Uploaded by User6353

teori pekerja sosial

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Gagasan perilaku dan kognitif berangkat dari dua aliran psikologi yang saling
berhubungan. Secara historik, teori pembelajaran lebih dulu muncul, kemudian teori ini
dikembangkan pada psikologi klinis menggunakan terapi perilaku berdasarkan penelitian
psikologi. Sheldon (1995) mengatakan bahwa ide yang menggaris bawahi teori
pembelajaran sebagai sebuah pemisahan antara perilaku dan pikiran dari identitas
psikologi seseorang. Teori psikodinamis dan pandangan konvensional mengatakan bahwa
perilaku datang dari proses yang berlangsung di pikiran. Psikodinamik dan pandangan
konvensional mengatakan bahwa perilaku berasal dari proses yang terjadi dalam pikiran
manusia. Hal tersebut mempunyai hubungan antara ide filosofis yang ada dalam pikiran
dan kemudian mendasari sisi kemanusiaan seseorang, atau dengan kata lain adalah ‘jiwa’.
Sebuah pertanyaan yang juga bersnagkutan adalah apakah lingkungan mempengaruhi
batasan kebebasan seseorang atau apakah mereka dengan bebas untuk bertingkah sesuai
dengan keinginan mereka, seperti apa yang mereka inginkan. Teori pembelajaran tidak
menyengkal bahwa hal ini mungkin saja terjadi, tetapi kita tidak bisa mengetahui apa
yang dipikirkan oleh seseorang. Oleh karena itu, kita hanya bisa mempelajari dan
mempengaruhi perilaku yang terlihat. Banyak perilaku yang bisa dipelajari, kecuali
beberapa bawaan refleks sejak lahir, yang dimana hal tersebut dipengaruhi dari luar diri
kita. Perilaku bisa kita ubah untuk memenuhi kebutuhan dan mengganti perilaku buruk
yang ada. Terapi ini terfokus untuk melakukan hal-hal yang secara terus-menerus menuju
kepafa perubahan perilaku. Hal ini tidak memperhatikan perubahan apa yang terjadi pada
diri kita.
Teori pembelajaran sosial (Bandura, 1997) memperluas teori ini dengan
memperdebatkan bahwa yang paling dipelajari adalah persepsi dan pemikiran yang
orang-orang peroleh dari pngelaman mereka. Mereka mempelajari dengan meniru contoh
yang ada disekitar mereka.
Pada awal abad ke-20, perkembangan kognitif terapi di tahun 1960-an, dan kemudian
penggabungan dari keduanya. Terapi pendekatan perilaku muncul pada awal tahun 1924,
Maria Cover Jones fokus pada masalah ketakutan pada anak-anak. Namun, itu selama
periode 1950-1970 yang benar-benar muncul di lapangan, dengan para peneliti di
Amerika Serikat, Kerajaan Inggris dan Afrika Selatan yang terinspirasi oleh teori
1
pembelajaran perilaku Ivan Pavlov, John B. Watson dan Clark L. Hull. Di Britania,
pekerjaan ini sebagian besar terfokus pada gangguan neurotik melalui karya Yusuf
Wolpe, yang menerapkan temuan-temuan dari percobaan hewan ke metode desensitisasi
sistematis, para pendahulu untuk hari ini teknik pengurangan rasa takut. Hans Eysenck
psikolog Inggris, terinspirasi oleh tulisan-tulisan Karl Popper, dikritik psikoanalisis
dengan berpendapat bahwa “jika Anda menyingkirkan gejala, Anda menyingkirkan
neurosis “, dan terapi perilaku disajikan sebagai alternatif yang konstruktif. Di Amerika
Serikat, psikolog yang menerapkan behaviorisme radikal BF Skinner dari penggunaan
klinis . Banyak dari karya ini terkonsentrasi ke arah yang parah, gangguan kejiwaan
kronis, seperti perilaku psikotik. dan autisme Albert Ellis (1913-2007) adalah seorang
pionir dalam pengembangan CBT.
1.2 Rumusan Masalah.
1. Apakah itu teori perilaku kognitif ?
2. Bagaimana proses praktik teori perilaku kognitif ?
1.3 Tujuan Makalah.
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mempelajari materi dari mata kuliah Teori
Pekerjaan Sosial, terutama dalam materi teori kognitif dan perilaku.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori kognitif dan perilaku.
Teori perilaku kognitif adalah filosofi dalam psikologi yang berdasar pada proposisi
bahwa semua yang dilakukan organisme, termasuk tindakan, pikiran, atau perasaan dapat
dianggap sebagai prilaku, Aliran ini berpendapat bahwa perilaku manusia dapat
digambarkan dengan dua macam :
1.
Perilaku kasat mata: makan, menangis, tertawa
2.
Perilaku tidak kasat mata: fantasi, berpikir, dll
A. Ciri-ciri perilaku.
1.
Perilaku itu kasat mata, tetapi penyebabnya mungkin tidak dapat diamati
secara langsung, contoh: Marah, menangis
2.
Perilaku bervariasi menurut jenis-jenis tertentu seperti:

Perilaku kognitif : rasional
Contoh: ketika seorang guru memberikan stimulus berupa pertanyaan,
seorang murid memberikan respon yang berupa jawaban, dan jawaban ini
dihasilkan oleh perilaku kognitif.

Perilaku afektif: emosional
Contoh: ketika seorang teman memberikan stimulus berupa kata-kata
yang lucu, maka seorang teman yang lainya memberikan respon yang berupa
tawa, tertawa,menangis, sedih dihasilkan oleh prilaku afektif.
3

Prilaku Psikomotorik: gerakan fisik
a. Perilaku bisa disadari dan tidak disadari
Contoh: Perilaku yang disadari: belajar,membaca,tertawa.
Perilaku yang tidak disadari: mengigau, slip of the tongue
(keceplosan).
B. Definisi stimulus dan respon.

Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada peserta didik, atau apa yang
diterima oleh peserta didik.

Respon adalah reaksi atau tanggapan peserta didik terhadap stimulus yang diberikan
oleh guru tersebut.
Contoh : Eksperimen Ivan Petrovich Pavlov (Teori Conditioning) Pavlov
melakukan eksperimennya terhadap anjing diberi makanan, lampu dan lonceng, keluarlah
respon anjing yang berupa keluarnya air liur, setelah berkali-kali dilakukan perlakuan
serupa, maka pada saat hanya bel atau lampu yang diberikan, anjing tersebut juga
mengeluarkan air liurnya, di sini makanan disebut perangsang tak bersyarat (unconditioned
stimulus), sementara bel dan lampu yang menyertainya disebut sebagai disebut sebagai
perangsang bersyarat (conditioned stimulus), terhadap perangsang tak bersyarat (makanan)
dengan perangsang bersyarat anjing memberikan respon berupa keluarnya air liur
(unconditioned response), selanjutnya bel dan lampu diberikan tanpa rangsangan tak
bersyarat (makanan), ternyata menghasilkan respon yang sama yaitu keluarnya air liur
(conditioned response). Ternyata diketemukan banyak reflek bersyarat yang timbul tidak
disadari manusia
Contoh: suara lagu penjual es cream walls yang kelililng dari rumah ke rumah,
awalnya mungkin kita asing dan mengabaikan lagu tersebut, akan tetapi karena setiap hari
suara itu di dengar maka dapat menimbulkan respon air liur, apalagi pada siang hari yang
panas.
Dari contoh tersebut, dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi
Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan
4
stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara
individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar
dirinya. Eksperimen Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh pandangan
behaviorisme, dimana gejala kejiwaan seseorang dapat dilihat dari perilakunya.
C. Tokoh-tokoh pendiri teori perilaku kognitif.
1)
Edwin Guthrie
Azas belajar yang digunakan Guthrie adalah:

Hukum kontiguiti adalah satu prinsip asosionisme yaitu respon atas suatu
situasi cendrung diulang, bilamana individu menghadapi suatu yang sama.

Stimulus dan respon cendrung bersifat sementara, persetujuan umum di
kalangan psikolog, bahwa kontiguitas stimulus dan respon merupakan kondisi
yang penting bagi proses belajar, maka dari itu diperlukan pemberian stimulus
yang sering, agar hubungan itu menjadi lebih langgeng, suatu respon akan
lebih kuat dan menjadi kebiasaan bila respon tersebut berhubungan dengan
berbagaimacam stimulus, situasi belajar merupakan gabungan stimulus dan
respon, akan tetapi asosiasi ini bisa benar dan bisa salah, oleh karenanya
Gutrie mempercayai bahwa hukuman memegang peran penting dalam proses
belajar, sebab jika diberikan dalam waktu yang tepat akan mampu merubah
kebiasaan seseorang.
Contoh: perilaku manusia yang buruk dapat diubah dengan perilaku yang baik
dengan hukuman yang tepat.
 Tiga metode pengubahan tingkah laku:
5

Metode respon bertentangan, misalnya anak takut dengan kucing, maka letakkan
permainan yang disukai anak dekat dengan kucing. Dengan itu lambat laun anak
tidak takut lagi dengan kucing, namun harus dilakukan secara berulang-ulang.

Metode membosankan, misalnya seorang anak mengisap rokok, minta kepadanya
untuk merokok terus hingga bosan, setelah bosan, ia akan berhenti merokok
dengan sendirinya.

Metode mengubah lingkungan, Jika anak bosan belajar maka rubahlah
lingkungannya menjadi lingkungan yang lebih nyaman dan menyenangkan.
2)
Watson
Watson mengatakan bahwa:

perubahan perilaku dapat dilakukan melalui latihan atau membiasakan
merespon atau mereaksi terhadap stimulus yang diterima

Stimulus dan respon tersebut harus berbentuk tingkah laku yang dapat
diamati (observable), ia lebih memilih untuk tidak memikirkan hal-hal yang
tidak bisa diukur, meskipun tetap mengakui bahwa semua hal tersebut
penting, Watson mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri
seseorang, namun dia menganggap factor tersebut sebagai hal yang tidak
perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati.

Watson adalah seorang behaviorisme murni, karena itu dia beranggapan
bahwa psikologi dan ilmu tentang belajar dapat disejajarkan dengan ilmu lain
seperti fisika atau biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empiric.
3)
Skinner berpendapat bahwa:

Skinner berpendapat bahwa hubungan stimulus dan respon yang terjadi
melalui interaksi terhadap lingkungannya, yang kemudian menimbulkan
perubahan perilaku.

Respon dapat dibedakan menjadi dua:
a) Respon yang timbul dari stimulus tertentu
6
b) Operant (instrumental) response, yang timbul dan berkembang karena diikuti
oleh perangsang tertentu
 Enam konsep teori “operant conditioning”
1) Penguatan positif dan negative
2) Shapping, proses terbentukanya perilaku yang makin mendekati perilaku yang
diharapkan
3) Pendekatan suksesif, proses pembuatan tingkah laku yang menggunakan penguatan
pada saat yang tepat, hingga responpun dapat sesuai dengan yang diisyaratkan.
4) Extinction, proses proses penghentian kegiatan sebagai akibat dari ditiadakannya
penguatan
5) Chaining of response, respon dan stimulus yang berangkaian satu sama lain
6)
Jadwal penguatan, variasi pemberian penguatan.
Skinner lebih percaya dengan pada “penguat negative” (negative
reinforcement), yang tidak sama dengan hukuman, bedanya adalah bila hukuman
diberikan sebagai stimulus agar respon yang timbul berbeda dengan yang
diberikansebelumnya,akan sedangkan penguat negative harus dikurangi agar
respon yang sama menjadi kuat. Misalnya seorang anak yang berbuat kesalahan
ketika diberikan hukuman tetap berbuat kesalahan hendaknya dikurangi ,sehingga
pengurangan ini mendorong siswa untuk memperbaiki kesalahannya.
4) Edward Edward Lee Thorndike
Thorndikes dikenal dengan Teori Koneksionisme yaitu untuk mencapai
hubungan stimulus dan respon perlu adanya untuk memilih respons yang tepat dengan
usaha-usaha atau percobaan-percobaan (trial) dan kegagalan-kegagalan (error)
terlebih dahulu, dari percobaannya Thondike menemukan hukum-hukum belajar sbb:

Hukum kesiapan (Law of readiness): Jika seseorang siap melakukan sesuatu,
ketika ia melakukannya maka ia puas, sebaliknya bila ia tidak jadi
melakukannya maka dia tidak puas.
7

Hukum latihan (Law of exercise): Jika respon terhadap stimulus diulang-ulang
akan memperkuat hubungan respon dengan stimulus,dan sebaliknya.

Hukum akibat (Law of effect): Bila hubungan antara respond dan stimulus
diulang-ulang memperkuat hubungan antara keduanya, dan sebaliknya.
5)
Clark Hull
Hull sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin, “Semua fungsi
tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga kelangsungan hidup”, karena itu
kebutuhan biologis dan pemuasan biologis menempati posisi sentral, stimulusnya
selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis meskipun respon yang akan bermacammacam Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap motivasi belajar yang
terdapat pada siswa, dengan adanya motivasi maka belajar merupakan penguatan,
makain banyak belajar makin banyak motivasi dan memberikan respon yang menuju
keberhasilan belajar.
D. Model-model tingkah laku.
Thomas ( 1968,1971 ) di USA dan Jehu ( 1967,1972 ) di UK adalah tokoh
yang paling menonjol dalam literatur psikologi bagi pekerja sosial.
Pendekatan tingkah laku dalam pekerjaan sosial diambil dari pekerjaan
tentang psikologi tingkah laku yang bersifat esperimen.
Hanson ( 1983,pp. 142-3 ) menetapkan bahwa pemakaian sistem atau ilmu
penyembuhan dibuat oleh teory psikologi umum pada tahun 1950, namun itu tidak
dapakai dalam pekerjaan sosial sampai tahun 1960 ketika pekerja sosial tradisional
berlangsung dibawah serangan radikal.
Model pekerjaan sosial perilaku dipengaruhi oleh kontroversi, karena merupakan
teori pekerjaan sosial yang paling positif dan menjadi pusat perdebatan positif. Ada juga
objek-objek tentang latar belakang etnik, sejak perilaku dimanipulasikan oleh pekerjaan
sosial sebagai alat kontrol yang lebih baik terhadap klien. Hal ini dapat menjadi teknik
behaviorist ( orang yang berperilaku ) untuk dipakai dalam mewujudkan harapan8
harapan pekerja sosial terhadap kliennya, dan jika dipakai dalam usaha sosial atau
kebijakan-kebijakan politik maka secara extrem dapat menjadi alat kontrol politik
otoritas atau penguasa. Behaviourist atau psikolog mengatakan tentang persetujuannya
terhadap klien yang membutuhkan latihan-latihan sehingga menjadi berhasil.
Behaviourist juga mengatakan bahwa proses penyembuhan atau perawatan yang paling
baik adalah bila orang tersebut bekerja sebaik mungkin. Dan pendekatan-pendekatan
behaviourist dapat ditunjukkan lebih gamblang dan efektif.
Semua teknik behaviourist dapat menjadi salah bila dilakukan oleh orang yang
salah pula. Banyak teknik lain yang dapat dipakai dalam satu cara yang tidak diketahui
klien. Sebagai contoh adalah pemakai teknik secara parado Watson ( 1980,pp.105-15 )
mengatakan bahwa hal ini bukan merupakan jawaban yang pas terhadap masalahmasalah yang bersifat etika karena secara keseluruhan semua tingkah laku pasti ada
sebabnya. Jika klien mengambil keputusan itu karena klien menginginkan perubahanperubahan yang bisa dicapai melalui metode-metode tingkah laku. Mereka bertindak
sesuai dengan alasan mereka sendiri tanpa ada paksaan. Pada hal yang sama, kita bisa
bertindak atau bergerak dari alasan yang tanpa paksaan menjadi sebuah keputusan untuk
mencapai tujuan-tujuan sosial. Memelihara atau melindungi hak-hak klien untuk hidup
bebas dan mandiri merupakan satu-satunya teknik yang dapat dipakai dimana klien
mempunyai kebebasan dalam menentukan tujuan hidupya sendiri sesuai dengan
prilakunya. ( sebagai contoh : ketika ada paksaan dan klien merasa tidak mampu punya
keinginan, maka biarlah mereka mengawasi dirinya mereka sendiri ). Pendekatan
perilaku dalam pekerjaan sosial : Fischer dan Gochors.
Materi selanjutnya dari pendekatan perilaku adalah didasarkan pada buku
karangan Fischer dan Gochors ( 1975 ), buku tersebut cukup jelas dan mudah dipahami,
beberapa teks lain memuat tentang teknik-teknik pendekatan perilaku secara manual.
Bagaimanapun sebagian besar buku tentang dalam pekerjaan sosial mempunyai
kesamaan meteri atau isi karena secara langsung materi tersebut diambil dari hasil
pemikiran sendiri para psikolog. Buku karangan Schwtz dan Golddimaond ( 1925 ),
Sheldon ( 1982 ), dan Gudson dan Macdonald ( 1975 ) telah dikonsultasikan pada
metode pembelajaran sosial dan berikut adalah pokok-pokok bahasannya :

Respoonden atau pengondisian secara klasik

Pembelajaran sosial
9
Semua dapat diaplikasikan secara lengkap bila pelajar solid
Sebagai hambatan ada beberapa penulis yang menggunakan pembelajaran
kogniti. ( Jakson dan King, 1982 ) dan ada perdebatan untuk mengakui perdebatan ini (
Hutson dan Macdonal, 1968 ) dalam buku tersebut mengatkan bahwa pembelajaran
kognitif terpisah dalam bab tersendiri karena meskipun pendekatan kognitif secara
langsung merupakan pengembangan dari modifikasi perilaku tetapi pendekatan tersebut
juga cukup luas dalam mengembangkan pendekatan tersebut sehingga perlu dipisahkan.
Perilaku dalam pekerjaan sosial didasarkan atas teori pembelajaran yaitu psikodinamik
yang berbeda yang difokuskan pada pengamatan perilaku.
Semua perilaku apakah itu normal atau abnormal dijelaskan oleh prinsipprinsip yang sama. Tapi ini ditentang sebagai suatu model penyakit sepeti dalam teori
psikodinamik yang mengatakan bahwa perilaku abnormal adalah sustu gejala gangguan
pemikiran pada diri klien yang seharusnya disembuhkan atau dipulihkan. Dalam teori
pembelajaran perilaku abnormal telah dibahas sama seperti perilaku lainnya, walaupun
itu tidak cukup membantu kita untuk bisa berfungsi dengan baik dalam lingkungan
tertentu.
Perilaku luar biasa tidak bisa diartikan sebagai suatu yang abnormal kata semua
orang. Perilaku yang berbeda-beda mungkin disesuaikan dengan lingkungan dan
budayanya. Sehingga perilaku ditunjukkan dan muncul dari gender dan budaya etnik
yang berbeda dan dalam teori pembelajaran itu tidak memerlukan perubahan .
Dalam terori psikodinamik perilaku dapat diterima oleh masyarakat minoritas
tapi mungkin tidak bisa diterima oleh masyarakat luas. Sementara Ficher dan Gochors
mencatat poin ini dalam teori pembelajaran. Keduanya tidak mencatat bahwa perilaku
dalam pekerjaan sosial sering didasarkan atas rancangan percobaan tehadap kasus
individu. Pendefisian yang cermat terhadap sasaran perilaku diikuti dengan pengukuran
melalui pola-pola perencanaan. Beberapa kali hal tersebut berlangsung dalam periode
tertentu. Intervensinya sebagai berikut, keberlangsungan perilaku selama dan sesudah
satu intervensi juga diukur. Kadang-kadang sesudah satu periode intervensi ada periode
pembalikan dimana pekerja sosial harus kembali mempelajari perilaku semula klien
tersebut dan target perilaku di ukur kembali, intervensinyapun dimulai lagi dengan cara
ini mungkin bisa untuk menguji apakah intervensi betul-betul mempengaruhi perilaku.
10
Pengondisian responden berhubungan dengan perilaku ( apa saja yang kita
lakukan ) dimana ada respon yang dihasilkan sebagai suatu stimulus ( orang, kejadian
atau lingkungan). Pengkondisian adalah proses dimana perilaku dipelajari yaitu
berhubungan dengan banyak atau sedikitnya stimulus ketika suatu respon sebagai suatu
stimulus telah dipelajari maka perilaku orang telah dimodivikasi atau dipengaruhi.
Pengondisian klasik karena diambil dari teori pavlov tentang eksperimen pertamanya
masalah ini.
Banyak perilaku yang tidak terkondisikan mereka terjadi secara alami. Stimulus
yang tidak terkondisikan menghasilkan respon yang tidak terkondisikan. Perilaku yang
terkondisikan mengahasilkan respon yang terkondisikan, dimana stimulus tidak secara
alami dihasilkan. Proses pemunahan berlangsung jika ada perpaduan antara respon yang
terkondisikan dan stimulus yang tidak terjaga, keduanya menjadi tidak salng
berhubungan. Beberapa perilaku bisa bertentangan dengan perilaku lainnya seperti
contoh orang yang kecewa dengan hasil yang tidak bisa dicapai sesuai dengan usahanya.
Teori yang paling sering dipakai dalam teknik pengkondisian dinamakan desensitisasi
yang sistimatik. Klien diajari teknik-teknik pelatihan sebagai sarana pendukung. Latihan
pertahanan adalah teknik lain yang dipakai dimana orang tersebut tidak percaya diri,
mereka dibantu dengan benutuk latihan-latihan perilaku di lingkungan yang bisa
mendukungnya dan kemudian mereka mampu berkembang dalam situasi kehidupan
sesungguhnya. Counter conditioning digunakan dalam berbagai bentuk terapi seksual,
respon seksual yang memuaskan akan dipelajari dalam lingkungan yang mendukung
secara bertahap akan dikenalkan situasi seksual yang telah menyebabkan perilaku cemas.
Sebagai contoh seorang lelaki yang mengalami ejakulasi dini ketika berhubungan dengan
pasangannya.
Contoh lain dari teknik ini adalah seorang anak yang mengalami enuretic ( suka
ngompol ) dan dicoba untuk menghindari kebiasaan ini. Dan sebuah genderang atau sel
yang dihubungkan secara elektrik yang ditempatkan didalam alas tidur anak tersebut.
Genderang akan berbunyi ketika beberapa urine mengenai alat tersebut dan anak akan
terbangun dan akan menyelesaikan buang air kecilnya ke toilet. Proses ini mempunyai
dua efek, pertama anak akan terbangun bila inngin buang air kecil untuk menghindari
kebiasaan ngompol. Kedua, suara genderang tersebut mampu mengubah kebiasaanya
untuk melewatkan malam tanpa ngompol. Respon ini dikenal sebagai bentuk Counter
Conditioning ( Morgan dan Young, 1972 ). Sebagian besar tingkah laku tidak
11
berkembang karena stimulus yang tidak terkondisikan dan operant conditioning. Operant
conditioning memfokuskan pada konsekuensi tingkah laku. Sesuatu terjadi ( event
pertama : A ) menghasilkan tingkah laku (B) mencoba berhubungan dengan even
tersebut dan sebagai hasil dari tingkah laku tersebut, konsekuensi (c) muncul. Pekerja
sosial harus mampu mengatur kemungkinan-kemungkinan yang mungkin bisa
mempengaruhi hubungan antara perilaku dan konsekuensi apakah itu akan memperkuat
atau memperlemah perilaku. Konsekuensi dikatakan penguatan positif jika mampu
mempengaruhi perilaku orang, dikatakan penguatan negatif jika tidak mampu
Mempengaruhi perilaku orang lain .pengautan negative bukan suatu
konsekuansi yang tidak menyenangkan tetapi merupakan kemunduran konsekuensi,
sebagai contoh menutup pintu untuk mengurangi kebisingan dan ruang sebelah adalah
merupakan pengatur negative.tindakan menutup pintu itu lebih efektif dan memberikan
kita ketenangan dan kedamaian.
Hukuman dipakai dalam operant conditioning untuk mengurangi perilaku. Ketika
konsekuensi yang tidak menyenangkan timbul maka secara tiba-tiba akan mengurangi
prilaku dan ini dinamakan hukuman positif.hukuman negative adalah berkurang nya
kesenangan kehidupan seorang sebagai contoh dipersilahkan keluar bagi seorang pelajar
yang tidak mengharapkan pekerja rumah.kesimpulannya apakah penengakan aturan itu
baik positif maupun negative bisa mengpengaruhi prilaku. Hukuman
baik bersifat
negative atau pun positif akan menggurangi prilaku. Hukuman positif selalu berarti
melakukan sesuatu ,hukuman negative selalu berarti menjauh sesuatu.keduanya dapat
digunakan bersama-sama.
Penghilangan atau pemusnahan perilaku juga digunakan dalam teknik operant
learning.ini berbeda dengan prinsip dari permsnahan dalam pengkondisian reponden. Itu
berarti ada hubungan timbal balik antara prilaku dan konsekuensinya. Klien yang
berbeda-beda akan dipengaruhi oleh penegak aturan yang berbeda oleh karena itu setiap
permasalahan harus secara hati-hati dipisahkan-pisahkan.sehingga assessment dan
pendefinisikan dari masalah-masalah terdahulu serta tingkah laku yang spesifik dan
konsekuensi yang lengkap semunya penting.
1. Reinforce/penguat :

Berkerja secar otomatis sehingga klien tidak harus memahaminya .
12

Dilakukan secara konsisten tehadap prilaku yang relefan.

Digunakan sesering dan sekuat mungkin tanpa mejauhi klien .

Bisa secara ektrinsik ( dari luar orang tersebut ) atau intrinsic ( internal persaan :
kepuasan kebanggaan ) interinsik reinforcement lebih kuat untuk digunakan,baik
factor entrionsik maupun entrinsik membantu untuk menjaga prilaku.
2. Entrinsik reinforce /penguat bisa berubah :

Primary yaitu pemenuhan kebutuhan dasar seperti makanan atau menghindari
penyakit.

Secondary yaitu orang tersebut telah mempelajari / memahami tentang nilai yang
terbagi dalam lima kelompok :
1) materi contohnya uang ,mainan.
2) sosial contohnya cinta,rasa setuju.
3) simbol-simbol materi atau penguat yang lain dan dapat dirubah dalam intervalinterval terhadap penguat sebenarnya.
4) premack artinya perilaku yang mempunyai kemungkinan paling tinggi yang
digunaka n dari reinforce untuk prilaku yang mempunyai kemungkinan rendah
( fischer dan gochros 1975:63 ). Orang ini menikmati sesuatu dari pada orang
lain
(hobi)
dimana
perilaku
tersebut
dapat
ditekan
sehingga
rasa
kesenangannya berkurang (disuruh mengerjakan PR).
3. Perubahan perilaku dapat dibagi menjadi beberapa kelompok :

Continous reinforcement ( pengaturan perilaku yang berkelanjutan ) dari setiap bagian
tingkah laku yang di inginkan akan berkerja secara cepat.jika klien melakukan
perilaku yang dinginkan maka tidak dapat melakukan seleksi reinforcement beberap
teknik yang dapat digunakan :
13
1) .shaping artinyha melakukan penguatan perilaku yang diinginkan dangan langkahlangkah ringan.
2) fading artinya melihat dimana perilaku itu biasa dilakukan dalam situasi yang lain
dan merubah lingkungan menjadi sesuatu yang baru terhadap perilaku biasa yang
dilakukan.
3) modeling artinya menampilkan perilaku.
4) promting artinya memberikan nasihat kepada klien tentang perilaku-perilaku yang
berguna / bermanfaat.
5) physical guidance artinya menggerkan anggota tubuh klien dengan cara-cara
tertentu,seperti seorang guru piano tentu akan memberikan posisi tubuh dan tangan
yang tepat terhadap mridnya.

Reinforcement / pengaturan melalui perencanaan yang berselang saling digunakan
ketika perilaku tidak terkontrol.
1) Resiko sekejul dengan mencatat susunan nomor kejadiaan.
2) Interval sekejul dengan memakai waktu atau periode terhadap perilaku yang terjadi .
Pembelajaran sosial merupakan prinsip yang ketiga dalam masalah perilaku yang
berasal dari bandura (1977) dalam pembelajaran ini dapat diperoleh persepsi orang dan
pemikirannya tentang pengalaman pengalaman mereka,mereka berusah meniru orang
lain disekitar mereka .
Proses utama pada pembelajaran ini adalah melalui modeling . Huston dan
macdonal (1986) menggambarkannya sebagai berikut :

Orang akan melihat perilaku orang lain dan memberikan perhatiaan penuh.

Bentuk pengamatan atau ide dalam pemikiran mereka bagaimana untuk melakukan
perilaku tersebut.

Pengamat juga akan mengidentifikasi keadaan terhadap tingkah laku tersebut termaksud
konsekuensinya
14

.Saat situasi tertentu timbul dari diri pengamat maka ia akan mengulangi tingkah aku
yang telah di bentuk.
Banyak klien merasa tertolong dengan melihat perilaku
yang ditampilkan
melalui peranan model. Akan lebih baik jika proses modeling mencakup hal sebagai
berikut :

Model akan menghadap ke klien dan berusaha memberikan perhatiaan yang menarik
melalui perilaku.

Model akan menjadi sukse bila perilakunya dilakukan dalam berbagi cara.

Klien selanjutnya akan melihat beberapa poin kesamaan antara dirinya dengan model
tersebut.

Klien selanjutnya akan berlatih secara cepat terhadap perilaku yang dilihatnya.

Reinforcing / pengaturan perilaku akan membuat pembentukan perilaku.
Dalam praktek menurut Huston dan macdonal ( 1986) adalah sebagai berikut :

Membatasi perilaku secara jelas dan menyakinkan klien supaya memberikan perhatian .

Memberikan atau menyusun penampilan perilaku.

Menyuruh klien untuk meniru dan mempraktekan perilaku.

Memberikan umpan balik dan reinforcement jika perlu.
Teori perilaku kognitif beranggapan bahwa semua teori harus memiliki dasar
yang bisa diamati tapi tidak ada perbedaan antara proses yang diamati secara public
(tindakan) dengan proses yang diamati secara pribadi (pikiran dan perasaan).
Teori perilaku kognitif terdapat dalam bagian sebuah pengembangan dari teori
perilaku dan terapi, yang akhir-akhir ini dibangun khusus pada teori pembelajaran sosial.
Hal itu juga tumbuh diluar dari perkembangan pengobatan sebuah jenis pragmatis,
dikemukakan oleh Beck (1989) dan Ellis (1962), yang memperhatikan kondisi psikiatrik
seperti penyakit saraf kegelisahan dan depresi. Teori kognitif membuktikan bahwa
perilaku berhubungan dengan persepsi atau interpretasi dari lingkungan selama proses
pembelajaran. Rupanya, perilaku yang pantas muncul karena perbedaan persepsi dan
15
perbedaan interpretasi. Terapi ini membantu untuk meluruskan perbedaan, sehingga
perilaku kita menjadi pantas dan diterima lingkungan. Menurut Scott (1989) pendekatan
yang berbeda termasuk pendapat Beck mengacu pada pikiran yang terbelok mengenai
diri kita,kehidupan dan masadepan yang menfacu pada depresi atau kegelisahan,
sedangkan pendapat Ellie berfokus pada kepercayaan irasional mengenai dunia dan
Meichenbaum (1977) menekankan pada ancaman yang kita alami.
Gambrill (1995) mengidentifikasi hal-hal utama dalam behavioural work ( pekerjaan
perilaku):
1. Fokus terhadap perilaku-perilaku yang ada dalam klien atau sekitarnya. Jika ada
perilaku yang berubah, pindah kepada fokus yang lainnya.
2. Berdasarkan pada prinsip-prinsip perilaku dan teori pembelajaran.
3. Peksos membuat suatu analisis yang benar dan memberikan penjelasan-penjelasan,
yang didasarkan pada hasil pengamatan. Metode-metode asesment, intervensi dan
evaluasi ditetapkan secara benar.
4. Faktor-faktor perilaku yang dipengaruhi, diidentifikasi berdasarkan factor-faktor
perubahan sesuai denga situasi yang ada dan mencari hasil perubahan tersebut.
5. Aset klien harus ditemukan dan digunakan.
6. Orang-orang yang berperan dalam lingkungan klien harus difungsikan.
7. Intervensi didasarkan pada efektivitas dan factual
8. Progesitas dimonitor secara objektif dan subjektif, membandingkan data sebelum
dilakukan intervensi dan sesudah intervensi dilakukan.
9. Peksos harus memperhatikan nilai yang dicapai oleh klien.
10. Perilaku yang berubah tersebut (klien) harus sesuai dengan situasi pada umunya dan
menjaganya.
Munculnya perilaku disebabkan adanya antecedens, yaitu suatu keadaan yang
terjadi sebelumnya, dan ketika seseorang mulai memberi respon maka akan
memunculkan suatu konsekuensi tertentu. Gambril (1995) menjelaskan dasar dari
pekerjaan perilaku adalah bisa menghubungkan antara antecedence dengan perilaku yang
16
dimunculkan. Gambrill juga menjelaskan bahwa adanya hubungan antara beberapa
pendekatan. Fokus teori pembelajaran sosial yaitu bagaimana kita belajar dari situasi
sosial dengan cara proses belajar, yang kemudian memberikan dampak yang baik. Teori
perilaku kognitif adalah prosedur terapi, yang mempunyai fokus pada perubahan pikiran,
perasaan dan perilaku. Radical behavioursm menyatukan pikiran dan perasaan sebagai
perilaku, dan perilaku tersebut memunculkan suaut perilaku laiinya. Pikiran dan perasaan
tersebut dapat diubah seperti pada perilaku-perilaku tertentu yang dapat diubah pula.
Neo-behaviourism lebih berkonsentrasi pada masalah stress dan kegelisahan.
Teori-teori kognitif berhubungan dengan pemikiran manusia. Dapat dikatakan bahwa
perilaku manusia lebih diatur oleh pikiran daripada oleh dorongan – dorongan tak sadar,
konflik-konflik dan perasaan. Teori kogniitf sangat bermanfaat dalam perilaku pekerjaan
sosial sebagai pola pandang tentang perilaku dan menggali kapasitas pemikiran manusia
untuk memodifikasi dan mengawasi bagaimana stimulus bisa mempengaruhi perilaku.
Sehingga dalam teori social learning menekankan bagaimana manusia mempelajari
situasi-situasi sosialnya dengan cara observasi dan modelling yang secara langsung
berperan penting pada teori kognitif yang memfokuskan bagaimana perilaku dipengaruhi
oleh persepsi dan menganalisis terhadap apa yang kita lihat.
Goldstein (1981) mengatakan bahwa teori perubahan perilaku memerluka tiga
komponen yang saling berkaitan yaitu :
1. Aturan moral atau filosofi sosial.
2. Teori kepribadian.
3. Teknik-teknik yang mempengaruhi perilaku.
Kemudian Goldsstein menyimpulkan empat poin utama yaiu :
1. Orang dapat memahami dengan sebaik mungkin dalam usaha-usaha untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
2. Orang menyusun berbagai kenyataan menurut versinya sendiri mealui apa yang telah
mereka pelajari.
3. Orang mendapatkan kepastian dalam hidupnya melalui proses adaptasi yaitu proses di
mana mereka mampu berinteraksi denga lingkungannya.
4. Proses adaptasi dipengaruhi oleh perasaan dirinya sendiri, konsep tentang diri kita sendiri
dan bagaimana mempengaruhi kita.
17
2.2 Praktik teori perilaku kognitif.
Tujuan adalah untuk meningkatkan perilaku yang dinginkan dan mengurangi perilaku
yang tidak dinginkan. Gambriil (1981 )menampilkan situasi anak yang terlantar terhadap
orangtuanya dan ini merupakan tujuan pengabdian terhadap kegiatan –kegitan perilaku.
Herbert (1987 ) menggambarkan pemakaian teknik perilaku melalui cara-cara yang
praktis terhadap masalah anak-anak.
Recording atau pencatatan adalah bagian penting dalam kegiatan perilaku karena
melalui observasi yang cermat. Teknik pencatatan umumnya adalah sebagai berikut:
 Diare (buku harian)
 Kartu yang ditempelkan perkolom
 Koin
 Alat hitung otomatis
Assesment merupakan bagian penting dalsm kegiatan perilaku yang menjadi titik berat
dalam assesment adalah sebagai berikut:
 Apakah itu masuk dalam suatu masalah
 Siapa yang dikomplain atau yang menderita dalam masalah tersebut
 Siapa yang menjadi bagian dari permasalahan tersebut, bisa lebih dari satu orang
 Apakah masalah tersebut merupakan perilaku yang umum atau tidak penting
 Siapa yang akan menjadi mediator
 Bagaimana cara klien untuk merubah perilakunya
 Keberadaan reinforcer / penguat
Herbert (1987) menyimpulkan proses assesment sebagai usaha untuk mengetahui tentang
orang, tempat, waktu dan situasi. Kemudian memilih masakah-masalah yang harus di
analisa. Apakah perubahan tersebut menjadi sesuatu yang dicari dan masuk akal?
Apakah harapan dan tuntutannya yang terlalu tinggi?
kemudian perubahan-perubahan tersebut harus bisa memperbaiki harapan sosial klien
18
secara benar. Herbert (1987) menawarkan akronim yang bermanfaat untuk mengingat
faktor-faktor yang harus di assesment untuk mengingat faktor-faktor yang harus di
assesment ketika melihat perilaku yang bermasalah yaitu: “ FINDS ” the Frequency,
Intency, Number, Duration and Sense artinya faktor-faktor ini bisa diketahui pada orangorang yang terlibat proses assesment.
Aspek mengharapkan pertolongan atau tidak dari perilaku klien tentang keadaan
hidupnya juga harus dianalisa. Tindakan ini mungkin dibutuhkan ketenangan karena
keterbatasan klien, tingkat intelegensi, tingkat kemampuan untuk menghindari penyakit
yang nantinya akan membuat perubahan-perubahan yang tidak rasional bagi klien.
Langkah-langkah tindakan terseburt adalah:
 Mencari mediator
 Mencari tempat yang beik untuk melakukan intervensi
 Memeriksa dan menganalisis data-data pokok
 Menggambarkan kejadian-kejadian terdahulu yang penting dan konsekwensinya.
 Mempunyai tujuan akhir yang akan dicapai dan menjadi perantara
 Merencanakan teknik-teknik yang akan digunakan
 Menyeleksi reinnforcer (kelompok penguat)
 Mengumpulkan data untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan memodifikasikan
tindakan secara teratur.
Buchnan dan Webster (1982) memekai teknik-teknik pendekatan perilaku dengan
menempatkan orang tua sebagai mediator untuk membantu mereka dalam mengatur
anak-anaknya yang mengalami kesulitan jika di suruh tidur.
orang bisa menjadi mediator jika:
 Mereka muncul saat tingkah laku itu terjadi
 Mereka bisa memakai kelompok penguat yang penting atau stimulus-stimulus yang
bersifat aversif (beberapa orang yang tidak mampu membawa dirinya sendiiri untuk
bertindak)
19
 Mediator akan dikuatkan oleh perkembangan klien
 Bersikap bijak dalam ambil bagian
Persepsi merupakan aspek penting dalam teori kognitif karena menyangkut
tentang bagaimana persepsi bisa berpengaruh pada kondisi-kondisi pikiran dan tindakantindakannya yangmerespon pada persepsi itu sendiri.
Persepsi merupakan bagian dari tahapan interaksi yang berpengaruh pada konteks
sosial sebagai respon terhadap suatu stimulus. Stimulus mungkin bisa berasal dari salam
atau luar diri kita. Stimulus dapat diterima bergantung pada :
1. Seberapa baik stimulus tersebut lebih menonjol dari stimulus lain di sekitarnya.
2. Seberapa dekat dan kesamaan elemen-elemen stimulus tersebut terhadap orang lain.
3. Bagaimana keberlanjutan stimulus tersebut.
4. Apakah sifat komplet hanya sebagian saja.
Persepsi menurut Goldstein adalah hal yang krusial dalam proses adaptasi karena
berkaitan dengan pemikirandan perasaan terhadap lingkungan luar sosialnya. Sehingga
dalam perkembangan sebelumnya tentang teori sistem, ia mencoba mengkombinasikan
aspek psikologis dan sosial dalam pekerjaan sosial secara keseluruhan. Adaptaasi bukan
hanya merupakan peristiwa personal tapi juga mempunyai konsekwensi sosial dan
transaksional. Adaptasi mempunyai pengaruh sendiri pada lingungan dan diri sendiri.
Berbagai elemen tentang diri sendiri dipadukan oleh Goldstein ke dalam 3 kelompok
yaitu:
1. Konsep tentang diri sendiri.
2. Mengetahui dirinya sendiri.
3. Menjadi dirinya sendiri.
Memberikan kesan yang baik tentang lingkungan hidupnya sangat bergantung
pada keharmonisan ketiga aspek tadi. Konflik daintara aspek-aspek tadi akan membuat
kita mencari cara penyelesaiannya. Ketika kia melakukan suatu hal dengan semangat,
kita akan diperhatikan oleh institusi-institusi sosial dan merespon tekanan-tekanan dari
mereka terhadap perilaku kita serta menyesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan sosial.
Konflik – konflik diantara ketiga elemen tadi bisa digambarkan sebagai berikut :
20
1. Antara perceiving self dan self – concept, dimana kita melihat orang lain tidakmenyukai
kita, ketika status atau kapasitas kita telah berubah karena faktor usia, kehilangan
pekerjaan atau mengalami kecacatan.
2. Antara intentional self dan perceiving self, dimana kita menari tujuan – tujuan tertentu
dan menjadi terhalang oleh lingkungan sosial tempat kita tinggal atau dimana ada banyak
kesempatan tapi tidak punya kepercayaan atau motivasi diri untuk menggunakannya
karena mungkin adanya tekanan-tekanan atau rasisme di masa lalu.
3. Antara self-concept dan intentional self, ketika konsep tentang diri kita sendiri
bertentangan dengan motivasi, nilai dan kepercayaan kita.
Ketika orang lingkungan dilihat secar keseluruhan, pandangan Goldstein berubah
menjadi usaha meningkatkan kapasitas klien dalam menyelesaikan masalahnya yaitu
melalui learning experience ( pengalaman pembelajaran ) ada tiga tipe utama dalam
proses pembelajaran tersebut :
1. Strategic learning yang artinya memperoleh informasi dan keterampilan terhadap
beberapa sasaran/obyek yang telah ditentukan.
2. Tactical learning
berkenaan dengan proses penyesuaian terhadap tekanan-tekanan
dalam kehidupan sehari-hari.
3. Adaptive learning mengisyaratkan untuk mengubah konstruksi diri sendiri terhadap
lingkungan sebagai bagian dari proses berinteraksi dengan lingkungan dengan cara-cara
yang berbeda.
Kemudian Goldstein merumuskan tentang empat langkah dalam proses pembelajaran
yaitu :
1. Discrimination learning, klien menjadi lebih menyadari dan sensitif terhadap
permasalahan dan keadaan di lingkungannya.
2. Concecpt learning, klien mempelajari simbol-simbol dan ide-ide untuk digunakan secara
konvensional dalam memproses suatu informasi.
3. Principle learning, berhubungan dengan nilai dan konsep diri klien.
4. Problem solving, keseluruhan cara di mana klien menyelesaikan kesulitan-kesulitan
dalam lingkungannya.
Bebrapa cara yang sesuai untuk meningkatkan pemahaman klien tentang
discrimination learning :
21
1. Memperkuat kesadaran klien tentang aspek-aspek dalam kehidupan mereka yang belum
diamati.
2. Memfokuskan perhatian dan meningkatkan kesadaran klien tentang aspek-aspek yang
belum mereka gali dan harus mereka hndari.
3. Mengarahkan dan memfokuskan perhatian serta menyaring persepsi-persepsi klien yang
tidak relevan dan membingungkan.
4. Membantu klien menjelaskan tentang bentuk-bentuk lingkungan mereka dan bagaimana
lingkungan mempengaruhinya.
5. Membantu klien menjelaskan tentang bentuk-bentuk lingkunganmereka dan bagaimana
lingkungan mempengaruhinya.
6. Membantu klien mengekspresikan dan mengapresiasikan gagsannya secara manusiawi.
7. Mendorong klien untuk tetap menjaga buku diarinya sehingga ia mampu memahami
secara detail tentang kesehariannya dan juga mampu memahami bahwa hal tersebut
berhubungan dengan pemikiran dan perasaannya.
8. Memberikan pekerjaan rumah dan latihan-latihan untuk memperkuat pemahaman klien
tentang adanya perbedaan dalam kehidupan sehari-hari dan mendorongnya untuk
berlatih.
Concept learning juga berperan penting terhadap persepsi dan proses adaptasi yaitu
ketika pikiran kita mempunyai ide-ide tentang lingkungan di sekitarnya. Concept
learning bisa dilakukan dengan :
1. Secara sistematis, ketika berada pada pendidikan informal.
2. Secara informal, ketika kita sedang konstan mengubah pemahaman kita tentang
lingkungan melalui pengalaman sehari-hari.
Beberapa strategi diatas berdasarkan faktor lingkungan. Prioritas pertama untuk
meyakinkan para klien yang tidak memiliki sumber daya utama pada lingkungan yang
telah berkembang untuk mengakses mereka seperti masalah jaminan sosial dan
perumahan seharusnya menjadi prioritas pertama dimana masalah tersebut sudah
menjadi suatu isu. Adanya tindakan yang tidak melindungi dan membantu mungkin akan
membuat klien emosional terhadap pelayanan yang disediakan. Sebagai gantinya,
pekerja sosial harus membantu para klien menggali bagian-bagian dan kapasitas
kehidupan mereka dengan memperbolehkan mereka untuk mendapatkan kepuasan
pertumbuhan personal. Pengalaman klien yang tidak menyenangkan harus diselidiki dan
22
selanjutnya dapat dipenuhi. Ketika klien mengalami diorganisasi dalam kehdupan, maka
prioritas utama adalah membantu mencapai beberapa level organisasi yang bisa
memperbolehkan klien untuk memulai pembelajaran lagi.pelayanan sosial dan agen-agen
pelayanan lain sering memberikan kontribusi terhadap pengalaman klien tentang
disorganisasi dan tekanan-tekanan. Strategi untuk mengatasinya adalah dengan
menyediakan informasi dan memberikan nasehat, terutama tentang hak-haknya, mencoba
menghilangkan emosi-emosi yang tidak rasional pada klien berhubungan dengan
administrasi pelayanan sehingga klien akan lebih mampu mengatur kepentingannya,
memberikan advokasi atas nama mereka, melakukan negosiasi dengan agen-agen lain
sehingga tercipta koordinasi yang baik dan mencegah perpecahan pelayanan pada klienklien tertentu. Semua pekerjaan sosial mempunyai tanggungjawab profesional untuk
mencari perubahan-perubahan dalam sistem pelayanan sehingga bermanfaat bagi klien
secara keseluruhan.
Cognitive strategy (strategi kognitif) mempunyai tujuan merubah pandangan
klien tentang lingkungan. Klien mungkin tidak punya cukup pengetahuan tentang diri
mereka atau segala sesuatudi luar mereka ; para klien mungkin salah menafsirkan tentang
apa yang mereka ketahui. Ketidakpastian dan konflik mungkin membatasi kapasitas
mereka untuk menggunakan pengetahuan dan konsep-konsep.
Conceptual reorientation (reorientasi konseptual) merupakan strategi kognitif
pertama. Pekerja sosial mungkin bertindak sebagai model cara-cara baru berpikir dan
memahami, memberikan informasi dan nasehat, membantu klien menghubungkan
pemikiran mereka dengan segala sesuatu yang telah dialami, menghilangkan konsepkonsep klien yang bisa menghambat harapan-harapan orang lain.
Keterlibatan klien dalam pembelajaran kognitif sangat penting. Tujuannya untuk
membantu klien mencari bukti-buktidalam kehidupan mereka terhadap permasalahan
untuk memahami lingkungannya. Self examination
mendorong klien untuk melihat
secara dekat dan analisis tentang kehidupan sehari-hari sehingga diperoleh pemahaman
yang lebih mendalam. Explanation merupakan pemberian informasi yang tidak tersedia
sebelumnya atau digunakan oleh para klien.
Self demonstrarion yaitu menempatkan pada situasi dimana masalah-masalah dengan
persepsinya sehingga mampu berpikir secara lebih jelas. Sedangkan viscarisation adalah
mencoba membantu klien untuk meniru orang lain baik yang dilihat lewat film, bulu23
buku, televisi ataupun yang ada disekitarnya. Dari pendekatan-pendekatan ini, klien bisa
memperoleh pegangan tentang cara-cara dalam mencapai tujuannya.
Convergent thinking (berpikir secara terpusat/terbatas) adalah berpikir secara terbatas
karena mendorong orang-orang untuk menempatkan ide-idenya ke dalam kategorikategori yang sudah dikenal dan disusun. Sedangkan divergent thinking adalah berpikir
secara luas dan mampu menghasilkan ide-ide baru berdasarkan pengetahuan dan
pemikiran awalnya. Untuk merubah pemikiran secara terbatas mengharuskan pekerja
sosial untuk mengetahui siapakah klien itu. Dengan cara menerima pemahaman mereka
tentang realitas daam kehidupan. Ada empat strategi dalam proses ini yaitu :
1.
Extracting meaning – klien mengembangkan pemikiran dan konsep-konsepnya sehingga
inkonsistensi dan pemikran yang salah dapat dibetulkan.
2.
Projecting meaning – klien menunjukkan bagaimana pemikiran mereka berlangsung,
role play atau penelasan secara detail tentang situasi/keadaan.
3.
Dialecting reversal yaitu menciptakan suatu situasi menjadi tidak mungkin bagi klien
untuk melanjutkan pandangan-pandangan tertentunya. Pekerja sosial mengarahkan klien
untuk mempertimbangkan alternatif yang merupakan problematika yang samasehingga
diperoleh suatu kompromi.
4.
Exchanging frames of reference – membantu klien untuk mengetahui berbagai cara-cara
alternatif dalam melakukan sesuatu.
E. Teknik perilaku kelompok.
Fischer dan Gochors (1975;115-119) dan Huston dan Macdonal (1986;165) membagi
studi pendekatan perilaku yang dapat dipakai secara efektif dalam pekerjaan kelompok
contohnya suporter. Salah satu metode yang berguna dalam pekerjaan kelompok adalah
melalui latihan keterampilan sosial. Rose (1986) membahas pekerjaan kelompok dengan
pendekatan kognitif dengan memakai pembelajaran sosial tentang pengendalian diri dan
pengopian hasil pengamatgan.
Burgess et.al. (1980), sebuah kelompok pelajar, menggambarkan tentang pemakaian
latihan keterampilan sosial terhadap kelompok pelanggar seks di penjara dengan cara
memberikan contoh yang baik melalui teknik-teknik yang diaplikasikan. Tiga teknik
kombinasi tersebut adalah:

Microteaching of small elements of skill in interactiions with others (proses pengajaran
mikro tentang elemen-elemen dalam keterampilan sosial untuk berinteraksi dengan orang
lain) seperti dengan memakai suara, kontak mata dan postur.
24

Assertiveness training (latihan ketegasan) akan membantu para narapidana untuk
mengungkapkan ide-idenya dan mencari ketertarikan tanpa menyakiti orang lain.

Role playing yaitu para narapidana bisa berkembang dan berperan dalam kelompoknya.
Contohnya pembagian kelompok sesuai dengan permasalahan narapidana tersebut.
1. Residential work
pendekatan tingkah laku dengan menampilkan kelompok mayoritas kedua dari teori
Residential work. (Haudson 1982 ; Ryan 1979). Pendekatan umumnya melalui faktor
ekonomi. Faktor ekonomi sangat berguna untukl latihan pembedaan/ penggolongan
dalam perilaku. (sheldon 1982, hal.156, Fischer dan Goschros, 1975 hal 287). Dan ini
akan membantu orang dalam menyeleksi tingakah laku sesuai dengan keadaan sosial
tertentu.
Pizzat (1973) menerangkan tentang reiforcer (kelompok penguat) yang bervariasi
sedangkan sheldon (1982) menerangkan bahwa faktor ekonomi dapat ditunjukkan
keberhasilannya melalui perubahan tingkah laku.
2. Commentary
pendekatan perilakudapat diaplikasikan secara jelas dan luas dalam bentuk perawatan /
pemulihan yang seluruhnya didukung oleh suatu penelitian. Patterson (1986) (In relation
to conselling) menyatakan bahwa modifikasi perilaku yang konvensional perlu
ditambahkan lagi. Mc Auley (1980) membahas tentang metode pengalaman perilaku
yang biasa dilakukan dalam pekerjaan sosial. B. Hudson (1978) mengatakan bahwa ada
langkah awal dari sebuah kegiatan untuk membantu pasien yang terkena schizophrenic
dalam masyarakat dengan memakai teknik pendekatan perilaku.
25
BAB III
KESIMPULAN
Kebanyakan penulis bihavioural penutup tanah yang sama. Sheldon's (1995) terapi perilaku
kognitif-digunakan di sini sebagai axample teks untuk menunjukkan bagaimana perilaku kognitif
diimplementasikan ide-ide dalam pekerjaan sosial karena ia menawarkan laporan lengkap dari
praktek perilaku, tetapi juga mengambil beberapa rekening kontribusi kognitif, maju dari edisi
sebelumnya. Penulis baru-baru ini penting lainnya adalah Cigno (2002) dan Cigno dan Bourn (1998)
di Inggris dan Gambrill (1977, 1995) dan Thyer (1987, 1989) di Amerika Serikat. Banyak rekening atau
praktek empiris yang diinformasikan oleh teori-teori kognitif-perilaku.
Sebuah Assessment merupakan aspek krusial dari pekerjaan cognitive-behavioural karena
hal ini tergantung pada pemahaman detail dari perilaku.Bentuk assessment yang tepat adalah:
· Mendapatkan gambaran masalah dari titik pandang yang berbeda
· Mendapatkan contoh siapa yang terkena dan bagaimana
· Gali awal masalah, bagaimana mereka berubah dan apa yang menyebabkannya
· Kenali bagian yang berbeda dari masalah dan bagaimana mereka terjadi bersamaan
· Assess motivasi untuk berubah
· Kenali pola dan perasaan yang datang sebelumnya, selama dan sesudah masalah terjadi
· Kenali kekuatan dalam dan seputar klien.
Pendekatan tingkah laku dengan menampilkan kelompok mayoritas kedua dari teori
Residential work. ( Hudson 1982 ; Ryan 1979 ). Pendekatan umumnya melalui faktor ekonomi.
Faktor ekonomi sangat berguna untuk latihan pembedaan / penggolongan dalam perilaku. (Sheldon
1982, hal.156, Fischer dan Gochros ,1975 hal 287). Dan ini akan membantu orang dalam menyeleksi
tingkah laku sesuai dengan keadaan sosial tertentu.
(Pizzat.1973) menerangkan tentang kelompok penguat (reinforce) yang bervariasi sedangkan
(Sheldon:1982) menerangkan bahwa faktor ekonomi dapat ditunjukkan keberhasilannya melalui
perubahan tingkah laku.
Pendekatan perilaku dapat diaplikasikan secara jelas dan luas dalam
bentuk
perawatan/pemulihan yang seluruhnya didukung oleh suatu penelitian. (Patterson 1986 ) In relation
26
to conselling menyatakan bahwa modifikasi perilaku yang konvensional perlu ditambahkan lagi. (Mc
Auley:1980) membahas tentang metode pengalaman perilaku yang biasa dilakukan dalam pekerjaan
sosial. (B. Hudson:1978 ) mengatakan bahwa ada langkah awal dari sebuah kegiatan untuk
membantu pasien yang terkena schizophrenic dalam masyarakat dengan memakai teknik
pendekatan perilaku.
27
Download