Uploaded by Didin Syayidin

MANUSIA KHALIFAH DI BUMI

advertisement
MANUSIA KHALIFAH DI BUMI
Oleh : Ust. Zahrodin Fanani, M.P.I.
َْْ‫حْ ِب َحمدِك‬
ُْ ‫س ِب‬
ُْ ‫ضْ َخ ِليفَةْْقَالُواْأَت َج َع‬
ْ ِ ‫لْ َربُّكَْْ ِلل َم ََلئِ َك ِْةْ ِإنِيْ َجا ِعلْْفِيْاْلَر‬
َْ ‫َو ِإذْْقَا‬
ِ ُْْ‫لْفِي َهاْ َمنْيُف ِس ْد ُْفِي َهاْ َويَس ِفك‬
َ ُ‫الد َما َْءْ َونَحنُْْن‬
َ
َ
َ
َ
َْ‫لْتَعل ُمون‬
ْ َ ْ‫لْإِنِيْأعل ُْمْ َما‬
َْ ‫ِسْلكَْْقَا‬
ُْ ‫َونُقَد‬
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang Khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (Khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.”.” (QS. Al-Baqarah : 30)
Ayat tersebut menjadi pondasi dasar pertanyaan terpenting dalam kehidupan manusia,
kenapa Allah menciptakan manusia ? apa tujuan dari eksistensi/wujud manusia di muka bumi
ini ? Pertanyaan tersebut adalah pertanyaan pertama dalam masalah aqidah, yang fungsi
jawabannya untuk menentukan tujuan dari eksistensi dan tugas manusia di bumi ini.
Seakan dikatakan kepada manusia “Anda adalah Khalifah yang bertanggung jawab untuk
memakmurkan bumi, memperbaikinya , dan memanfaatkan seluruh alam semesta untuk
membantu peranmu.”
Makna Khalifah
Makna Khalifah bisa diketahui dengan cara melakukan pendalaman terhadap ayat-ayat
al Quran yang menggunakana kata Khalifah atau derivasinya, bisa dalam bentuk jama’ ataupun
fi’il nya.
Lafadz Khalifah dalam bentuk mufrod/tunggal disebutkan dua kali di dalam al Quran:
Al-Baqarah: 30, dalam tema awal penciptaan manusia.
ْ‫ضْ َخ ِليفَة‬
ْ ِ ‫لْ َربُّكَْْ ِلل َم ََلئِ َك ِْةْ ِإنِيْ َجا ِعلْْفِيْاْلَر‬
َْ ‫َو ِإذْْقَا‬
Dan ketika Tuhanmu berkata kepada para malaikat, “Aku akan menciptkan di bumi ini
seorang Khalifah”
Shad: 26, dalam kisah pengangkatan Nabi Dawud sebagai Khalifah.
َّ ْ‫ل‬
ِْ‫ّللا‬
ِْ ‫سبِي‬
ْ َ ‫قْ َو‬
ِْ ‫اسْبِال َح‬
ْ ِ َّ‫ضْفَاح ُكمْْبَينَْْالن‬
ْ ِ ‫يَاْدَ ُاوو ْد ُْإِنَّاْ َجعَلنَاكَْْ َخ ِليفَةْْفِيْاْلَر‬
َ ْْ‫ُضلَّكَْْ َعن‬
ِ ‫لْتَتَّبِ ْعِْال َه َوىْفَي‬
“Wahai Dawud, Aku telah jadikan dirimu sebagai Khalifah di bumi ini, maka tegakkan
hukum di tengah-tengah manusia dengan kebenaran, jangan ikuti hawa nafsu sehingga
menyesatkanmu dalam menempuh jalan Tuhanmu”
Para ulama berbeda pendapat dalam mentafsirkan lafadz khalifah yang terdapat dalam
surat al-Baqarah ayat 30, namun tidak berbeda pendapat pada surat Shad ayat 26. Perbedaan
tersebut seputar siapakah yang dimaksud sebagai “kholifah/pengganti” itu dan siapakah yang
digantikannya?
Ada tiga pendapat yang disimpulkan Imam Mawardi untuk memberikan jawaban dan
khazanah pemikiran dari perbedaan pendapat tersebut: Pertama, dinisbatkan kepada Ibnu
Abbas, Khalifah adalah Nabi Adam dan seluruh manusia, diciptakan untuk mengganti makhluk
penghuni bumi sebelumnya. Kedua, Khalifah adalah seluruh anak-cucu Nabi Adam as. Mereka
diciptakan dari generasi ke generasi, generasi pertama mengganti Nabi Adam, yang baru
mengganti yang lama, berkesinambungan. Pendapat ini dilontarkan tokoh dan ulama
terkemuka periode tabi’in, Imam Hasan al-Bashri . Ketiga, pendapat Ibn Mas’ud, khalifah
ditafisirkan dengan Nabi Adam dan juga sebagian anak-cucunya, diciptakan Allah menjadi
pengganti-Nya dalam memberi keputusan hukum diantara manusia.
Sedangkan ayat-ayat yang menggunakan kata turunan/derivasi dari Khalifah, khususnya
bentuk jamak (khalaif fil-ardl) dan kata (khulafa) dalam kumpulan ayat berikut : Al-An’am:
165 (khalaif al-ardl), Fathir: 39, Yunus: 14 (khalaif fil-ardl) dan an-Naml: 62. Dari kumpulan
ayat-ayt tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sosok Khalifah berlaku umum dan khusus:
1Khalifah berlaku umum untuk seluruh manusia, pemahaman ini berdasar pada
Al-An’am: 165, Fathir: 39 (khalaif al-ardl) dan An-Naml: 62 (khulafa al-Ardl).
Ada bebrapa ayat yang senada dengan ayat diatas, yaitu: Al-An’am: 133 (yastakhlifu),
Az-Zukhruf: 60 (yakhlufun) , An-Naml: 62, al-Baqarah: 30 dan al-A’raf: 129
(wayastakhlifakum)
2Khalifah digunakan lebih khusus untuk menyebut sebuah generasi manusia atau
suatu bangsa tertentu.
Sebagaimana lafadz (khalaif) dalam Yunus: 73, untuk menunjuk pengikut Nabi Nuh
yang menggantikan penduduk bumi yang telah musnah karena banjir .
lafad (Khulafa) dalam al-A’raf: 69, untuk menunjuk kaum ‘Ad (kaum Nabi Hud) sebagai
pengganti kaum Nabi Nuh.
Lafadz yang sama di al-A’raf: 74 ditujukan kepada kaum Tsamud (kaum Nabi Shalih)
sebagai pengganti kaum ‘Ad.
Lafatdz-lafadz tersebut bermakna masing-masing bangsa mengganti bangsa sebelumnya
bukan dalam menduduki tempat atau kawasan tertentu, namun dalam memakmurkan bumi.
3Khalifah digunakan lebih khusus lagi, untuk individu yaitu Nabi Dawud, yaitu
dalam Shad: 26 karena mengganti nabi sebelumnya .
Khalifah, khulafa atau khalaif, menurut istilah Quran dapat disimpulkan sebagai manusia
atau kumpulan manusia yang mampu mengemban amanah keadilan dalam memakmurkan
bumi sehingga mereka menjadi manusia yang patut menggantikan generasi sebelumnya
sebagai umat yang maju peradabannya dan menjadi poros dunia.
Dan untuk umat Muhammad saw, Allah swt berjanji kepada mereka akan menjadi
khulafa di bumi jika mereka beriman dan bertindak kebaikan, sebagaimana ayat berikut:
ْ‫َنْلَ ُهمْْدِينَ ُه ُْم‬
َّْ ‫فْالَّذِينَْْ ِمنْْقَب ِل ِهمْْ َولَيُ َْم ِكن‬
َْ َ‫ضْ َك َماْاست َخل‬
ْ ِ ‫تْلَ َيست َخ ِلفَنَّ ُهمْْ ِفيْاْلَر‬
ِْ ‫صا ِل َحا‬
َّْ َْ‫َو َع ْد‬
َّ ‫ّللاُْالَّذِينَْْآ َمنُواْ ِمن ُكمْْ َو َع ِملُواْال‬
ُ
َ
َّ
َْ‫لْيُش ِر ُكونَْْ ِبيْشَيئاْۚ َو َمنْْ َكفَ َْرْبَع ْدَْذَ ِلكَْْفَأولَئِكَْْ ُه ُْمْالفَا ِسقُون‬
ْ َ ْ‫ضىْْلَ ُهمْْ َولَيُبَ ِدلَنَّ ُهمْْ ِمنْْبَع ِْدْخَوفِ ِهمْْأمناْۚيَعبُد ُونَنِي‬
َ َ ‫الذِيْارت‬
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka
berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka
berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya
untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada
dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah
(janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur : 55)
Perbedaan Makna Khalifah dalam al-Qur’an dan Fiqh Siyasah
Melihat makna lafadz Khalifah di atas dapat disimpulkan bahwa Khalifah dalam al
Quran tidak dapat difahami secara manthuq/eksplisit sebagai kepala pemerintahan ataupun
pimpinan dalam sebuah negara.
Dan bila melihat kesamaan lafadz Khalifah dalam al Quran dan Khalifah dalam istilah
ilmu politik Islam (fiqh siyayah syar’iyyah), maka hanya terdapat kesepadanan bahasa saja,
karena sama-sama sebagai pengganti dalam kedudukan tertentu, yaitu makna yang diambil dari
kata kholafa-yakhlufu.
Imam Thabari sebagaimana dikutip oleh Imam Ibnu Katsir menyebutkan bahwa kepala
negara/sulthon disebut Khalifah karena dia mengganti kedudukan kepala negara sebelumnya.
‫ْفقامْباْلمرْمقامه‬،‫ْْلنهْخلفْالذيْكانْقبله‬،‫ْخليفة‬:‫ومنْذلكْقيلْللسلطانْاْلعظم‬
“Maka dari itu dinamakanlah pemimpin tertinggi itu dengan Khalifah, karena dia berada
setelah orang yang sebelumnya dan dia menggantikan kedudukannya”
Sebagai perbedaan mendasar, Khalifah dalam ranah penafsiran lafadz yang ada di dalam
ayat-ayat al Quran baik yang bermakna umum ataupun khusus muncul karena Allah
menginginkan makna tersebut tumbuh dengan berbagai perbedaan maknanya dalam konteks
kebahasaan. Dan Khalifah dalam ranah fiqh siyayah syariyyah yang bermakna pemimpin
tertinggi, muncul karena perkembangan hadhoroh, madaniyyah dan tsaqofah Islam.
Fungsi Manusia sebagai Khalifah di muka bumi
Sebagai Khalifah di bumi, manusia memunyai peranan penting yang dijalankan samapai
akhir zaman, diantaranya :
Memakmurkan Bumi (al-'imarah)
Pembangunan materi, dengan memanfaatkan kekayaan alam yang telah disediakan Allah
di muka bumi tercinta ini dengan arahan dan syariat yang lurus. Khalifah jugaharus berupaya
untuk menjadikan manusia pada zamannya memiliki peradaban yang baik.
Memelihara Bumi (ar-ri'ayah)
Khalifah menjaga bumi dari kerusakan atau kehancuran alam, baik itu yang disebabkan
alam sendiri maupun oleh tangan-tangan jahil para manusia.
Perlindungan (al-hifdh)
Khalifah memiliki fungsi untuk melindungi bumi dan seisinya, yang terkandung atas
lima pokok kehidupan yaitu, agama (aqidah), jiwa manusia, harta kekayaan, akal pikiran, dan
keturunan (kehormatan).
Melihat betapa besarnya peran manusia diatas, maka para Malaikat bersujud kepada Nabi
Adam sebagai penghormatan betapa besarnya peranan dari makhluk baru yang diciptakan oleh
Allah swt, sujud yang menandakan betapa besarnya jati diri manusia itu dari para malaikat,
sujud yang menandakan betapa identitas manusia itu sangat dimuliakan oleh Allah swt.
)50ْ:‫سقَْْ َعنْْأَم ِْرْ َربِ ِْهْ(الكهف‬
ِْ ‫يسْكَانَْْ ِمنَْْال ِج‬
َْ ‫لْإِب ِل‬
ْ َّ ِ‫س َجد ُواْإ‬
َ َ‫نْفَف‬
َ َ‫َوإِذْْقُلنَاْ ِلل َم ََلئِ َك ِْةْاس ُجد ُواْ ِِلدَ َْمْف‬
"Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada
Adam", maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia
mendurhakai perintah Tuhannya."
Download