5066

advertisement
HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN
PADA PASIEN PREOPERASI DI RUANG PERAWATAN BEDAH
RSUD UNGARAN KABUPATEN SEMARANG
Amar Suprihadi*) Rosalina**)Zumrotul Choiriyyah**)
*) Mahasiswa Prodi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo
**) Dosen Prodi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo
ABSTRAK
Kecemasan pasien pre operatif bersifat subyektif, dan secara sadar perasaan tentang
kecemasan serta ketegangan yang disertai perangsangan sistem saraf simpatis menyebabkan
peningkatan tekanan darah, denyut jantung dan tingkat respirasi. Salah satu penatalaksanaan dari
kecemasan pasien pre operative adalah perilaku caring perawat. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di
ruang perawatan bedah RSUD Ungaran Kabupaten Semarang.
Desain penelitian ini deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional Populasi
penelitian semua pasien pre operatif yang dilakukan tindakan pembedahan besar di ruang
perawatan bedah RSUD Ungaran Kabupaten Semarang dengan sampel 46 responden menggunakan
teknik accidental sampling.Alat pengambilan data menggunakan kuesioner. Analisis data yang
digunakan distribusi frekuensi dan chi square.
Hasil penelitian menunjukkan perilaku caring perawat pada pasien pre operasi di sebagian
besar kategori baik(60,9%), tingkat kecemasan pada pasien pre operasi sebagian besar cemas
(67,4%) dan ada hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan pada pasien pre
operasi di ruang perawatan bedah RSUD Ungaran Kabupaten Semarang dengan p value sebesar
0,003< α (0,05).
Sebaiknya pihak rumah sakit berupaya untuk meningkatkan pelayanan khususnya bagi pasien
preoperasi dalam upaya mengendalikan tingkat kecemasan yang dialami diantaranya denga
nmemberikan ruangan yang nyaman ataupun menggunakan terapi music sehingga tingkat
penundaan pasien operas idapat diminimalisir
Kata Kunci
: Perilaku Caring Perawat, Tingkat Kecemasan, Pasien Pre Operasi di Ruang
Perawatan Bedah
Kepustakaan : 35 (2006-2015)
ABSTRACT
Surgery patient anxiety are subjective, and consciously anxiety and tension feeling that
accompanied the stimulation of the sympathetic nervous system causes the increase in blood
pressure, heart rate and respiratory rate. One of the management of preoperative patient anxiety is
nurse caring behaviors. The purpose of this study is to determine the correlation beetwen nurses
caring behafior and anxiety levels in pre surgery patients at surgical room of RSUD Ungaran
Semarang regency.
The study design was descriptive correlation with cross sectional study, the population were
all preoperative patients conducted major surgery at room of RSUD Ungaran Semarang regency
with sample of 46 respondents using accidental sampling technique. Data retrieval tool used a
questionnaire. Data analysis used frequency distribution and chi square.
The results show nurse caring behaviors in patients pre operation in most of the good
category (60,9%), the level of anxiety in pre surgery patients is mostly anxious (67,4%) and there is
correlation between nurses caring behavior and anxiety levels in pre surgery patients at surgical
room of RSUD Ungaran Semarang regency with p value of 0,003 <α (0,05).
Hospital should strive to improve services, especially for pre surgery patients to control the
level of anxiety experienced by them to provide comfortable room or use musical therapy so that
the level of delay surgery can be minimized
Keywords
: Nurse Caring Behaviors, level of anxiety, pre surgery patients at surgical room
Bibliographes : 35 (2006-2015)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembedahan merupakan suatu ancaman
potensial maupun aktual pada integritas
seseorang dan selanjutnya bisa menyebabkan
reaksi stres fisiologis maupun psikologis.
Stres fisiologis secara langsung berhubungan
dengan luasnya pembedahan, yakni semakin
luas pembedahan, maka makin besar respon
fisiologisnya. Pada prosedur bedah minor
sekalipun, seperti pengangkatan kista atau
tahi lalat pada wajah, bisa menimbulkan
respon psikologis yang lebih besar daripada
pengangkatan organ seperti limpa karena
adanya potensial timbulnya jaringan parut
pada wajah (Maryunani, 2013).
Menurut Sawitri & Sudaryanto (2008),
berbagai alasan yang melatar belakangi
kecemasan pada pasien pra bedah antara lain
cemas menghadapi pembiusan, takut mati
saat operasi, cemas menghadapi body image
yang berupa cacat yang akan menganggu
fungsi peran pasien, dan cemas masalah
biaya perawatan yang membengkak. Selain
itu pandangan bahwa pembedahan akan
menimbulkan kerusakan pada bagian tubuh
tertentu serta nyeri yang hebat menyebabkan
klien pada umumnya merasa takut atau
cemas. Kecemasan pre operatif memiliki
sifat subyektif, dan secara sadar perasaan
tentang kecemasan serta ketegangan yang
disertai perangsangan sistem saraf otonom
menyebabkan peningkatan tekanan darah,
denyut jantung dan tingkat respirasi.
Rasa cemas ataupun stres dapat
menaikkan hormon adrenalin di dalam tubuh.
Peningkatan
hormon
adrenalin
akan
menimbulkan peningkatan denyut jantung dan
aliran darah. Peningkatan ini ditujukan untuk
persiapan andaikan tubuh akan melakukan
“penyerangan” atau “lari”, karena itu pada
saat yang sama sebenarnya tubuh dalam
kondisi tegang (Anies, 2006). Respon
berlebih yang disebabkan oleh cemas yang
ditakutkan dapat mempengaruhi keberhasilan
pelaksanaan pembedahan, terutama terjadinya
peningkatan tekanan darah karena dapat
memicu respon yang lebih besar selain itu
juga dapat mempengaruhi status kesehatan
serta dapat mengubah prosedur diagnosa
yang telah ditentukan (Sawitri & Sudaryanto,
2008). Kecemasan
pada
pasien dapat
diturunkan dengan peningkatan percaya diri
melalui pemberian caring dari perawat
(Novieastari, 2009).
Terapi psikoterapi tercermin dalam
prilaku caring perawat. Perawat dalam
melaksanakan perilaku caring kepada pasien
preoperasi dengan tujuan pasien merasa
nyaman dan siap dalam menjalankan tindakan
operasi yang akan dilakukan, tidak
meninggalkan efek kecemasan dan akan
mempengaruhi tingkat kecemasan pasien.
Perilaku caring menjadi prioritas dalam
pelayanan kamar bedah (Hidayat, 2006).
Pemberian caring oleh perawat diantaranya
tidak pilih kasih antara pasien satu dengan
pasien yang lain, memberikan pendidikan
kesehatan kepada pasien atau keluarga, bicara
dengan sopan dan suara lembut, merasa puas
jika dapat memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan baik, menanamkan
kepercayaan dan harapan akan keberhasilan
pengobatan kepada pasien, memberikan
semangat kepada pasien dan meyakinkan
bahwa pasien dapat sembuh, memberikan
semangat kepada pasien saat mereka merasa
putus asa, memfasilitasi pasien atau keluarga
untuk alternatif pengobatan yang paling tepat
dan menghargai perasaan pasien atau keluarga
dapat meningkatkan kepercayaan diri dan
pertahanan tubuh pasien sehingga kecemasan
yang dialami menjadi menurun (Novieastari,
2009).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di
ruang perawatan bedah RSUD Ungaran
diperoleh data jumlah pasien bedah dari bulan
Januari-April 2016, yaitu untuk bedah besar
sebanyak 35 orang (41,2%), bedah sedang
sebanyak
50 orang (58,8%). Hasil
pengumpulan data terhadap 8 orang pasien
bedah mayor yang akan menjalani operasi
diperoleh 5 orang mengalami cemas sedang
(pasien merasa tegang, merasa berdebardebar, tekanan darah naik, denyut nadi naik
dan seringnya pasien menarik nafas dalam)
dimana 3 orang menyatakan perilaku caring
perawat katgori baik (mengucap salam,
menceritakan keberhasilan operasi yang
pernah dilakukan dan menjelaskan prosedur
tindakan yang akan dilakukan) dan 2 orang
menyatakan perilaku caring perawat kurang
(jarang mengucap salam, jarang menceritakan
keberhasilan operasi yang pernah dilakukan
akan tetapi tetap menjelaskan prosedur
tindakan yang akan dilakukan).
Diperoleh pula 3 orang mengalami
tingkat kecemasan ringan (pasien merasa
tegang, merasa berdebar-debar, tekanan darah
normal, denyut normal naik akan tetapi jarang
menarik nafas dalam) dimana 1 orang
menyatakan perilaku caring perawat katgori
baik (mengucap salam, menceritakan
keberhasilan operasi yang pernah dilakukan
dan menjelaskan prosedur tindakan yang akan
dilakukan) dan 2 orang menyatakan perilaku
caring perawat kurang (jarang mengucap
salam, jarang menceritakan keberhasilan
operasi yang pernah dilakukan akan tetapi
tetap menjelaskan prosedur tindakan yang
akan dilakukan).
Hasil wawancara dengan salah satu
perawat di ruang perawatan bedah RSUD
Ungaran didapatkan data bahwa tenaga
kesehatan
RSUD
Ungaran
tenaga
keperawatan sudah mendapatkan pelatihan
tentang caring dan sudah menerapkan caring
dalam menangani pasien di antaranya tidak
pilih kasih antara pasien satu dengan pasien
yang lain, memberikan pendidikan kesehatan
kepada pasien atau keluarga, bicara dengan
sopan dan suara lembut, merasa puas jika
dapat memberikan asuhan keperawatan pada
pasien
dengan
baik,
menanamkan
kepercayaan dan harapan akan keberhasilan
pengobatan kepada pasien, memberikan
semangat kepada pasien dan meyakinkan
bahwa pasien dapat sembuh, memberikan
semangat kepada pasien saat mereka merasa
putus asa, memfasilitasi pasien atau keluarga
untuk alternatif pengobatan yang paling tepat
dan menghargai perasaan pasien atau
keluarga. Perawat juga menunjukkan rasa
empati, respek atau hormat, terbuka dan cepat
dalam
memberikan
bantuan
sampai
memberikan humor bagi pasien yang akan
menjalani tindakan operasi.
Rumusan Masalah
Adakah hubungan perilaku caring perawat
dengan tingkat kecemasan pada pasien pre
operasi di ruang perawatan bedah RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang?.
Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada
hubungan perilaku caring perawat dengan
tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di
ruang perawatan bedah RSUD Ungaran
Kabupaten Semarang
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif
korelasional. Pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan cross sectional.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua
pasien pre operatif yang dilakukan tindakan
pembedahan
besar
(bedah
caesar,
mammektomi, bedah torak, bedah otak) di
ruang perawatan bedah RSUD Ungaran
Kabupaten Semarang. Berdasarkan rata-rata
jumlah pasien dalam sebulan yang dilakukan
tindakan pembedahan besar pada bulan
Januari-April tahun 2016 adalah ± 85 pasien
dengan sampel dalam penelitian ini sebanyak
46 responden.Metode pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah dengan cara
accidental sampling.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Perilaku Caring Perawat
pada Pasien Pre Operasi di Ruang
Perawatan Bedah RSUD Ungaran
Kabupaten Semarang
Perilaku Caring
Perawat
Kurang
Baik
Total
(%)
(f)
18
28
46
39,1
60,9
100,0
Tabel 1 menunjukkan bahwa perilaku
caring perawat pada pasien pre operasi di
ruang perawatan bedah RSUD Ungaran
Kabupaten Semarang sebagian besar kategori
baik yaitu sebanyak 28 orang (60,9%).
Diagram1
31
indikator 10
12
indikator 8
indikator 7
indikator 6
13
indikator 5
indikator 4
indikator 3
indikator 2
indikator 1
21 22 18
38
32
indikator 9
42
38
Perilaku
Caring
Perawat
Kategori Baik Berdasarkan
Indikator pada Pasien Pre
Operasi di Ruang Perawatan
Bedah
RSUD
Ungaran
Kabupaten Semarang
Diagram 4.1 menunjukkan bahwa
perilaku caring perawat kategori baik
berdasarkan indicator pada pasien pre operasi
di ruang perawatan bedah RSUD Ungaran
Kabupaten Semarang paling baik pada
indicator ke 5 (meningkatkan dan menerima
ekspresi perasaan positif dan negatif.) dan
paling rendah pada indicator ke 9 (membantu
dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia).
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Tingkat Kecemasan
Pada Pasien Pre Operasi di Ruang
Perawatan Bedah RSUD Ungaran
Kabupaten Semarang
Tingkat
Kecemasan
Cemas
Tidak Cemas
Total
(f)
(%)
31
15
46
67,4
32,6
100,0
Tabel 2 menunjukkan bahwatingkat
kecemasan pada pasien pre operasi di ruang
perawatan bedah RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang sebagian besar cemas yaitu
sebanyak 31 orang (67,4%).
Tabel 3 Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Di
Ruang Perawatan Bedah RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
Tingkat Kecemasan
Perilaku
Cemas
Tidak
Jumlah
χ2
p-value
Caring Perawat
f
%
f
%
f
%
Kurang
7
38,9 11 61,1 18 100,0
8,905
0,003
Baik
24 85,7
4
14,3 28 100,0
Jumlah
31 67,4 15 32,6 46 100,0
Berdasarkan hasil analisis hubungan
perilaku caring perawat dengan tingkat
kecemasan pada pasien pre operasi di ruang
perawatan bedah RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang, diperoleh hasil responden yang
menyatakan perilaku caring perawat kategori
kurang sebanyak 18 orang dimana sebagian
besar tidak mengalami cemas yaitu sebanyak
11 orang (61,1%) lebih banya dari pada yang
mengalami cemas yaitu sebanyak 7 orang
(38,9%). Responden yang menyatakan
perilaku caring perawat kategori baik
sebanyak 28 orang dimana sebagian besar
mengalami cemas yaitu sebanyak 24 orang
(85,7%) lebih banyak dari pada yang tidak
mengalami cemas yaitu sebanyak 4 orang
(14,3%). Hasil uji statistik dengan
menggunakan uji chi square didapatkan p
value sebesar 0,003 (α = 0,05), maka dapat
disimpulkan ada hubungan perilaku caring
perawat dengan tingkat kecemasan pada
pasien pre operasi di ruang perawatan bedah
RSUD Ungaran Kabupaten Semarang.
PEMBAHASAN
A. Gambaran Perilaku Caring Perawat
pada Pasien Pre Operasi di Ruang
Perawatan Bedah RSUD Ungaran
Kabupaten Semarang
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwaperilaku caring perawat pada pasien pre
operasi di ruang perawatan bedah RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang kategori baik
yaitu sebanyak 28 orang (60,9%). Perilaku
caring perawat pada pasien pre operasi di
ruang perawatan bedah RSUD Ungaran
Kabupaten
Semarang
kategori
baik
ditunjukkan dengan semua responden
(100,0%) menjawab “ya” pada pernyataan
“perawat menerima keluarga dan pasien pre
operasi dengan senyum dan salam saat pasien
tiba di ruangan”, semua responden (100,0%)
menjawab “ya” pada pernyataan “perawat
menyampaikan
bahwa
perawat
siap
mendukung kesembuhan pasien”, semua
responden (100,0%) menjawab “ya” pada
pernyataan “perawat segera mendekat ke
samping pasien jika pasien hendak
berkomunikasi”.
Perawat RSUD Ungaran Kabupaten
Semarangmampunyai standar posedur yang
sudah menjadi kebiasaan yaitu menerima
keluarga dan pasien pre operasi dengan
senyum dan salam saat pasien tiba di ruangan.
Perawat menyadari bahwa mereka harus
memberikan kebaikan dan kasih sayang
kepada pasiennya serta bersikap membuka
diri untuk mempromosikan persetujuan terapi
dengan pasien sehingga tindakan keperawatan
akan berjalan sesuai dengan harapan. Hal
tersebut sesuai dengan teori dari Potter dan
Perry (2009) bahwa perawat harus
memberikan kebaikan dan kasih sayang,
bersikap
membuka
diri
untuk
mempromosikan persetujuan terapi dengan
pasien.
Perawat RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang berupaya untuk mendekatkan diri
dengan
pasien
diantaranya
dengan
menyampaikan komitmen mereka siap
mendukung kesembuhan pasien. Mereka siap
menerima semua keluhan yang disampaikan
oleh pasien dan memberikan pelayanan
terbaik untuk kesembuhan mereka. Hal
tersebut sesuai dengan teori dari Potter dan
Perry (2009) bahwa perawat memfasilitasi
pasien dalam membangkitkan perasaan
optimis, harapan, dan rasa percaya dan
mengembangkan pengaruh perawat dengan
pasien secara efektif.
Perawat RSUD Ungaran Kabupaten
sangat memperhatikan pasien dimana mereka
segera mendekat ke samping pasien jika
pasien
hendak
berkomunikasi
untuk
menyampaikan keluhan atau sesuai yang
diinginkan. Mereka sangat peka dengan
keinginan dan kebutuhan pasien serta
memahami perasaan pasien. Hal tersebut
sesuai dengan teori dari Potter dan Perry
(2009) bahwa perawat belajar memahami
perasaan pasien sehingga lebih peka, murni,
dan tampil apa adanya. Pengembangan
kepekaan terhadap diri sendiri dan dalam
berinteraksi dengan orang lain. Perawat juga
harus mampu memberikan kesempatan
kepada orang lain untuk mengekspresikan
perasaan mereka. Perilaku caring perawat
pada pasien pre operasi di ruang perawatan
bedah RSUD Ungaran Kabupaten Semarang
kategori baik jika dipandang dari sudut
perawat dimungkinkan didukung oleh faktor
pendidikan.
Tingkat pendidikan perawat merupakan
pendidikan tinggi keperawatan yang dapat
menimbulkan perubahan yang berarti
terhadap cara perawat memandang asuhan
keperawatan dan secara bertahap keperawatan
beralih dari yang semula berorientasi pada
tugas menjadi berorientasi pada tujuan yang
berfokus pada asuhan keperawatan efektif
dengan pendekatan holistik dan proses
keperawatan. Tingkat pendidikan seseorang
akan berkaitan erat dengan kemampuan
lainnya, juga secara tidak langsung akan
mempengaruhi seorang perawat dalam
bertindak, berpikir dan berperilaku. Luasnya
wawasan dan pengetahuan yang didapat
selama proses pendidikan sangat menentukan
bagaimana seorang perawat bekerja.
Tingkat
pendidikan
akan
mempengaruhi
tingkat
kemampuannya
seseorang, jika kemampuan ditingkatkan
dengan tingkat pendidikan maka kemampuan
intelektualnya akan meningkat sehingga akan
mempengaruhi dalam pengambilan keputusan
yang tepat termasuk keputusan untuk bersikap
atau berperilaku. Semakin bagus tingkat
kognitif karena faktor pendidikan maka
semakin bagus pula perilaku praktik caring
perawat. Pendidikan tidak hanya menambah
pengetahuan dalam melaksanakan tugas tetapi
juga, landasan untuk mengembangkan diri
serta kemampuan memanfaatkan sarana yang
ada disekitar kita15. Selain itu, tingkat
pendidikan sangat mempengaruhi kepribadian
seseorang, dengan pendidikan seseorang akan
memperluas wawasan, pengetahuan dan
keterampilan sehingga mampu menghadapi
persolan-persoalan yang dihadapi dalam
profesinya (Dwidiyanti, 2007).
Faktor pendidikan mempengaruhi
perilaku kerja, makin tinggi pendidikan akan
berbanding lurus dengan perilaku kerja
seseorang.
Perilaku
kerja
merupakan
tanggapan atau reaksi seseorang yang timbul
berupa perbuatan atau sikap maupun
anggapan seseorang terhadap pekerjaannya.
Maka pendidikan akan berpengaruh terhadap
perilaku kerja perawat yaitu dalam
memberikan pelayanan keperawatan kepada
pasien. Perawat yang berpendidikan lebih
tinggi kinerjanya akan lebih baik karena telah
memiliki pengetahuan dan wawasan yang
lebih luas dibanding dengan perawat yang
berpendidikan lebih rendah.(Dwidiyanti,
2007).
B. Gambaran Tingkat Kecemasan Pada
Pasien Pre Operasi Di Ruang
Perawatan Bedah RSUD Ungaran
Kabupaten Semarang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di
ruang perawatan bedah RSUD Ungaran
Kabupaten Semarang
kategori cemas
sebanyak 31 orang (67,4%). Pasien pre
operasi di ruang perawatan bedah RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang kategori cemas
ditunjukkan dengan semua responden
(100,0%) menjawab “ya” pada pernyataan
“saya takut dibius (100,0%), dan semua
responden (100,0%) menjawab “ya” pada
pernyataan “saya terus menerus memikirkan
tentang operasi’.
Responden menyatakan takut dibius
dengan beberapa alasan diantaranya karena
penggunaan jarum suntik untuk memasukkan
obat anastesi. Ketakutan lainnya adalah jika
mereka tidak dapat hidup kembali setelah
mendapatkan
anastesi.Mereka
juga
mengatakan terus menerus memikirkan
tentang operasi, dimana prosedur tersebut
dilakukan dengan membuka jaringan kulit dan
akan dikembalikan dengan menjahitnya
kembali. Pasien pre operasi di ruang
perawatan bedah RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang kategori cemas dimungkinkan
disebabkan oleh factor jenis kelamin.
Perempuan lebih cemas akan ketidak
mampuannya dibanding dengan laki-laki,
laki-laki lebih aktif, eksploratif, sedangkan
perempuan lebih sensitif. Penelitian lain
menunjukkan bahwa laki-laki lebih rileks
dibanding perempuan. Sunaryo (2004),
menulis dalam bukunya bahwa pada
umumnya
seorang
laki-laki
dewasa
mempunyai mental yang kuat terhadap
sesuatu hal yang dianggap mengancam bagi
dirinya dibandingkan perempuan.Laki-laki
lebih mempunyai tingkat pengetahuan dan
wawasan lebih luas disbanding perempuan,
karena laki-lakil ebih banyak berinteraksi
dengan lingkungan luar sedangkan sebagian
besar perempuan hanya tinggal dirumah dan
menjalani aktivitasnya sebagai ibu rumah
tangga, sehingga tingkat pengetahuan atau
transfer informasi yang didapat kanterbatas
tentang pencegahan penyakit.
C. Hubungan Perilaku Caring Perawat
dengan Tingkat Kecemasan Pada
Pasien Pre Operasi di Ruang
Perawatan Bedah RSUD Ungaran
Kabupaten Semarang
Hasil uji statistik dengan menggunakan
uji chi square didapatkan pvalue sebesar
0,003 (α = 0,05), maka dapat disimpulkan ada
hubungan perilaku caring perawat dengan
tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di
ruang perawatan bedah RSUD Ungaran
Kabupaten Semarang.
Tindakan operasi atau pembedahan
merupakan ancaman potensial maupun aktual
pada integritas seseorang yang dapat
membangkitkan reaksi stress fisiologis
maupun psikologis, Baradero et.,al (2008).
Dan merupakan pengalaman yang sulit bagi
hampir semua pasien. Berbagai kemungkinan
buruk bisa terjadi yang akan membahayakan
bagi pasien, maka tidak heran jika sering kali
pasien dan keluarga menunjukan sikap yang
berlebihan dengan kecemasan yang dialami
(Majid, Judha dan Istianah , 2011).
Kecemasan sangat berkaitan dengan
perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya.
Keadaan emosi tidak memiliki obyek yang
spesifik. Kondisi dialami secara subyektif
dengan rasa takut, yang merupakan penilaian
intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya.
Kecemasan merupakan respon emosional
terhadap penilaian tersebut. Kecemasan yang
berat akan mempengaruhi hipotalamus dan
menimbulkan dua mekanisme yang berbeda.
Impuls pertama didukung oleh sistem saraf
simpatis yang akan mempengaruhi medula
adrenal dalam memproduksi epinephrin
(Budianto, 2010).
Dalam keadaan normal, kedua
substansi ini akan memberikan sirkulasi darah
yang adekuat sehingga keseimbangan cairan
dan elektrolit terjaga, suhu tubuh stabil
sehingga energi terpenuhi. Tetapi jika
produksinya patologis akan meningkatkan
rate dan kontraksi jantung, dilatasi pupil,
penurunan motilitas GI tract hingga terjadi
glikogenolisis dan gluko-neogenesis di hepar.
Sedangkan
mekanisme
kedua
akan
mempengaruhi kelenjar hipofise anterior
sehingga merangsang produksi hormon
adrenokortikosteroid yaitu aldosteron dan
glukokortikoid (Budianto, 2010).
Aldosteron
berperan
dalam
mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit, reabsorbsi air dan natrium. Stress
dapat meningkatkan
metabolisme sel,
glukosa darah,dan pemecahan glykogen otot.
Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium
dan retensi air sehingga bila berkepanjangan
dapat
meningkatkan
volume
darah.
Glukokortikoid menyediakan energi pada
kondisi darurat dan penyembuhan jaringan.
Kecemasan dapat timbul karena kesiapan
psikologis terhadap pembedahan belum
terjadi (Budianto, 2010).
Respon psikologis ini memerlukan
dukungan mental atau sosial baik dari
keluarga maupun dari perawat. Kecemasan
pasien preoperasi dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu usia, pengalaman pasien,
menjalani operasi, konsep diri dan peran,
tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi,
kondisi medis, akses informasi, proses
adaptasi, jenis tindakan medis, dan
komunikasi. Kecemasan pasien preoperasi
disebabkan oleh 3 faktor, salah satunya adalah
dari
faktor
caring
perawat
dalam
mengaplikasikan peran dan fungsinya pada
tatanan pelayanan kesehatan sebagai salah
satu tindakan keperawatan untuk menurunkan
tingkat kecemasan pada pasien preoperasi di
kamar operasi (Ummi, 2006).
PENUTUP
Kesimpulan
1.
2.
3.
Perilaku caring perawat pada pasien pre
operasi di ruang perawatan bedah RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang sebagian
besar kategori baik yaitu sebanyak 28
orang (60,9%).
Tingkat kecemasan pada pasien pre
operasi di ruang perawatan bedah RSUD
Ungaran Kabupaten Semarang sebagian
besar cemas yaitu sebanyak 31 orang
(67,4%).
Ada hubungan perilaku caring perawat
dengan tingkat kecemasan pada pasien
pre operasi di ruang perawatan bedah
RSUD Ungaran Kabupaten Semarang,
dengan pvaluesebesar 0,003 (α = 0,05).
Saran
Sebaiknya pihak rumah sakit berupaya
untuk meningkatkan pelayanan khususnya
bagi pesien preoperasi dalam upaya
mengendalikan tingkat kecemasan yang
dialami diantaranya dengan memberikan
ruangan yang nyaman ataupun menggunakan
terapi musik sehingga tingkat penundaan
pasien operasi dapat diminimalisir.
DAFTAR PUSTAKA
Anies,
(2006). Penyakit Akibat Kerja.
Cetakan Pertama. PT. Elex Media
Komputindo: Jakarta.
Baradero, (2009), Prinsi & Praktek
Keperawatan Perioperatif. Jakarta :
EGC
Budianto, (2010). Pengaruh Terapi Religius
Doa
Kesembuhan
terhadap
Penurunan Tingkat Kecemasan
Pasien Preoperasi di Ruang Rawat
Inap
RS.
Mardi
Rahayu
Kudus.Diunduh
di
http://www.fikums.ac.id,
pada
tanggal 22 Mei 2016.
Dwidiyanti, M. (2007). Caring kunci sukses
perawat
mengamalkan
ilmu.
Semarang: Hasani.
Hidayat,
A.A.A.
(2006).
Pengantar
Kebutuhan
Dasar
Manusia:
Aplikasi,Konsep,
dan
Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba.
Majid, Judha dan Istianah, (2011).
Keperawatan
Perioperatif,
Yogyakarta: Gosyen Publishing
Maryunani. (2013). Asuhan Keperawatan
Perioperatif – Pre Operasi
(Menjelang Pembedahan), Jakarta:
CV. Trans Info Media
Novieastari, (2009). Perilaku Caring dalam
Pemberian Asuhan Keperawatan.
UI, Jakarta. Available from:
hhtp://ebursa.depdiknas.go.id/.
Diakses tanggal 9 Juni 2016
Potter dan Perry, (2009). Buku
Ajar
Fundamental
Keperawatan
:
Konsep, Proses, dan Praktik.Edisi
4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata
Komalasari,dkk. Jakarta : EGC.
Sawitri & Sudaryanto, (2008). Pengaruh
Pemberian Informasi Pra Bedah
terhadap
Tingkat Kecemasan
pada Pasien Pra Bedah Mayor di
Bangsal Orthopedi RSUI Kustati
Surakarta.
Berita
Ilmu
Keperawatan ISSN 1979-2697,
Vol. 1 No. 1,
Sjamsuhidajat, R., dan Wim de Jong. (2011).
Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3.
Jakarta: EGC:
Sukmawati,
(2009).
Konsep
Caring.
Available
from:
htp//Anastasiasuci.co.id. Diakses
pada tanggal 10 Januari 2016
Ummi, (2006). Perilaku Caring Perawat
Pelaksana Studi Grounded Theory
di RSBandung: Jurnal Keperawatan
Indonesia, hal. 40-46
Download