RESUME KEBATALAN PERJANJIAN - Kebatalan menyangkut persoalan tidak terpenuhinya syarat sahnya suatu perjanjian, yaitu: 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3. Suatu hal tertentu; 4. Suatu sebab yang halal. - Menurut Prof Subekti: Syarat 1 & 2 adalah syarat subjektif. Akibatnya perjanjian dapat dibatalkan (voidable) atau dimintakan pembatalan oleh salah satu pihak. Perjanjian akan tetap berlaku selama belum diajukan pembatalan. Syarat 3 & 4 adalah syarat objektif. Akibatnya perjanjian batal demi hukum (null and void) atau dianggap tidak pernah ada dan tujuan para pihak yang mengadakan perjanjian tersebut untuk melahirkan suatu perikatan hukum telah gagal. Tidak ada dasar bagi para pihak untuk saling menuntut di depan hakim. - Menurut Kartini Muljadi & Gunawan Widjaja: Kebatalan mutlak: perjanjian harus dianggap batal meskipun tidak diminta oleh suatu pihak Kebatalan relatif: hanya terjadi jika diminta oleh orang-orang tertentu dan hanya berlaku terhadap orang-orang tertentu. - Frasa ‘dapat dibatalkan’ berarti perlu suatu tindakan aktif untuk membatalkan sesuatu (tidak secara otomatis), harus dimintakan agar sesuatu dibatalkan. - Frasa ‘batal demi hukum’: sesuatu menjadi tidak berlaku atau tidak sah karena dibenarkan atau dikuatkan menurut hukum (terjadi seketika, spontan, otomatis). - Alasan yang menyebabkan batalnya perjanjian secara umum: a. Tidak terpenuhinya persyaratan yang ditetapkan oleh undang-undang untuk jenis perjanjian formil, yang berakibat perjanjian batal demi hukum; b. Tidak terpenuhinya syarat sahnya perjanjian, yang berakibat: 1) Perjanjian dapat dibatalkan. 2) Perjanjian batal demi hukum, atau c. Terpenuhinya syarat batal pada jenis perjanjian yang bersyarat; d. Pembatalan oleh pihak ketiga atas dasar actio pauliana; e. Pembatalan oleh pihak yang diberi wewenang khusus berdasarkan undang-undang. - Alasan yang menyebabkan Perjanjian Dapat Dibatalkan: a. Ada cacat kehendak pihak yang membuatnya Syarat Kesepakatan dalam 1320 KUHPerdata Cacat kehendak karena adanya khilaf, paksaan, penipuan. Khilaf: pembuatan perjanjian di bawah pengaruh kekeliruan sehingga seandainya orang tersebut tidak khilaf, ia tidak akan memberikan persetujuan. Paksaan: kondisi seseorang secara melawan hukum mengancam orang lain sehingga orang ybs ketakutan dan memberi persetujuan tidak secara bebas. Penipuan: salah satu pihak memberi keterangan palsu agar pihak lain memberi persetujuan. b. Dibuat oleh orang yang tidak cakap melakukan tindakan hukum 1329 & 1330 KUHPerdata Orang dewasa & mereka yang ditaruh di bawah pengampuan. *Penuntutan Pembatalan Perjanjian ‘yang dapat dibatalkan’ Penuntutan pembatalan terhadap perjanjian dilakukan dalam kurun waktu tidak lebih dari 5 tahun terhitung sejak hari ketika paksaan berhenti, atau dalam hal kekhilafan atau penipuan sejak hari diketahuinya kekhilafan atau penipuan itu, atau terhitung sejak tanggal kedewasaan dalam hal RESUME KEBATALAN PERJANJIAN pihak tersebut belum dewasa ketika membuat perjanjina, atau sejak tanggal pencabutan pengampuan. Jangka waktu tidak berlaku terhadap kebatalan yang diajukan sebagai pembelaan atau tangkisan. *Penguatan/Penetapan Perjanjian ‘yang dapat dibatalkan’ Melalui akta penguatan atau akta penetapan, perjanjian yang sebenarnya terancam batal menjadi sah terhitung sejak perjanjian tersebut dibuat. Tidak berlaku bagi perjanjian yang batal demi hukum. - Alasan yang menyebabkan Perjanjian Batal Demi Hukum: a. Syarat Perjanjian Formil Tidak Terpenuhi Cara-cara yang diwajibkan melalui peraturan perundang-undangan tidak dilakukan. *Perj. formil: perjanjian yang tidak hanya didasarkan pada adanya kesepakatan, tetapi oleh UU disyaratkan adanya formalitas tertentu yang harus dipenuhi agar perjanjian sah. Contoh: Perjanjian Jual Beli Tanah harus dibuat oleh PPAT dalam bentuk akta notarial (tertulis) tapi dibuat secara bawah tangan. Perjanjian menjadi batal demi hukum. (yang harus dibuat dalam bentuk akta notaris: hibah, Pendirian PT, Fidusia, arbitration settlement agreement, SKMHT. b. Syarat Objektif Sahnya Perjanjian Tidak Terpenuhi Objek tertentu berupa barang dan jasa, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada. Objek perjanjian harus dapat diperdagangkan, dapat ditentukan jenisnya, dapat dinilai dengan uang, memungkinkan untuk dilakukan atau dilaksanakan. Sebab yang halal: perjanjian yang dibuat karena sebab yang palsu atau terlarang tidak mempunyai kekuatan (melanggar UU, kesusilaan & ketertiban umum). Contoh: UU No. 8 Tahun 1999 Pasal 18: setiap klausula baku yang ditetapkan oleh pelaku usaha pada perjanjian dinyatakan batal demi hukum. c. Dibuat oleh orang yang tidak berwenang melakukan perbuatan hukum Tidak cakap tidak sama dengan tidak berwenang. Tidak berwenang: orang yang oleh UU dilarang melakukan tindakan hukum tertentu, atau karena menurut UU, orang tersebut tidak memenuhi kualifikasi tertentu. Contoh: UU No. 23 Tahun 1999 tentang BI Pasal 56: Bank Indonesia dilarang memberikan kredit kepada Pemerintah. Dalam hal Bank Indonesia melanggar, perjanjian kredit tsb batal demi hukum. d. Ada syarat batal yang terpenuhi Syarat batal: suatu peristiwa atau fakta tertentu yang belum tentu akan terjadi di masa depan, namun para pihak dalam perjanjian itu sepakat bahwa bila peristiwa atau fakta tersebut benar terjadi maka perjanjian tersebut menjadi batal. Kebalikan dari syarat tangguh (jika terjadi, perjanjian lahir) Syarat tangguh & syarat batal adalah jenis perikatan bersyarat. Perjanjian bersyarat yang pelaksanaannya semata-mata digantungkan pada kemauan orang yang membuat perjanjian batal demi hukum (1256 KUHPerdata). Perjanjian yang memuat syarat yang tidak mungkin terlaksana, atau bertentangan dengan kesusilaan, atau dilarang UU, batal demi hukum (1254 KUHPerdata). Akibat: kembali keadaan semula dan pihak yang telah menerima prestasi harus mengembalikannya. - Perjanjian Batal karena Wanprestasi atas Dasar Kelalaian sebagai Syarat Batal Berlaku bagi perjanjian timbal balik Wanprestasi terjadi karena kelalaian Tergugat, akibatnya Penggugat dapat menuntut pembatalan perjanjian di depan hakim. RESUME KEBATALAN PERJANJIAN - Perjanjian Batal karena Wanprestasi Akibat dari Keadaan Memaksa Hakim dapat menilai apakah benar telah terjadi keadaan memaksa atau bukan. Putusan sifatnya deklaratoir. Contoh: musnahnya barang yang disewakan menyebabkan perjanjian batal. - Akibat Pembatalan Perjanjian Perjanjian tidak memiliki efek hukum Batal demi hukum: bukan dianggap tidak ada, melainkan tidak diberi akibat sehingga kondisi dikembalikan seperti semula sehingga prestasi yang telah dilakukan dapat diminta pengembalian (1359 KUHPerdata). - Pembatalan Perjanjian Oleh Pihak Ketiga (Actio Pauliana) 1341 KUHPerdata Ditujukan untuk melindungi kepentingan kreditor. Pihak ketiga (kreditor) yang sebenarnya bukan merupakan pihak yang membuat perjanjian dengan debitor meminta pembtaalan perjanjian dengan alasan perjanjian tersebut bukanlah sesuatu yang diwajibkan oleh undang-undang dan merugikan kreditor. Actio Pauliana: hak gugat yang dimiliki pihak ketiga untuk meminta pembatalan perjanjian. - Pembatalan Perjanjian oleh Pihak yang Berwenang Karena UU Contoh: UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Pasal 37A: 1. Apabila menurut penilaian BI terjadi kesulitan perbankan yang membahayakan perekonomian nasional, atas permintaan BI, Pemerintah + DPR dapat membentuk badan sementara untuk penyehatan Perbankan. 2. Wewenang badan tersebut salah satunya meninjau ulang, membatalkan, mengakhiri atau mengubah kontrak yang mengikat bank dengan pihak ketiga yang menurut pertimbangan merugikan bank. Beda dengan action pauliana: 1. Actio pauliana dapat dilakukan apabila pihak ketiga mengalami kerugian akibat dari perjanjian yang bukan merupakan perbuatan yang diwajibkan oleh hukum atau UU. Sedangkan pembatalan oleh pihak yang berwenang, pihak yang berwenang membatalkan bukan karena mengalami kerugian, tetapi karena pihak pembuat perjanjian gagal (lihat contoh bank). 2. Actio Pauliana didasarkan atas kepentingan pribadi, pihak berwenang atas dasar kepentingan publik.