PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI DESA BASIN A. Umum 1. Letak Geografis Kecamatan Kebonarum Wilayah Kecamatan Kebonarum terletak diantara Bujur Timur : 110.30 – 110.45 BT Bujur Selatan : 7.30 – 7.45 LS Wilayah Kecamatan Kebonarum berbatasan dengan Sebelah Utara Sebelah Timur : Kecamatan Ngawen Sebelah Selatan : Kecamatan Klaten Selatan Sebelah Barat Jarak Ibukota : Kecamatan Karangnongko : Kecamatan Jogonalan Kecamatan Kebonarum ke Kabupaten Kecamatan terdekat: Kabupaten Klaten : 4 km Kec. Karangnongko : 3 km Kec. Ngawen : 7 km Kec. Klaten Selatan : 3 km Kec, Jogonalan : 2 km Tabel 1 Banyaknya Dukuh RW dan RT Menurut Desa Tahun 2016 Desa Dukuh RW RT Basin 4 10 30 Gondang 7 11 29 Pluneng 10 8 19 Ngrundul 9 12 31 Malangjiwan 8 8 17 dan Menden 8 9 18 Karangduren 19 12 32 Sumber: BPS Kab. Klaten, 2017 B. Analisis Potensi Timbulan Sampah di Desa Basin Jumlah KK : 1188 KK Jumlah Jiwa : Potensi timbulan sampah per orang/hari : 2,75 liter Potensi timbulan sampah di Desa Basin : 4282 orang x 2,75 liter = 11775,5 liter/org/hari C. Rencana Sistem Pengelolaan Sampah di Desa Basin Sistem pengelolaan sampah di Desa Basin dilakukan berdasarkan prinsip 4R (reduce/hemat pemakaian, reuse/guna ulang, recycle/daur ulang dan replant/tanam kembali). 1. Sistem Pemilahan Pada fase ini, dilakukan pemilahan terhadap sampah organik dan anorganik dimulai dari sumber penghasil sampah yaitu masingmasing rumah tangga. 2. Sistem Pengumpulan dan Pewadahan Pada fase ini, masing-masing rumah memiliki wadah penampungan sampah sederhana. Bisa menggunakan wadah yang bervariasi, bisa menggunakan tempat sampah berbahan plastik, beton, dll. Dapat dipasang setiap 20 m di sepanjang jalan permukiman. 3. Sistem Pengangkutan dan Pembuangan Sampah yang terkumpul di tempat pengumpulan diangkut secara reguler setiap 3 hari sekali oleh petugas pengangkut sampah (sdm harus dibicarakan) sementara. Iuran untuk dibuang kebersihan di untuk tempat pembuangan pengangkutan dan pembuangan berkisar Rp. 2000 - Rp 15000 per bulan per kepala keluarga. Semakin banyak anggota keluarga, semakin tinggi iurannya. Selanjutnya setelah diangkut dari sumber, sampah ditampung sementara pada TPS yang terdapat di wilayah setempat, kemudian baru diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) oleh Dinas PU Kabupaten Klaten. 4. Sistem Pengelolaan Sampah Organik melalui Komposting dan Biopori a. Komposting PEMBUATAn KOMPOS DARI SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA Sampah organik dibagi dua yaitu: Sampah Organik Hijau (sisa sayur mayur dari dapur) Contohnya : tangkai/daun singkong, papaya, kangkung, bayam, kulit terong, wortel, labuh siam, ubi, singkong, kulit buah-buahan, nanas, pisang, nangka, daun pisang, semangka, ampas kelapa, sisa sayur / lauk pauk, dan sampah dari kebum (rumput, daun-daun kering/basah). Sampah Organik Hewan yang dimakan seperti ikan, udang, ayam, daging, telur dan sejenisnya. a. Alternatif 1 : (Takakura) ISI KERANJANG KOMPOS : 1. Dua buah bantal berisi sekam 2. Karton sebagai dinding 3. Mikroorganisma pengurai sebagai aktivator /Stater : air leri/air beras, jus tape, E4 4. Sampah organik terutama pada Daun/sisa sayuran. 5. Kain gelap sebagai penutup CARA PENGGUNAAN KERANJANG KOMPOS 1. Keranjang dilapisi dengan karton dengan diikat menggunakan bendrat/kawat sebagai dinding 2. Bagian bawah/dasar bantal sekam/sabut 3. Sampah organik dicacah/dipotong 2 – 4cm , dicampur Mikroorganisma pengurai sebagai aktivator /Stater kemudian dimasukkan kedalam keranjang. 4. Setelah hampir penuh ditutup dengan bantal sekam/sabut dan ditutup dengan kain gelap kemudian keranjang ditutup kembali CARA UNTUK MENCACAH/MEMOTONG SAMPAH ORGANIK 1. Pakai alas banner/plastik yang lebar 2. Balok untuk alas pencacah 3. Pisau/golok yang tajam 4. Hasil cacahan dicampur dengan stater sampai rata MERAWAT DAN MEMANEN TAKAMURA CARA PERAWATAN 1. Hindarkan dari terik sinar matahari langsung 2. Hindari dari air hujan/ditaruh ditempat yang teduh 3. 4-5 hari sekali keranjang dilihat apakah komposnya sudah kering 4. Kalau sudah kering dibasahi lagi dengan air lakukan terus sampai seluruh sampah menjadi hitam, hancur. CARA MEMANENNYA 1. Kalau sudah menjadi seperti tanah dipanaskan/dijemur sebentar kemudian diayak 2. Kemudian dipak dalam plasik sesuai dengan kebutuhan 3. Ditmpatkan di tempat yang teduh 4. Bisa digunakan sebagai stater awal pembuatan kompos b. Alternatif 2 : (Komposter) Alat: 1. Wadah drum, ember plastik atau gentong 2. Wadah diberi lubang didasarnya dan sampir untuk air lindi dan pertukaran udara. Cara membuat: 1. Bahan sampah yang sudah dicacah dimasukkan didalam wadah, kemudian dicampur kompos atau mikroorganisma pengurai/stater. 2. Lakukan terus menerus selapis demi selapis sampai wadah penuh 3. Disiram dengan air secara merata. 4. Pada hari ke 5 -7, media dapat diaduk-aduk. Pengadukan diulang dan dihentikan sampai sampah menjadi hitam dan hancur. 5. Sampah telah berubah menjadi kompos. b. Biopori Biopori sendiri adalah istilah untuk lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai aktifitas organisme yang terjadi di dalam tanah seperti oleh cacing, rayap, semut, dan perakaran tanaman. Biopori yang terbentuk akan terisi udara dan menjadi tempat berlalunya air di dalam tanah. Prinsip kerja lubang peresapan biopori sangat sederhana. Lubang yang kita buat, kemudian diberi sampah organik yang akan memicu biota tanah seperti cacing dan semut dan akar tanaman untuk membuat rongga-rongga (lubang) di dalam tanah yang disebut biopori. Rongga-rongga (biopori) ini menjadi saluran bagi air untuk meresap kedalam tanah. Manfaat Lubang Biopori Lubang resapan biopori adalah teknologi sederhana yang tepat guna dan ramah lingkungan. Lubang biopori ini mampu meningkatkan daya resap air hujan ke dalam tanah sehingga mampu mengurasi resiko banjir akibat meluapnya air hujan. Selain itu, teknologi ini juga mampu meningkatkan jumlah cadangan air bersih di dalam tanah. Meningkatkan daya resapan air Lubang resapan biopori mampu meningkatkan daya resap air hujan ke dalam tanah. Hal ini akan bermanfaat untuk: Mencegah genangan air yang mengakibatkan banjir, peningkatan cadangan air bersih di dalam tanah, dan mencegah erosi dan longsor Dengan adanya lubang biopori akan mencegah terjadinya genangan air yang secara tidak lansung dapat meminimalisir berbagai masalah yang diakibatkannya seperti mewabahnya penyakit malaria, demam berdarah dan kaki gajah. Mengubah sampah organik menjadi kompos Sampah organik yang dimasukkan ke dalam lubang biopori akan dirubah menjadi kompos oleh satwa tanah seperti cacing dan rayap. Kompos atau humus ini sangat bermanfaat bagi kesuburan tanah. Selain itu sampah organik yang diserap oleh biota tanah tidak cepat diemisikan ke atmosfir sehingga mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2 dan metan) yang mengakibatkan pemanasan global dan menjaga biodiversitas dalam tanah. Memanfaatkan fauna tanah dan akar tanaman Lubang biopori memicu biota tanah dan akan tanaman untuk membuat rongga-rongga di dalam tanah yang menjadi saluran air untuk meresap ke dalam tanah. Dengan adanya aktifitas ini menjadikan kemampuan lubang peresapan biopori senantiasa terjaga dan terpelihara. Cara Pembuatan Lubang Biopori a. Buat lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 cm. Kedalamannya sekitar 100 cm atau sampai melampaui muka air tanah jika dibuat tanah yang mempunyai permukaan air dangkal. Jarak antar lobang antara 50-100 cm. b. Mulut lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2-3 cm setebal 2 cm. c. Isi lubang dengan sampah organik yang berasal dari sampah dapur, sisa tanaman, atau dedaunan. d. Sampah organik perlu ditambahkan jika isi lubang sudah berkurang atau menyusut akibat proses pelapukan. e. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap akhir musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang. Pengolahan Sampah Anorganik Melalui Bank Sampah Bank sampah merupakan salah satu metode pengelolaan sampah anorganik yang banyak mendatangkan manfaat bagi pelakunya. Selain dapat mengurangi volume timbulan sampah, bank sampah juga dinilai dapat meningkatkan perekonomian masyarakat jika terus konsisten dilaksanakan. Beberapa tahapan yang harus disiapkan sebelum pelaksanaan bank sampah adalah sebagai berikut: Pembentukan Kepengurusan Kelompok Swadaya Masyarakat yang mau menangani kegiatan bank sampah Menunjuk mitra unttuk menerima sampah-sampah anorganik dari nasabah dan menyepakati sistem pembayarannya Selanjutnya, mensosialisasikan kegiatan bank sampah kepada masyarakat sekitar Dalam pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi masing-masing desa. Usulan konsep yang dapat kami tawarkan adalah sebagai berikut: 1. Pengurus membuat perencanaan kegiatan baik tempat, waktu pelaksanaan dan kelengkapan dokumen serta fasilitas lain yang dibutuhkan. 2. Melakukan sosialisasi secara menyeluruh kepada masyarakat mengenai bank sampah. Hal yang perlu disampaikan kepada masyarakat adalah manfaat mengenai adanya bank sampah, tatacara memilah dan menyimpan sampah, khususnya sampah anorganik yang masih bernilai jual di bank sampah, waktu pelaksanaan, dan lokasi pelaksanaan bank sampah. 3. Melakukan kerjasama dengan pihak ke-3 atau mitra penerima atau pemborong sampah anorganik (cth : pemulung, tukang rongsokan dll), Buat kesepakatan mengenai harga sampah per kg. 4. Masyarakat yang telah memilah sampah mulai dari rumah masingmasing mengantarkan sampah anorganik yang telah dikumpulkan selama beberapa waktu tertentu kepada bank sampah yang telah disepakati waktu dan lokasi kegiatannya. Masing-masing nasabah nantinya akan memiliki buku nasabah tabungan bank sampah sebagai catatan penghasilan yang didapat dari hasil pengumpulannya. 5. Uang dapat dicairkan setiap pelaksanaan bank sampah sesuai dengan kebutuhan nasabah