MODUL PERKULIAHAN Komunikasi Organisasi Aliran Informasi (bagian pertama) Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Public Relations Abstract Tatap Muka 06 Kode MK Disusun Oleh 42008 Ida Anggraeni Ananda Kompetensi mahasiswa akan dijperkenalkan Mahasiswa mampu menjelaskan dengan masalah utama dalam kembali tentang aliran informasi di organisasi komunikasi organisasi yaitu aliran informasi. Komunikasi Organisasi dan Aliran Informasi Pendahuluan Bagian ini dapat dikatakan sebagai inti dari komunikasi organisasi karena pada dasarnya yang dibahas dalam komunikasi organisasi adalah menganai aliran informasi dalam organisasi. Mengenai aliran infomasi ini erat kaitannya dengan manusia sebagai elemen penting dalam organisasi. Manusia sebagai anggota organisasi melakukan pekerjaannya tentusaja dengan menggunakan komunikasi. Dalam komunikasi tentu saja terjadi aliran informasi, baik dari satu orang ke satu orang lainnya, atau satu ke banyak, dll. Bagaimana menyampaikan informasi ke seluruh bagian organisasi dan bagaimana menerima informasi dari seluruh bagian organisasi menjadi hal besar dalam organisasi. Proses aliran informasi merupakan hal yang rumit dan di dalam organisasi. Seperti telah disebutkan terdahulu, aliran informasi sangat berpengaruh terhadap efisiensi organisasi, berpengaruh juga terhadap iklim dan moral organisasi sedangkan biasanya informasi yang seharusnya terjadi dalam struktur sering bukan seperti itu yang terjadi. Kerumitan membahas aliran karena pembahasan informasi ada pada pembahasan komunikasi. Pada komunikasi informasi hanyalah pesan, sebagai salah satu dari elemen proses komunikasi yang ada. Meskipun ia hanya sebagai salah satu elemen tetapi tentusaja aliran informasi erat kaitannya dengan elemen-elemen dalam proses komunikasi yang lain seperti siapa bicara dengan siapa, apa pesan atau informasinya, disampaikan dengan melalui apa, dengan cara apa, efek yang diharapkan apa serta dibahas juga hambatannya. Aliran informasi ini dapat dilihat sebagai aliran informasi formal maupun informal. Pada sessi ini akan dibahas aliran informasi formal dalam organisasi. SIFAT ALIRAN INFORMASI Informasi tidak mengalir begitu saja dan tidak bergerak melainkan yang bergerak adalah prosesnya atau penyampaian pesan,interpretasi terhadap penyampaian tersebut dan penciptaan penyampaian lainnya. Guetzkow menyatakan bahwa aliran informasi dalam suatu organisasi dapat terjadi secara serentak; berurutan dan keduanya. 2016 2 Komunikasi Organisasi Ida Anggraeni Ananda Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1. Penyebaran secara serentak Penyebaran pesan yang sama harus tiba di beberapa tempat yang berbeda pada saat yang bersamaan. Contohnya adalah menyampaikan pesan melalui memo, intranet, dll. Penyampaian pesan secara serentak lebih melihat kepada bagaimana pesan tersebut disampaikan, yaitu satu untuk semua. Dalam hal ini masalah penerima kapan menerima pesan ini bukan menjadi masalah. Seperti contoh dalam millis, bagi yang aktif mengkases maka ia akan selalu menerima pesan tepat waktu, tetapi bagi yang tidak aktif boleh jadi ia baru akan menerima pesan tersebut di saat yang berbeda. Penyebaran informasi tidak selalu bermedia. Tatap muka pun dapat dijadikan pilihan untuk menyampaikan pesan secara serentak. Sebagai contoh adalah rapat, pertemuan seluruh karyawan, dll. 2. Penyebaran secara berturutan Penyebaran pesan berturutan memperlihatkan pola siapa berbicara kepada siapa. Penyebaran tersebut mempunyai suatu pola yang berlangsung dalam waktu yang tidak berturutan, informasi tiba pada waktu yang berbeda pula. Jika orang yang harus diberi informasi berjumlah banyak proses ini membutuhkan waktu yang lama dan kebenaran dari informasi akan terganggu akibat interpretasi terhadap pesan dalam proses penyampaian pesan tersebut. Penyebaran pesan seperti ini dalam organisasi dengan hirarkhi tinggi akan sering dijumpai karena biasanya manajer puncak tidak mungkin atau jarang menjangkau bawahannya secara langsung, maka ia menggunakan pihak lain untuk menjangkaunya. (Lihat contoh Peniti penyambung Likert). POLA ALIRAN INFORMASI Pola roda dan pola lingkaran dibandingkan untuk menggambarkan pengaruh aliran komunikasi yang dibatasi dalam organisasi. Sebetulnya mengenai pola ini akan dibahas lebih mendalam pada jaringan komunikasi. Dan nantinya akan terlihat ada berbagai macam jenis pola selain yang dua ini. Tetapi di sini hanya akan dibahas dua pola dengan pertimbangan pola ini adalah pola dasar aliran informasi. 2016 3 Komunikasi Organisasi Ida Anggraeni Ananda Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Gambar 2: Dua Pola Dasar Komunikasi 1. Pola roda Pola yang mengarahkan seluruh informasi kepada individu yang menduduki posisi sentral.Orang dalam posisi tersebut menerima kontak dan informasi yang disediakan oleh anggota organisasi lainnya dan memecahkan masalah dengan saran dan persetujuan anggota lainnya. Struktur dalam pola roda ini menggambarkan bahwa dalam pola ini ada pemimpin yang jelas, yaitu yang posisinya di pusat. Orang ini adalah satu-satunya orang yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua anggota. Oleh karena itu jika seorang anggota ingin berkomunikasi dengan anggota lain, maka pesannya harus disampaikan melalui pemimpinnya. 2. Pola lingkaran Pada pola lingkaran ini tidak ada pemimpin di dalamnya.Semua anggota posisinya sama. Mereka cenderung memiliki wewenang atau kekuatan yang sama untuk mempengaruhi kelompok. Setiap anggota dapat berkomunikasi dengan dua naggota lain di sisinya. Pada pola ini memungkinkan semua anggota berkomunikasi satu dengan lainnya hanya melalui sistem pengulangan pesan. Masing-masing pola tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Jika dalam hal prestasi kelompok dalam Rakhmat (2004) dinyatakan bahwa pola roda adalah pola yang paling memusat, menghasilkan produk kelompok yang tercepat dan terorganisir. Sedangkan pola lingkar memiliki kelemahan dalam hal kecepatan pemecahan masalah. Lingkaran cenderung melahirkan sejumlah besar kesalahan. Hal ini akan terbalik apabila masalah yang akan dipecahkan adalah masalah kompleks. Bila masalahnya kompleks maka pola lingkar lebih cepat daripada pola roda. Pola roda hanya efektif bila mereka memecahkan masalah yang mudah. Untuk lebih detailnya mengenai dalam hal apa sebuah pola tepat atau dianggap paling efektif digunakan, lihat tabel berikut. 2016 4 Komunikasi Organisasi Ida Anggraeni Ananda Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Tabel berikut adalah tabel mengenai pengaruh dua pola komunikasi atas sepuluh proses komunikasi organisasi Berikut ini yang akan dibahas selanjutnya adalah mengenai arah aliran informasi. Sebetulnya mengenai arah aliran telah dikenalkan pada saat kita membahas mengenai pendekatan. Masing-masing dari pendekatan membawa implikasi pada komunikasi organisasi. Di sini kita akan melihat lebih detail apa saja dinamika yang ada pada arah aliran informasi ini. Implikasi dari adanya struktur organisasi adalah dalam organisasi ada atasan, ada bawahan, ada posisi yang sejajar dalam satu divisi atau antar divisi. Berdasarkan hal inilah aliran informasi akan dibahas. ARAH ALIRAN INFORMASI Ada 4 arah formal aliran komunikasi yaitu 1. Komunikasi ke bawah 2. Komunikasi ke atas 3. Komunikasi Horisontal 4. Komunikasi Lintas saluran Berikut ini adalah penjelasan mengenai arah aliran tersebut 2016 5 Komunikasi Organisasi Ida Anggraeni Ananda Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id KOMUNIKASI KE BAWAH (DOWNWARD COMMUNICATION) Komunikasi ke bawah, berarti informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah. Merujuk kembali kepada pendekatan yang telah dibahas sebelumnya, komunikasi ke bawah/penekanan terhadap komunikasi ke bawah dalam organisasi hanya tepat digunakan pada mashab klasik tetapi pada dasarnya jika kita membahas aliran ini sebagai implikasi struktur maka komunikasi ke bawah ini akan selalu terjadi dimanapun. Tujuan Komunikasi Ke Bawah Biasanya komunikasi ke bawah bertujuan untuk 1. Menyediakan instruksi spesifik mengenai tugas atau pekerjaan dan bagaimana cara melakukannya. Instruksi kerja ini berisi tentang apa yang diharapkan dari individu. Apa kewenangan dan tanggungjawab yang dimiliki oleh seseorang. Apa yang disepakati sebagai pekerjaan yang baik (standart pengerjaan). Instruksi kerja ini meliputi berbagai bentuk seperti gambaran kerja (job description), supervisor guidance, dan berbagai arahan dan perintah. 2. Menyediakan karyawan rasional untuk mengerjakan tugas atau pekerjaan tertentu dan memahami bagaimana pekerjaan tersebut terkait dengan pekerjaan lainnya. Melalui Job rational ini diharapkan pekerja dapat memahami peran mereka dalam organisasi. Tanpa penjelasan mengenai pekerjaannya maka mungkin karyawan akan bertanya-tanya tentang pentingnya instruksi kerja yang diterimanya. Jika jawaban tidak di dapat maka hal ini dapat membuat karyawan demotivasi, karena pekerja merasa bahwa pekerjaan yang diberikan padanya adalah tugas yang tidak perlu dan tidak penting. 3. Untuk menyediakan data yang diperlukan seperti prosedur, kebijakan dan praktekpraktek yang dilakukan oleh organisasi. (Untuk mengetahui apa itu praktek organisasi, lihat pada pendahuluan pada elemen organisasi). Mengenai prosedur, kebijakan, dll perlu disosialisasikan karena ini erat kaitannya dengan iklim organisasi. Dapat dibayangkan bagaimana jika sebuah kebijakan dalam melakukan seuatu tidak jelas atau berubah-ubah, maka dapat dipastikan anggota organisasi akan merasa tidak nyaman dan tidak percaya lagi kepada organisasi. Sebagai contoh misalnya dalam perusahaan X, tidak ada peraturan karyawan, ataupun kalau ada peraturan 2016 6 Komunikasi Organisasi Ida Anggraeni Ananda Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id tersebut hampir tidak pernah digunakan. Dalam pemecahan masalah atau penerapan peraturan sangat bergantung kepada siapa yang akan dikenai peraturan tersebut. Bagi beberapa orang peraturan itu berlaku tetapi tidak bagi orang lain...maka dapat dibayangkan mereka yang berada pada posisi yang dirugikan atas penerapan peraturan itu pasti akan kecewa dan merasa bahwa organisasi tidak mendukung dirinya. Mengenai kaitannya secara detail nanti akan dibahas dalam pembahasan materi iklim. 4. Menyediakan umpan balik kinerja untuk karyawan mengenai apa yang telah merekaa lakukan. Dalam informasi, umpan balik dapat dikategorikan penting, apalagi hal ini berkenaan dengan kemajuan karir seseorang. Bagaimana seseorang akan mengukur standar kinerjanya mengenai apakah kerja yang dilakukan selama ini baik atau tidak, tentu memerlukan umpan balik dari si pemberi kerja yaitu atasan. Umpan balik juga diperlukan bagi karyawan untuk mengerti prediksi kesempatan karirnya termasuk di dalamnya pelatihan atau pengembangan apa yang harus diikuti untuk memenuhi hal tersebut. 5. Menyediakan informasi yang akan menimbulkan kepercayaan serta keyakinan pada misis dan pemahaman terhadap tujuan organisasi. Dari kelima hal tersebut dapat dikategorikan bahwa biasanya/pada dasarnya da 5 jenis informasi yang biasanya dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan, yaitu: 1. Informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan 2. Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan 3. Informasi mengenai kebijakan dan praktek organisasi 4. Informasi mengenai kinerja pegawai 5. Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas Persepsi karyawan mengenai komunikasi ke bawah Jika dilihat dari kacamata karyawan, dalam penelitian yang dilakukannya, Gibson (1986) menemukan gejala bahwa jika karyan merasa mereka tidak mendapatkan informasi yang cukup maka ia akan merasa terasing dari organisasinya. Mereka merasa bahwa pekerjaan yang mereka lakukan adalah serangkaian pekerjaan yang membosankan, tidak menantang karena mereka merasa bahwa pekerjaan yang mereka lakukan tersebut tidak berarti atau tidak penting. Sebaliknya jika mereka mendapatkan informasi yang cukup maka mereka akan menjadi lebih produktif. 2016 7 Komunikasi Organisasi Ida Anggraeni Ananda Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dari penelitian yang sama ditemukan bahwa banyak karyawan yang merasakan bahwa organisasi kurang memberikan kecukupan informasi bagi mereka sehingga kepuasan mereka terhadap komunikasi yang ada di organisasi rendah. Masih dari penelitian Gibson, ditemukan bahwa ternyata karyawan lebih senang mendapatkan informasi dari atasan langsung mereka atau melalui rapat dengan manajemen tetapi kenyataannya, mereka merasa bahwa informasi yang seperti itu jarang didapat. Mereka ternyata mendapatkan informasi bukan dari atasan melainkan dari media internal yang ada dalam organisasi. Hal ini disebabkan karena organisasi berkembang cepat sehingga atasan atau manajer tidak dapat membuat karyawan tetap mendapatkan informasi dari mereka. Dan jika digali lebih dalam, ternyata karyawan paling menyukai informasi mengenai perencanaan kedepan organisasi dan perbaikan produktifitas kerja. Penelitian mengenai persepsi karyawan tentang komunikasi ke bawah sebetulnya dapat diadopsi dan dijadikan topik penelitian. Penelitian dengan menggunakan audit komunikasi, untuk melihat bagaimana komunikasi ke bawah berlangsung dalam sebuah organisasi dan apakah komunikasi tersebut membawa dampak pada kepuasan komunikasi karyawan atau tidak. Metode Komunikasi Pada dasarnya ada dua metode yang digunakan dalam komunikasi ke bawah yaitu komunikasi tertulis dan lisan. Keduanya tentu saja memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Lisan Komunikasi lisan memliki kelebihan dalam hal kecepatan. Informasi dapat cepat dan langusng tersedia melalui komunikasi lisan, apalagi dengan tatap muka. Komunikan dalam hal ini bawahan akan merasa puas karena manajemen menyediakan waktu untuk berbicara dengannya secara personal. Biasanya pesan yang disampaikan secara personal seperti ini akan lebih diperhatikan Selain keuntungan tentu ada kekurangan atau kelemahannya, salah satunya adalah distorsi komunikasi. Distorsi dapat terjadi disengaja atau tidak sengaja. Distoris yang disengaja dalam komunikasi ke bawah adalah karena dua hal besar yaitu karena atasan kurang senang memberikan umpan balik dan yang kedua adalah karena atasan tidak tega dalam menyampaikan pesan atau kabar buruk. 2016 8 Komunikasi Organisasi Ida Anggraeni Ananda Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Distorsi yang tidak disengaja biasanya karena kebimbangan atasan untuk menyampaikan atau tidak menyampaikan pesan. Dalam hal kebimbangan memberikan umpan balik disebabkan karena dua hal yaitu status dan kompetisi. Status dalam arti atasan di satu sisi adalah keharusan ia memberikan perintah karena ia adalah atasan tetapi di sisi lainnya ia ingin merasa bahwa yang ada di bawahnya adalah kawan atau sesama karyawan. Keengganan yang dipicu oleh kompetisi adalah rasa takut bersaing dengan bawahan, karena persaingan merupakan hal yang biasa terjadi dalam organisasi. Tetapi selain itu, Gordon Lippit dalam Gibson menunjukkan hal-hal yang membuat komunikasi ke bawah kurang berhasil diantaranya adalah karena kurangnya komunikasi dua arah, waktu yang kurang tepat, formalisasi yang berlebihan, atasan tidak sensistif atas isu yang terjadi, atasan yang defensi, dll Tulisan Metode tulis daam komunikasi ke bawah adalah lebih formal, permanen/tetap dan yang paling sering digunakan. Kekurangannya adalah terlalu banyaknya memo yang disampaikan membuat karyawan bosan, bingung atau akan menjadi apatis terhadap pesan tertulis yang sampai padanya. Tetapi pada dasarnya metode tulis ini dapat mengingatkan karyawan tentang suatu pesan dan membuatnya mampu membacanya berulang-ulang untuk lebih memahami pesan tersebut. Selain itu informasi yang disampaikan tertulis membuat karyawan tahu bahwa ada sesuatu yang penting yang akan disampaikan atasan. Hal lain lagi mengenai metode tulis ini adalah mengurangi distorsi atas ketidakpercayaan terhadap informasi yang disampaikan secara lisan. Berikutnya, metode ini dapat digunakan sebagai data rekam formal yang dapat digunakan di masa datang. Berikut ini adalah gambaran mengenai pemanfaatan kedua metode dalam organisasi 2016 9 Komunikasi Organisasi Ida Anggraeni Ananda Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Setelah dipahami pemanfaatan kedua metode maka berikut ini adalah pertimbangan dalam pemilihan metode. Ada 6 kriteria yang sering digunakan untuk memilih metode penyampaian informasi kepada para pegawai, yaitu: 1. Ketersediaan, metode yang tersedia cenderung dipergunakan dan dapat ditambahkan untuk suatu program keseluruhan yang lebih efektif. 2. Biaya, metode yang dinilai paling murah cenderung dipilih untuk penyebaaran informasi yang dinilai rutin dan tidak mendesak 3. Pengaruh, metode yang tampaknya memberi pengaruh lebih sering dipilih dari pada metode yang baku 4. Relevansi, metode yang tampak paling relevan dengan tujuan akan lebih dipilih 5. Respons, metode yang dipilih akan dipengaruhi oleh ketentuan apakah dikehendaki atau diperlukan respons khusus terhadap informasi 6. Keahlian, metode yang tampaknya sesuai dengan kemampuan pengirim untuk menggunakannya dan dengan kemampuan penerima untuk memahaminya cenderung dipilih. Berdasarkan asumsi bahwa komunikasi ke bawah dapat memperbaiki kinerja maka seharusnya atasan mau memperbaiki kemampuan komunikasinya. Misalnya dalam menyajikan isi pesan, para manajer harus mampu menyajikan pesan yang akurat, spesifik, memiliki kekuatan (forceful), mudah dipahami, dan tidak ada maksud atau arti yang disembunyikan. Selain itu ia harus mampu mempertimbangkan serta memilih metode yang tepat bagi penyampaian pesannya. KOMUNIKASI KE ATAS (UPWARD COMMUNICATION) Dengan munculnya pendekatan human relations, maka manajemen mulai mengubah perhatiannya lebih kepada terpenuhinya kebutuhan sosial karyawan. Salah satu upayanya adalah memperkenalkan satu bentuk aliran komunikasi dari bawah ke atas yang sebelumnya tidak terlalu diperhatikan. Komunikasi ke atas berarti bahwa infomasi mengalir dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Melalui komunikasi semacam ini maka atasan dapat lebih mengetahui permasalahan yang ada di bawahnya. Komunikasi ke atas penting karena alasan berikut: 1. Memberi informasi berharga untuk pembuatan keputusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi dan mengawasi kegiatan orang-orang lainnya. 2016 10 Komunikasi Organisasi Ida Anggraeni Ananda Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Memberitahukan kepada penyelia kapan bawahan siap menerima informasi dan seberapa baik bawahan menerima apa yang dikatakan kepada mereka 3. Mendorong, memungkinkan, omelan dan keluh-kesah muncul ke permukaan sehingga penyelia tahu apa yang mengganggu mereka yang paling dekat dengan operasi-operasi sebenarnya 4. Menumbuhkan apresiasi dan loyalitas dengan memberi kesempatan kepada pegawai untuk mengajukan pertanyaan dan menyumbang gagasan serta saransaran mengenai operasi organisasi 5. Mengijinkan penyelia untuk menentukan apakah bawahan memahami apa yang diharapkan dari aliran informasi ke bawah 6. Membantu pegawai mengatasi masalah pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan dengan pekerjaan dan dengan organisasi tersebut Berdasarkan hal di atas maka tampak bahwa hal-hal yang harus dikomunikasikan keatas adalah: 1. Memberitahukan apa yang dilakukan bawahan mengenai prestasi, kemajuan, dan rencana masa depan 2. Menjelaskan persoalan kerja yang belum dipecahkan dan mungkin memerlukan bantuan 3. Memberikan saran untuk perbaikan dalam unit-unit atau dalam keseluruhan organisasi 4. Mengungkapkan perasaan pikiran tentang pekerjaan mereka, rekan kerja, dan organisasi. Pada kenyataannya komunikasi ke atas tidak mudah. Sharma mengemukakan alasan mengapa komunikasi ke atas terlihat amat sulit: 1. Kecenderungan pegawai menyembunyikan pikiran mereka 2. Perasaan bahwa penyelia dan manajer tidak tertarik kepada masalah pegawai 3. Kurangnya penghargaan bagi komunikasi ke atas yang dilakukan pegawai 4. Perasaan bahwa penyelia dan manajer tidak dipat dihubungi dan tidak tanggap pada apa yang disampaikan. Untuk mengatasi hal tersebut maka setiap program komunikasi organisasi harus didasarkan pada iklim 2016 11 kepercayaan. Komunikasi Organisasi Ida Anggraeni Ananda Bila ada kepercayaan, pegawai Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id mungkin lebih berani mengemukakan gagasan dan perasaannya lebih bebas, dan penyelia dapat menafsirkan apa yang dimaksud oleh pegawai dengan lebih cermat. Planty dan Machaver mengemukakan prinsip pedoman program komunikasi ke atas sebagai berikut: 1. Harus direncanakan 2. Berlangsung secara berkesinambungan 3. Menggunakan saluran rutin 4. Menitik beratkan kepekaan dan penerimaan dalam pemasukan gagasan dari tingkat yang lebih rendah 5. Mencakup, mendengarkan secara objektif 6. Mencakup tindakan untuk menanggapi masalah 7. Menggunakan berbagai media dan metode untuk meningkatkan aliran informasi Mengenai distorsi komunikasi dalam aliran informasi ke atas ini sama dengan distori komunikasi ke bawah yaitu distorsi yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Distorsi yang disengaja ini biasanya pertama disebabkan karena pada prinsipnya orang ingin tampak baik dimata orang lain apalagi dalam kasus ini adalah atasannya. Maka seperti yang telah disebut di atas, biasanya bawahan cenderung menyampaikan hal-hal yang baik saja kepada atasan atau menyampaikan hal sekiranya diinginkan oleh atasan, inilah penyebab distorsi disengaja yang kedua. Penyebab distorsi disengaja yang ketiga adalah bypassing. Hal ini berkaitan dengan level hirarki yang ada di organisasi. Hal ini biasanya terjadi kalau bawahan melihat atasan langsungnya kurang simpati kepada masalahnya, tidak memiliki kekuatan atau justru atasan sebagai penyebab dari masalah. “Lompat jalur” seperti ini apapun alasannya biasanya dapat menimbulkan salah paham, distorsi dan tentu saja gap komunikasi. Lewis dalam Gibson (1984) melaporkan ada beberapa alasan mengapa seseorang mempertimbangkan untuk melakukan bypassing yaitu pada saat perlu cepat, kondisi darurat, ambisi karyawan yang berlebih, perbedaan pendapat antar supervisor, dll Mengenai distorsi komunikasi yang tidak disengaja adalah karena kurangnya kepercayaan terhadap atasan, kebutuhan untuk beraspirasi, tingkat keamanan karyawan dan jarak fisik (kedekatan dengan pihak lain) yang disebabkan oleh struktur organisasi.. 2016 12 Komunikasi Organisasi Ida Anggraeni Ananda Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id KOMUNIKASI HORISONTAL/LATERAL Komunikasi ini terdiri dari penyampaian informasi di antara rekan-rekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Tujuan komunikasi horizontal adalah: 1. Mengkoordinasikan penugasan kerja 2. Berbagi informasi mengenai rencana dan kegiatan 3. Untuk memecahkan masalah 4. Untuk memperoleh pemahaman bersama 5. Untuk mendamaikan, berunding, dan menengahi perbedaan 6. Menumbuhkan dukungan antar personal Adapun tipe dari komunikasi horisontal ini adalah biasanya kurang formal dibandingkan komunikasi ke atas. Biasanya dalam komunikasi ini melibatkan komunikasi antar anggota daripada dengan atasan. Biasanya komunikasi ini disampaikan melalui telepon, event sosial seperti gathering, rapat dan pertemuan, kelompok kerja. Komunikasi seperti ini juga dapat disampaikan secara tertulis melalui memo informal antar mereka dan dapat juga dibangun melalui media productivity improvement group. Meskipun dari berbagai penelitian disebutkan bahwa komunikasi semacam ini lebih efektif dibanding komunikasi yang lain tetapi tetap saja ada kekurangannya yaitu menjadikan struktur keatas lemah dan berkurangnya mekanisme filter. Seperti halnya komunikasi yang lainnya, komunikasi horisontal ini juga memungkinkan adanya distorsi. Distori yang disengaja muncul bersamaan dengan gosip atau rumor yang biasanya memang muncul dalam komunikasi horisontal. Jika tidak ada data yang akurat maka rumor atau gosip akan mengisi gap akibat kurangnya informasi (underload information). Hal lain adalah masalah kealamiahan dari spesialisasi kerja. Biasanya karyawan memiliki banyak informasi yang menyangkut pekerjaannya tetapi tidak tahu kaitan pekerjaanya dengan antar fungsi dalam organisasi sehingga mereka cenderung menyimpan sendiri informasi tersebut dan kadang tampak “kurang empati” dengan fungsi yang lain. Misalnya bagian penjualan sering menilai bagian produksi lambat dalam memproduksi barang sementara pesanan sudah banyak. Hal ini diakibatkan oleh ketidaktahuan atau ketidamau tahuan pihak penjualan tentang masalah yang dihadapi bagian produksi, misalnya masalah kurangnya modal, bahan, dll. Distorsi yang tidak disengaja ini terjadi karena karyawan cenderung menggantikan komunikasi vertical dengan komunikasi horisontal. Ini terjadi karena karyawan lebih nyaman 2016 13 Komunikasi Organisasi Ida Anggraeni Ananda Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id berkomunikasi dengan kawannya daripada dengan atasan. Seperti telah disebutkan di atas hal ini menjadikan komunikasi yang kurang terkontrol. Atasan memang tidak dapat sepenuhnya menghindari atau mematikan komunikasi horisontal ini, tetapi yang dapat mereka lakukan adalah memperbaiki pengetahuan antar departemen yang menekankan pada tujuan yang saling menguntungkan dan saling berkait. Media yang dapat dipilih untuk melakukan ini misalnya adalah pertemuan antar anggota. Hal lain yang dapat dilakukan adalah menggunakan penyatu yang profesional, mereka yang dipilih dan ditempatkan sebagai penghubung. Hal lain yang juga dapat dilakukan adalah mengembangkan sistem komunikasi hirarkhis yang terbuka. KOMUNIKASI LINTAS SALURAN ATAU SEGALA ARAH Komunikasi ini yaitu informasi yang diberikan melewati batas-batas fungsional atau batasan unit kerja dan diantara orang yang satu sama lainnya tidak saling menjadi atasan atau bawahan. Komunikasi ini terjadi di antara orang-orang yang tidak memliki garis kewenangan untuk mengatur orang yang berkomunikasi dengan mereka, mereka harus mempromosikan gagasn mereka dan mereka memiliki mobilitas tinggi dalam organisasi. Biasanya para spesialis staf ada dalam dinamika komunikasi ini. Mereka memiliki hubungan dengan manajemen puncak yang memungkinkan mereka memperpendek rangkaian sistem otoritas. Di satu siis komunikasi seperti ini baik karena dianggap menyempurnakan komunikasi ke atas-bawah tetapi di sisi lain manajemen yang lebih sering galau karena sering dilewati dan khawatir akan mendapat kritik tanpa memliki kesempatan menjawab. Kekhawatiran atau kelemahan ini dapat dikurangi dengan menetapkan kebijakan organisasi untuk mengarahkn komunikasi lintas saluran seperti ini. Selain itu para spesialis staf harus dilatih keahlian berkomunikasi, mereka harus menyadaari pentingnya peranan komunikasi mereka dan manajemen juga harus sadar atas peranan spesialis staf dan lebih banyak lagi memanfaatkan peranan tersebut dalam komunikasi organisasi. Distorsi yang biasanya terjadi dalam komunikasi ni adalah disebabkan karena kepemilikan informasi. Karyawan yang memiliki banyak informasi tentang pekerjaannya merasa bahwa informasi yang dimilikinya sangat bernilai. Biasanya mereka enggan memberikan kepada pihak lain atau departemen lain karena rasa ingin bersaing. Ini adalah bentuk dari distorsi yang disengaja. Bentuk dari distorsi yang tidak disengaja adalah uncertainty absorption . Ini merujuk pada bagaimana orang mengisi gap dan menambahkan interpretasi atas pesan yang diterimanya. 2016 14 Komunikasi Organisasi Ida Anggraeni Ananda Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Mengenai hal ini erat kaitannya dengan kemampuan individu untuk melakukan pengulangan pesan. Ada empat fungsi dasar yang dilakukan oleh pengulang pesan adalah 1. menghubungkan, proses ini mneghubungkan atau memutuskan bagian-bagian sistem organisasi 2. menyimpan, menyimpan pesan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan pengirim dan penerima untuk menangani fluktuasi dalam apa yang ingin didengar penerima dan apa yang ingin dikatakan oleh pengirim 3. merentangkan, bentuk perubahan yang meliputi perluasan atau penjelasan/penambahan suatu pesandan 4. mengendalikan, menghubungkan, menyimpan dan merentangkan adalah dasar mengendalikan. Dengan mengatur penyampaian, penyimpanan dan penafsiran pesan seorang pengulang pesan melkaukan pengendalian atas sistem komunikasi Untuk mengurangi distorsi maka kehati-hatian, kakurasian dan kelengkapan informasi harus dijaga. Dalam hal ini para anggota harus mampu menjadi para pengulang pesan yang baik. Jangan menyembunyikan informasi juga perlu dilakukan agar distorsi dapat dikurangi. Ini bukan hanya untuk menghindari munculnya hambatan informasi dalam organisasi tetapi juga untuk menghindari ketidakpastian informasi. Mengecek kembali sumber atau asal informasi dapat juga dilakukan untuk mengurangi distorsi, dengan mengetahui darimana asal atau sumber informasi kita dapat menilai keabsahan berita atau informasi yang beredar. Hati-hati terhadap kesimpulan yang disampaikan orang lain. Jika perlu tanyakan apakah kesimpulan yang disampaikan adalah opini pribadi atau fakta. DAFTAR PUSTAKA Cheney, George et al 2004, Organizational Communication in Age of Globalization: Issues, Reflection, Practices, Waveland Press,USA Conrad, Charles 1994, Strategic Organizational Communication, Harcourt Brace, USA, Conrad, Charles & Marshall Scott Poole 2002, Strategic Organizational Communication In a Global Economy, Harcourt Brace, USA Daniels, T,D, Bary K,S & Michael J, P 1997, Perspectives on Organizational Mc.Graw Hill, San Fransisco Communication, Gibson, Jane Whitney & Richard M Hodgetss 1986, Organizational Communication A Managerial Perspective, Harcourt, USA 2016 15 Komunikasi Organisasi Ida Anggraeni Ananda Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Myers, Michele Tolela & Gail E Myers 1982, Managing By Communication An Organizational Approach, Mc Graw Hill, Japan Pace,R.Wayne 1994, Organizational Communication, Prentice Hall,USA Pace, Wayne, Deddy Mulyana (alih bahasa) 2000, Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan , Rosdakarya, Bandung Schenieder, Arnold E, et al 1975, Organizational Communication, Mc. Graw Hill, USA 2016 16 Komunikasi Organisasi Ida Anggraeni Ananda Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id