Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amanat Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), mendorong satuan pendidikan untuk memenuhi 8 (delapan) SNP dalam kurun waktu yang ditentukan. Ketentuan Peraturan Peralihan pasal 94 butir b, menyatakan bahwa satuan pendidikan wajib menyesuaikan diri dengan PP Nomor 19 Tahun 2005 tersebut paling lambat 7 (tujuh) tahun sejak diterbitkannya. Perencanaan program sekolah merupakan hasil analisis dan tindak lanjut dari kesenjangan antara kondisi riil sekolah dengan kondisi ideal sesuai dengan tuntutan SNP, dan program-program sekolah lainnya yang diharapkan. Rencana kerja sekolah yang disusun bersama-sama oleh warga sekolah dan stakeholder sekolah bersifat unik, dan berbeda antara satu sekolah dengan sekolah lainnya, baik dalam melaksanakan program pelayanan terhadap warganya, maupun pihak lain yang berkepentingan. Peraturan Pemerintah nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan pasal 51 ayat 1 menyatakan, bahwa satuan pendidikan harus membuat kebijakan tentang perencanaan program dan pelaksanaannya secara transparan dan akuntabel. Kebijakan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) oleh satuan pendidikan anak usia dini, satuan pendidikan dasar, dan satuan pendidikan menengah dituangkan dalam: a. rencana kerja tahunan satuan pendidikan; b. anggaran pendapatan dan belanja tahunan satuan pendidikan; dan c. peraturan satuan atau program pendidikan Sementara itu Permendiknas nomor 19 Tahun 2007 harus membuat menyatakan, bahwa sekolah Rencana Kerja Sekolah yang terdiri atas Rencana Kerja Jangka Menengah yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu empat tahun dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang dituangkan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS), yang disusun dan dilaksanakan berdasarkan Rencana Kerja Jangka Menengah. Untuk selanjutnya glosarium nomor 10 pada Permendiknas tersebut menyatakan, bahwa RKT adalah rencana kerja tahunan sekolah/madrasah yang berdasar pada rencana kerja jangka menengah (empat tahunan) yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/Madrasah (RKA-S/M) sebagai istilah lain dari Rencana Anggaran Penerimaan dan Belanja Sekolah/Madrasah (RAPB-S/M). Meskipun peraturan ini telah digulirkan pada tahun 2007, tetapi sampai saat ini masih banyak sekolah yang tetap menggunakan istilah RAPBS dari pada RKAS. Untuk itulah perlu adanya penjelasan dan sosialisasi lebih lanjut tentang penggunaan istilah RKAS tersebut agar sekolah dapat memahaminya. Untuk kepentingan tersebut dan untuk memberikan kemudahan bagi sekolah dalam menyusun RKAS, maka Dinas Tim Fasilitator Pengawas Dikmen Halaman 1 Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS) Pendidikan Kabupaten Sidoarjo menyusun Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS), yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi sekolah dalam menjalankan program-programnya. B. Landasan Hukum 1. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan 3. Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2005 tentang Pendanaan Pendidikan 4. Peraturan Pemerintah Pemerintahan Antara No. 38 Tahun Pemerintah, 2007 tentang Pemerintahan Pembagian Daerah Urusan Provinsi, dan Pengelolaan dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota 5. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan 6. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi 7. Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan 8. Permendiknas No. 24 Tahun 2006 dan No. 6 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan 9. Permendiknas No.25 Tahun 2006 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di Lingkungan Ditjen Mandikdasmen. 10. Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah 11. Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru 12. Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan 13. Permendiknas No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan 14. Permendiknas No. 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan 15. Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses 16. Permendiknas No. 39 Tahun 2009 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan, dan penjabarannya dalam Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas yang diterbitkan oleh Ditjen PMPTK, Agustus 2009 17. Permendiknas No. 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan 18. Peraturan Bupati No. 7 Tahun 2011 C. Landasan Operasional 1. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 94 butir b menyatakan, bahwa satuan pendidikan wajib menyesuaikan diri dengan ketentuan mengenai 8 (delapan) SNP paling lambat 7 (tujuh) tahun setelah berlakunya PP tersebut. 2. Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007, Lampiran Bagian B butir 1 a menyatakan, bahwa dalam pelaksanaan rencana kerja, sekolah/madrasah membuat dan memiliki pedoman yang mengatur berbagai aspek pengelolaan secara tertulis yang mudah dibaca oleh pihak-pihak yang terkait. Tim Fasilitator Pengawas Dikmen Halaman 2 Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS) 3. Permendiknas No. 41 Tahun 2007 pasal 1 menyatakan bahwa standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran. 4. Permendiknas No. 22 tahun 2006 pada Pendahuluan Lampiran menyatakan, bahwa peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melalui penerapan manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. 5. Permendiknas No.13 Tahun 2007 pada Lampiran bagian B butir 2.1 menyatakan kompetensi kepala sekolah menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan. 6. Permendiknas No.19 Tahun 2007 pada Lampiran bagian A: a. butir 1: Perencanaan Program meliputi Sekolah/Madrasah, serta Rencana Kerja Sekolah Visi, Misi, dan Tujuan b. butir 4 d: Sekolah/Madrasah membuat: 1) rencana kerja jangka menengah yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu empat tahun, berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin dicapai dan perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu lulusan; 2) rencana kerja tahunan yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/Madrasah (RKA-S/M) dilaksanakan berdasarkan rencana jangka menengah. 7. Permendiknas No.19 Tahun 2007 pada Lampiran bagian B butir 8 b menyatakan, bahwa Pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional Sekolah/ Madrasah mengatur: a) sumber pemasukan, pengeluaran dan jumlah dana yang dikelola; b) penyusunan dan pencairan anggaran, serta penggalangan dana di luar dana investasi dan operasional; c) kewenangan dan tanggungjawab kepala sekolah/madrasah dalam membelanjakan anggaran pendidikan sesuai dengan peruntukannya; d) pembukuan semua penerimaan dan pengeluaran serta penggunaan anggaran, untuk dilaporkan kepada komite sekolah/madrasah, serta institusi di atasnya. D. Landasan Empiris 1. Masih ada sekolah yang menganggap bahwa Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) sebagai barang baru yang esensinya berbeda dengan Rencana Anggaran Penerimaan dan Belanja Sekolah (RAPBS), sehingga perlu adanya sosialisasi tentang RKAS yang merupakan istilah lain dari RAPBS. 2. Masih ada sekolah yang mengalami kesulitan dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah (RKS), baik Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) maupun Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) sesuai dengan tuntutan dalam memenuhi SNP dan program-program lainnya Tim Fasilitator Pengawas Dikmen Halaman 3 Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS) 3. Strategi sekolah dalam pencapaian SNP bervariasi, tergantung pada kemampuan sekolah menganalisis kebutuhan sekolah berdasarkan kondisi riil, serta kesiapan dan kemampuan sekolah dalam mengelola dan mengoptimalkan seluruh sumber daya di sekolah. 4. Belum adanya panduan atau petunjuk teknis yang lebih operasional yang dapat dijadikan acuan oleh sekolah dalam penyusunan RKAS. E. Tujuan Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) ini disusun dengan tujuan: 1. Menyamakan pemahaman tentang konsep dan substansi RKAS 2. Memberikan rambu-rambu kepada sekolah dalam menyusun dan mengembangkan RKAS, sesuai dengan kondisi riil sekolah dengan mengacu pada tuntutan SNP F. Hasil yang Diharapkan 1. Setiap sekolah memiliki pemahaman yang sama tentang konsep dan substansi RKAS 2. Adanya acuan bagi sekolah dalam menyusun RKAS, sehingga sekolah dapat menyusun substansi RKAS sesuai dengan kondisi riil sekolah G. Sasaran Panduan ini dapat digunakan oleh seluruh sekolah di kabupaten Sidoarjo dalam menyusun Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) untuk memenuhi SNP. Tim Fasilitator Pengawas Dikmen Halaman 4 Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS) BAB II RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH A. Pengertian Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan menyatakan bahwa Rencana Kerja Sekolah/Madrasah (RKS) meliputi: 1. Rencana Kerja Jangka Menengah yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu empat tahun berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin dicapai dan perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu lulusan; 2. Rencana kerja tahunan yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/Madrasah (RKA-S/M), dilaksanakan berdasarkan rencana jangka menengah. Selanjutnya Glosarium butir 10 Permendiknas tersebut menyatakan, bahwa: “RKT adalah rencana kerja tahunan sekolah/madrasah yang berdasar pada rencana kerja jangka menengah (empat tahunan) yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/Madrasah (RKA-S/M) sebagai istilah lain dari Rencana Anggaran Penerimaan dan Belanja Sekolah/Madrasah (RAPB-S/M). Dalam hal ini juga Muhaimin, et al (2009:185) mengungkapkan bahwa: “Rencana program dikembangkan dengan tujuan untuk memperjelas bagaimana suatu visi dapat dicapai. Rencana program pada dasarnya merupakan upaya untuk implementasi strategi utama organisasi. Rencana program merupakan proses penentuan jumlah dan jenis sumber daya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan suatu rencana”. B. Komponen Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) PP Nomor 19 Tahun 2005 mengamanatkan bahwa Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) pada dasarnya harus mencakup substansi yang telah ditetapkan, sesuai dengan tuntutan SNP. Sementara itu, Permendiknas No. 19 Tahun 2007 secara rinci mengatakan bahwa RKAS harus memuat secara jelas tentang; 1. kesiswaan 2. kurikulum dan kegiatan pembelajaran 3. pendidik dan tenaga kependidikan serta pengembangannya 4. sarana dan prasarana 5. keuangan dan pembiayaan 6. budaya dan lingkungan sekolah 7. peranserta masyarakat dan kemitraan Tim Fasilitator Pengawas Dikmen Halaman 5 Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS) 8. rencana-rencana kerja lain yang mengarah kepada peningkatan dan pengembangan mutu. Kedua peraturan tersebut pada dasarnya tidak bertentangan, tetapi saling melengkapi dan menguatkan. Komponen pada Permendiknas No. 19 Tahun 2007 terakumulasi pada 8 (delapan) SNP yang dimaksud oleh PP No. 19 Tahun 2005. Dengan demikian komponen kegiatan pada RKAS mengacu kepada delapan standar nasional pendidikan. C. Prinsip Penyusunan/Pengembangan RKAS RKAS disusun berdasarkan hasil analisis kesenjangan antara kondisi riil sekolah dengan kondisi ideal yang diharapkan dengan memperhatikan skala prioritas. Menurut Muhaimin (2009; 196) RKAS disusun dengan tujuan sebagai berikut: 1. menjamin agar perubahan/tujuan sekolah yang ditetapkan dapat dicapai dengan tingkatan kepastian yang tinggi dan resiko yang kecil; 2. mendukung koordinasi antar pelaku sekolah; 3. menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar pelaku sekolah dan/atau antara sekolah dan Dinas Pendidikan; 4. menjamin keterkaitan antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; 5. mengoptimalkan partisipasi warga sekolah dan masyarakat; 6. menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Oleh sebab itu, dalam penyusunan RKAS juga harus menerapkan prinsip-prinsip berikut: 1. demand driven (berdasarkan kebutuhan) 2. data driven, realistik sesuai dengan hasil analisis konteks 3. dapat memperbaiki prestasi belajar peserta didik 4. membawa perubahan yang lebih baik (peningkatan/ pengembangan) 5. sistematis, terarah, terpadu (saling terkait & sepadan), dan menyeluruh 6. tanggap terhadap perubahan 7. bersifat partisipasif, keterwakilan, dan transparansi, 8. berdasarkan pada hasil review dan evaluasi. Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan pada lampiran bagian A butir 4.d menyatakan bahwa Rencana Kerja Tahunan dijadikan dasar pengelolaan sekolah/madrasah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas. D. Keterkaitan antar Komponen 8 SNP dalam penyusunan RKAS Satuan pendidikan merupakan bagian dari masyarakat dan lingkungan. Oleh sebab itu analisis konteks terhadap satuan pendidikan dan lingkungannya merupakan suatu hal Tim Fasilitator Pengawas Dikmen Halaman 6 Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS) yang harus dilaksanakan sebelum menyusun RKAS. Program dan kegiatan sekolah yang dituangkan dalam RKAS, pelaksanaan, dan pengawasannya akan dapat menentukan keberhasilan sekolah tersebut baik dalam peningkatan mutu pendidikan maupun dalam kedudukannya di masyarakat/lingkungan tempat sekolah itu berada. Selain itu semua program dan kegiatan yang dicanangkan oleh sekolah merupakan jembatan yang akan dijalani sekolah dalam menyongsong masa depan yang diinginkan. Dalam hal ini Smith (2001; 18) berpendapat bahwa analisis lingkungan merupakan hal yang sangat penting dalam penentuan program sekolah, karena: Schools are a subset of society and as such are reflective and dependent upon it An examination of past trends allows us to understand the present and anticipate the future Schools have been called upon by society to solve many of its problems. A thorough understanding of such problems provides an opportunity for taking appropriate action with regard to program and personnel development Schools and the school staff are part of this culture. An understanding of the culture helps us understand and meet staff needs Dari pernyataan di atas jelas terlihat bahwa sekolah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari lingkungannya, dan dapat memberikan warna kepada lingkungannya, serta adanya ketergantungan sekolah terhadap lingkungannya. Selain itu evaluasi terhadap apa yang sudah dikerjakan dapat memberikan masukan dan bahan bagi masa depannya, sehingga sekolah dapat menjadi tumpuan masyarakat dalam membawa mereka ke arah peningkatan dan kemajuan. Keterkaitan antar komponen yang menjadi dasar dalam penyusunan RKAS terlihat pada pada bagan 1 berikut; Tim Fasilitator Pengawas Dikmen Halaman 7 Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS) 1. Perencanaan Analisis Konteks Analisis SNP dan Satdik Analisis Lingkungan 1. 2. Dukungan Ekternal SI KTSP SKL 3. St. Penilaian 4. St. Proses 5. St. Pend. & Tendik 6. St. Sarana Prasarana 8. St. Pengelolaan 7. St.Pembiayaan Pembiayaan Strategi Perencanaan Tujuan Anaslisis Kesenjangan n Visi & Misi Strategi Rencana Kerja Sekolah (RKS) RKJM RKAS 2. Pelaksanaan 3. Pengawasan Bagan 1 Keterkaitan antar komponen dalam penyusunan RKAS (dimodifikasi dari Model Smith) Penjelasan Bagan 1 Keseluruhan proses kegiatan yang terjadi di sekolah mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan harus mengacu kepada berbagai ketentuan yang diatur dalam PP No.17 Tahun 2010 tentang Standar Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan dan Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan. Tim Fasilitator Pengawas Dikmen Halaman 8 Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS) a. Perencanaan Proses perencanaan dimulai dengan melakukan analisis konteks dan menelaah hasilnya, dilanjutkan dengan merumuskan/menyusun visi, misi, tujuan, sasaran dan hasil yang diharapkan, serta strategi pelaksanaan. 1) Melakukan analisis konteks meliputi: (a) Analisis konteks 8 SNP sesuai dengan hasil analisis EDS (b) Analisis kondisi satuan pendidikan (c) Analisis Kondisi lingkungan eksternal satuan pendidikan (Untuk melakukan analisis konteks sangat dianjurkan membaca Petunjuk Teknis Analisis Konteks yang telah dikembangkan oleh Direktorat Pembinaan SMA). 2) Menelaah hasil analisi konteks untuk mendapatkan kesenjangan yang dihadapi sekolah Hasil analisis konteks dimaksud, pada dasarnya merupakan acuan utama bagi sekolah dalam penyusunan program kerja sekolah, sebagai contoh: hasil pemetaan standar Isi, SKL, dan Standar Penilaian merupakan bahan dasar dalam penyusunan KTSP yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Analisis terhadap pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, serta pembiayaan akan sangat diperlukan dalam menunjang keberlangsungan proses pembelajaran. Untuk dapat melaksanakan pemetaan dan analisis standar – standar ini dapat dibaca di Seri Petunjuk Teknis penyusunan KTSP. 3) Mendata hasil kesenjangan dan menetapkan skala prioritas penanganan program sekolah. 4) Merumuskan/menyusun Visi Wibisono (2006) menyatakan bahwa visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan, atau dapat dikatakan bahwa visi merupakan pernyataan want to be dari organisasi atau perusahaan. Visi juga merupakan hal yang sangat “genting” bagi perusahaan untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan jangka panjang. Pernyataan visi harus selalu berlaku pada semua kemungkinan perubahan yang mungkin terjadi sehingga suatu visi hendaknya mempunyai sifat fleksibel. Sementara itu Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan pada Lampiran bagian A butir 1.b menyatakan bahwa visi sekolah/ madrasah; (a) dijadikan sebagai cita-cita bersama warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan pada masa yang akan datang; (b) mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan; Tim Fasilitator Pengawas Dikmen Halaman 9 Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS) (c) dirumuskan berdasar masukan dari berbagai warga sekolah/madrasah dan pihak-pihak yang berkepentingan, selaras dengan visi institusi diatasnya serta visi pendidikan nasional; (d) diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah dengan memperhatikan masukan komite sekolah/madrasah; (e) disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan; (f) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat. Memperhatikan kedua pernyataan tersebut, maka ada beberapa persyaratan yang hendaknya dipenuhi oleh suatu pernyataan visi, yaitu; (a) Berorientasi pada masa depan (b) Tidak dibuat berdasarkan kondisi atau trend saat ini (c) Mengekspresikan kreativitas (d) Berdasar pada prinsip nilai yang mengandung penghargaan bagi setiap warga sekolah (e) Memperhatikan sejarah, kultur, dan nilai sekolah meskipun ada perubahan (f) Mempunyai standar yang tinggi, ideal serta harapan bagi anggota lembaga sekolah (g) Memberikan klarifikasi bagi manfaat sekolah serta tujuan-tujuannya (h) Memberikan semangat dan mendorong timbulnya dedikasi setiap warga sekolah (i) Menggambarkan keunikan/ciri khas sekolah dalam kompetisi serta citranya (j) Dirumuskan bersama seluruh warga dan dijadikan pedoman atau cita–cita bersama, dan ditetapkan melalui rapat sekolah 5) Merumuskan/menyusun misi sekolah Setelah visi ditetapkan, maka untuk mencapainya dirumuskan misi yang merupakan pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh sekolah. Dalam operasionalnya seluruh personil yang terlibat berpedoman pada pernyataan misi yang merupakan hasil kompromi intepretasi visi. Misi juga merupakan serangkaian aktivitas yang akan dilakukan oleh sekolah dalam rangka mewujudkan visi jangka panjangnya. Misi dapat dimaknai juga sebagai sebuah deskripsi alasan bagi eksistensi suatu sekolah yang mencerminkan tujuan fundamentalnya. Misi merupakan prinsip yang mengarahkan dan merangsang proses perumusan tujuan dan strategi. Welch dalam Nisjar dan Winardi (1997:117) menyatakan bahwa; “Misi merupakan sebuah “... pervasive, although general, expression of the philosophical objectives of the entreprise.” Mission should focus on “long-range economic potentials, attitudes toward customers, product and service quality, employees, and attitudes toward owners”. Untuk selanjutnya Permendiknas No. 19 Tahun Tim Fasilitator Pengawas Dikmen Halaman 10 Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS) 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan pada Lampiran bagian A butir 2.b menyatakan bahwa misi sekolah/madrasah; (a) memberikan arah dalam mewujudkan visi sekolah/madrasah sesuai dengan tujuan pendidikan nasional; (b) merupakan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu; (c) menjadi dasar program pokok sekolah/madrasah; (d) menekankan pada kualitas layanan peserta didik dan mutu lulusan yang diharapkan oleh sekolah/madrasah; (e) memuat pernyataan umum dan khusus yang berkaitan dengan program sekolah/madrasah; (f) memberikan keluwesan dan ruang gerak pengembangan kegiatan satuansatuan unit sekolah/madrasah yang terlibat; (g) dirumuskan berdasarkan masukan dari segenap pihak yang berkepentingan termasuk komite sekolah/madrasah dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah; (h) disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan; (i) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat. Mengingat demikian pentingnya pernyataan misi maka proses perumusannya perlu melibatkan dan memperhatikan masukan-masukan dari berbagai pihak yang terkait khususnya seluruh warga sekolah serta sumber-sumber lain yang secara langsung berpengaruh terhadap kemajuan sekolah. Untuk memberikan tekanan pada faktor komprehensif dari pernyataan misi maka pernyataan tersebut hendaknya mampu memberikan gambaran yang menjawab pertanyaan- pertanyaan diantaranya sebagai berikut: (a) Apa yang akan dikerjakan oleh sekolah? (b) Usaha apa yang akan dilaksanakan sekolah dalam meningkatkan mutunya? (c) Apa yang yang menjadi ciri khas dari sekolah? (d) Pihak luar mana yang berkepentingan dengan sekolah dan mengapa? (e) Apa nilai dasar sekolah? (f) Apa yang berbeda pada sekolah 4 tahun yang lalu dengan sekarang? (g) Mengapa berbeda? (h) Cita – cita apa yang diinginkan sekolah 4 tahun yang akan datang? (i) 6) Apakah jawaban pertanyaan-pertanyaan di atas merefleksikan visi sekolah? Merumuskan/menyusun Tujuan Sekolah Setelah visi dan misi ditentukan, maka kegiatan selanjutnya adalah menentukan tujuan sekolah yang dijabarkan ke dalam masing – masing tujuan kegiatan/program. Tujuan merupakan hasil akhir yang ingin dicapai dari suatu Tim Fasilitator Pengawas Dikmen Halaman 11 Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS) rencana kegiatan. Tujuan ini harus terdefinisikan dengan tepat dan dapat ditentukan atau diukur keberhasilan yang ingin dicapainya pada satuan waktu tertentu, dengan target tertentu, mengacu pada analisis kesenjangan. Kesenjangan merupakan hasil pengukuran terhadap perbedaan antara kondisi riil sekolah dengan kondisi ideal yang dicita - citakan sekolah sesuai dengan visi atau standar yang berlaku. Analisis kesenjangan dilaksanakan untuk menentukan tindak lanjut yang akan dilakukan dalam penentuan program dan kegiatan yang harus dicanangkan dalam RKAS mengacu kepada visi, misi, dan tujuan sekolah yang telah ditentukan. Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan pada Lampiran bagian A butir 3.b menyatakan bahwa tujuan sekolah/madrasah: (a) menggambarkan tingkat kualitas yang perlu dicapai dalam jangka menengah (empat tahunan); (b) mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional serta relevan dengan kebutuhan masyarakat; (c) mengacu pada standar kompetensi lulusan yang sudah ditetapkan oleh sekolah/madrasah dan Pemerintah; (d) mengakomodasi masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan termasuk komite sekolah/madrasah, dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah; (e) disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan. 7) Merumuskan/menyusun Hasil dan Sasaran Yang Akan Dicapai Sasaran adalah hasil yang akan dicapai secara nyata oleh sekolah dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu yang lebih pendek dari tujuan. Dalam sasaran dirancang pula indikator sasaran. Indikator sasaran adalah ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran untuk diwujudkan pada tahun bersangkutan. Setiap indikator sasaran disertai rencana tingkat capaiannya (targetnya) masing-masing. Sasaran diupayakan untuk dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu/tahunan secara berkesinambungan sejalan dengan tujuan yang ditetapkan dalam rencana strategik. Dalam kaitannya dengan RKAS, penentuan sasaran untuk pencapaian setiap tahun dituangkan dalam RKAS. Sasaran ini bisa berupa dokumen, orang, atau kegiatan sesuai dengan rencana kegiatan yang dilaksanakan. Sebagai contoh, untuk kegiatan pelatihan yang menjadi sasaran misalnya guru, pegawai tata usaha, atau peserta didik dengan hasil kegiatan berupa keterampilan dan/atau dokumen. 8) Merumuskan/menyusun Strategi Pelaksanaan Strategi merupakan rencana komprehensip yang disusun untuk mencapai misi, tujuan, dan sasaran yang telah ditentukan. Strategi harus dapat memaksimalkan Tim Fasilitator Pengawas Dikmen Halaman 12 Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS) seluruh peluang dan potensi yang tersedia di dalam dan di luar sekolah yang dapat memacu pengembangan sekolah, dan sekaligus mampu meminimalkan permasalahan yang dapat menghambat peningkatan mutu sekolah tersebut. Richard Vancil dalam Nisjar dan Winardi (1997) mengemukakan bahwa: “... Strategi sebuah organisasi, atau sub-unit sebuah organisasi lebih besar yaitu sebuah konseptualisasi yang dinyatakan atau yang diimplikasi oleh pemimpin organisasi yang bersangkutan, berupa: (a) sasaran-sasaran jangka panjang atau tujuan-tujuan organisasi tersebut; (b) kendala-kendala dan kebijakan-kebijakan, yang ditetapkan sendiri oleh pemimpin, atau yang diterima dari atasannya, yang membatasi ruang lingkup aktivitas-aktivitas organisasi yang bersangkutan, dan (c) kelompok rencana dan tujuan jangka pendek yang telah diterapkan dengan harapan akan diberikannya kontribusi mereka dalam hal mencapai sasaransasaran organisasi tersebut” b. Pelaksanaan RKAS disusun sebagai pedoman sekolah dalam melaksanakan program dan kegiatan, serta pembiayaan yang telah dianggarkan. Semua warga sekolah harus memiliki komitmen bersama untuk mencapai tujuan dan sasaran dan mematuhi jadwal yang telah ditetapkan. Selain itu, warga sekolah juga harus mentaati semua peraturan dan membuat pelaporan untuk semua kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai dengan yang tercantum dalam RKAS. Apabila ada perubahan program/kegiatan, maka harus segera dilakukan penyesuaian, dan diberitahukan kepada seluruh warga yang berkepentingan, agar keberlangsungan program dapat berjalan dengan lancar. Dalam hal ini Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan pada Lampiran Bagian B butir 3.b dan 3.c menyatakan: 1) Pelaksanaan kegiatan sekolah/madrasah yang tidak sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan perlu mendapat persetujuan melalui rapat dewan pendidik dan komite sekolah/madrasah. 2) Kepala sekolah/madrasah mempertanggungjawabkan pelaksanaan pengelolaan bidang akademik pada rapat dewan pendidik, dan bidang non akademik pada rapat komite sekolah/madrasah dalam bentuk laporan pada akhir tahun ajaran yang disampaikan sebelum penyusunan rencana kerja tahunan berikutnya. c. Pengawasan Dalam proses pendidikan, pengawasan atau supervisi merupakan bagian tidak terpisahkan dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu sekolah. Sahertian (2000:19) menegaskan bahwa pengawasan atau supervisi pendidikan adalah usaha memberikan layanan kepada stakeholder pendidikan, terutama kepada para guru, baik secara individu maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas Tim Fasilitator Pengawas Dikmen Halaman 13 Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS) proses dan hasil pembelajaran. Burhanuddin (1990:284) memperjelas hakikat pengawasan pendidikan pada hakikat substansinya. Substansi hakikat pengawasan yang dimaksud menunjuk pada segenap upaya bantuan supervisor kepada stakeholder pendidikan terutama para guru yang ditujukan pada perbaikanperbaikan dan pembinaan aspek pembelajaran. Bantuan yang diberikan kepada guru harus berdasarkan penelitian atau pengamatan yang cermat dan penilaian yang objektif serta mendalam, dengan acuan perencanaan program pembelajaran yang telah dibuat. Proses bantuan yang diorientasikan pada upaya peningkatan kualitas proses dan hasil belajar itu penting, sehingga bantuan yang diberikan benar-benar tepat sasaran. Jadi bantuan yang diberikan harus mampu memperbaiki dan mengembangkan situasi belajar mengajar. Program pengawasan tidak hanya terbatas pada proses pembelajaran saja, tetapi pengawasan dan kontrol dilaksanakan secara menyeluruh untuk setiap program dan kegiatan pendidikan di sekolah. Hal ini dilakukan agar sekolah dapat terus menerus mengevaluasi diri untuk meningkatkan kinerjanya, sehingga peningkatan mutu pendidikan di sekolah tersebut secara umum dapat terlaksana. Pengawasan juga merupakan bantuan dalam pengembangan untuk memperoleh kondisi yang lebih baik, terutama bantuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Selain itu, pengawasan juga merupakan suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu seseorang atau sekelompok orang agar dapat melakukan pekerjaannya secara efektif, serta merupakan pekerjaan pembinaan yang menggunakan sejumlah teknik atau pendekatan dalam memberikan dorongan dan bantuan secara profesional untuk memperbaiki kinerja. Permendiknas No. 19 Tahun 2007 Standar Pengelolaan Pendidikan pada Lampiran Bagian C butir 1.d menyatakan bahwa pengawasan pengelolaan sekolah/madrasah meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan. Kegiatan pengawasan ini dapat dilakukan baik secara periodik maupun sewaktuwaktu, tetapi dengan tetap menggunakan prinsip pengawasan seperti yang dikemukakan oleh Sahertian & Mataheru (1982), yaitu; (1) Ilmiah, dilakukan secara sistematis, objektif, dan menggunakan instrumen; (2) Demokratis, menjunjung tinggi musyawarah dan memiliki jiwa kekeluargaan; (3) Kooperatif, seluruh personil sekolah dapat bekerja sama, mengembangkan usaha bersama dalam menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik; (4) Konstruktik dan kreatif, membina guru serta mendorong untuk aktif menciptakan suasana dimana tiap orang merasa aman dan nyaman. Tim Fasilitator Pengawas Dikmen Halaman 14 Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS) E. Mekanisme Penyusunan RKAS Mekanisme penyusunan RKS, RKJM dan RKAS, dapat digambarkan seperti bagan 2 berikut. Kondisi Riil St. Pengelolaan St. Pembiayaan Kegiatan Analisis SI, SKL, St. Penilaian Penyusunan KTSP St. Proses Anslisis St.Pend & Tendik m Siap ? Sesuai? St. Sarpras Memenuhi, Diberdayakan Dipelihara/ dirawat Dukungan Eksternal. P Pelatihan/IHT e/Workshop b i Pembenahan/ optimalisasi sesuai hasil a analisis y Pemenuhan Pengadaan aPemanfaatan secara optimal Pemeliharaan/ aPerawatan Penambahan Penghapusan/ Hibah n Cukup? Koordinasi Konsultasi Kemitraan RKJM Skala prioritas P Pembiayaan eP -Nara sumber /fasilitator me-Akomodasi -Konsumsi -ATK m b-Honor Penugasan -dll. b i -ATK i-Honor a Penugasan -Biaya aoperasional y Pesdik/Pend/ TU/Adminis ytrasi a a-Honor/biaya a jasa -Pembelian a-Pembangunan n n -Transport -ATK -Akomodasi -Konsumsi RKAS Kondisi Ideal Tim Fasilitator Pengawas Dikmen Halaman 15 Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS) F. Penyusunan dan Penentuan Besaran Biaya Kegiatan dan Anggaran Sekolah Rencana kegiatan di setiap sekolah tergantung kepada hasil analisis kesenjangan yang terjadi di sekolah tersebut. Sedangkan besaran biaya dapat memgacu kepada ketentuan Kabupaten/Kota masing – masing, atau ketentuan lain yang ditetapkan menurut harga pasar. Semua sumber dana harus dicantumkan dalam RKAS, baik dana yang diterima sekolah dari Pemerintah, Pemerintah Daerah, orang tua, masyarakat, dan sumber lainnya. Hal ini tercantum dalam Permendiknas No. 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan pada Lampiran Bagian A butir 8.b.4) yang menyatakan; “pembukuan semua penerimaan dan pengeluaran serta penggunaan anggaran, untuk dilaporkan kepada komite sekolah/madrasah, serta institusi di atasnya”. Penghitungan dan penentuan besaran biaya/harga mengacu kepada besaran biaya/plafon yang berlaku serta pembayaran kewajiban pajak sesuai dengan peruntukannya. Cara menentukan program/kegiatan berdasarkan hasil analisis kondisi dapat dilihat pada contoh 1, sedangkan cara menentukan besaran biaya, terutama yang berkaitan dengan operasional peserta didik dapat dilihat pada contoh 2. Untuk selanjutnya contoh 3 dan contoh 4 masing-masing adalah contoh cara menentukan besaran biaya dalam pelaksanaan In House Training (IHT) dan cara menentukan biaya untuk kebutuhan administrasi guru. G. Kerangka Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah harus disusun secara sistematik dan mencakup berbagai komponen yang diperlukan berikut pembiayaan (sumber dan jumlah dana) yang dibutuhkan. Contoh sistematika RKAS sebagai berikut: 1. Cover 2. Kata Pengantar dan Daftar Isi 3. Identitas Sekolah dan Kepala Sekolah 4. Pendahuluan (Latar Belakang, Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran ) 5. Analisis Kondisi Riil Sekolah (hasil Analisis EDS) 6. Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah untuk satu tahun dengan substansinya 7. Lampiran - lampiran Guna mendukung kelengkapan informasi, maka program kerja sekolah harus dilengkapi/dilampiri dengan : 1. Fotocopy surat keputusan pendirian sekolah (bagi sekolah negeri) atau Akte pendirian yayasan (bagi sekolah swasta) 2. Fotocopy surat keputusan pembentukan Komite Sekolah 3. Fotocopy surat keputusan pengangkatan Kepala Sekolah, sebagai bukti status Kepala Sekolah yang definitif 4. Data sekolah mengacu pada Lembar Identitas Sekolah/Madrasah (LISM) 5. Surat Keputusan Kepala Sekolah tentang Tim Pengembang Sekolah beserta uraian tugasnya. Tim Fasilitator Pengawas Dikmen Halaman 16 Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS) Contoh 1: Penentuan rencana kegiatan yang didasarkan pada hasil analisis dan penentuan kebutuhan biaya dalam RKAS No . 1. Kondisi Ideal Semua pendidik menyusun Silabus secara mandiri Kondisi Riil Belum semua pendidik dapat menyusun Silabus Rencana Tindak Lanjut/Kegiatan Melakukan kegiatan pelatihan bagi guru, misalnya IHT Biaya yang dibutuhkan Keterangan Sumber Dana Honor fasilitator Konsumsi pendidik dan fasilitator ATK Besaran biaya sesuai dengan jumlah fasilitator dan pendidik yg ada Komite Sekolah Biaya pembangunan RKB Jumlah ruang yang dibangun sesuai dengan kemampuan /rencana tahun berjalan dengan besaran biaya disesuaikan dengan standar yang berlaku Komite Sekkolah Masyarakat Pemerintah Disesuaikan dengan ketentuan Kab./Kota Mendorong Dinas Kab/Kota merealisasikan usulan Komite sekolah .... . 7. .... . 18 .... .. 22. Jumlah rombel 18 Jumlah ruang kelas 1.Penambahan 15 kelas ruang Semua pendidik telah Baru 50% pendidik Persiapan dan tersertifikasi tersertifikasi pengusulan guru unyuk disertifikasi Transport ATK Semua bangunan/ gedung difungsikan secara optimal dan terpelihara dengan baik Tim Fasilitator Pengawas Dikmen Sebagian gedung Pemeliharaan/perakurang terpelihara/ watan bangunan/ terawat gedung Pemeliharaan rutin berpe- Sesuai kebutuhan doman pada pembiayaan pemeliharaan dan rehab ringan Halaman 17 Komite Sekolah Block Grant Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS) No . 23. .... 30. Kondisi Ideal Kondisi Riil Ruang kelas dilengkapi Baru sebagian ruang dengan sarana TIK yang kelas yang dilengmemadai kapi sarana TIK Peserta didik memiliki pengalaman berorganisasi Seluruh peserta didik menjadi anggota OSIS Tim Fasilitator Pengawas Dikmen Belum seluruh peserta didik memiliki pengalaman organisasi Baru sebagian peserta didik memiliki kartu OSIS Rencana Tindak Lanjut/Kegiatan Pemenuhan sarana TIK di ruang kelas Kegiatan OSIS Pembuatan kartu OSIS Biaya yang dibutuhkan Keterangan Pembelian sarana TIK Besaran biaya (infocus, screen, disesuaikan dengan aturan/harga yang komputer, dll) berlaku Sumber Dana Block Grant Transport ATK Konsumsi Disesuaikan dengan ketentuan Kab./Kota Komite Sekolah ATK Biaya cetak Sesuai kebutuhan Komite Sekolah Halaman 18 Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS) Contoh 2: Perhitungan biaya operasional peserta didik (non inventaris) a. Ulangan harian. Ulangan harian diperhitungkan dari jumlah SK/KD untuk setiap mata pelajaran. Sebagai contoh untuk mata pelajaran matematika adalah sebagai berikut: Kelas Jumlah SK Jumlah KD Banyak Ulangan Harian Kebutuhan Kertas X 6 24 8 kali 24 lembar XI IPA 6 21 7 kali 21 lembar XI IPS 3 14 5 kali 15 lembar XI BHS 2 6 4 kali 12 lembar XII IPA 5 20 6 kali 18 lembar XII IPS 4 12 4 kali 12 lembar XII BHS 3 8 4 kali 12 lembar Dari daftar di atas, jika dirata–rata setiap mata pelajaran melaksanakan 6 kali Ulangan Harian setiap tahunnya (diperhitungkan terhadap banyaknya SK/KD), maka kebutuhan Ulangan Harian dapat dihitung sebagai berikut; 18 MP x 6 UH x 3 lbr kertas = 324 lembar ≈ 0, 67 rim kertas Tinta 1 tube untuk 800 lembar, sehingga kebutuhan tinta adalah 0,438 tube, dan Master 1 lembar untuk 100 kertas, maka kebutuhannya adalah 3,24 lembar. Jumlah biaya untuk kebutuhan Ulangan Harian /peserta didik/tahun adalah Jenis kebutuhan Harga satuan Volume (Rp) Jumlah (Rp) Keterangan 0,67 40.000,00 26.800,00 Harga disesuaikan dengan Kertas plafon/ ketentuan/ harga pasar Tinta 0,4378 300.000,00 131.250,00 3,24 3.000,00 9.700,00 Master Jumlah 167.750,00 b. Praktikum Rata–rata pelaksanaan praktikum untuk 1 mata pelajaran adalah 4 kali/tahun (disesuaikan dengan SK/KD mapel yang relevan), maka perhitungan biaya adalah sebagai berikut: 10 MP x 4 x Rp 5.000,00 = Rp 200.000,00 Tim Fasilitator Pengawas Dikmen Halaman 19 Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS) c. Pembinaan Prestasi 1) Ekstra kurikuler ± Rp 60.000,00 2) Akademik ± Rp 60.000,00 Jumlah kebutuhan Rp 120.000,00/peserta didik/tahun d. Ulangan Akhir Semester/ Ujian 2 x Rp 30.000,00 = Rp 60.000,00 e. Buku Teks 18 MP x Rp 30.000,00 = Rp 540.000,00/3 tahun, sehingga menjadi Rp 180.000,00/peserta didik/tahun f. Administrasi (kartu OSIS, Perpustakaan, dll) Rp 30.000,00 Jumlah kebutuhan operasional /peserta didik/Tahun adalah; No. a. Jenis kegiatan Ulangan Harian Biaya yang Keterangan dibutuhkan (Rp) 167.750,00 Harga/besaran biaya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku b. Praktikum 200.000,00 c. Pembinaan Prestasi 120.000,00 d. Ulangan Akhir 30.000,00 Semester/ Ujian e. Buku Teks 180.000,00 f. Administrasi 30.000,00 Jumlah 727.750,00 Contoh 3: Penghitungan biaya In House Training In House Training (IHT), merupakan pelatihan yang dilakukan di sekolah. Waktu disesuaikan dengan banyaknya/luasnya substansi materi pelatihan, sedangkan pembiayaan disesuaikan dengan peraturan yang berlaku, misalnya sesuai dengan plafon biaya Pemerintah Daerah setempat. Berikut contoh perhitungan pembiayaan untuk IHT tentang pelaksanaan dan penyusunan hasil analisis konteks dilaksanakan selama 2 hari dengan jumlah peserta 50 orang: No. Jenis Pembiayaan Honor a. Nara Sumber/fasilitator b. Pengarah 2. Konsumsi 3. ATK Jumlah Volume Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp) 1. Tim Fasilitator Pengawas Dikmen 16 jam 2 orang 55org x 2 hr 55 pkt 50.000,00 500.000,00 30.000,00 25.000,00 800.000,00 1.000.000,00 3.300.000,00 1.375.000,00 6.475.000,00 Halaman 20 Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS) Contoh 4: Penghitungan biaya kebutuhan administrasi guru Pembiayaan kebutuhan administrasi guru dalam pembelajaran berhubungan dengan ATK dan honor penugasan. Penghitungan untuk ATK dapat dilakukan dengan mempertimbangkan banyaknya guru dan program (IPA, IPS, dan Bahasa) yang ada di sekolah. Penugasan penyusunan administrasi (Silabus, RPP, dan pedoman/program kegiatan lainnya) dapat dilakukan per mata pelajaran. Sebagai contoh untuk sekolah dengan banyak guru 55 orang dan hanya ada jurusan IPA dan IPS saja, serta penugasan dilakukan per kelompok mata pelajaran, maka penghitungan pembiayaan dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Honor Penugasan: 18 mapel x Rp 200.000 = 3.600.000 /semester 2. ATK diperkirakan a. Kertas: 1 rim/orang/semester, sehingga kebutuhan ATK keseluruhan menjadi 55 orang x 1 rim x Rp 40.000 = Rp 2.200.000/semester b. Tinta; 55 rim x 500 lembar = 27.500 lembar, maka kebutuhan tinta menjadi (27.500 : 800) x Rp 300.000,00 = Rp 10.312.500,00/semester c. Master; (27.500 : 100) x Rp 3000,00 = Rp 825.000,00/semester Dengan demikian maka kebutuhan biaya untuk administrasi guru dalam satu Tahun adalah sebagai berikut; Biaya per semester (Rp) 3.600.000,00 Biaya yang diperlukan dalam satu Tahun (Rp) 7.200.000,00 a. Kertas 2.200.000,00 4.400.000,00 b. Tinta 10.312.500,00 20.625.000,00 c. Master 825.000,00 1.650.000,00 No. Jenis Kebutuhan 1. Honor Penugasan 2. ATK Jumlah Tim Fasilitator Pengawas Dikmen 33.875.000,00 Halaman 21 Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS) BAB III PENUTUP 1. Semua sekolah berkewajiban untuk terus berupaya meningkatan kuantitas dan kualitasnya secara proporsional melalui berbagai kegiatan yang dituangkan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS), agar pada saatnya dapat memenuhi SNP. 2. Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah merupakan pedoman dan acuan bagi sekolah dalam pelaksanaan proses pendidikan yang harus ditaati oleh seluruh warga sekolah. 3. Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah merupakan rencana yang komprehensif untuk mengoptimalkan pemanfaatan segala sumber daya yang ada dan yang mungkin diperoleh guna mencapai tujuan yang diinginkan di masa mendatang. RKAS juga harus berorientasi ke depan dan dapat menjembatani antara kondisi saat ini dan kondisi ideal. 4. Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah memiliki komponen dan cakupan yang harus dilaksanakan sesuai dengan hasil analisis kondisi, serta memperhatikan peluang dan tantangan dari lingkungan eksternal, kekuatan dan kelemahan internal, dalam rangka pemenuhan SNP. 5. Panduan Penyusunan RKAS ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan bagi sekolah dalam menyusun rencana kerjanya untuk memenuhi SNP. Untuk selanjutnya kritik, saran, dan masukan demi perbaikan naskah ini sangat diharapkan. 2009-Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 22-22