Modul ke: 7 Fakultas PASCA SARJANA Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Modul Perkuliahan VII Ekonomi Politik Media Peta Teori Ekonomi Politik Media Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm., PhD Judul Sub Bahasan 1. 2. 3. 4. 5. Ekonomi Ekonomi Ekonomi Ekonomi Ekonomi Politik Klasik Politik Neo Klasik Politi Marxisme Politik Neo Marxisme Politik Kontemporer Ekonomi Politik Klasik • Secara ringkas ekonomi politik klasik secara spesifik membahas prinsip-prinsip dasar dari produksi, distribusi dan pertukaran kekayaan, serta implikasinya dalam kehidupan bernegara. Dengan focus utama pada isu-isu produksi, distribusi dan pertukaran kekayaan, jelas sekali bahwa pada awal perkembangannya ekonomi politik identik dengan ilmu ekonomi. • Ekonomi politik klasik memandang kekayaan sebagai kemakmuran atak kesejahteraan. Kekayaan yang dimaksud di sini adalah semua komoditas yang mempunyai nilai tukar. Agar bisa memperoleh hasil kerja yang efisien dan efektif, Adam Smith, tokoh utama ekonomi politik klasik, menawarkan konsep pembagian kerja. Menurut pemikir ekonomi politik klasik, cara yang yang terbaik untuk memperoleh kekayaan adalah mekanisme pasar. Di pasar masing-masing aktor bersaing satu sama lainnya untuk memenuhi kebutuhannya. Agar pasar berjalan dengan sempurna maka tidak diperlukan intervensi negara mengatur pasar. Ekonomi politik klasik memang tidak berbicara tentang media massa atau komunikasi secara epesifik, namun konsep-konsep ekonomi politik klasik dapat diterapkan dalam berbagai kajian tentang ekonomi media. Dalam pendekatan klasik istilah ekonomi politik merujuk pada sebuah sistem pemenuhan kebutuhan pribadi yang terdiri dari beberapa pelaku pribadi yang independen. Pokok pikiran dari pendekatan klasik ini adalah sebagai berikut: • Masyarakat sipil. Dalam masyarakat dimana produksi barangbarang kebutuhan sehari-hari terjadi dalam keluarga atau dalam sebuah kelompok kerabat dan dilakukan berdasarkan pola pembagian kerja dalam keluarga, maka kegiatan produksi itu akan tunduk pada tujuan-tujuan dan hubungan-hubungan yang ada dalam keluarga. • Pasar yang mengatur dirinya sendiri. Asumsi dari pernyataan ini bahwa jika sebuah pasar berhasil memenuhi kebutuhan-kebutuhan pribadi dari semua pelaku di dalamnya, asalkan kebutuhan dan sarana pemenuhan kebutuhan itu dapat ditentukan secara jelas, maka dapat dikatakan bahwa pasar telah berhasil memenuhi tujuan manusia dan tujuan sosialnya. • Kapitalisme. Teori Smith mendorong munculnya kapitalisme. Gambaran normatif dari sistem kapitalisme ini, antara lain gambaran manusia merdeka yang legal secara politis maupun ekonomi. Ada pengakuan akan kenyataan bahwa manusia bersifat merdeka. Didalam kegiatan ekonomi, buruh dan pekerja menjual tenaganya kepada pemilik modal di pasar tenaga kerja dengan kontrak. Ada eksistensi pasar komoditi yang harganya ditentukan oleh mekanisme pasar dan tangan tak terlihat. Setiap invidu bekerja dengan tujuan untuk mencari keuntungan secara maksimal karena faktor kelangkaan sumber daya. • Say’s Law. Menurur Kaum Klasik di Pasar tidak mungkin terjadi kelebihan produksi atau kekurangan produksi untuk jangka waktu yang lama. Kalau toh ada suatu saat ada kelebihan atau kekurangan produksi, maka mekanisme pasar akan secara otomatis mendorong kembali perekonomian tersebut pada posisi di mana tingkat produksi total masyarakat akan memenuhi kebutuhan total masyarakat atau disebut sebagai full employment level of capacity. Ekonomi Politik Neo Klasik • Ekonomi politik neoklasik melihat bahwa konsep-konsep ekonomi politik klasik yang digagas oleh Smith, Ricardo dan Mills. Para penggagas ekonomi politik neoklasik bahwa perekonomian tanpa campur tangan negara itu tidak berjalan mulus menurut aturan alami dan tidak selalu menuju keseimbangan, sebagaimana yang dipersepsikan kaum klasik. • Kaum neo klasik berpandangan bahwa untuk mengatasi kelemahan dan ketidaksempurnaan diperlukan campur tangan pemerintah mengatur pasar. Akan tetapi, campur tangan pemerintah hanya diperlukan untuk memperbaiki distorsi yang terjadi dipasar, bukan untuk menggantikan fungsi mekanisme pasar itu sendiri. • Salah satu perbedaan pandangan antara kaum klasik dengan neoklasik yakni kaum klasik melihat bahwa pasar harus berjalan dalam mekanisme persaingan sempurna (perfect competition). Kaum neo klasik melihat pasar berjalan dalam mekanisme persaingan tidak sempurna. Ketidak sempurnaan pasar bisa berbentuk monopoli, ologopoli atau kompetisi. • Salah satu pemikir neo klasik yang terkenal ialah John M. Keynes (atau lebih popular dengan julukan Keynesian). Keynes menganjurkan berbagain cara untuk meningkatkan permintaan agregat. Salah satu cara yang paling tepat adalah lewat kebijakan fiscal yang ekspansif, misalnya lewat mekanisme penetapan suku bunga dan penetakan kebijakan ubah minimum bagi tenaga kerja. • Menurut Keynes, situasi makro suatu perekonomian ditentukan oleh apa yang terjadi dengan permintaan agregat masyarakat. Apabila permintaan agregat melebihi penawaran agregat (atau opuput yang dihasilkan) dalam periode tersebut, maka akan terjadi situasi “kekurangan produksi.” Pada periode berikutnya output akan naik atau harga akan naik, atau keduanya terjadi bersamaan • • Apabila permintaan agregat lebih kecil daripada penawaran agregat, maka situasi “kelebihan produksi” terjadi. Pada periode berikutnya out put akan turun atau harga akan turun atau keduanya terjadi bersama-sama. Inti teori Keynes adalah bagaimana pemerintah bisa mempengaruhi permintaan agregat agar mendekati posisi “full employment’ Ekonomi Politik Marxisme • Konsep ekonomi politik Marxisme dipelopori oleh Karl Marx dan Freidrich Engels. Perbedaan pokok antara ekonomi politik klasik, neoklasik terletak pada cara pandangan pada kapitalisme. Klasik dan neo klasik mengangungkan kapitalisme dan mekanisme pasar, Marxisme justru sebaliknya, menentang dan mengkritik kapitalisme yang mengagungkan mekanisme pasar tersebut. • Marx menggunakan berbagai pendekatan untuk menujukkan berbagai kebobrokan kapitalisme. Dari segi moral, Marx menilai kapitalisme mewarisi ketidakadilan sebab tidak peduli pada kepincangan dan kesenjangan sosial dalam masyarakat. Dari segi sosial, kapitalisme merupakan sumber konflik antar kelas, baik antar borjuis dengan proletar, antara tuan tanah dengan butuh tani. Dari segi ekonomi, Marx melihat bahwa kapitalisme digunakan oleh kaum kapitalis untuk mengejar laba sebanyak-banyaknya dengan menekan buruh sekeras mungkin. • Marxisme memberikan perhatian kuat pada komunikasi dalam masyarakat. Praktek komunikasi merupakan hasil dari ketegangan antara aktivitas individual dan batasan-batasan sosial terhadap kreativitas tersebut. Kebebasan mengekspresikan diri tidak dapat tercapai dalam masyarakat yang berdasarkan kelas. • Marxisme menyakini bahwa kontradiksi, ketegangan dan konflik tidak dapat dihindari dari tatanan sosial dan tidak pernah bisa dihapuskan. Kondisi adalah adanya suatu lingkungan sosial yang mendengarkan semua suara tanpa ada satu kekuatan pun mondominasi yang lain. Marxisme menyakini bahwa kontradiksi, ketegangan dan konflik tidak dapat dihindari dari tatanan sosial dan tidak pernah bisa dihapuskan. Kondisi adalah adanya suatu lingkungan sosial yang mendengarkan semua suara tanpa ada satu kekuatan pun mondominasi yang lain. • Salah satu karya Marx yang terkenal ialah determinisme ekonomi. Yakni ia menganggap sistem ekonomilah yang terpenting dan menegaskan bahwa sistem ekonomi menentukan semua sector masyarakat lainnya. Menurut Marxm, kekuatan-kekuatan produksi dalam masyarakat (material, kapasitas teknologi, tingkat pengetahuan, dll) menyediakan kekuatan pemandu untuk perubahan pada relasi-relasi sosial produksi (bentuk-bentuk kepemilikan, apropriasi produk surplus, pembagian kelas, rezim kerja). • Bersama-sama, kekuatan dan relasi poduksi (=mode rezim kerja) menjelaskan karakter dan arah bagi ‘seluruh superstruktur yang besar sekali. Pendekatan ini sering pula disebut sebagai base and superstructure. • George Ritzer dan Barry Smart, Handbook Teori Sosial. Nusa Media: Bandung, 2011. Hal 82-84. Keterasingan Dalam Pekerjaan (Alienasi). Bagi Marx, buruh adalah sebuah fenemona keterasingan, karena buruh bekerja bukan karena keinginan dan kesenangannya, tetapi terpaksa dilakukan untuk memperoleh upah (uang) untuk membiayai hidup dirinya dan keluarganya. Karena dilakukan dengan terpaksa. Maka bekerja kata Marx adalah bukan sesuatu yang menggairahkan dan mengembangkan martabat mansuai. Inialah yang disebut sebagai keterasingan (alienasi). • Kapitalisme dan Kelas Sosial • Salah satu butir pemikiran Marx adalah kritik terhadap kapitalisme. Menurut Marx, kapitalisme menjadikan kaum proletar sebagai objek penghisapan. Hakikat masyarakat borjouis adalah uang. Uang membuat manusia menjadi budak, yang tergantung, yang ditentukan dari luar. Ia menjadi komoditi. Kekhasan kapitalisme ialah bahwa semua produk kerja bernilai sebagai komoditi. Dalam terminology Marx disebut sebagai fetishisme komoditi. • Frans Magnis-Suseno, Filsafat sebagai Ilmu Kritis, Kanisius; Yogyakarta, 1992. Hal 152-153. • Ekonomi Politik Marxisme Ekonomi Politik Neo Marxisme • Ekonomi politik neo-Marxis biasa disebut juga aliran Frankfurt atau teori-teori kritis. Disebut aliran Frankfurt karena para pemikirnya berasal dari Institut fur Sozialforscung di Frankfurt, Jerman. Disebut teori kritis karena berusaha membebaskan manusia dari pemanipulasian para teknokrat modern. Sedangkan disebut NeoMarxis karena bertolak belakang dari teori Marx, namun sekaligus melampaui dan meninggalkan Marx serta menghadapi masalahmasalah masyarakat industri maju secara baru dan kreatif. • Ajaran-ajaran Marx yang tinggalkan oleh para teorikus aliran ialah, tentang teori nilai pekerjaan. Menurut mereka, dalam masyarakat industri maju, teknik dan ilmu pengetahuan menjadi tenaga produktif pertama, dengan demikian teori nilai pekerjaan yang diagungkan oleh Marx itu kehilangan arti. Hal ini sekaligus pertentangan antara pekerjaan dan modal pun kehilangan pekerjaan. • Horkheimer dan Adorno dalam essay-nya yang berjudul The Culture of Industry: Enlightement as Mass Deception. mengungkap bahwa budaya massa berhubungan erat dengan standarisasi produksi budaya melalui film, radio, dan majalah untuk memanipulasi massa. • Dengan demikian, secara tidak disadari, khalayak dipaksa untuk membutuhkan dan berusaha memiliki budaya yang serupa, bagaimanapun kondisi mereka. Adorno dan Horkheimer membaca fenomena ini sebagai bencana bagi high culture atau budaya ‘adiluhung’. Ekonomi Politik Kontemporer • Ekonomi politik ini sebenarnya hanya meneruskan paradigma yang ditinggalkan oleh pemikir aliran Frankfurt sebelumnya. Secara teoritis sesungguhnya tidak ada yang terlalu baru tokoh-tohon disini kelihatannya hanya menyempurnakan padangaan-pandangan kaum Kritis sebelumnya. Ada juga yang menyebut ekonomi politik ini adalah generasi ketiga dari aliran kritis, merujuk pada tokoh-tokoh seperti Axel Honeth (Rush, 2000; dalam Dedi Nurhidayat, ). • Namun kini lingkup teori-teori kritis telah makin meluas, mencakup – ataupun menjadi dasar rujukan – analisis kritis dari pakar seperti Jacques Lacan (psikoanalisis), Roland Barthes (semiotik and linguistik), Peter Golding, Janet Wasko, Noam Chomsky, Douglas Kellner (ekonomi-politik media), hingga berbagai tokoh dalam topik masalah gender, etnisitas dan ras, postkolonialisme, dan hubungan internasional. Referensi • Albarian, Alan B, Media Economics: Understanding Markets, Industries, and Concept, Iowa: Iowa State University Press, 1996. • Alexander, Alison et.al (ed), Media Economics: Theories and Practice, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers, 1998. • Boediono. Ekonomi Makro, BPFE:Yogyakarta, 1984 • Deliarnov, Ekonomi Politik. Erlangga; Jakarta, 2006. • Didik J. Rachbini. Ekonomi Politik dan Teori Pilihan Publik. Ghalia Indonesia: Bogor, 2006. • Dimmick dan Rothenbuhler, The Theory of Niche: Quantifing Competition among Media Industry, Jurnal of Communication, Winter 1984. • Mirza Jan. Globalization of Media: Key Issues and Dimensions. European Journal of Scientific Research. ISSN 1450-216X Vol.29 No.1 (2009), pp.66-75 • Kansong, Usman. Ekonomi Media : Pengantar Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2009. • Komang Sunarta. Dampak Globalisasi Terhadap Budaya Lokal dan Prilaku Masyarakat. www.karangasem.go.id Rabu, 5 Oktober 2011. • John Theobald, Radical Mass Media Criticism, Sage Publication, 2010 Terima Kasih Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm