Uploaded by dwioktaviliaa

PPT REFERAT EPILEPSI (1)

advertisement
Status epilepticus dan epilepsi
NYAYU BALKIS PUTRI PERMATASRI
712018035
BAB I
PENDAHULUAN
Status epileptikus adalah kejang yang terjadi >30 menit atau kejang
berulang tanpa disertai pemulihan kesadaran diantara dua serangan
kejang. mewakili keadaan darurat medis dan neurologis utama.
Epilepsi merupakan suatu kelainan otak yang ditandai oleh adanya factor
predisposisi yang dapat mencetuskan kejang epileptik, perubahan
neurobiologis, kognitif, psikologis dan adanya konsekuensi social yang
diakibatkannya.
Pada tahun 2000, diperkirakan penyandang epilepsi di seluruh
dunia berjumlah 50 juta orang, 37 juta orang di antaranya adalah
epilepsi primer, dan 80% tinggal di negara berkembang.
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
Definisi Status Epileptikus
Status epileptikus adalah aktivitas kejang yang berlangsung
terus menerus selama
30 menit atau lebih, disertai gangguan
±
kesadaran. 15% meninggal, > 60-80% penderita yang
bebas dari kejang setelah lebih dari 1 jam akan menderita
cacat neurologis atau berlanjut menjadi penderita epilepsi.
Epidemilogi Status Epileptikus
Jumlah kasus status epileptikus di Amerika Serikat saja telah
diperkirakan dari studi epidemiologi menjadi sekitar 102.000-152.000
episode per tahun dan sebanyak 55.000 kematian per tahun telah
dikaitkan dengan status epileptikus.
Etiologi Status Epileptikus
1. Simtomatis: penyebab diketahui
a. Akut (infeksi, hipoksia, gangguan glukosa atau keseimbangan
elektrolit, trauma kepala, perdarahan, atau stroke)
b. Remote, bila terdapat riwayat kelainan sebelumnya
c. Kelainan neurologi progresif (tumor otak, kelainan metabolik,
otoimun )
d. Epilepsi
2. Idiopatik/kriptogenik: penyebab tidak dapat diketahui
Klasifikasi Status Epileptikus
■ Status epileptikus konvulsif
■ Status epileptikus non-konvulsif
■ Status epileptikus refrakter
Patofisiologi Status Epileptikus
Manifestasi Klinis Status Epileptikus
Fase 1: Kompensasi
Selama fase ini, metabolisme serebral meningkat, tetapi mekanisme fisiologis cukup
untuk memenuhi kebutuhan metabolik, dan jaringan otak terlindungi dari hipoksia
atau kerusakan metabolisme.
Fase 2: Dekompensasi
Selama fase ini, tuntutan metabolik serebral sangat meningkat dan tidak dapat
sepenuhnya tercukupi, sehingga menyebabkan hipoksia dan perubahan metabolik
sistemik.
Pentalaksanaan Status Epileptikus
1. Stabilitas Penderita
2. Menghentikan Kejang
Diazepam 0.2 mg/kg kecepatan 5 mg/menit IV,
diulang bila kejang setelah 5 menit. Bila 60 menit
masih kejang beri phenytoin iv 15 – 20 mg/kg
dengan kecepatan < 50 mg/menit. Bila 90 menit
masih kejang beri Propofol (2mg/kgBB bolus iv,
diulang bila perlu)
Definisi Epilepsi
Epilepsi adalah kelainan otak yang ditandai dengan
kecenderungan untuk menimbulkan bangkitan epileptic yang
terus menerus, dengan konsekuensi neurobiologis, kognitif,
psikologis dan sosial.
Kriteria-kriteria epilepsi
1. Min. 2 bangkitan tanpa provokasi atau 2 bangkitan refleks dengan jarak waktu
antar bangkitan pertama dan kedua lebih dari 24 jam.
2. Satu bangkitan tanpa provokasi atau 1 bangkitan refleks dengan kemungkinan
terjadinya bangkitan berulang dalam 10 tahun ke depan sama dengan (minimal
60%) bila terdapat 2 bangkitan tanpa provokasi / bangkitan refleks (misalkan
bangkitan pertama yang terjadi 1 bulan setelah kejadian stroke, bangkitan
pertama pada anak yang disertai lesi struktural dan epileptiform dischargers)
3. Sudah ditegakkan diagnosis sindrom epilepsi.
Epidemiologi Epilepsi
Pada negara sedang berkembang ditemukan lebih tinggi dari pada Negara
maju. Dilaporkan prevalensi di negara maju berkisar antara 4-7/1000
orang dan 5-74/1000 orang di negara sedang berkembang. Daerah
pedalaman memiliki angka prevalensi lebih tinggi dibendingkan daerah
perkotaanya itu 15,4/1000(4,8-49,6) dipedalaman dan 10,3 (2,8-37,7)
diperkotaan.
Sindrom Epilepsi
■ Juvenile Myoclonic epilepsi (JME)
■ Lennox-gastaut syndrome (LGS)
■ Mesial temporal lobe epilepsi syndrome (MTLE)
Klasifikasi Epilepsi
■ Epilepsi Umum (Generalized)
■ perubahan EEG menunjukkan bahwa dari awalnya cetusan
epileptik melibatkan kedua hemisphere dengan serentak.
Gejala / Gambaran Klinis
1. Epilepsi Grandmal (Tonic-clonic seizure)
 Sering dijumpai.
 Dapat didahului gejala prodromal seperti jeritan, sentakan, mioklonik,
tegang, perubahan emosi, cepat tersinggung, dll.
 Pasien kehilangan kesadaran, kaku (fase tonik) selama 10-30 detik,
diikuti gerakan kejang kelonjotan pada kedua lengan dan tungkai
(fase klonik) selama 30-60 detik, dapat disertai mulut berbusa
 Selesai serangan menjadi lemas (fase flaksid) dan tampak bingung.
Gejala / Gambaran Klinis
Epilepsi Petit mal (Absence seizure)
 Tidak kejang. Terjadi gangguan kesadaran dalam waktu singkat (6-10
detik).
 Penderita berhenti dari aktivitas yang dilakukan.
 Serangan kadang-kadang dapat 10-20 kali dalam sehari. Karena singkat
biasanya tidak diketahui orang sekitarnya.
 EEG menunjukkan gambaran yang sangat jelas yaitu 3 Hz spike slow
wave.
 Banyak terjadi pada anak-anak usia sekolah.
Gejala / Gambaran Klinis
Epilepsi mioklonik
• Banyak terjadi pada anak-anak
• Terjadi gangguan kesadaran sebentar, disertai gerakan
involunteer yang aneh dari sekelompok otot, terutama pada
tubuh bagian atas (bahu dan lengan) yang disebut myoclonic
jerking.
Gejala / Gambaran Klinis
Epilepsi Atonik
 Secara mendadak kehilangan tonus otot.
• Dapat mengenai beberapa bagian tubuh ataupun otot seluruh badan.
• Serangan ini berlangsung singkat disebut drop attack.
Gejala / Gambaran Klinis
Epilepsi Parsial (Fokal)
Epilepsi parsial adalah serangan epilepsi yang bangkit akibat lepas muatan
listrik disuatu daerah dikorteks serebri (terdapat suatu fokus dikorteks
serebri).
Gejala / Gambaran Klinis
1. Parsial Sederhana
■ Penderita tetap sadar dan mampu menjawab pertanyaan
■ Pada serangan parsial dengan gejala motorik, adanya
gangguan aktivitas otot seperti tonik atau klonik.
■ Pada serangan parsial dengan gejala sensorik sering
muncul sebagai halusinasi atau ilusi
Gejala / Gambaran Klinis
2. Serangan parsial kompleks
■ Penurunan kesadaran
■ Tidak dapat mengingat kembali apa yang baru saja
terjadi padanya
■ Automatisme pada pasien.
Gejala / Gambaran Klinis
3. Epilepsi umum sekunder
 Berkembang dari bangkitan parsial sederhana atau kompleks
yang dalam waktu singkat menjadi bangkitan umum.
 Bangkitan umum yang terjadi biasanya bersifat tonik-klonik
Diagnosa Epilepsi
■ Anamnesis
■ Pemeriksaan fisik umum dan neurologi
■ Pemeriksaan penunjang
Diagnosa Epilepsi
■ Ada 3 langkah untuk mendiagnosa epilepsi, yaitu:4
■ KEJADIAN bersifat paroksismal menunjukkan bangkitan epilepsi atau bukan
epilepsi
■ Bila bangkitan tersebut merupakan suatu bangkitan epilepsi, kemudian tentukan
bangkitan yang ada termasuk jenis bangkitan apa (klasifikasi epilepsi)
■ Pastikan sindrom epilepsi apa yang ditunjukkan oleh bangkitan tersebut atau
epilepsi jenis apa yang diderita oleh pasien serta tentukan etiologisnya.
Pemeriksaan penunjang
■ Elektro-ensefalografi (EEG)
■ Rekaman video-EEG
■ Pemeriksaan radiologi
■ Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan penunjang
Elektro-ensefalografi (EEG)
Indikasi EEG.
1. Semua kasus bangkitan pertama yang diduga ada kelainan struktural
2. Adanya perubahan bentuk bangkitan
3. Terdapat defisit neurologi fokaAl
4. Epilepsi dengan bangkitan parsial
5. Bangkitan pertama di atas usia 25 tahun
6. Untuk persiapan tindakan pembedahan
Diagnosa Banding
Pada neonates dan bayi:
■ Jittering
■ Apnele spell
Pada dewasa:
■ Sinkope dapat sebagai
vasovagal attack, sinkope
kardiogenic, sinkope
hipovolemic, sinkope
hipotensi dan sinkope saat
miksi (micturition syncope)
■ Serangan iskemik sepintas
(transient ischemic syncope)
■ Vertigo
■ Transient global amnesia
■ Narkolepsi
■ Bangkitan panic
■ Sindrom menier
■ Tics
Pada anak :
■ Breath holding spells
■
■
■
■
■
■
■
Sinkope
Migren
Bangkitan psikogenic
Prolonged QT syndrome
Night terror
Tics
Hypercianotic attack (pada
tetralogi fallot)
Penatalaksanaan Epilepsi
Penatalaksanaan seluruh penderita epilepsi didasarkan atas hal-hal sebagai
berikut:
■ Diagnosis yang tepat disertai deskripsi jenis serangan
■ Identifikasi dan koreksi penyebab yang mendasarinya
■ Pemilihan OAE yang paling efektif untuk jenis serangan yang ada
■ OAE diberikan dengan dosis awal yang rendah dan bila perlu dinaikkan
sampai efektif atau sampai muncul efek samping,
■ Monoterapi sebagai prioritas utama.
Terapi Farmakologi
■ Prinsip terapi farmakologi
OAE diberikan bila:
■ Diagnosis epilepsi sudah dipastikan
■ Terdapat minimum dua bangkitan dalam setahun
■ Penyandang dan atau keluarganya sudah menerima penjelasan
tentang tujuan pengobatan.
■ Penyandang dan/ atau keluarga telah diberitahu tentang
kemungkinan efek samping yang timbul dari OAE.
■ Bangkitan terjadi berulang walaupun factor pencetus sudah
dihindari (misalnya: alcohol, kurang tidur, stress, dll)
Penghentian OAE
Syarat umum untuk menghentikan pemberian OAE adalah sebagai
berikut: 4
■ Setelah minimal 3 tahun bebas bangkitan dan gambaran EEG
normal
■ Penghentian OAE disetujui oleh penyandang atau keluarganya.
■ Harus dilakukan secara bertahap, 25% dari dosis semula setiap
bulan dalam jangkat waktu 3-6 bulan
■ Bila dilakukan lebih dari 1 OAE, maka penghentian dimulai dari 1
OAE yang bukan utama.
Terapi terhadap epilepsi resisten Obatantiepilepsi
Yang dimaksud dengan epilepsi resisten OAE adalah kegagalan setelah
mencoba dua OAE pilihan yang dapat ditoleransi, dan sesuai dosis (baik
sebagai monoterapi atau kombinasi) yang mencapai kondisi bebas
bangkitan. 4
■ Kombinasi OAE
■ Mengurangi dosis OAE (pada OAE induced seizure)
■ Terapi bedah
■ Dipikirkan penggunaan terapi nonfarmakologis.
Terapi Non-Farmakologis
■
■
■
■
■
Tindakan operasi
Stimulasi nervus vagus
Diet Ketogenik
Deep brain stimulation
Relaksasi, behavioral cognitive therapy dan biofeedback
BAB III
KESIMPULAN
Status epileptikus merupakan gawat darurat neurologic. Harus ditindaki secepat
mungkin untuk menghindarkan kematian atau cedera saraf permanen. Biasanya
dilakukan dua tahap tindakan yakni stabilitas pasien dan menghentikan kejang
dengan obat anti kejang.
Epilepsi merupakan bangkitan (seizure) berulang akibat gangguan fungsi otak
secara intermitten yang diakibatkan oleh terjadinya lepas muatan listrik abnormal
dan berlebihan di neuron – neuron secara paroksismal.
International League Against Epilepsy mendefinisikan status epileptikus sebagai
aktivitas kejang yang berlangsung terus menerus selama 30 menit atau lebih.
klasifikasi internasional mengenai kejang dan epilepsi yang membagi kejang
menjadi 2 golongan utama : serangan parsial (partial onset seizures) dan serangan
umum (generalized-onset seizures).
TERIMA KASIH
Wassalamualaikum Wr. Wb
Download