Informasi Seputar Gangguan Indera & Fungsional o o o o o o o Apakah bahaya Gangguan Indera & Fungsional Tanda atau gejala apa saja yang perlu diketahui? Apa penyebab Gangguan Indera & Fungsional Bagaimana cara menentukan Gangguan Indera & Fungsional Bagaimana cara mengatasi Gangguan Indera & Fungsional Bahaya Gangguan Indera, yaitu: Tidak bisa melihat lingkungan sekitar untuk para penyandang tuna netra atau gangguan indera penglihatan, mereka tidak bisa melihat apa yang ada di sekitar mereka. Kesulitan untuk meletakkan barang-barang dan berjalan sangat sulit dilakukan, tersandung, tertabrak, dan tertimpa benda lain adalah bahaya dari gangguan Indera. Untuk para penyandang tuna rungu atau gangguan indera pendengaran, tentu saja mereka tidak bisa berkomunikasi dengan sesama manusia. Mereka juga tidak dapat berbicara karena mereka tidak mendapat eksplorasi kata-kata atau kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi. Semua itu bisa membuat mereka tidak bisa beraktifitas karena tidak dapat menyampaikan pesan atau apa yang mereka rasakan. Bahaya Gangguan Fungsional dikategorikan menurut jenisnya, yaitu: Disabilitas Fisik, seperti terjatuh dan luka jika fasilitas tidak memadai untuk para penyandang gangguan fungsional. Disabilitas Intelektual, seperti keterbelakangan pendidikan karena para disabilitas intelektual perlu pendamping dan metode khusus untuk mentrasfer ilmu sehingga mendapat pengetahuan yang sama. Disabilitas Sensorik, seperti berkurangnya fungsi dari panca indera tersebut. Disabilitas Mental, seperti melukai diri sendiri dan orang lain karena keadaan stres dan depresi dapat membuat penderita tidak dapat berpikir logis. Tanda atau gejala dari Gangguan Indera adalah : Indera Penglihatan Gejala yang perlu diketahui dari gangguan indera penglihatan tentu saja yang berhubungan dengan kemampuan melihat, seperti: mata berkunang atau ada titik-titik hitam berjalan ketika melihat. Ada juga berupa kemampuan penglihatan yang berkurang seperti yang dialami penderita katarak. o o o o o o o o Indera Pendengaran Gejala gangguan indera pendengaran yaitu kotoran kuping yang terus keluar yang menyebabkan jenis tuli congek atau kurangnya fungsi pendengaran karena lingkungan bising biasanya ditandai dengan telinga yang berdengung terus menerus. Telinga yang selalu gatal dan keluar kotoran telinga juga merupakan gejala gangguan Indera. Sesuai dengan tujuan dari pemerintah yaitu Nawa Cita dari presiden, maka salah satu dukungan yang diperoleh ada di goal pemerintah, yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia adalah sejalan dengan peningkatan kegiatan dari para disabilitas. Program akhir yang dicapai dari pembangunan kesehatan yaitu masyarakat mencapai kualitas kesehatan yang baik. Untuk itu salah satunya program Indonesia Sehat adalah penanggulangan gangguan Indera dan Fungsional. Sasaran Prioritas: Pendekatan Siklus Hidup Semua manusia mengalami siklus kehidupan dari dalam kandungan sampai dengan usia lanjut. Dengan pelayanan kesehatan kandungan, pemeriksaan bayi dari bulan ke bulan sampai dengan tahap remaja. Pelayanan lansia juga diperhatikan seperti konsultasi fisik dan mental. Pendekatan Keluarga Keluarga merupakan unsur terdekat dari individu. Dalam hal ini petugas puskesmas punya andil dalam hal itu. Agar deteksi secara dini dan pengobatannya disegerakan. Usaha preomotif dan preventif juga bisa dilakukan. Pengendalian Faktor Risiko Gangguan Penglihatan dan Kebutaan dengan Perilaku Cerdik dan Patuh: Sesuai dengan nawacita Presiden, ada jargon yang bisa digunakan supaya mencapai goal bersama. Hal pertama yaitu cek kondisi kesehatan secara berkala bukan hanya ketika kondisi badan sakit. Lalu kebiasaan merokok perlu dijauhkan dari kegiatan sehari-hari. Rajin berolahraga dan melakukan diet dengan nutrisi seimbang. Jangan lupa untuk relaksasi dan mengendalikan stres. Semua itu bisa menunjang manusia Indonesia yang produktif. Untuk mencegah terjadinya penurunan prestasi belajar anak maka dianjurkan mengikuti tes tajam penglihatan dan pendengaran yang dilaksanakan melalui program penjaringan anak sekolah. Skrining dan deteksi dini ini dilaksanakan minimal sekali setahun secara berkala. 70-80 % katarak merupakan penyebab kebutaan. Untuk Skrining atau deteksi dini dapat dilakukan oleh kader dengan mudah melalui test hitung jari. Deteksi tajam penglihatan dan pendengaran dapat dilaksanakan secara terintegrasi di Posbindu PTM dengan cara hitung jari dan tes suara. Masyarakat mendapatkan pelayanan deteksi dini tajam penglihatan (di bawah 40 tahun menggunakan E-tumbling dan di atas 40 tahun dengan menggunakan hitung jari). o o Upaya Pelayanan Kesehatan Penyandang Disabilitas, yaitu: Promotif: media berfungsi untuk mempromosikan program-program pemerintah. Preventif: langkah pencegahan secara dini. o Kuratif: pelayanan pemerintah dalam bentuk Rumah Sakit khusus untuk penyandang disabilitas. Singkatnya, Pemerintah sebagai bagian dari masyarakat harus mencari solusi untuk membuat manusia penyandang disabilitas hidup normal. Peran pemerintah bisa berupa penyediaan fasilitas bagi penyandang disabilitas seperti tempat khusus parkir atau perpustakaan untuk para tuna netra juga sangat berarti. Sementara peran pemerintah tidak bisa lepas dari peran masyarakat untuk menerima penyandang disabilitas secara terbuka dan memberikan dukungan sehingga mereka bisa menjalani kehidupan normal. Untuk pemeriksaan mata, Tri biasanya akan menempatkan warga berjarak 6 meter darinya, atau setara 12 langkah kaki. Warga harus berdiri membelakangi cahaya, supaya tidak silau. Kemudian, warga akan diminta menutup salah satu mata, sementara Tri mengajukan lima pertanyaan tentang jumlah jari yang ia tunjukkan. "Dari lima pertanyaan, kalau mereka benar tiga kali berarti matanya tidak bermasalah. Kalau tiga kali salah, berarti bermasalah," katanya. Sedangkan untuk pendengaran, Tri biasanya mengajak warga mengobrol, jika masih merespon dengan baik maka tidak ada masalah. Cara lain adalah dengan menggesek-gesek jari telunjuk dan ibu jari di dekat telinga warga. Bila terdengar, berarti kondisi pendengarannya baik. Menurut dr. Era, keberadaan kader indera membantu puskesmas mengetahui lebih luas warga yang mengalami gangguan penglihatan dan pendengaran. "Jelas meningkat, karena mereka bisa sampai ke sekolah-sekolah. Temuan kasus meningkat, luas karena mereka bisa ke mana-mana. Nah, yang paling rawan itu anak-anak. Mereka kan tidak tahu kalau kabur matanya, ternyata itu sebuah masalah. Dengan adanya kader indera, mereka sangat terbantu karena kader ini aktif," pungkasnya. Salah satu metode deteksi dini gangguan penglihatan adalah hitung jari," ujar dr Aldi dalam temu media Hari Penglihatan Sedunia di Kementerian Kesehatan, Selasa (2/10/2018). Deteksi dini gangguan penglihatan hitung jari ini memiliki prinsip sederhana, dan bisa dilakukan untuk usia 15 tahun ke atas oleh kader di Posbindu. Caranya sangat mudah dan aplikatif di mana seseorang hanya perlu melihat objek di depannya sejauh tiga meter yang sedang mengacungkan jari. Jika jawabannya tepat, namun pandangan agak buram, maka seseorang hanya mengalami gangguan penglihatan tipe sedang. Namun jika jari tidak ter lihat maka gangguan penglihatan yang dialami tergolong berat. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada lebih dari 285 juta penduduk dunia yang mengalami gangguan penglihatan dan 39 juta di antaranya mengalami kebutaan. 124 Juta lainnya mengalami low vision serta 153 juta mengalami gangguan penglihatan karena kelainan refraksi yang tidak terkoreksi. Sekitar 90 persen para penyandang gangguan penglihatan dan kebutaan ini hidup di negara dengan pendapatan rendah, yang jika dibiarkan begitu saja t anpa ada tindakan apapun, maka jumlah penderita gangguan penglihatan dan kebutaan ini akan meningkat dua kali lipat pada 2020. Dalam kesempatan yang sama, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, dr. Anung Sugihantono M.Kes mengatakan bahwa tema Hari Penglihatan Sedunia tahun 2018 adalah 'Eye Care Everywhere' yang menekankan aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan mata bagi semua orang. Sedangkan tema nasionalnya adalah 'Mata Sehat Untuk Semua'. Pada puncak acara Hari Penglihatan Sedunia yang akan dilaksanakan pada 11 Oktober 2018 di Kota Surabaya mendatang, Kementerian Kesehatan, kata Anung akan meluncurkan SIGALIH atau Sistem Informasi Penanggulangan Gangguan Penglihatan (SIGALIH). Sistem Informasi Penanggulangan Gangguan Penglihatan Nasional yang disingkat SIGALIH merupakan suatu sistem informasi yang berbasis web atau android untuk melaporkan pencatatan dan pelaporan skrining gangguan penglihatan warga negara Indonesia yang melakukan deteksi dini di Posbindu. Sistem ini juga diharapkan akan terhubung dengan Rumah Sakit sehingga akan dapat diketahui tindak lanjut terhadap pasien yang telah dirujuk. "Dengan hal ini kita bisa mengambil melakukan upaya pencegahan. Di sisi lain bisa memudahkan juga untuk melakukan tindakan baik operasi yang nemang diperlukan pada satu kasus yang berkaitan dengan kesehatan mata," tandas Anung. Saat ini sudah ada alat khusus yang dapat mengukur ketajaman visus atau penglihatan mata Anda secara langsung. Alat yang disebut sebagai autorefractometer ini sudah banyak tersedia di berbagai klinik mata serta toko optik. Namun, pemeriksaan ketajaman visus mata secara tradisional tidak boleh sampai dilupakan. Bagaimana, sih, prosedur pemeriksaan ketajaman visus mata secara tradisional? Pemeriksaan mata dengan kartu Snellen (Snellen chart) Pemeriksaan ketajaman visus mata umumnya dilakukan dengan bantuan kartu Snellen atau Snellen chart. Kartu ini dikembangkan oleh seorang dokter spesialis mata dari Belanda, Herman Snellen, pada tahun 1860an. Ada banyak variasi dari kartu Snellen ini. Namun, secara umum ada sebelas baris huruf kapital yang berisi beberapa macam huruf. Semakin ke bawah ukuran tulisan akan semakin kecil. Avgeekery.com Arti angka pada kartu Snellen Mungkin Anda pernah bertanya-tanya apa maksud dari angka-angka yang ada pada setiap baris kartu Snellen. Angka tersebut memiliki arti khusus. Jadi, setiap baris dilengkapi dengan angka yang merupakan jarak (biasanya dalam satuan kaki) di mana mata orang normal dan sehat dapat membaca huruf pada baris tersebut. Misalnya kalau ada angka 20/200 di samping barisan huruf pertama. Angka pertama, yaitu 20, mewakili jarak antara Anda dengan kartu Snellen tersebut. Biasanya jarak Anda dengan kartu Snellen memang 20 kaki atau 6 meter jauhnya. Sedangkan angka kedua, yaitu 200, mewakili jarak di mana mata Anda masih mampu membaca huruf pada barisan tersebut dengan jelas. Angka 200 berarti 200 kaki atau 60 meter. Penilaian visus mata Ketajaman visus mata normal manusia yaitu 20/20 atau dalam satuan meter 6/6. Ini berarti dalam jarak 20 kaki atau 6 meter, mata Anda masih cukup tajam untuk melihat tulisan yang memang normalnya dapat terbaca dari jarak tersebut. Akan tetapi, jika visus mata Anda adalah 20/40, berarti mata Anda dengan jarak 20 kaki atau 6 meter hanya mampu membaca huruf yang cukup besar yang dapat dibaca pada jarak 40 kaki atau 12 meter. Prosedur pemeriksaan visus mata dengan kartu Snellen Sekarang Anda sudah memahami mengenai dasar dari ketajaman visus. Nah, berikut ini adalah pembahasan mengenai prosedur pemeriksaan mata dengan kartu Snellen. Pastikan ruangan mendapat cahaya yang cukup terang. Anda akan diminta untuk duduk atau berdiri dengan jarak 6 meter dari kartu Snellen. Tutup salah satu mata Anda dengan menggunakan tangan. Apabila tersedia, Anda mungkin akan dipakaikan kacamata khusus dengan penutup mata. Periksakan mata kiri dan kanan secara terpisah. Mata dengan pandangan yang lebih buram akan dites terlebih dulu. Mulailah membaca mulai dari baris paling atas ke bawah, hingga Anda tidak mampu lagi membaca huruf pada baris tersebut. Bacalah dengan suara lantang dan jelas. Jika hasil pemeriksaan tidak mencapai barisan huruf 20/20 atau 6/6, maka prosedur akan diulang dengan menggunakan kacamata pinhole. Apabila dengan pinhole visus mengalami perbaikan, maka gangguan penglihatan bisa disebabkan oleh kelainan refraksi seperti rabun jauh (miopi). Ulangi prosedur ini untuk mata berikutnya. Cara lain untuk memeriksa visus mata Biasanya dengan menggunakan kartu Snellen sudah cukup untuk menilai ketajaman visus atau penglihatan seseorang. Namun, pada kasus tertentu di mana Anda sama sekali tidak mampu membaca huruf yang terlalu buram, maka pemeriksa atau dokter mata akan menggunakan tangan. Pertama, Anda akan diminta untuk menghitung jumlah jari pemeriksa dari jarak satu sampai enam meter. Apabila Anda tidak dapat menghitungnya, pemeriksa akan menggerakkan tangannya. Kalau masih belum bisa melihat dengan jelas, pemeriksa akan menggunakan lampu atau penerangan. Penyakit mata sangat beragam dan tidak semuanya dapat menular. Jika penyakit mata disebabkan virus atau bakteri maka bisa menular, sedangkan jika penyebabnya alergi tidak akan menular. Cara penanganan dan pencegahan macam-macam penyakit mata ini pun berbeda, tergantung penyebabnya. Berikut ini beragam penyakit mata yang perlu Anda ketahui : agar tidak terjadi glaukoma karena kepekaan saraf pada otot konjungtiva pada mata Miopi Miopi yakni seseorang yang tidak dapat melihat benda yang berjarak jauh. Biasanya terjadi pada pelajar.dapat dibantu dengan kacamata berlensa cekung. Hipermetropi Hipermetropi yaitu seseroang yang tidak dapat melihat benda yang berjarak dekat dari mata. Dapat dibantu dengan kacamata berlensa cembung. Presbiopi Presbiopi adalah seseorang yang tidak dapat melihat benda yang berjarak dekat maupun berjarak jauh.Dapat dibantu dengan kacamata berlensa rangkap. Biasa terjadi pada lansia. Kerabunan dan kebutaan Buta berarti seseorang tidak dapat melihat benda apapun sama sekali. Buta bisa saja diakibatkan keturunan, maupun kecelakaan. Rabun berarti seseorang hanya dapat melihat dengan samar-samar. Orang-orang yang buta maupun rabun biasanya "membaca" dengan jari-jarinya. Ini disebut huruf Braille. Buta warna Buta warna adalah suatu kondisi dimana seseorang sama sekali tidak dapat membedakan warna. Yang dapat dilihat hanyalah warna hitam, abu-abu, dan putih. Buta warna biasanya merupakan penyakit turunan. Artinya jika seseorang buta warna, hampir pasti anaknya juga buta warna. Katarak Katarak adalah suatu penyakit mata di mana lensa mata menjadi buram karena penebalan Lensa Mata dan terjadi pada orang lanjut usia (lansia). Astigmatis = ketidakaturan lengkung - lengkung permukaan bias mata yang berakibat cahaya tidak fokus pada satu titik retina(bintik kuning). Dapat dibantu dengan kacamata slinder/Operasi refraktif. Rabun senja Rabun senja adalah penyakit mata yang disebabkan karena mata kekurangan vitamin A. Penderita biasanya tidak bisa melihat pada saat sore hari saja. Konjungtivitis (menular) Merupakan penyakit mata akibat iritasi atau peradangan akibat infeksi di bagian selaput yang melapisi mata. Gejalanya mata memerah, berarir, terasa nyeri, gatal, penglihatan kabur, dan keluar kotoran. Penyakit ini mudah menular dan bisa berlangsung berbulan-bulan. Beberapa faktor menjadi penyebabnya, seperti infeksi virus atau bakteri, alergi (debu, serbuk, angin, bulu atau asap), pemakaian lensa kontak dalam jangka waktu panjang dan kurang bersih. Bayi pun bisa mengalami sakit mata, hanya penyebabnya berbeda yaitu karena infeksi ketika melewati jalan lahir. Pada bayi, penyakit ini disebut konjungtivitis gonokokal dan umumnya mata bayi baru lahir akan ditetesi obat mata atau salep antibiotika untuk mematikan bakteri penyebabnya. Jika Anda atau keluarga mengalami penyakit ini, lakukan penanganannya dengan cara berikut: Kompres mata dengan air hangat Gunakan obat tetes mata atau salep antibiotika seseui resep dokter. Bersihkan tangan sebelum mengoleskan salep agar iritasi tidak tambah parah. Cegah penularan penyakit ke orang lain dengan memisahkan alat-alat yang digunakan oleh Anda dan orang-orang. Trakoma (menular) Infeksi pada mata yang disebabkan bakteri Chlamydia trachomatis yang berkembang biak di lingkungan kotor atau bersanitasi buruk serta bisa menular. Penyakit ini sering menyerang anakanak, khususnya di negara berkembang. Memiliki gejala : mata memerah, mengeluarkan kotoran, pembengkakan kelopak mata dan kelenjar getah bening dan kornea terlihat keruh. Penanganan : Jauhkan alat/benda yang sudah dipakai penderita dari orang lain. Salep antibiotika mengandung tetracycline dan erthromycin biasanya akan diberikan selama satu bulan atau lebih. Jika tidak segera ditangani dapat menyebabkan pembentukan jaringan parut pada kornea sehingga menyebabkan bulu mata melipat ke dalam lalu terjadi gangguan penglihatan. Pembedahan mungkin perlu dilakukan jika terjadi kelainan bentuk pada kelopak mata atau kornea. Keratokonjungtivitas Vernalis (KV) Penyakit iritasi/peradangan pada bagian kornea (selaput bening) akibat alergi sehingga menimbulkan rasa sakit. Memiliki gejala mata merah, berair, kelopak mata bengkak, gatal, dan adanya kotoran mata. KV merupakan peradangan yang berulang atau musimam dan penderitanya cenderung kambuh, khususnya di musim panas. Kadang ada penderita KV yang mengalami kerusakan pada sebagian kecil kornea sehingga menyebabkan nyeri yang akut. Penanganannya dengan cara berikut : Jangan menyentuh atau menggosok mata karena bisa menyebabkan iritasi. Kompres mata dengan air hangat. Dokter biasanya akan memberikan obat tetes mata. Endoftalmitis Infeksi pada lapisan mata bagian dalam sehingga bola mata bernanah. Gejalanya mata merah, terasa nyeri bahkan sampai mengalami gangguan penglihatan. Infeksi ini cukup berat sehingga harus segera ditangani karena bisa menimbulkan kebutaan. Penyebab biasanya karena mata tertusuk sesuatu. Penanganan: Obat antibiotika biasanya akan diberikan oleh dokter mata Dilakukan pembedahan untuk mengeluarkan nanah yang ada di bola mata. Selulitis Orbitalis (SO) Penyakit mata akibat peradangan pada jaringan di sekitar bola mata. Gejalanya mata merah, nyeri, kelopak mata bengkak, bola mata menonjol dan bengkak, serta demam. Pada anak-anak, SO sering terjadi akibat cedera mata, infeksi sinus atau infeksi berasal dari gigi. Dokter biasanya akan melakukan rontgen gigi dan mulut atau CT Scan sinus untuk memastikan penyebabnya. Jika tidak segera mendapatkan penanganan, penyakit bisa berakibat fatal, seperti buta, infeksi otak atau pembekuan darah di otak. Berikut penanganan yang bisa Anda lakukan : Jika kasus tergolong ringan, dapat diberikan antibiotika secara oral. Pada kasus berat akan diberikan antibiotika melalui pembuluh darah atau melakukan pembedahan untuk mengeluarkan nanah atau mengeringkan sinus yang terinfeksi. Blefaritis Peradangan yang terjadi pada kelopak mata akibat produksi minyak berlebihan dan berasal dari lapisan mata. Memiliki gejala berupa mata merah, panas, nyeri, gatal, berarti, terdapat luka di bagian kelopak mata dan membengkak, bahkan rontoknya bulu mata. Blefaritis terbagi dua jenis, yaitu blefaritis anterior (peradangan mata bagian luap depan yaitu di melekatnya bulu mata, disebabkan bakteri stafilokukus). Dan blefaritis posterior (peradangan di kelopak mata bagian dalam, bagian kelopak mata dan bersentuhan dengan mata, disebabkan adanya kelainan pada kelenjar minyak). Penanganan: Rajin membersihkan sekitar kelopak mata untuk menghilangkan kelebihan minyak dengan menggunakan pembersih khusus. Salep antibiotika untuk membunuh bakteri. Dakrosistitis Penyakit mata yang disebabkan penyumbatan pada duktus nasolakrimalis (saluran yang mengalirkan air mata ke hidung). Penyumbatan disebabkan alergi sehingga menyebabkan infeksi di sekitar kantung air mata yang menimbulkan nyeri, warna merah dan bengkak, bisa mengeluarkan nanah dan mengalami demam. Penanganan: Pemberian antiobiotika oral atau melalui pembuluh darah. Pengompresan dengan air hangat di sekitar kantung air mata. Pembedahan perlu dilakukan jika terjadi kantung nanah. Ulkus Kornea (UK) Infeksi pada kornea bagian luar dan biasanya terjadi akibat jamur, virus, protozoa, atau beberapa jenis bakteri seperti stafilokokus, pseudomonas atau pneumokukus. Awalnya bisa karena kelilipan atau tertusuk benda asing. Penyakit ini bisa terjadi di seluruh permukaan kornea sampai bagian dalam dan belakang kornea. Ketika penyakit ini memburuk dapat menyebabkan komplikasi infeksi di bagian kornea yang lebih dalam, perforasi kornea (terjadi lubang), kelainan letak iris (Selaput pelangi) dan kerusakan mata. Memiliki gejala mata merah, gatal, berair, nyeri, muncul kotoran mata, peka pada cahaya, terdapat bintik nanah warna kuning keputihan pada bagian kornea, dan gangguan penglihatan. Penanganan: Perlu melakukan pemeriksaan seperti tes refraksi, tes air mata, pengukuran kornea,dan tes respons refleks pupil. UK tingkat ringan dapat ditangani dengan tetes mata mengandung antibiotika, antivirus atau antijamur. Jika berat mungkin memerlukan pembedahan untuk pencangkokan kornea. Degenerasi Makula[1] Pada orang yang berusia di atas 65 tahun, kebutaan permanen mungkin saja terjadi. Penyebabnya adalah degenerasi makula yang dapat mengganggu penglihatan fungsional Anda. Makula adalah bagian dari retina yang berfungsi untuk mengatur fokus pandangan. Selain usia, degenerasi makula bisa disebabkan diabetes, merokok, obesitas, dan hipertensi. Penanganan Ada penangan secara alami yang bisa signifikan mengurangi rasa sakit yang di timbulkan karena sakit mata di antaranya adalah: A. Mentimun untuk obat mata (Water melon) Untuk membuat obat sakit mata dari mentimun anda perlu menyiapkan beberapa bahan berikut : - 2 irisan mentimun - Air dingin Cara melakukan pengobatan dengan merendam irisan timun ke dalam air dingin selama 2-3 menit. Kemudiam letakkan timun tersebut diatas mata selama 10 menit. Ulangi ini bila diperlukan untuk memberikan bantuan dari rasa sakit saja. Alasan: Mengapa harus timun? Mentimun memiliki efek pendinginan pada tubuh kita. Efeknya juga sama dengan mata kita. Mentimun juga digunakan berbagai klinik kecantika untuk menenangkan mata dan menyembuhkan rasa sakit atau iritasi. Khasiat buah Mentimun juga di percaya dapat membantu menyingkirkan masalah lingkaran hitam pada mata dab iritasi ringan yang disebabkan mata kering. B. Lidah buaya / Aloe Vera Selain dapat di gunakan untuk mengatasi masalah ketombe pada rambut, efek dingin dari Lidah buaya juga dapat dimanfaatkan untuk pengobatan mata, siapkan bahan berupa : - 1 sendok teh gel lidah buaya - 1-2 sendok makan air dingin - 2 kapa katun atau seperlunya. Cara meracik obat sakit mata menggunakan lidah buaya, silahkan ambil gel lidah buaya segar dan encerkan dengan air dingin. Rendam kapas di tempat ini dan letakkan di kelopak mata selama 10 menit. Lakukan hal ini dua kali sehari. Alasan : Lidah buaya telah dikenal memiliki khasiat penyembuhan. Ini memiliki efek relaksasi pada mata Anda karena sifatnya yang dingin dan menenangkan. Lidah Buaya juga mengandung senyawa antimikroba dan antioksidan yang bisa mengobati penyebab rasa sakit di mata Anda. Hal yang perlu anda perhatikan. Gunakan hanya gel Lidah Buaya yang masih segar atau organik. Tidak disarankan menggunakan Varietas lain karena mungkin mengandung zat aditif yang dapat menimbulkan iritasi mata Anda. Degenerasi makula dapat dicegah dengan konsumsi makanan yang mengandung lutein dan zeaxanthin. Misalnya, daun pepaya, bayam, kol Brussels, kuning telur, jagung, avokad, kacang pistachio, goji berries, paprika oranye, kiwi, anggur, jus jeruk, dan zucchini. Degenerasi makula juga bisa dihambat dengan memperbanyak konsumsi minyak ikan Omega-3.[2] Apa itu Pemeriksaan Mata? Pemeriksaan mata adalah istilah umum yang merujuk pada rangkaian pemeriksaan untuk menilai kesehatan mata. Pemeriksaan dimulai dari yang paling sederhana, seperti membaca grafik huruf standar, hingga tes yang jauh lebih rumit dengan menggunakan lensa bertenaga tinggi dan mesin untuk mengamati struktur internal mata. Pemeriksaan mata rutin sangatlah penting, terlepas dari usia dan kesehatan fisik. Tidak hanya untuk membuat resep lensa kontak atau kacamata, tapi juga untuk memeriksa kehadiran penyakit dan menilai kesehatan mata sebagai indikator kesehatan. Selain itu, melalui prosedur ini, dokter spesialis mata akan mampu mengenali dan mendiagnosis penyakit sistemik kronis. Siapa yang Perlu Menjalani Pemeriksaan Mata dan Hasil yang Diharapkan Pemeriksaan mata rutin sangat direkomendasi bagi siapa saja sebagai pemeriksaan pemeliharaan kesehatan rutin. Orang dewasa harus menjalani pemeriksaan ini untuk mengikuti perkembangan resep lensa dan tanda-tanda penyakit mata. Di sisi lain, anakanak pun harus memeriksakan mata ke dokter untuk menjaga perkembangan penglihatan yang normal, memastikan ketajaman dan kecakapan mata untuk aktivitas pembelajaran. Idealnya, pemeriksaan mata dilakukan satu kali dalam setahun. Namun, ada beberapa kasus yang mengharuskan pemeriksaan mata. Ciri dan kondisi umum yang segera memerlukan pemeriksaan ini, antara lain: Mata tampak merah atau kering, atau tiba-tiba terasa sangat gatal Melihat kilatan cahaya, titik hitam atau floater Orang-orang yang mengidap diabetes atau penyakit lain yang mengganggu kesehatan mata Kesulitan mengemudi atau melihat di kegelapan atau saat malam hari Orang-orang yang merasa sakit kepala, penglihatan kabur, mengalami penurunan penglihatan atau pening selama beberapa saat setelah menggunakan komputer atau perangkat serupa Orang-orang yang merasa pening, mabuk, atau sulit mengikuti objek bergerak Membaca buku dari jarak agak jauh atau sangat dekat agar dapat terbaca dengan jelas Perubahan pada penglihatan Mengalami trauma di bagian kepala yang membuat perubahan pada penglihatan Pasien dengan riwayat keluarga yang mengidap penyakit glaukoma atau diabetes (retinopati diabetik), khususnya yang menginjak usia 50 tahun atau lebih, memerlukan lebih banyak pemeriksaan mata. Pemeriksaan ini pun sangat penting untuk mengenali dan mendiagnosis penyakit, seperti degenerasi makula akibat penuaan dan kata rak. Cara Kerja Pemeriksaan Mata Dalam pemeriksaan mata, dokter spesialis mata memeriksa ketajaman penglihatan untuk menentukan resep lensa kontak atau kacamata. Dokter pun akan memeriksa kemungkinan penyakit atau masalah mata yang memicu penurunan atau kehilangan fungsi penglihatan. Langkah-langkah pemeriksaan mata biasanya terdiri dari: Bagi pasien yang baru pertama kali menjalani pemeriksaan mata, dokter biasanya bertanya mengenai riwayat penyakit atau gejala penurunan penglihatan yang sedang dirasakan. Dokter akan melakukan uji ketajaman penglihatan untuk menentukan resep lensa kontak atau kacamata agar dapat meningkatkan kemampuan melihat. Dengan bantuan cahaya,dokter akan mengevaluasi permukaan dan bagian dalam mata. Kemungkinan, dokter akan memberi obat tetes mata untuk memperbesar mata atau mengukur tekanan mata. Jenis-jenis tes yang akan direkomendasi atau dilakukan oleh dokter berdasarkan gejala yang dirasakan pasien, antara lain: Tes otot mata - Dilakukan untuk memeriksa kesehatan otot yang mengatur gerakan mata, serta mengevaluasitanda-tanda kemunduran otot atau kordinasi. Tes ketajaman penglihatan - Tes standar untuk mengukur ketajaman penglihatan, biasanya dilakukan dengan cara membaca grafik huruf dalam berbagai ukuran. Pemeriksaan refraksi - Seringkali dilakukan menggunakan komputer refraktor atau dengan retinoskopi untuk mengukur resep lensa kontak dan kacamata. Pada pemeriksaan ini biasanya dilakukan penyetelan dengan menggunakan sebuah perangkat yang dilengkapi dengan beberapa lensa untuk mendapatkan kombinasi yang memberikan penglihatan paling jelas. Pemeriksaan lapang pandang (Perimetri) - Pemeriksaan yang menentukan jangkauan penglihatan. Kehilangan lapang penglihatan merupakan ciri penyakit mata. Tes buta warna - Tes ini menilai kekurangan dan menentukan kebutaan warna. Pemeriksaan slit-lamp - Mikroskop slit-lamp atau lampu celah digunakan untuk memeriksan struktur di dalam mata. Cairan flourescein yang digunakan untuk mewarnai selaput air mata, dapat membantu menampakkan sel-sel yang rusak. Pemeriksaan retina (Oftalmoskopi/Funduskopi) - Pemeriksaan yang dilakukan pada struktur belakang mata, termasuk retina, untuk memeriksa kemungkinan penyakit mata. Pemeriksaan glaukoma (Tonometri) - Pengukuran tekanan (intraocular) mata untuk mengenali kehadiran glaukoma, kondisi yang merusak saraf optik. Pemeriksaan ini dapat dilakukan tanpa mesin (non-kontak) atau menggunakan tonometer slit-lamp (tonometri aplanasi). Uji ketebalan retina: Pemeriksaan ini direkomendasi bila tekanan mata lebih tinggi dari tekanan normal. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan perangkat yang memanfaatkan gelombang suara untuk mengukur ketebalan retina. Uji ketebalan retina berlangsung selama beberapa detik dengan bantuan anestesi tetes mata. Kemungkinan Komplikasi dan Resiko Pemeriksaan Mata Pemeriksaan mata hanya membutuhkan beberapa menit atau kurang dari satu jam. Pemeriksaan rutin yang sangat sederhana dan singkat ini, biasanya tidak menyebabkan komplikasi atau resiko apapun. Namun, jenis pemeriksaan tertentu yang memerlukan tetesan anestesi atau fluorescein dapat membuat mata menjadi buram selama beberapa saat dan kembali normal dalam beberapa jam. Rujukan Emmett T. Cunningham; Paul Riordan-Eva. Vaughan & Asbury's general ophthalmology. (18th ed.). McGraw-Hill Medical. Pemeriksaan Visual Acuity 1. Pasien diberi jarak dari Snellen Chart sejauh 5 meter atau 6 meter atau 20 kaki (denominatornya akan berbeda untuk setiap jarak yang digunakan. Seringkali digunakan jarak 5 meter.) 2. Tingkat mata pasien dengan Snellen Chart harus sejajar dan lurus. 3. Pasien diminta untuk menutup satu mata dengan okluder, atau bila tidak ada, dengan telapak tangan, bukan dengan jari karena dapat menekan mata. Biasanya yang ditutupi mata kiri dahulu, atau mata yang bermasalah dahulu, agar pasien tidak menghafal huruf yang ada di chart. 4. Pasien diminta untuk membaca huruf yang ditunjuk oleh dokter. Catat denominator pada baris terakhir yang masih bisa dibaca oleh pasien. Bila pasien bisa membaca semua huruf sampai denominator 20, berarti ketajaman matanya normal (5/5 atau 6/6 atau 20/20). 5. Bila mata pasien masih kabur saat membaca Snellen Chart, gunakan pinhole untuk mengetahui apakah matanya kabur karena kelainan refraksi atau kelainan lain (contoh: katarak). Pasien yang memiliki kelainan refraksi akan lebih jelas membaca chart saat menggunakan pinhole. 6. Bila Pasien sama sekali tidak bisa melihat huruf di chartnya dari atas, akan dilakukan pemeriksaan lanjutan, yaitu hitung jari hingga lambaian tangan. 7. Pemeriksaan hitung jari dimulai dari jarak 5 meter terlebih dahulu. Dokter mengacungkan jari diposisikan lurus dari pandangan pasien, kemudian pasien diminta untuk memberitahu dokter berapa jumlah jari yang diacungkan. Bila pasien dapat menyebutkan jumlah jari dengan benar, skornya adalah 5/60. 8. Bila pasien masih tidak bisa melihat, maju 1 meter. Bila masih tidak bisa, maju 1 meter lagi, dan begitu seterusnya hingga jarak antara dokter dan pasien hanya 1 meter. Skornya secara berurutan menjadi 4/60, 3/60, 2/60 dan 1/60. 9. Bila setelah pemeriksaan hitung jari dari jarak 1 meter pasien masih tidak bisa menyebut dengan benar, dilakukan pemeriksaan lambaian tangan. 10. Pemeriksaan lambaian tangan dilakukan dari jarak 1 meter dan dilakukan dengan cara dokter melambaikan tangannya dari kea rah tertentu kemudian meminta pasien untuk memberitahu ke arah mana gerakan tangannya. Bila pasien bisa menyebut dengan benar, skornya menjadi 1/300. 11. Pemeriksaan selanjutnya yang biasa dilakukan adalah persepsi cahaya. 12. Dokter memakai senter yang dinyala-matikan secara acak kemudian meminta pasien untuk memberitahu apakan senternya menyala atau tidak. 13. Bila pasien dapat membedakan nyala dan matinya senter, dilanjutkan dengan meminta pasien untuk menentukan sumber cahaya. 14. Dokter mengarahkan sinar senter dari arah tertentu dekat mata pasien, kemudian pasien diminta untuk memberitahu dari arah mana cahayanya datang. img-20140205-wa00051.jpg800×362 70.7 KB Pinhole Black-occluder-short.jpg800×640 15.5 KB Okluder Snellen Chart Apabila mengacu pada contoh diatas, angka 20/50 itu menunjukkan nilai visual acuity naturalis pasien tersebut. Artinya, apabila orang normal dapat membaca dengan jelas pada jarak 15 meter (50 feet), pasien hanya dapat membaca dengan jelas pada jarak 6 meter (20 feet). Pemeriksaan visus (visual acuity naturalis) merupakan pemeriksaan subyektif pasien dilihat dari sisi ketajaman penglihatannya. Bila pasien memiliki visus 20/20 (dalam feet) atau 6/6 (dalam meter) yang merupakan visus normal manusia, tetapi masih mengeluh tidak dapat membaca dengan jelas, berarti pasien diindikasikan memiliki kelainan refraksi rabun dekat (hipermetropi), sehingga dapat dibantu dengan menggunakan kacamata berlensa positif / plus. Sebaliknya, apabila pasien mengalami penurunan visus dan tidak dapat membaca tulisan dengan jelas, maka pasien diindikasikan memiliki kelainan refraksi rabun jauh (miopi), sehingga dapat dibantu dengan menggunakan kacamata berlensa negatif/minus. Untuk mengetahui pasien menggunakan kacamata minus berapa, maka angka hasil visus tersebut harus dikoreksi dengan menggunakan power lensa yang sesuai, dan jika diindikasikan membutuhkan kacamata ber-lensa minus, maka akan digunakan kekuatan power terkecil yang dapat membantu pasien untuk membaca huruf terkecil atau pada konversinya menunjukkan visual acuity orang normal, yaitu 20/20 atau 6/6. Dengan kata lain, untuk mengetahui minus berapa, maka pasien diminta mencoba kacamata satu persatu hingga ditemukan minus yang cocok untuk membaca normal, (6/6). Snellen chart adalah poster yang berfungsi untuk mendeteksi tajam penglihatan seseorang. Berhubung ada perbedaan antara sistem pengukuran yang dipakai di Indonesia (juga sebagian besar negara lain di dunia) dan Amerika Serikat, Snellen chart ini pun terdapat dalam dua versi angka. Yang satu dalam angka metrik dan yang satu lagi dalam angka imperial. Snellen chart metrik dinyatakan dalam pembanding 6 meter (6/6, 6/9, 6/12, dan seterusnya sampai 6/60). Sedangkan Snellen chart imperial adalah seperti yang terdapat di gambar di bawah ini. Angkanya dinyatakan dalam pembanding 20 kaki (20/20 sampai 20/200). Apakah 20 kaki sama dengan 6 meter? Sebenarnya tidak: 20 kaki sama dengan 6 meter lebih 10 cm (tepatnya 609.6 cm). Tapi tentu saja kelebihan 10 cm itu boleh diabaikan. Lalu apa fungsi angka pecahan yang ada di samping tiap baris? Dalam pemeriksaan tajam penglihatan, angka yang berperan penting adalah angka di sebelah baris terbawah yang bisa dibaca oleh subjek. Misalnya subjek hanya bisa membaca sampai baris 6/9. Ini berarti orang dengan tajam penglihatan normal sudah dapat membaca baris tersebut pada jarak 9 meter. Sementara itu subjek baru dapat membacanya pada jarak 6 meter. Semakin tinggi letak baris terbawah yang bisa dibaca oleh subjek, berarti semakin buruk tajam penglihatannya. Subjek yang tidak dapat membaca sampai dengan baris 6/6 (atau 20/20) mungkin mengalami gangguan penglihatan karena penyakit organik pada mata, atau gangguan refraksi murni. Penyakit organik pada mata berarti ada kelainan struktural yang mengakibatkan tajam penglihatan menurun. Misalnya ada kerusakan pada kornea ataupun kekeruhan pada lensa (pada katarak). Namun pada gangguan refraksi murni, tidak ada kelainan struktural yang ditemukan pada mata. Untuk membedakan keduanya digunakan pemeriksaan pinhole. Pinholeadalah sebuah layar hitam dengan lubang kecil di tengah yang dipasang di depan mata yang diperiksa. Jika tajam penglihatan membaik dengan bantuan pinhole, berarti tidak ada kelainan struktural pada mata. Jika seseorang tidak dapat membaca Snellen chart sama sekali bahkan dengan bantuan lensa, pemeriksaan selanjutnya adalah hitung jari (count fingers). Orang normal dapat menghitung jari pada jarak 60 meter. Jadi apabila subjek baru dapat menghitung jari pada jarak 2 meter, berarti tajam penglihatannya 2/60. Pemeriksaan berikutnya adalah lambaian tangan (hand motion). Orang normal dapat melihat lambaian pada jarak 300 meter. Sama seperti hitung jari, apabila subjek baru dapat melihat lambaian pada jarak 1 meter, berarti tajam penglihatannya 1/300. Pemeriksaan terakhir adalah ada atau tidaknya persepsi sinar (light perception). (jarak antara penempatan poster snellen dengan Subyek/orang yang diperiksa sejauh 6 m) Snellen chart dinamai menurut penemunya, yaitu seorang dokter mata dari Belanda bernama Hermann Snellen. Oleh WHO, seseorang yang tidak dapat membaca huruf teratas pada Snellen chart setelah dibantu dengan kacamata sudah dianggap buta secara hukum. Di lain pihak, cukup banyak orang miopia yang tidak mampu membaca huruf teratas pada Snellen chart tanpa bantuan kacamata. Orang-orang seperti ini tidak termasuk di dalam kategori buta secara hukum itu, karena setelah dibantu kacamata mereka umumnya tidak bermasalah untuk membaca huruf di baris 6/6 atau bahkan di bawahnya. Pada sebagian Snellen chart, ada baris 6/5, 6/4, dan 6/3 (seperti yang terlihat pada gambar). Namun jika dalam aspek peresepan kacamata, baris-baris tersebut tidak bermakna. Snellen chart dianggap kurang objektif dalam menilai tajam penglihatan, karena jumlah huruf yang berbeda-beda pada tiap baris dan jarak huruf yang semakin dekat pada baris-baris bawah. Untuk anak yang belum dapat membaca ataupun orang buta huruf, seluruh huruf di Snellen chart diganti dengan huruf E. Subjek diminta mengatakan ke mana arah huruf E membuka. Chart modifikasi ini disebut juga Tumbling-E chart. Khusus untuk anak juga kadang dipakai poster bergambar (Allen chart) atau HOTV chart (Snellen chart yang hanya berisi huruf H, O, T, dan V). Tes Rinne dan tes Weber merupakan pemeriksaan untuk mengetahui adanya gangguan pendengaran, dan apakah mengalami gangguan pendengaran konduktif atau sensorineural. Diagnosis ini dilakukan untuk mendapatkan perawatan dini dan menentukan rencana pengobatan yang tepat. Berikut ulasan lengkap seputar tes Rinne dan tes Weber. Apa itu tes Rinne dan tes Weber? Tes Rinne merupakan tes pendengaran yang dilakukan untuk mengevaluasi suara pendengaran dengan membandingkan persepsi suara yang dihantarkan oleh konduksi udara dengan konduksi tulang melalui mastoid. Tes Weber merupakan cara lain untuk mengevaluasi gangguan pendengaran konduktif dan sensorineural. Hasil tes Rinne harus dibandingkan dengan tes Weber untuk mendeteksi gangguan pendengaran sensorineural. Gangguan pendengaran konduktif terjadi saat gelombang suara tidak mampu melewati telinga bagian tengah ke telinga bagian dalam. Hal ini bisa disebabkan oleh masalah di saluran telinga, gendang telinga, atau telinga tengah, seperti: Infeksi Penumpukan kotoran telinga Gendang telinga yang tertusuk Cairan di telinga tengah Kerusakan tulang kecil di telinga tengah Gangguan pendengaran sensorineural merupakan kerusakan yang terjadi di bagian mana pun dari sistem saraf khusus telinga. Ini termasuk saraf pendengaran, sel-sel rambut di telinga bagian dalam, dan bagian lain dari koklea. Biasanya jenis gangguan pendengaran ini terjadi akibat paparan suara yang bising dan semakin bertambahnya usia. Manfaat tes Rinne dan tes Weber Tes Rinne dan tes Weber sering digunakan karena tes ini mudah termasuk tes yang sederhana dan mudah dilakukan. Kedua tes ini sering kali menjadi tes pertama yang digunakan untuk menentukan penyebab perubahan atau kehilangan pendengaran pada seseorang. Tes tersebut dapat membantu mengidentifikasi kondisi yang menyebabkan gangguan pendengaran. Beberapa kondisi yang menyebabkan hasil tes Rinne atau tes Weber tidak normal antara lain: Perforasi gendang telinga Kotoran telinga Infeksi telinga Cairan telinga bagian tengah Otosklerosis, adalah ketidakmampuan tulang kecil di telinga tengah (tulang sangurdi) bergerak dengan baik Cedera pada saraf telinga Bagaimana prosedur tes Rinne dan tes Weber? Tes Rinne dan tes Weber dilakukan dengan menggunakan garputala frekuensi tinggi (512 Hertz) untuk menguji bagaimana Anda merespon suara dan getaran di dekat telinga Anda. Berikut uraian prosedur tes Rinne dan tes Weber. Tes Rinne 1. 2. 3. 4. Dokter meletakkan garputala di tulang mastoid (di belakang salah satu telinga). Bila Anda sudah tidak bisa mendengar suara, Anda diminta memberi isyarat kepada dokter. Kemudian, dokter akan menggerakkan garputala di samping telinga Anda. Bila Anda sudah tidak bisa mendengar suara itu lagi, Anda diminta memberi isyarat kepada dokter. 5. Dokter mencatat berapa lama Anda mendengar setiap suara. Tes Weber 1. Dokter meletakkan garputala di tengah kepala Anda 2. Anda mencatat di bagain telinga mana getaran yang terasa; telinga kiri, telinga kanan, keduanya. Bagaimana hasil tes Rinne dan tes Weber? Tes Rinne Konduksi udara menggunakan organ-organ pada telinga daun telinga, gendang telinga, dan osikel (tiga tulang pendengaran) untuk memperkuat suara dan mengalirkan suara ke konduksi tulang dan menyebabkan suara dapat langsung ditransmisikan ke telinga dalam atau melalui tengkorak ke telinga sebelahnya. Pendengaran normal, menunjukkan waktu konduksi udara yang dua kali lebih lama dari waktu konduksi tulang. Dengan kata lain, Anda akan mendengar suara di samping telinga Anda dua kali selama Anda akan mendengar suara di belakang telinga Anda. Ganguan pendengaran konduktif, suara konduksi tulang terdengar lebih lama dari konduksi udara. Gangguan pendengaran sensorineural, suara konduksi udara terdengar lebih lama dari konduksi tulang, tapi mungkin tidak dua kali lebih lama. Tes Weber Pendengaran normal akan menghasilkan getaran yang sama di kedua telinga. Gangguan pendengaran konduktif akan menyebabkan getaran terasa di telinga yang tidak normal. Gangguan pendengaran sensorineural akan menyebabkan getaran terasa di telinga normal. Baca Juga: Tes pendengaran adalah prosedur pemeriksaan untuk mengetahui kemampuan mendengar seseorang. Pemeriksaan dilakukan dengan mengukur seberapa baik suara terhantar ke otak. Suara yang didengar berasal dari getaran pada udara di sekeliling kita, yang kemudian membentuk gelombang suara yang merambat dalam frekuensi tertentu. Proses mendengar terjadi saat gelombang suara masuk melalui telinga dan dihantarkan oleh saraf ke otak. Proses mendengar ini akan terganggu jika ada bagian telinga yang rusak, sehingga terjadi gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran bisa dibagi menjadi tuli konduktif dan tuli sensorineural. Tuli konduktif terjadi jika ada masalah pada saluran telinga atau bagian tengah telinga, sehingga gelombang suara terhalang dan tidak bisa masuk ke bagian dalam telinga. Tuli konduktif bisa menyebabkan hilangnya pendengaran sementara atau permanen. Sedangkan tuli sensorineural terjadi jika koklea (organ di bagian dalam telinga) atau saraf pendengaran tidak berfungsi normal, sehingga suara tidak terhantar ke otak. Tuli sensorineural umumnya permanen, serta bisa terjadi pada salah satu atau kedua telinga. Tuli konduktif dan sensorineural bisa terjadi secara terpisah atau bersamaan. Indikasi Tes Pendengaran Dokter akan menyarankan untuk dilakukan tes pendengaran pada seseorang yang mengalami tanda-tanda berikut: Merasa ada dengungan pada telinga (tinnitus). Bicara terlalu keras hingga membuat lawan bicara terganggu. Sering meminta lawan bicara mengulang ucapan Sulit mendengar percakapan, terutama pada suasana yang ramai. Menonton televisi dengan suara yang keras, hingga mengganggu orang lain. Persiapan Tes Pendengaran Beberapa hal yang perlu diketahui pasien sebelum menjalani tes pendengaran, antara lain adalah: Beri tahu dokter jika belakangan ini Anda mendengar suara nyaring yang membuat telinga sakit dan berdenging, atau mengalami infeksi pada telinga. Beri tahu dokter jika mengalami gangguan dalam mendengar percakapan, atau merasakan gejala hilang pendengaran. Beri tahu dokter jika sedang mengonsumsi antibiotik yang bisa merusak fungsi organ pendengaran, seperti gentamicin. Dokter akan memeriksa bagian dalam telinga. Jika terdapat kotoran telinga yang mengeras, dokter akan mengeluarkannya agar tidak memengaruhi hasil tes. Beberapa tes dilakukan dengan mengenakan headphone. Pasien akan diminta melepas kacamata, anting, aksesoris pada rambut, dan alat bantu pendengaran agar tidak mengganggu tes. Bagi yang akan menjalani tes BERA, pasien akan diminta keramas sebelum tes dilakukan. Prosedur Tes Pendengaran Ada beberapa macam tes pendengaran yang bisa dijalani pasien gangguan pendengaran. Konsultasikan dengan dokter THT mengenai tes mana yang tepat untuk dilakukan. Tes bisik Dalam tes bisik, dokter akan meminta pasien menutup lubang telinga yang tidak diperiksa dengan jari. Setelah itu, dokter akan membisikkan beberapa kata, atau membisikkan kombinasi huruf dan angka. Saat berbisik pada pasien, dokter akan berada kurang dari 1 meter di belakang pasien, untuk mencegah pasien membaca gerak bibir. Pasien akan diminta mengulangi apa yang diucapkan dokter. Jika pasien tidak bisa mengulangi kata yang dibisikkan, dokter akan menggunakan kombinasi huruf dan angka yang berbeda, atau mengulangi pengucapan kata dengan lebih keras, hingga pasien bisa mendengarnya. Kemudian tes diulangi pada telinga yang satunya lagi. Pasien dianggap lulus tes bisik jika mampu mengulangi 50% kata yang diucapkan dokter. Tes garpu tala Dalam tes ini, garpu tala dengan frekuensi 512Hz digunakan untuk mengetahui respons pasien pada suara dan getaran di dekat telinga. Tes garpu tala bisa dilakukan dengan tes Weber dan tes Rinne. Untuk tes Weber, dokter akan membenturkan garpu tala pada objek yang keras untuk membuat getaran, kemudian ujung garpu tala diletakkan di depan dahi, hidung, atau gigi. Pada pasien yang pendengarannya normal, suara akan terdengar keras di kedua telinga. Jika suara terdengar lebih keras pada telinga yang kondisinya baik, tandanya pasien mengalami tuli sensorineural. Sedangkan jika suara garpu tala terdengar lebih jelas pada kondisi telinga yang buruk, berarti pasien mengalami tuli konduktif. Tes garpu tala juga bisa dilakukan dengan tes Rinne. Sama seperti tes Weber, dokter akan membenturkan garpu tala untuk membuat getaran. Kemudian garpu tala diletakkan di bagian belakang telinga dan samping telinga pasien, untuk membandingkan hantaran tulang dan hantaran udara. Pada pasien yang pendengarannya normal, pasien akan mendengar suara di samping telinga (hantaran udara) dua kali lebih panjang dibanding jika mendengar suara di belakang telinga (hantaran tulang). Pada tuli sensorineural, hantaran udara juga akan terdengar lebih panjang dibanding dengan hantaran tulang, namun tidak sampai 2 kali. Sedangkan jika pasien mengalami gangguan pendengaran konduksi, hantaran tulang akan terdengar lebih panjang dari hantaran udara. Tes audiometri tutur Tes ini digunakan untuk mengetahui seberapa baik pasien mendengar dan memahami percakapan sederhana. Dalam tes ini, pasien akan diminta mengulangi kata-kata yang diucapkan dokter, mulai dari suara lembut hingga nyaring. Pada tes tahap pertama, dokter akan mengucapkan kata-kata yang terdiri dari dua suku kata dalam suara yang lembut, lalu pasien diminta untuk mengulang dengan akurasi minimal 50%. Kemudian pada tes tahap dua, dokter akan mengucapkan 50 kata yang terdengar mirip dengan suara nyaring (40 desibel), dan pasien kembali diminta mengulangi kata-kata yang diucapkan. Hasil tes audiometri tutur bisa digunakan untuk menentukan apakah alat bantu dengar dibutuhkan oleh pasien, dan untuk mengetahui letak kerusakan organ pendengaran. Pendengaran pasien dianggap normal jika bisa mengulangi 90 hingga 95% kata-kata yang diucapkan dokter saat tes. Tes audiometri nada murni Tes ini menggunakan audiometer, suatu alat yang menghasilkan nada-nada murni, dan diperdengarkan pada pasien melalui headphone. Nada-nada tersebut bervariasi dalam frekuensi dan intensitas suaranya, mulai dari 250Hz, hingga 8000Hz. Tes akan dimulai dengan intensitas suara yang masih terdengar, lalu dikurangi secara bertahap hingga tidak lagi terdengar oleh pasien. Kemudian, intensitas suara akan ditingkatkan kembali hingga pasien bisa mendengarnya. Pasien akan diminta untuk memberi tanda dengan menekan tombol yang sudah disediakan, jika masih bisa mendengar suara meski sangat samar. Tes audiometri dilakukan di ruangan khusus. Pada tes ini, masing-masing telinga akan dites secara terpisah, dimulai terlebih dulu pada telinga dengan kondisi baik. Pasien akan menjalani beberapa kali tes, di mana dalam setiap tes, nada yang diperdengarkan pada pasien akan semakin tinggi. Setelah itu, headphone akan dilepas, dan alat penggetar akan dipasang pada bagian belakang telinga. Pasien akan kembali diminta memberi respons jika mendengar nada. Auditory Brain Stem Response Test Tes ini disebut juga dengan tes brainstem evoke response audiometry (BERA). Dalam tes ini, dokter menggunakan elektroda yang tersambung pada mesin untuk merekam respons otak pasien. Pada pasien anak-anak yang tidak bisa tenang saat akan dipasang elektroda, dokter akan memberikan obat penenang. Berikut ini prosedur yang dijalankan pada tes BERA: - Elektroda dipasang pada ubun-ubun dan masing-masing daun telinga pasien. - Setelah elektroda terpasang, pasien akan diminta menggunakan earphone. - Suara ‘klik’ dan suara-suara lain akan diperdengarkan pada pasien melalui earphone. - Mesin akan merekam respons otak pasien terhadap suara. Hasil tes akan menunjukkan peningkatan aktivitas otak setiap kali pasien mendengar suara yang dihasilkan mesin. Jika hasil tes tidak menunjukkan peningkatan aktivitas otak saat suara diperdengarkan, kemungkinan pasien mengalami tuli. Hasil tes yang tidak normal bisa juga berarti ada gangguan pada otak atau sistem saraf pasien. Otoacoustic emissions (OAE) Tes otoacoustic emissions (OAE) digunakan untuk memeriksa gangguan di telinga bagian dalam, khususnya bagian koklea (rumah siput). Umumnya dilakukan untuk memeriksa gangguan pendengaran pada bayi yang baru lahir, namun bisa juga dilakukan untuk orang dewasa. Dalam tes ini, alat kecil yang dilengkapi earphone dan mikrofon diletakkan di liang telinga. Kemudian, dokter akan menghantarkan suara ke telinga pasien melalui earphone, dan mikrofon akan mendeteksi respons koklea berupa getaran. Pada pendengaran yang normal, getaran tersebut akan menghasilkan suara kecil yang menggema ke liang telinga. Suara dari getaran itu lah yang diukur. Respons yang dihasilkan koklea akan ditampilkan di layar monitor, sehingga pasien tidak perlu memberikan tanda apa pun jika mendengar suara. Dokter akan menilai suara apa yang menghasilkan respons, dan bagaimana kekuatan responsnya. Melalui tes ini, dokter bisa menentukan jenis gangguan pendengaran yang dialami pasien. OAE juga bisa mendeteksi penyumbatan di bagian luar dan tengah telinga. Jika ada penyumbatan, suara tidak akan masuk ke bagian dalam telinga, dan koklea tidak akan menghasilkan respons apa pun. Timpanometri Sebelum menjalankan tes, dokter akan terlebih dulu memeriksa liang telinga pasien untuk memastikan tidak ada kotoran telinga atau benda lain yang menghalangi gendang telinga. Setelah liang telinga dipastikan bersih, dokter akan memasang alat khusus di masing-masing telinga pasien. Rasa sedikit tidak nyaman akan dirasakan pasien saat dipasangkan alat tersebut. Setelah terpasang, alat khusus tersebut akan menghembuskan udara dalam tekanan yang bervariasi ke dalam telinga, untuk membuat gendang telinga bergerak. Gerakan gendang telinga tersebut kemudian akan ditampilkan dalam grafik di timpanogram. Grafik pada timpanogram akan menunjukkan apakah gendang telinga pasien bergerak normal, terlalu kaku, atau terlalu banyak bergerak. Melalui timpanogram, dokter juga bisa mengetahui apakah ada robekan pada gendang telinga pasien atau cairan pada telinga tengah. Pasien tidak dibolehkan berbicara, bergerak, atau melakukan gerakan menelan selama tes berlangsung, karena akan memengaruhi hasil tes. Hasil timpanometri bisa terbagi ke dalam hasil normal dan abnormal. Pendengaran pasien dianggap tidak ada masalah jika tekanan udara pada telinga tengah berkisar antara +50 hingga -150 decapascal, tidak terdapat cairan di bagian tengah telinga, dan pergerakan gendang telinga masih normal. Sedangkan hasil abnormal dapat menunjukkan adanya: - Cairan atau tumor di bagian tengah telinga. - Kotoran yang menutupi gendang telinga. - Lubang atau luka pada membran timpani. Timpanometri hanya dilakukan untuk memeriksa bagian tengah telinga. Dokter akan menyarankan pasien untuk menjalani tes lain, jika tes timpanometri menunjukkan hasil abnormal. Setelah Tes Pendengaran Dokter dan pasien akan mendiskusikan hasil tes, di antaranya tingkat gangguan pendengaran yang dialami pasien, dan kemungkinan penggunaan alat bantu dengar. Pasien juga disarankan mengenakan pelindung telinga jika sedang berada di tempat yang bising. Gangguan pendengaran diukur dalam satuan desibel (dB). Pasien yang menjalani tes pendengaran bisa mendapatkan hasil sebagai berikut: Gangguan pendengaran ringan (21-45 dB). Pasien sulit membedakan kata yang diucapkan dengan suara pelan. Gangguan pendengaran sedang (46-60 dB). Pasien sulit mendengar apa yang sedang diperbincangkan, terutama jika ada suara keras di sekitarnya, seperti suara dari televisi dan radio. Gangguan pendengaran sedang hingga berat (61-90). Pasien sulit mendengar percakapan biasa. Gangguan pendengaran berat (91 dB). Pasien sulit mendengar hampir semua suara. Umumnya pasien dengan gangguan pendengaran berat memerlukan alat bantu dengar. Efek Samping Tes Pendengaran Tes pendengaran aman untuk dilakukan oleh semua orang, dan tidak menimbulkan efek samping apa pun. Terakhir diperbarui: 15 Mei 2018 Ditinjau oleh: dr. Tjin Willy Referensi Deteksi katarak di https://www.cekmata.com/ Pemeriksaan Visus Menggunakan Kartu Snellen Oleh : Amrin Madolan Juni 12, 2016 2 Komentar Mata merupakan indera utama kita, oleh karena itu kita perlu menjaga kesehatannya, jika tidak yakin dengan kondisi kesehatan mata kita, maka lakukanlah pemeriksaan kesehatan mata. Sebelumnya kami telah membagikan tips pemeriksaan kesehatan mata dengan menggunakan buku ishihara (huruf tokek). Pada kesempatan kali ini kami akan memberikan sedikit tips yang berjudul "Pemeriksaan Visus Menggunakan Kartu Snellen" dengan tujuan untuk sedikit memberikan pengertian kepada kita tentang metode pemeriksaan tersebut hingga pada proses menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan tersebut. Pemeriksaan Visus untuk Tes Ketajaman Penglihatan Pemeriksaan Visus merupakan pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui ketajaman penglihatan seseorang. Pemeriksaan Visus dapat dilakukan dengan beberapa cara/metode/alat, diantaranya: 1. Pemeriksaan menggunakan kartu snellen (Echart, Alphabet, Cincin Landolt, dan Gambar Bintang). Alat pemeriksaan ini terdiri dari tiga jenis yaitu: Bentuk kertas, Elektrik/Optotip dan Proyektor. 2. Pemeriksaan yang berikutnya dengan menggunakan Lensa Coba/Lensa Set/Lensa Mata. 3. Gagang Coba Trial/Frame/Kaca Mata Yang akan menjadi pembahasan kita kali ini adalah pemeriksaan dengan Kartu Snellen tipe Alphabet beserta kelanjutan dari pemeriksaan tersebut jika terjadi kelainan berupa hitung jari, goyang tangan dan cahaya gelap/terang. Pemeriksaan Visus Menggunakan Kartu Snellen (Alphabet) Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Pemeriksaan Visus Menggunakan Kartu Snellen sebagaimana yang akan dijelaskan di bawah ini berupa Ketentuan Pemeriksaan, Cara Pemeriksaan, Cara Menginterpretasikan Hasil, dan Tindak Lanjut terhadap Hasil Pemeriksaan. Ketentuan pemeriksaan Sebelum melakukan pemeriksaan, berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan: 1. Orang yang diperiksa berada pada posisi 6 meter atau 20 kaki dari kartu snallen, karena pada jarak ini mata akan melihat benda dalam keadaan istirahat atau tanpa akomodasi; 2. Kartu snellen diletakkan sejajar dengan mata orang yang diperiksa; 3. Pastikan ruang tempat pemeriksaan cukup cahaya (tidak gelap dan tidak silau); 4. Orang yang diperiksa tidak buta huruf (tau membaca huruf), jika yang bersangkutan buta huruf makan dapat menggunakan Echart atau menggunakan Cincin Landolt. 5. Orang yang diperiksa harus berumur > 5 Tahun. 6. Tidak melakukan pemeriksaan sendiri, artinya harus ada paling tidak 2 orang yaitu orang yang diperiksa dan pemeriksa yang bertugas mengarahkan orang yang diperiksa. 7. Pemeriksa berdiri di samping kartu snellen. Pemeriksaan Visus Cara Pemeriksaan Setelah semua persiapan pemeriksaan siap, maka mulailah lakukan pemeriksaan dengan cara sebagai berikut: 1. Jika mata kanan yang akan diperiksa, maka orang yang diperiksa harus menutup mata sebelah kiri menggunakan tangan kiri dan memperhatikan instruksi yang diberikan oleh pemeriksa, begitu pula sebaliknya, jika mata kiri yang diperiksa maka mata kanan yang ditutup. Sebagai catatan, ketika menutup mata usahakan mata yang ditutup jangan ditekan agar tidak berdampak pada pemeriksaan mata yang sebelumnya ditutup. 2. Pemeriksa menunjuk huruf-huruf yang ada pada kartu snellen, dari atas ke bawah atau dari huruf paling besar ke satu tingkat dibawanya dan dari kiri ke kanan pada baris huruf kemudian orang diperiksa menyebutkan huruf yang ditunjuk oleh pemeriksa. Jika terjadi ketidaksesuaian antara yang ditunjuk dengan yang di sebutkan, maka dapat diulangi hingga 3 kali untuk memastikan. 3. Pemeriksa mencatat batas akhir huruf yang dapat terbaca. Menafsirkan Hasil Pemeriksaan Setelah melakukan pemeriksaan, maka kita menafsirkan hasil pemeriksaan atas ketajaman penglihatan orang yang diperiksa dengan ketentuan sebagai berikut: Perhatikan gambar snellen alphabet berikut: Snellen Alphabet Bila orang diperiksa tidak dapat membaca kartu pada baris tertentu di atas visus normal, cek pada 1 baris tersebut 1. Bila cuma tidak bisa membaca 1 huruf, berarti visusnya terletak pada baris tersebut dengan false 1. Bila tidak dapat membaca 2, berarti visusnya terletak pada baris tersebut dengan false 2.Bila tidak dapat membaca lebih dari setengah jumlah huruf yang ada, berarti visusnya berada di baris tepat di atas baris yang tidak dapat dibaca. 2. Bila tidak dapat membaca satu baris, berarti visusnya terdapat pada baris di atasnya. Bila terdapat penurunan visus, maka cek dengan menggunakan pinhole (alat untuk memfokuskan titik pada penglihatan orang diperiksa) Snelleen chart yang yang digunakan dalam ukuran kaki = normalnya 20/20. Jika orang diperiksa dapat membaca seluruh huruf pada baris ke 8. Berarti visus normal Bila hanya dapat membaca huruf E, D, F, C pada baris ke 6 maka visus 20/30 dengan false 2. Artinya, orang normal dapat membaca pada jarak 30 kaki sedangkan orang diperiksa hanya dapat membacanya pada jarak 20 kaki. Bila orang diperiksa membaca huruf Z, P pada baris ke 6 maka visus 20/40; Bila tidak dapat membaca huruf pada baris ke 6, cek baris ke 5 dengan ketentuan seperti di atas. Cara pemeriksaan berlaku untuk Echart dan Cincin Landolt. Bila tidak o bisa membaca kartu, maka dilanjutkan dengan penghitungan jari. Penghitungan jari di mulai pada jarak tepat di depan Snellen Chart (6 m dari orang diperiksa) Dapat menghitung jari pada jarak 6 m maka visus 6/60 Bila tidak dapat menghitung jari pada jarak 6 m, mka maju 1 m dan lakukan penghitungan jari. Bila orang diperiksa dapat membaca maka visus 5/60. Begitu seterusnya, bila tidak dapat menghitung jari 5 m, di majukan jadi 4 m, 3 m, sampai 1 m di depan orang diperiksa. Bila tidak bisa menghitung jari pada jarak tertentu, maka dilakukan pemeriksaan penglihatan dengan o lambaian Lambaian tangan dilakukan tepat tangan. 1 m di depan orang diperiksa. Dapat berupa lambaian ke kiri dan kanan, atau atas bawah. Jika orang diperiksa dapat menyebutkan arah lambaian, berarti visus 1/300 Bila tidak bisa melihat lambaian tangan, maka dilakukan penyinaran, dapat menggunakan 'pen light'. Bila dapat melihat sinar, berarti visusnya 1/~. Tentukan arah proyeksi : o Bila orang diperiksa dapat menyebutkan dari mana arah sinar yang datang, berarti visus 1/~ dengan proyeksi baik. Proyeksi sinar ini di cek dari 4 arah. Hal tersebut untuk mengetahui apakah tangkapan retina masih bagus pada 4 sisinya, temporal, nasal, superior, dan inferior. o Bila tak dapat menyebutkan dari mana arah sinar yang datang, berarti visus 1/~ dengan proyeksi salah. Bila tidak dapat melihat cahaya, maka dikatakan visus 0. Kategori Visus Visus dibagi dalam tujuh kategori. Adapun penggolongan kategori visus adalah sebagai berikut: Penglihatan Normal Kategori penglihatan normal jika hasil pemeriksaan berada pada kisaran seperti pada tabel berikut: Penglihatan Normal Penglihatan Hampir Normal Dikatakan penglihatan hampir normal jika hasil pemeriksaan berada pada kisaran seperti pada tabel berikut: Penglihatan Hampir Normal Pada keadaan ini tidak menimbulkan masalah yang gawat tapi perlu diketahui penyebabnya karena kemungkinan masih dapat diselesaikan. Low Vision Sedang Dikatakan penglihatan Low Vision Sedang jika hasil pemeriksaan berada pada kisaran seperti pada tabel berikut: Low Vision Sedang Pada keadaan ini, orang tersebut masih bisa membaca dengan cepat jika menggunakan kacamata pembesar. Low Vision Berat Dikatakan Low Vision Berat jika hasil pemeriksaan berada pada kisara seperti yang tercantum pada tabel berikut: Low Vision Berat Pada keadaan ini, orang tersebut masih mungkin orientasi dan mobilitas umum akan tetapi mendapat kesukaran pada lalu lintas dan melihat nomor mobil. Untuk membaca diperlukan lensa pembesar kuat dan membaca menjadi lambat. Low Vision Nyata Dikatakan Low Vision Nyata jika hasil pemeriksaan berada pada kisaran seperti pada tabel berikut ini: Low Vision Nyata Pada kondisi ini, semakin bertambahnya masalah orientasi dan mobilisasi. Diperlukan tongkat putih untuk mengenal lingkungan. Hanya minat yang kuat agar masih mungkin membaca dengan kaca pembesar, umumnya memerlukan Braille, radio, pustaka kaset. Hampir Buta Penglihatan kurang dari 4 kaki untuk menghitung jari pada saat pemeriksaan. Penglihatan tidak bermanfaat kecuali pada keadaan tertentu. Orang dengan keadaan ini harus mempergunakan alat nonvisual. Buta Total Tidak mengenal rangsangan sinar sama sekali pada saat pemeriksaan. Seluruhnya tergantung pada alat indera lainnya atau bukan mat. Demikianlah yang dapat kami bagikan tentang Pemeriksaan Visus Menggunakan Kartu Snellen, semoga dapat bermanfaat. Beberapa tanda dan gejala katarak adalah: Pandangan kabur seperti berkabut. Warna di sekitar terlihat memudar. Rasa silau saat Anda melihat lampu mobil, matahari atau lampu. Anda juga dapat melihat lingkaran di sekeliling cahaya. Pandangan ganda. Penurunan penglihatan di malam hari. Sering mengganti ukuran kacamata. Kenali Gejala dan Ciri-ciri Katarak Lantas, apa sih ciri-ciri katarak itu? Bagaimana kita tahu kalau diri sendiri atau orang lain mungkin menderita gangguan mata satu ini? Berikut beberapa di antaranya: 1. Warna putih di bagian hitam mata Ciri utama katarak pada mata adalah memutihnya bagian hitam mata, tepatnya pada lensa mata. Lensa mata ini sebenarnya bening atau transparan, namun kalau dari luar hanya terlihat hitam saja. Pada tahap awal memang tidak terlihat nyata, lambat laun terlihat seperti berawan, lalu kemudian putih pekat. Hal inilah yang membuat penderitanya mengalami gangguan penglihatan bahkan sampai kebutaan. ciri khas katarak mata: lensa memutih 2. Daya lihat saat malam terganggu Kalau di siang hari, pandangan tampak normal-normal saja, namun menjadi lebih kabur ketika malam tiba, maka bisa jadi ini merupakan salah satu gejala bahwa Anda terkena katarak. Akibatnya, Anda mungkin kesulitan menyetir kendaraan di malam hari. Terkait bahaya dari ciri katarak satu ini, sebuah penelitian dilakukan di Universitas Curtin (Australia). Para ahli menyarankan penderita katarak melakukan pengobatan dengan segera guna mengurangi risiko kecelakaan hingga 13%. Jadi kalau Anda mengalami gejala ini, segera konsultasikan ke dokter dan jangan menyetir saat malam agar tak terjadi hal yang tidak diinginkan. Iklan dari HonestDocs HonestDocs Health Shop - Pesan Obat Jadi Lebih Mudah! GRATIS biaya antar obat ke seluruh Indonesia hingga Rp.30,000 (minimum transaksi Rp.50,000) Pesan Sekarang Mungkin gejala katarak seperti ini akan mirip dengan rabun senja atau nyctalopia, untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan oleh dokter mata. 3. Mata jadi sensitif terhadap cahaya Ketika mata terkena katarak, maka indera penglihatan akan menjadi sensitif terhadap cahaya. Ketika terkena sorotan lampu atau blitz kamera misalnya, maka mata akan terasa sakit, begitu silau dan Andapun berusaha untuk menghindarinya. 4. Melihat lingkar cahaya di mana-mana Adanya gumpalan ‘awan’ kecil di lensa mata membuat cahaya yang masuk mata jadi menyebar. Inilah yang membuat Anda melihat lingkar cahaya saat menatap lampu atau sumber cahaya lainnya. Dan lingkar cahaya ini pulalah yang seringkali membuat aksi menyetir di malam hari terasa sulit dan berbahaya. 5. Pandangan jadi ganda Menyebarnya cahaya yang masuk lensa mata juga dapat membuat pandangan Anda jadi ganda. Hasilnya, sebuah obyek jadi terlihat ada 2 atau lebih. Meski katarak merupakan pemicu utama kondisi ini, namun pandangan ganda (diplopia) juga dapat disebabkan oleh gangguan medis lain seperti tumor otak, pembengkakan kornea, sklerosis ganda, atau stroke. 6. Sering ganti kacamata Apakah belakangan ini Anda mendapati diri terus-menerus membutuhkan kacamata baru karena yang lama tetap kurang jelas ketika dikenakan? Lagi-lagi mungkin bukan minus atau silinder bertambah yang jadi penyebabnya, melainkan katarak. Bila Anda mengalami gejala katarak yang satu ini, maka segeralah konsultasikan ke dokter. Mata Anda mungkin mengidap katarak atau gangguan lain yang butuh perawatan segera. 7. Semuanya terlihat serba kuning Begitu katarak semakin parah, maka gumpalan protein yang menutupi lensa mungkin akan berubah warna menjadi kuning atau kecoklatan. Akibatnya, semua cahaya yang melalui bagian ini akan memberikan hasil kuning juga. Bila ini sampai terjadi, maka obyek sekeliling Anda akan tampak kuning semua. 8. Susah membedakan warna Karena semua tampak putih ataupun kuning, maka Anda jadi kesulitan untuk mengenali warna sebuah obyek. 9. Yang bersih jadi tampak kotor Buramnya pandangan juga dapat membuat gelas bersih yang Anda lihat seperti kotor atau bernoda. Padahal yang bermasalah bukan gelasnya, namun kualitas daya lihat mata. 10. Kesulitan memperkirakan kedalaman atau ketinggian suatu obyek Salah satu dari ciri-ciri katarak selanjutnya adalah kesulitan dalam menilai kedalaman dan ketinggian objek. Saat melihat kolam renang atau bathtub, Anda merasa kesulitan untuk mengira-ngira seberapa dalam itu. Bahkan ketika ingin menjejakkan kaki ke anak tangga di depan mata, Anda juga sulit mengira-ngira tinggi anak tangga tersebut. 11. Butuh cahaya lebih terang saat beraktivitas Ketika melakukan aktivitas seperti membaca, menjahit, menulis, atau membuat kerajinan, mata katarak selalu membutuhkan cahaya lebih terang atau posisi lampu yang dekat letaknya. Simak juga: Cara Menjaga Kesehatan Mata yang Benar Menurut Dokter Itulah tadi beberapa ciri-ciri katarak yang harus diwaspadai. Dan dikarenakan gangguan mata satu ini bisa memicu kebutaan kalau dibiarkan terus-menerus, maka bila Anda mengalami gejala katarak di atas, segera konsultasikan ke dokter untuk penanganannya. 1. Katarak Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidarasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progressif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan congenital, atau penyulit penyakit mata local menahun. 2. Rabun Jauh Rabun jauh adalah kebalikan dari rabun dekat, mata dengan lensa terlalu cembung atau bulat mata terlalu panjang. Rabun jauh adalah ketidakmampuan mata untuk melihat dalam jarak yang jauh. Bayangan yang dihasilkan akan jatuh didepan retina. Penderita rabun jauh dapat menggunakan kacamata berlensa cekung atau negatif. Lensa cekung akan menempatkan kembali bayangan tepat dititk retina, sehingga mata dapat melihat benda yang jauh. Siapa yang bisa terkena rabun jauh? Mereka yang : memiliki keturunan orang tuanya yang juga penderita miopia, kurang asupan makanan bergizi terutama makanan yang mengandung vitamin A, memiliki kebiasaan buruk melihat benda dengan jarak yang sangat dekat misalnya melihat televisi terlalu dekat, membaca terlalu dekat dan kurang cahaya dll. 3. Rabun Dekat Rabun dekat atau hipermetropi atau hiperopia adalah gangguan pada penglihatan yang disebabkan lensa mata terlalu pipih. Bayangan benda yang dilihat terbentuk di belakang retina sehingga mata tidak dapat melihat benda-benda yang dekat. Penglihatan penderita hipermetropi dapat dikoreksi dengan menggunakan kacamata berlensa cembung atau positif. Dengan lensa cembung, sinar yang jatuh di belakang retina akan dikembalikan tepat pada retina sehingga dapat melihat benda dari jarak dekat. 4. Rabun Senja Rabun senja atau nyctalopia atau hemeralopi adalah gangguan penglihatan kala senja atau malam hari atau dalam cahaya redup. Rabun senja juga sering disebut rabun ayam, karena ayam tidak dapat melihat jelas saat senja atau malam hari. Rabun senja terjadi karena adanya kerusakan pada sel retina yang seharusnya dapat bekerja saat melihat benda/objek dengan cahaya yang kurang atau redup. Penyebab terjadinya rabun senja antara lain; katarak, rabun jauh, pemakaian obat-obatan tertentu, kekurangan vitamin A (walaupun sangat jarang), bawaan dari lahir, mata minus dll. Penderita rabun senja dapat menyebabkan masalah dengan mengemudi di malam hari, kesulitan melihat bintang, berjalan di ruangan/tempat yang gelap dll. Rabun senja dapat dikurangi dengan mengkonsumsi suplemen vitamin A atau jika sangat mengganggu penglihatan secara signifikan, maka sangat penting untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis mata. Agar diketahui penyebabnya dan dapat segera diperbaiki, misalnya dengan kacamata atau pengangkatan katarak. 5. Presbiopi (Mata Tua) Presbiopi adalah suatu keadaan gangguan penglihatan yang umum terjadi karena faktor usia. Presbiopi sering disebut kondisi penuaan mata, dimana menyebabkan tidak mampu fokus melihat dari jarak dekat dan tidak dapat melihat benda jauh dengan jelas, karena ada masalah yang berkaitan dengan pembiasan pada mata. Mata tidak mampu memfokuskan cahaya langsung ke retina akibat pengerasan dari lensa alami. Penuaan mempengaruhi serat otot di sekitar mata sehingga sulit bagi mata tua untuk fokus pada objek dekat, sehingga ketidakefektifan lensa menyebabkan cahaya berfokus ke retina, menyebabkan berkurangnya penglihatan pada benda-benda yang dekat. Ketika kita muda, lensa mata masih lembut dan fleksibel, memungkinkan otot-otot kecil di dalam mata dapat dengan mudah membentuk kembali lensa untuk fokus pada benda dekat maupun jauh. Kacamata berlensa cekung dan cembung sekaligus adalah cara paling sederhana dan paling aman aman untuk mengoreksi presbiopi. 6. Buta Warna Buta warna terjadi ketika ada masalah dengan butiran sensor-warna (pigmen) dalam sel-sel saraf tertentu dari mata. Buta warna sama sekali bukanlah bentuk kebutaan, tetapi kekurangan dalam cara Anda melihat warna dan kesulitan dalam membedakan warna tertentu, seperti biru dan kuning atau merah dan hijau. Buta warna dapat menurun dan laki-laki lebih sering terkena kasus buta warna daripada perempuan. Buta warna karena keturunan tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dibantu dengan memakai kacamata lensa warna, untuk membantu membedakan warna lebih dengan mudah. Atau dengan kacamata dengan lensa yang dapat mengurangi cahaya, karena jika terlalu terang atau silau penderita buta warna lebih sulit membedakan warna. 7. Pterygium Pterygium adalah salah satu penyakit mata yang ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan selaput tipis di konjungtiva yang menutupi bagian putih dari mata dan meluas ke kornea. Pterygium hampir mirip dengan pinguecula. Hanya saja pterygium berbentuk segitiga dan puncaknya terletak di kornea. Penyebab pterygium juga belum diketahui secara pasti. Namun pterygium lebih sering terjadi pada orang yang sering terpapar sinar UV, angin, berdebu dan orang-orang yang bekerja diluar rumah. Para petani dan nelayan serta orang-orang yang tinggal di dekat garis khatulistiwa lebih banyak terkena pterygium. Pterygium adalah pertumbuhan jaringan non-kanker, namun jika pertumbuhannya cepat dan meluas ke kornea, maka penglihatan penderita pterygium akan menjadi kabur dan silau. Gejala pterygium diantaranya mata akan terasa mengganjal, sedikit gatal, berair, tetapi adapula yang tidak memiliki gejala. Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah atau mengurangi pertumbuhan pterygium adalah menghindari kontak langsung dengan sinar UV dengan mengguanakan kacamata hitam jika berada diluar dengan sinar matahari yang menyengat, menjaga mata tetap lembab dan menghindari iritasi. Hubungi dokter jika pertumbuhan pterygium terjadi dengan cepat dan mengganggu visi. 8. Pinguecula Pinguecula adalah salah satu degenerasi konjungtiva mata (membran mukosa tipis yang membatasi dalam dari kelopak mata dan melipat ke belakang membungkus permukaan depan dari bola mata) yang umum terjadi. Pinguecula merupakan pertumbuhan jaringan tipis (selaput) non-kanker di konjungtiva dan tidak berbahaya. Pinguecula terlihat seperti benjolan kecil di ujung bola mata dekat dengan kornea dan berwarna kekuningan. Penyebab pastinya belum diketahui, namun penyebab paling umum terjadi adalah karena paparan sinar matahari dan iritasi mata. Pinguecula tidak memerlukan pengobatan, misalnya dengan tindakan operasi atau tindakan medis lainnya. Hal yang dapat dilakukan agar terhindar dari pinguecula adalah dengan menjaga mata tetap basah, menghindari paparan langsung ultraviolet dengan menggunakan kacamata hitam, hindari iritasi mata. Hubungi dokter jika pinguecula berubah ukuran, berubah warna dan berubah bentuk. 9. Astigmatisma Astigmatisma atau mata silindris adalah suatu kondisi mata/penglihatan dimana penglihatan menjadi kabur, disebabkan oleh bentuk kornea yang tidak teratur, dimana lensa mata mempunyai cekungan yang berbeda antara tengah dan pinggir. Dikarenakan bayangan benda jatuh di retina mata ada dua tidak satu, sehingga efeknya adalah penderita melihat benda seakan menjadi dua/kabur/blur. Penderita astigmatisma reguler (melihat garis vertikal terlihat kabur dan garis horisontal terlihat jelas) dapat dikoreksi dengan kacamata berlensa silindris. Selain dengan kacamata, penderita silindris dapat mendapatkan visi yang jelas dengan menggunakan lensa kontak, orthokeratology, laser dan prosedur operasi bias lainnya. 10. Kebutaan Kebutaan adalah kondisi dimana kurangnya persepsi visual karena faktor fisiologis (fisik) dan neurologi (syaraf), yang merujuk kepada hilangnya penglihatan yang tidak dapat dikoreksi/diobati dengan kacamata atau lensa kontak. Kebutaan terbagi menjadi dua, parsial dan lengkap. Kebutaan parsial berarti memiliki visi/pandangan yang sangat terbatas. Kebutaan lengkap berarti tidak dapat melihat apa-apa dan tidak bisa melihat cahaya. Kebutaan/kehilangan penglihatan dapat terjadi secara tiba-tiba atau selama periode waktu. Kebutaan dapat terjadi karena beberapa sebab, diantaranya adalah; - kecelakaan atau luka pada permukaan mata - diabetes - galukoma, mengacu pada kondisi mata/penyakit mata yang menyebabkan kerusakan pada syaraf optik, sehingga lama kelamaan menjadi kebutaan. - degenerasi makula, adalah gangguan mata yang perlahan-lahan menurunkan ketajaman, penglihatan sentral sehingga sulit untuk melihat detil seperti membaca dan menulis. Seiring dengan perkembangan dunia medis, kebutaan dapat disembuhkan dengan implan steroid dalam suntikan melepaskan obat antiinflamasi di dekat retina. Namun biayanya pun sangatlah mahal. Beberapa tips agar terhindar dari kebutaan, ada baiknya perlu diikuti, seperti; menggunakan sunglasses agar terhindar dari sinar UV, menerapkan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung vit A, memeriksakan mata secara rutin bila sudah mencapai usia 40 tahun, berhati-hati dalam menggunakan lensa kontak.