunan uap dilakukan dengan mengalirkan
Kimia Kelas XI
113
uap melalui air dingin hingga mengembun sehingga
diperoleh partikel koloid. Pembuatan koloid dengan
cara penggantian pelarut dilakukan dengan
mengganti pelarut yang digunakan dengan pelarut
tertentu yang mampu melarutkan fase terdispersi
dengan baik. Pembuatan koloid dengan cara
homogenisasi digunakan untuk membuat suatu zat
menjadi homogen dan berukuran partikel koloid.
5. Jawaban: c
Sol AgI dibuat dengan mencampurkan larutan
AgNO3 dengan larutan KI berlebih. Campuran ini
menghasilkan endapan AgI. Endapan AgI
kemudian dicuci agar mengalami peptisasi yaitu
terbentuknya partikel koloid AgI. Cara ini dikenal
dengan cara peptisasi.
6. Jawaban: d
Reaksi substitusi pada pembuatan koloid disebut
pula dengan reaksi pemindahan. Contoh pada
pembuatan koloid belerang dari larutan HCl yang
ditambahkan ke dalam larutan Na2S2O3 menurut
persamaan reaksi Na2S2O3(aq) + 2HCl(aq) →
2NaCl(aq) + H2SO3(aq) + S(s). Reaksi 2H2S(g) +
SO2(aq) → 3S(s) + 2H2O(A) dan 2AuCl3(aq) +
3HCHO(aq) + 3H2O(A) → 2Au(s) + 6HCl(aq) +
3HCOOH(aq) merupakan pembuatan koloid
dengan reaksi redoks. Reaksi FeCl3(aq) + 3H2O(A)
→ Fe(OH)3(s) + 3HCl(aq) merupakan pembuatan
koloid dengan reaksi hidrolisis. Reaksi AgNO3(aq)
+ HCl(aq) → AgCl(s) + HNO3(aq) merupakan
pembuatan koloid dengan reaksi pengendapan.
7. Jawaban: a
Sol belerang dalam air dapat dibuat dengan cara
kondensasi fisika melalui penggantian pelarut.
Belerang dilarutkan ke dalam belerang disulfida atau
alkohol hingga diperoleh larutan jenuh. Selanjutnya,
larutan tersebut diteteskan sedikit demi sedikit ke
dalam air hingga terbentuk sol belerang.
8. Jawaban: b
Jeli merupakan fase terdispersi cair dalam medium
pendispersi padat. Jeli dapat dibuat dengan cara
peptisasi. Zat pemecah dalam pembuatan jeli
adalah pektin atau asam pektinat. Pektin
mempunyai sifat terdispersi dalam air. Pektin
bersama gula dan asam pada suhu tinggi akan
membentuk gel (jeli). Pembuatan koloid secara
mekanik dilakukan dengan cara penggerusan zat
padat lalu didispersikan ke dalam medium
pendispersi. Pembuatan koloid dengan cara busur
Bredig menggunakan loncatan bunga api listrik.
Reaksi pemindahan dilakukan dengan menambahkan atau mengalirkan suatu zat ke dalam larutan
114
Koloid
untuk membentuk koloid. Pengembunan uap
dilakukan dengan cara menguapkan zat lalu
mengalirkannya melalui air dingin sehingga
terbentuk cairan (mengembun). Keempat cara
tersebut biasa digunakan dalam pembuatan sol.
9. Jawaban: b
Pembuatan koloid secara kondensasi dilakukan
dengan cara menggumpalkan partikel-partikel
larutan. Pembuatan sol belerang secara
kondensasi ditunjukkan oleh angka 1) dan 3).
Mengalirkan gas H2S ke dalam larutan hidrogen
peroksida termasuk pembuatan koloid melalui
reaksi redoks. Menambahkan asam klorida pada
larutan natrium tiosulfat termasuk pembuatan
koloid melalui reaksi substitusi. Sementara itu,
pembuatan sol belerang yang ditunjukkan oleh
angka 2) dan 4) merupakan cara dispersi yaitu
dengan cara menghaluskan partikel-partikel
suspensi.
10. Jawaban: d
Pembuatan koloid secara dispersi merupakan
cara pembuatan koloid yang berasal dari
suspensi. Cara dispersi meliputi cara busur
Bredig, mekanik, peptisasi, dan homogenisasi.
Sementara itu, reaksi hidrolisis, reaksi redoks, dan
reaksi pemindahan termasuk pembuatan koloid
secara kondensasi yaitu pembuatan koloid dari
larutan sejati. Jadi, pembuatan koloid secara
dispersi ditunjukkan oleh angka 2), 4), dan 6).
B. Uraian
1. Sol As2S3 dibuat dengan reaksi pemindahan atau
substitusi, caranya dengan mengalirkan gas asam
sulfida ke dalam larutan arsen(III) oksida.
Persamaan reaksinya sebagai berikut.
As2O3(aq) + 3H2S(g) → As2S3(s) + 3H2O(A)
2. Jika larutan AgNO3 dicampurkan ke dalam larutan
NaCl akan terbentuk endapan AgCl. Persamaan
reaksinya sebagai berikut.
AgNO3(aq) + NaCl(aq) → AgCl(s) + NaNO3(aq)
AgCl yang terbentuk berupa endapan. Akan tetapi
jika NaCl yang ditambahkan berlebih (ion Cl–
berlebih), AgCl akan mengadsorpsi ion-ion Cl–
sehingga terbentuk koloid yang berwarna putih
seperti susu.
3. Partikel lemak yang berukuran suspensi dapat
diubah menjadi berukuran koloid dengan cara
homogenisasi. Caranya dengan melewatkan
partikel-partikel lemak melalui lubang berpori
bertekanan tinggi. Jika partikel koloid telah
terbentuk partikel-partikel tersebut selanjutnya
didispersikan ke dalam medium pendispersi.
4. Pembuatan koloid dengan cara dispersi berasal
dari suspensi. Caranya dengan menghaluskan
partikel-partikel suspensi hingga berukuran
partikel koloid dan mendispersikannya ke dalam
medium pendispersi. Cara dispersi meliputi
peptisasi, mekanik, dan busur Bredig. Pembuatan
koloid dengan cara kondensasi berasal dari
partikel-partikel zat terlarut di dalam larutan sejati
yang berupa ion, atom, atau molekul. Caranya
dengan menggabungkan partikel-partikel dalam
larutan sejati hingga menjadi partikel berukuran
koloid. Pembuatan koloid dengan cara kondensasi
meliputi reaksi pengendapan, reaksi hidrolisis,
reaksi pemindahan, reaksi redoks, pengembunan
uap, pendinginan, dan penggantian pelarut.
5. Dengan busur Bredig, logam emas dibuat dengan
cara logam emas dijadikan elektrode lalu
dicelupkan dalam air. Ketika arus listrik dialirkan
melalui elektrode akan terjadi bunga api listrik
sehingga atom-atom emas menguap dan larut
dalam air membentuk sol emas. Sol emas
distabilkan dengan cara mengadsorpsi ion-ion
OH– dari air. Dengan reaksi redoks, emas(III)
klorida direduksi dengan formalin. Persamaan
reaksinya yaitu 2AuCl 3(aq) + 3HCHO(aq) +
3H2O(A) → 2Au(s) + 6HCl(aq) + 3HCOOH(aq).
Awalnya emas terbentuk dalam keadaan atomatom bebas, lalu beragregat menjadi berukuran
partikel koloid. Partikel koloid distabilkan oleh ionion OH – yang teradsorpsi pada permukaan
partikel koloid. Ion-ion OH– tersebut berasal dari
ionisasi air.
A. Pilihan Ganda
1.
2.
3.
4.
Jawaban: c
Tinta termasuk koloid sol cair. Sol cair memiliki
fase terdispersi padat dalam medium pendispersi
cair. Fase cair dalam gas merupakan koloid aerosol cair. Fase cair dalam padat merupakan koloid
emulsi padat. Fase padat dalam gas merupakan
koloid aerosol padat. Fase gas dalam padat
merupakan koloid busa padat.
Jawaban: d
Proses pewarnaan kain termasuk penerapan sifat
adsorpsi. Kain diwarnai dengan cara pencelupan.
Kain yang dicelup terlebih dahulu dicampur
dengan garam Al2(SO4)3. Pada saat dicelupkan
ke dalam larutan zat pewarna tersebut akan
dihasilkan koloid Al(OH)3 sehingga kain akan lebih
mudah menyerap warna.
Jawaban: b
Sistem koloid tanah diatome dapat digunakan
untuk memutihkan warna gula tebu. Partikel koloid
tanah diatome dapat menyerap zat warna dari gula
tebu sehingga gula menjadi putih. Emulsi susu
distabilkan oleh kasein. Pengotor asap pabrik
dapat diendapkan dengan alat pengendap
elektrostatik. Muatan koloid dalam air dapat
dinetralkan dengan Al(OH)3 dari tawas. Zat warna
dalam cat distabilkan oleh emulgator cat.
Jawaban: a
Sol padat merupakan sistem koloid dengan fase
terdispersi padat dalam medium pendispersi
padat. Kosmetik yang termasuk tipe koloid sol
padat yaitu lipstik dan pensil alis. Masker dan
maskara termasuk koloid tipe sol cair. Sabun
cukur termasuk koloid tipe buih. Parfum semprot
termasuk koloid tipe aerosol cair.
5. Jawaban: d
Getah karet termasuk koloid tipe sol cair. Koloid
tipe sol cair memiliki fase terdispersi padat dalam
medium pendispersi cair. Koloid dengan fase gas
dalam cair dinamakan busa cair. Koloid dengan
fase cair dalam cair dinamakan emulsi cair. Koloid
dengan fase cair dalam padat dinamakan emulsi
padat. Koloid dengan fase padat dalam padat
dinamakan sol padat.
B. Uraian
1.
Contoh penerapan sistem koloid dalam bidang
industri makanan yaitu pembuatan susu, mentega,
es krim, keju, dan mayones. Susu, es krim, dan
mayones termasuk koloid tipe emulsi cair yaitu
memiliki fase terdispersi cair dalam medium
pendispersi cair. Mentega dan keju termasuk
emulsi padat yaitu memiliki fase terdispersi cair
dalam medium pendispersi padat.
2.
Produk-produk dalam industri dibuat dalam bentuk
koloid karena sistem koloid merupakan satusatunya cara membuat zat-zat atau bahan yang
tidak dapat larut satu sama lain menjadi campuran
yang stabil.
Contoh:
Tinta yang mempunyai fase terdispersi zat-zat
berwarna (pigmen) dan medium pendispersi air.
Sebenarnya zat-zat warna (pigmen) tidak larut
dalam air. Akan tetapi dengan sistem koloid dapat
dibuat tinta yang berupa campuran yang stabil.
Kimia Kelas XI
115
3. Lumpur merupakan koloid bermuatan negatif yang
kurang stabil. Penambahan tawas (KAl(SO4)2)
berguna untuk menetralkan muatan lumpur
sehingga lumpur beragregat dan mengendap.
formiat atau asam asetat. Karet yang telah
menggumpal selanjutnya digiling dan dicuci. Karet
kemudian diproses lebih lanjut menjadi lembaran
(sheet).
4. Getah karet adalah koloid tipe sol. Zat yang
terdispersi dalam getah karet adalah partikelpartikel karet. Karet dapat diperoleh dengan
memisahkan partikel-partikel karet dari medium
pendispersinya. Hal ini dilakukan dengan
mengkoagulasikan getah karet dengan asam
5. Molekul sabun atau detergen mempunyai gugus
kepala yang bersifat polar dan hidrofil, serta gugus
ekor yang bersifat nonpolar dan hidrofob. Jika
sabun dilarutkan dalam air, bagian kepala akan
menghadap air dan bagian ekor akan menghadap
ke dalam mengelilingi kotoran. Kotoran tersebut
akan diikat sehingga terlepas dari serat kain.
116
Koloid
Kimia Kelas XI
117
Penggantian
Pelarut
Pendinginan
Pengembunan
Uap
Reaksi
Redoks
Reaksi
Pemindahan/
Substitusi
Reaksi
Hidrolisis
Reaksi
Pengendapan
Homogenisasi
Peptisasi
Mekanik
Busur Bredig
Fisika
Kimia
Bidang Kosmetik
Bidang Farmasi
Bidang Makanan
Bidang Industri
Cara Dispersi
Cara Kondensasi
Penerapan Koloid dalam
Kehidupan Sehari-hari
dan Industri
Pembuatan
Koloid
Koloid
Sifat-Sifat
Koloid
Sistem Dispersi
Koloid
Busa
Busa Cair
Busa Padat
Emulsi Cair
Emulsi Padat
Aerosol Cair
Aerosol Padat
Sol Cair
Sol Padat
Koloid Liofil dan Liofob
Koloid Pelindung
Dialisis
Koagulasi
Adsorpsi
Elektroforesis
Gerak Brown
Efek Tyndall
Emulsi
Aerosol
Sol
A. Pilihan Ganda
1. Jawaban: c
Tinta, lateks (getah karet), margarin, dan batu
apung termasuk koloid. Sementara itu, air sadah
bukan merupakan koloid karena di dalamnya
terdapat ion-ion Ca 2+ dan Mg 2+ yang mengakibatkan sabun tidak dapat berbusa. Ion-ion
tersebut terdispersi homogen dalam air, stabil, dan
tidak dapat disaring dengan kertas saring biasa.
Oleh karena itu, air sadah termasuk larutan.
2. Jawaban: a
Salah satu ciri yang membedakan larutan dengan
koloid adalah kejernihannya. Larutan membentuk
sistem dispersi yang jernih, sedangkan koloid
terlihat keruh. Larutan dan koloid mempunyai
persamaan untuk ciri fisik yang lain, seperti terlihat
homogen, stabil, tidak mengendap, dan tidak
dapat disaring dengan kertas saring.
3. Jawaban: c
Batu apung termasuk koloid tipe busa padat.
Koloid busa padat memiliki fase terdispersi gas
dalam medium pendispersi padat. Contoh koloid
busa padat yang lain yaitu styrofoam. Paduan
logam dan kaca berwarna termasuk koloid tipe
sol padat. Mentega dan mutiara termasuk koloid
tipe emulsi padat.
4. Jawaban: e
Udara yang ditiupkan ke dalam larutan sabun
menggunakan sedotan akan membentuk buih.
Buih merupakan koloid tipe busa cair. Koloid busa
cair memiliki fase terdispersi gas dan medium
pendispersi cair. Fase cair dalam padat
dinamakan emulsi padat. Fase gas dalam padat
dinamakan busa padat. Fase cair dalam cair
dinamakan emulsi cair. Fase cair dalam gas
dinamakan aerosol cair.
5. Jawaban: a
Sol cair adalah sistem koloid dengan fase padat
terdispersi dalam fase cair. Fase cair yang
terdispersi dalam fase cair disebut emulsi cair.
Fase padat yang terdispersi dalam gas disebut
aerosol padat. Fase cair yang terdispersi dalam
fase gas disebut aerosol cair. Fase gas yang terdispersi dalam fase cair disebut busa cair.
6. Jawaban: c
Minyak parafin yang merupakan senyawa nonpolar dapat bergabung dengan air yang
118
Koloid
merupakan senyawa polar karena adanya
detergen. Detergen mempunyai bagian polar
berupa natrium sulfonat dan bagian nonpolar
berupa senyawa hidrokarbon. Dengan adanya
dua bagian detergen tersebut, memungkinkan
minyak parafin dapat bergabung dengan air
membentuk emulsi cair. Emulsi cair memiliki fase
terdispersi cair dalam medium pendispersi cair.
Contoh sol cair adalah tinta dan cat. Contoh busa
cair adalah busa sabun dan krim kocok. Contoh
aerosol cair adalah kabut dan awan. Contoh
emulsi padat adalah mentega dan keju.
7. Jawaban: b
Koagulasi merupakan peristiwa pengendapan
partikel-partikel koloid sehingga fase terdispersi
terpisah dari medium pendispersinya. Contoh
pada proses pembentukan delta di daerah muara,
koagulannya berupa air laut yang merupakan
elektrolit. Identifikasi jenazah melalui tes DNA
merupakan penerapan sifat koloid elektroforesis.
Pembuatan es krim dengan penambahan gelatin
dan penambahan emulgator pada pembuatan
emulsi minyak dengan air merupakan penerapan
sifat koloid berupa koloid pelindung. Penjernihan
minyak goreng dengan penambahan arang aktif
merupakan penerapan sifat koloid berupa
adsorpsi.
8. Jawaban: a
Sifat adsorpsi diterapkan pada penyaringan asap
pabrik dengan alat Cottrell dan pemutihan gula
dengan karbon aktif (ditunjukkan oleh angka 1)
dan 2)). Penjernihan air dengan tawas merupakan
penerapan sifat koagulasi. Sorot lampu pada
malam hari berkabut merupakan penerapan sifat
efek Tyndall. Cuci darah pada penderita gagal
ginjal merupakan penerapan sifat dialisis.
9. Jawaban: e
Peristiwa berkumpulnya warna cokelat pada salah
satu mulut pipa U menunjukkan sifat koloid
elektroforesis. Fe(OH) 3 bermuatan positif,
sedangkan As 2 S 3 bermuatan negatif. Jika
rangkaian dihubungkan dengan sumber arus
listrik searah, koloid yang bermuatan positif akan
bergerak menuju elektrode negatif. Sebaliknya,
koloid yang bermuatan negatif akan bergerak
menuju elektrode positif. Akibatnya, partikel dari
As2S3 yang berwarna cokelat akan berkumpul
pada salah satu mulut pipa.
10. Jawaban: d
Liofil adalah koloid yang fase terdispersinya
mempunyai afinitas besar dalam menarik medium
pendispersinya. Zat yang termasuk liofil adalah
agar-agar, mentega, awan, sabun, minyak tanah,
lem karet, lem kanji, dan busa sabun. Sementara
itu, sol emas, sol perak klorida, susu, belerang,
batu apung, asap, dan debu merupakan liofob.
Liofob adalah koloid yang fase terdispersinya
mempunyai afinitas kecil terhadap medium
pendispersi.
11. Jawaban: c
Muatan listrik pada partikel koloid terjadi karena
permukaan partikel-partikel koloid mengadsorpsi
atau menyerap ion-ion yang ada dalam medium
pendispersi.
12. Jawaban: d
Pada peristiwa tersebut, partikel-partikel yang
dapat disaring termasuk partikel kasar, sedangkan
filtratnya termasuk koloid. Hal ini karena saat
filtrat disinari dengan lampu senter dapat
menghamburkan sinar sehingga jalannya sinar
terlihat. Sifat koloid yang ditunjukkan oleh
peristiwa tersebut berupa sifat efek Tyndall.
13. Jawaban: d
Cuci darah bagi penderita gagal ginjal menerapkan sifat koloid berupa dialisis. Menghilangkan
bau badan menerapkan sifat koloid berupa
adsorpsi. Penyaringan asap pabrik menerapkan
sifat koloid berupa koagulasi. Sorot lampu pada
malam hari menerapkan sifat koloid berupa efek
Tyndall. Gelatin pada es krim menerapkan sifat
koloid berupa koloid pelindung.
14. Jawaban: c
Santan termasuk koloid tipe emulsi cair. Koloid
emulsi cair memiliki fase terdispersi cair dalam
medium pendispersi cair. Fase gas dalam
medium pendispersi cair merupakan koloid tipe
busa cair. Fase cair dalam medium pendispersi
gas merupakan koloid tipe aerosol cair. Fase gas
dalam medium pendispersi padat merupakan
koloid tipe busa padat. Fase padat dalam medium
pendispersi cair merupakan koloid tipe sol cair.
15. Jawaban: b
Penggunaan asam format pada proses
pengolahan karet dari lateks bertujuan untuk
menggumpalkan lateks. Jadi, proses ini
menerapkan prinsip koagulasi. Penerapan prinsip
koloid pelindung diterapkan pada penambahan
gelatin untuk mencegah terbentuknya gula atau
kristal es pada es krim, penggunaan kasein pada
proses pembuatan susu, penambahan lesitin
untuk menstabilkan butiran-butiran air dalam
proses pembuatan margarin, dan penggunaan
larutan gom untuk melindungi partikel-partikel
karbon dalam tinta.
16. Jawaban: e
Adsorpsi merupakan proses penyerapan suatu
partikel zat, baik berupa ion, atom, maupun
molekul pada permukaan zat tersebut sehingga
koloid akan memiliki muatan listrik. Contoh
penerapannya yaitu pada proses pemutihan gula
tebu (4) dan pengobatan diare dengan norit (5).
Pemutihan gula menerapkan sifat adsorpsi
kotoran yang mengakibatkan warna gula menjadi
cokelat. Pengobatan diare dengan norit
menerapkan sifat adsorpsi racun dan air yang
terdapat dalam saluran pencernaan. Sorot lampu
proyektor di gedung bioskop menunjukkan sifat
efek Tyndall. Penetralan albuminoid dalam darah
sehingga terjadi penggumpalan dan menutup luka
menerapkan sifat koagulasi. Proses cuci darah
pada penderita gagal ginjal menerapkan sifat
dialisis.
17. Jawaban: c
Dialisis merupakan cara mengurangi ion-ion
pengganggu yang terdapat dalam sistem koloid
menggunakan selaput semipermeabel. Contoh
penerapannya yaitu pada proses cuci darah
penderita gagal ginjal. Peristiwa penggumpalan
lateks, pembentukan delta pada muara sungai,
dan pengendapan debu pada cerobong asap
merupakan contoh penerapan sifat koagulasi.
Sementara itu, peristiwa pengobatan sakit perut
dengan norit merupakan contoh penerapan sifat
adsorpsi.
18. Jawaban: a
Beberapa pembuatan koloid dengan cara
kondensasi sebagai berikut.
1) Pembuatan sol As2S3 dengan mengalirkan
gas H2S ke dalam larutan As2O3.
2) Pembuatan sol Fe(OH)3 dengan cara mereaksikan FeCl3 dengan air panas.
3) Pembuatan sol belerang dengan cara reaksi
redoks.
Pembuatan sol emas dengan melompatkan bunga
api listrik dari elektrode Au ke dalam air
merupakan cara busur Bredig. Pembuatan sol
belerang dengan mencampurkan serbuk belerang
dengan gula, lalu dimasukkan dalam air
merupakan cara mekanik. Pembuatan sol Al(OH)3
dengan menambahkan larutan AlCl3 ke dalam
endapan Al(OH)3 merupakan cara peptisasi. Pembuatan sol agar-agar dengan cara memasukkan
serbuk agar-agar ke dalam air panas merupakan
cara mekanik.
Kimia Kelas XI
119
19. Jawaban: e
Sol damar bersifat larut dalam alkohol, tetapi sukar
larut dalam air. Pada pembuatan sol damar, mulamula damar dilarutkan dalam alkohol hingga diperoleh larutan jenuhnya. Larutan jenuh selanjutnya
ditambah air hingga diperoleh sol damar.
Pembuatan koloid tersebut menggunakan cara
penggantian pelarut. Pembuatan koloid dengan
reaksi redoks selalu disertai dengan perubahan
bilangan oksidasi. Pembuatan koloid dengan
reaksi hidrolisis dilakukan dengan mereaksikan
garam tertentu dengan air. Pembuatan koloid
dengan reaksi pengendapan dilakukan dengan
cara mencampurkan dua macam larutan elektrolit
hingga menghasilkan endapan yang berukuran
koloid. Pembuatan koloid dengan pengembunan
uap dilakukan dengan cara menguapkan zat lalu
mengembunkan uapnya yang dilakukan melalui
pengaliran lewat air dingin.
20. Jawaban: d
Sol sulfida yang terbentuk dari endapan CdS
dapat dibuat dengan cara mengalirkan gas H2S
ke dalam endapan CdS hingga diperoleh sulfida
yang terdispersi. Cara ini dinamakan peptisasi
yaitu melarutnya kembali endapan elektrolit yang
berupa partikel-partikel koloid.
21. Jawaban: c
Sol Liofil
Sol Liofob
Kekentalannya tinggi.
Bersifat reversible.
Kurang menunjukkan gerak
Brown.
Dapat mengadsorpsi mediumnya.
Efek Tyndall kurang jelas.
Kekentalannya rendah.
Bersifat irreversible.
Gerak Brown sangat jelas.
Tidak dapat mengadsorpsi
mediumnya.
Efek Tyndall sangat jelas.
22. Jawaban: b
Kalsium asetat sukar larut dalam alkohol, tetapi
mudah larut dalam air. Agar kalsium asetat dapat
larut dalam alkohol, kalsium asetat dilarutkan
terlebih dahulu ke dalam air hingga terbentuk
larutan jenuh kalsium asetat, lalu ditambahkan
pelarut alkohol sedikit demi sedikit. Penambahan
ini mengakibatkan terjadinya pergantian pelarut
dari air ke alkohol sehingga terjadi koloid gel
kalsium asetat.
23. Jawaban: b
Cat merupakan contoh sistem koloid yang berwujud
sol cair (sol) yaitu sistem koloid dengan fase
terdispersi padat dalam medium pendispersi cair.
Fase terdispersi padat dalam medium pendispersi
padat adalah sol padat, cair dalam padat adalah
emulsi padat, cair dalam gas adalah aerosol cair
(aerosol), dan gas dalam cair adalah busa cair.
120
Koloid
24. Jawaban: d
Mentega termasuk emulsi padat yaitu koloid
dengan fase terdispersi cair dalam medium
pendispersi padat. Sementara itu, cuka, garam,
jagung, dan singkong bukan merupakan koloid.
25. Jawaban: b
Penggunaan koloid tipe sol cair terdapat pada cat
kuku dan masker wajah, lipstik termasuk sol
padat. Hairspray dan parfum semprot termasuk
aerosol. Pembersih muka termasuk emulsi.
Sabun cukur termasuk buih. Minyak rambut
termasuk gel.
26. Jawaban: c
Kuning telur berfungsi sebagai emulgator dalam
mayones. Kuning telur membantu mengemulsikan
minyak nabati dalam air.
27. Jawaban: c
Saat dipanaskan, putih telur akan mengalami
penggumpalan (koagulasi). Peristiwa koagulasi
juga terjadi pada kegiatan mendinginkan agar-agar
panas. Sementara itu, kegiatan pencelupan serat
wol, pemurnian gula pasir, dan penyembuhan sakit
perut dengan norit menunjukkan sifat koloid berupa
adsorpsi. Pengurangan zat pencemar udara yang
dikeluarkan dari cerobong asap pabrik menunjukkan sifat koloid berupa elektroforesis.
28. Jawaban: e
Pembersih muka merupakan emulsi cair. Bahan
berwujud cair didispersikan dalam medium cair.
Lipstik adalah sol padat, sedangkan maskara dan
cat kuku adalah sol cair. Gel rambut merupakan
koloid tipe gel.
29. Jawaban: a
1) 2H2S +
–2
SO2 ⎯⎯→ 2H2O + 3S
+4
0
oksidasi
reduksi
2)
3)
4)
5)
Reaksi tersebut merupakan reaksi konproporsionasi (redoks).
As2O3 + 3H2S → As2S3 + 3H2O
Reaksi tersebut merupakan reaksi pemindahan.
AgNO3 + HCl → AgCl + HNO3
Reaksi tersebut merupakan reaksi pengendapan.
FeCl3 + 3H2O → Fe(OH)3 + 3HCl
Reaksi tersebut merupakan reaksi hidrolisis.
2H3AsO3 + 3H2S → 6H2O + As2S3
Reaksi tersebut merupakan reaksi dekomposisi rangkap.
30. Jawaban: e
Norit dapat digunakan untuk mengobati sakit perut
karena norit dapat membentuk koloid yang
mampu mengadsorpsi zat racun atau gas di dalam
pencernaan. Penggunaan norit ini menerapkan
sifat adsorpsi koloid.
B. Uraian
1. Pengharum ruangan semprot adalah koloid tipe
aerosol cair. Aerosol cair terbentuk dari fase cair
yang terdispersi dalam medium pendispersi gas.
Demikian pula dengan pengharum ruangan
semprot. Bahan aktif pengharum ruangan semprot
yang berwujud cair didispersikan dalam gas
bertekanan tinggi.
2. a.
b.
c.
d.
e.
f.
Susu: fase terdispersi cair dan medium
pendispersi cair.
Asap: fase terdispersi padat dan medium
pendispersi gas.
Kaca berwarna: fase terdispersi padat dan
medium pendispersi padat.
Mutiara: fase terdispersi cair dan medium
pendispersi padat.
Busa detergen: fase terdispersi gas dan
medium pendispersi cair.
Cat tembok: fase terdispersi padat dan
medium pendispersi cair.
3. Koloid dapat menghamburkan cahaya karena
partikel-partikel koloid yang berupa molekul atau
ion berukuran cukup besar sehingga mampu
menghamburkan cahaya yang diterimanya ke
segala arah meskipun partikel koloidnya tidak
tampak. Larutan tidak dapat menghamburkan
cahaya karena ukuran partikel larutan sangat
kecil, lebih kecil dari ukuran partikel koloid
sehingga tidak mampu menghamburkan cahaya.
4. Peptisasi merupakan peristiwa pemecahan
molekul besar menjadi molekul kecil (berukuran
koloid) dengan penambahan zat kimia. Suatu
presipitat (zat padat) didispersikan ke dalam suatu
medium dispersi dengan jalan penambahan zat
ketiga. Sementara itu, koagulasi merupakan
peristiwa penggumpalan partikel-partikel koloid
sehingga fase terdispersi terpisah dari medium
perdispersinya. Jadi, secara skema dapat dituliskan sebagai berikut.
koloid
koagulasi
⎯⎯⎯⎯→
←⎯⎯⎯⎯
peptisasi
presipitat
5. Dispersi koloid stabil dan tidak mudah
terkoagulasi karena adanya gerak Brown pada
partikel koloid sehingga membuat gaya gravitasi
tidak berpengaruh.
6. Kegiatan industri yang memanfaatkan sifat
adsorpsi sebagai berikut.
a. Industri gula yaitu pada kegiatan pemutihan
gula.
b. Industri tekstil yaitu pada proses pewarnaan
tekstil.
c. Industri air minum yaitu pada kegiatan menjernihkan dan memurnikan air.
d. Industri logam yaitu pada kegiatan memisahkan mineral logam dari bijihnya.
e. Industri zat warna yaitu pada kegiatan
memisahkan komponen zat warna.
7. Hemodialisis (cuci darah) merupakan terapi medis
yang digunakan oleh penderita penurunan fungsi
ginjal. Hemodialisis berfungsi membuang zat-zat
sisa metabolisme dalam darah menggunakan
mesin dialisator. Darah dipompa keluar dari tubuh
kemudian masuk ke dalam mesin dialisator. Di
dalam dialisator, darah dibersihkan dari zat-zat
racun melalui proses difusi dan ultra filtrasi oleh
cairan khusus untuk dialisis. Setelah bersih, darah
dialirkan kembali ke dalam tubuh.
8. Tujuan penggunaan alat pengendap Cottrel di
pabrik dan industri yaitu mencegah polusi udara
oleh buangan beracun dan memperoleh kembali
debu yang berharga (misal debu logam). Cara kerja
alat tersebut dengan mengalirkan asap dari pabrik
melalui ujung-ujung logam yang tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 hingga
75.000 volt). Ujung-ujung yang runcing akan
mengionkan molekul-molekul dalam udara. Ion-ion
tersebut akan diadsorpsi oleh partikel asap
sehingga menjadi bermuatan. Selanjutnya, partikel
asap bermuatan tersebut akan ditarik dan diikat
pada elektrode yang bermuatan berlawanan.
9. Kosmetik hampir 90% dibuat dalam bentuk koloid
karena bentuk koloid mempunyai beberapa
kelebihan. Kelebihan bentuk koloid dalam
kosmetik sebagai berikut.
a. Mudah dibersihkan.
b. Tidak merusak kulit dan rambut.
c. Mudah menyerap berbagai bahan yang berfungsi sebagai pewangi, pelembut, dan
pewarna.
d. Mengandung dua jenis bahan yang tidak
saling melarutkan.
10. Dengan cara mekanik, sol belerang dibuat dengan
cara menggerus serbuk belerang bersama-sama
dengan suatu zat inert (seperti gula pasir), lalu
mencampur serbuk halus tersebut dengan air.
Kimia Kelas XI
121
A. Pilihan Ganda
mol CH3COOH =
1. Jawaban: b
Pasangan asam-basa konjugasi pada reaksi
tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1) HCl(aq) + H2PO4–(aq) → Cl–(aq) + H3PO4(aq)
asam
basa
basa
konjugasi
asam
konjugasi
Pasangan asam-basa konjugasi dalam reaksi
ini yaitu HCl dengan Cl– dan H2PO4– dengan
H3PO4.
2)
HClO2(aq) + H2O( ) → ClO2–(aq) + H3O+(aq)
asam
basa
basa
konjugasi
asam
konjugasi
Pasangan asam-basa konjugasi dalam reaksi
ini yaitu HClO2 dengan ClO2– dan H2O dengan
H3O+.
2. Jawaban: d
mol NH4OH = 0,1 mol
volume NH4OH = 500 mL = 0,5 L
M NH4OH =
mol
volume
=
0,1 mol
0,5 L
[OH–] =
Kb × M
[OH–] =
(2 × 10−5 ) × 0,2
[OH–] =
4 × 10−6
= 0,2 M
[OH–] = 2 × 10–3
pOH = –log [OH–]
pOH = –log (2 × 10–3) = 3 – log 2
pH = 14 – pOH = 14 – (3 – log 2) = 11 + log 2
3. Jawaban: c
massa CH3COOH = 6 gram
Mr CH3COOH = 60 gram mol–1
M CH3COOH
massa CH3COOH
M r CH3COOH
=
6 gram
60 gram mol−1
=
mol CH3COOH
volume CH3COOH
=
0,1 mol
1L
[H+] =
Ka × M
[H+] =
10−5 × 0,1
[H+] =
10−6 = 10–3
= 0,1 M
pH = –log [H+]
= –log (10–3) = 3
pH 1 liter larutan yang mengandung 6 gram
CH3COOH adalah 3.
100 mL larutan tersebut juga mempunyai pH = 3,
sehingga untuk mengubah pH menjadi 4 harus
diencerkan hingga volume:
pH = 4 → [H+]= 10–4
[H+] =
Ka × M
[10–4] =
10−5 × M
10–8 = 10–5 × M
M=
10 −8
10 −5
= 10–3
Diketahui V1 = 100 mL = 0,1 L dan M1= 0,1 M,
dan M2 = 10–3 M.
V1 × M1 = V2 × M2
0,1 L × 0,1 M = V2 × 10–3 M
V2 =
0,1 L × 0,1 M
10−3 M
Ulangan Akhir Semester
= 10 L
Jadi, volume larutan encer yang harus dibuat
sebanyak 10 liter (100 mL larutan diencerkan
hingga 10 L).
4. Jawaban: b
Mol KOH = MKOH × VKOH
= 0,01 M × 0,2 L
= 2 × 10–3 mol
122
= 0,1 mol
4 × 10–10 = 10–8[garam]
Mol HCN = MHCN × VHCN
= 0,01 M × 0,2 L
= 2 × 10–3 mol
[garam] = 4 × 10–2 M
KOH(aq) + HCN(aq) → KCN(aq) + H 2 O( )
mula-mula: 2 × 10–3
2 × 10–3
10–3
10–3
10–3
10–3
reaksi:
2×
2×
2×
2×
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––– –
2 × 10–3
sisa:
–
–
2 × 10–3
mol garam KCN = 2 × 10–3 mol
Volume total = 200 mL + 200 mL
= 400 mL = 0,4 L
MKCN =
mol KCN
volume KCN
=
2 × 10 −3 mol
0,4 liter
= 5 × 10–3 M
Garam KCN berasal dari basa kuat dengan asam
lemah sehingga bersifat basa.
KCN(aq) → K+(aq) + CN–(aq)
2×
10–3
2×
10–3
2×
+ H2O( ) ⎯/→
CN–(aq) + H2O( ) → HCN(aq) + OH–(aq)
[OH–] =
Kw
Ka
10
× [KCN]
× (5 × 10−3 )
[OH–] =
0,625 × 10−7
[OH–] =
6,25 × 10−8
[OH–] = 2,5 × 10–4
pOH = –log [OH–]
= – log (2,5 × 10–4)
= 4 – log 2,5
pH = 14 – pOH
= 14 – (4 – log 2,5)
= 10 + log 2,5
Jadi, pH larutan akhir hasil campuran adalah
10 + log 2,5.
5. Jawaban: b
Reaksi antara larutan NH4OH dengan HCl merupakan reaksi antara basa lemah dengan asam kuat.
NH4OH(aq) + HCl(aq) → NH4Cl(aq) + H2O( )
pH = 5 – log 2
–log [H+] = –log 2 × 10–5
[H+] = 2 × 10–5 M
2 × 10–5 =
mol garam
volume
4 × 10–2 =
mol garam
0,2 liter
mol garam = 8 × 10–3 mol
mol HCl : mol NH4Cl = 1 : 1, mol HCl = mol NH4Cl
= 8 × 10–3 mol
Jadi, mol HCl yang bereaksi sebanyak 8 × 10–3 mol.
6. Jawaban: d
Reaksi yang terjadi merupakan reaksi hidrolisis
garam
pH = 9, pOH = 14 – 9 = 5
[OH–] = 10–5
[OH–] =
10–5 =
10–10 =
Kw
Ka
[garam]
10−14
4 × 10−7
10 −14
4 × 10 −7
[garam]
[garam]
4 × 10–17 = 10–14[garam]
−14
8 × 10−10
[H+] =
[garam] =
10–3
K+(aq)
[OH–] =
mol garam NH4Cl yang terbentuk dalam reaksi
sebagai berikut.
Kw
Kb
[garam]
10−14
10−6
× [garam]
[garam] = 4 × 10–3 M
mol
Konsentrasi garam = volume
Reaksi:
H2CO3(aq) + 2NaOH(aq) → Na2CO3(aq) + 2H2O( )
mol H2CO3 : mol NaOH : mol Na2CO3 = 1 : 2 : 1
mol H2CO3 : (0,4 L × 0,01 M) : mol Na2CO3 = 1 : 2 : 1
mol H2CO3 : (4 × 10–3 mol) : mol Na2CO3 = 1 : 2 : 1
1
mol H2CO3 = mol Na2CO3 = 2 (4 × 10–3 mol) = 2 ×
10–3 mol
mol Na CO
[garam] = [Na2CO3] = volume2 total3
4 × 10–3 =
volume total =
2 × 10−3
volume total
2 × 10 −3
4 × 10 −3
= 0,5 L
Jadi, volume total larutan garam adalah 0,5 liter
atau 500 mL.
Volume H2CO3 = volume total – volume NaOH
Volume H2CO3 = 500 mL – 400 mL = 100 mL
mol H2CO3 = (0,02 M × 0,1 L) = 2 × 10–3 mol
(sesuai)
Dengan demikian, volume H2CO3 yang ditambahkan sebanyak 100 mL.
Kimia Kelas XI
123
7. Jawaban: e
Campuran yang dapat membentuk larutan penyangga yaitu campuran antara asam kuat dengan
basa lemah atau basa kuat dengan asam lemah
dan ketika direaksikan sisa asam lemah/basa
lemah.
1) Mol NaOH = MNaOH × VNaOH
= 0,1 M × 100 mL
= 10 mmol
Mol HCl = MHCl × VHCl
= 0,1 M × 100 mL
= 10 mmol
NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O( )
Mula-mula : 10 mmol 10 mmol
–
–
Reaksi
: 10 mmol 10 mmol 10 mmol 10 mmol
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
:
–
–
10 mmol 10 mmol
Habis bereaksi
2)
Mol NaOH = MNaOH × VNaOH
= 0,1 M × 100 mL
= 10 mmol
Mol CH3COOH = MCH COOH × VCH COOH
3
3
= 0,1 M × 100 mL
= 10 mmol
NaOH(aq) + CH3COOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O( )
Mula-mula: 10 mmol 10 mmol
–
–
Reaksi
: 10 mmol 10 mmol
10 mmol 10 mmol
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
:
–
–
10 mmol 10 mmol
Habis bereaksi
3)
2NaOH(aq) + H2CO3(aq) → Na2CO3(aq) + 2H2O( )
Mula-mula: 10 mmol
10 mmol
–
–
Reaksi
: 10 mmol
5 mmol
5 mmol
10 mmol
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
:
–
5 mmol
5 mmol
10 mmol
Sisa asam lemah
Jadi, larutan penyangga terbentuk pada reaksi
antara 100 mL NaOH 0,1 M dan 100 mL H2CO3
0,1 M.
8. Jawaban: c
mol HNO3 = 0,5 L × 0,1 M = 0,05 mol
mol NH3 =
1,275 gram
17 gram mol−1
HNO3(aq)
3
[OH–] = Kb
= 0,1 M × 100 mL = 10 mmol
Mula-mula: 20 mmol 10 mmol
–
–
Reaksi
: 10 mmol 10 mmol
10 mmol
10 mmol
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
: 10 mmol
–
10 mmol
10 mmol
Sisa basa kuat
Mol NaOH = MNaOH × VNaOH
= 0,1 M × 100 mL
= 10 mmol
Mol H2CO3 = MH CO × VH CO
2
3
2
3
= 0,1 M × 50 mL
= 5 mmol
2NaOH(aq) + H2CO3(aq) → Na2CO3(aq) + 2H2O( )
Mula-mula : 10 mmol
5 mmol
–
–
Reaksi
: 10 mmol
5 mmol
5 mmol 10 mmol
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
:
–
–
5 mmol 10 mmol
Habis bereaksi
Ulangan Akhir Semester
NH4NO 3( aq )
–
0,05 mol
0,05 mol
[basa]
[garam]
[OH–] = 9 × 10–6
NaOH(aq) + CH3COOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O( )
→
0,075 mol
0,05 mol
0,025 mol
Reaksi menyisakan basa lemah dan garam sehingga membentuk larutan penyangga.
[OH–] = 1,8 × 10–5 ×
3
= 0,075 mol
+ NH3(aq)
mula-mula: 0,05 mol
reaksi:
0,05 mol
setimbang:
–
Mol NaOH = MNaOH × VNaOH
Mol CH3COOH = MCH COOH × VCH COOH
124
Mol NaOH = MNaOH × VNaOH
= 0,1 M × 100 mL
= 10 mmol
Mol H2CO3 = MH CO × VH CO
2
3
2
3
= 0,1 M × 100 mL
= 10 mmol
OH– = 1,8 × 10–5 ×
= 0,2 M × 100 mL
= 20 mmol
4)
5)
⎡ 0,025 mol ⎤
⎢ 0,5 L ⎥
⎣
⎦
⎡ 0,05 mol ⎤
⎢ 0,5 L ⎥
⎣
⎦
0,025
0,05
pOH = –log [OH–] = –log 9 × 10–6
pOH = 6 – log 9
pH = 14 – pOH = 14 – (6 – log 9) = 8 + log 9
Jadi, pH larutan akhir merupakan pH larutan
penyangga sebesar 8 + log 9.
9. Jawaban: e
misal volume CH3COOH adalah x dan volume KOH
adalah y.
mol CH3COOH = 0,05x
mol KOH = 0,05y
pH = 5 → [H+] = 10–5
CH3COOH(aq) + KOH(aq) → CH3COOK(aq) + H2O( )
mula-mula:
reaksi:
setimbang:
0,05x
0,05y
0,05x – 0,05y
= 0,05(x – y)
[H+] = Ka
0,05y
0,05y
–
0,05y
0,05y
[asam]
[garam]
10–5 = (2 × 10–5)
⎡ 0,05(x − y ) ⎤
⎢ volume total ⎥
⎣
⎦
0,05y
⎡
⎤
⎢ volume total ⎥
⎣
⎦
0,05y
0,05y
10 −5
2 × 10 −5
1
2
=
0,05(x − y )
0,05y
=
0,05(x − y )
0,05y
mol Ba(OH)2 = 300 mL × 0,01 M = 3 mmol = 3 ×
10–3 mol
mol H2SO4 = mol Ba(OH)2 = 3 × 10–3 mol
volume H2SO4 =
0,1(x – y) = 0,05y
0,1x – 0,1y = 0,05y
0,1x = 0,05y + 0,1y
0,1x = 0,15y
x=
0,15
0,1
=
y = 1,5y
10. Jawaban: b
Reaksi dalam titrasi sebagai berikut.
2NaOH(aq) + H2SO4 (aq) → Na2SO4(aq) + 2H2O( )
Perbandingan mol NaOH dengan H2SO4 adalah
2 : 1.
mol NaOH = 20 mL × 0,1 M = 2 mmol
1
2
mol NaOH =
1
(2 mmol) = 1 mmol
2
mol H2SO4 = volume × [H2SO4]
[H2SO4] =
mol H2SO4
volume
3 × 10 −3 mol
0,05
= 0,06 L = 60 mL
Jadi, volume H2SO4 yang diperlukan sebanyak
60 mL.
Jadi, perbandingan volume CH3COOH dengan
volume KOH adalah x : y = 1,5 : 1 = 3 : 2.
mol H2SO4 =
mol
[H2SO4 ]
1 mmol
= 20 mL = 0,05 M
Jadi, konsentrasi larutan H2SO4 adalah 0,05 M.
11. Jawaban: e
Reaksi titrasi antara HCN (asam lemah) dan titran
KOH (basa kuat) ditunjukkan oleh grafik e yang
ditandai dengan pH larutan yang semula asam (di
bawah 7) mengalami kenaikan selama
penambahan titran KOH. Titik ekuivalen terjadi pada
pH di atas 7 karena hasil titrasi menghasilkan
garam KCN yang bersifat basa. Grafik titrasi a
menunjukkan reaksi titrasi antara asam kuat dengan
basa kuat yang ditunjukkan oleh pH larutan yang
semula asam (di bawah 7) semakin naik hingga
titik titrasi pada pH 7 (netral). Grafik titrasi b
menunjukkan titrasi basa kuat dengan asam kuat
yang ditandai dengan pH larutan yang semula basa
(di atas 7) mengalami penurunan hingga titik
ekuivalen pada pH 7 (netral). Grafik c menunjukkan reaksi titrasi basa lemah dengan asam kuat
yang ditandai dengan pH awal berupa basa
kemudian mengalami penurunan hingga titik
ekuivalen pada pH di bawah 7. Penurunan ini terjadi
karena hasil titrasi berupa garam yang bersifat
asam. Grafik d menunjukkan grafik titrasi basa kuat
dengan asam lemah yang ditandai dengan titik
ekuivalen pada pH di bawah 7.
12. Jawaban: e
H2SO4(aq) + Ba(OH)2(aq) → BaSO4(aq) + 2H2O( )
Oleh karena reaksi menghasilkan larutan netral,
mol H2SO4 sama besar dengan mol Ba(OH)2.
13. Jawaban: b
volume NaOH = 400 mL = 0,4 L
pH NaOH = 12 – log 5, pOH = 14 – (12 – log 5) =
2 + log 5
[OH–] = 5 × 10–2 M
[NaOH] = [OH–] = 5 × 10–2 M
mol NaOH = 0,4 L × (5 × 10–2 M) = 0,02 mol
Reaksi menghasilkan larutan netral sehingga mol
gas HCl yang bereaksi sama dengan jumlah mol
NaOH yaitu sebanyak 0,02 mol.
massa gas HCl = mol × Mr
= 0,02 mol × 36,5 gram mol–1
= 0,73 gram
mol HCl
volume HCl
=
0,02 mol
volume HCl
=
volume HCl =
mol NO
volume NO
6 g/30 g mol−1
5L
0,02 mol × 5 L
6 g/30 g mol−1
= 0,500 L = 500 mL
Jadi, volume gas HCl yang dialirkan sebanyak
500 mL.
14. Jawaban: e
H2CO3(aq) + 2NaOH(aq) → Na2CO3(aq) + 2H2O( )
mol NaOH = 25 mL × 0,4 M = 10 mmol
1
mol H2CO3 = 2 × mol NaOH
1
= 2 × 10 mmol = 5 mmol
mol H2CO3 dalam 20 mL larutan = 5 mmol
mol H2CO3 dalam 100 mL larutan = 5 mmol ×
100
20
= 25 mmol
Konsentrasi H2CO3 =
M=
0,25 =
%=
mol
volume
=
25 mmol
100 mL
= 0,25 M
% × 10 × P
Mr
% × 10 × 1,6 gram cm−3
62 gram mol−1
0,25 M × 62 gram cm−3
10 × 1,6 gram cm−3
= 0,97%
Jadi, kadar H2CO3 dalam larutannya sebesar
0,97%.
Kimia Kelas XI
125
15. Jawaban: e
Reaksi titrasi:
H2C2O4(aq) + 2NaOH(aq) → Na2C2O4(aq) + 2H2O( )
mol H2C2O4: mol NaOH = 1 : 2
mol H2C2O4 = 10 mL × 0,01 M = 0,1 mmol
mol NaOH = 2 mol H2C2O4 = 2 × 0,1 mmol =
0,2 mmol
Jumlah mol NaOH dalam 25 mL = 0,2 mmol
Jumlah mol NaOH dalam 500 mL = 0,2 mmol ×
500 mL
25 mL
= 4 mmol
massa NaOH dalam 500 mL = mol × Mr NaOH =
4 mmol × 40 mgram mmol–1 = 160 mgram =
0,16 gram
Kadar NaOH dalam cuplikan
=
massa NaOH sebenarnya
massa cuplikan
=
0,16 gram
2 gram
0,02 mol
CaSO4(s)
x
Ca2+(aq) + SO42–(aq)
x
mol CaSO4 =
x
1,36 mg
136 mg/mmol
= 0,01 mmol
= 1 × 10–2 mmol
= 1 × 10–5 mol
−5
[CaSO4] =
1 × 10 mol
1L
= 1 × 10–5 M
Ca2+(aq) + SO42–(aq)
1 × 10–5
1 × 10–5
18. Jawaban: b
[NaCl] = 0,2 M
VNaCl = 100 mL = 0,1 L
[AgNO3] = 0,2 M
VAgNO = 100 mL = 0,1 L
3
Vtotal = VNaCl + VAgNO = 0,1 L + 0,1 L = 0,2 L
Ulangan Akhir Semester
=
0,02 mol
0,2 L
Mol AgNO3 = MAgNO × VAgNO
3
= 0,1 M
3
= 0,2 M × 0,1 L
= 0,02 mol
AgNO3(s) → Ag+(aq) + NO3–(aq)
0,02 mol
0,02 mol
0,02 mol
[Ag+] dalam AgCl =
mol Ag+
Vtotal
=
0,02 mol
0,2 L
Ag+(aq) + Cl–(aq)
AgCl(s)
Ksp = [Ag+][Cl–] = 0,1 × 0,1 = 0,01 = 10–2
Harga hasil kali [ion-ion] > Ksp AgCl sehingga terjadi
endapan (terbukti).
NaCl(aq) + AgNO3(aq) → AgCl(s) + NaNO3(aq)
0,02 mol
0,02 mol
–
–
Reaksi
:
0,02 mol
0,02 mol
0,02 mol
0,02 mol
–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Sisa
:
–
–
0,02 mol
0,02 mol
Mol AgCl = 0,02 mol
Mr AgCl = (1 × Ar Ag) + (1 × Ar Cl)
= (1 × 108) + (1 × 35,5)
= 108 + 35,5
= 143,5 gram mol–1
Mol AgCl =
0,02 mol =
mAgCl
M r AgCl
m AgCl
143,5
mAgCl = 0,02 mol × 143,5 gram mol–1 = 2,87 gram
19. Jawaban: c
1) NiCO3(s)
Ksp CaSO4 = [Ca2+][SO42–]
Ksp CaSO4 = (1 × 10–5)2
= 1 × 10–10
3
0,02 mol
mol Cl−
Vtotal
[Cl–] dalam AgCl =
Mula-mula :
Ksp CaSO4 = x 2
Vair = 1.000 mL = 1 L
massa CaSO4 = 1,36 mg
126
0,02 mol
= 0,1 M
17. Jawaban: a
1×
NaCl(aq) → Na+(aq) + Cl–(aq)
×100% = 8%
16. Jawaban: c
Ag2CrO4(s) → 2Ag+(aq) + CrO42–(aq)
(Ksp) Ag2CrO4 = [Ag+]2[CrO42–]
10–5
= 0,2 M × 0,1 L
= 0,02 mol
× 100%
Jadi, kadar NaOH dalam cuplikan sebesar 8%.
CaSO4(s)
Mol NaCl = MNaCl × VNaCl
Ni2+(aq) + CO32–(aq)
s
s
Ksp NiCO3 =
s
[Ni2+][CO32–]
1,4 · 10–7 = s2
s=
1,4 × 10−7
= 3,7 × 10–4
2)
MnCO3(s)
Mn2+(aq) + CO32–(aq)
s
Ksp MnCO3 =
s
[Mn2+][CO32–]
2,2 · 10–13 = s2
s
Ksp < Qsp berarti terjadi endapan.
2,2 × 10−13
s=
3)
= 4,6 × 10–7
3)
Konsentrasi setelah dicampurkan:
Cd2+(aq) + CO32–(aq)
CdCO3(s)
s
s
s
[Ag+] =
Ksp CdCO3 = [Cd2+][CO32–]
6,2 · 10–12 = s2
6,2 × 10
s=
−12
s
s
3,8 × 10
= (0,01)2(0,01)
= 10–6
4)
−9
4
AgNO3(aq) → Ag+(aq) + NO3–(aq)
1)
0,02 M
5)
× 0,02 M = 0,01 M
[S2–] =
200 mL
400 mL
× 0,02 M = 0,01 M
2)
Ksp Ag3PO4 = 1 × 10–20
[Ag+] =
[PO43–]
=
· 0,02 M = 0,01 M
2Ag+ (aq) + SO42–(aq)
Ksp > Qsp berarti larut.
Jadi, garam yang larut adalah Ag 2CrO 4 dan
Ag2SO4.
21. Jawaban: d
1) BaCrO4(s)
Ba2+(aq) + CrO42–(aq)
s
s
Ksp BaCrO4 =
s
[Ba2+][CrO42–]
2,0 × 10–10 = s2
× 0,02 M = 0,01 M
Ag3PO4(s)
3Ag+(aq) + PO43–(aq)
Qsp Ag3PO4 = [Ag+]3[PO43–]
= (0,01)3(0,01)
=
200 mL
400 mL
= (0,01)2(0,01)
= 10–6
× 0,02 M = 0,01 M
200 mL
400 mL
· 0,02 M = 0,01 M
Qsp Ag2SO4 = [Ag+]2[SO42–]
Konsentrasi setelah dicampurkan:
200 mL
400 mL
200 mL
400 mL
Ag2SO4(s)
= (0,01)2(0,01)
Ksp < Qsp berarti terjadi endapan.
Ag+(aq) + Br –(aq)
[SO42–] =
Ag2S(s)
2Ag+(aq) + S2–(aq)
Qsp Ag2S = [Ag+]2[S2–]
= 10–6
· 0,02 M = 0,01 M
Ksp Ag2SO4 = 3 · 10–5
[Ag+] =
Konsentrasi setelah dicampurkan:
=
200 ml
400 ml
Konsentrasi setelah dicampurkan:
0,02 M
200 mL
400 mL
[Br –] =
· 0,02 M = 0,01 M
Ksp < Qsp berarti terjadi endapan.
Ksp Ag2S = 2 · 10–49
[Ag+]
200 mL
400 mL
Qsp AgBr = [Ag+][Br –]
= (0,01)(0,01)
= 10–4
3
[S2–] = [PO43–] = [CrO42–] = [Br –] = [SO42–] = 0,02 M
VS2– = VPO3– = VCrO2– = VBr– = VSO2– = 200 mL
[Ag+] =
AgBr(s)
20. Jawaban: c
Suatu garam akan larut jika Ksp > Qsp.
[AgNO3] = 0,02 M
VAgNO = 200 mL
0,02 M
Ksp AgBr = 5 · 10–13
Konsentrasi setelah dicampurkan:
= 6,1 × 10–5
Jadi, urutan kelarutan garam-garam tersebut dari
yang terkecil yaitu MnCO3, CdCO3, CaCO3, dan
NiCO3 atau 2), 3), 4), dan 1).
4
× 0,02 M = 0,01 M
Ksp > Qsp berarti garam larut.
3,8 · 10–9 = s2
4
200 mL
400 mL
s
Ksp CaCO3 = [Ca2+][CO32–]
s=
× 0,02 M = 0,01 M
Ag2CrO4(s)
2Ag+(aq) + CrO42–(aq)
Qsp Ag2CrO4 = [Ag+]2[CrO42–]
Ca2+(aq) + CO32–(aq)
CaCO3(s)
200 mL
400 mL
[CrO42–] =
= 2,5 × 10–6
4)
Ksp Ag2CrO4 = 6 × 10–5
10–8
s=
2,0 × 10−10
= 1,4 × 10–5
2)
PbSO4(s)
s
Pb2+(aq) + SO42–(aq)
s
s
Ksp PbSO4 = [Pb2+][SO42–]
Kimia Kelas XI
127
1,8 × 10–8 = s2
1,8 × 10
s=
3)
−8
= 1,3 ×
10–4
23. Jawaban: d
Hubungan yang tepat antara tipe koloid dan
contohnya sebagai berikut.
Ca2+(aq) + CO32–(aq)
CaCO3(s)
s
s
Tipe Koloid
s
1)
2)
3)
4)
5)
Ksp CaCO3 = [Ca2+][CO32–]
2,8 × 10–9 = s2
2,8 × 10−9 = 5,2 × 10–5
s=
4)
AgCl(s)
Ag+(aq) + Cl–(aq)
s
Ksp AgCl =
s
s
24.
[Ag+][Cl–]
1,0 · 10–10 = s2
s = 1,0 × 10−10 = 1 × 10–5
Jadi, urutan kelarutan garam dari yang paling kecil
yaitu AgCl, BaCrO4, CaCO3, dan PbSO4 atau 4),
1), 3), dan 2).
22. Jawaban: a
Endapan terjadi apabila hasil kali konsentrasi ionion > Ksp.
1)
Ca(NO3)2 = 10–3 M, Ksp Ca(OH)2 = 5 × 10–6,
KOH = 10–3 M (perubahan volume karena
penambahan KOH diabaikan)
[Ca2+][OH–]2 = (10–3)(10–3)2
= 10 –9 < K sp Ca(OH) 2 (tidak
mengendap
2)
Ba(NO3)2 = 10–3 M, Ksp Ba(OH)2 = 4 × 10–3,
KOH = 10–3 M
[Ba2+][OH–]2 = (10–3)(10–3)2
= 10–9 < Ksp Ba(OH)2
(tidak mengendap)
3)
Mg(NO3)2 = 10–3 M, Ksp Mg(OH)2 = 3 × 10–12,
KOH = 10–3 M
[Mg2+][OH–]2 = (10–3)(10–3)2
= 10–9 > Ksp Mg(OH)2
(mengendap)
4)
Fe(NO3)2 = 10–3 M, Ksp Fe(OH)2 = 5 × 10–16,
KOH = 10–3 M
[Fe2+][OH–]2 = (10–3)(10–3)2
= 10–9 > Ksp Fe(OH)2
(mengendap)
Pb(NO3)2 = 10–3 M, Ksp Pb(OH)2 = 3 × 10–16,
KOH = 10–3 M
[Pb2+][OH–]2 = (10–3)(10–3)2
= 10–9 > Ksp Pb(OH)2
(mengendap)
Jadi, campuran yang menghasilkan endapan
adalah Fe(OH)2, Mg(OH)2, dan Pb(OH)2.
25.
26.
5)
128
Ulangan Akhir Semester
27.
Busa padat
Emulsi padat
Emulsi cair
Sol padat
Aerosol
Contoh
Batu apung
Mutiara
Susu
Kaca berwarna
Kabut
Jadi, pasangan data koloid yang berhubungan
dengan tepat ditunjukkan oleh angka 3) dan 4).
Jawaban: a
Koloid yang tersusun atas fase padat yang
terdispersi dalam medium cair merupakan tipe sol
cair, misal tinta. Busa padat tersusun atas fase
gas dalam medium padat, misal styrofoam. Emulsi
cair tersusun dari fase cair yang terdispersi dalam
medium cair, misal santan. Emulsi padat tersusun
atas fase cair yang terdispersi dalam medium
padat, misal mentega. Aerosol padat tersusun atas
fase padat yang terdispersi dalam medium gas,
misal debu.
Jawaban: c
Peptisasi merupakan cara pembuatan koloid
dengan cara memecah partikel berukuran besar
menjadi partikel koloid dengan menambahkan
partikel elektrolit. Dialisis merupakan cara untuk
memisahkan ion-ion penganggu kestabilan sistem
koloid. Dispersi merupakan cara pembuatan koloid
dengan mengubah ukuran partikel kasar menjadi
ukuran koloid. Kondensasi merupakan cara
pembuatan koloid melalui penggumpalan partikel
larutan hingga menjadi ukuran partikel koloid.
Busur Bredig merupakan cara membuat sistem
koloid dengan mengubah ukuran par tikel
menggunakan loncatan bunga api listrik.
Jawaban: e
Sifat koagulasi merupakan peristiwa penggumpalan
dan pengendapan partikel koloid sehingga fase
terdispersi dan medium terdispersinya terpisah.
Penerapan sifat koagulasi di antaranya pengolahan
karet dari lateks dan pembentukan delta di muara
sungai. Penjernihan air tebu dengan arang karbon
merupakan penerapan sifat adsorpsi yaitu
penyerapan zat di permukaan zat lain. Sorot lampu
pada keadaan berkabut merupakan contoh efek
Tyndall. Penyaringan debu pabrik dengan alat
Cottrel merupakan penerapan sifat elektroforesis.
Jawaban: a
Sol AgI yang bermuatan negatif akan mudah
dikoagulasikan dengan elektrolit yang bermuatan
positif dengan jumlah muatan paling besar.
Muatan positif dari: AlCl3 = 3, BaCl2 = 2, NaCl = 1,
Na2SO4 = 1, dan Na3PO4 = 1.
Jadi, elektrolit yang paling baik untuk mengkoagulasikan AgI yaitu AlCl3.
28. Jawaban: a
Cara dispersi merupakan cara pembuatan koloid
dengan mengubah ukuran partikel besar menjadi
ukuran partikel koloid, misal menambahkan H2O
ke dalam larutan AlCl3 untuk membuat sol Al(OH)3
dan melakukan prosedur busur Bredig untuk
membuat sol logam. Sementara itu, mereduksi
larutan AuCl3 dengan reduktor nonelektrolit untuk
membentuk sol emas, mengalirkan gas H2S ke
dalam larutan SO2 untuk membuat sol belerang,
dan mereaksikan larutan AgNO3 dengan larutan
NaCl untuk membuat sol AgCl termasuk cara
kondensasi. Cara kondensasi merupakan cara
pembuatan koloid dengan mengubah partikel kecil
ukuran larutan menjadi lebih besar sesuai ukuran
partikel koloid.
29. Jawaban: d
1) 2H2S(g) + SO2(g) → 3S(s) + 2H2O( ) merupakan reaksi redoks.
2) 2AuCl3(aq) + 3SnCl2(aq) → 3SnCl4(aq) +
2Au(s) merupakan reaksi redoks.
3) As2O3(aq) + 3H2S(g) → As2S3(s) + 3H2O( )
merupakan reaksi pemindahan.
4) FeCl3(aq) + 3H2O( ) → Fe(OH)3(s) + 3HCl(aq)
merupakan reaksi hidrolisis.
5) AgNO3(aq) + HCl(aq) → AgCl(s) + HNO3(aq)
merupakan reaksi pengendapan.
30. Jawaban: e
Penjelasan mengenai jenis koloid beserta cara
pembuatannya sebagai berikut.
Jenis Sol
Reaksi
Pembuatan
Jenis
Pembuatan
a.
Sol belerang
Meneteskan larutan jenuh belerang ke dalam
air.
Metode kondensasi (pemindahan/substitusi)
b.
Sol belerang
Mengalirkan gas
H 2 S ke dalam
endapan NiS.
Metode dispersi
(peptisasi)
Menggerus padatan belerang
menjadi pertikel
koloid.
Metode dispersi
(mekanik)
Mereduksi larutan AuCl3 dengan senyawa
fosfor.
Metode kondensasi (redoks)
c.
Sol belerang
d.
Sol emas
e.
Sol raksa
Mengembunkan
uap raksa melalui air dingin.
B. Uraian
1. massa Ca(OH)2 = 0,37 gram
Mr Ca(OH)2 = 74 gram mol–1
mol Ca(OH)2 =
=
0,37 gram
74 gram mol−1
0,005 gram
0,5 L
M Ca(OH)2 =
= 0,005 mol
= 0,01 M
[OH–] = M Ca(OH)2 × valensi
[OH–] = 0,01 M × 2 = 0,02
pOH = –log [OH–]
= –log (0,02) = –log 2 × 10–2 = 2 – log 2
pH = 14 – pOH = 14 – (2 – log 2) = 12 + log 2
Jadi, pH larutan yang terbentuk dari 0,37 gram
Ca(OH)2 dalam volume 500 mL adalah 12 + log 2.
2. Volume Ba(OH)2 = 100 mL = 0,1 L
pH Ba(OH)2 = 12
pOH = 2
[OH–] = 10–2
[OH–] = M Ba(OH)2 × valensi
10–2 = M Ba(OH)2 × 2
M Ba(OH)2 = 5 × 10–3 M
mol Ba(OH)2 = M Ba(OH)2 × volume
= (5 × 10–3 M) × 0,1 L
= 5 × 10–4 mol
Volume CH3COOH = 200 mL = 0,2 L
pH CH3COOH = 3 + log 5
[H+] = 5 × 10–3
M CH3COOH = [H+] = 5 × 10–3 M
mol CH3COOH = M CH3COOH × volume
= (5 × 10–3 M) × 0,2 L
= 10 × 10–4 mol
Reaksi yang terjadi sebagai berikut.
Ba(OH)2(aq) + 2CH3COOH(aq) → Ba(CH3COO)2(aq) + 2H2O( )
mula-mula:
5 × 10-4 mol
10 × 10-4 mol
reaksi:
5 × 10-4 mol
10 × 10-4 mol
setimbang:
Metode kondensasi cara fisika
(pengembunan
uap)
massa Ca(OH)2
M r Ca(OH)2
-
-
5 × 10-4 mol
10 × 10-4 mol
10-4
10 × 10-4 mol
5×
mol
Terjadi reaksi hidrolisis garam Ba(CH3COO)2 yang
bersifat basa.
mol Ba(CH3COO)2 = 5 × 10–4 mol
volume = 100 mL + 200 mL = 300 mL = 0,3 L
M Ba(CH3COO)2 =
5 × 10 −4 mol
0,3 L
= 1,7 × 10–3 M
Ba(CH3COO)2(aq) → Ba2+(aq) + 2CH3COO–(aq)
Ba2+(aq) + H2O( ) ⎯/→
CH3COO–(aq) + H2O( ) → CH3COOH(aq) + OH–(aq)
Kimia Kelas XI
129
Kw
Ka
[OH–] =
10−14
[OH–] =
[OH–]
2 × 10−6
(1,7 × 10−3 )
1.000 mL
0,85 × 10
=
Dalam reaksi titrasi, mol asam cuka yang bereaksi
sama dengan mol NaOH = 15 mL × 0,01M = 0,15
mmol
mol asam cuka dalam 20 mL larutan = 0,15 mmol
× [Ba(CH3COO)2 ]
−11
8,5 × 10−12
[OH–] =
[OH–] = 2,9 × 10–6
pOH = –log [OH–] = –log (2,9 × 10–6) = 6 – log 2,9
pH = 14 – pOH = 14 – (6 – log 2,9) = 8 + log 2,9
Jadi, pH akhir larutan berupa pH hidrolisis sebesar
8 + log 2,9.
3. pH = 3
–log [H+] = 3
[H+] = 10–3
6. Mg(OH)2(s) → Mg2+(aq) + 2OH–(aq)
s
Ka × a
[H+] =
10 −6
0,1
0,01 M
= 10–5
pH = 5 – log 5
–log [H+] = 5 – log 5
–log [H+] = –log 5 × 10–5
[H+] = 5 × 10–5
Mol CH3COOH = MCH COOH × VCH COOH
3
3
= 0,1 M × 0,1 L = 0,01 mol
[H+] = Ka ×
nCH3 COOH
nCH3 COONa
5 × VCH COONa = 1 L
3
3
1L
5
= 0,2 L = 200 mL
Jadi, volume garam natrium yang ditambahkan
adalah 200 mL.
4. VCH
3COOH
= 200 mL
· VCH COOH
3COOH
3
MCH
3COOH
MCH
3COOH
=
· valensi = MNaOH · VNaOH · valensi
· 200 · 1 = 0,2 · 100 · 1
0,2 · 100 · 1
200 · 1
= 0,1 M
5. Volume rata-rata NaOH =
15 mL + 16 mL + 14 mL
3
= 15 mL
Ulangan Akhir Semester
0,01 M
1,8 × 10–11 = s × (0,01)2
s=
1,8 × 10−11 mL
(0,01)2
= 1,8 × 10–7
Jadi, kelarutan Mg(OH)2 dalam larutan NaOH 0,01
M sebesar 1,8 × 10–7.
7. PbSO4(s) → Pb2+(aq) + SO42–(aq)
s
s
s
Ksp PbSO4 = [Pb2+] [SO42–]
2,5 × 10–11 = s × s
2,5 × 10–11 = s2
s = 5 × 10–6
M = s = 5 × 10–6 M
Mr PbSO4 = 303 gram mol–1
massa PbSO4
M r PbSO 4
5 × 10–6 M =
Jadi, konsentrasi CH3COOH adalah 0,1 M.
130
0,01 M
M PbSO4 =
[NaOH] = 0,2 M
VNaOH = 100 mL
MCH
2s
[OH–] = 2s + 0,01 M
Oleh karena s dianggap sangat kecil dibandingkan
0,01 M, maka diabaikan sehingga:
[OH–] = 0,01 M
Ksp Mg(OH)2 = [Mg2+][OH–]2
0,01mol
5 × 10–5 = 10–5 × 0,01M ·V
CH3COONa
VCH COONa =
s
NaOH(s) → Na+(aq) + OH–(aq)
10–3 = K a × 0,1
10–6 = Ka × 0,1
Ka =
mol dalam larutan encer = 20 mL × 0,15 mmol
= 7,5 mmol
mol dalam larutan induk sama dengan mol dalam
larutan encer (pengenceran hanya menambah
volume dan mengubah konsentrasi)
massa asam cuka (dalam larutan induk) =
mol × Mr = 7,5 mmol × 60 gram mol–1 = 450 mgram
= 0,45 gram
Jadi, massa asam cuka yang terlarut dalam larutan
induk sebanyak 0,45 gram.
1.000
× 200
massa PbSO4
303 gram mol−1
×5
massa PbSO4 = 303 × 10–6 gram = 0,303 mgram
Jadi, massa PbSO4 yang terlarut dalam 200 mL
larutannya tersebut sebanyak 0,303 gram.
8. a.
Ba(NO3)2(aq) → Ba2+(aq) + 2NO3–(aq)
0,0001 M
0,0001 M
0,0002 M
Na2CO3(aq) → 2Na+(aq) + CO32–(aq)
0,0001 M
BaCO3(s)
0,0002 M 0,0001 M
Ba2+(aq) + CO32–(aq)
0,0001 M
0,0001 M
Qsp BaCO3 = [Ba2+][CO32–]
= 0,0001 M × 0,0001 M = 10–8
Qsp > Ksp berarti mengendap.
b.
Ca(NO3)2(aq) → Ca2+(aq) + 2NO3–(aq)
0,0001 M
Na2CO3(aq) →
0,0001 M
CaCO3(s)
0,0001 M
0,0002 M
2Na+(aq)
+ CO32–(aq)
0,0002 M
Ca2+(aq)
0,0001 M
0,0001 M
+ CO32–(aq)
0,0001 M
Qsp CaCO3 = [Ca2+][CO32–]
= 0,0001 M · 0,0001 M
= 10–8
Qsp > Ksp berarti mengendap.
c.
AgNO3(aq) →
0,0001 M
Ag+(aq) + NO3–(aq)
0,0001 M
0,0001 M
Na2CO3(aq) → 2Na+(aq) + CO32–(aq)
0,0001 M
Ag2CO3(s)
0,0002 M
0,0001 M
2Ag+(aq) + CO32–(aq)
0,0001 M
0,0001 M
KspAg2CO3 = [Ag+]2[CO32–]
= (0,0001 M)2(0,0001 M)
= 10–12
Qsp < Ksp berarti belum mengendap.
Jadi, senyawa yang telah mengendap adalah
BaCO3 dan CaCO3.
9. Efek Tyndall merupakan sifat partikel koloid yang
mampu menghamburkan cahaya ke segala arah.
Penerapan sifat koloid efek Tyndall dalam kehidupan sehari-hari antara lain sebagai berikut.
a. Sorot sinar lampu motor atau mobil pada
malam hari saat keadaan berkabut/berasap.
b. Berkas sinar matahari di antara celah daun
pepohonan pada pagi hari berkabut tampak
jelas.
c. Terbentuknya warna biru pada langit di siang
hari atau warna jingga di sore hari.
10. Pembuatan koloid melalui reaksi pengendapan
dilakukan dengan cara mencampurkan dua macam
larutan elektrolit hingga menghasilkan endapan
yang berukuran koloid.
Contoh pembuatan sol AgCl.
Sol AgCl dibuat dengan cara mencampurkan
larutan AgNO3 dengan larutan HCl encer atau NaCl
encer. Reaksi yang terjadi:
AgNO3(aq) + HCl(aq) → AgCl(s) + HNO3(aq)
AgNO3(aq) + NaCl(aq) → AgCl(s) + NaNO3(aq)
Pembuatan koloid melalui reaksi hidrolisis dilakukan dengan mereaksikan garam tertentu dengan
air. Contoh: pembuatan Fe(OH)3.
Sol Fe(OH)3 dibuat dengan cara menambahkan
larutan FeCl3 ke dalam air mendidih. Larutan FeCl3
akan terionisasi menghasilkan ion Fe3+. Ion Fe3+
ini akan mengalami reaksi hidrolisis menjadi
Fe(OH)3. Reaksi yang terjadi:
Fe(OH)3(aq) + 3HCl( )
FeCl3(aq) + 3H2O( )
Kimia Kelas XI
131
Download
Study collections