HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PREOPERASI DI RUANG PERAWATAN BEDAH RSUD UNGARAN KABUPATEN SEMARANG Amar Suprihadi*) Rosalina**)Zumrotul Choiriyyah**) *) Mahasiswa Prodi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo **) Dosen Prodi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo ABSTRAK Kecemasan pasien pre operatif bersifat subyektif, dan secara sadar perasaan tentang kecemasan serta ketegangan yang disertai perangsangan sistem saraf simpatis menyebabkan peningkatan tekanan darah, denyut jantung dan tingkat respirasi. Salah satu penatalaksanaan dari kecemasan pasien pre operative adalah perilaku caring perawat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di ruang perawatan bedah RSUD Ungaran Kabupaten Semarang. Desain penelitian ini deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional Populasi penelitian semua pasien pre operatif yang dilakukan tindakan pembedahan besar di ruang perawatan bedah RSUD Ungaran Kabupaten Semarang dengan sampel 46 responden menggunakan teknik accidental sampling.Alat pengambilan data menggunakan kuesioner. Analisis data yang digunakan distribusi frekuensi dan chi square. Hasil penelitian menunjukkan perilaku caring perawat pada pasien pre operasi di sebagian besar kategori baik(60,9%), tingkat kecemasan pada pasien pre operasi sebagian besar cemas (67,4%) dan ada hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di ruang perawatan bedah RSUD Ungaran Kabupaten Semarang dengan p value sebesar 0,003< α (0,05). Sebaiknya pihak rumah sakit berupaya untuk meningkatkan pelayanan khususnya bagi pasien preoperasi dalam upaya mengendalikan tingkat kecemasan yang dialami diantaranya denga nmemberikan ruangan yang nyaman ataupun menggunakan terapi music sehingga tingkat penundaan pasien operas idapat diminimalisir Kata Kunci : Perilaku Caring Perawat, Tingkat Kecemasan, Pasien Pre Operasi di Ruang Perawatan Bedah Kepustakaan : 35 (2006-2015) ABSTRACT Surgery patient anxiety are subjective, and consciously anxiety and tension feeling that accompanied the stimulation of the sympathetic nervous system causes the increase in blood pressure, heart rate and respiratory rate. One of the management of preoperative patient anxiety is nurse caring behaviors. The purpose of this study is to determine the correlation beetwen nurses caring behafior and anxiety levels in pre surgery patients at surgical room of RSUD Ungaran Semarang regency. The study design was descriptive correlation with cross sectional study, the population were all preoperative patients conducted major surgery at room of RSUD Ungaran Semarang regency with sample of 46 respondents using accidental sampling technique. Data retrieval tool used a questionnaire. Data analysis used frequency distribution and chi square. The results show nurse caring behaviors in patients pre operation in most of the good category (60,9%), the level of anxiety in pre surgery patients is mostly anxious (67,4%) and there is correlation between nurses caring behavior and anxiety levels in pre surgery patients at surgical room of RSUD Ungaran Semarang regency with p value of 0,003 <α (0,05). Hospital should strive to improve services, especially for pre surgery patients to control the level of anxiety experienced by them to provide comfortable room or use musical therapy so that the level of delay surgery can be minimized Keywords : Nurse Caring Behaviors, level of anxiety, pre surgery patients at surgical room Bibliographes : 35 (2006-2015) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembedahan merupakan suatu ancaman potensial maupun aktual pada integritas seseorang dan selanjutnya bisa menyebabkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis. Stres fisiologis secara langsung berhubungan dengan luasnya pembedahan, yakni semakin luas pembedahan, maka makin besar respon fisiologisnya. Pada prosedur bedah minor sekalipun, seperti pengangkatan kista atau tahi lalat pada wajah, bisa menimbulkan respon psikologis yang lebih besar daripada pengangkatan organ seperti limpa karena adanya potensial timbulnya jaringan parut pada wajah (Maryunani, 2013). Menurut Sawitri & Sudaryanto (2008), berbagai alasan yang melatar belakangi kecemasan pada pasien pra bedah antara lain cemas menghadapi pembiusan, takut mati saat operasi, cemas menghadapi body image yang berupa cacat yang akan menganggu fungsi peran pasien, dan cemas masalah biaya perawatan yang membengkak. Selain itu pandangan bahwa pembedahan akan menimbulkan kerusakan pada bagian tubuh tertentu serta nyeri yang hebat menyebabkan klien pada umumnya merasa takut atau cemas. Kecemasan pre operatif memiliki sifat subyektif, dan secara sadar perasaan tentang kecemasan serta ketegangan yang disertai perangsangan sistem saraf otonom menyebabkan peningkatan tekanan darah, denyut jantung dan tingkat respirasi. Rasa cemas ataupun stres dapat menaikkan hormon adrenalin di dalam tubuh. Peningkatan hormon adrenalin akan menimbulkan peningkatan denyut jantung dan aliran darah. Peningkatan ini ditujukan untuk persiapan andaikan tubuh akan melakukan “penyerangan” atau “lari”, karena itu pada saat yang sama sebenarnya tubuh dalam kondisi tegang (Anies, 2006). Respon berlebih yang disebabkan oleh cemas yang ditakutkan dapat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan pembedahan, terutama terjadinya peningkatan tekanan darah karena dapat memicu respon yang lebih besar selain itu juga dapat mempengaruhi status kesehatan serta dapat mengubah prosedur diagnosa yang telah ditentukan (Sawitri & Sudaryanto, 2008). Kecemasan pada pasien dapat diturunkan dengan peningkatan percaya diri melalui pemberian caring dari perawat (Novieastari, 2009). Terapi psikoterapi tercermin dalam prilaku caring perawat. Perawat dalam melaksanakan perilaku caring kepada pasien preoperasi dengan tujuan pasien merasa nyaman dan siap dalam menjalankan tindakan operasi yang akan dilakukan, tidak meninggalkan efek kecemasan dan akan mempengaruhi tingkat kecemasan pasien. Perilaku caring menjadi prioritas dalam pelayanan kamar bedah (Hidayat, 2006). Pemberian caring oleh perawat diantaranya tidak pilih kasih antara pasien satu dengan pasien yang lain, memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien atau keluarga, bicara dengan sopan dan suara lembut, merasa puas jika dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan baik, menanamkan kepercayaan dan harapan akan keberhasilan pengobatan kepada pasien, memberikan semangat kepada pasien dan meyakinkan bahwa pasien dapat sembuh, memberikan semangat kepada pasien saat mereka merasa putus asa, memfasilitasi pasien atau keluarga untuk alternatif pengobatan yang paling tepat dan menghargai perasaan pasien atau keluarga dapat meningkatkan kepercayaan diri dan pertahanan tubuh pasien sehingga kecemasan yang dialami menjadi menurun (Novieastari, 2009). Berdasarkan hasil studi pendahuluan di ruang perawatan bedah RSUD Ungaran diperoleh data jumlah pasien bedah dari bulan Januari-April 2016, yaitu untuk bedah besar sebanyak 35 orang (41,2%), bedah sedang sebanyak 50 orang (58,8%). Hasil pengumpulan data terhadap 8 orang pasien bedah mayor yang akan menjalani operasi diperoleh 5 orang mengalami cemas sedang (pasien merasa tegang, merasa berdebardebar, tekanan darah naik, denyut nadi naik dan seringnya pasien menarik nafas dalam) dimana 3 orang menyatakan perilaku caring perawat katgori baik (mengucap salam, menceritakan keberhasilan operasi yang pernah dilakukan dan menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan) dan 2 orang menyatakan perilaku caring perawat kurang (jarang mengucap salam, jarang menceritakan keberhasilan operasi yang pernah dilakukan akan tetapi tetap menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan). Diperoleh pula 3 orang mengalami tingkat kecemasan ringan (pasien merasa tegang, merasa berdebar-debar, tekanan darah normal, denyut normal naik akan tetapi jarang menarik nafas dalam) dimana 1 orang menyatakan perilaku caring perawat katgori baik (mengucap salam, menceritakan keberhasilan operasi yang pernah dilakukan dan menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan) dan 2 orang menyatakan perilaku caring perawat kurang (jarang mengucap salam, jarang menceritakan keberhasilan operasi yang pernah dilakukan akan tetapi tetap menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan). Hasil wawancara dengan salah satu perawat di ruang perawatan bedah RSUD Ungaran didapatkan data bahwa tenaga kesehatan RSUD Ungaran tenaga keperawatan sudah mendapatkan pelatihan tentang caring dan sudah menerapkan caring dalam menangani pasien di antaranya tidak pilih kasih antara pasien satu dengan pasien yang lain, memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien atau keluarga, bicara dengan sopan dan suara lembut, merasa puas jika dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan baik, menanamkan kepercayaan dan harapan akan keberhasilan pengobatan kepada pasien, memberikan semangat kepada pasien dan meyakinkan bahwa pasien dapat sembuh, memberikan semangat kepada pasien saat mereka merasa putus asa, memfasilitasi pasien atau keluarga untuk alternatif pengobatan yang paling tepat dan menghargai perasaan pasien atau keluarga. Perawat juga menunjukkan rasa empati, respek atau hormat, terbuka dan cepat dalam memberikan bantuan sampai memberikan humor bagi pasien yang akan menjalani tindakan operasi. Rumusan Masalah Adakah hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di ruang perawatan bedah RSUD Ungaran Kabupaten Semarang?. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di ruang perawatan bedah RSUD Ungaran Kabupaten Semarang METODE PENELITIAN Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien pre operatif yang dilakukan tindakan pembedahan besar (bedah caesar, mammektomi, bedah torak, bedah otak) di ruang perawatan bedah RSUD Ungaran Kabupaten Semarang. Berdasarkan rata-rata jumlah pasien dalam sebulan yang dilakukan tindakan pembedahan besar pada bulan Januari-April tahun 2016 adalah ± 85 pasien dengan sampel dalam penelitian ini sebanyak 46 responden.Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara accidental sampling. HASIL PENELITIAN Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Caring Perawat pada Pasien Pre Operasi di Ruang Perawatan Bedah RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Perilaku Caring Perawat Kurang Baik Total (%) (f) 18 28 46 39,1 60,9 100,0 Tabel 1 menunjukkan bahwa perilaku caring perawat pada pasien pre operasi di ruang perawatan bedah RSUD Ungaran Kabupaten Semarang sebagian besar kategori baik yaitu sebanyak 28 orang (60,9%). Diagram1 31 indikator 10 12 indikator 8 indikator 7 indikator 6 13 indikator 5 indikator 4 indikator 3 indikator 2 indikator 1 21 22 18 38 32 indikator 9 42 38 Perilaku Caring Perawat Kategori Baik Berdasarkan Indikator pada Pasien Pre Operasi di Ruang Perawatan Bedah RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Diagram 4.1 menunjukkan bahwa perilaku caring perawat kategori baik berdasarkan indicator pada pasien pre operasi di ruang perawatan bedah RSUD Ungaran Kabupaten Semarang paling baik pada indicator ke 5 (meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif.) dan paling rendah pada indicator ke 9 (membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia). Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi di Ruang Perawatan Bedah RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tingkat Kecemasan Cemas Tidak Cemas Total (f) (%) 31 15 46 67,4 32,6 100,0 Tabel 2 menunjukkan bahwatingkat kecemasan pada pasien pre operasi di ruang perawatan bedah RSUD Ungaran Kabupaten Semarang sebagian besar cemas yaitu sebanyak 31 orang (67,4%). Tabel 3 Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tingkat Kecemasan Perilaku Cemas Tidak Jumlah χ2 p-value Caring Perawat f % f % f % Kurang 7 38,9 11 61,1 18 100,0 8,905 0,003 Baik 24 85,7 4 14,3 28 100,0 Jumlah 31 67,4 15 32,6 46 100,0 Berdasarkan hasil analisis hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di ruang perawatan bedah RSUD Ungaran Kabupaten Semarang, diperoleh hasil responden yang menyatakan perilaku caring perawat kategori kurang sebanyak 18 orang dimana sebagian besar tidak mengalami cemas yaitu sebanyak 11 orang (61,1%) lebih banya dari pada yang mengalami cemas yaitu sebanyak 7 orang (38,9%). Responden yang menyatakan perilaku caring perawat kategori baik sebanyak 28 orang dimana sebagian besar mengalami cemas yaitu sebanyak 24 orang (85,7%) lebih banyak dari pada yang tidak mengalami cemas yaitu sebanyak 4 orang (14,3%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square didapatkan p value sebesar 0,003 (α = 0,05), maka dapat disimpulkan ada hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di ruang perawatan bedah RSUD Ungaran Kabupaten Semarang. PEMBAHASAN A. Gambaran Perilaku Caring Perawat pada Pasien Pre Operasi di Ruang Perawatan Bedah RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Hasil penelitian menunjukkan bahwaperilaku caring perawat pada pasien pre operasi di ruang perawatan bedah RSUD Ungaran Kabupaten Semarang kategori baik yaitu sebanyak 28 orang (60,9%). Perilaku caring perawat pada pasien pre operasi di ruang perawatan bedah RSUD Ungaran Kabupaten Semarang kategori baik ditunjukkan dengan semua responden (100,0%) menjawab “ya” pada pernyataan “perawat menerima keluarga dan pasien pre operasi dengan senyum dan salam saat pasien tiba di ruangan”, semua responden (100,0%) menjawab “ya” pada pernyataan “perawat menyampaikan bahwa perawat siap mendukung kesembuhan pasien”, semua responden (100,0%) menjawab “ya” pada pernyataan “perawat segera mendekat ke samping pasien jika pasien hendak berkomunikasi”. Perawat RSUD Ungaran Kabupaten Semarangmampunyai standar posedur yang sudah menjadi kebiasaan yaitu menerima keluarga dan pasien pre operasi dengan senyum dan salam saat pasien tiba di ruangan. Perawat menyadari bahwa mereka harus memberikan kebaikan dan kasih sayang kepada pasiennya serta bersikap membuka diri untuk mempromosikan persetujuan terapi dengan pasien sehingga tindakan keperawatan akan berjalan sesuai dengan harapan. Hal tersebut sesuai dengan teori dari Potter dan Perry (2009) bahwa perawat harus memberikan kebaikan dan kasih sayang, bersikap membuka diri untuk mempromosikan persetujuan terapi dengan pasien. Perawat RSUD Ungaran Kabupaten Semarang berupaya untuk mendekatkan diri dengan pasien diantaranya dengan menyampaikan komitmen mereka siap mendukung kesembuhan pasien. Mereka siap menerima semua keluhan yang disampaikan oleh pasien dan memberikan pelayanan terbaik untuk kesembuhan mereka. Hal tersebut sesuai dengan teori dari Potter dan Perry (2009) bahwa perawat memfasilitasi pasien dalam membangkitkan perasaan optimis, harapan, dan rasa percaya dan mengembangkan pengaruh perawat dengan pasien secara efektif. Perawat RSUD Ungaran Kabupaten sangat memperhatikan pasien dimana mereka segera mendekat ke samping pasien jika pasien hendak berkomunikasi untuk menyampaikan keluhan atau sesuai yang diinginkan. Mereka sangat peka dengan keinginan dan kebutuhan pasien serta memahami perasaan pasien. Hal tersebut sesuai dengan teori dari Potter dan Perry (2009) bahwa perawat belajar memahami perasaan pasien sehingga lebih peka, murni, dan tampil apa adanya. Pengembangan kepekaan terhadap diri sendiri dan dalam berinteraksi dengan orang lain. Perawat juga harus mampu memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengekspresikan perasaan mereka. Perilaku caring perawat pada pasien pre operasi di ruang perawatan bedah RSUD Ungaran Kabupaten Semarang kategori baik jika dipandang dari sudut perawat dimungkinkan didukung oleh faktor pendidikan. Tingkat pendidikan perawat merupakan pendidikan tinggi keperawatan yang dapat menimbulkan perubahan yang berarti terhadap cara perawat memandang asuhan keperawatan dan secara bertahap keperawatan beralih dari yang semula berorientasi pada tugas menjadi berorientasi pada tujuan yang berfokus pada asuhan keperawatan efektif dengan pendekatan holistik dan proses keperawatan. Tingkat pendidikan seseorang akan berkaitan erat dengan kemampuan lainnya, juga secara tidak langsung akan mempengaruhi seorang perawat dalam bertindak, berpikir dan berperilaku. Luasnya wawasan dan pengetahuan yang didapat selama proses pendidikan sangat menentukan bagaimana seorang perawat bekerja. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat kemampuannya seseorang, jika kemampuan ditingkatkan dengan tingkat pendidikan maka kemampuan intelektualnya akan meningkat sehingga akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan yang tepat termasuk keputusan untuk bersikap atau berperilaku. Semakin bagus tingkat kognitif karena faktor pendidikan maka semakin bagus pula perilaku praktik caring perawat. Pendidikan tidak hanya menambah pengetahuan dalam melaksanakan tugas tetapi juga, landasan untuk mengembangkan diri serta kemampuan memanfaatkan sarana yang ada disekitar kita15. Selain itu, tingkat pendidikan sangat mempengaruhi kepribadian seseorang, dengan pendidikan seseorang akan memperluas wawasan, pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu menghadapi persolan-persoalan yang dihadapi dalam profesinya (Dwidiyanti, 2007). Faktor pendidikan mempengaruhi perilaku kerja, makin tinggi pendidikan akan berbanding lurus dengan perilaku kerja seseorang. Perilaku kerja merupakan tanggapan atau reaksi seseorang yang timbul berupa perbuatan atau sikap maupun anggapan seseorang terhadap pekerjaannya. Maka pendidikan akan berpengaruh terhadap perilaku kerja perawat yaitu dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien. Perawat yang berpendidikan lebih tinggi kinerjanya akan lebih baik karena telah memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas dibanding dengan perawat yang berpendidikan lebih rendah.(Dwidiyanti, 2007). B. Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Di Ruang Perawatan Bedah RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di ruang perawatan bedah RSUD Ungaran Kabupaten Semarang kategori cemas sebanyak 31 orang (67,4%). Pasien pre operasi di ruang perawatan bedah RSUD Ungaran Kabupaten Semarang kategori cemas ditunjukkan dengan semua responden (100,0%) menjawab “ya” pada pernyataan “saya takut dibius (100,0%), dan semua responden (100,0%) menjawab “ya” pada pernyataan “saya terus menerus memikirkan tentang operasi’. Responden menyatakan takut dibius dengan beberapa alasan diantaranya karena penggunaan jarum suntik untuk memasukkan obat anastesi. Ketakutan lainnya adalah jika mereka tidak dapat hidup kembali setelah mendapatkan anastesi.Mereka juga mengatakan terus menerus memikirkan tentang operasi, dimana prosedur tersebut dilakukan dengan membuka jaringan kulit dan akan dikembalikan dengan menjahitnya kembali. Pasien pre operasi di ruang perawatan bedah RSUD Ungaran Kabupaten Semarang kategori cemas dimungkinkan disebabkan oleh factor jenis kelamin. Perempuan lebih cemas akan ketidak mampuannya dibanding dengan laki-laki, laki-laki lebih aktif, eksploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif. Penelitian lain menunjukkan bahwa laki-laki lebih rileks dibanding perempuan. Sunaryo (2004), menulis dalam bukunya bahwa pada umumnya seorang laki-laki dewasa mempunyai mental yang kuat terhadap sesuatu hal yang dianggap mengancam bagi dirinya dibandingkan perempuan.Laki-laki lebih mempunyai tingkat pengetahuan dan wawasan lebih luas disbanding perempuan, karena laki-lakil ebih banyak berinteraksi dengan lingkungan luar sedangkan sebagian besar perempuan hanya tinggal dirumah dan menjalani aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga, sehingga tingkat pengetahuan atau transfer informasi yang didapat kanterbatas tentang pencegahan penyakit. C. Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi di Ruang Perawatan Bedah RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square didapatkan pvalue sebesar 0,003 (α = 0,05), maka dapat disimpulkan ada hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di ruang perawatan bedah RSUD Ungaran Kabupaten Semarang. Tindakan operasi atau pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stress fisiologis maupun psikologis, Baradero et.,al (2008). Dan merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa terjadi yang akan membahayakan bagi pasien, maka tidak heran jika sering kali pasien dan keluarga menunjukan sikap yang berlebihan dengan kecemasan yang dialami (Majid, Judha dan Istianah , 2011). Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi tidak memiliki obyek yang spesifik. Kondisi dialami secara subyektif dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Kecemasan merupakan respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kecemasan yang berat akan mempengaruhi hipotalamus dan menimbulkan dua mekanisme yang berbeda. Impuls pertama didukung oleh sistem saraf simpatis yang akan mempengaruhi medula adrenal dalam memproduksi epinephrin (Budianto, 2010). Dalam keadaan normal, kedua substansi ini akan memberikan sirkulasi darah yang adekuat sehingga keseimbangan cairan dan elektrolit terjaga, suhu tubuh stabil sehingga energi terpenuhi. Tetapi jika produksinya patologis akan meningkatkan rate dan kontraksi jantung, dilatasi pupil, penurunan motilitas GI tract hingga terjadi glikogenolisis dan gluko-neogenesis di hepar. Sedangkan mekanisme kedua akan mempengaruhi kelenjar hipofise anterior sehingga merangsang produksi hormon adrenokortikosteroid yaitu aldosteron dan glukokortikoid (Budianto, 2010). Aldosteron berperan dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, reabsorbsi air dan natrium. Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah,dan pemecahan glykogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah. Glukokortikoid menyediakan energi pada kondisi darurat dan penyembuhan jaringan. Kecemasan dapat timbul karena kesiapan psikologis terhadap pembedahan belum terjadi (Budianto, 2010). Respon psikologis ini memerlukan dukungan mental atau sosial baik dari keluarga maupun dari perawat. Kecemasan pasien preoperasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia, pengalaman pasien, menjalani operasi, konsep diri dan peran, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, kondisi medis, akses informasi, proses adaptasi, jenis tindakan medis, dan komunikasi. Kecemasan pasien preoperasi disebabkan oleh 3 faktor, salah satunya adalah dari faktor caring perawat dalam mengaplikasikan peran dan fungsinya pada tatanan pelayanan kesehatan sebagai salah satu tindakan keperawatan untuk menurunkan tingkat kecemasan pada pasien preoperasi di kamar operasi (Ummi, 2006). PENUTUP Kesimpulan 1. 2. 3. Perilaku caring perawat pada pasien pre operasi di ruang perawatan bedah RSUD Ungaran Kabupaten Semarang sebagian besar kategori baik yaitu sebanyak 28 orang (60,9%). Tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di ruang perawatan bedah RSUD Ungaran Kabupaten Semarang sebagian besar cemas yaitu sebanyak 31 orang (67,4%). Ada hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di ruang perawatan bedah RSUD Ungaran Kabupaten Semarang, dengan pvaluesebesar 0,003 (α = 0,05). Saran Sebaiknya pihak rumah sakit berupaya untuk meningkatkan pelayanan khususnya bagi pesien preoperasi dalam upaya mengendalikan tingkat kecemasan yang dialami diantaranya dengan memberikan ruangan yang nyaman ataupun menggunakan terapi musik sehingga tingkat penundaan pasien operasi dapat diminimalisir. DAFTAR PUSTAKA Anies, (2006). Penyakit Akibat Kerja. Cetakan Pertama. PT. Elex Media Komputindo: Jakarta. Baradero, (2009), Prinsi & Praktek Keperawatan Perioperatif. Jakarta : EGC Budianto, (2010). Pengaruh Terapi Religius Doa Kesembuhan terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Preoperasi di Ruang Rawat Inap RS. Mardi Rahayu Kudus.Diunduh di http://www.fikums.ac.id, pada tanggal 22 Mei 2016. Dwidiyanti, M. (2007). Caring kunci sukses perawat mengamalkan ilmu. Semarang: Hasani. Hidayat, A.A.A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi,Konsep, dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba. Majid, Judha dan Istianah, (2011). Keperawatan Perioperatif, Yogyakarta: Gosyen Publishing Maryunani. (2013). Asuhan Keperawatan Perioperatif – Pre Operasi (Menjelang Pembedahan), Jakarta: CV. Trans Info Media Novieastari, (2009). Perilaku Caring dalam Pemberian Asuhan Keperawatan. UI, Jakarta. Available from: hhtp://ebursa.depdiknas.go.id/. Diakses tanggal 9 Juni 2016 Potter dan Perry, (2009). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk. Jakarta : EGC. Sawitri & Sudaryanto, (2008). Pengaruh Pemberian Informasi Pra Bedah terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Pra Bedah Mayor di Bangsal Orthopedi RSUI Kustati Surakarta. Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. 1 No. 1, Sjamsuhidajat, R., dan Wim de Jong. (2011). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3. Jakarta: EGC: Sukmawati, (2009). Konsep Caring. Available from: htp//Anastasiasuci.co.id. Diakses pada tanggal 10 Januari 2016 Ummi, (2006). Perilaku Caring Perawat Pelaksana Studi Grounded Theory di RSBandung: Jurnal Keperawatan Indonesia, hal. 40-46