BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan didirikan dengan harapan mampu menghasilkan keuntungan sehingga mampu bertahan atau berkembang dalam jangka panjang dan tidak mengalami likuidasi. Kenyataannya, asumsi tersebut tidak selalu terjadi sesuai dengan harapan. Seringkali perusahaan yang telah beroperasi dalam jangka waktu tertentu terpaksa bubar atau dilikuidasi karena mengalami financial distress yang berujung pada kebangkrutan. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan perusahaan-perusahaan mengalami financial distress ialah krisis. Krisis merupakan suatu kondisi yang tidak dapat dihindari oleh semua pihak. Krisis dapat menimpa berbagai aspek, tidak terkecuali aspek ekonomi. Kondisi perekonomian akhir-akhir ini mengalami ketidakstabilan akibat berbagai permasalahan yang terjadi. Krisis ekonomi pada negara – negara di Eropa juga membawa dampak pada perekonomian negara - negara di dunia. Salah satu alasan utamanya adalah kemajuan dalam teknologi informasi, yang sampai batas tertentu, memperbesar gelombang krisis dan mempercepat penyebarannya ke daerah atau negara lain. Alasan lain adalah perkembangan pesat dari sektor keuangan. Salah satu contoh adalah munculnya International Financial Integration (IFI). Dalam hal ini, IFI menyatakan bahwa saat ini “suatu perekonomian tidak terbatasi oleh transaksi lintas batas”. Oleh karena itu, karena sistem keuangan yang terintegrasi, timbulnya gangguan keuangan domestik di satu negara dapat mengakibatkan efek domino dengan cara mengacaukan ekonomi terintegrasi lainnya yang mengarah kepada kekacauan keuangan global. (Arisyi F.Raz, Tamarind, Dea Artikasih, Syalinda Citra 2012) Bagi Indonesia, krisis ekonomi global berdampak besar hampir pada setiap sektor, tidak terkecuali pada pertumbuhan sektor manufaktur. Industri manufaktur yang tumbuh hingga 4,7 persen tahun 2007 melambat menjadi 2,1 persen tahun 2009. Industri manufaktur nonmigas yang tumbuh 5,1 persen tahun 2007 berdampak pada 2010 menjadi hanya 2,5 persen. Hal ini diindikasikan karena 1 2 melambatnya permintaan global yang memunculkan kekhawatiran adanya penyusutan jumlah perusahaan manufaktur. Ekonom ASEAN di HSBC, Su Sian Lim, menuturkan melemahnya permintaan domestik ataupun asing tampaknya melatarbelakangi keterpurukan kondisi manufaktur di Indonesia. (www.kompas.com diakses pada 3 Februari 2015) Krisis ekonomi tersebut meluluhlantahkan sektor industri Indonesia. Hal ini menyebabkan pertumbuhan sektor manufaktur tidak pernah kembali ke level sebelum krisis, bahkan tertatih-tatih untuk dapat mencetak pertumbuhan positif. Berdasarkan laporan World Economic Forum (WEF), permasalahan daya saing industri manufaktur Indonesia yang menurun merupakan salah satu penyebab utama, dimana penurunan daya saing tersebut dapat dilihat dari bebagai faktor seperti kondisi makro ekonomi yang kurang kondusif, kualitas kelembagaan publik yang buruk, dan arah kebijakan pengembangan teknologi yang minim. Sedang dari segi mikro, rendahnya efisiensi operasional usaha dan iklim usaha yang buruk menjadi faktor menurunnya daya saing industri. (www.neraca.co.id diakses pada 3 Februari 2015) Subsektor makanan dan minuman merupakan salah satu subsektor yang ada di dalam industri manufaktur yang turut mengalami penurunan akibat krisis pada 2010, penurunan yang terjadi pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 8,84% menjadi 2,73%. Di sisi lain, subsektor makanan dan minuman memiliki peranan penting dalam pembangunan sektor industri. Salah satu caranya adalah dengan menjaga laba perusahaannya. Namun, karena biaya bahan baku semakin mahal juga tingginya biaya produksi mengakibatkan harga jual produk pun menjadi tinggi. Jika hal tersebut terus berlanjut maka daya saing produk yang ada di subsektor makanan dan minuman akan semakin rendah dan terpuruk karena produk Indonesia cenderung lebih mahal dibanding dengan produk asing sehingga dapat berdampak pada laba perusahaan. Hal ini pun berdampak pada salah satu perusahaan subsektor makanan dan minuman yaitu, PT Prasidha Aneka Niaga Tbk (PSDN) yang mengalami penurunan laba sebesar 37,48% pada tahun 2012, penyebab turunnya laba akibat besarnya beban pokok penjualan dan biaya operasi 3 dibandingkan dengan perolehan penjualan. (www.iqplus.info diakses pada 16 Maret 2015) Selain PT Prasidha Aneka Niaga Tbk, PT Indofood Sukes Makmur Tbk (INDF) pun turut mengalami penurunan laba bersih perusahaan pada tahun 2010 sampai dengan 2013, dimana penurunan yang signifikan terjadi pada tahun 2013 dengan perolehan laba sebesar Rp3.416.635 (dalam jutaan rupiah). Penurunan laba yang berkepanjangan dapat memicu timbulnya financial distress yang pada akhirnya dapat berdampak pada kebangkrutan sebuah perusahaan. (www.iqplus.info diakses pada 16 Maret 2015) Financial distress tidak terjadi hanya karena dampak krisis, kebijakan internal dapat memberi pengaruh terhadap financial distress. Mengetahui kondisi kesehatan keuangan perusahaan merupakan hal yang sangat penting dilakukan oleh perusahaan, investor, dan kreditur dalam pengambilan keputusan-keputusan investasi dan kreditnya. Perusahaan, investor dan kreditur sebagai dituntut mengetahui perkembangan dan kondisi kesehatan keuangan perusahaan. Ketidakmampuan untuk membaca sinyal-sinyal dalam kesulitan usaha akan mengakibatkan kerugian dalam investasi usaha yang telah dilakukan. Untuk mengantisipasi hal tersebut investor harus bisa mendeteksi gejala financial distress yang dialami oleh perusahaan. Financial distress dapat diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo yang mengakibatkan kebangkrutan perusahaan. Financial distress terjadi karena perusahaan tidak mampu mengelola dan menjaga kestabilan kinerja keuangan. Selain itu, krisis yang berkepanjangan pun menjadi faktor yang menyebabkan financial distress pada perusahaan sehingga memicu terjadinya penurunan kinerja perusahaan. Menurut Sunday Samson Babalola dalam Dwi Puryati dan Savitri (2012), dapat tergambarkan bahwa gejala financial distress terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan, sehingga kondisi ini harus dicegah sebelum terjadi. Oleh karena itu, manajemen harus memberikan perhatian lebih mengenai financial distress guna kepentingan perusahaan. Selain itu, dengan memberikan perhatian terhadap 4 potensi financial distress menjadi langkah upaya menghindarkan investor dari kerugian yang diakibatkan pemilihan saham emiten. Setiap investor memiliki tujuan untuk memperoleh return yang terbaik atas investasi yang dilakukan. Return diperoleh investor berasal dari dua sumber, yaitu dalam bentuk dividen dan berasal dari perubahan harga saham yang semakin tinggi dari waktu ke waktu. Jika diperhatikan naik turunnya harga saham dipengaruhi oleh faktor-faktor fundamental perusahaan dan fundamental ekonomi, serta secara langsung akan mempengaruhi naik turunnya nilai perusahaan, maka semakin tinggi nilai pasar saham akan menunjukan secara nyata bahwa perusahaan atau emiten bersangkutan akan semakin sehat. Semakin sehat sebuah perusahaan, nilai pasar akan semakin tinggi di pasar. Dengan demikian, investor diharapkan dapat mengetahui gejala financial distress pada perusahaan dan mengetahui kondisi kesehatan perusahaan sebelum melakukan investasi. Pada dasarnya terdapat sejumlah alat ukur yang dapat digunakan oleh analis dan investor untuk menilai kesehatan perusahaan seperti analisis rasio, analisis struktur modal, penilaian modal kerja, dan analisis potensi kebangkrutan Altman. Analisis potensi kebangkrutan Altman, merupakan salah satu alat analisis yang mendalam dan spesifik untuk mengukur tingkat kesehatan dan peluang kebangkrutan sebuah perusahaan. Sesuai dengan pendekatan analisis fundamental, jika diketahui tingkat kesehatan dan peluang kebangkrutan suatu perusahaan, seharusnya akan memberikan pengaruh terhadap return saham. Berikut contoh perkembangan kondisi kesehatan perusahan dan perkembangan return saham di sektor manufaktur di Indonesia, yaitu Siantar Top Tbk. dengan menggunakan metode altman z score yang di gambarkan pada grafik sebagai berikut : 5 Grafik 1.1 Perkembangan Nilai Altman Z-Score dan Return Saham 2.5 2 1.5 1 0.5 0 Z score Return Saham 2010 2.3121 75% 2011 1.86199 79% 2012 1.75574 52% 2013 2.06352 186% Berdasarkan grafik di atas kondisi kesehatan perusahaan mengalami penurunan yang signifikan pada tahun 2012 sebesar 1,75. Sedangkan untuk perkembangan return saham perusahaan mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2013 sebesar 186%. Berdasarkan grafik di atas terjadi ketimpangan antara nilai z score dengan return saham, dimana nilai z score mengalami penurunan akan tetapi return saham mengalami peningkatan, yang seharusnya apabila nilai z score mengalami penurunan diikuti dengan penurunan pada return saham. Menurut Harahap (2010) dalam Andromeda Ardian dan Moh Khoiruddin (2014) mengatakan bahwa sesuai dengan analisis fundamental, jika diketahui terdapat potensi kebangkrutan suatu perusahaan dapat memberikan pengaruh terhadap harga saham dan return. Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan, semakin awal tanda-tanda kebangkrutan ditemukan maka semakin baik bagi pihak manajemen dalam melakukan perbaikan. Untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dapat menggunakan model Altman Z-Score. Menurut Willy (2011), Model Altman (ZScore) merupakan salah satu model analisis multivariate yang berfungsi untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan tingkat ketepatan dan keakuratan yang relatif dapat dipercaya. Model ini memiliki akurasi mencapai 95%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prediksi kebangkrutan serta kinerja 6 keuangan perusahaan berdasarkan hasil analisis diskriminan dengan menggunakan model Altman berdasarkan rasio lima variabel. Selain itu, menurut Syamsul Hadi dan Atika Anggraeni (2008) dalam penelitiannya membandingkan model Zmijewski, Altman dan Springate dalam memprediksi financial distress pada perusahaan yang ada di Bursa Efek Jakarta, hasilnya model altman merupakan model prediksi financial distress yang terbaik. Pada dasarnya setiap model ada kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dalam suatu keadaan tertentu suatu model bisa dikatakan tepat, namun dalam keadaan lainnya model tersebut bisa menjadi tidak tepat. Penggunaan model tersebut diharapkan dapat menjadikan perusahaan mengenali lebih awal kondisi financial distress sehingga untuk selanjutnya perusahaan dapat melakukan upaya memperbaiki kondisi kinerja perusahaan sebelum sampai pada kondisi krisis atau kebangkrutan. Berdasarkan hal-hal yang melatarbelakangi tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “PENGARUH FINANCIAL DISTRESS TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN SEKTOR FOOD AND BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI BEI 20102013.” 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah yaitu : 1. Bagaimana perkembangan kondisi kesehatan perusahaan yang diukur menggunakan model Altman Z-score di sektor food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20102013? 2. Bagaimana pengaruh secara simultan rasio-rasio yang ada dalam metode Altman Z-score terhadap return saham perusahaan di sektor food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013? 3. Bagaimana pengaruh secara parsial rasio-rasio yang ada dalam metode Altman Z-score terhadap return saham perusahaan di 7 sektor food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitan Maksud dari penelitian ini yaitu mengumpulkan data dan informasi mengenai perkembangan return saham yang dilihat berdasarkan kondisi kesehatan perusahaan yang nantinya akan penulis gunakan sebagai bahan penyusunan skripsi yang merupakan salah satu prasyarat dalam menempuh gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, antara lain : 1. Untuk mengetahui perkembangan kondisi kesehatan perusahaan yang diukur menggunakan model Altman Z-score di sektor food and beverage di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013. 2. Untuk mengetahui pengaruh rasio-rasio yang ada dalam metode Altman Z-score secara simultan terhadap return saham perusahaan di sektor food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013. 3. Untuk mengetahui pengaruh rasio-rasio yang ada dalam metode Altman Z-score secara parsial terhadap return saham perusahaan di sektor food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan antara lain sebagai berikut : 1. Bagi Perusahaan (Emiten) Penelitian ini dapat dipakai sebagai suatu informasi, yang digunakan untuk mendeteksi kondisi kesehatan perusahaan dan financial distress sehingga dapat menjaga kinerja perusahaan dan mencegah atau menghindari potensi kebangkrutan. 2. Bagi Investor 8 Penelitian ini dapat dipakai sebagai salah satu pertimbangan pengambilan keputusan investasi saham dengan memperhatikan perkembangan return saham yang terjadi pada perusahaan. 3. Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan penulis dalam bidang ilmu keuangan, khususnya mengenai financial distress dan return saham perusahaan. 4. Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian ini diharapkan memberikan kajian dan pengetahuan kepada para akademisi mengenai permasalahan yang mungkin akan dihadapi ketika terjadi financial distress atau potensi kebangkrutan. 1.5 Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif dan metode verivikatif. “Menurut Nazir (2011), metode deskrpitif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.” Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Pada penelitian ini, metode deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran kondisi kesehatan keuangan perusahaan dan untuk mengetahui gambaran kondisi return saham perusahaan. “Menurut Nazir (2011), metode verifikatif pada dasarnya ingin menguji kebenaran suatu hipotesis yang juga berarti menguji kebenaran teori.” Metode ini digunakan untuk menguji hipotesis hasil penelitian deskriptif dengan suatu perhitungan statistik sehingga didapat hasil pembuktian yang menunjukan hipotesis diterima atau ditolak. Pada penelitian ini, dilakukan metode 9 verifikatif untuk menguji pengaruh financial distress terhadap return saham perusahaan. 1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia, melalui situsnya, pojok bursa Universitas Widyatama, Indonesia Capital Market Directory, dan jurnal peneliti lain. Penelitian ini dilakukan dari Bulan Februari 2015 sampai dengan selesai.