Pengkajian mata

advertisement
Anamnesa
1. Identitas
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Kesehatan :
• Penyakit Sekarang
• Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat Penyakit Keluarga
4. Riwayat Tumbuh kembang
5. Riwayat pola kebiasaan
1. Identitas Klien....
• Nama:
• Umur:
Semakin tua lensa semakin tidak elastis
• Jenis kelamin:
Buta warna lebih ke anak laki-laki sedangkan
perempuan bersifat karier.
• Pendidikan
• Pekerjaan: lingkungan pekerjaan
• Alamat: lingkungan rumah
• Status perkawinan
• Anggota keluarga terdekat
2. Keluhan Utama
• Penglihatan buram, tidak melihat
• Sakit, tidak enak di mata
• Ada perubahan pada kelopak mata, orbita atau
mata
• Penglihatan ganda/pusing
• Banyak kotoran mata, banyak airmata / kering
3. Riwayat penyakit Sekarang....
• Paliative : Hal apa saja yang
memperburuk/memperbaiki keadaan
• Qualitative: Seberapa besarkah kualitas
nyeri/gangguan yang dirasakan
• Region : Bagian mana saja yang merasakan
gangguan
• Scalle
: Skala nyeri yang dirasakan
• Time
: Pada saat apakah nyeri/gangguan
tersebut dirasakan
4. Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat penyakit mata yang pernah diderita
- Riwayat operasi/pembedahan mata
- Riwayat penyakit kronis yang pernah diderita
5. Riwayat kesehatan keluarga:
glaukoma, retinitis pigmentosa, buta warna
6. Riwayat tumbuh kembang
– Neonatus:
• Fungsi belum matur, mampu membedakan cahaya dan gelap, fiksasi objek 20-30
cm dari wajah visus 20/300 – 30/600
– Bayi:
• 5-7 bulan, mampu melihat merah dan kuning, koordinasi berkembang, visus 20/20
• 9 bulan, mampu membedajkan orang, visus 20/20
• 1 tahun, perkembangan mata sudah lengkap, otot mata matang
– 2 tahun
• Akomodasi sudah sempurna, visus 20/40
– 3 tahun
• Perkembangan konvergensi secara perlahan, visus 20/30 atau 20/40
– 4-6 tahun
• 4/5 tahun mampu mengenal dan mengidentifikasi warna, kelenjar lakrimalis sudah
semprna visus 20/20
• 6 tahun perkembangan persepsi yang sempurna, refraksi dan akomodasi normal
– Remaja
• Emetropia berkembang baik, sama dengan mata dewasa
– Dewasa
• Mulai usia 42-45, mata mulai tidak mampu melihat dekat dengan baik, kurang
mampu berakomodasi
5. Riwayat kebiasaaan (pola)
•
•
•
•
•
•
Kebersihan mata
Konsumsi makan
Penggunaan mata
Istirahat tidur
Penanggulangan masalah gangguan mata
Pemakaian kaca mata
Pemeriksaan mata
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Anamnesa Khusus
Pemeriksaan visus
Fungsi otot ekstraokuler
Sensasi warna
Pemeriksaan eksternal
Pemeriksaan intraokuler
Pemeriksaan fundus
Lapang pandang
Pemeriksaan khusus
1. Anamnesa khusus
• Sejak kapan ada gangguan penglihatan, berangsur-angsur
atau tiba-tiba, satu atau dua mata
• Kelainan bentuk objek yg dilihat  astigmatisme /
kelainan makula
• Silau  radang kornea
• Spt melihat kuning, putih / merah  kelainan
khorioretinal, lensa, joundice, toksisitas digitalis
• Adanya “halo”  glaukoma
• Melihat bintik-bintik / benang yg ikut dgn gerakan mata
 kelainan vitreus
• Skotoma (daerah buta pd mata) yg bergerak / hilang
timbul  penyempitan arteri sentral / serebral
• Lapang pandang berkurang  ggn kornea, retina,
saraf optik atau otak
• Rabun senja  kelainan kongenital (retinitis
pigmentosa, atropi saraf optik herediter) atau
kelainan yg didapat (def vit A, glaukoma, atropi saraf
optik, katarak, degenerasi retina)
• Penglihatan hilang sebentar cerebro vascular
accident, spasme arteri retina sentral
• Mata sakit  lelah mata, ggn keseimbangan otot
mata, radang episclera, iris, khoroid, glaukoma,
arteritis
• Sakit kepala hebat  kelainan intrakranial
• Rasa panas dan gatal  blefaritis kronis,
konjungtivitis, reaksi alergi
• Kemerahan/bendungan pd kelopak,
konjungtiva/sclera  reaksi radang akut/infeksi,
trauma. Alergi, glaukoma akut
• Perubahan warna pg kornea  infeksi dan ulkus
kornea.
• Kebiru-biruan pada sklera  osteogenesis
imperfecta
• Edema pada satu/kedua kelopak mata  abses,
blefaritis, alergi, miksidema
• Penglihatan ganda  kelainan lensa, makula,
reaksi histeria
• Banyak kotoran konjungtivitis virus / kerato
konjungtivitis
• Air mata berkurang  penyakit kolagen
(sindroma sjorgen) penurunan fungsi kelenjar
atau pemakaian obat penenang
• Air mata banyak  iritasi kimia, alergi,
penyerangan akut, sumbatan duktus lakrimalis
2. Pemeriksaan visus
• Gunakan snellen chart pada jarak 5-6 m
• Visus normal 6/6 atau 5/5 mis: didapatkan visus 5/30 berarti
pd jarak 5 m dpt melihat huruf pd orang normal terlihat pd
jarak 30m
• Bila dpt menghitung jari pd jarak 3 m visusnya 3/60, bila
hanya dpt melihat gerakan jari dari atas ke bawah atau
kesamping dlm jarak 1 m visusnya 1/300, bila hanya dpt
melihat sinar visusnya 1/~
• Pasien yg tdk dpt melihat visusnya 0
• Pd pasien buta huruf atau anak prasekolah digunakan E chart
atau gambar binatang
Lanjutan...... Pemeriksaaan Visus
Alat yang harus disiapkan
• Surat kabar / majalah
• Penutup mata
• Kartu snelen / snellen chart
• Kapas pembersih
• Senter kecil
• Optalmoskop
• Penggaris kecil
Persiapan ruangan
• Ventilasi cukup
• Penerangan baik
• Tersedia cuci tangan
• Penataan ruangan baik
• Ukuran ruangan 5-6 meter
• Suasana tenang
Persiapan klien
• Klien duduk atau berdiri kecuali kalau tidak memungkinkan
• Selama pengkajian refleks kornea dan oftalmoskop ruangan digelapkan
Teknik pengkajian
Ketajaman penglihatan
Tahap I
• Suruh klien membaca
majalah/buku,
• Bila memakai kaca mata
dipaki saja,
• Perhatikan jarak saat
membaca
• Minta klien membaca
dengan keras
• Bila mendapat kesulitan
lanjutkan dengan tahap
berikutnya
•
•
•
•
•
•
•
•
.............Lanjutan tekniik pengkajian ketajaman mata
Tahap II
Menggunakan snellen chart dengan jarak 6 meter, gunakan snellen hurup, bila
tidak bisa membaca menggunakn snellen chart ”E” untuk anak-anak gunakan
snellen bergambar objek yang dikenal.
Pertama kali jangan menggunakan kaca mata, pertama dengan menggunakan
kedua mata terbuka selanjutnya dengan satu mata sedangkan mata lainnya
ditutup, pemeriksaan dilakukan pada kedua mata. Bila menggunakan kaca mata
test diulang kembali
Hasil pemeriksaan ditulis secara terpisah untuk mata kanan (OD) dan mata kiri (OS)
yang dinyatakan dengan pembilang dan penyebut. Pembilang menyatakan jarak
antara mata dengan snellen, sedangkan penyebut menyatakan jarak dimana suatu
hurup tertentu harus dapat dilihat oleh mata normal.
Jika visus normal adalah 6/6, jika visus 1 berarti hanya mampu membedakan gelap
terang, jika visus 0 maka tidak mampu membedakan gelap terang
Rumus untuk menghitung visus: Keterangan
V : ketanajaman penglihatan
d : jarak kemampuan melihat
D : jarak normal melihat
.............Lanjutan teknik pengkajian ketajaman penglihatan
Tahap III
• Pada klien yang mengalami gangguan mata
yang parah diminta menghitung jari yang
diacungkan pada jarak 30 cm dari wajahnya,
bila klien tidak bisa menghitung jari maka
sinari mata klien dengan menggunakan senter
kecil tanyakan klien apakah melihat cahaya,
dan dari mana arah datangnya.
Keadaan refraksi mata
• Emetrop: sinar sejajar yg datang pd mata dlm
keadaan istirahat akan direfraksikan tepat pada
makula lutea (bintik kuning)
• Ametrop: sinar sejajar yg datang pd mata dlm
keadaan istirahat direfraksikan tidak jatuh pada
makula lutea (bintik kuning)
–
–
–
–
Miopia
Hipermetropia
Astigmatisme
Presbiop
• Miopia: kelainan refraksi dimana sinar yg
datang sejajar akan difokuskan di depan
retina, miop ringan sampai -3.00, miop
sedang -3.00 - -6.00, miop tinggi lebih dari 6.00, dikoreksi dengan lensa negatif
• Hipermetrop: kelainan refraksi dimana
sinar yg datang sejajar akan difokuskan
dibelakang retina, dikoreksi dg lensa positif
• Astigmatism: kelainan refraksi dimana
terdapat perbedaan derajat refraksi pd
meridian yg berbeda, sinar tidak dibiaskan
pd satu titik, dikoreksi dg lensa silinder
• Presbiop: perubahan fisiologis dimana
daya akomodasi pd usia lanjut menurun shg
pd waktu membaca dekat bayangan jatuh di
belakang retina, dikoreksi dengan lensa
positif
3. Pemeriksaan fungsi otot ekstraokuler
• Pergerakan bola mata yg simetris mengikuti
objek yg dilihat disebut ortoforia
• Gangguan keseimbangan otot (strabismus)
• Pemeriksaan tutup buka (cover/uncover test)
4. Sensasi warna
• Sensasi warna diperiksa untuk mengenal adanya cacat merah
dan hijau, tidak untuk gangguan warna biru dan kuning, dlm
keadaan normal warna gambar dikenal dlm waktu 3-10”
• Buta warna hijau terdapat pd atropi saraf optik, toksik optik
neuropati, degenerasi makula
• Buta warna biru kuning terdapat pd retinopati hipertensif,
retinopati diabetik, degenerasi makula senil dini
• Perifer diperiksa dengan campimeter memakai test objek
warna kuning biru, hijau dan merah
5. Pemeriksaan Eksternal
• Palpebra: tebal, warna, letak/posisi, ulkus,
crusta, trichiasis
• Konjungtiva palpebra: benjolan/folikel,
warna
• Konjungtiva bulbi: bening, putih, sedikit
pembuluh darah, tampak bayangan sclera.
Patologis bila: hiperemis perdarahan
• Sclera: stafiloma sclera: herniasi jaringan uea
pd sclera yg tipis
• Kornea: mikrokornea, makrokornea, edema,
distropi, benda asing, sikatrik
• Bilik mata depan:
-Dangkal bila iris ke depan, pada glaukoma.
-Dalam jika iris ke belakang pd afakia
• Akuos humor: jika ada radang, tampak keruh
• Iris:
-Sinekia anterior: perlengketan iris dg kornea
-Sinekia posterior: perlengketan iris dg lensa.
-Aniridia: mata tanpa iris
• Pupil: Normal 3-4 mm, reaksi cahya: bulat, isokor sentral,
-mengecil: miosis,
-membesar midriasis.
• Lensa: tanpa lensa: afakia,
-keruh: katarak, dislokasi lensa perubahan letak karena
putusnya zonula zinii
6. Pemeriksaan Tekanan Intraokuler
• Palpasi
– Pasien disuruh melihat ke bawah kedua jari
telunjuk diletakan pd kelopak mata  lakukan
palpasi
• Tonometri Schiots
– Dipakai dengan berat 5-10 gr
– Pasien tidur terlentang tanpa bantal, teteskan
pantokain spy tdk sakit, mata melihat keatas tdk
boleh berkedip, palpebra superior dan inferior
ditahan, tonometer diletakan di kornea bagian
sentral, jarum akan bergerak lihat ke angkanya
kemudian lihat pada skala
– Normal 0,18
7. Pemeriksaan fundus
• Funduskopi direk
• Memakai elektrik ophthalmoskop
• Pupil pasien dalam keadaan midriasis
atau tidak, mata kiri pasien diperiksa
oleh mata kiri pemeriksa dan
sebaliknya
• Jarak mata pasien dgn pemeriksa 2,5
cm, mata pasien dan pemeriksa tidak
berakomodasi
• Gambaran funduskopi normal
• Fundus normal berwarna merah
karena bayangan khoroid sebagai
refleks fundus
• Papil berwarna kuning dgn batas tegas ditengahnya tampak
lebih pucat karena terdapat lekukan yaitu cupping dan discus
disebut excavatio fisiologis, normalnya perbandingan cupping
dan discus adalah 0,3 - 0,4
• Pembuluh darah yang keluar dari papil bercabang-cabang ke
atas, ke bawah, ke nasal, ke temporal, pembuluh arteri lurus
berwarna merah terang dan pembuluh darah vena lebih lebar
berkelok-kelok dengan perbandingan arteri dan vena 2:3
• Sebelah temporal dari papil terlihat daerah yang lebih merah
yaitu makula lutea dan ditengahnya seperti ada cahaya bening
disebut fovea centralis, keadaan ini disebut refleks fovea
positif
8. Pemeriksaan slit lamp
• Memeriksa segmen anterior mata
dgn cahaya cukup kuat dan dilihat
melalui mikroskop binokuler
• Sinar dapat lebar atau sempit
• Lensa Hruby (-40D) yg
ditempatkan didepan mata dapat
melihat keadaan vitreus dan
retina, mata dilatasi.
9. Pemeriksaan lapang pandang
• Penglihatan oleh retina diluar makula disebut
penglihatan perifer atau kampus dan dapat diperiksa
dgn:
Test konfrontasi :
1. Penderita duduk dengan jarak 0,5 m dari pemeriksa dan
melihat pada mata pemeriksa, satu mata ditutup
2. Pemeriksa menggerakan jari tangannya dari perifer ke
tengah, bila jari sudah terlihat digerakan lagi ke perifer
jika lapang pandang kurang baik maka lapang
pandangannya akan lebih kecil dari pemeriksa dan lapang
pandang pemeriksa harus normal
10. Pemeriksaan khusus a/i
Test anel
• Untuk menentukan fungsi ekskresi sistem lakrimal
• Pasien duduk atau tidur, mata ditetesi anestesi lokal
• Pungtum dilebarkan dengan dilatator kemudian jarum anel
pd spuit 2 cc dimasukan horizontal melalui kanalikuli
lakrimalis sampai masuk ke sakus lakrimalis
• Garam fisiologis dimasukan kedalam sakus, jika pasien
merasakan asin pd tenggorokannya akan terlihat reaksi
menelan
• Bila duktus nasolakrimalis tertutup maka tidak ada refleks
menelan, mislnya pd dakriosistitis akut
SENSASI KORNEA
• Pemeriksaan fungsi saraf trigeminus yg
memberikan sensibilitas kornea
• Pasien diminta melihat ke sisi yg berlawanan dr
kornea yang akan diperiksa kelopak mata pasien
ditahan supaya terbuka dengan jari telunjuk
dan ibu jari
• Disisi lain kapas digeser sejajar dg permukaan
iris menuju kornea yang akan diperiksa, kapas
ditempelkan pd permukaan kornea, jika terjadi
refleks mengedip berarti sensibilitas kornea
baik
• Sensibilitas kornea menurun pd keratitis atau
ulkusherpes simpleks dan infeksi herpes zoster
Respon individu terhadap gangguan sistem
penglihatan
Respon fisiologis
• Nyeri
• Gatal
• Sakit pada kepala
• Mual muntah
• Rabun senja
• Perubahan persepsi sensori  kabur
Masalah psikologis
• Sedih dan berduka
• Reaksi kehilangan
• Perasaan emosi yang terlalu kuat  cemas berlebih
• Kerusakan mata menyebabkan: percaya diri kurang, konsep
diri terganggu, kemampuan berinteraksi menurun, peran
terganggu, ketergantungan pada orang lain.
Download