JURNAL SMART TOURISM KAMPUNG WISATA BATIK (Study Implementasi Marketing Public Relation Paguyubana Pengrajin Batik Kampung Kauman dengan konsep Smart Tourism Membangun Citra Kampung Wisata Batik di Kota Surakarta) Disusun Oleh : Mahendro Adiutomo D1209053 Disusun dan diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan syarat guna memperoleh gelar Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Jurusan Ilmu Komunikasi FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014 0 SMART TOURISM KAMPUNG WISATA BATIK (Study Implementasi Marketing Public Relation Paguyubana Pengrajin Batik Kampung Kauman dengan konsep Smart Tourism Membangun Citra Kampung Wisata Batik di Kota Surakarta) Mahendro Adiutomo. Sofiah Tanti Hermawati Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract Fluency in trade or marketing activities as well as building the image of the tourist village of batik kauman not be separated from the role of public relations. In this study, the authors wanted to know the implementation of marketing public relations developed batik craftsmen association with the concept of smart Kauman village tourism in building the image of the tourist village in Surakarta batik. The theory used in this study is the theory that dikemukakakn by the author using the MPR concept of Thomas L. Harris (1991) mentioned above is not much different from the sense as defined by Philip Kotler, and from Greg Richard. Data analysis techniques for qualitative descriptive study followed three steps disclosed Miles and Amm Habernen: data reduction, data presentation, and conclusion The conclusion of this research, obtained three (3) aspects of them; The first aspect of this marketing effort is done starting with the introduction of a product, this is done with an attempt to influence visitors that are interested in making a purchase of a product of batik which is also done through education to visitors such as the batik workshop in Kampung Batik Kauman. Aspect two of this marketing is done by promoting the quality of its products as well as types of batik materials and packaging models by employers who are members of the community Kauman batik craftsmen.Third aspect of marketing is done by organizing events such as exhibition events in the village of batik batik Kauman themselves and batik training activities for school children in the institutions of school. Keywords: Public Relation,Marketing Public Relation,Smart Tourism, 1 Pendahuluan Indonesia memiliki keanekaragaman potensi pariwisata yang menarik dikunjungi. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki objek wisata terbanyak di dunia, ini disebabkan karena luasnya negeri ini dan terdiri dari ribuan pulau, ribuan suku, budaya, iklim, sejarah, agama dan banyak lagi faktor yang mendukung sebagai tujuan wisata domestik maupun manca negara. Dengan keanekargaman potensi wisata tersebut, visit Indonesia merupakan salah satu program pemerintah untuk mempromosikan daerah-daerah di Indonesia yang memiliki potensi sebagai daerah kunjungan wisata patut didukung dengan langkah nyata. Kota solo memiliki aset wisata salah satunya adalah potensi budayanya, dengan dua komplek istana keraton jawa di solo yang luas dan megah yaitu keraton kasunanan dan mangkunegaran menjadi magnet kota solo sebagai kota budaya. Dengan slogan Solo spirit of java, kota Solo bertekat kuat dalam menjaga dan melestarikan budaya tradisi jawa. Sehingga dengan warisan budaya yang terpelihara tersebut menjadikan kota solo tersohor diseluruh pelosok negeri bahkan mancanegara. Pengemasan pariwisata dengan memasukkan unsur budaya diharapkan menjadi sebuah strategi pemasaran wisata yang dapat menarik minat wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Konsep wisata budaya dengan mengedepankan smart tourism sebagai konsep wisata dengan education sebagai ciri pembedanya membawa suatu perubahan terhadap perkembangan wisata batik di Kota Solo khususnya di Kampung Wisata Batik Kauman. Konsep smart tourism yang mulai berkembang di berbagai daerah tentu saja memiliki konsep yang berbeda dan obyek yang berbeda karena Indonesia adalah negara yang kaya akan potensi alam dan budaya maka semua itu akan bersinergi jika dikembangkan dengan baik. Adanya potensi kerajinan batik di kota Solo khususnya di Kampung Kauman adalah salah satu aset yang harus kita kembangkan. Melalui smart tourism yang mengedepankan konsep pendidikan dan warisan budaya menjadi sebuah ketertarikan penulis untuk mengkaji lebih dalam mengenai peranan smart 2 tourism sebagai konsep wisata budaya yang merupakan sala satu aspek marketing public relation dikembangkan di kampung Wisata Batik Kauman di kota Solo. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: “Bagaimana implementasi marketing public relation paguyuban pengrajin batik Kampung Kauman dengan konsep smart tourism dalam membangun citra kampung wisata batik di Kota Surakarta?” Tujuan Penelitian Untuk mengetahui implementasi marketing public relation yang dikembangkan paguyuban pengrajin batik Kampung Kauman dengan konsep smart tourism dalam membangun citra kampung wisata batik di Kota Surakarta. Tinjauan Pustaka a. Komunikasi Dalam studi komunikasi terdapat dua mazhab utama yang sering dijadikan landasan berpikir para ilmuwan komunikasi dalam meneliti berbagai fenomena komunikasi. John Fiske, membagi studi Komunikasi dalam dua Mahzab Utama.1 Pertama, John Fiske mengkategorikan komunikasi sebagai suatu transmisi pesan. Fiske tertarik dengan bagaimana pengirim dan penerima mengkonstruksi pesan (encode) dan menerjemahakannya (decode), dan dengan bagaimana transmiter menggunakan saluran dan media komunikasi. Dalam hal ini yang dibagi adalah pemahaman bersama melalui pertukaran pesan. Komunikasi sebagai kata kerja (verb) dalam bahasa Inggris, communicate, berarti : 1 John Fiske, Cultural and Communication Studies; sebuah pengantar paling Komprehensif, Jalasutra, Yogyakarta, 2007, hal., 8. 3 1. Untuk bertukar pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, dan informasi 2. Untuk membuat tahu 3. Untuk membuat sama 4. Untuk mempunyai sebuah hubungan yang simpatik.2 Sedangkan Suart mengatakan bahwa dalam kata benda (noun), communication, berarti : 1. Pertukaran symbol, pesan-pesan yang sama, dan informasi 2. Proses pertukaran diantara individu-individu melalui system symbol-simbol yang sama 3. Seni untuk mengekspresikan gagasan-gagasan 4. Ilmu Pengetahuan tentang pengiriman informasi.3 b. Public Relations Sebagai mana umumnya kita mengenal Public Relations pada dasarnya adalah suatu seni untuk menciptakan saling pengertian antara kedua belah pihak yang lebih baik sehingga memperbesar kepercayaan terhadap sesuatu organisasi, perusahaan atau seseorang. Jadi public relations adalah suatu kegiatan timbal balik antara lembaga dan publiknya, baik intern maupun ekstern. Public Relations merupakan fungsi manajemen yang bertujuan untuk membangun image, dan membina saling pengertian diantara kedua pihak. Public Relations adalah salah satu fungsi yang penting dalam membantu pemasaran. Dalam artikel yang dipaparkan oleh Patam Satawedin ; dikatakan bahwa : “There is a variety of communication tools. One of the most popular and effective is actually PublicRelations (PR). Nowadays, PR is not only managed by the internal influence, an organization, but the marketing perspective and consumer-orientation also power PR execution. Many companies are employing marketing public relations (MPR) which can lead the organization to outstanding achievement and effectiveness.” 2 3 Ibid. Dani Vardiansyah, Pengantar Ilmu Komunikasi, pendekatan Taksonomi Konseptual, Ghalia Indoensia, Bogor Selatan, 2004, hal., 8.3. 4 Dari pemaparan artikel diatas berkesinambungan dengan W. Emerson Reck berpendapat public relations, merupakan kelanjutan dari proses pendapatan kebijaksanaan, penentuan pelayanan dan sikap yang disesuaikan dengan kepentingan orang-orang atau golongan agar orang atau lembaga itu memperoleh kepercayaan dan good will dari mereka. Kedua, pelaksanaan kebijaksanaan, pelayanan dan sikap untuk menjamin adanya pegertian dan penghargaan yang sebaik-baiknya.4 Ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Frank Jefkin yang mengatakan Public Relations berarti menciptakan saling pengertian. Public Relations adalah suatu untuk mendapatkan sesuatu tanpa harus melakukan sesuatu.5 Tetapi dalam kenyataannya kita tidak akan mendapatkan apapun bila tidak berbuat sesuatu. c. Marketing Public Relations Philip Kotler yang pertama kali memunculkan konsep Mega Marketing yang merupakan perpaduan antara kekuatan PR dan Marketing Mix, kemudian muncul lagi istilah Marketing Public Relations (MPR), sebagai pengembangan tahap berikutnya dari konsep sebelumnya (Megamarketing) yang dipopulerkan oleh Thomas L. Harris (1991). Melalui bukunya yang berjudul The Marketer’s Guide to Public Relations. Konsepnya adalah sebagai berikut: “Marketing Public Relations is the process of planning and evaluating programs, that encourage purchase and customer through credible communication of information and impression that identify companies and their products with the needs, concern of customer”.6 Secara umum pengertian Marketing Public Relations merupakan suatu proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengevaluasian program-program yang dapat merangsang pembelian dan kepuasan konsumen melalui pengkomunikasian informasi yang dapat dipercaya melalui kesan-kesan positif yang ditimbulkan dan berkaitan dengan identitas perusahaan atau produknya sesuai dengan kebutuhan, keinginan, perhatian, dan kepentingan bagi para konsumennya. 4 Harris Munandar. Public Relations Untuk Bisnis. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta, 1987, hal., 25. 5 Ibid. 6 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Jilid I, Erlangga, Jakarta, 1992, hal., 5. 5 Konsep MPR dari Thomas L. Harris (1991) tersebut di atas tidak jauh berbeda dari pengertian yang didefinisikan oleh Philip Kotler, yaitu: “Marketing Public Relations works because it adds value to product through its unique ability to lend credibility to product message.”7\ Pengertian konsep MPR tersebut secara garis besarnya terdapat tiga taktik (Three Ways Strategy) untuk melaksanakan program dalam mencapai tujuan (goals), yaitu: Pertama bahwa Public Relations merupakan potensi untuk menyandang suatu taktik pull strategy (menarik), Kedua adalah power (kekuatan) sebagai penyandang, push strategy (untuk mendorong) dalam hal pemasaran, Taktik ketiga, pass strategy sebagai upaya untuk mempengaruhi atau menciptakan opini publik yang menguntungkan.8 d. Smart Tourism Secara etimologi menurut Kamus Bahasa Inggris, kata Smart berarti pintar. Sedangkan ditinjau dari segi ekonomi, pariwisata (dalam bahasa asingnya tourism) adalah meliputi berbagai macam usaha bisnis, besar maupun kecil. Selanjutnya istilah pariwisata menurut Institute of tourism in Britain (sekarang tourism Society in Britain) di tahun 1976 merumuskan pariwisata adalah : “Kepergian orang-orang sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat tempat tujuan di luar tempat tinggal dan bekerja sehari-harinya serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tempat-tempat tujuan tersebut; ini mencakup kepergian untuk berbagai maksud, termasuk kunjungan seharian atau darmawisata/ ekskursi.”9 Smart tourism dapat diartikan sebagai pariwisata pintar atau bijaksana. Dalam konsep smart tourism disini merupakan salah satu corak pengembangan creative tourism. Dalam creative tourism, tour operator baik pemerintah,swasta, 7 Ibid. 10. Ibid. 12 9 Nyoman S. Pendit, Ilmu Pariwisata; sebuah Pengantar Perdana, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1999, hal., 36. 8 6 maupun masyarakat itu sendiri) akan mengedepankan network dengan masyarakat lokal yang terlibat langsung dalam atraksi budaya. Misalnya, pada kunjungan ke kampung batik, Wisatawan dan masyarakat lokal akan berinteraksi, seperti wisatawan diizinkan untuk belajar membatik bersama pembatik lokal. Tentu saja, kegiatan dapat diatur sebelumnya dengan koordinasi penjadwalan dengan masyarakat lokal dan guide atau travel agent (networking and event). masyarakat lokal mendapatkan share dari pelatihan membatik juga distribusi penjualan produk batik kepada wisatawan (partneship and local enterprise). aspek peningkatan kehidupan tersebut secara kualitas lebih didahulukan dibanding aspek ekonomi, yaitu dengan menonjolkan karakter culture haritage kepada wisatawan. e. Citra Citra diartikan sebagai kesan yang diperoleh berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Citra seseorang terhadap suatu obyek dapat diketahui dari sikapnya terhadap obyek tersebut. Semua sikap bersumber pada organisasi kognitif, pada informasi dan pengetahuan yang kita miliki. Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan. Pentingnya penelitian citra, karena penelitian citra menentukan sosok institusional dan citra perusahaan dalam pikiran publik dengan mengetahui secara pasti sikap masyarakat terhadap sebuah perusahaan, bagaimana mereka memahami dengan baik, dan apa yang mereka sukai dan tidak sukai tentang perusahaan tersebut. Penelitian citra memberi informasi untuk mengevaluasi kebijaksanaan, memperbaiki kesalahpahaman, menentukan daya tarik pesan hubungan masyarakat, dan meningkatkan citra hubungan masyarakat dalam pikiran publik. 7 Jenis-jenis citra, seperti yang dikatakan oleh Soemirat, Soleh, dan Elvinaro Ardianto, , antara lain ; 1) The Mirror Image (cerminan citra), yaitu bagaimana dugaan (citra) manajemen terhadap publik eksternal dalam melihat perusahaannya. 2) The Current Image (citra masih hangat), yaitu citra yang terdapat pada publik eksternal, yang berdasarkan pengalaman atau menyangkut miskinnya informasi dan pemahaman publik eksternal. Citra ini bisa saja bertentangan dengan mirror image. 3) The Wish Image (citra yang diinginkan), yaitu manajemen menginginkan pencapaian prestasi tertentu. Citra ini diaplikasikan untuk sesuatu yang baru sebelum publik eksternal memperoleh informasi secara lengkap. 4) The multiple Image (citra yang berlapis), yaitu sejumlah individu, kantor cabang atau perwakilan perusahaan lainnya dapat membentuk citra tertentu yang belum tentu sesuai dengan keseragaman citra seluruh organisasi atau perusahaan.10 Di dalam penelitian ini, citra yang dimaksudkan adalah pemahaman publik, yang dalam hal ini adalah wisatawan/ pengujung kampung batik kauman kota Surakarta dalam mengenal adanya kampung batik kauman yang menghasilkan karya seni batik. Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman adalah salah satu metode komunikasi untuk menciptakan citra positif dari mitra perusahaan atau organisasi atas dasar menghormati kepentingan bersama. Citra adalah cara bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan, seseorang, atau suatu komite, atau suatu aktivitas. Setiap perusahaan atau organisasi mempunyai citra sebanyak jumlah yang memandangnya. Metodologi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodelogi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.11 Penulis mengkategorikan penelitian dimaksud sebagai penelitian deskriptif kualitatif yang ditujukan untuk mendeskripsikan implementasi marketing public relation dengan konsep smart tourism dalam 10 11 Ibid.,hal., 114. Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Rosdakarya, Bandung, 2004, hal., 3. 8 membangun citra kampung wisata batik dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan di kampung Wisata Batik Kauman kota Surakarta dengan pertimbangan bahwa kampung Wisata Batik Kauman dikenal dengan kota wisata yang banyak dikunjungi wisatawan serta mempunyai budaya batik, seperti kegiatan dilakukan oleh “Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman”. Penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder. Adapun sumber data primer yang diperoleh langsung dari informan melalui pengamatan (observasi) dan wawancara. Informan yang diwawancarai sebagai sumber data meliputi Pengusaha Batik di Kauman sekaligus anggota pengurus Paguyuban Kampung Wisata Batik Surakarta. Sedangkan sumber data sekunder berupa bahan pustaka dan sumber lainnya yang mendukung data primer dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan triangulasi data sebagai cara untuk mengetahui validitas data. Penggunaan beberapa sumber data yang berbeda dalam penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan data dan hasil penelitian yang valid. mengikuti tiga langkah yang masih bersifat umum sebagaimana yang diungkapkan Miles dan Amm Habernen yaitu : reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Tiga komponen tersebut aktivitasnya berbentuk interaksi dengan proses pengumpulan data berbentuk siklus. Sajian dan Analisis Data Berdasarkan pada penjelasan bab sebelumnya bahwa implementasi marketing public relation adalah sebuah proses perencanaan dan pengevaluasian program yang merangsang penjualan dan pelanggan. Hal tersebut dilakukan melalui pengkomunikasian informasi yang kredibel dan kesan-kesan yang dapat menghubungkan pelanggan). perusahaan, Dalam penelitian produk ini dengan penulis kebutuhan akan serta perhatian menjelaskan mengenai implementasi marketing public relation yang dilakukan oleh paguyuban pengrajin batik kampung Kauman dengan konsep smart tourism dalam membangun citra kampung wisata batik di kota Surakarta. 9 Adapun untuk mengetahui implementasi marketing public relation yang dilakukan oleh paguyuban pengrajin batik kampung Kauman dengan konsep smart tourism dalam membangun citra kampung wisata batik di kota Surakarta, penulis dengan menggunakan Konsep MPR dari Thomas L. Harris (1991) tersebut di atas tidak jauh berbeda dari pengertian yang didefinisikan oleh Philip Kotler, yaitu: “Marketing Public Relations works because it adds value to product through its unique ability to lend credibility to product message.”12\ Pengertian konsep MPR tersebut secara garis besarnya terdapat tiga taktik (Three Ways Strategy) untuk melaksanakan program dalam mencapai tujuan (goals), paguyuban pengrajin batik Kampung membangun citra kampung batik Kauman sebagai kota wisata batik di Solo Surakarta, yaitu : 1. Public Relations merupakan potensi untuk menyandang suatu taktik pull strategy (menarik) Dalam pemasaran, aspek perluasan suatu produk dapat dilakukan secara informative,, persuasive, dan edukatif, baik segi perluasan pemasaran (makes a marketing) atas suatu produk barang atau jasa yang diluncurkan. a. Informative Aspek pertama ini pemasaran dilakukan diawali dengan upaya pengenalan suatu produk, hal ini dilakukan dengan upaya untuk mempengaruhi pengunjung agar tertarik melakukan pembelian suatu produk batik yang mana juga dilakukan melalui pendidikan kepada pengunjung seperti adanya workshop membatik di Kampung Batik Kauman. Seperti yang disampaikan oleh Gunawan Setiawan, mengenai cara memperkenalkan produk di Kampung Wisata Batik Kauman saat ini kepada konsumen dari masyarakat luas baik dalam negeri maupun manca negara, ia mengatakan : “Upaya saya dalam mengenalkan produk batik Kampung Kauman saat ini lebih mengedepankan informasi mengenai proses pembuatan batik dengan melibatkan wisatawan untuk turut serta membuat batik (workshop batik).” (Wawancara, Tanggal 12 Maret 2014) 12 Ibid. 10. 10 Dalam kegiatan Marketing Public Relations, Kampung Wisata Batik Kauman Bapak Moh Ma’mun Pusponegoro mengupayakan dengan cara mengeluarkan Buku Kauman. Sebagai langkah awal setelah mengadakan kegiatan ”1000 Anak Membatik” dan juga pameran foto kuno, Paguyuban mengeluarkan buku yang berjudul ”Kauman : Religi, Tradisi, Seni”, seperti yang diutarakan oleh Moh. Ma’mun Pusponegoro, S.Sos, yang saat itu berperan sebagai publikasi dan salah satu penulis buku tersebut, sebagai berikut : ”Begitu mendapat dana blockgrent, saya dan beberapa teman yang saat itu sebagai partner saya di bagian publikasi, berencana membuat buku tentang Kampung Kauman. Lalu rencana tersebut saya sosialisasikan kepada beberapa pihak penting dan akhirnya buku tersebut selesai, kemudia Buku tersebut menceritakan tentang sejarah Kampung Kauman, mulai dari asal usul Kampung Kauman sampai dengan Kampung tersebut menjadi Kampung Santri dan Kampung Batik, lalu diceritakan juga tentang bentuk bangunan dari Kampung Kauman. Buku ini diluncurkan pada tanggal 19 Februari 2007. Sementara Moh Ma’mun Pusponegoro ; “Beliau mengatakan dalam memperkenalkan produk di Kampung Wisata Batik Kauman saat ini kepada konsumen dari masyarakat luas baik dalam negeri maupun manca negara sebagai pengusaha batik, biro perjalanan wisata dan pemerintah kota Solo dengan diselenggarakannya Solo Batik Carnival di sepanjang city walk yang pertama kali pada tahun 2008” (Wawancara, Tanggal 15 Maret 2014) b. Persuasive Selanjutnya mengenai upaya Gunawan Arifin dalam mempengaruhi pengunjung agar tertarik terhadap produk batik kampung Kauman, ia mengatakan bahwa : “Upaya saya untuk mempengaruhi pengunjung agar tertarik terhadap produk batik kampung Kauman yaitu dengan melakukan pameranpameran atau event – event tertentu mengenai batik yang diproduksi oleh pengusaha batik kampung Kauman.” (Wawancara, tanggal 16 Maret 2014) Sementara Adi Supriadi, mengatakan : “Kalau usaha saya dalam menarik perhatian pengunjung tentang produk kita selain mengadakan pameran juga berusaha menjelaskan jenis dan bahan daripada batik kita kepada mereka agar paham betul mengenai kualitas produknya.” (Wawancara, tanggal 16 Maret 2014) 11 c. Edukatif Sedangkan mengenai unsur edukatif PKWBK menyelenggarakan kegiatan seperti dinyatakan oleh Adi Supriadi ,untuk mempengaruhi pengunjung supaya tertarik batik yang ada di kampung Kauman ini melalui bidang pendidikan, ia mengatakan : “Upaya saya untuk mempengaruhi pengunjung supaya tertarik batik yang ada di kampung Kauman ini melalui bidang pendidikan yaitu dengan mengadakan workshop proses membatik disertai pelatihan pelatihan. (Wawancara, tanggal 16 Maret 2014) Sementara itu Gunawan Setiawan mengatakan ; “Tujuan di lakukannya kegiatan - kegiatan yang diselenggarakan oleh Paguyuban Pengusaha Batik Kauman untuk mengasah sumber daya manusia Kampung Wisata Batik Kauman yang kemudian tertarik untuk mengembangkan potensinya demi kemajuan Kampung Wisata Batik sehingga dapat membuat masyarakat lebih tertarik.” (Wawancara, Tanggal 12 Maret 2014) Dalam usaha meningkatkan promosi batik Kauman. Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman mengikut sertakan pengusaha batik Kauman dalam pameran, produk-produk yang dipamerkan harus mempunyai produk yang spesifik dan unik sehingga mempunyai nilai jual bila dipamerkan. Dari usaha tersebut diharapkan dapat menjadi sebuah penompang pemenuhan kebutuhan pengusaha batik Kauman, sehingga kelangsungan yang baik menjadi hal yang pokok dimana strategi promosi yang dapat ditempuh dengan sosialisasi usaha kerajinan batik yang unik dan spesifik serta penetapan harga dan promosi ke wilayah lain yang memang merupakan wilayah pemasaran produk ini. Pengembangan produk (desain, produk, keanekaragaman hasil), promosi, distribusi untuk memenuhi kebutuhan barang jasa oleh konsumen maupun industri pengguna (jaringan pemasaran), penetapan harga, pelayanan. Pada konsumen dan persaingan, merupakan segala sesuatu aktivitas yang berhubungan dengan keberhasilan pemasaran. Mekanisme pemasaran produknya, para pengusaha ini menyetorkan produk-produk batik mereka ke pedagang-pedagang batik di Kauman yang termasuk pengusaha kecil yang membuka showroom batik saja. Pengusaha batik Kauman juga menyebarkan produk batiknya di luar Kauman 12 seperti di Jakarta, Semarang, Kalimantan dan di luar Jawa, ataupun banyak pelanggan yang datang langsung ke showroom-showroom di Kauman untuk membeli langsung produk batik. 2. Power (kekuatan) dan Push Strategy (mendorong) a. Power Dalam pemasaran, aspek perluasan suatu pengaruh tertentu (makes an influence) dari suatu kekuatan (power) lembaga atau terkait dengan citra dan identitas suatu perusahaan (corporate image and identity). Selanjutnya untuk mengetahui peran para pengusaha tersebut, Adi Supriadi dalam mendorong pengunjung atau wisatawan agar terjadi pembelian produk batik di Kampung Batik Kauman, ia mengatakan : “Usaha saya dalam mendorong pengunjung atau wisatawan agar terjadi pembelian produk batik di Kampung Batik Kauman dengan mengedepankan sisi kualitas produk batiknya karena tidak mudah luntur dan awet warnanya tidak mudah pudar.” (Wawancara, tanggal 17 Maret 2014) Sementara itu Gunawan Arifin, mengatakan : “Kalau saya menjelaskan ke pengujung agar terjadi pembelian mengedepankan bahwa produk batik di Kampung Kauman ini mempunyai corak yang warna warni karena jenisnya cukup banyak.” (Wawancara, tanggal 18 Maret 2014) Disamping itu juga Fakhry Adjie Hidayat, mengatakan ; “Kalau saya menjelaskannnya ke pengunjung agar terjadi pembelian dengan mengedepankan dari model pengemasannya karena dengan pengemasan yang menarik saya yakin pembeli akan lebih tertarik untuk membeli misalnya dengan dibikin baju jadi dengan berbagai model jadi tidak dijual sebagai bahan saja.” (Wawancara, tanggal 18 Maret 2014) b. Push Strategy (mendorong) Masyarakat merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan kegiatan promosi batik. Dalam upaya mempelancar kegiatan promosi batik, Paguyuban kampung Wisata Kauman Surakarta melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat Solo. Materi yang disampaikan dalam sosialisasi tersebut adalah hal- 13 hal yang berkaitan dengan Kampung Wisata Batik Kauman, misalnya tentang sosialisasi tentang pembentukan Kampung Batik, sosialisasi pelatihan batik, sosialisasi tentang pembentukan buku Kauman, dan tentang event-event lain yang akan dilakukan. Berkaitan dengan event-event yang dilakukan paguyuban kampung batik Kauman, penulis sampaikan kepada Adi Supriadi seperti berikut ini “Apa saja yang ditonjolkan dalam kegiatan pameran atau event yang dilakukan oleh paguyuban kampung batik Kauman, beliau mengatakan bahwa : “Kegiatan yang ditonjolkan adalah pengadaan pameran pameran atau event event batik disertai pelatihan pembuatan batik di kampung batik Kauman sehingga menjadikan tempat tersebut dalam satu paket tujuan wisata.” (Wawancara, tanggal 12 Maret 2014) Seperti halnya tentang “Kapan saja kegiatan pameran atau event yang dilakukan oleh paguyuban kampung batik Kauman tersebut diselenggarakan ?” beliau mengatakan bahwa : “Terutama pada hari hari libur sekolah dan tanggal tanggal merah karena banyak wisatawan baik dari dalam maupun luar yang melakukan kunjungan di Kampung batik Kauman untuk sekedar melihat keindahan bangunan maupun budaya batik yang diproduksi oleh pengusaha batik di kampung Batik Kauman.”(Wawancara, tanggal 12 Maret 2014) Dengan adanya kegiatan seperti pameran dll yang diselenggarakan oleh paguyuban kampung batik Kauman pasti akan menimbulkan efek daripada kampung batik Kauman, hal ini penulis tanyakan juga kepada beliau yaitu : “Dengan adanya kegiatan tersebut, bagaimana efek atau Impact yang bisa diperoleh Kampung Wisata Batik Kauman?” beliau mengatakan bahwa : “Dampak dari kegiatan tersebut dapat memicu kenaikan kesejahteraan bagi masyarakat kampung batik Kauman sehingga menjadikan mata pencaharian bagi masyarakat Kampung batik Kauman yang sampai sekarang produksinya semakin meningkat dikenal di manca Negara.”(Wawancara, tanggal 12 Maret 2014) Dengan sosialisasi tentang batik yang ada di Kauman tersebut, diharapkan dapat menunjukkan adanya kemajuan, peningkatan, dan pertumbuhan ke arah yang lebih baik dan diharapkan adanya peran peran serta dari masyarakat luas untuk membantu kegiatan Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman Surakarta 14 dalam memasarkan dan mengembangkan batik Solo, khususnya Kampung Wisata Batik Kauman Surakarta. Sosialisasi yang dilakukan oleh Kampung Wisata Batik Kauman hanya diadakan apabila akan dilaksanakan suatu event di Kampung tersebut. 3. Pass Strategy Termasuk aspek lainnya, yaitu pass strategy sebagai upaya untuk menciptakan citra publik yang ditimbulkan melalui berbagai kegiatan (breakthrough the gate-keepers), dan partisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan (community relations) atau tanggung jawab sosial (social responsibility), serta kepedulian terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan kondisi sosial dan lingkungan hidup. Aspek ketiga pemasaran ini dilakukan dengan menyelenggarakan event event tertentu seperti penyelenggaraan pameran batik di kampung batik Kauman sendiri maupun kegiatan pelatihan membatik kepada anak anak sekolah di lembaga lembaga sekolah, hal ini diusahakan untuk meningkatkan citra kampung batik Kauman yang akan dapat mengakibatkan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat kampung batik Kauman yang berujung bahwa kampung batik Kauman dapat dijadikan sebagai kampung wisata batik di kota Surakarta. Selanjutnya untuk mengetahui upaya Gunawan Arifin untuk meningkatkan citra kampung batik Kauman yang akan dapat mengakibatkan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat kampung batik Kauman yang berujung bahwa kampung batik Kauman dapat dijadikan sebagai kampung wisata batik di Kota Surakarta, beliau mengatakan : “Kalau saya akan menyelenggarakan event event tertentu seperti penyelenggaraan pameran batik di kampung batik Kauman sendiri maupun kegiatan pelatihan membatik kepada anak anak sekolah di lembaga lembaga sekolah.”(Wawancara, tanggal 20 Maret 2014) Sementara Fakhry Adjie Hidayat, mengatakan : “Kalau saya dalam meningkatkan citra kampung batik Kauman dengan menyelenggarakan pameran batik di kampung batik Kauman sendiri saja, 15 dengan memanfaatkan garasi saya yang cukup luas tidak sempit dibanding lainnya.” (Wawancara, tanggal 22 Maret 2014) Sedangkan Moh Ma’mun Pusponegoro, mejawab : “Upaya saya untuk memberikan kepercayaan pada masyarakat bahwa batik di Kampung Kauman terlihat bagus dengan mengemas produk batik tulis maupun cap tidak hanya diaplikasikan ke bahan kain maupun pakaian tetapi diaplikasikan jadi produk souvenir. (Wawancara, tanggal 22 Maret 2014) Seperti yang penulis tanyakan ke Adi Supriadi mengenai “Apa saja yang ditonjolkan dalam kegiatan pameran atau event yang dilakukan oleh paguyuban kampung batik Kauman, beliau mengatakan bahwa : “Kegiatan yang ditonjolkan adalah pengadaan pameran pameran atau event event batik disertai pelatihan pembuatan batik di kampung batik Kauman sehingga menjadikan tempat tersebut dalam satu paket tujuan wisata. .(Wawancara, tanggal 12 Maret 2014) Seperti halnya tentang “Kapan saja kegiatan pameran atau event yang dilakukan oleh paguyuban kampung batik Kauman tersebut diselenggarakan ?” beliau mengatakan bahwa : Dengan adanya kegiatan seperti pameran dll yang diselenggarakan oleh paguyuban kampung batik Kauman pasti akan menimbulkan efek daripada kampung batik Kauman, hal ini penulis tanyakan juga kepada beliau yaitu : “Dengan adanya kegiatan tersebut, bagaimana efek atau Impact yang bisa diperoleh Kampung Wisata Batik Kauman?” beliau mengatakan bahwa : “Dampak dari kegiatan tersebut dapat memicu kenaikan kesejahteraan bagi masyarakat kampung batik Kauman sehingga menjadikan mata pencaharian bagi masyarakat Kampung batik Kauman yang sampai sekarang produksinya semakin meningkat dikenal di manca Negara.”(Wawancara, tanggal 12 Maret 2014) Untuk memajukan sebuah industri dibutuhkan kerjasama semua pihak, seperti Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman bekerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pemerintah Kota Surakarta dan Biro Jasa Transportasi. Pameran dan promosi bersama sangat mendukung dalam memasarkan suatu produk, pameran merupakan usaha yang menyertakan produk- 16 produk unggulan untuk dipamerkan dengan harapan mendapat keuntungan dengan dibelinya produk oleh konsumen. Kesimpulan Berdasarkan pada penjelasan bab sebelumnya bahwa implemetasi marketing public relation yang dilakukan oleh paguyuban pengrajin batik Kampung Kauman, dengan menggunakan tigataktik (ThreeWays Strategy) untukmelaksanakan program dalammencapaitujuan (goals),diantaranya ; 1. Marketing publik relations yang dilaklukan oleh paguyuban pengrajin batik Kampung Kauman dalam pemasarannya, Aspek pertama ini pemasaran dilakukan diawali dengan upaya pengenalan suatu produk, hal ini dilakukan dengan upaya untuk mempengaruhi pengunjung agar tertarik melakukan pembelian suatu produk batik yang mana juga dilakukan melalui pendidikan kepada pengunjung seperti adanya workshop membatik di Kampung Batik Kauman. 2. Marketing publik relations yang dilaklukan oleh paguyuban pengrajin batik Kampung Kauman dalam pemasarannya, untuk aspek perluasan suatu pengaruh tertentu (makes an influence) dari suatu kekuatan (power) lembaga atau terkait dengan citra dan identitas suatu perusahaan (corporate image and identity). Aspek kedua ini pemasaran dilakukan dengan mengedepankan sisi kualitas produknya seperti bahan maupun jenis batik serta model pengemasannya oleh pengusaha yang tergabung dalam paguyuban pengrajin batik Kampung Kauman. 3. Marketing publik relations yang dilaklukanolehpaguyubanpengrajin batik Kampung Kauman dalam pemasarannya, Aspek ketiga pemasaran ini dilakukan dengan menyelenggarakan event event tertentu seperti penyelenggaraan pameran batik di kampung batik Kauman sendiri maupun kegiatan pelatihan membatik kepada anak anak sekolah di lembaga lembaga sekolah, hal ini diusahakan untuk meningkatkan citra kampung batik Kauman 17 yang akan dapat mengakibatkan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat kampung batik Kauman yang berujung bahwa kampung batik Kauman dapat dijadikan sebagai kampung wisata batik di Kota Surakarta. Saran Sebagai penutup dari penelitian (karya tulis), terdapat berberapa saran berikut ini dapat penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. 1. Bagi Pengusaha Batik Kauman di era globalisasi dan kecanggihan informasi, maka perlu ikut berperan serta dalam mempromosikan kampung wisata batik Kauman melalui pengadaan website dan internet. Agar eksistensi kampung Kauman sebagai tempat wisata batik tetap terjaga. 2. Bagi Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman (PKWBK) sebagai wadah bagi pengusaha batik Kauman haruslah mengedepankan kepentingan pengusaha batik Kauman sehingga dapat menyelesaikan masalah internal Paguyuban, agar visi dan misi Paguyuban dapat berjalan dengan baik. 3. Bagi Pemerintah Daerah haruslah lebih memperhatikan kepentingan para pengusaha batik, khususnya pengusaha batik Kauman, agar indutsri batik di Surakarta dapat maju. 4. Penulis juga berharap agar penelitian ini nantinya dapat bermanfaat untuk dijadikan acuan serta pengembangan bagi para mahasiswa lain yang tertarik mengadakan penelitian serupa, khususnya batik. Daftar Pustaka Vardiansyah, Dani.(2004). Pengantar Ilmu Komunikasi, pendekatan Taksonomi Konseptual. Bogor Selatan : Ghalia Indoensia. Mulyana, Dedy. (2007). Ilmu Komunikasi; Suatu pengantar. Bandung : Remadja Rosdakarya, Munandar, Harris. (1987). Public Relations Untuk Bisnis. Jakarta : Pustaka Binaman Pressindo. Fiske, John. (2007) Cultural and Communication Studies; sebuah pengantar paling Komprehensif. Yogyakarta : Jalasutra. Nyoman S, Pendit. (1999) Ilmu Pariwisata; sebuah Pengantar Perdana. Jakarta : PT. Pradnya Paramita. Kotler, Philip. (1992). Manajemen Pemasaran Jilid I. Jakarta : Erlangga. 18