i BAB I PENDAHULUAN TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan dapat memahami gambaran umum Hukum Internasional. SASARAN BELAJAR (SB) Setelah mempelajari Bab ini, Anda diharapkan mampu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Menyebutkan pengertian Hukum Internasional; Menjelaskan ruang lingkup Hukum Internasional; Menjelaskan arti beberapa istilah Hukum Internasional; Menjabarkan bentuk perwujudan Hukum Internasional; Mengklasifikasikan bidang Hukum Internasional; Menjelaskan sejarah dan perkembangan Hukum Internasional. 1 POKOK BAHASAN PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP HUKUM INTERNASIONAL Mempelajari Hukum Internasional sebenarnya sama juga dengan mempelajari ilmu hukum pada umumnya, karena hukum pada umumnya merupakan hubungan antara manusia dengan manusia dalam suatu pergaulan. Aristoteles mengatakan bahwa manusia itu adalah “Zoon Politicon” (Jerman) yang artinya manusia yang selalu bergaul dalam masyarakat, dan dalam hidup bermasyarakat itu manusia selalu berorganisasi. Dari hal inilah kemudian lahir aturan-aturan yang kemudian disebut “Hukum”. Hugo Grotius, yang menuliskan De Jure Belli ac Pacis, menamakan hidup bersama itu dengan istilah Appentitus Societatis yang artinya manusia itu selalu hidup bergaul dalam masyarakat karena hidup sendiri-sendiri itu tidak mempunyai tujuan. Hudo Grotius adalah sarjana hukum Belanda yang sangat menaruh perhatian besar pada kehidupan masyarakat Eropa. Beliau adalah Bapak Hukum Internasional yang menjadikan Hukum Internasional menjadi sistematis dan meletakkan asas-asas kesamaan derajat bagi seluruh bangsa di dunia, yang menitikberatkan bahwa hukum itu berada dalam masyarakat, masyarakat bisa berdiri karena ada sistem hukum yang mengaturnya. Untuk itu ada baiknya kita melihat pengertian atau definisi dari Hukum Internasional baik sebelum Perang Dunia maupun pengertian di era modern sekarang ini. Pengertian ini perlu kita bandingkan, karena sesuai dengan perkembangan zaman, maka pengertian Hukum Internasional mengalami perubahan dan penyesuaian juga. 1. Definisi Sebelum Perang Dunia II Secara umum, Hukum Internasional sebelum Perang Dunia II diartikan sebagai keseluruhan asas dan kaidah yang mengatur hubungan negara dengan negara. Menurut Anzilotti, Hukum Internasional adalah tertib hukum dari masyarakat negara-negara. Sedangkan Brierly menyebutkan bahwa Hukum Internasional merupakan hukum bangsa-bangsa yang dibatasi maknanya sebagai himpunan asas dan kaidah tindakan yang mengikat bagi negara-negara yang beradab dalam hubungan mereka antara yang satu dengan yang lainnya. 2. Definisi Sesudah Perang Punia II Definisi Hukum Internasional sebelum Perang Dunia II yang diberikan oleh para pakar umumnya terbatas pada negara sebagai satu-satunya pelaku hukum dan tidak memasukkan subjek-subjek hukum lainnya. Namun demikian, perkembangan ilmu dan teknologi yang pesat telah meningkatkan hubungan, kerjasama dan saling ketergantungan antar negara, munculnya organisasi-organisasi internasional, negara-negara baru, menyebabkan ruang lingkup dan pengertian Hukum Internasional mengalami perluasan. Menurut Starke, Hukum Internasional adalah sekumpulan hukum yang sebagian besar terdiri dari asas-asas dan peraturan-peraturan tingkah laku yang mengikat negara-negara dan karena itu biasanya ditaati dalam hubungan negaranegara satu sama lainnya. Asas dan kaidah tersebut juga meliputi: (i) Peraturanperaturan hukum mengenai pelaksanaan fungsi lembaga-lembaga dan organisasiorganisasi itu masing-masing serta hubungannya dengan negara-negara dan individu; (ii) Peraturan-peraturan hukum tertentu mengenai individu-individu dan kesatuan-kesatuan bukan negara, sepanjang hak-hak dan kewajiban-kewajiban individu dan kesatuan itu merupakan masalah persekutuan internasional (international community). Menurut Mochtar Kusumaatmadja, Hukum Internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara antara negara dengan negara, negara dengan subjek hukum lain bukan negara, dan subjek hukum bukan dengan negara dengan subjek hukum bukan negara lainnya. Dari uraian di atas terlihat adanya perbedaan mendasar dalam Hukum Internasional sesudah Perang Dunia II. Sebelum Perang Dunia II, para pakar membatasi ruang lingkup pengertian Hukum Internasional hanya pada negara sebagai satusatunya subjek Hukum Internasional dan tidak memasukkan subjek-subjek hukum lainnya. Namun, setelah adanya perubahan dan kemajuan setelah Perang Dunia II, pengertian dan ruang lingkup Hukum Internasional menjadi lebih luas. Hukum Internasional bukan saja mengatur hubungan antar negara, tetapi juga subjek-subjek Hukum Internasional lainnya seperti organisasi internasional, kelompok-kelompok supranasional, dan gerakan-gerakan pembebasan nasional. Bahkan Hukum Internasional juga mulai diberlakukan terhadap individu-individu dalam hubungannya dengan negara-negara. Walaupun demikian, negara tetap merupakan aktor penting dan subjek paling dominan dalam Hukum Internasional karena pengaruh kedaulatan yang dimilikinya terhadap keseluruhan sistem Hukum Internasional. Lebih lanjut, perlu juga diperhatikan perbedaan antara Hukum Internasional publik (Hukum Internasional) dengan Hukum Perdata Internasional (Hukum Internasional Privat). Apabila disebutkan Hukum Internasional, maka dalam konteks ini yang dibahas adalah Hukum Internasional publik, yang sangat berbeda dengan hukum perdata internasional. Hukum Internasional Publik adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara (hubungan internasional) yang bukan bersifat perdata, yang subjeknya terdiri dari negara dan subjek lain bukan negara. Sedangkan Hukum Internasional Privat adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan perdata yang melintasi batas negara, yang mengatur hubungan hukum perdata antara para pelaku hukum yang masingmasing tunduk pada hukum perdata (nasional) yang berbeda, yang subjeknya individuindividu ataupun badan hukum yang tunduk pada hukum perdata yang berbeda. Dari uraian di atas terlihat persamaan dan perbedaan di antara kedua hukum tersebut. Persamaannya adalah bahwa kedua hukum tersebut mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara (internasional). Sedangkan perbedaannya terletak pada sifat hukum persoalan atau hubungan yang diaturnya (objeknya). ISTILAH HUKUM INTERNASIONAL 1. Hukum antar bangsa (ius inter gentes) Istilah ius inter gentes berarti hukum antar individu dalam kaitannya dengan hubungan bangsa-bangsa. 2. Hukum antar negara (inter state law) Istilah hukum antar negara pada dasarnya sama dengan istilah hukum antar bangsa, yang dipergunakan untuk menunjukkan pada asas dan kaidah yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat negara-negara yang dikenal sejak adanya negara dalam bentuk yang modern (nation-state). 3. Hukum masyarakat internasional (law of international community) Istilah yang sebenarnya paling tepat untuk digunakan dalam menyebutkan Hukum Internasional di era modern ini. Istilah ini mewakili semua subjek Hukum Internasional selain negara, yang merupakan bagian dari masyarakat internasional secara keseluruhan. Namun istilah ini sulit untuk digunakan karena terlalu panjang dan orangorang sudah terbiasa menggunakan istilah international law. 4. Hukum bangsa-bangsa (ius gentium, law of nations, droit de gens, Volkerrecht) Istilah hukum bangsa-bangsa berasal dari istilah hukum Romawi yaitu ius gentium. Ius gentium artinya kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan antara orang Romawi dengan orang bukan Romawi dan antara bukan orang Romawi satu-sama lain. Istilah ini dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan dan aturan yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman dahulu, yang karena keadaannya belum dapat dikatakan sebagai hubungan antara masyarakat bangsa-bangsa. BENTUK PERWUJUDAN HUKUM INTERNASIONAL Hukum Internasional mempunyai beberapa bentuk perwujudan atau pola perkembangan. Yang paling utama adalah perwujudan Hukum Internasional yang bersifat umum (general), yaitu sebagaimana yang kita kenal dengan Hukum Internasional dalam arti luas, yang mencakup seluruh masyarakat internasional. Bentuk perwujudan yang kedua adalah perwujudan sebagai Hukum Internasional regional. Hukum Internasional regional ini hanya terbatas pada ruang lingkup berlakunya secara regional, seperti Hukum Internasional regional yang berlaku hanya untuk kawasan Amerika ataupun Amerika Latin. Contohnya pada konsep landas kontinen yang hanya berlaku di Amerika secara sepihak, yang merupakan Hukum Internasional di bidang kelautan yang berlaku khusus di kawasan Amerika. Bentuk perwujudan yang khusus lainnya adalah Hukum Internasional yang berlaku hanya untuk negara-negara tertentu saja, tidak dibatasi oleh kawasan tertentu. Hal ini berbeda dengan Hukum Internasional regional yang berlaku berdasarkan hukum kebiasaan, maka Hukum Internasional khusus ini berlaku berdasarkan konvensi atau perjanjian yang mereka buat. Peserta konvensi atau perjanjian tidak terbatas pada kawasan tertentu saja. Misalnya Konvensi mengenai Hak-Hak Asasi Manusia yang disepakati oleh banyak negara dan diadakan oleh Negara-Negara Eropa. Bentuk-bentuk perwujudan ini muncul sebagai akibat dari adanya keadaan, kebutuhan, taraf perkembangan dan tingkat integrasi yang berbeda-beda dari bagian masyarakat internasional yang berlainan. PEMBAGIAN HUKUM INTERNASIONAL Grotius membagi Hukum Internasional menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu: a) Hukum Perang; b) Hukum Damai; c) Hukum Netralisasi/Legalitas. Oppenheim Lauterpacht membagi Hukum Internasional menjadi 3 (tiga) bentuk, yaitu: i. Hukum Internasional Universal; Hukum Internasional yang berlaku secara universal tanpa kecuali, semua negara memberlakukannya. Misalnya perdamaian dan keamanan internasional atau penghormatan terhadap hak asasi manusia. ii. Hukum Internasional Umum; Hukum Internasional yang berlaku di banyak negara termasuk negaranegara besar. Misalnya lebar laut teritorial sejarak 12 mil laut. iii. Hukum Internasional Khusus; Hukum Internasional yang berlaku dan mengikat bagi sedikit negara (negara-negara tertentu). Misalnya perjanjian bilateral antara dua negara. Verdross membagi Hukum Internasional menjadi 2 (dua) bentuk, yaitu: i. Hukum Internasional Khusus; Hukum Internasional yang berdasarkan perjanjian bilateral maupun dari perjanjian beberapa negara ditambah aturan-aturan dari hukum kebiasaan internasional. Misalnya perjanjian bilateral tentang kewarganegaraan antara Indonesia dengan China. ii. Hukum Internasional Umum; Hukum Internasional yang berdasarkan perjanjian multilateral dan disetujui oleh banyak negara dalam masyarakat internasional. Misalnya Konvensi PBB mengenai Hukum Humaniter dan Hak Asasi Manusia. Mochtar membagi Hukum Internasional menjadi 3 (tiga) bentuk, yaitu: i. Hukum Internasional Umum, yaitu hukum yang berlaku umum dan ditaati di mana-mana; ii. Hukum Internasional Regional, yaitu Hukum Internasional yang tumbuh dan berkembang di belahan bumi tertentu, serta tumbuh dari hukum kebiasaan di tempat itu. iii. Hukum Internasional Khusus, yaitu Hukum Internasional yang dibuat dan ditaati oleh negara-negara tertentu saja, yang mempunyai pandangan yang sama mengenai hal-hal tertentu. Saat ini pembagian Hukum Internasional sudah semakin mendetail, karena adanya perkembagan dalam bidang-bidang Hukum Internasional. Hukum Internasional pada saat ini dapat dibagi secara garis besar, yaitu: i. Hukum Internasional Umum, yaitu Hukum Internasional yang mengatur hubungan negara sebagai subjek hukum, terdiri dari; - Hukum Diplomatik, yaitu asas dan kaidah tentang perwakilan diplomatik, yang menunjukkan adanya hubungan resmi antara negaranegara secara bilateral. - Hukum Perang, yaitu asas dan kaidah yang mengatur sengketa bersenjata dan mengatur masalah-masalah peperangan, syarat-syarat berperang, hak dan kewajiban musuh dalam peperangan. - Hukum Perdagangan Internasional, yaitu asas dan kaidah yang mengatur tentang hubungan perdagangan antara negara-negara, seperti pengiriman barang-barang. - Hukum Laut Internasional, yaitu asas dan kaidah yang mengatur tentang laut, hak dan kewajiban negara pantai, yurisdiksi dan pembagianpembagian kedaulatan terhadap jalur laut dan kekayaan di dalamnya. - Hukum Udara Internasional, yaitu asas dan kaidah yang mengatur mengenai sifat dan tingginya ruang udara, alat-alat penerbangan, dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam wilayah udara nasional. - Hukum Ruang Angkasa, yaitu asas dan kaidah yang mengatur mengenai sifat dan luasnya ruang angkasa, alat-alat yang bisa terbang di ruang angkasa, dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan di ruang angkasa. - Hukum Humaniter Internasional, yaitu asas dan kaidah yang mengatur mengenai perlindungan terhadap korban perang atau sengketa bersenjata. - Hukum Penanaman Modal Asing, yaitu asas dan kaidah yang mengatur penanaman modal dari engara pemilik modal (negara yang sudah maju) kepada negara yang berkembang. - Hukum Alih Teknologi, yaitu asas dan kaidah yang mengatur mengenai pengalihan teknologi dari negara maju ke negara yang masih tertinggal dalam bidang teknologi tertentu, serta tidak untuk mencari keuntungan. - Hukum Pidana Internasional, yaitu asas dan kaidah yang mengatur mengenai kejahatan yang dilakukan melintasi batas-batas negara. Misalnya kejahatan terhadap penjualan budak. - Hukum Perjanjian Internasiona, yaitu asas dan kaidah yang mengatur mengenai tata cara, syarat-syarat sahnya pembuatan suatu perjanjian internasional, masa berlaku dan berakhirnya, serta cara menafsirkan suatu perjanjian internasional. - Hukum Hak Asasi Manusia, yaitu asas dan kaidah yang mengatur mengenai perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia. - Hukum Lingkungan Internasional, yaitu asas dan kaidah yang mengatur masalah lingkungan dan kerusakan yang bersifat universal dan melintasi batas-batas negara. - Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, yaitu asas dan kaidah yang mengatur masalah tata cara menyelesaikan suatu sengketa yang terjadi antar negara. ii. Hukum Organisasi Internasional, yaitu Hukum Internasional yang mengatur hubungan organisasi internasional sebagai subjek hukum, terdiri dari; - Hukum Perburuhan Internasional Hukum Penerbangan Sipil Internasional Hukum Telekomunikasi Internasional Hukum Kesehatan Internasional Hukum Ekonomi dan Keuangan Internasional Hukum Pelayaran Internasional Hukum Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Internasional SEJARAH DAN PERKEMBANGAN HUKUM INTERNASIONAL Pada zaman Yunani kuno sudah ada pemikiran dan gagasan serta pengaturanpengaturan mengenai hubungan antara berbagai kelompok manusia. Menurut hukum negara-negara kota (city states) di masa Yunani ini, penduduk digolongkan dalam 2 golongan yaitu penduduk orang Yunani dan orang luar yang dianggap sebagai orangorang barbar. Masyarakat Yunani sudah mengenal ketentuan mengenai perwasitan (arbitrase) dan diplomat yang berkembang dengan pesat. Mereka juga sudah menggunakan wakil-wakil dagang yang melakukan banyak tugas yang sekarang sudah dikerjakan oleh lembaga konsulat. Kontribusi penting kebudayaan Yunani untuk perkembangan Hukum Internasional adalah konsep hukum alam yang menyatakan bahwa hukum berlaku secara mutlak dimana saja dan kapan saja karena berdasarkan akal pikiran atau rasio manusia. Pada zaman kekaisaran Romawi, hubungan internasional sudah ditandai dengan adanya negara-negara dalam artian sesungguhnya. Dengan negara-negara lain, Romawi membuat perjanjian-perjanjian persahabatan, persekutuan, dan perdamaian. Kerajaan Romawi juga sudah mengembangkan ketentuan mengenai konsep perang dan damai. Pada masa Romawi tidak banyak memberikan perkembangan kepada prinsip-prinsip Hukum Internasional karena Romawi menguasai hampir seluruh negara yang ada saat itu. Baru pada abad ke-15 dan 16, negara-negara kota di Italia seperti Venice, Genoa, dan Florence mengembangkan konsep-konsep seperti pengiriman duta besar ke ibukota masing-masing negara yang akhirnya mengatur masalah diplomatik mereka. Perkembangan Hukum Internasional seperti yang kita kenal sekarang, baru dimulai pada abad ke 16 dan 17. Saat yang paling fundamental adalah ketika ditandatanganinya Perjanjian Perdamaian Westphalia yang mengakhiri Perang Tiga Puluh Tahun (Thirty Years War) di Eropa. Perkembangan ini banyak dipengaruhi oleh adanya ajaran para ahli terkemuka pada saat itu. Ada dua aliran besar yang mempengaruhi perkembangan Hukum Internasional, yaitu: 1. Golongan Naturalis; Golongan naturalis memberikan konsep mengenai prinsip-prinsip hukum dalam semua sistem hukum bukanlah hasil karya manusia, melainkan berasal dari prinsip-prinsip yang berlaku secara universal, sepanjang masa dan dapat dicari dengan menggunakan akal sehat dan rasio manusia. Hukum harus dicari dan bukan dibuat. Semua aturan itu sudah ditentukan oleh Tuhan, bahwa manusia tidak boleh melakukan perbuatan jahat dan harus melakukan perbuatan baik, dengan tujuan kemaslahatan manusia. Atas dasar inilah manusia harus menghormati dan berbuat baik dalam hubungan dengan yang lainnya demi kelangsungan dan keselamatan hidup masyarakat internasional. Tokoh golongan naturalis ini adalah Hugo De Groot (Grotius), Fransisco de Vittoria, Fransisco Suarez, dan Alberico Gentilis. Grotius dalam hal ini banyak memberikan sumbangan dalam perkembangan Hukum Internasional, dan dia diberi julukan sebagai Bapak Hukum Internasional Modern. Karyanya yang berjudul De Jure Belli ac Pacis (Hukum Perang dan Damai) yang mengutarakan tentang dasar-dasar baru yang mengatur hubungan antar-negara. 2. Golongan Positivis; Golongan positivis menyatakan bahwa hukum yang mengatur hubungan antarnegara adalah prinsip-prinsip yang dibuat oleh negara-negara dan atas kemauan mereka sendiri. Dasar berlakunya Hukum Internasional adalah kesepakatan bersama antara negara-negara yang diwujudkan dalam perjanjianperjanjian dan kebiasaan-kebiasaan internasional. J.J. Rousseau menuliskan dalam bukunya yang berjudul Du Contract Social, La Loi c’est l’expression de la volonté générale, yang artinya hukum merupakan kehendak bersama. Tokoh utama aliran ini adalah Cornelius van Bynkershoek, Prof. Richard Zouche, dan Emerich de Vattel. Pada abad ke-19 Hukum Internasional berkembang dengan cepat karena faktorfaktor: a. b. Negara-negara Eropa sesudah Kongres Wina 1815 berjanji untuk selalu memakai prinsip-prinsip Hukum Internasional dalam hubungannya satu sama lain; Munculnya banyak perjanjian-perjanjian (law making treaties); c. Berkembangnya perundingan-perundingan melahirkan ketentuan hukum yang baru. multilateral yang sering Pada abad ke-20, perkembangan Hukum Internasional yang sangat pesat dipengaruhi oleh hal-hal: a. b. c. Banyaknya negara-negara baru yang lahir karena akibat dekolonialisasi; Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat; Banyaknya perjanjian-perjanjian internasional yang dibuat; Munculnya organisasi-organisasi internasional. RINGKASAN 1. Pengertian Hukum Internasional; Hukum Internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara antara negara dengan negara, negara dengan subjek hukum lain bukan negara, dan subjek hukum bukan dengan negara dengan subjek hukum bukan negara lainnya. 2. Ruang lingkup Hukum Internasional; Hukum Internasional Publik adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara (hubungan internasional) yang bukan bersifat perdata, yang subjeknya terdiri dari negara dan subjek lain bukan negara. Sedangkan Hukum Internasional Privat adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan perdata yang melintasi batas negara, yang mengatur hubungan hukum perdata antara para pelaku hukum yang masing-masing tunduk pada hukum perdata (nasional) yang berbeda, yang subjeknya individu-individu ataupun badan hukum yang tunduk pada hukum perdata yang berbeda. 3. Arti beberapa istilah Hukum Internasional; Istilah ius inter gentes berarti hukum antar individu dalam kaitannya dengan hubungan bangsa-bangsa. Istilah Hukum antar negara (inter state law) adalah asas dan kaidah yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat negaranegara yang dikenal sejak adanya negara dalam bentuk yang modern (nationstate). Hukum masyarakat internasional (law of international community) mewakili semua subjek Hukum Internasional selain negara, yang merupakan bagian dari masyarakat internasional secara keseluruhan. Ius gentium artinya kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan antara orang Romawi dengan orang bukan Romawi dan antara bukan orang Romawi satu-sama lain. 4. Bentuk perwujudan Hukum Internasional; Bentuk perwujudan Hukum Internasional yang paling utama adalah perwujudan Hukum Internasional yang bersifat umum (general), bentuk perwujudan Hukum Internasional regional, dan bentuk perwujudan yang khusus. 5. Bidang Hukum Internasional; Bidang-bidang Hukum Internasional dapat digolongkan dalam Hukum Internasional umum yang mengtur hubungan negara dengan negara dan Hukum Internasional khusus yang mengatur hubungan subjek Hukum Internasional selain negara. 6. Sejarah dan perkembangan Hukum Internasional. Sejarah Hukum Internasional dimulai sejak zaman Yunani kuno, dimana sudah ada pemikiran dan gagasan serta pengaturan-pengaturan mengenai hubungan antara berbagai kelompok manusia. Pada zaman kekaisaran Romawi, hubungan internasional sudah ditandai dengan adanya negara-negara dalam artian sesungguhnya dan mulai membuat perjanjian-perjanjian persahabatan, persekutuan, dan perdamaian. Perkembangan Hukum Internasional seperti yang kita kenal sekarang, baru dimulai pada abad ke 16 dan 17. Saat yang paling fundamental adalah ketika ditandatanganinya Perjanjian Perdamaian Westphalia yang mengakhiri Perang Tiga Puluh Tahun (Thirty Years War) di Eropa. LATIHAN 1. Berikan definisi/pengertian Hukum Internasional menurut: a. Mochtar Kusumaatmadja b. Anzilotti c. Starke 2. Jelaskan pengertian istilah ius gentium, ius inter gentes, law of international community, dan jelaskan perbedaannya! 3. Dalam mempelajari Hukum Internasional istilah Hukum Internasional lebih tepat digunakan daripada istilah Hukum Antar Negara, Hukum Bangsa-Bangsa, atau Hukum Bangsa-Bangsa. Mengapa demikian? Jelaskan jawaban anda! 4. Apakah persamaan dan perbedaan antara Hukum Internasional Publik dan Hukum Perdata Internasional? 5. Jelaskan perbedaan pengertian Hukum Internasional umum dan Hukum Internasional regional! DAFTAR PUSTAKA Akehurst, Michael, A Modern Introduction to International Law, 7th edition, Peter Malanczuk, Routledge, New York, 1997 Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, 2003, Alumni, Bandung Brierly, J.L, The Law of Nations, 6th Edition, Edited by Sir Humpherly Waldock, Oxford, London, 1985 Brownly, Ian. Principles of Publik International Law, Fourth edition, Oxford University Press, 1990 -----------------, Basic Document on International Law. Clarendon Press: Oxford, 1974. Chairul Anwar, Hukum Internasional: Pengantar Hukum Bangsa-Bangsa, Penerbit Djambatan, Jakarta, 1989 Dunoff, Jeffrey L. International Law: Norm, Actors, Process: A Problem Oriented Approach, 2nd edition. Aspen Publishers, NY. 2006 Kusumaatmadja. Mochtar, Pengantar Hukum Internasional, Alumni, Bandung, 2003. Schwarzenberger, Georg, and Brown, A Manual of International Law, 6th edition, Professional Books Limiter, London and Cardiff, 1976. Soekotjo Hardiwinoto, Pengantar Hukum Internasional, Badan Penerbit Undip, Semarang, 1995. Starke, An Introduction to International Law, 9th edition, Butterworths, London, 1987 Sam Suheidi, “Sejarah Hukum Internasional”.Bina Cipta, Bandung, 1969. Vienna Convention on Succession of States in Respect of Treaties http://treaties.un.org/doc/Treaties/1996/11/19961106%200551%20AM/Ch_XXIII_02p.pdf