1. Makna, Penyebab dan Penanganan untuk Anak ASPERGER Makna, Penyebab dan Penanganan untuk Anak ASPERGER * Dikutip dari Dr. Reni Akbar- Hawadi, Psikolog dan wawancara dengan DR. Endang Widyorini M.Si Psikolog Sejarah Asperger Lorna Wing adalah tokoh pertama yang menggunakan istilah Sindrom Asperger dalam sebuah makalah yang dipublikasikan pada 1981. Ia menggambarkan sekumpulan anak dan orang dewasa yang memiliki karakteristik kecakapan dan perilaku yang untuk pertama kali dijelaskan oleh seorang pediatrik yang berasal dari Wina, Hans Asperger. Dalam tesis doktoral yang dipublikasikan pada 1944, Hans Asperger menggambarkan empat anak laki-laki yang benarbenar tidak lazim dalam kemampuan berinteraksi, linguistik, dan kognitifnya. Pada tahun 1990-an, Sindrom Asperger dipandang sebagai sebuah varian autisme dan kelainan perkembangan pervasif, yaitu suatu kondisi yang mempengaruhi perkembangan kecakapan dalam rentang yang luas. Kini, Sindrom Asperger dianggap sebagai suatu subkelompok dalam spektrum autistik dan memiliki kriteria diagnostik tersendiri (Attwood, 2002). Para pengidap Sindrom Asperger mempersepsi dunia secara berbeda. Bagi mereka, semua orang sangat aneh dan membingungkan. Cara mereka dalam mempersepsi dunia kerap membawa mereka ke hal yang bertentangan dengan cara-cara berpikir, berperasaan, dan berperilaku yang konvensional (Attwood, 2002). Kesulitan anak Asperger dalam besosialisasi dapat membuat mereka menjadi sangat stres di sekolah. Banyak kendala yang akan ditemukan pada saat anak Asperger memasuki masa remaja Untuk menghadapi hal tersebut, orang tua disarankan untuk segera mencari ahli profesional untuk melakukan intervensi yang diperlukan sesegera mungkin dengan berterus terang kepada guru atau kepala sekolah dan membawa referensi dari ahli tersebut. Tanpa pemberitahuan dari orang tua, pihak sekolah, dan teman-teman sebaya, anak-anak Asperger sulit untuk mengetahui bahwa mereka berbeda. Hal inilah yang biasanya dapat menjadi pemicu terjadinya masalah serius pada anak Asperger. Mereka membutuhkan bantuan untuk menemukan cara beradaptasi dengan dunia sebagaimana mestinya, sehingga mereka dapat memanfaatkan keterampilan khususnya secara konstruktif, menggunakan keterampilanketerampilan tertentu tanpa berkonflik dengan orang lain, dan sebisa mungkin mampu mencapai kemandirian pada tingkat tertentu dalam kehidupan orang dewasa serta hubungan sosial yang positif (Attwood, 2002). Apakah Sindrom Asperger (asperger syndrome/AS) berbeda dengan Autism? Menurut Ibu Endang Widyorini dari Pusat Keberbakatan Universitas Soegijapranata Semarang, Sindrom Asperger adalah sindrom yang mempunyai kecenderungan menyerupai pola perilaku para penderita autis di mana mereka susah berkomunikasi dan berinteraksi sosial namun penderita sindrom ini mempunyai intelegensi dan kemampuan verbal yang normal. Artinya, mereka sehat-sehat saja dan tidak mengalami keterbelakangan mental seperti kebanyakan anak-anak autis Penderita sindrom Asperger rata-rata memiliki gramatikal dan vocabulary yang cukup baik pada masa awal pertumbuhannya. Hanya saja mereka tidak bisa menerapkan bahasa secara harafiah dan kontekstual atau dengan kata lain tidak mempunyai kemampuan mengungkapkan pesan melalui penggunaan bahasa dengan lancar sehingga mereka susah diterima oleh komunitas sosial. Kita tidak bisa mengerti dan memahami apa yang ingin disampaikannya karena penderita sindrom ini memiliki gangguan sistem saraf sehingga mereka tidak mempunyai koordinasi yang baik untuk berkomunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai orang yang tidak bisa berbahasa dengan lancar, terdengar kaku, sangat formal . Tidak jarang dari mereka mempunyai potensi tersembunyi dalam dirinya dan bahkan mungkin lebih jenius ketimbang orang normal .Penyebab Asperger Menurut Attwood (2002), hal-hal yang dapat menyebabkan seseorang memiliki gangguan Asperger, antara lain: · · Gangguan pada saat kelahiran atau kehamilan NeurologisSindrom Asperger merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengacu pada disfungsi struktur dan sistem dalam otak. Penanganan untuk anak Asperger Menurut Attwood (2002), ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi gejalagejala yang dimunculkan oleh seseorang yang mengalami gangguan Asperger, antara lain: 1) Bila ada gangguan perilaku sosial, pelajari cara untuk: – Mengawali, memelihara, dan mengakhiri permainan kelompok – Bersikap fleksibel, kooperatif, dan mau bebagi – Mempertahankan kesendirian tanpa mengganggu orang lain · Doronglah seorang teman untuk bermain dengan anak di rumah · Daftarkan anak di perkumpulan-perkumpulan atau kelompok-kelompok · Ajari anak untuk mengamati anak-anak lain untuk menunjukkan hal yang harus dilakukan · Doronglah permainan-permainan yang kompetitif dan kooperatif · Doronglah anak untuk menjalin persahabatan yang prospektif · Sediakan hiburan di saat-saat istirahat · Sediakan guru pendamping Gunakan kisah-kisah tentang sosial untuk memahami petunjuk-petunjuk dan tindakantindakan bagi situasi-situasi sosial tertentu 2) Bila ada masalah bahasa, bantu anak untuk pelajari : – Komentar-komentar pembuka yang tepat – Cara untuk mencari bimbingan ketika mengalami kebingungan · Ajari petunjuk-petunjuk tentang saat untuk membalas, menginterupsi, atau mengubah topik · Berbisiklah di telinga anak tentang ucapan yang harus dikatakan kepada orang lain · Gunakan kisah-kisah tentang bermasyarakat dan percakapan dalam bentuk komik sebagai suatu representasi lisan atau piktoral pada tingkat komunikasi yang berbeda · Ajarkan bagaimana memodifikasi tekanan, irama, dan nada untuk menekankan kata-kata kunci dan emosi-emosi terkait 3) Pada masalah minat dan rutinitas : · Ajari konsep waktu dan jadwal untuk menunjukkan rangkaian aktivitas · Kurangi tingkat kecamasan anak 4) Masalah koordinasi motorik yang kikuk, bantu anak untuk : · Memperbaiki keterampilan-keterampilan menangkap dan melempar bola sehingga anak bisa turut bermain bola · Menggunakan perangkat permainan di taman bermain dan tempat berolahraga · Pengawasan dan dorongan untuk memperlambat tempo gerakan · · Merujuk pada ahli kesehatan yang relevan 5) Pada masalah kognisi, Bantu anak untuk : Belajar memahami perspektif dan pikiran-pikiran orang lain dengan menggunakan permainan peran dan instruksi-instruksi · Dorong anak untuk berheni memikirkan perasaan orang lain sebelum mereka bertindak atau berbicara · Belajar untuk meminta pertolongan, terkadang menggunakan sebuah kode rahasia · Periksa apakah anak menggunakan strategi yang tidak konvensional dalam membaca, menulis, atau berhitung · Hindari kritik dan omelan 6) Masalah kepekaan sensoris · Minimalkan bunyi yang ada di sekitar kita, khususnya bila sejumlah orang berbicara pada waktu yang sama · Lakukan terapi integrasi sensoris · Kurangi sensitivitas pada area tertentu dengan menggunakan pemijatan dan vibrasi · Hindari cahaya yang terlalu terang · Dorong anak untuk melaporkan rasa sakit yang dialami tubuhnya sumber: – Gina Al – Ilmi, S.Psi. http://www.apsi-himpsi.org/Artikel/Wacana-APSI.php 2. Sindrom Asperger Vs Autisme Posted: Sunday,September 28, 2008 in Health 14 Baru-baru ini kita sering mendengar istilah Sindrom Asperger, sindrom yang selalu dikaitkan dengan penyakit autis atau autisme. Lalu yang menjadi pertanyaan adalah apakah memang benar-benar ada hubungan antara sindrom ini dengan penyakit autisme?!!!! Mari kita belajar sedikit tentang penyakit ini… Definisi Sindrom Asperger menurut OASIS ( Online Asperger Syndrome Information and Support ) : “Asperger Syndrome (AS) is a neurobiological disorder that is part of a group of conditions called autism spectrum disorders. “ Sindrom Asperger adalah sindrom yang mempunyai kecenderungan menyerupai pola perilaku para penderita autis di mana mereka susah berkomunikasi dan berinteraksi sosial namun penderita sindrom ini mempunyai intelegensi dan kemampuan verbal yang normal. Artinya , mereka sehat-sehat saja dan tidak mengalami keterbelakangan mental seperti kebanyakan anak-anak autis lainnya. Penderita sindrom Asperger rata-rata memiliki gramatikal dan vocabulary yang cukup baik pada masa awal pertumbuhannya. Hanya saja mereka tidak bisa menerapkan bahasa secara harafiah dan kontekstual atau dengan kata lain tidak mempunyai kemampuan mengungkapkan pesan melalui penggunaan bahasa dengan lancar sehingga mereka susah diterima oleh komunitas sosial. Kita tidak bisa mengerti dan memahami apa yang ingin disampaikannya karena penderita sindrom ini memiliki gangguan sistem saraf sehingga mereka tidak mempunyai koordinasi yang baik untuk berkomunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai orang yang tidak bisa berbahasa dengan lancar seperti orang gagap, gagu, dyslexia atau mungkin bahkan hyperlexia.Kelompok inilah yang suka diejek dan diganggu karena dianggap berbeda dari orang-orang normal padahal sebenarnya mereka mempunyai potensi tersembunyi dalam dirinya dan bahkan mungkin lebih jenius ketimbang orang normal. Menurut Asperger Syndrome Coalition of the United States, kebanyakan anak-anak didiagnosa menderita sindrom Asperger setelah berumur di atas 3 tahun atau baru dapat didiagnosa menderita penyakit ini setelah mereka berumur 5-9 tahun. Anak-anak ini rata-rata susah berinteraksi sosial, mempunyai obsesi, pola bicara dan kelakuan yang aneh. Wajah mereka kosong dan tidak ada ekspresi sama sekali plus tidak minat membaca bahasa tubuh lawan bicaranya. Mereka seperti berada di dunianya sendiri sehingga “asyik dengan rutinitasnya sendiri” dan “terkesan aneh banget”. Kadang suka nutup kuping sendiri seolah-olah ada suara petir menggelegar padahal tidak ada sama sekali, kadang suka pakai baju yang tidak umum dipakai atau melakukan tindakan yang dinilai tidak waras. Padahal sebenarnya mereka bisa menjalani kehidupan sehari-hari layaknya orang normal walaupun bisa dibilang agak sedikit polos, aneh dan eksentrik. Tanda-tanda Sindrom Asperger : · Susah berinteraksi sosial. · Suka membicarakan masalah seputar dirinya dan tak mau tahu urusan orang lain. · Kalo ngomong suka diulang-ulang dan kaku seperti robot. · Tidak suka hal yang umum. Aliasnya dia minat di bidang khusus seperti bermain dengan lumba-lumba lebih menarik ketimbang bermain mobil-mobilan. · Terobsesi dengan topik-topik komplek seperti pola-pola nada · Gerakannya aneh dan canggung serta punya perilaku khusus yang tidak bisa dipahami oleh orang biasa. Rata-rata penderita sindrom Asperger mempunyai bakat dan ketrampilan di bidang khusus. Mungkin ada kaitannya dengan fakta bahwa mereka suka terobsesi kepada suatu hal secara terus menerus sehingga ia menjadi ahli di bidangnya. Saya pernah mempunyai seorang teman yang gagap alias susah berbicara namun dia cerdas luar biasa. Boleh dikatakan ia salah satu jagoan matematika di kelas saya saking terobsesinya dia dengan angka-angka. Mungkin baginya, pengungkapan bahasa itu enggak terlalu penting karena ia lebih suka otaknya yang berbicara daripada mulutnya. Perdebatan sengit mengenai Autisme dan sindrom Asperger masih berlangsung hingga saat ini. Kebanyakan pakar psikologi menyimpulkan Sindrom Asperger sebagai ‘Autism Spectrum Disorder’ dan ada juga yang menyebutnya sebagai ‘High Functioning Autism’. Namun banyak pakar yang mengatakan bahwa sindrom Asperger serupa dengan ‘Nonverbal Learning Disability’. Penderita Sindrom Asperger masih dapat hidup normal dan produktif dalam masyarakat dengan bantuan orangorang disekitarnya seperti keluarga,teman-teman dekat dan bantuan dari para psikiater. Mereka harus belajar terlibat dalam kegiatan sosial, terapi bahasa , aneka psikoterapi plus pengobatan medis secara berkala.