I. Posyandu A. Pengertian Posyandu Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Besumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2006). Posyandu merupakan salah satu pelayanan kesehatan di desa untuk memudahkan masyarakat untuk mengetahui atau memeriksakan kesehatan terutama untuk ibu hamil dan anak balita. Keaktifan keluarga dalam setiap posyandu tentu akan berpengaruh pada status gizi anak balitanya karena salah satu tujuan posyandu adalah memantau peningkatan status gizi masyarakat terutama anak balita dan ibu hamil (Adisasmito, 2007). Posyandu yang merupakan pusat kegiatan masyarakat, dimana masyarakat sekaligus dapat memperoleh pelayanan keluarga berencana dan kesehatan. Disamping itu, posyandu dapat dimanfaatkan sarana untuk tukar pendapat dan pengalaman serta bermusyawarah untuk memecahkan masalah yang duhadapi masyarakat (Depkes RI,2005). Posyandu diasumsikan sebagai salah satu pendekatan yang tepat untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan balita serta dapat meningkatkan status gizi balita (Adisasmito, 2007). Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan dari dua atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat. Kegiatan – kegiatan yang dipadukan khususnya adalah Program KIA, KB, Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan diare ( Anonim, 1991 ). Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat yang pada dasarnya merupakan salah satu wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan, tempat masyarakat dapat memperoleh pelayanan KB – kesehatan ibu dan anak (KIA), Gizi, Imunisasi,dan penanggulangan diare pada waktu dan tempat yang sama ( Effendy, 1998 ) Kegiatan di posyandu merupakan kegiatan yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat, yang dilaksanakan oleh kader-kader kesehatan, yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari tim puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar ( Effendy,1998 ). B. Tujuan Posyandu Tujuan pembentukan posyandu adalah : 1. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, balita dan angka kelahiran dalam rangka mempercepat terwujudnya keluarga catur warga. 2. Menjadi kebutuhan pokok dan bagian yang tidak terpisah dari kegiatan masyarakat. 3. Mempercepat penurunan Angka Kematian Bayi (AKB), anak balita dan angka kelahiran. 4. Mempercepat penurunan AKI (Angka Kematian Ibu), Ibu hamil dan nifas. 5. Mempercepat diterimanya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). 6. Meneingkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang mengunjang sesuai kebutuhan. 7. Meningkatkan daya jangkau pelayanan kesehatan. C. Prinsip Dasar Posyandu Prinsip dasar posyandu menurut syafrudin, (2012) : 1. Pos pelayanan terpadu merupakan usaha masyarakat dimana terdapat perpaduan antara pelayanan professional dan nonprofessional (oleh masyarakat) 2. Adanya kerja sama lintas program yang baik, kesehatan Ibu Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), gizi imunisasi, penanggulangan diare maupun lintas sektoral 3. Kelembagaan masyarakat ( pos desa, kelompok timbang/pos timbang, pos imunisasi, pos kesehatan lain-lain ) 4. Mempunyai sasaran penduduk yang sama ( Bayi 0-1 tahun, anak balita 1-4 tahun, ibu hamil, pasangan usia subur (PUS) 5. Pendekatan yang digunakan adalah pengembangan dan Pengembangna Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD)/ Primary Health Care ) PHC D. Sasaran Posyandu 1. Bayi berusia kurang dari 1 tahun 2. Anak balita usia sampai 5 tahun 3. Ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu nifas 4. Wanita Usia Subur Suatu posyandu seharusnya melayani sekitar 100 balita (120KK) atau sesuai dengan kemampuan petugas dan keadaan setempat, seperti keadaan geografis, jarak antara kelompok rumah, jumlah KK dalam suatu kelompok dan sebagainya (Syahlan, 2002). E. Fungsi Posyandu Menurut Kemenkes (2011), fungsi posyandu yaitu sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKBA). F. Manfaat Posyandu Menurut Kemenkes (2011), manfaat Posyandu adalah: 1. Bagi Masyarakat a. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKB). b. Memperoleh layanan secara professional dalam pemecahan masalah kesehatan terutama terkait kesehatan ibu, bayi dan balita. c. Efisisensi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar terpadu dan pelayanan sosial dasar sector lain terkait. 2. Bagi kader dan tokoh masyarakat a. Mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang upaya kesehatan yang terkait dengan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Balita (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKBA). b. Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Balita (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKBA). 3. Bagi Puskesmas a. Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan perorangan primer, dan pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer. b. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan sesuai kondisi setempat. c. Mendekatkan akses pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat. 4. Bagi sektor lain a. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan dan sosial dasar lainnya, terutama yang terkait dengan upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Balita (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKBA) sesuai kondisi setempat. b. Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai dengan tugas, pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing sector. G. Kedudukan Posyandu Menurut lokasinya Posyandu dapat berlokasi di setiap desa atau kelurahan atau nagari. Bila diperlukan dan memiliki kemampuan, dapat berlokasi di tiap RW, dusun, atau sebutan lain yang sesuai. Kedudukan Posyandu adalah : 1. Terhadap pemerintah desa atau kelurahan, adalah sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang secara kelembagaan dibina oleh pemerintah desa atau kelurahan. 2. Terhadap Pokja Posyandu, sebagai satuan organisasi yang mendapat binaan aspek administrasi, keuangan dan program kerja. 3. Terhadap berbagai UKBM, adalah sebagai mitra. 4. Terhadap Konsil Kesehatan Kecamatan, adalah sebagai satuan organisasi yang mendapat arahan dan dukungan sumberdaya dari Konsil Kesehatan Kecamatan. 5. Terhadap Puskesmas, adalah sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang secara teknis medis dibina oleh Puskesmas. H. Tugas dan Tangung Jawab Pihak-Pihak yang Terkait Beberapa pihak yang terkait dengan kegiatan Posyandu memiliki tugas dan tangung jawab sebagai berikut : 1. Kader Kesehatan a. Menyiapkan tempat pelaksanaan, peralatan, sarana dan prasarana Posyandu. b. Melaksanakan pendaftaran. c. Melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yang berkunjung ke Posyandu. d. Mencatat hasil penimbangan di KMS atau buku KIA dan mengisi buku register Posyandu. e. Melaksanakan penyuluhan kesehatan dan gizi sesuai dengan hasil penimbangan serta memberikan PMT. f. Memberikan pelayanan kesehatan dan KB sesuai dengan kewenangannya, misalnya memberikan vitamin A, tablet besi, oralit, pil KB, kondom. Bila ada petugas kesehatan maka kegiatan kesehatan dilakukan bersama dengan petugas kesehatan. g. Setelah selesai penimbangan bersama petugas kesehatan melengkapi pencatatan dan membahas hasil kegiatan serta tindak lanjut. 2. Petugas Kesehatan a. Membimbing kader dalam penyelenggaraan Posyandu. b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan keluarga berencana di meja 5 (lima). c. Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan, gizi dan KB kepada pengunjung Posyandu dan masyarakat luas. d. Menganalisa hasil kegiatan Posyandu dan melaporkannya kepada Kepala Puskesmas serta menyusun rencana kerja dan melaksanakan upaya perbaikan sesuai kebutuhan. 3. Camat a. Mengkordinasikan hasil kegiatan dan tindak lanjut kegiatan Posyandu. b. Memberi dukungan dalam upaya meningkatkan kinerja Posyandu. c. Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan Posyandu secara teratur. 4. Lurah atau Kepala Desa a. Memberkan dukungan kebijakan, sarana dan dana untuk penyelenggaraan Posyandu. b. Mengkordinasikan penggerakan masyarakat untuk dapat hadir pada hari buka Posyandu. c. Mengkordinasikan peran kader Posyandu, pengurus Posyandu dan tokoh masyarakat untuk berperan aktif dalam penyelenggaraan Posyandu. d. Menindaklanjuti hasil kegiatan Posyandu bersama LKMD atau LPM atau LKD atau sebutan lainnya. e. Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan Posyandu secara teratur. 5. Pokja Posyandu a. Mengkordinasikan hasil kegiatan dan tindak lanjut kegiatan Posyandu. b. Melakukan bimbingan dan pembinaan kepada Posyandu. c. Menggali sumber daya untuk kelangsungan penyelenggaraan Posyandu. d. Menggerakkan masyarakat untuk dapat hadir dan berperan aktif dalam kegiatan Posyandu. 6. Tim Penggerak PKK (TP PKK) a. Berperan aktif dalam penyelenggaraan Posyandu. b. Benggerakan peran serta masyarakat dalam kegiatan Posyandu. c. Penyuluhan baik di Posyandu atau di luar Posyandu I. Kegiatan Pokok Posyandu Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan atau pilihan, yaitu : 1. Kegiatan Utama a. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 1) Ibu hamil Pelayanan meliputi : a) Penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi yang dilakukan oleh kader kesehatan. b) Bila ada petugas Puskesmas ditambah dengan pengukuran tekanan darah, pemeriksaan hamil bila ada tempat atau ruang periksa dan pemberian imunisasi Tetanus Toxoid. Bila ditemukan kelainan maka segera dirujuk ke Puskesmas. c) Bila dimungkinkan diselenggarakan kelompok ibu hamil pada hari buka Posyandu yang kegiatannya antara lain : penyuluhan tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan, persiapan menyusui, KB dan gizi ibu hamil, perawatan payudara dan pemberian ASI, peragaan perawatan bayi baru lahir dan senam ibu hamil. 2) Ibu nifas dan menyusui Pelayanannya meliputi : a) Penyuluhan kesehatan, KB, ASI, dan gizi, perawatan jalan lahir. b) Perawatan payudara c) Senam ibu nifas d) Bila ada petugas kesehatan dan tersedia ruangan maka dapat dilakukan pemeriksaan payudara, tinggi fundus uteri, dan pmeriksaan lochea. 3) Bayi dan anak balita Jenis pelayanan untuk bayi dan balita mencakup : a) Penimbangan b) Penentuan status gizi c) Penyuluhan tentang kesehatan bayi dan balita d) Jika ada petugas kesehatan dapat ditambahkan pemeriksaan kesehatan, imunisasi, dan deteksi dini tumbuh kembang. Bila ditemukan adanya kelainanakan dirujuk ke Puskesmas. 4) Keluarga Berencana Pelayanan KB di Posyandu yang diselenggarakan oleh kader adalah pemberian pil dan kondom. Bila ada petugas keehatan maka dapat dilayani KB suntik dan konseling KB. 5) Imunisasi Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan bila ada petugas kesehatan Puskesmas. Jenis pelayanan imunisasi yang diberikan yang sesuai program, baik untuk bayi, balita maupun untuk ibu hamil, yaitu : BCG, DPT, hepatitis B, campak, polio, dan tetanus toxoid. 6) Gizi Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Bentuk pelayanannya meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi, pemberian PMT, pemberian vitamin A dan pemberian sirup besi (Fe). Untuk ibu hamil dan ibu nifas diberikan tablet besi dan yodium untuk daerah endemis gondok. 7) Pencegahan dan Penanggulangan Diare Pelayanan diare di Posyandu dilakukan antara lain dengan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare antara lain dengan cara penyuluhan tentang diare dan pemberian oralit atau larutan gula garam. 2. Kegiatan Pengembangan Dalam keadaan tertentu Posyandu dapat menambah kegiatan baru, misalnya: perbaikan kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular dan berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya. Posyandu demikian disebut dengan Posyandu Plus. Penambahan kegiatan baru tersebut dapat dilakukan bila cakupan kegiatan utamanya di atas 50%, serta tersedianya sumberdaya yang mendukung. Kegiatan posyandu selain lima kegiatan diatas juga melaksanakan kunjungan rumah terhadap masyarakt wilayah posyandu. Rumah yang akan dikunjungi ditentukan atau dimusyawarahkan pada pertemuan kader. Kriteria ibu yang akan dikunjungi adalah sebagai berikut: 1. Ibu yang mempunyai anak balita dan selama 2 bulan berturut-turut tidak hadir dalam kegiatan posyandu. 2. Ibu yang anak balitanya belum mendapatkan kapsul vitamin A. 3. Ibu yang anak balitanya pada bulan lalu di kirim ke Puskesmas, karena: a. Dalam dua bulan berturut-turut berat badannya tidak naik. b. Berat badannya di bawah garis merah KMS. c. Sakit. 4. Ibu hamil yang dalam 2 bulan berturut-turut tidak menghadiri kegiatan di Posyandu. 5. Ibu hamil yang pada bulan lalu dikirim ke Puskesmas. 6. Ibu menyusui yang mengalami kesulitan menyusui anaknya. 7. Ibu hamil dan ibu menyusui yang belum mendapatkan kapsul yodium. 8. Balita yang terlalu gemuk (Depkes, 2002). 1. Kriteria Kunjungan Ke Posyandu Dikatakan posyandu berhasil itu harus memenuhi target kunjungan posyandu dalam 1 tahun. Sedangkan tahapannya adalah untuk posyandu pratama frekuensi penimbangannya ≤ 8x per tahun, posyandu madya frekuensinya ≥ 8x per tahun, posyandu purnama frekuensi penimbangannya ≥ 8x per tahun dan posyandu mandiri frekuensi penimbangannya ≥ 8x per tahun (Runjati, 2010). Data hasil pengukuran antropometri diolah menggunakan klasifikasi status gizi, Data tingkat kehadiran balita dikategorikan menjadi dua, yauitu “Aktif” bila hadir dalam kegiatan penimbangan di posyandu sebanyak ≥ 8x dalam satu tahun, “ Tidak Aktif” apabila <8 kali dalam satu tahun (Jahari, A.B, 2000) Ibu dikatakan aktif ke posyandu jika ibu hadir dalam mengunungi posyandu sebanyak ≥ 8 kali dalam 1 tahun, sedangkan ibu dikatakan tidak aktif ke posyandu jika ibu hadir dalam mengunjungi posyandu < 8 kali dalam 1 tahun (Dapertemen Kesehatan RI, 2008). 2. Pembentukan Posyandu Pembentukan posyandu menurut Kemenkes, (2011): Pembentukan Posyandu bersifat fleksibel, dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, permasalahan dan kemampuan sumber daya. Langkah-langkah pembentukan Posyandu dapat dilakukan dengan tahapan berikut. 1. Pendekatan Internal Tujuannya adalah mempersiapkan para petugas sehingga bersedia dan memiliki kemampuan mengelola Posyandu melalui berbagai orientasi dan pelatihan dengan melibatkan seluruh petugas Puskesmas. 2. Pendekatan Eksternal Tujuannya adalah mempersiapkan masyarakat, khususnya tokoh masyarakat sehingga bersedia mendukung penyelenggaraan Posyandu melalui berbagai pendekatan dengan tokoh masyarakat setempat. 3. Survei mawas diri (SDM) Tujuannya adalah menimbulkan rasa memiliki masyarakat (sense of belonging) melalui penemuan sendiri masalah yang dihadapi serta potensi yang dimiiki dengan bimbingan petugas Puskesmas, aparat pemerintah desa kelurahan dan forum peduli Kesehata Kecamatan (jika sudah terbentuk). 4. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) Inisiatif penyelenggaraaan MMD adalah para tokoh masyarakat yang mendukung pembentukan Posyandu atau forum peduli Kesehatan Kecamatan. Posyandu dibentuk dari pos-pos yang telah ada seperti: a. Pos penimbangan balita b. Pos imunisasi c. Pos keluarga berencana desa d. Pos kesehatan e. Pos lainnya yang dibentuk baru 3. Persyaratan Posyandu 1. Penduduk RW tersebut paling sedikit terdapat 100 orang balita 2. Terdiri dari 120 kepala keluarga 3. Disesuaikan dengan kemampuan petugas (bidan desa) 4. Jarak antara kelompok rumah, jumlah KK dalam satu tempat atau kelompok tidak terlalu jauh (Syafrudin, 2012) 4. Alasan Pendirian Posyandu 1. Posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatan khususnya dalam upaya pencegahan penyakit dan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) sekaligus dengan pelayanan Keluarga Berencana (KB). 2. Posyandu dari masyarakat untuk masyarakat dan untuk masyarakat, sehingga menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap upaya dalam bidang kesehatan dan keluarga berencana (Syafrudin, 2012). 5. Penyelenggara Posyandu 1. Pelaksanaan kegiatan Adalah anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader kesehatan setempat dibawah bimbingan Puskesmas. Pada pelaksanaan pos pelayanan terpadu melibatkan petugas puskesmas, petugas Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai penyelenggaraan pelayanan professional dan peran serta masyarakat secara aktif dan positif sebagai penyelenggara pelayanan non professional secara terpadu dalam rangka alih teknologi dan swakelola masyarakat. a. Dari segi petugas pusekesmas: 1) Pendekatan yang dipakai adalah pengembangan dan pembinaan pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). b. 2) Perencanaan terpadu tingkat puskesmas (mikro planing), loka karya mini 3) Pelaksanaan melalui sistem 5 meja dan alih teknologi. Dari segi masyarakat 1) Kegiatan swadaya masyarakat yang diharapkan adanya kader kesehatan 2) Perencanaannya melalui musyawarah masyarakat desa 3) Pelaksanaannya melalui sistem meja Dukungan lintas sektoral sangat diharapkan melalui dari tahap persiapan/perencanaan, pelaksanaan bahkan penelitian dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, baik dalam segi motivasi maupun teknis dari masing-masing sektor. 2. Pengelola Posyandu Adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal dari kader PKK, tokoh masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan yang ada di wilayah tersebut (Nasrul dalam Yumianti, 2014) 6. Lokasi/Letak Posyandu 1. Berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat 2. Ditentukan oleh masyarakat sendiri 3. Dapat merupakan local tersendiri 4. Bila tidak memungkinkan dapat dilaksnakan di rumah penduduk, balai rakyat, pos RT/RW atau pos lainnya (Syafrudin, 2012) 5. Pelayanan Kesehatan yang Dijalankan Posyandu 7. Pelayanan Kesehatan yang Dijalankan dalam Posyandu Pelayanan kesehatan yang dijalankan dalam posyandu menurut Syafrudin, (2012): 1. Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita a. Penimbangan bulanan b. Pemberian tambahan makanan bagi yang berat badannya kurang c. Imunisasai bayi 3-14 bulan d. Pemberian oralit untuk menanggulangi diare e. Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama. 2. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur a. Pemeriksaan kesehatan umum b. Pemeriksaan kehamilan dan nifas c. Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil penambah darah. d. Imunisasi TT untuk ibu hamil e. Penyuluhan kesehatan dan KB f. Pemberian alat kontrasepsi KB g. Pemberian oralit pada ibu yang terkena diare h. Pengobatan penyakit sebagi pertolongan pertama i. Pertolongan pertama pada kecelakaan 8. Sistem Lima Meja dalam Posyandu Menurut Depkes RI (2001).System lima meja dalam posyandu yaitu: 1. Meja 1 : Pendaftaran Anak Balita Pendaftaran anak balita dimaksudkan agar semua anak balita yang ada dalam desa diketahui tanggal lahir, umur saat itu, nama orang tua dan anak keberapa. Daftar anak balita ini dimasukan di dalam buku Register dengan diberikan nomor register. Berdasarkan pendaftaran anak balita yang bersangkutan ditulis pada kolom 1, Nomor pendaftaran. Sedangkan Nomor register adalah Nomor yang diberi indek yang ditulis selain dari buku pendaftaran juga dibagian depan kartu menuju sehat pada kolom yang disediakan. 2. Meja 2 : Penimbangan bayi dan anak balita Penimbanagan anak balita (meja 2) dilakukan setelah dipanggil oleh petugas pendaftaran dengan menyerahkan KMS masing-masing anak. Penimbangan dengan menggunakan dacin dengan ketepatan kalibrasi (0) untuk memastikan bahwa hasil penimbangan berat badan benar sesuai dengan kondisi saat anak tersebut ditimbang. Penimbangan sebaiknya menggunakan sarung timbang yang telah disediakan oleh proyek gizi, hasil penimbangan anak, dimasukan ke dalam buku register di Meja 3 untuk mendapatkan hasil akurat. 3. Meja 3 : Pencatatan hasil penimbangan anak balita Meja 3 adalah pencatatan hasil penimbangan dan analisa perbandingan antara penimbangan bulan sebelumnya dengan penimbangan bulna ini. Apabila terjadi penurunan BB anak yang bersangkutan, maka kader di meja 3 wajib menanyakan histori terjadinya penurunan BB kepada ibunya (yang membawa anak balita ke Posyandu). Selain itu di meja 3 dilakukan pemeriksaan terhadap: a. Imunisasi yang sudah diterima b. Pemberian kapsul vitamin A c. Pernah tidaknya dirujuk ke Puskesmas d. Hal-hal lain yang menyangkut kesehatan dan perkembangan anak balita yang bersangkutan. Dari hasil pengamatan KMS inilah, balita yang bersangkutan perlu mendapat immunisasi, kapsul vitamin A, nasehat tentang pola makan dan lainlain yang dilaksanakan di meja 4. 4. Meja 4 : Penyuluhan kesehatan dan gizi Di meja ini berdasarkan saran dari meja 3 dilakukan penyuluhan kesehatan tetang: a. Bagaimana menjaga kesehatan anak b. Pemberian makanan dirumah tangga c. Di meja 4 ini juga diberikan pelayanan pemberian vitamin A dosis tinggi. Setiap bulan vitamin A (Februari dan Agustus) pemberian oralit dan obat-obatan sderhana disiapkan di Posyandu, serta membuat surat rujukan ke Puskesmas bila diperlukan dengan menggunakan formulir rujukan anak balita. 5. Meja 5 : Pelayanan immunisasi dan KB Pada dasarnya pelaksanaan pelayanan immunisasi dan KB dilakukan di Puskesmas, namun momen penimbangan bulan anak balita dapat dilakukan dengan memberikan pelayanan immunisasi dan KB, baik kecamatan (PPLKB) dengan kader KB desa. Petugas pada meja 1-4 dilaksanajan oleh para kader PKK sedangkan meja 5 merupakan meja pelayanan Perawat atau Bidan. H. Klasifikasi Posyandu Klasifikasi posyandu terdiri dari : 1. Posyandu pratama ( warna merah ) Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang masih belum mantap, kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktif-nya terbatas. 2. Posyandu Madya ( warna kuning ) Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali pertahun, dengan rata rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya ( KB, KIA, Gizi dan Imunisasi ) masih rendah yaitu kurang dari 50%. 3. Posyandu purnama ( warna hijau ) Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang frekuensinya lebih dari 8 kali pertahun, rata rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, dan cakupan 5 program utamanya ( KB, KIA, Gizi dan Imunisasi ) lebih 50%. Sudah ada program tambahan, bahkan mungkin sudah ada dana sehat tetapi masih sederhana. 4. Posyandu Mandiri ( warna biru ) Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur. Cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program tambahan dan dana sehat telah menjangkau lebih dari 50% KK. ( DepKes RI, 2001 ) I. Stratifikasi Posyandu Semua Posyandu didata tingkat pencapaiannya, baik dari segi pengorganisasian maupun pencapaian programnya. Tujuannya adalah melakukan kategorisasi atau stratifikasi posyandu, yang bisa dikelompokkan menjadi 4 tingkat, yaitu berturut-turut dari terendah sampai tertinggi sebagai berikut : 1. Posyandu Pratama, dengan warna merah 2. Posyandu Madya, dengan warna kuning 3. Posyandu Purnama, dengan warna hijau 4. Posyandu Mandiri, dengan warna biru Penggolongan diatas dilakukan atas dasar pengorganisasian dan tingkat pencapaian programnya, dalam hal ini digunakan 8 indikator yaitu : 1. Frekuensi penimbangan pertahun Seharusnya posyandu menyelenggarakan kegiatan setiap bulan, jadi bila teratur akan ada 12 kali penimbangan setiap tahun. Dalam kenyataannya tidak semua posyandu dapat berfungsi setiap bulan. Untuk itu diambil batasannya 8 kali. Posyandu yang mapan bila kegiatannya > 8 kali. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Yonferizal (2007), yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan keaktifan kader dengan intensitas pelayanan posyandu. 2. Rata-rata jumlah kader pada hari H posyandu Jumlah kader yang bertugas pada hari H dapat dijadikan indikasi lancar tidaknya posyandu. Bila jumlah kader 5 orang atau lebih tanda kegiatannya tertangani dengan baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian M. Munir Salham, dkk. (2006) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara motiasi kader dan pengguna pada hari buka Posyandu dengan revitalisasi Posyandu, karena semakin tinggi tingkat motivasi kader dan pengguna semakin tercapai pula upaya revitalisasi atau sebaliknya. 3. Cakupan D/S Cakupan D/S dapat dijadikan tolak ukur peran serta masyarakat dan aktivitas kader atau tokoh masyarakat dalam menggerakkan masyarakat setempat untuk memanfaatkan posyandu. Peran serta masyarakat dianggap baik bila D/S dapat mencapai 50 %. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati (2008), disebutkan bahwa pengetahuan, sikap, pekerjaan, penghasilan, ketersediaan PMT, kebutuhan, ketrampilan kader, dan keterjangkauan Posyandu mempunyai hubungan bemakna terhadap pemanfaatan Posyandu balita di Kota semarang. 4. Cakupan Imunisasi Cakupan imunisasi dihitung secara kumulatif selama 1 (satu) tahun. Cakupan kumulatif dianggap baik bila mencapai 50 % keatas. 5. Cakupan ibu hamil Cakupan pemeriksaan ibu hamil dihitung secara kumulatif selama 1 (satu) tahun. Batas mapan tidaknya posyandu digunakan angka 50 %. 6. Cakupan KB Cakupan peserta KB juga dihitung secara kumulatif selama 1 (satu) tahun. Pencapaian 50 % keatas. 7. Program Tambahan Posyandu pada mulanya melaksanakan 5 program yaitu : KIA, KB, Perbaikan Gizi, Imunisasi dan Penaggulangan Diare. Bila telah mantap, maka programnya dapat ditambahan. Program tambahan disini adalah bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat seperti : Bina Keluarga Balita, Pos Obat Desa, Pondok Bersalin Desa, dan sebagainya. 8. Dana Sehat Dana sehat merupakan wahana untuk memandirikan posyandu. Diharapkan bila dana sehat telah mampu membiayai posyandu, maka tingkat kemandirian masyarakat sudah baik. Sebagai ukuran digunakan persentase kepala keluarga (KK) yang ikut dana sehat, dikatakan baik bila cakupan >50 %. II. Faktor-Faktor yang Memepengaruhi Kunjungan Ibu Balita Ke Posyandu J. Umur Ibu Dalam kamus Bahasa Indonesia(1995) umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Sedangkan menurut Hastono (2009), bahwa pada ibu yang berumur muda dan baru memiliki anak akan cenderung memberikan perhatian yang lebih besar terhadap anak mereka, seiring bertambah usia, bertambah kesibukan dan bertambah jumlah anak maka ini akan mempengaruhi motivasi untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik untuk anak. K. Pendidikan Ibu Pendidikan adalah suatu jenjang pendidikan formal terahir yang ditempuh dan dimiliki oleh seseorag dengan mendapatkan sertifikasi/ijazah, baik Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Perguruan Tingi. Pendidikan adalah suatu proses yang unsur-unsurnya terdiri dari masukan (input), yaitu sasaran pendidikan, keluaran (output) yaitu suatu bentuk perilaku baru atau kemampuan dari sasaran pendidikan. Proses tersebut dipengaruhi oleh perangkat lunak (soft ware) yang terdiri dari kurikulum, pendidik, metode, dan sebagainya serta perangkat keras (hardware) yang terdiri dari ruang, perpustakaan (buku-buku), dan alat-alat bantu pendidikan lain (Notoatmodjo, 2007). Jalur pendidikan formal akan membekali seseorang dengan dasar-dasar pengetahuan, teori dan logika, pengetahuan umum, kemampuan analisis serta pengembangan kepribadian. Pendidikan merupakan suatu proses dengan tujuan utama menghasilkan perubahan perilaku manusia yang secara operasional tujuannya dibedakan menjadi 3 aspek yaitu: pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan aspek ketrampilan (psikomotor). Pendidikan yang tinggi seseorang akan lebih mudah memahami tentang suatu informasi (Nilawati, 2008). Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting untuk memberikan kemampuan berfikir, menelaah dan memahami informasi yang diperoleh dengan pertimbangan yang lebih rational dan pendidikan yang baik akan memberikan kemampuan yang baik pula dalam mengambil keputusan tentang kesehatan keluarga (Hastono, 2009) dan ini didukung juga oleh hasil penelitian dari Koto (2011) menyimpulkan bahwa ibu yang memiliki pendidikan rendah berpeluang 2,964 kali untuk memiliki perilaku kunjungan posyandu kurang disbanding dengan ibu yang berpendidikan tinggi. L. Pekerjaan Pekerjaan adalah suatu kegiatan hal yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantagan (Wahit, 2006). Kerja merupakan suatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan ibu bisa bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari oleh pelakunya, dan orang berhap bahwa aktivitas kerja yang dilakukan yang akan membawanya kepada sesuatu keadaan yang lebih memuaskan dari pada keadaan yang sebelumnya (Anoraga, 1998).Aspek sosio ekonomi akan berpengaruh pada partisipasi masyarakat di posyandu. Semua ibu yang bekerja baik di rumah atau luar rumah, keduanya akan tetap meninggalkan anak-anaknya untuk sebagian besar waktu (Niven, 2000). Menurut Khalimah (2007), kerja merupakan suatu yang dibutuhkan oleh manusia. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya dan harapan bahwa aktivitas kerja yang dilakukan akan membawanya kepada sesuatu keadaan yang lebih memuaskan dalam upaya pemenuhan kebutuhan. Pekerjaan memiliki hubungan dengan pendidikan dan pendapatan serta berperan penting dalam kehidupan sosial ekonomi dan berkitan dengan faktor lain seperti kesehatan. Hal tersebut sesuai menurut Khomsan (2007) bahwa pekerjan termasuk ke dalam salah satu sumber pendapatan dalam keluarga dengan adanya pekerjaan tetap dalam suatu keluarga, maka keluarga tersebut relative terjamin pendapatannya setiap bulan. Seseoang yang mempunyai pekerjaan dengan waktu yang cukup padat akan mempengaruhi ketidakhadiran dalam pelaksanaan Posyandu. Orang tua yang bekerja akan tidak mempunyaii waktu luang, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi aktivitas pekerjaan orang tua semakin sulit datang ke Posyandu. Banyak ibu-ibu bekerja mencari nafkah, baik untuk kepentingan sendiri maupun keuarga. Faktor bekerja saja Nampak berpengaruh pada peran ibu yang memiliki balita sebagai timbulnya suatu masalah pada ketidakaktifan ibu kunjungan ke posyandu, karena mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan yang belum cukup, yang berdampak pada kunjungan ke posyandu, serta tidak ada waktu ibu mencari informasi karena kesibukan mereka dalam bekerja. Kondisi kerja yang menonjol sebagi faktor yang mempengaruhi ketidakaktifan (Depkes, 2002). Hal ini dapat menyebabkan frekuensi ibu yang memiliki balita untuk kunjungan ke posyandu akan berkurang M. Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) adalah kesan dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indranya yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs), tahayul (superstitions), dan penerangan-penerangan yang keliru (mis-information), (Soekanto, 2002). Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman , rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media masa maupun lingkungan (Notoatmodjo, 2007). Menurut Alwi (2003) pengetahuan adalah segela sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour). Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negative. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap sesorang,semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu. Menurut Friedman (1998) menyatakan bahwa Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka perilaku akan lebih bersifat langgeng. Dengan kata lain ibu yang tahu dan paham tentang jumlah anak yang ideal, maka ibu akan berperilaku sesuai dengan apa yang ia ketahui. N. Sosial budaya dan ekonomi Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. O. Umur Anak Yuryanti (2010) pada penelitiannya menunjukan bahwa ada hubungan antara umur anak balita dengan kunjungan ibu balita ke Posyandu. Selain itu diperoleh OR sebesar 4,005 yang berarti ibu yang mempunyai anak balita berusia kurang dari 24 bulan memiliki peluang 4 kali untuk memiliki perilaku kunjungan baik ke Posyandu dibandingkan ibu yang memiliki anak balita umur lebih dari 24 bulan.Menurut Maharsi R (2007) dalam penelitiannya bahwa ibu merasa perlu membwa balitanya ke Posyandu pada usia <12 bulan (masa pemberian immunisasi) sedangkan balita umur 5 tahun untuk menimbang yang berguna untuk memantau tumbuh kembang balita sering dianggap sesuatu yang tidak penting. Setelah usia 12 bulan dan immunisasi sudah lengkap, responden akan dating lagi bila ada jadwal pemberian vitamin A III. Sistem Informasi Posyandu (SIP) Pengertian Sistem informasi Posyandu (SIP) adalah seperangkat alat penyusunan data atau informasi yang berkaitan dengan kegiatan, kondisi dan perkembangan yang terjadi di setiap Posyandu. Manfaat SIP Manfaat SIP antara lain adalah : 1. 2. Menjadi bahan acuan bagi Kader Posyandu untuk memahami permasalahan sehingga dapat mengembangkan kegiatan yang tepat dan disesuaikan kebutuhan sasaran. Menyediakan informasi yang tepat guna dan tepat waktu mengenai pengelolaan Posyandu, agar berbagai pihak yang berperan dalam pngelolaan Posyandu dapat menggunakannya untuk membina Posyandu demi kepentingan masyarakat. Macam-Macam Format SIP Dan Cara Pengisiannya Berikut ini adalah macam-macam format yang tersedia di dalam SIP dan cara pengisiannya : tauan Kesehatan Ibu Pemantauan terhadap ibu terutama ditujukan untuk ibu hamil dilakukan untuk memantau kondisi ibu mulai saat hamil sampai persalinan untuk mengidentifikasi faktor risiko. 1. Pelayanan Antenatal Adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal 10T. Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan dengan ketentuan waktu minimal 1 kali pada triwulan pertama, minimal 1 kali pada triwulan kedua, dan minimal 2 kali pada triwulan ketiga. 2. Pertolongan Persalinan Jenis tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat : a. Tenaga profesional : dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat. b. Dukun bayi, yang terdiri dari : 1) Terlatih, adalah dukun yang telah mendapatkan latihan dari tenaga kesehatn dan telah dinyatakan lulus. 2) Tidak terlatih, adalah dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus. 3. Deteksi Dini Ibu Hamil Berisiko Faktor risiko pada ibu hamil diantaranya adalah : a. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. b. Anak lebih dari 4. c. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun atau lebih dari 10 tahun. d. Tinggi badan kurang dari 145 cm. e. Berat badan kurang dari 38 Kg atau lingkar lngan atas kurang dari 23,5 cm. f. Riwayat keluarga menderita kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat kengenital. g. Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau panggul. Risiko tinggi kehamilan merupakan keadaan penyimpangan dan normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Risiko tinggi pada kehamilan meliputi : 1) 2) Hb kurang dari 8 gram % Tekanan darah tinggi yaitu systole lebih dari 140 mmHg dan diastole lebih dari 90 mmHg 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) 13) 14) Oedema yang nyata Eklamsia Perdarahan pervaginam Ketuban pecah dini Letak lintang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu Letak sungsang pada primigravida Infeksi berat atau sepsis Persalinan premature Kehamilan ganda Janin yang besar Penyakit kronis Riwayat obstetri buruk, riwayat bedah sesar dan komplikasi kehamilan. Pemantauan Kesehatan Anak 1. Pengertian Pemantauan kesehatan anak di Posyandu lebih ditujukan untuk memantau pertumbuhan (growth monitoring) yaitu suatu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus (berkesinambungan) dan teratur untuk mengidentifikasi secara dini bila ada gangguan keseimbangan gizi pada anak. Pemantauan pertumbuhan merupakan kegiatan penting dalam rangka kewaspadaan gizi atau sering disebut dengan surveilans gizi. 2. Pengertian Status Gizi Dalam Pemantauan Kesehatan Istilah status gizi dalam kaitannya dengan pemantauan pertumbuhan lebih ditujukan untuk menilai perkembangan status gizi anak. Pengertian perkembangan status gizi tersebut adalah : a. Tetap baik : bila berat badan hasil penimbangan berturut-turut berada pada jalur pertumbuhan normalnya. b. Membaik : bila berat badan anak hasil penimbangan berturut-turut menunjukkan adanya pengejaran (catch-up) terhadap jalur pertumbuhan normalnya. c. Memburuk : bila berat badan anak hasil penimbangan berturut-turut menunjukkan adanya penyimpangan dari jalur pertumbuhan normalnya, baik itu penyimpangan negatif (anak menjadi kurus) maupun positif (anak menjadi gemuk).