Selviady Kurniawan, S.Kom., MARS Semester VI Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit II Administrasi Rumah Sakit INSTITUT KESEHATAN INDONESIA harganya relatif lebih murah bahkan gratis, tetap memerlukan perhitungan lain dari sisi biaya kustomisasi, pelatihan, pemeliharaan, pemutakhiran, keamanan, dan sebagainya. penerapan perangkat lunak dan sistem operasi open source: biaya sistem operasi/piranti lunaknya memang murah bahkan gratis, tapi biaya implementasinya menjadi lebih mahal dibanding vendor locked-in dengan kode terbuka (open source) yang diketahui semua orang, bukankah malah menimbulkan kelemahan di sisi keamanan pemutakhiran versi sistem/piranti lunak yang begitu cepat menimbulkan keraguan akan kestabilan sistem/piranti lunak itu sendiri dokumen office yang diketik dengan piranti lunak open source tidak dapat dibaca dengan baik di piranti lunak komersial HISTORITIKAL OPEN SOURCE Open Source Sumber terbuka (Inggris: open source) adalah sistem pengembangan yang tidak dikoordinasi oleh suatu individu / lembaga pusat, tetapi oleh para pelaku yang bekerja sama dengan memanfaatkan kode sumber (source-code) yang tersebar dan tersedia bebas (biasanya menggunakan fasilitas komunikasi internet) (id.wikipedia.org) Its History Pada tahun 1991, seorang mahasiswa S2 di filandia mulai mengembangkan suatu sistem operasi yang disebut linux. Dalam pengembangan linus torvald Ia melempar kode program dari linux ke komunitas terbuka untuk dikembangkan bersama-sama. Semenjak itu komunitas linux jadi semakin berkembang yang kemudian melahirkan distribusidistribusi linux yang berbedatetapi memiliki pondasi yang sama yaitu Kornel linux dan librari GNU glibc. Open source merupakan model pengembangan perangkat lunak yang dilakukan secara bersama-sama dan mengharuskan terbukanya kode sumber (source code) dari sebuah perangkat lunak. Awalnya dikenal dengan sebutan perangkat lunak bebas (free software) yang dicanangkan oleh Richard Stallman pada tahun 1985 guna mematahkan monopoli perangkat lunak. Namun pada tahun 1997, sekelompok elit Free Software Foundation (FSF) sepakat untuk menggunakan istilah open source karena istilah free dianggap berkonotasi negatif dan tidak menjual. Example MODEL BISNIS APLIKASI OPEN SOURCE Menjual Jasa Profesional seorang programmer yang sangat menguasai cara kustomisasi di atas platform WordPress, Joomla, atau Drupal, maka Anda dapat menawarkan jasa pembuatan plugin atau tema web yang sesuai dengan kebutuhan klien Anda. Salah satu contoh perusahaan besar yang sukses menjual jasa profesional dari aplikasi open source yaitu RedHat. Software-as-a-Service (SaaS) biaya berlangganan selama bulanan, 3 bulanan, atau tahunan. Contoh yang terkenal yaitu WordPress. Anda cukup membayar biaya berlangganan saja, maka Anda sudah bisa menggunakan aplikasi tersebut tanpa harus berurusan dengan masalah teknis. Dual-Licensing lisensi open source & lisensi tertutup (propietary) Aplikasi lisensi open source memiliki fitur yang tidak sebanyak versi proprietary dan juga tidak mendapat dukungan dari perusahaan pembuatnya, jadi jika Anda mengalami masalah yang bisa Anda lakukan hanyalah bertanya ke komunitas. Sedangkan lisensi proprietary mendapat dukungan langsung dari perusahaan pembuatnya dan ada tambahan fitur-fitur yang semakin mempermudah pekerjaan Anda. Contoh produk terkenal yang menerapkan model bisnis ini adalah : MySQL database dari Oracle dan MongoDB database. Menjual Pernak-Pernik Bermerek Perusahaan Pembuat Aplikasi (Branded Merchandise) Pendekatan ini justru mencari uang sama sekali bukan dari aplikasinya, tetapi dari penjualan pernak-pernik seperti kaos, bros, tas, gelas, dan sebagainya. Model bisnis ini dilakukan oleh Mozilla Foundation dan Wikimedia Foundation. Donasi biasanya dilakukan oleh para pengembang pustaka pemrograman yang memang tidak berhasrat besar untuk mencari uang. Mereka akan meletakkan tombol untuk berdonasi seiklasnya di web proyek open source mereka. Crowd Funding Anda dapat menggunakan platform seperti Kickstarter dan Indiegogo untuk menggalang dana dari masyarakat umum yang tertarik dengan proyek open source Anda. Sebagai timbal baliknya Anda akan memberikan sesuatu sebagai tanda terima kasih. Pendekatan ini dilakukan oleh Ghost di masa awal pengembangannya. BAGAIMANA OPEN SOURCE DITERAPKAN DI BIDANG KESEHATAN Software di Bidang Manajemen Praktek Kedokteran ClearHealth : praktek (penjadwalan, penagihan, ESDM, Keamanan dan Piutang. Elexis Program RCP Eclipse : EMR, temuan LAB, akuntansi, penagihan FreeMED : data medis --> lisensi GNU LGPL GNU Health (Medical) : sistem informasi rumah sakit --> no lisensi MedinTux : sistem praktek manajemen Perancis medis Open Dental : praktek manajemen gigi OpenEMR : manajemen latihan bebas medis, catatan medis elektronik, resep & penagihan Software Sistem Manajemen Kesehatan DHIS : sistem informasi manajemen kesehatan kabupaten & gudang data (lisensi BSD) HRHIS : sistem informasi kesehatan untuk SDM (lisensi GPLv3) Platform Suites iHRIS : manajemen SDM untuk kesehatan (lisensi: GPLv3) Contoh : PENGEMBANGAN MODEL APLIKASI ADMINISTRASI PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKEMAS DENGAN CLOUD COMPUTING BERBASISKAN OPEN SOURCE Honni Information Systems Department, School of Information Systems, Binus University Metode : Pengembangan Model Layanan Puskesmas Online Pengembangan Model Konsultasi Kesehatan Online Pengembangan Model Diagnosis Penyakit Secara Online Pengembangan Model Beberapa Studi Kasus Penggunaan Open Source Di Lingkungan Pelayanan Kesehatan Yang Dapat Diajukan Sebagai Proposal: Relevance of Open Source software and open standards for the Health Care industry Integrating proprietary systems with Open Source VistA – The Open Source EMR used by over 800 hospitals of the Veterans’ Administration Open Source in the National Health Information Network (NHIN) Integrating proprietary systems with Open Source software Open Source in regional health information organizations (RHIO) Open Source in private medical practices What to consider when choosing Open Source software for health care environments Current and future growth of Open Source in health care Use of Open Source software for health care in government and nonprofit settings Open Source in medical research settings and studies Practical applications of Open Source in medical/health care settings SEJAUH MANA OPEN SOURCE DAPAT MEMBANTU IMPLEMENTASI SISTEM POLA ADOPSI OPEN SOURCE DI BIDANG KESEHATAN Contoh: Informasi riset secara berkala oleh pemerintah seperti Riskesdas dapat kita akses melalui situs litbangkes. Dengan mengaksesnya kita dapat mengambil informasi data kesehatan masyarakat Indonesia baik nasional maupun tingkat provinsi. Penyebaran informasi kesehatan ini diatur oleh pemerintah dengan memanfaatkan teknologi yang didukung oleh organisasi profesi, jaringan informasi dan dokumentasi bidang kesehatan. Pelayanan Kesehatan Dalam melakukan pelayanan kesehatan yang cepat, tepat, dan, efisien, dan meminimalkan kesalahan dalam pendokumentasian, beberapa rumah sakit telah memanfaatkan teknologi, contohnya dalam hal registrasi pasien, dokumentasi pasien rawat jalan, rawat inap. Seringkali kita masih menemui ada yang melakukan dokumentasi secara tertulis, meskipun sudah menggunakan sistem informasi yang terintegrasi. Kendalanya adalah dana dan infrrastruktur dimana program tersebut terhubung secara lokal yang hanya dapat diakses di beberapa perangkat di rumah sakit dan petugas kesehatan tertentu yang dapat mengaksesnya. SIKDA: belum ada standar untuk mengkomunikasikan data tiap provinsi untuk menuju ke pusat. Dengan pengalaman dan pembelajaran tersebut, di buatlah suatu standar untuk mengkomunikasikan data tiap puskesmas, kabupaten, provinsi hingga tingkat pusat dengan SIKDA Generik sehingga diharapkan dengan SIKDA generik ini dapat membangun sistem informasi nasional yang mapan. SIKDA generik ini belum berjalan dengan baik dikarenakan keterbatasan dana serta infrastruktur tiap daerah, terutama untuk daerah-daerah perbatasan. BPJS (SEP) ( mengolah data dan tabungan untuk pengobatan) Inacbg ( pengolahan medisnya,coding buat claim) Bangladesh yang telah membuat data center di kementrian kesehatan sebagai pooling data dari berbagai fasilitas kesehatan yang ada, menggunakan OpenMRS di rumah sakit, pencatatan sipil dan vital statistik secara elektronik (CRVS) yang dikombinasikan dengan National Unique ID. Untuk sistem pelaporan DHIS2 digunakan dari level pusat dampai daerah. Sama dengan negara-negara berkembang lainnya, Bangladesh masih kekurangan infrastruktur, kapasitas SDM yang masih lemah. Kamboja termasuk baru dalam memeulai eHealth. Country’s HIS Strategic plan untuk tahun 2008-2015 sedang dalam proses pelaksanaan. Beberapa aktivitas penguatan sistem informasi antara lain penggunaan sistem berbasis elektronik (medical records, PMTCT, MDSR and health coverage database) serta membangun national unique ID dan CRVS yang dilakukan oleh Kementrian Dalam Negri Kamboja Laos menerapkan DHIS2 dengan web based reporting sistem. Kementrian Dalam Negri telah bekerja keras dalam membangun CRVS dimana beberapa propinsi menggunakan model family folder. Tergolong baru, Laos menghadai beberapa kendala seperti kurangnya sumber daya manusia, tatakleola, kerogranisasian dan manajemen eHealth yang masih lemah, ditambah dengan permasalahan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan yang berkualitas dan pembiayaan kesehatan. Malaysia memiliki blue print health management information systems (HMIS) sejak tahun 1995/1996. Saat ini telah masuk pada penggunaan lifetime health records (LHR) yang didukung oleh national unique ID yang dipelihara oleh Kementrian Dalam Negri. Dalam bentuk fisik national ID malaysia menggunakan kartu dengan chip memory didalamnya sehingga dapat mengintegrasikan kebutuhan ID, kesehatan, surat izin mengemudi yang dapat diakses menggunakan card reader khusus. Interoperabilitas merupakan kunci penting dalam LHR. Malaysia telah membuat health data dictionary khusus (MyHDD)untuk mengarah pada elektronic health records. Interoperabilitas dapat dibuktikan dalam kegiatan Connecthaton dan kerjasama dengan pihak ketiga (vendor) yang menekankan penggunaan MyHDD. Nepal mengimplementasikan Telemedicine untuk 30 districts yang susah diakases. Beberapa kegiatan kecil lain termasuk membuat mHealth untuk program kesehatan ibu dan anak, surveilans dan CRVS. Bhutan mengembangkan national HMIS untuk monitoring penyakit dan surveilans. Beberapa inovasi dilakukan terkait supply chain management untuk cakupan nasional, telemedicine dengan menekankan telekonsultasi pada 14 area pilot dan electronic data transfer dari medical devices. Sistem informasi rumah sakit baru tahap awal implementasi, terutama di rumah sakit nasional. Vietnam baru bergerak dalam mendesain eHealth nasional. Saat ini masih pada tahap advokasi pemerintah pusat untuk mendapatkan komitmen nasional, dukungan finansial, pengembangan infrastruktur dan penggunaan standar data melalui National Medical Database. Prioritas Vietnam sekarang adalah pembuatan eHealth strategy, adopsi standard, legal framework dan health data center. Thailand telah masuk pada tahapan interoperabilitas dengan mengacu pada beberapa standard seperti SNOMED-CT, HL7 Clinical Document Architecture (CDA) dan beberapa standar yang dikembangkan secara mandiri (National drug standard). CRVS telah berjalan baik di Thailand yang telah dibangun sejak tahun 60an dimulai dari National Unique ID. Sekarang prioritas Thailand adalah memperkuat kapasitas SDM dengan memasukkan pendidikan formal biomedical and health informatics program (Diploma dan MSc) serta program sertifikasi untuk CIO. Beberapa inovasi di Filipina menekankan pada komite standar data kesehatan. Filipina juga sudah membangun Health Data Dictionary. Secara nasional beberapa registrasi penyakit telah dilakukan antara lain penyakit kronis, registrasi kecelakaan dan registrasi kecacatan. https://daniiswara.wordpress.com/2007/01/20/open- source-software-dan-pelayanan-kesehatan/ https://www.slideshare.net/tahadhandy/pengertiandan-sejarah-open-source https://media.neliti.com/media/publications/165933ID-pengembangan-model-aplikasi-administrasi.pdf https://www.slideshare.net/NurindahLailiMaghfirati1/ adopsi-teknologi-informasi-bidang-kesehatan