BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pelayanan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias,
terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh apoteker kepada dokter,
perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar Rumah
Sakit (Menkes, 2014). Informasi obat terkait dengan kegiatan edukasi dan
konseling, sehingga keduanya harus diperhatikan oleh seorang apoteker.
Apoteker yang efektif harus mampu memotivasi pasien untuk belajar dan
berpartisipasi aktif dalam regimen terapinya (Kurniawan dan Chabib, 2010).
Terdapat data yang menyatakan bahwa ketidakpatuhan terjadi pada 30%
sampai 50% dari pasien yang menerima obat. Penyebabnya antara lain berkisar
dari kurangnya edukasi, terkait dengan terapi sampai kondisi keuangan pasien
yang menyebabkan terapinya terhenti (Kurniawan dan Chabib, 2010).
Ketidakpatuhan dalam pengobatan dapat menyebabkan antara lain kesalahan
dalam penilaian efektifitas obat, uji diagnostik tambahan, perubahan atau
penggantian obat, dan perawatan di rumah sakit yang sebenarnya tidak
diperlukan (Murtasid et al, 2011).
Keterlibatan pasien anak dalam penyuluhan sangat penting, waktu yang
tepat adalah dimulai pada usia 8 sampai 10 tahun (Aslam et al, 2003).
Informasi obat biasanya berupa data tertulis yang kurang sesuai untuk dibaca
anak-anak. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kerjasama anak
dalam kepatuhan minum obat, antara lain formulasi, penampilan obat, dan
kemudahan cara penggunaan. Kepatuhan anak tergantung tingkat pemahaman
akan tingkat keparahan penyakit anak oleh orang tua atau pengasuhnya.
Pemberian obat pada anak harus dipertimbangkan waktunya terkait waktu tidur
yang lebih banyak dan waktu sekolah (Aslam et al, 2003). Pemahaman pasien
dan orang tua/pengasuh tentang manfaat dan pentingnya obat-obatan
merupakan hal penting dalam kepatuhan pengobatan. Hal tersebut dipengaruhi
1
Pengaruh Media Informasi..., Sri Yani, Farmasi UMP, 2015
faktor lingkungan antara lain kesehatan, tingkat pendidikan dan budaya (Saing,
2010). Menurut penelitian Presska (2012) bahwa terjadi peningkatan dalam
tingkat pengetahuan dan sikap pada siswa Madrasah Ibtidaiyah yang diberikan
intervensi menggunakan cerita bergambar dan ceramah tentang kecacingan.
Pemberian informasi melalui media cerita (komik) lebih efektif bila
dibandingkan dengan media leaflet dalam meningkatkan pengetahuan dan
sikap remaja tentang gaya sehat remaja (Handayani, 2010). Sedangkan
menurut Lailatushifah (2012), perilaku kepatuhan dalam mengkonsumsi obat
harian merupakan faktor psikologis penting dalam menentukan tingkat
kesembuhan pasien penyakit kronis, sehingga perlu dilakukan intervensi oleh
penyedia
layanan
kesehatan
khususnya
dokter
dan
perawat
untuk
meningkatkan kepatuhan dalam minum obat.
Epilepsi merupakan penyakit kronis di bidang neurologi dan penyakit
kedua terbanyak setelah stroke. Epilepsi disebabkan oleh berbagai etiologi
dengan gejala tunggal yang khas yaitu serangan yang terjadi tiba-tiba dan
berulang yang disebabkan oleh lepas muatan listrik kortikal secara berlebihan.
Anak yang menderita epilepsi memerlukan evaluasi dan terapi yang sesuai
karena serangan yang berulang akan mempengaruhi kualitas hidup pasien baik
fisis, mental, maupun sosial (Murtarsid et al, 2011). Obat yang diberikan
kepada pasien epilepsi tidak menyembuhkan tetapi hanya mengendalikan,
mengurangi dan bahkan menghilangkan serangan. Tujuan dari pengobatan
epilepsi adalah bebas kejang. Pasien epilepsi harus mengkonsumsi obat jangka
panjang sehingga diperlukan kepatuhan dan pola hidup yang sehat agar
terapinya berhasil. Dukungan keluarga dan lingkungan sangat diperlukan agar
penderita nyaman sehingga membangkitkan semangat untuk patuh terhadap
pengobatan dan terhindar dari status epileptikus (RSDK, 2013).
Di dunia ada sekitar 50 juta orang yang hidup dengan epilepsi dan
sekitar 2 juta diantaranya di Indonesia. Prevalensi epilepsi bervariasi antara
0,5% - 1% populasi umum. Insiden epilepsi pada anak di negara berkembang
lebih tinggi daripada negara maju karena adanya faktor resiko gangguan atau
infeksi saraf pusat yang dapat menjadi fokus epileptik masih banyak terjadi
2
Pengaruh Media Informasi..., Sri Yani, Farmasi UMP, 2015
(Murtasid et al, 2011). Kasus di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Banyumas bahwa berdasar data grafik bulan Juni 2009 epilepsi menempati
peringkat pertama 10 besar penyakit di poliklinik anak dengan jumlah 68
kasus, sedangkan pada bulan September 2014 terdapat 155 kasus (RSUD
Banyumas, 2014). Mengingat pentingnya keterlibatan anak dalam edukasi
untuk meningkatkan kepatuhan pengobatan dan besarnya populasi pasien
epilepsi di poliklinik anak RSUD Banyumas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Pengaruh Media Informasi Obat terhadap
Keterlibatan Pasien Anak Epilepsi dalam Kepatuhan Minum Obat di RSUD
Banyumas”.
B. Perumusan Masalah
Berdasar uraian di atas menunjukkan bahwa kurangnya edukasi serta
keterlibatan anak dalam pengobatan merupakan faktor ketidakpatuhan dalam
pengobatan pada pasien, maka perumusan masalahnya adalah bagaimana
pengaruh media informasi obat yang diberikan oleh apoteker terhadap
keterlibatan pasien anak epilepsi dalam kepatuhan minum obat di RSUD
Banyumas?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah :
Mengetahui pengaruh media informasi obat yang diberikan oleh apoteker
terhadap keterlibatan pasien anak epilepsi dalam kepatuhan minum obat di
RSUD Banyumas:
a. Mengetahui karakteristik umum responden, meliputi umur dan jenis
kelamin.
b. Mengetahui hubungan karakteristik umum responden terhadap kepatuhan
pasien.
c. Mengetahui pengaruh media informasi obat dalam bentuk komik terhadap
keterlibatan pasien anak epilepsi dalam kepatuhan minum obat.
3
Pengaruh Media Informasi..., Sri Yani, Farmasi UMP, 2015
d. Mengetahui pengaruh media informasi obat dalam bentuk leaflet terhadap
keterlibatan pasien anak epilepsi dalam kepatuhan minum obat.
e. Mengetahui perbedaan pengaruh media informasi obat dalam bentuk komik
dan leaflet terhadap keterlibatan pasien anak epilepsi dalam kepatuhan
minum obat.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
Untuk meningkatkan pengetahuan tentang praktek kefarmasian terutama
penggunaan media informasi obat pada pasien anak di RSUD Banyumas.
2. Bagi Rumah Sakit
Untuk evaluasi pelayanan kefarmasian yang telah diberikan kepada pasien
RSUD Banyumas.
3. Bagi Institusi Pendidikan Kefarmasian
Untuk menambah bahan pustaka dan pengetahuan praktek kefarmasian.
4. Bagi Peneliti Berikutnya
Untuk menambah referensi yang dapat dijadikan acuan penelitian
berikutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Informasi Obat
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi obat, rekomendasi obat yang independen, akurat,
4
Pengaruh Media Informasi..., Sri Yani, Farmasi UMP, 2015
Download