Uploaded by User5816

prancangan bangunan limbah padat

advertisement
PRA RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH PADAT
MENGGUNAKAN INCINERATOR DENGAN
KAPASITAS LIMBAH 150 TON/TAHUN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pra Rancangan Bangunan Pengolahan Limbah Padat Dan Gas
Dosen : Ir. Prayitno, M.Eng
Disusun Oleh :
1. AMANDA DWI PUSPITA
(NIM. 15250018)
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI YOGYAKARTA
STTL “YLH”
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat karunia berupa
nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga pada akhirnya Tugas Pra Rancangan
Bangunan Pengolahan Limbah Padat & Gas ini dapat diselesaikan dengan judul “Pra
Rancangan Pengolahan Limbah Padat Menggunakan Incinerator dengan Kapasitas
Limbah 150 ton/ tahun”
Tugas ini dapat diselesaikan karena niat dan usaha yang sungguh-sungguh dalam
upaya menyelesaikannya. Tugas ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang berkontribusi dalam peneyelesaian tugas ini.
Dalam penyusunan Tugas Tugas Pra Rancangan Bangunan Pengolahan Limbah
Padat & Gas , penyusun sangat menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari harapan dan
kesempurnaan. Oleh karena itu, sumbangsih pemikiran, kritik dan saran yang konstruktif
sangat diharapkan untuk kesempurnaan tugas ini.
Yogyakarta, 9 November 2018
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusuan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Incinerator ................................................................................. 3
2.2 Jenis-jenis Incinerator.................................................................................. 4
2.3 Proses Pembakaran ...................................................................................... 7
2.4 Tahapan Proses Incinerator......................................................................... 10
2.5 Gas Hasil Pembakaran................................................................................. 11
BAB III PERHITUNGAN
3.1 Perhitungan Kapasitas ................................................................................. 12
3.2 Perhitungan Densitas, Volume & Efisiensi Alat ......................................... 13
3.3 Pehitungan Ketebalan Dinding .................................................................... 14
BAB IV SKETSA GAMBAR DAN DESAIN
4.1 Desain Incenerator ...................................................................................... 16
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 19
5.2 Saran ............................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 20
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Incinerator Rotary kiln ........................................................................... 5
Gambar 2.2 Multiple Hearth Incinerator .................................................................... 6
Gambar 2.3 Fluidized Bed Incinerator ........................................................................ 7
Gambar 4.1 Desain Alat Keseluruhan ......................................................................... 17
Gambar 4.2 Blower ...................................................................................................... 18
Gambar 4.3 Tabung Gas .............................................................................................. 18
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Baku Mutu Emisi Udara untuk Incinerator ................................................ 10
Tabel 3.1 Komposisi Limbah non Klinis ..................................................................... 12
Tabel 3.2 Volume Limbah non Klinis ......................................................................... 13
Tabel 3.3 Kapasitas Limbah non Klinis....................................................................... 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampah merupakan permasalahan umum yang menjadi perhatian khusus di
kota-kota besar, karena jika tidak segera diatasi maka sampah akan membusuk dan
menyebarkan bau tidak sedap terutama sampah rumah tangga dan pasar. Sisa sampah
plastik dan logam merupakan sampah yang sulit terurai oleh lingkungan sehingga
untuk memudahkan penguraian oleh lingkungan perlu penanganan khusus.Limbah
padat
merupakan
limbah
dari kehidupan, kegiatan dan usaha manusia di
permukaan bumi. Karena itu masalah limbah padat erat pula kaitannya dengan jumlah
manusia yang bertempat tinggal dan berusaha di suatu tempat dan erat pula kaitannya
dengan
bentuk
kehidupan,kegiatan
dan
usaha
manusia
tersebut,sehingga
menimbulkan masalah lain yaitu meningkatnya buangan atau limbah padat.
Membicarakan soal limbah konotasi kita sering kepada hal yang menjijikan,
bahkan sebagian besar umat manusia secara tepat dan tegas memberikan ultimatum
bahwa limbah merupakan bahan yang tidak patut dilihat atau dipegang, namun begitu
limbah tidak bisa kita abaikan begitu saja karena limbah muncul sebagian besar
karena aktifitas manusia itu sendiri. Pada dasarnya limbah dapat dikatagorikan
menjadi dua, yaitu limbah cair dan limbah padat.
Ada beberapa cara mengatasi sampah dengan salah satunya menggunakan
solusi penanganan sampah terpadu dengan metode bank sampah dan pembakaran
sampah menggunakan incinerator. Akan tetapi permasalahan incinerator saat ini
adalah asap hasil pembakaran yang belum ternetralisasi dan boros bahan bakar pada
proses pembakaran. Sampai dibakar pada suhu 700-1200 derajat, menjadi abu
(karbon) yang selanjutnya abu karbon ini dapat dimanfaatkan sebagai penunjang
pupuk pertanian.
Namun demikian, di beberapa tempat yang telah melaksanakan pengolahan
limbah padat dengan sistem pembakaran dilaporkan oleh berbagai pihak telah banyak
pula menghadapi masalah, terutama masalah teknologi, ekonomi, dan kesehatan
masyarakat. Aspek teknologi yang menimbulkan persoalan adalah lokasi, wujud fisik,
cara kerja, suku cadang dan bahan bakar. Sedangkan apabila dilihat dari aspek
kesehatan masyarakat yang menimbulkan masalah adalah besarnya efektifitas sistem,
1
baik dari kualitas maupun kuantitas. Yang dimaksud dengan segi kualitas adalah
tingkat kemampuan Insinerator dalam memusnahkan struktur limbah berbahaya
menjadi bahan yang stabil dan tidak membahayakan kesehatan. Sedangkan yang
dimaksud segi kuantitas adalah kemampuan ruang pembakaran dalam penurunan
volume dan berat limbah yang dibakar.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di rumuskan penulis mengangkat
beberapa Masalah yang akan dianalisa yakni:
a. Berapa volume limbah yang masuk berdasarkan kapasitas yang telah ditentukan?
b. Berapa dimensi insenerator berdasarkan kapasitas yang telah ditentukan?
1.3 Tujuan
Tujuan diadakan penelitian ini berupa:
a. Mengetahui volume limbah yang masuk berdasarkan kapasitas yang telah
ditentukan?
b. Mengetahui dimensi insenerator berdasarkan kapasitas yang telah ditentukan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Incinerator
Insinerator adalah tungku pembakaran untuk mengolah limbah padat,
yangmengkonversi materi padat (sampah) menjadi materi gas, dan abu, (bottom ash
dan fly ash). Insinerasi merupakan proses pengolahan limbah padat dengan
carapembakaran pada temperatur lebih dari 800 Co untuk mereduksi sampah
mudahterbakar (combustible) yang sudah tidak dapat didaur ulang lagi,
membunuhbakteri, virus, dan kimia toksik (A. Sutowo Latief, 2012)
Patrick
(1980)
dalam
Arif
Budiman
(2001)
menyatakan
bahwa
incineratoradalah alat yang digunakan untuk proses pembakaran sampah. Alat ini
berfungsiuntuk merubah bentuk sampah menjadi lebih kecil dan praktis serta
menghasilkansisa pembakaran yang sterill sehingga dapat dibuang langsung ke tanah.
Energipanas hasil pembakaran dalam incinerator dapat diguankan sebagai energi
alternative bagi proses lain seperti pemanasan atau pengeringan.Menurut
(Hadiwiyoto, 1983 dalam Arif Budiman, 2001) menyatakan bahhwauntuk merancang
alat pembakar sampah diperlukan beberapa pertimbangan untukdiperhatikan, yaitu
jumlah udara pembakaran, sisa hasil pembakaran dan desainincinerator.Menurut
(Hadiwiyoto, 1983 dalam Arif Budiman, 2001) alatpembakaran sampah terdapat dua
jenis berdasarkan metode pembakaran yangberlangsung pada alat tersebut, yaitu alat
pembakar sampah tipe kontinyu dan tipebatch.Pada alat pembakar sampah tipe
kontinyu, sampah dimasukkan secaraterus-menerus dengan debit tetap, sedangkan
pada alat pembakaran sampah tipebatch, sampah dimasukkan sampai mencapai batas
maksimum kemudian dibakarbersamaan.
Pada incinerator terdapat 2 ruang bakar, yang terdiri dari PrimaryChamber dan
Secondary Chamber (Gunadi Priyamba, 2013).
a. Primary Chamber, berfungsi sebagai tempat pembakaran limbah. Kondisi
pembakaran dirancangdengan jumlah udara untuk reaksi pembakaran kurang
dari semestinya, sehinggadisamping pembakaran juga terjadi reaksi pirolisa.Pada
reaksi pirolisa materialorganik terdegradasi menjadi karbon monoksida dan
metana.Temperatur dalam primary chamber diatur pada rentang 600°C-800°C
dan untuk mencapai temperatur tersebut, pemanasan dalam primary chamber
3
dibantu oleh energi dari burner dan energi pembakaran yang timbul dari limbah
itu sendiri.Udara (oksigen) untuk pembakaran di suplai oleh blower dalam
jumlah yang terkontrol. Padatan sisa pembakaran di primary chamber dapat
berupa padatan takterbakar (logam, kaca) dan abu (mineral), maupun karbon
berupa arang. Tetapiarang dapat diminimalkan dengan pemberian suplai oksigen
secara continueselama pembakaran berlangsung. Sedangkan padatan tak
terbakar dapat diminimalkan dengan melakukan pensortiran limbah terlebih
dahulu.
b. Secondary Chamber
Gas hasil pembakaran dan pirolisa perlu dibakar lebih lanjut agar tidak
mencemari lingkungan. Pembakaran gas-gas tersebut dapat berlangsung dengan
baik jika terjadi pencampuran yang tepat antara oksigen (udara) dengan gas hasil
pirolisa, serta ditunjang oleh waktu tinggal (retentiontime) yang cukup.Udara
untuk pembakaran di secondary chamber disuplai oleh blower dalam jumlah
yang terkontrol. Selanjutnya gas pirolisa yang tercampur dengan udara dibakar
secara sempurna oleh burner didalam secondary chamber dalam temperatur
tinggi yaitu sekitar 800 -1000 .Sehingga gas-gas pirolisa (Metana, Etana dan
Hidrokarbonlainnya) terurai menjadi gas CO2 dan H2O.
2.2 Jenis-Jenis Incinerator
Jenis incinerator yang paling umum diterapkan untuk membakar limbah padat
B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit, singlechamber, multiple
chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit. Dari semua jenis insinerator
tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah
limbah padat, cair, dan gas secara simultan. (Gunadi P.2004).
4
a. Incinerator Rotary Kiln
Tipe ini cocok untuk menginsinerasi limbah yang mempunyai kandunganair
(water content) yang cukup tinggi dan volumenya cukup besar.Systemincinerator
ini berputar pada bagian Primary Chamber, dengan tujuan untukmendapatkan
pembakaran limbah yang merata keseluruh bagian.Proses pembakarannya sama
dengan type static, terjadi dua kali pembakarandalam Ruang Bakar 1 (Primary
Chamber) untuk limbah dan Ruang Bakar 2 (Seacondary Chamber) untuk sisasisa gas yang belum sempurna terbakar dalam Primary Chamber (Gunadi P,
2004).
Gambar 2.1 Incinerator Rotary Kiln
(Sumber : Pollutionissues /Ho-Li / Incineration, 2013)
b. Multiple Hearth Incinerator
Multiple Hearth Incinerator, yang telah digunakan sejak pertengahan tahun
1900-an, terdiri dari suatu kerangka lapisan baja tahan api dengan serangkaian
tungku (hearth) yang tersusun secara vertikal, satu di atas yang lainnya dan
biasanya berjumlah 5-8 buah tungku, shaft rabble arms beserta rabble teeth-nya
dengan kecepatan putaran 3/4 – 2 rpm. Umpan sampah dimasukkan dari atas
tungku secara terus menerus dan abu hasil proses pembakaran dikeluarkan melalui
silo. Burner dipasang pada sisi dinding tungku pembakar di mana pembakaran
terjadi. Udara diumpan masuk dari bawah, dan sampah diumpan masuk dari atas.
5
Gambar 2.2 Multiple Hearth Incinerator
(Sumber : Combuston Portal, 2011)
c. Fluidized Bed Incinerator
Fluidized bed incinerator adalah sebuah tungku pembakar yang
menggunakan media pengaduk berupa pasir seperti pasir kuarsa atau pasir
silika,sehingga akan terjadi pencampuran (mixing) yang homogen antara udara
denganbutiran-butiran pasir tersebut. Mixing yang konstan antara partikelpartikelmendorong terjadinya laju perpindahan panas yang sangat cepat serta
terjadinyapembakaran sempurna.Fluidized bed incinerator berorienrasi bentuk
tegak lurus,silindris, dengan kerangka baja yang dilapisi bahan tahan api, berisi
hamparanpasir (sand bed) dan distributor untuk fluidasi udara. Fluidized bed
incineratornormalnya tersedia dalam ukuran berdiameter dari 9 sampai 34 ft.
6
Gambar 2. 3 Fluidized Bed Incinerator
(Sumber : Tsukishima Kikai, 2011)
2.3 Proses Pembakaran
Reaksi pembakaran secara umum terjadi melalui 2 cara, yaitu pembakaran
sempurna dan pembakaran habis. Pembakaran sempurna adalah proses pembakaran
yang terjadi jika semua karbon bereaksi dengan oksigen menghasilkan CO2,
sedangkan pembakaran tidak sempurna adalah proses pembakaran yang terjadi jika
bahan bakar tidak terbakar habis dimana proses pembakaran yang tidak semuanya
menjadi CO2 (Abdullah et, al., 1998 dalam Arif Budiman, 2001). Menurut Culp
(1991 dalam Arif Budiman, 2001) proses pembakaran aktual dipengaruhi oleh 5
faktor, yaitu :
a. Pencampuran udara dan bahan dengan baik
b. Kebutuhan udara untuk proses pembakaran
c. Suhu pembakaran
d. Lamanya waktu pembakaran yang berhubungan dengan laju pembakaran
e. Berat jenis bahan yang akan dibakar
Pencampuran udara dan bahan bakar yang baik dalam pembakaran actual
biasanya tidak dapat dicapai tetapi didekati melalui penambahan excess
udara.Penambahan excess udara harus baik dengan nilai minimum karena apabila
7
terlalu banyak dapat meningkatkan kehilangan energi dalam pembakaran dan
meningkatnya emisi NOx. Proses pembakaran sampah pada rumah tangga
berlangsung secara bertahap. Tahap awal terjadi penguapan kandungan air sampah
yang belum terbakar menggunakan panas dari bahan terbakar yang berada di
sekelilingnya atau menggunakan energi panas yang ditambahkan dari luar.Pada saat
pemanasan sampah terjadi pelepasan karbon atau bahan volatile yang terkonversi
menjadi gas yang mudah terbakar, proses ini disebut gasifikasi.Gas ini selanjutnya
bercampur dengan oksigen yang dapat mengalami reaksi oksidasi.Kondisi ini apabila
menghasilkan temperatur cukup tinggi dan berlangsung lama dapat terkonversi secara
sempurna (complete combustion) menghasilkan uap air dan CO2 yang dilepaskan ke
udara.
Kondisi sebaliknya dapat terjadi yaitu apabila temperatur pembakaran rendah
dan waktu tinggal pada ruang bakar cepat terjadi pembakaran yang tidak sempurna
(incomplete combustion) yang dapat menghasilkan asap (Lee & Lin,2007 dalam
subagiyo ddk 2013). Dampak lain dari pembakaran tidak sempurna adalah
terbentuknya polutan lain yang semula tidak terdapat dalam sampah karena terjadi
reaksi sintesa yang disebut denovo menghasilkan dioksindan furan. Tingkat
kesempurnaan pembakaran di pengaruhi oleh beberapa variabel berikut :
a. Temperatur
Temperatur pembakaran merupakan fungsi nilai bakar (heating value) sampah dan
bahan bakar tambahan dari luar, rancangan alat pembakar (incinerator),supply
udara dan control pembakaran. Pembakaran sempurna memerlukan temperatur
tinggi, secara umum temperatur lebih tinggi dari 650Co dan waktu tinggal 1-2
detik dapat menghasilkan pembakaran sempurna pada makanan dan sampah
rumah tangga.Temperatur lebih tinggi sekitar 1000Co diperlukan untuk membakar
campuran sampah yang mengandung bahan berbahaya (hazardous) seperti
sampah medis dengan waktu tinggal minimal 1 detik dapat menghasilkan polutan
seperti dioksisn, furan, asap dan abu minimal.
b. Waktu Tinggal
Pembakaran sempurna membutuhkan waktu tinggal yang cukup yaitu waktu yang
dibutuhkan untuk menjamin terjadinya percampuran yang sempurna antara udara
dan bahan bakar agar dapat bereaksi secara sempurna.Pembakaran pada
temperatur rendah, sampah dengan nilai panas rendah dan turbulensi campuran
8
gas yang rendah memerlukan waktu tinggal yang lebih lama untuk menghasilkan
pembakaran yang sempurna.
c. Turbulensi
Turbulensi pencampuran gas yang terbakar dan udara diperlukan untuk menjamin
terjadinya kontak yang cukup antara bahan bakar dan udara. Hal ini dapat
menghasilkan temperatur yang tinggi sehingga menyebabkan pembakaran
sempurna.Tingkat pencampuran tergantung dari rancangan ruang bakar
insinerator dan sistem injeksi udara. Sistem pembakaran dengan sirkulasi udara
alami pada sistem pembakaran terbuka tidak dapat menghasilkan pencampuran
yang baik. Demikian juga tumpukan sampah yang terlalu tinggi dapat
mengganggu turbulensi pencampuran udara dan gas yang mudah terbakar karena
tersumbatnya rongga jalur aliran kedua bahan ini. Rancangan insinerator yang
dapat menghasilkan pembakaran sempurna menggunakan sistem sirkulasi paksa
(forced circulation) untuk memperoleh turbulensi pencampuran.
d. Komposisi Sampah
Karakteristik sampah seperti nilai panas, kandungan air dan sifat kimia
(kandungan C, H, O, N, S dan Cl) sampah berpengaruh terhadap proses
pembakaran dan jenis polutan pada gas buang dan abu. Semakin tinggi temperatur,
waktu tinggal dan derajat pencampuran gas dan udara semakin mendekati
pembakaran sempurna dan semakin kecil pengaruh karakteristik sampah terhadap
tingkat kesempurnaan pembakaran.
9
Tabel 2.1 Baku Mutu Emisi Udara untuk Incinerator
2.4 Tahapan Proses Insenerasi
Proses insenerasi akan berlangsung melalui 3 tahapan, yaitu (Dodika, 2009) :
a. Pengeringan
Merupakan penguapan air yang terkandung di dalam sampah, terutama pada
sampah organik yang mengandung kadar air > 70%. Penguapan air mulai terjadi
pada temperatur 100oC. Pada tahap ini dibutuhkan energi (panas) untuk menjaga
temperatur tetap berada pada > 100 0C.
b. Pembakaran 'volatile matters'
Yaitu reaksi oksigen dengan unsur-unsur kimia yang terkandung di dalam sampah
terutama unsur N, S, P, Alkali dan lainnya sehingga tersisa unsur C16 (Karbon)
yang kita kenal sebagai arang. Secara kumulatif reaksi oksidasi ini akan
menghasilkan kalor (panas). Untuk mencapai temperatur reaksi oksidasinya maka
dibutuhkan panas, meskipun pada akhir reaksinya akan dihasilkan panas.
c. Pembakaran Sempurna (Karbon)
Yaitu reaksi oksigen dengan Karbon (arang) pada temperatur 400 - 600 0C dengan
tahapan reaksi sbb:
10
C + O2
CO2
CO2 + C
2CO
2 CO + O2
CO2
Secara kumulatif reaksi ini menghasilkan panas (eksotermik). Reaksi inilah yang
menjelaskan mengapa selalu terbentuk gas CO (karbon monoksida) pada
pembakaran arang.
2.5 Gas Hasil Pembakaran
Sebagaimana diketahui bahwa pembakaran adalah proses oksidasi dimana
oksigen diberikan dengan mengikuti rasio udara berlebih terhadap massa bahan bakar
agar diperoleh reaksi pembakaran yang komplit. Reaksi utama dari proses
pembakaran antara karbon dengan oksigen akan membentuk karbon monoksida (CO)
dan karbon dioksida (CO2). Karbon dioksida merupakan produk pembakaran yang
memiliki temperatur rendah. Oksidasi karbon monoksida ke karbon dioksida hanya
dapat terbentuk jika memiliki sejumlah oksigen yang seimbang. Kandungan CO yang
tinggi mengindikasikan proses pembakaran tidak komplit dan ini harus seminimal
mungkin dihindari, karena:
a. CO adalah gas yang dapat dibakar. Kandungan CO yang tinggi akan
menghasilkan efisiensi pembakaran yang rendah.
b. Dapat menyebabkan gangguan bau (odour)
Dalam suatu pembakaran, diharapkan terjadi pembakaran sempurna. Untuk
suatu bahan bakar hidrokarbon, produk yang akan dihasilkan adalah CO2, H2O dan
N2, sementara O2 juga akan terbentuk jika terjadi kelebihan suplai udara. Jika bahan
bakar telah ditentukan dan pembakaran terjadi secara sempurna, jumlah dari masingmasing produk dapat ditentukan dengan menerapkan prinsip konservasi massa pada
persamaan kimia. Di dalam semua jenis alat pembakaran, derajat pencampuran antara
bahan bakar dan udara merupakan suatu faktor penentu dalam reaksi yang terjadi
setelah terjadi pencampuran bahan bakar dan udara. Bila konsentrasi gas CO sangat
tinggi mempunyai resiko yang tinggi bagi makhuk hidup dan lingkungan sekitarnya.
Pada pembakaran sempurna, reaktan akan terbakar dengan oksigen, menghasilkan
sejumlah produk yang terbatas. Ketika hidrokarbon terbakar dengan oksigen, maka
hanya akan dihasilkan gas karbon dioksida dan uap air.
BAB III
11
PERHITUNGAN
3.1 Perhitungan Kapasitas
Bahan dinding dibuat dari batu tahan api, dengan perekat batu tahan api adalah
adonan semen api yang ditambah larutan tetes tebu. Untuk pengamanan tungku
dilapisi dengan plat baja supaya terlindung gangguan fisik maupun mekanik
Limbah yang diolah dalam Incinerator adalah 150 ton / tahun, sehingga :
 Kapasitas Limbah = 150 ton / tahun = 150.000 kg / tahun

150.000 kg
365 ℎ𝑎𝑟𝑖
= 411 kg/hari
= 411 kg/hari : 24 jam = 17 kg/jam
Tabel 3.1 Komposisi limbah non klinis
NO.
KOMPONEN
KOMPOSISI ( % )
1
Kertas
15 – 45
2
Karton
3 – 15
3
Ampul
4 – 16
4
Kain
0–4
5
Metal non-besi
0–1
6
Non incinerable waste
7
Plastik
8
2–8
Sampah umum (sisa makanan, sampah halaman dan
sampah organik)
Sumber: Mohajit, 2001
Tabel 3.2 Volume limbah non klinis
12
6 – 55
NO.
VOLUME (m3)
KOMPONEN
1
Kertas
0,58
2
Karton
0,31
3
Ampul
0,075
4
Kain
0,73
5
Metal non-besi
0,019
6
Jumah
1,714
Sumber: Mariyati, 2009
3.2 Perhitungan Densitas, Volume, dan Efisiensi Alat
 Densitas
Jumlah limbah (kg)
= Volume limbah yang dibakar (𝑚3)
=
411 kg
1,714 m3
= 240 kg/m3
 Volume Limbah
411 𝑘𝑔
= 240 𝑘𝑔/𝑚3
= 1,71 m3
Perlu ditambah faktor aman desain, ditetapkan faktor tersebut sebesar 30% dari
volume limbah, sehingga :
 Volume Alat = faktor over design x volume limbah
= (100% + 30%) x 1,71 m3
= 1,3 x 1,71 m3
= 2,3 m3
 Volume Alat = a3
a3 = 2,3 m3
a = 3√2,3
a = 1,32
13
Alat berbentuk Kubus, sehingga masing masing sisi memiliki panjang 1,32 m,
namun dalam perancangan buat 1,5 m untuk memudahkan perhitungan dan design.
Cerobong berbentuk pipa dengan tinggi 3 m dan diameter 30 cm.
Setelah dilakukan pembakaran limbah, maka diperoleh data yang awalnya
volume sampah non klinis sebesar 17 kg menjad tinggal 3 kg. Sehingga efisiensi alat
Incinerator dapat dihiting dengan :
 Efisiensi =
𝐶1−𝐶0
=
𝐶1
× 100
17 𝑘𝑔 − 3 𝑘𝑔
× 100 %
17 𝑘𝑔
= 82 %
3.3 Perhitungan Ketebalan Dinding (Batu Tahan Api)
Tabel 3.3 Kapasitas limbah non klinis
NO.
KAPASITAS PANAS (Btu/lboF)
Komponen
1
Kertas
1,02
2
Karton
1,02
3
Ampul
3
4
Kain
1,02
5
Metal non-besi
3,3
Sumber: Mariyati, 2009
 Kapasitas panas rerata bahan yang dibakar, Cp = 1,87 Btu/lboF.
Direncanakan satu kali pembakaran 23 kg selama 1 jam, jadi :
m = 17 kg/jam
m = 37,5 lb/jam
Ruang bakar berbentuk segi empat sesuai dengan kemampuan :
a. Kapasitas pembakaran 37,5 kg/ jam, tekanan kerja atmospher
b. Suhu luar pada temperatur kamar 30oC = 86oF
14
c. Suhu ruang bakar diperkirakan sampai 1000oC = 1832oF
 Bahan yang dibakar mempunyai kapasitas panas rerata
Cp = 1,872Btu/ lboF
= 0,113 Btu/ jam.fto F
K
 Panas yang dibangkitkan oleh limbah
Q1 = m cp ∆T = m cp ( T2 - T1 )
T2 = 1832 oF,
T1 = 86 oF
Sehingga :
Q = 37,5 lb/jam x 1,87 Btu/lboF x ( 1832 - 86 )oF
Q = 122.438 Btu/jam
Panas ini akan ditransfer melalui batu tahan api setebal x cm, sehingga suhu
luar (dalam keadaan normal 30 oC )
A = 6 (132 x 132) cm2
= 104.544 cm2 x 1,076.10-3 ft2/cm2 = 112,5 ft2
 Panas yang ditransfer oleh batu tahan api
( T2 – T1 )
Q2 = kA ------------------X
=
=
0,113 Btu/ jam.𝑓𝑡 𝑜 F x 112,5 𝑓𝑡 2 (1832 − 86 )°F
𝑋,𝑗𝑎𝑚
22.196 Btu.ft
𝑋.𝑗𝑎𝑚
Q1 = Q2 
x
=
22.196,16
122.438 ft
189.371,16 Btu/jam = 22.196 Btu.ft Btu.ft /(x.jam)
= 0,18 ft = 5,5 cm
Untuk menjamin keamanan, batu tahan api memiliki ketebalan 5,5 cm. Jadi tebal
dinding keseluruan yaitu tebal batu tahan api ditambah tebal stainless steel diambil
8 cm.
15
BAB IV
SKETSA GAMBAR DAN DESAIN
4.1 Desain Incenerator
Bahan dinding dibuat dari batu tahan api, dengan perekat batu tahan api adalah
adonan semen api yang ditambah larutan tetes tebu. Untuk pengamanan tungku
dilapisi dengan plat baja supaya terlindung gangguan fisik maupun mekanik.
Dari hasil perhitungan pada BAB III, kami mendapat dimensi incinerator
sebagai berikut:
a.
Alat Incinerator berbentuk Kubus dengan panjang masing-masing sisi 1,32 m
dibulatkan menjadi 1,5 m.
b.
Tinggi cerobong 3 m dan diameter cerobong 30 cm
c.
Tebal batu tahan api yaitu 5,5 cm. Tebal dinding keseluruan yaitu tebal batu tahan
api ditambah tebal stainless steel diambil 8 cm.
16
Gambar 4.1 Desain Alat Keseluruhan
17
Gambar 4.2 Blower
Gambar 4.3 Tabung Gas
18
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan perhitungan volume limbah yang masuk adalah 1,71 m3
2. Hasil perhitungan dimensi insinerator adalah:
a. Alat Insinerator berbentuk Kubus dengan panjang masing-masing sisi 1,32 m
dibulatkan menjadi 1,5 m;
b. Tinggi cerobong 3 m dan diameter cerobong 30 cm;
c. Tebal batu tahan api yaitu 5,5 cm. Tebal dinding keseluruan yaitu tebal batu
tahan api ditambah tebal stainless steel diambil 8 cm.
d. Volume alat yaitu 2,3 m3
5.2 Saran
1. Hendaknya dilakukan pemilahan sampah terlebih dahulu. Sebab tidak boleh
sampah plastik kresek ikut terbakar karena dapat menjadi racun dioxin yang
bersifat karsinogenik. Juga agar sampah dengan kadar air tinggi dapat dipisah.
2. Perlu dibuat pra rancangan bangungan pengendap debu siklon supaya debu tidak
terlepas ke udara.
3. Pada volume sampah yang lebih besar, perlu dilakukan modifikasi incenerator.
4. Melakukan 3R sampah, agar dapat mengurangi volume sampah yang dibakar.
19
DAFTAR PUSTAKA
Aec Working Group For Incineration, “Incineration Of Radioactive Solid Wastes“,
August, (1970)
Anonim, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 1994 Tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, Jakarta, (1994).
Anonim, Pedoman Pengelolaan Limbah Padat. Direktorat Penyehatan Air dan
Pengamanan Limbah Ditjen PPM dan PL Depkes RI: Jakarta, (2000).
Brunner, Calvin. R. Hazardous Waste Incineration, Second Edition. Mc Graw-Hill
International, (1994).
Conceptual Design For Waste Inceneration Development Activity, November, (1981)..
Damanhuri, Enri.. Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun. Jurusan Teknik
Lingkungan FTSP ITB : Bandung, (1994).
Katoh. H. Hirayana., K. Oshino. M. And Numakunai. T, Experiennces in the solid Waste
Inceneration Unit of JAERI, Tokyo, (1978).
Maduratna.“Incinerator, Suatu Dilema”, Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan
Indonesia, Jakarta, (2004).
Perry, Roberth, Chemical Engineers Handbook, Mc. Graw Hill Kogakusha, Ltd, Tokyo,
1973.
Tjokrokusumo. Diktat Konsep Teknologi Bersih, Edisi III, STTL, Yogyakarta, (1995).
http://bandungtechnopark.com/inovasi/lingkungan-energi/incinerator/
Diakses Tanggal 16 November 2017 Pukul 12:40
http://msw.cecs.ucf.edu/Exercise-Chemcomposition.pdf Diakses Tanggal 16 November
2017 Pukul 12:40
Download